benda

78
Benda (pohon) Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ? Benda Buah benda di pohonnya, di Yogyakarta Klasifikasi ilmiah Keraja an: Plantae Divisi : Magnolioph yta Kelas: Magnoliops ida Ordo: Rosales Famili : Moraceae Genus: Artocarpus Spesie s: A. elasticus Nama binomial Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume Sinonim Referensi: [1]

Upload: raden-roro-lia-chairina

Post on 19-Jan-2016

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bend

TRANSCRIPT

Page 2: Benda

kulur, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak melengket. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus elasticus.

Pohon buah ini di Malaysia juga dikenal sebagai tekalong atau terap, namun jangan dikelirukan dengan terap, Artocarpus odoratissimus. Benda di pelbagai wilayah juga disebut dengan nama-nama seperti kalam (Mentawai);[2] torop (Karo); bakil(Melayu);[1] tarok (Mink.); bĕnda, teureup (Sd.); bendhå (Jw.); kokap (Md.); taéng (Mak.).[3] Nama-nama lainnya diKalimantan, di antaranya, terap, kapua, kumut, pekalong.[4] Orang Dayak di wilayah Sungai Pesaguan dan Sungai Gerunggang menyebutnya dengan nama torap (untuk pohon yang muda), atau punuk untuk pohon yang telah berbuah.

Di Pattani, Thailand dikenal dengan sebutan ka ok.[5]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Pengenalan

2   Persebaran dan habitat

3   Kegunaan

o 3.1   Serat

o 3.2   Kayu

o 3.3   Obat-obatan

4   Dalam kebudayaan

5   Catatan kaki

6   Pranala luar

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Page 3: Benda

Daun pohon muda bercangap

Pohon berukuran sedang; jarang-jarang mencapai tinggi 45(-65) m, batang bebas cabang bisa mencapai 30 m dan gemang batang hingga 125(-210) cm. Banir mencapai tinggi 3 m di atas tanah. Pepagan kelabu-cokelat, bagian dalamnya kekuningan hingga cokelat pucat; lateksnya berwarna putih kekuningan.[4]

[6]

Ranting-ranting tebalnya 8-20 mm, berambut rapat keemasan. Daun penumpumembungkus ujung ranting, 6-20 cm, berambut panjang kuning hingga merah. Daun-daun kaku menjangat, bundar telur jorong, 12,5-60 × 10-35 cm; pertulangan daun dengan rambut kasar keemasan di sisi atas dan rambut keemasan rapat di sisi bawah; ujungnya runcing hingga meruncing; bertepi rata hingga menggelombang; pangkalnya membulat hingga menyempit. Daun pada anak pohon berbeda bentuk, berbagi atau bercangap 7-9 taju, panjang 60-120 cm.[4]

Banir (akar papan) pohon punuk muda

Perbungaan dalam bongkol di ketiak, pada ranting yang berdaun. Bongkol jantan serupa jari gemuk, 6-20 × 2,5-3,8 cm; kuning, kemudian cokelat. Buah semu (syncarp) kuning-cokelat, kemudian cokelat; silindris, lk. 11,5 x 5,5 cm, tertutup

Page 4: Benda

rapat oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek dalam dua ukuran; bertangkai 6,5-12 cm; buah berbau kurang enak jika masak. Biji-biji elipsoid, 10 × 6 mm, terbungkus ‘daging buah’ (sebetulnya perkembangan tenda bunga) berwarna putih.[4]

Musim bunga pohon benda umumnya terjadi pada bulan Juni-Agustus dan berbuah pada Oktober-Desember, terkadang sampai bulan Januari.[7] Buahnya bundar, warnanya coklat kekuning-kuningan. Permukaannya berduri runcing lunak yang tidak sama. Daun dan buahnya mirip keluwih.[7]

Persebaran dan habitat[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan ini tersebar dari Burma, Siam, Malaya, sampai Palawan. Di Indonesia, ia tumbuh di seluruh Nusantara. Pohon benda umumnya tumbuh liar di hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian 1500 mdpl. Adapun ia biasa tumbuh liar di tepi jalan yang tidak terpelihara atau dekat kuburan. Perbanyakannya melalui biji.[7]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Buah benda yang telah masak dimakan dalam keadaan segar, bijinya dapat dimakan setelah direbus atau digoreng. Adapun kalau buah belum masak, tetap dimakan dengan dimasak terlebih dahulu.[8] Buah muda dari pohon benda atau yang juga disebut dengan teureup ini bisa digulai seperti nangka, dan yang sudah tua bisa dimakan langsung. Namun demikian, buah benda lebih sering dimakan dalam keadaan matang.[9] Getah benda sering digunakan sebagai perekat untuk menjerat burung.[6] Masyarakat Minangkabau di waktu penjajahan Jepang menggunakan serat benda untuk celana, kisah ini diabadikan di dalam pantun Minangkabau ich ni san shi go rok, baju goni sarawa tarok. (Satu dua tiga empat lima enam (bahasa Jepang), baju goni celana serat tarok (benda).

Serat[sunting | sunting sumber]

Pepagan benda menghasilkan serat yang dapat dipergunakan sebagai tali, atau bahan pakaian orang Dayak di masa lalu. Bahan tali ini di daerah Barito disebuttambaran, sedangkan di pedalaman Ketapang disebut kapuak. Tambaran diperoleh dari anak pohon yang berumur 2-4 tahun, dari pepagan bagian dalam yang lunak dan lembut. Anak pohon itu mula-mula ditebang, dan batangnya dipotong-potong sepanjang setengah meter (atau sesuai kebutuhan) dan dikelupas kulitnya. Kulit bagian dalam itu, setelah dipisahkan dari pepagan luar yang keras, kemudian dibersihkan dengan sepotong besi yang bergerigi.[3]

Tali kapuak, beserta alat pemukulnya

Cara lain untuk memperoleh tali kapuak adalah dengan memukul-mukul pepagan bagian dalam tadi dengan palu kayu yang ujungnya beralur atau bergerigi, sambil

Page 5: Benda

dibersihkan dalam air. Serat halus yang diperoleh kemudian dicuci dan dikeringkan. Tali kapuak masih dipergunakan di berbagai daerah di Kalimantan hingga kini, sebagai tali untuk menggendong kebuduk (keranjang angkut tradisional) atau untuk mengikat pelbagai perabotan rumah tangga.

Kayu[sunting | sunting sumber]

Kayu terap; gubal dan terasnya tak dapat dibedakan

Kayu benda, dalam perdagangan digolongkan sebagai kayu terap; yakni kayu ringan dengan kerapatan kayu (pada kadar air 15%) antara 365 – 640 kg/m3.[6] Sebagaimana dikutip Heyne, kayu ini bersifat halus atau agak halus, sedikit padat sampai agak padat, berserat kasar, mengkilat, berwarna kuning muda namun akhirnya menjadi cokelat. Keawetannya tergolong rendah, termasuk kelas awet III-IV; dan mudah dirusak rayap. Untuk digunakan sebagai tiang atau papan rumah, orang lebih menyukai kayu terap yang agak berat. Selain itu, kayu ini digunakan pula untuk membuat perahu.[3]

Obat-obatan[sunting | sunting sumber]

Menurut penduduk desa di Jawa, beberapa macam obat dapat dibuat dari getah pohon ini selain kulit batang sebelah dalamnya. Dari bijinya juga, diperoleh minyak rambut.[7] Juga, oleh suku Mentawai, seduhan air panas dari pepagan pohon benda digunakan untuk membatasi kelahiran (dosisnya sehari sekali selama 3 hari berturut-turut).[2] Kulit batang benda berkhasiat sebagai obat sakit perut, sementara getahnya berkhasiat sebagai obat mencret. Kulit batang benda dicampur dengan kulit batang sukun, kemudian dipukul-pukul, dan kemudian dijadikan sabuk untuk diikatkan di perut. Daun, buah, dan pepagannya mengandung saponin danpolifenol, flavonoida juga terkandung pada buah dan daun.[1] Di Pattani, Thailand daun benda dipergunakan untuk mengatasicacing gelang dengan cara pemakaian lokal.[5]

Dalam kebudayaan[sunting | sunting sumber]

Kayu ini diabadikan menjadi nama daerah di Sumatera Barat, yakni Sungai Tarab (nama yang tepat adalah Sungai Tarok, lalu dimelayukan menjadi Tarab) dan beribukota di Sungai Tarab. Pada masa Perang Padri, penguasa Minangkabau -Kaum Adat- waktu itu membuat perjanjian dengan residen Padang, yakni Du Puy.[10] Isi perjanjian ini menyebut bahwa Simawang, Pagaruyuang, dan Sungai Tarab akan diserahkan jika Belanda menduduki Simawang. Kelak, pada 18 Februari 1821  diduduki Belanda dengan prajurit sebanyak 100 orang.[10]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

Page 6: Benda

1. ^ a b c "Artocarpus elastica Reinw.". Departemen Kesehatan. 15

November 2001. Diakses 2 June 2013.

2. ^ a b Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis

Indonesia. hal. 149. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.

3. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2: 674-676.

Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.

4. ^ a b c d ARGENT, G. ET AL.. t.t. Manual of the Larger and More Important

Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Vol. 2: 433. Forest

Research Institute, Samarinda.

5. ̂  Chuakul 2005, hlm. 30.

6. ^ a b c DJARWANINGSIH, T., D.S. ALONZO, S. SUDO, AND M.S.M.

SOSEF. 1995.Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster. in R.M.H.J. Lemmens, I.

Soerianegara and W.C. Wong (eds.). Timber Trees: minor commercial timber.

Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 5(2): 65.

7. ^ a b c d Sastrapradja, Setijati; Lubis, Siti Harti Aminah; Djajasukma, Eddy;

Soetarno, Hadi; Lubis, Ischak (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya

Ekonomi:Kayu Indonesia 14. Jakarta: LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka.

hlm. 13. OCLC 11804239.

8. ̂  Ong et al. 2010, hlm. 695, tabel baris ke-8.

9. ̂  Natawidjaja, P. Suparman (1985) [1983]. Mengenal Buah-Buahan yang

Bergizi. hal.41. Jakarta:Pustaka Dian.

10. ^ a b Martamin, Mardjani (1985). Tuanku Imam Bonjol.

hal.56.Jakarta:Depdikbud.

Daftar pustaka

Chuakul, Wongsatit (2005). "Medicinal Plants in the Khok Pho District, Pattani

Province (Thailand)" (PDF). Thai Journal of Phytopharmacy 12 (2): 23–45.

Ong, Hean-Chooi; Chua, Simon; Milow, Pozi (2010). "Traditional knowledge of

edible plants among the Temuan Villagers in Kampung Jeram Kedah, Negeri

Page 7: Benda

Sembilan, Malaysia" (PDF). Academic Journal 6 (4): 694–

697. doi:10.5897/SRE10.138. ISSN 1992-2248.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikimedia

Commonsmemiliki

kategori mengenaiBenda

(pohon)

(Inggris) Asian Plant: Artocarpus elasticus (uraian ringkas, foto-foto

herbarium)

(Inggris) Flora Singapura: Artocarpus elasticus (uraian ringkas, foto-foto)

(Indonesia) ProseaNet: Artocarpus elasticus (uraian ringkas, tumbuhan

penghasil serat)

(Inggris) Digital Nature Archive: Artocarpus elasticus (uraian ringkas)

Tanjung (pohon)Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

?Tanjung (pohon)

Page 8: Benda

Tanjung, Mimusops elengi

menurut Blanco, Flora de Filipinas

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

(tidak termasuk) Asterids

Ordo: Ericales

Famili: Sapotaceae

Genus: Mimusops

Spesies: M. elengi

Nama binomial

Mimusops elengi

L.

Lihat pula: Kerajaan Tanjungpura

Tanjung (Mimusops elengi) adalah sejenis pohon yang berasal dari India, Sri Lanka dan Burma. Telah masuk keNusantara semenjak berabad-abad yang silam, pohon ini juga dikenal dengan nama-nama seperti tanjong (Bug., Mak.),tanju (Bim.), angkatan, wilaja (Bal.), keupula cangè (Aceh), dan kahekis, karikis, kariskis, rekes (aneka bahasa di Sulut)[1]. Pohon

Page 9: Benda

tanjung berbunga harum semerbak dan bertajuk rindang, biasa ditanam di taman-taman dan sisi jalan.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Pemerian botanis

2   Kegunaan

o 2.1   Sifat-sifat kayu

3   Catatan kaki

4   Pranala luar

Pemerian botanis[sunting | sunting sumber]

Perawakan

Pohon berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 15 m. Daun-daun tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm, seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang.[2]

Bunga berkelamin dua, sendiri atau berdua menggantung di ketiak daun, berbilangan-8, berbau enak semerbak. Kelopak dalam dua karangan, bertaju empat-empat; mahkota dengan tabung lebar dan pendek, dalam dua karangan, 8 dan 16, yang terakhir adalah alat tambahan serupa mahkota, putih kekuning-kuningan. Benang sari 8, berseling dengan staminodia yang ujungnya bergigi. Buah seperti buah buni, berbentuk gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2–3 cm, akhirnya merah jingga, dengan kelopak yang tidak rontok. Biji kebanyakan 1, gepeng, keras mengilat, coklat kehitaman.[2]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Page 10: Benda

Bunganya yang harum

Bunganya yang wangi mudah rontok dan dikumpulkan di pagi hari untuk mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Bunga ini, dan aneka bagian tumbuhan lainnya, juga memiliki khasiat obat. Buahnya dapat dimakan.[1]

Air rebusan pepagannya digunakan sebagai obat penguat dan obat demam. Rebusan pepagan beserta bunganya digunakan untuk mengatasi murus yang disertai demam. Daun segar yang digerus halus digunakan sebagai tapal obat sakit kepala; daun yang dirajang sebagaimanatembakau, dicampur sedikit serutan kayu secang dan dilinting dengan daun pisang, digunakan sebagai rokok untuk mengobatiseriawan mulut.[1]

Kulit akarnya mengandung banyak tanin dan sedikit alkaloid yang tidak beracun. Minyak yang diekstrak dari biji tumbuhan ini mengandung beberapa asam lemak. Akarnya yang dicampur dengan cuka dapat digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan.[3]

Buah tanjung

Kayunya padat, berat, dan keras. Kayu dari varietas parvifolia yang biasa tumbuh dekat pantai dipilih sebagai bahan pasak dalam pembuatan perahu, untuk tangkai tombak dan tangkai perkakas lain, almari dan mebel, serta untuk tiang rumah. Varietas ini bisa tumbuh setinggi 25 m dan segemang 40 cm.[4] Kayu tanjung juga baik untuk dijadikan bahan ukiran, patung, penutup lantai, jembatan, dan bantalan rel kereta api.[5]

Sifat-sifat kayu[sunting | sunting sumber]

Page 11: Benda

Jalan di Candi, Candisari, Semarang dengan pohon tanjung di masa Hindia Belanda

Kayu teras tanjung coklat tua, sedangkan kayu gubalnya berwarna lebih muda dengan batas-batas yang jelas. Teksturnya halus dan merata, dengan arah serat lurus, agak bergelombang atau sedikit berpadu. Berat jenis kayu berkisar antara 0,92–1,12 (rata-rata 1,00), dan termasuk kelas kuat I. Kayu tanjung tergolong mudah dikerjakan dengan hasil yang amat baik; ia dapat diserut, dibor, dilubangi persegi, dan diamplas dengan hasil yang sangat baik; serta dibentuk dan dibubut dengan hasil yang baik hingga sangat baik.[5]

Keawetan kayu tanjung termasuk dalam kelas I-II; daya tahannya terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II, sementara terhadap rayap kayu kering termasuk kelas IV (tidak awet). Dalam pada itu, keterawetannya tergolong sedang.[5]

Sayangnya, kayu tanjung tidak mudah dikeringkan dengan hasil baik. Kayu ini cenderung melengkung, pecah ujung dan retak-retak permukaannya apabila dikeringkan. Meskipun relatif mudah dikupas, akan tetapi venir (lembaran tipis bahan kayu lapis) yang dihasilkan cenderung menggelombang. Pengeringan alami harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam waktu lama; pengeringan papan setebal 3 cm (dari kadar air 39% hingga 15%) membutuhkan waktu sekitar 63 hari.[5]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

1. ^ a b c HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3:1588-1590

Terj. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta

2. ^ a b STEENIS, CGGJ VAN . 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT

Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 338-339

3. ̂  Dharma, A.P. (1987) Indonesian Medicinal Plants [Tanaman-Tanaman

Obat Indonesia]. Hal. 190. Jakarta:Balai Pustaka. ISBN 979-407-032-7

4. ̂  HEYNE, K. 1987. "op.cit." hal. 1590

5. ^ a b c d MARTAWIJAYA, A., I. KARTASUJANA, Y.I. MANDANG, S.A. PRAWIRA, &

K. KADIR. 1989. Atlas Kayu Indonesia, jil. 2:131-135 Balitbang Kehutanan, Bogor

Page 13: Benda

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Rosales

Famili: Moraceae

Genus: Artocarpus

Spesies: A. heterophyllus

Nama binomial

Artocarpus heterophyllus

Lamk.

Nangka adalah nama sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka termasuk ke dalam suku Moraceae; nama ilmiahnya adalah Artocarpus heterophyllus. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal sebagai jackfruit.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Penjelasan

2   Hasil dan kegunaan

3   Ekologi dan ragam jenis

4   Asal-usul dan penyebaran

5   Lihat pula

6   Bahan bacaan

7   Pranala luar

Penjelasan[sunting | sunting sumber]

Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.

Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1–4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5–25 cm,

Page 14: Benda

dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin.

Tumbuhan nangka berumah satu (monoecious), perbungaan muncul pada ketiak daun pada pucuk yang pendek dan khusus, yang tumbuh pada sisi batang atau cabang tua. Bunga jantan dalam bongkol berbentuk gada atau gelendong, 1-3 × 3–8 cm, dengan cincin berdaging yang jelas di pangkal bongkol, hijau tua, dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar apabila masak. Bunga nangka disebut babal. Setelah melewati umur masaknya, babal akan membusuk (ditumbuhi kapang) dan menghitam semasa masih di pohon, sebelum akhirnya terjatuh. Bunga betina dalam bongkol tunggal atau berpasangan, silindris atau lonjong, hijau tua.

Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelendong memanjang, seringkali tidak merata, panjangnya hingga 100 cm, pada sisi luar membentuk duri pendek lunak. 'Daging buah', yang sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga, berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau harum-manis yang keras, berdaging, kadang-kadang berisi cairan (nektar) yang manis. Biji berbentuk bulat lonjong sampai jorong agak gepeng, panjang 2–4 cm, berturut-turut tertutup oleh kulit biji yang tipis coklat seperti kulit, endokarp yang liat keras keputihan, dan eksokarp yang lunak. Keping bijinya tidak setangkup.

Hasil dan kegunaan[sunting | sunting sumber]

Babal alias tongtolang nangka.

Nangka terutama dipanen buahnya. "Daging buah" yang matang seringkali dimakan dalam keadaan segar, dicampur dalam es, dihaluskan menjadi minuman (jus), atau diolah menjadi aneka jenis makanan daerah: dodol nangka, kolak nangka, selai nangka, nangka-goreng-tepung, keripik nangka, dan lain-lain. Nangka juga digunakan sebagai pengharum es krim dan minuman, dijadikan madu-nangka, konsentrat atau tepung. Biji nangka, dikenal sebagai "beton", dapat direbus dan dimakan sebagai sumber karbohidrat tambahan.

Buah nangka muda sangat digemari sebagai bahan sayuran. Di Sumatera, terutama di Minangkabau, dikenal masakan gulaicubadak (gulai nangka). Di Jawa Barat buah nangka muda antara lain dimasak sebagai salah satu bahan sayur asam. Di Jawa Tengah dikenal berbagai macam masakan dengan bahan dasar buah nangka muda (disebut gori), seperti sayur lodeh, sayurmegana, oseng-oseng gori, dan jangan gori (sayur nangka muda). Di Jogyakarta nangka muda terutama dimasak sebagaigudeg. Sementara di seputaran Jakarta dan Jawa Barat, bongkol bunga jantan (disebut babal atau tongtolang) kerap dijadikan bahan rujak.

Page 15: Benda

Ketupat gulai nangka, contoh olahan dari "buah" nangka muda.

Daun-daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai kambing, domba maupun sapi. Kulit batangnya yang berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali dan pada masa lalu juga dijadikan bahan pakaian. Getahnya digunakan dalam campuran untuk memerangkap burung, untuk memakal (menambal) perahu dan lain-lain.

Kayunya berwarna kuning di bagian teras, berkualitas baik dan mudah dikerjakan. Kayu ini cukup kuat, awet dan tahan terhadap serangan rayap atau jamur, serta memiliki pola yang menarik, gampang mengkilap apabila diserut halus dan digosok dengan minyak. Karena itu kayu nangka kerap dijadikan perkakas rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, konstruksi kapal sampai ke alat musik. Dari kayunya juga dihasilkan bahan pewarna kuning untuk mewarnai jubah para pendeta Buddha.

Ekologi dan ragam jenis[sunting | sunting sumber]

Nangka tumbuh dengan baik di iklim tropis sampai dengan lintang 25˚ utara maupun selatan, walaupun diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang 30˚. Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran terhadap udara dingin, kekeringan dan penggenangan.

Irisan buah nangka.

Pohon nangka yang berasal dari biji, mulai berbunga pada umur 2-8 tahun. Sedangkan yang berasal dari klon mulai berbunga di umur 2-4 tahun. Di tempat yang cocok, nangka dapat berbuah sepanjang tahun. Akan tetapi di Thailand dan India panen raya terjadi antara Januari – Agustus, sementara di Malaysia antara April – Agustus atau September – Desember.

Page 16: Benda

Varian nangka amat banyak jenisnya, baik dengan melihat perawakan pohon dan bagian-bagian tanamannya, rasa dan sifat-sifat buahnya, maupun sifat-sifat yang tak mudah dilihat seperti kemampuan tumbuhnya terhadap variasi-variasi lingkungan. Dari segi sifat-sifat buahnya, umum mengenal dua kelompok besar yakni:

nangka bubur (Indonesia dan Malaysia), yang disebut pula sebagai khanun

lamoud (Thailand), vela (Srilangka) ataukoozha chakka (India selatan); dengan

daging buah tipis, berserat, lunak dan membubur, rasanya asam manis, dan

berbau harum tajam.

nangka salak (Ind.), nangka belulang (Mal.), khanun

nang (Thai), varaka (Srilangka), atau koozha pusham (India selatan); dengan

daging buah tebal, keras, mengeripik, rasa manis agak pahit, dan tak begitu

harum.

Nangka dapat berkawin silang dengan cempedak secara alami. Hasil silangannya dinamai nangka cempedak.

Asal-usul dan penyebaran[sunting | sunting sumber]

Nangka diyakini berasal dari India, yakni wilayah Ghats bagian barat, di mana jenis-jenis liarnya masih didapati tumbuh tersebar di hutan hujan di sana. Kini nangka telah menyebar luas di berbagai daerah tropik, terutama di Asia Tenggara.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Cempedak

Sukun

Bahan bacaan[sunting | sunting sumber]

Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia

Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia.

Jakarta. ISBN 979-511-672-2.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikimedia

Commonsmemiliki

kategori mengenaiNangka

Wikidata: Artocarpus heterophyllus

Page 18: Benda

Diversitas

Sekitar 92 genera dan 5.000spesies

Upasuku

Arthrostylidiinae

Arundinariinae

Bambusinae

Chusqueinae

Guaduinae

Melocanninae

Nastinae

Racemobambodinae

Shibataeinae

Baca selengkapnya Taksonomi

Bambuseae.

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. [1]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Genus dan geografi

2   Ekologi

3   Sebagai makanan hewan

4   Pembungaan massal

Page 19: Benda

5   Pembudidayaan

o 5.1   Kayu komersial

o 5.2   Pemanenan kayu

o 5.3   Pencucian

6   Manfaat

o 6.1   Kuliner

o 6.2   Konstruksi

o 6.3   Instrumen musik

o 6.4   Pengolahan air

o 6.5   Transportasi

7   Bambu pada kebudayaan Asia

o 7.1   Mitos dan legenda

o 7.2   Bambu sebagai media tulis

o 7.3   Bambu sebagai senjata

8   Galeri

9   Referensi

10   Pranala luar

Genus dan geografi[sunting | sunting sumber]

Bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan 1450 spesies.[2] Spesies bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin pegunungan hingga daerah tropis panas. Mereka terdapat di sepanjang Asia Timur dari 50o Lintang Utara diSakhalin sampai ke sebelah utara Australia, dan di bagian barat India hingga ke Himalaya.[3] Mereka juga terdapati di sub-Sahara Afrika,[4] dan di Amerika dari pertengahan Atlantik Amerika Utara [5]  hingga ke selatan ke Argentina dan Cili, mencapai titik paling selatan Bambu pada 47o Lintang Selatan. Benua Eropa tidak memiliki spesies bambu asli.[6]

Baru-baru ini telah diupayakan untuk membudidayakan bambu secara komersial di Danau Besar Afrika di Afrika Tengah bagian timur, terutama di Rwanda. Selain itu,

Page 20: Benda

berbagai perusahaan di Amerika Serikat juga menumbuhkan, memanen, dan mendistribusikan spesies bambu seperti Phyllostachys edulis.[7]

Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae. Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu.[8]

Ekologi[sunting | sunting sumber]

Hutan bambu di Taiwan

Tampak dekat batang bambu

Hutan bambu di New Jersey.

Bambu adalah tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia, dilaporkan dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam.[1]Namun laju pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesies. Laju pertumbuhan yang

Page 21: Benda

paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in) per hari. Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode Cretaceous, di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m(98 kaki) tingginya, dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in). Namun spesies tertentu hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci saja.

Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, yang dapat menjadi penjelasan mengapa bambu memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). Selama beberapa bulan tersebut, setiap tunas yang muncul akan tumbuh vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia kematangan dicapai. Lalu, cabang tumbuh dari node dan daun muncul. Pada tahun berikutnya, dinding batang yang mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun ketiga, batang semakin mengeras. Hingga tahun ke lima, jamur dapat tumbuh di bagian luar batang dan menembus hingga ke dalam dan membusukkan batang. Hingga tahun ke delapan (tergantung pada spesies), pertumbuhan jamur akan menyebabkan batang bambu membusuk dna runtuh. Hal ini menunjukkan bahwa bambu paling tepat dipanen ketika berusia antara tiga hingga tujuh tahun. Bambu tidak akan bertambah tinggi atau membesar batangnya setelah tahun pertama, dan bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan digantikan oleh tunas bambu baru di tempat ia pernah tumbuh.

Banyak spesies bambu tropis akan mati pada temperatur mendekati titik beku, sementara beberapa bambu di iklim sedang mampu bertahan hingga temperatur −29 °C (−20 °F). Beberapa bambu yang tahan dingin tersebut mampu bertahan hingga zona 5-6 dalam kategori USDA Plant Hardiness Zones, meski pada akhirnya mereka akan meruntuhkan daun-daunnya dan menghentikan pertumbuhan, namun rizomanya akan selamat dan menumbuhkan tunas bambu baru di musim semi berikutnya.

Bambu dari genus Phyllostachys dikategorikan sebagai spesies invasif di Amerika Serikat dan jual-beli maupun perbanyakan adalah ilegal.[9]

Sebagai makanan hewan[sunting | sunting sumber]

Bambu adalah makanan utama panda, mencapai 99% dari diet mereka

Page 22: Benda

Tunas bambu empuk, ranting, dan dedaunan adalah sumber makanan utama dari panda di Cina, panda merah di Nepal, danlemur bambu di Madagascar. Tikus memakan buah bambu. Gorilla gunung Afrika juga memakan bambu, dan telah didokumentasikan mengkonsumsi nira bambu yang telah berfermentasi dan mengandung alkohol.[4] Simpanse dan gajahjuga memakan bagian dari batang bambu.

Larva dari pelubang bambu (ngengat Omphisa fuscidentalis) di Laos, Myanmar, Thailand, dan Cina memakan pulp dari bambu yang masih hidup. Larva ngengat ini menjadi bahan makanan setempat.

Pembungaan massal[sunting | sunting sumber]

Bambu yang sedang berbunga

Kebanyakan bambu berbunga sangat jarang. Faktanya, bambu hanya berbunga dengan interval 5 sampai 120 tahun. Pembungaan massal pada spesies tertentu berbeda-beda waktunya. Pembungaan massal yang paling lama periodenya adalah bambu dari spesies Phyllostachys bambusoides. Spesies ini berbunga secara massal dalam waktu bersamaan meski terpisah secara geografis dan iklim, dan setelah itu bambu akan mati menyisakan rizomanya. Pembungaan ini memiliki dampak yang kecil, sehingga mengindikasikan keberadaan alarm biologis di dalam sel yang memicu penjatahan energi untuk memproduksi bunga dan menghentikan pertumbuhan vegetatif.[10] Mekanisme ini, termasuk penyebabnya secara volusi, masih menjadi pertanyaan.

Satu hipotesis yang menjelaskan evolusi dari pembungaan massal ini adalah untuk "mengenyangkan" predator, di mana pembungaan dan pembuahan dalam waktu yang bersamaan akan meningkatkan ketahanan populasi benih mereka dengan membanjiri area dengan buah sehingga predator akan memakan yang mereka butuhkan dan lalu meninggalkan biji-bijian yang tersisa untuk tumbuh menjadi tanaman baru. Bambu memiliki siklus pembungaan yang jauh melebihi usia hidup rodent sehingga mampu mengatur populasi rodent agar tidak terbiasa memakan buah bambu. Dan bambu dewasa yang mati sebelum berbunga akan lebih efektif jika tidak dipertahankan sebagai mekanisme penyimpanan energi untuk melakukan pembungaan.[11]

Hipotesis lainnya adalah berdasarkan pada teori kebakaran hutan bambu, di mana kematian massal pasca pembungaan memicu gangguan habitat. Bambu yang mengering di atas biji-bijian yang telah jatuh di atas tanah dapat memicu kebakaran hutan akibat sambaran petir.[12] Karena bambu dapat menjadi tanaman suksesi yang agresif, dan tunas bambu yang baru dapat mencegah pertumbuhan tanaman yang lain sehingga mereka mampu menguasai lahan.

Page 23: Benda

Namun kedua hipotesis diragukan dengan berbagai alasan. Hipotesis "pengenyangan" predator tidak menjelaskan secara detail mengapa pembungaan massal memakan waktu hingga 10 kali usia hidup rodent. Dan hipotesis kebakaran bambu diragukan karena tidak ditemukan bukti terjadinya kebakaran hutan bambu akibat sambaran petir; hampir semuanya disebabkan oleh manusia.[13] Dan teori pemanfaatan sambaran petir sebagai satu-satunya alasan dalam kemajuan evolusi bambu diragukan karena sambaran petir merupakan kejadian alam yang sangat tidak terduga.[14] Meski kebakaran hutan akibat sambaran petir sebenarnya terjadi dalam jangka waktu evolusi kehidupan di bumi di beberapa tempat. Dan spesies tanaman Pinus contorta membutuhkan pemicu ekologis seperti kebakaran hutan untuk menyebarkan biji lebih cepat, dan Sequoiadendron giganteum membutuhkan kebakaran hutan agar tunas mereka mampu mendominasi hutan.

Pembungaan massal juga memiliki dampak ekonomi dan ekologis. Kemunculan buah bambu yang secara drastis dapat memicu pertumbuhan populasi rodent, sehingga dapat memicu kerusakan tanaman pertanian setempat. Seperti pembungaan massal oleh tanaman bambu Melocanna bambusoides di Teluk Bengal yang terjadi setiap 30-35 tahun sekali.[15] Rodent juga memicu penyebaran penyakit seperti typhus, typhoid, dan wabah pes.[10][11]

Dalam beberapa kasus, pembungaan massal memicu munculnya kultivar baru di tempat tersebut dengan karakteristik yang berbeda dengan populasi bambu sebelumnya. Sehingga periode pembungaan berikutnya mungkin tidak akan sama dengan periode pembungaan sebelumnya.

Pembudidayaan[sunting | sunting sumber]

Bambu tumbuh dengan cara menyebarkan perakaran dan rizomanya di bawah tanah. Persebaran ini bisa sangat luas, dan jika tidak dikendalikan bisa menyebabkan tunas tumbuh di tempat yang tidak diinginkan, bahkan berpotensi invasif. Seberapa luas perakaran bambu menyebar ditentukan oleh jenis tanah dan iklim setempat. Rizoma yang berada di dalam tanah bisa dipotong jika diinginkan, dan jika rizoma terpisah dari badan utamanya, biasanya akan mati.

Kayu komersial[sunting | sunting sumber]

Kayu bambu dihasilkan dari bambu budidaya dan bambu liar, biasanya dari genus Phyllostachys.

Pemanenan kayu[sunting | sunting sumber]

Bambu yang digunakan untuk kegiatan konstruksi harus dipanen ketika batang mencapai kekuatan tertingginya dan ketika kadar gula di dalam batang berada dalam kondisi terendah, karena keberadaan gula mempermudah bambu untuk diserang hama.

Pencucian[sunting | sunting sumber]

Pencucian adalah penguraian getah bambu setelah pemanenan. Di banyak tempat di dunia, kadar getah dikurangi dengan berbagai cara:

1. Bambu yang telah dipotong ditegakkan dengan bantuan bambu yang masih

tertanam hingga daun yang masih menempel pada bambu berwarna

kekuningan. Hal ini bertujuan agar kadar gula dalam getah dimanfaatkan

Page 24: Benda

oleh daun dan ranting bambu terlebih dahulu. Biasanya dilakukan selama

dua minggu.

2. Cara yang sama dengan di atas namun bagian dasar bambu direndam dalam

sngai atau drum air. Cara ini lebih cepat karena getah gula keluar hanyut

atau larut oleh air.

3. Dibaringkan dan direndam di badan air yang mengalir.

4. Air dipompakan ke dalam batang bambu setelah bagian dalamnya dilubangi.

Dalam proses pencucian, bambu dikeringkan perlahan di tempat teduh untuk mencegah retaknya lapisan luar bambu.

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rebung

Tunas bambu mentah di pasar di Jepang

Khao lam (bahasa Thai: ข้�าวหลาม) adalah beras ketan dengan gula dan santan kental dimasak di

dalam ruas bambu khusus dengan diameter tertentu

Page 25: Benda

Meski tunas bambu mengandung toksin taxiphyllin, senyawa glikosida sianogenik, yang mampu menghasilkan sianida di dalam lambung, pemrosesan yang sesuai akan menjadikan tunas bambu bisa dimakan. Berbagai masakan Asia menggunakan tunas bambu, dan tunas bambu dijual dalam bentuk segar maupun kalengan. Lemur bambu emas memakan tunas bambu mentah dan mereka tidak terpengaruh toksin taxiphyllin.

Tunas bambu dalam kondisi terfermentasi adalah bahan utama dalam berbagai kuliner di Himalaya. Di India disebut khorisa. Di Nepal, tunas bambu difermentasikan dengan kunyit dan minyak sayur, lalu dimasak dengan kentang menjadi masakan yang dimakan bersama nasi (alu tama (आलु� ता�मा�) in Bahasa Nepali).

Di Indonesia, tunas bambu dipotong tipis-tipis dan direbus bersama santan dan rempah-rempah untuk membuat gulai rebung. Resep lain yang memanfaatkan tunas bambu yaitu sayur lodeh dan lumpia. Tunas bambu yang telah diiris dicuci bersih dan/atau direbus sebelum dimakan untuk menghilangkan toksin.

Acar tunas bambu digunakan sebagai pelengkap makanan, bisa juga dibuat dari inti batang bambu muda (pith)

Getah dari batang bambu muda disadap ketika musim hujan untuk menghasilkan minuman beralkohol. Daun bambu bisa dipakai sebagai pembungkus makanan ringan.

Bagian dalam batang bambu tua biasanya digunakan sebagai alat memasak di banyak budaya Asia. Sup dan beras yang dimasak di dalam batang bambu dipaparkan ke api hingga matang. Memasak di dalam batang bambu dipercaya menghasilkan rasa yang berbeda.

Barang-barang dari anyaman bambu

Page 26: Benda

Sebuah toko di pasar tradisional menjual barang-barang dari anyaman bambu dan rotan

Bambu juga digunakan untuk membuat sumpit dan alat memasak lainnya seperti spatula. Bambu merupakan bahan baku dari berbagai peralatan rumah tangga yang utama sebelum datangnya era peralatan rumah tangga dari plastik. Bakul nasi,tampah, bubu/perangkap ikan, tempat kue (besek), topi bambu (caping) adalah contoh dari beberapa peralatan yang terbuat dari bambu.

Konstruksi[sunting | sunting sumber]

Rumah-rumah di pedesaan Jawa dan Sunda masih banyak yang memakai dinding bambu. Pohon bambu yang tebal terutama di bagian pangkal dipakai sebagai kaso. Batang bambu juga banyak dipakai sebagai jembatan darurat.

Bambu berkualitas tinggi lebih kuat dibandingkan baja,[16][17] sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan maupun senjata

Konstruksi bambu pada pagar, dinding, tiang. Lokasi: Bojongmangu, Kabupaten Bekasi

Instrumen musik[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, bambu sering digunakan sebagai alat musik tradisional yang menjadi ciri khas masing-masing daerah Indonesia. Salah satu contohnya adalah Angklung dan Seruling yang berasal dari Sunda.

Page 27: Benda

Pengolahan air[sunting | sunting sumber]

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Bambu pada kebudayaan Asia[sunting | sunting sumber]

Saran pengangkutan bambu (foto diambil di masa Hindia Belanda)

Panjangnya umur bambu menjadikannya ia sebagai simbol keteguhan, ketulusan di Cina, dan sebagai tanda persahabatan di India. Jarangnya bambu berbunga, membuat bunganya dianggap sebagai simbol kelaparan yang akan datang. Hal ini bisa jadi berhubungan dengan tikus-tikus yang memakani bunga-bungaan bambu yang menyebabkan tikus-tikus bertambah banyak dan menyebabkan hancurnya produksi pertanian lokal.[rujukan?]

Di dalam kebudayaan Cina, bambu, prem, anggrek, dan krisan (diketahui juga sebagai méi lán zhú jú 梅兰竹菊) sering disebut sebagai Empat Lelaki. Keempat tanaman ini merepresentasikan keempat musim dan juga keempat aspek dari Junzi ("guru", "orang bijak", 君子) dalam Konfusianisme. Cemara (sōng 松), bambu (zhú 竹), dan prem (méi 梅) juga dikagumi ketahanannya terhadap kondisi yang keras. Mereka bertiga ini dikenal sebagai Tiga Teman di Musim Dingin (suìhán sānyǒu 岁寒三友) dalam kebudayaan Cina. Ketiganya juga dipakai untuk sistem pemeringkatan di Jepang. Misalnya dalam tempat penginapan tradisional di Jepang (ryokan 旅館), cemara (matsu 松) melambangkan tingkatan utama, bambu (take 竹) sebagai tingkat kedua, dan prem (ume 梅) sebagai tingkatan ketiga.[rujukan?]

Mitos dan legenda[sunting | sunting sumber]

Bambu sebagai media tulis[sunting | sunting sumber]

Bambu sebagai senjata[sunting | sunting sumber]

Di beberapa daerah Asia Timur dan Asia tenggara bambu digunakan sebagai alat bela diri. Contohnya adalah Bela diri silambam pada zaman Tamil kuno, pada bela diri ini petarung akan sering saling berpukulan dengan tongkat bambu.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Sebuah "Katedral Bambu" diChaguaramas, Trinidad and Tobago.

 

Page 30: Benda

Mounts Botanical Garden, Pantai Palem Bagian Barat, Florida

Referensi[sunting | sunting sumber]

1. ^ a b Farrelly, David (1984). The Book of Bamboo. Sierra Club

Books.ISBN 087156825X.

2. ̂  Gratani, Loretta; Maria Fiore Crescente, Laura Varone, Giuseppe

Fabrini, and Eleonora Digiulio (2008). "Growth pattern and photosynthetic activity

of different bamboo species growing in the Botanical Garden of

Rome". Flora 203: 77–84. .

3. ̂  Bystriakova, N.; N. Bystriakova, V. Kapos, I. Lysenko and C.M.A.

Stapleton (September 2003). "Distribution and conservation status of forest

bamboo biodiversity in the Asia-Pacific Region". Biodiversity and

Conservation 12 (9): 1833–1841. doi:10.1023/A:1024139813651. Diakses 12

August 2009.

4. ^ a b "Gorillas get drunk on bamboo sap". The Daily Telegraph. 23 March

2009. Diakses 12 August 2009.

5. ̂  "Arundinaria gigantea (Walt.) Muhl. giant cane". PLANTS

Database. USDA.

6. ̂  editor-in-chief, Anthony Huxley, editor, Mark Griffiths, managing editor,

Margot Levy. (1992). In Huxley, A. New RHS Dictionary of Gardening. Macmillan

New RHS Dictionary of Gardening. ISBN 0-333-47494-5.

7. ̂  McDill, Stephen. "MS Business Journal". MS Business Journal.

Diakses 7 July 2011.

8. ̂  Kelchner SA; the Bamboo Phylogeny Group (2013) Higher level

phylogenetic relationships within the bamboos (Poaceae: Bambusoideae) based

on five plastid markers. Mol Phylogenet Evol pii: S1055-7903(13)00062-6. doi:

10.1016/j.ympev.2013.02.005

Page 31: Benda

9. ̂  "NYIS". Nyis.info. 2013-10-24. Diakses 2014-03-24.

10. ^ a b Thomas R. Soderstrom; Cleofe E. Calderon; Thomas R.

Soderstrom; Cleofe E. Calderon; T.R. Soderstrom, C.E. Calderon (1979). "A

Commentary on the Bamboos (Poaceae: Bambusoideae)". Biotropica 11 (3):

161–172.doi:10.2307/2388036. JSTOR 2388036.

11. ^ a b Janzen, DH. (1976). "Why Bamboos Wait so Long to

Flower". Annual Review of Ecology and Systematics 7: 347–

391.doi:10.1146/annurev.es.07.110176.002023.

12. ̂  Keeley, JE; Keeley, J.E. and W.J. Bond (1999). "Mast flowering and

semelparity in bamboos: The bamboo fire cycle hypothesis". American

Naturalist154 (3): 383–391. doi:10.1086/303243. PMID 10506551.

13. ̂  Saha, S; Saha, S., HF Howe (2001). "The Bamboo Fire Cycle

Hypothesis: A Comment". The American Naturalist 6 (158): 659–

663. doi:10.1086/323593.PMID 18707360.

14. ̂  Keeley, JE; Keeley, J.E. and W.J. Bond (2001). "On incorporating fire

into our thinking about natural ecosystems: A response to Saha and

Howe". American Naturalist 158 (6): 664–

670. doi:10.1086/323594. PMID 18707361.

15. ̂  [1]

16. ̂  The Bamboo Solution: Tough as steel, sturdier than concrete, full-size

in a year. Mary Roach. Discover Magazine. 1 June 1996. Retrieved 7 December

2013.

17. ̂  Mechanical Properties of Bamboo. Evelin Rottke. RWTH Aachen

University. Faculty of Architecture. Aachen, North Rhine-Westphalia, Germany.

Section 3, page 11 and Section 4, page 11. 27 October 2002. Retrieved 7

December 2013.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikispecies mempunyai

informasi mengenai

Page 33: Benda

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

(tidak termasuk) Rosids

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae

Genus: Durio

Spesies: D. zibethinus

Nama binomial

Durio zibethinus

Rumph. ex Murray

Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit). Durian adalah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang menyukainya, namun sebagian yang lain malah muak dengan aromanya.

Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio .[1] Namun demikian, yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasar tempatan di Asia Tenggara di antaranya adalah lai (D. kutejensis), kerantungan (D. oxleyanus), durian kura-kura atau kekura (D. graveolens), serta lahung (D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini mengacu kepada D. zibethinus.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Nama-nama lokal

2   Botani

o 2.1   Penyebaran

o 2.2   Pemerian morfologi

3   Keanekaragaman

o 3.1   Kultivar unggul nasional

Page 34: Benda

o 3.2   Ras lokal

o 3.3   Kultivar unggul dari luar negeri

4   Budidaya dan perbanyakan

o 4.1   Syarat tumbuh dan pemupukan

o 4.2   Penanaman dan pemeliharaan

o 4.3   Perbanyakan

o 4.4   Hama dan penyakit

5   Kegunaan

o 5.1   Nilai gizi

6   Serba-serbi buah durian

o 6.1   Masalah bau

o 6.2   Panen durian

o 6.3   Memilih durian

o 6.4   Membelah durian

o 6.5   Panas

o 6.6   Durian tanpa duri

7   Catatan kaki

8   Pranala luar

Nama-nama lokal[sunting | sunting sumber]

Terdapat banyak nama lokal. Nama terbanyak ditemukan di Kalimantan, yang mengacu pada berbagai varietas dan spesies yang berbeda. Durian di Jawa dikenal sebagai duren (bahasa Jawa, bahasa Betawi) dan kadu (bahasa Sunda). Di Sumatera dikenal sebagai durian dan duren (bahasa Gayo). Di Sulawesi, orang Manadomenyebutnya duriang, sementara orang Toraja duliang. Di Kota Ambon dan kepulauan Lease biasa disebut sebagai Doriang. Di Pulau Seram bagian timur disebutrulen.[2]

Page 35: Benda

Botani[sunting | sunting sumber]

Tajuk dan percabangan pohon durian di Cimahpar, Bogor

Penyebaran[sunting | sunting sumber]

Pusat keanekaragaman durian adalah Pulau Kalimantan. Daerah-daerah sekitarnya juga memilki beberapa plasma nutfah durian, seperti Mindanao, Sumatera, dan Semenanjung Malaya meskipun tidak semelimpah Kalimlantan. Meskipun demikian, pengekspor utama durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi dan sistem budidaya yang baik. Tempat lain yang membudidayakan durian dengan orientasi ekspor adalah Mindanao di Filipina, Queensland diAustralia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka.

Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City.

Pemerian morfologi[sunting | sunting sumber]

Pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Tumbuh tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50 m tergantung spesiesnya,[3] pohon durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.

Daun berbentuk jorong hingga lanset, 10-15(-17) cm × 3-4,5(-12,5) cm; terletak berseling; bertangkai; berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai; sisi atas berwarna hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu bintang.[4]

Bunga (juga buahnya) muncul langsung dari batang (cauliflorous) atau cabang-cabang yang tua di bagian pangkal (proximal), berkelompok dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau malai rata. Kuncup bunganya membulat, sekitar 2 cm diameternya, bertangkai panjang. Kelopak bunga bentuk tabung sepanjang lk. 3 cm, daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping berbentuk bundar telur.

Page 36: Benda

Mahkota bentuk sudip, kira-kira 2× panjang kelopak, berjumlah 5 helai, keputih-putihan. Benang sarinya banyak, terbagi ke dalam 5 berkas; kepala putiknya membentuk bongkol, dengan tangkai yang berbulu.[4] Bunga muncul dari kuncup dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal darikelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya.[5] Kajian di Malaysia pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa penyerbuk durian adalah kelelawar Eonycteris spelaea. Penelitian tahun 1996 lebih jauh menunjukkan bahwa hewan lain, seperti burung madu Nectariniidae dan lebah turut serta dalam penyerbukan tiga kerabat durian lainnya.[3][6]

Bunga durian, keluar langsung dari batang/cabang secara berkelompok

Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm.[4]Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan duri dalam pengertianbotani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.

Buah berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 hingga 5 kilogram, sehingga kebun durian menjadi kawasan yang berbahaya pada masa musim durian. Apabila jatuh di atas kepala seseorang, buah durian dapat menyebabkan cedera berat atau bahkan kematian.

Setiap buah memiliki lima ruang (awam menyebutnya "kamar"), yang menunjukkan banyaknya daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga butir atau lebih, lonjong hingga 4 cm panjangnya, dan berwarna merah muda kecoklatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (salut biji, yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian) berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Biji dengan salut biji dalam perdagangan disebut ponggè. Pemuliaan durian diarahkan untuk menghasilkan biji yang kecil dengan salut biji yang tebal, karena salut biji inilah bagian yang dimakan. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji yang tidak berkembang namun dengan salut biji tebal (disebut "sukun").

Page 37: Benda

Keanekaragaman[sunting | sunting sumber]

Varietas lokal (kiri) dan klon D101 (kanan)

Durian sangat beraneka ragam. Sebagaimana disebut di muka, beberapa spesies selain durian benar (D. zibethinus) juga dianggap sebagai durian. Di Indonesia tercatat ada 20 spesies anggota Durio (dari hampir 30-an jenis), sembilan di antaranya dapat dimakan.[3][7] Durian yang benar pun memiliki banyak variasi. Lembaga penelitian di Indonesia,Malaysia, dan Thailand telah merilis berbagai kultivar durian unggul. Selain itu terdapat pula ras-ras lokal yang dikenal baik namun belum mengalami tahap seleksi untuk meningkatkan kualitasnya.

Kultivar unggul nasional[sunting | sunting sumber]

Terdapat lebih dari 55 varietas/jenis durian budidaya. Hingga 2005 terdapat 38 kultivar unggul yang telah diseleksi dan diperbanyak secara vegetatif.[7] Beberapa di antaranya:

'Gapu ', dari

Puncu, Kediri, Jawa Timur

'Hepe', bijinya kempes

dengan daging tebal

'Kelud', dari Puncu, Kediri,

Jawa Timur

'Ligit', dari Kutai

'Mawar', dari Long Kutai

'Ripto', dari Trenggalek

'Salisun', dari Nunukan

'Selat', dari Jaluko, Muaro

'Bentara', dari Kerkap, Bengkulu Utara

'Bido Wonosalam', dari Jombang, Jawa Timur

'Perwira', dari Simapeul, Majalengka

'Petruk', dari Dukuh Randusari,

Desa Tahunan, Jepara, Jawa Tengah[8]

'Soya', dari Ambon, Maluku

'Sukun', bijinya kempes dengan daging tebal

'Sunan', dari Boyolali

'Kani' ("chanee", durian bangkok)

'Otong', (alihnama dari durian "monthong",

Page 38: Benda

Jambi

'Sememang',

dari Banjarnegara

'Tong Medaye',

dari Lombok, NTB

durian bangkok, di Malaysia disebut klon D159)

Ras lokal[sunting | sunting sumber]

Durian lokal di Cigudeg, Bogor

Beberapa ras lokal belum diseleksi, sehingga masih bervariasi dan keunggulannya belum terjamin. Biasanya dinamakan sesuai lokasi geografi. Beberapa di antaranya adalah:

Durian parung

Durian lampung

Durian jepara

Durian palembang

Durian padang

Kultivar unggul dari luar negeri[sunting | sunting sumber]

Di Malaysia, kultivar durian unggul hasil seleksi diberi kode nomor dengan huruf D di depannya. Beberapa di antaranya adalah

Page 39: Benda

'D24'

'D99'

'D123'

'D145'

'D158'

'D159' (klon sama dengan varietas 'Montong').

'D169'

'MD-UR 888' (Durian Terbaik Dunia)

Budidaya dan perbanyakan[sunting | sunting sumber]

Pohon durian asal biji yang sedang berbuah

Durian adalah buah tropis, tumbuh di sekitar khatulistiwa hingga ketinggian 800 m dpl., serta menjauh hingga garis lintang 18° di Thailand dan Queensland.

Syarat tumbuh dan pemupukan[sunting | sunting sumber]

Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang tersebar merata sepanjang tahun. Akan tetapi, periode kering 1-2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Musim raya buah durian biasa terjadi setelah tahun dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Musim panen antara dapat terjadi dengan produksi buah yang biasa-biasa saja.

Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik. Derajat keasaman optimal adalah 6-6,5. Tanah masam, seperti latosol atau podsolik merah kuning memerlukan pengapuran agara tanaman tumbuh baik. Durian muda juga memerlukan lindungan alam, agar pohon atau cabang-cabangnya yang sarat buah tidak patah diterpa angin yang kuat. Muka air tanah tidak boleh kurang dari 150 cm karena air tanah yang terlalu rendah berakibat buah kurang manis.

Pemupukan dilakukan dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia. Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan

Page 40: Benda

pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing selesai untuk mempersiapkan pembungaan.

Penanaman dan pemeliharaan[sunting | sunting sumber]

Penanaman durian secara komersial di perkebunan dilakukan dengan jarak tanam 10 m × 10 m hingga 12 m × 12 m, tergantung dari ukuran tanaman/kultivarnya.[2]Apabila tanaman masih kecil, tumpang sari dapat dilakukan. Pengendalian gulma juga perlu dilakukan.

Pemeliharaan mencakup pemupukan, pemangkasan (pembentukan dan peremajaan), pengairan (bila diperlukan), dan pengendalian hama dan penyakit.[2] Tajuk durian yang baik adalah berbentuk kerucut membulat, dengan cabang utama mendatar ke samping.

Perbanyakan[sunting | sunting sumber]

Perbanyakan durian di desa-desa umumnya dengan menggunakan biji. Perbanyakan dengan biji juga dilakukan untuk memperoleh batang bawah dalamperbanyakan vegetatif. Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya embrionya mati. Dengan demikian biji harus segera disemaikan setelah buahnya dibuka.

Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun dalam budidaya dapat dipercepat jika menggunakan bahan tanam hasil perbanyakan vegetatif. Teknik-teknik yang dipakai adalah pencangkokan (jarang dilakukan), penyusuan (jarang dilakukan), penyambungan sanding (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding).[2] Teknik yang terakhir ini sekarang yang paling banyak dilakukan. Beberapa penangkar sekarang juga menerapkan penyambungan mikro(micrografting). Teknik ini dilakukan pada saat batang bawah masih berusia muda sehingga mempercepat masa tunggu. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 2-3 tahun.

Durian juga memungkinkan diperbanyak secara in vitro (kultur jaringan).

Hama dan penyakit[sunting | sunting sumber]

Hama yang menyerang durian di antaranya adalah ulat penggerek buah (gala-gala), ulat penggerek bunga, dan kutu loncat durian (menghisap cairan daun muda).[2]

Penyakit utama durian adalah busuk akar dan batang Pythium complectens, mati bibit (juga oleh patogen yang sama), penyakit blendok/kanker Phytophthora palmivora, dan jamur upas yang menyerang batang/cabang.[2][9]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Page 41: Benda

Tempoyak, durian yang diragikan

Es krim durian di Padang

Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan (arilus atau salut bijinya) dalam keadaan segar. Salut biji ini umumnya manis dan sangat bergizi karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein, dan mineral.[4]

Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan.

Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan. Dalam dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam permen, es krim, susu, dan berbagai jenis minuman penyegar lainnya.

Bijinya bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar,[4] atau dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene).[10] Biji durian mengandung sekitar 27% amilosa.[11] Kuncup daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.

Durian (Durio zibethinus)

Nilai nutrisi per 100 g (3.5 oz)

Energi 615 kJ (147 kcal)

Karbohidrat 27.09 g

- Serat pangan 3.8 g

Page 42: Benda

Lemak 5.33 g

Protein 1.47 g

Air 65g

Vitamin C 19.7 mg (33%)

Kalium 436 mg (9%)

Hanya bagian yang dapat dimakan, mentah atau beku.

Brangkasan: 68% (Shell and seeds)

Sumber: USDA Nutrient database[12]

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.

Beberapa bagian tumbuhan kadang-kadang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Akarnya dimanfaatkan sebagai obat demam. Daunnya, dicampur dengan jeringau (Acorus calamus), digunakan untuk menyembuhkan cantengan (infeksi pada kuku). Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional.[13]

Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir (repellent) nyamuk dengan meletakkannya di sudut ruangan.[14]

Kayu gubalnya berwarna putih dan terasnya kemerah-merahan. Ringan, namun tidak begitu awet dan mudah diserangrayap. Biasa digunakan sebagai perabot rumah, peti-peti pengemas, dan bahan konstruksi ringan di bawah atap, asalkan tidak bersentuhan dengan tanah.[13]

Nilai gizi[sunting | sunting sumber]

Setiap 100 g salut biji mengandung 67 g air, 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat; serta memiliki nilai energi sebesar 520 kJ. Durian juga banyak mengandung vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C; serta kalium,kalsium dan fosfor.[4]

Serba-serbi buah durian[sunting | sunting sumber]

Masalah bau[sunting | sunting sumber]

Page 43: Benda

Pelarangan durian di MRTSingapura.

Karena baunya yang keras menyengat dan cenderung busuk (bagi beberapa orang), sejumlah perusahaan dan maskapai penerbangan melarang orang membawa durian, misalnya di kabin pesawat udara, di kendaraan angkutan umum ataupun dibawa ke hotel.

Bagi penggemar durian, agar tidak menimbulkan hal-hal tak menyenangkan dengan orang yang tak menyukai bau durian, dipercaya ada sebuah cara yang mudah untuk menghilangkan bau durian di jari-jari tangan dan mulut. Jari tangan dibersihkan dengan mengaduk-aduk air di dalam pangsa durian (yakni ceruk kulit buah bagian dalam, bekas tempat daging dan biji durian menempel) dan air adukan tersebut tidak dibuang, tetapi digunakan untuk berkumur, hal itu dinilai efektif.[15]

Panen durian[sunting | sunting sumber]

Di Kabupaten Ketapang Kalbar panen durian setiap tahun muncul pada bulan Januari atau Februari. Untuk tahun 2006, di luar kebiasaan, buah selang (buah bukan musim) ternyata cukup banyak dihasilkan. Meskipun panen buah kali ini tidak besar (karena buah selang) namun karena banyak lokasi kebun yang berbuah maka cukup banyak juga yang tersedia di pasaran. Panen terbesar kali ini datang dari tanaman masyarakat di Kecamatan Sukadana yang juga merupakan sentra produksi durian di Kabupaten Ketapang. Di kawasan ini selain dibudidayakan masih banyak buah durian yang tumbuh liar. Harganya cukup bervariasi 3 butir Rp 10.000, sementara yang besar berkisar antara rp 5000- Rp 10.000. Buah durian ini termasuk spesies endemik di Kabupaten Ketapang, beberapa jenis durian liar ada di kawasan kabupaten Ketapang. Jenisnya beraneka, seperti durian teratong, durian lahong, durian lei, durian tembranang. Beberapa jenis durian tersebut meskipun tidak komersial, tetapi merupakan sumber gen plasma nuftah yang sangat berguna bagi pemulyaan. Nama ilmiah spesies liar cukup bnayak antara lain durian burung, durian kura kura kura yang buahnya dipangkal batang atau di pangkal akar. Durio kutejensis ( durian pekawai) , Durio oxlevanus, Durio graveolens, dan Durio dulcis (lahong). Aneka jenis spesuies liar banyak terdapat di hutan dengan warna, bau dan bentuk yang beraneka. Karena banyaknya spesies di kawasan ini maka membuktikan bahwa Kabupaten Ketapang adalah salah satu tempat penyebaran durian. Para ahli kini sedang meneliti beberapa jenis varitas liar tersebut.

Memilih durian[sunting | sunting sumber]

Page 44: Benda

Setiap orang mempunyai caranya sendiri dalam memilih buah durian terbaik. Masing-masing orang percaya bahwa cara pemilihannya dapat menghasilkan buah terbaik.

Durian adalah buah musiman yang dulunya dipanen sekali setahun. Sekarang panen durian dapat dilakukan hingga dua kali setahun. Hal ini meningkatkan persaingan di antara para penjual eceran.

Memilih buah yang tepat amat penting apabila penjual menjual buah sebagaimana adanya, tanpa boleh dibuka. Sekarang penjual umumnya mau membuka buah untuk membuktikan isinya. Dengan cara ini, keahlian dalam memilih pun menjadi kurang penting.

Mencium bau durian sebelum membeli

Orang dapat memilih durian dengan mudah di kebun. Buah dari pohon yang sama umumnya mempunyai ciri-ciri yang serupa. Lazimnya buah di kebun dibiarkan masak dan jatuh dari pohonnya ("duren jatuhan").

Pemilihan buah di luar kebun lebih rumit. Berikut ini adalah sebagian dari pedoman seleksi yang dapat digunakan:

Kesegaran buah dapat ditentukan dari tangkainya. Apabila buah telah jatuh

dari pohon, tangkainya akan mulai mengering. Penjual yang tidak jujur akan

mencoba untuk membalut atau mengecat tangkai untuk menghalangi pembeli

mengenali kesegarannya. Penjual yang kurang pintar mungkin malah akan

membuang tangkai durian.

Kebanyakan peminat menggemari buah durian yang kering dan matang.

Sebuah cara mudah untuk mengetahui apakah isi durian itu kering tanpa

membuka buah adalah dengan menggoncangkan buah dan merasakan getaran

kecil. Isi durian yang lembap melekat pada kulit buah. Isi durian yang kering

cenderung untuk berpisah dari dinding buah. Orang mestilah berhati-hati agar

tidak tergores oleh duri buah durian ketika melakukan ini.

Durian mungkin diserang oleh ulat perusak yang bertelur di dalam buah yang

berkembang menjadi larva. Ketika membeli buah durian pembeli harus

Page 45: Benda

menghindari buah yang berlubang pada kulitnyanya karena sering kali ini

merupakan tanda adanya "ulat" di dalam buah.

Membelah durian[sunting | sunting sumber]

Membelah durian

Orang yang baru belajar membeli durian dianjurkan membeli durian yang telah siap dibuka karena membelah durian agak sukar. Biasanya kita dapat dengan mudah menemukan penjual yang memberi pelayanan membelah durian. Bila pembeli sudah setuju untuk membelinya, penjual biasanya akan membelah durian sebagai pelayanannya. Mereka bersedia melakukannya, meskipun mereka tidak memindahkan isinya ke dalam bungkusan lain. Namun buah durian yang sudah dibelah perlu segera dimakan karena buah itu cenderung untuk "berkeringat". Bila isi durian mulai menghasilkan air, buah durian akan kehilangan rasanya dan tidak banyak gunanya.

Orang dapat belajar membelah durian dengan hati-hati dengan peralatan yang biasa terdapat. Periksalah kulit luar buah untuk menemukan "garis" (kampuh) sepanjang permukaan di mana duri durian tersusun membentuk garis lurus. Umumnya terdapat hingga 5 garis sepanjang permukaan buah durian.

Bagian tangkai durian harus dibalikkan dan garis urat durian akan bertemu pada satu titik di ujung buah. Pelan-pelan tusukkan benda tajam (pisau) pada titik ini, lalu goreskan sepanjang "garis" yang sudah terlihat sebelumnya. Sarung tangan atau sehelai kain yang tebal dapat digunakan untuk memegang buah durian dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya untuk melakukan tugas ini. Waspadai risiko tertusuk duri durian.

Bila kulit buah durian telah terbuka menjadi dua bagian, isi di dalam telah siap untuk dimakan. Ruas selebihnya dapat dibelah dengan menggunakan telapak tangan dengan cara merobek ujung kulit durian sedikit pada sepanjang pusat titik tengah sebelumnya.

Panas[sunting | sunting sumber]

Menurut banyak cerita yang berkembang di masyarakat (urban legend), Durian dianggap sebagai makanan yang panas, dan sehabis makan durian biasanya tubuh akan berkeringat. Cara yang umum digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menuangkan air tawar pada bagian kulit buah yang telah kosong, lalu diminum.

Page 46: Benda

Selain itu, musim durian biasanya terjadi bersamaan dengan musim manggis, yaitu buah yang dianggap mendinginkan badan. Dengan demikian, kedua buah kemudian dimakan bersama-sama.

Secara ilmiah, klaim-klaim di atas tidak pernah dibuktikan. Kemungkinannya ialah karena kandungan nutrisi durian yang padat, orang yang makan durian sering makan kebanyakan sehingga akhirnya mengalami kenaikan tekanan darah. Hal tersebut merupakan reaksi yang alamiah jika terlalu banyak memakan makanan apapun.

Durian tanpa duri[sunting | sunting sumber]

Sebagian durian dijual "tanpa duri". Duri buah durian ini ternyata telah dibuang ketika duriannya masih muda. Jadi tidak alami. Sebagian durian memang hampir tidak berduri karena durinya kurang dari 5 mm.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

1. ̂  "GRIN Taxonomy for Plants -   Durio " . Departemen Agrikultur Amerika

Serikat.

2. ^ a b c d e f Durian. Petunjuk Budidaya dari PT Pusri.

3. ^ a b c Brown, Michael J. (1997). Durio — A Bibliographic Review (PDF).

International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI). ISBN 92-9043-318-3.

Diakses 2008-11-20.

4. ^ a b c d e f Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya

Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA –

Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 192-198.

5. ̂  Whitten, Tony (2001). The Ecology of Sumatra. Periplus.

hlm. 329. ISBN 962-593-074-4.

6. ̂  Yumoto, Takakazu (2000). "Bird-pollination of Three Durio Species

(Bombacaceae) in a Tropical Rainforest in Sarawak, Malaysia". American

Journal of Botany 87 (8): 1181–1188. doi:10.2307/2656655.

7. ^ a b Uji, T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah

Durio (Durio spp.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 11:28-33.

8. ̂  "Durian Petruk". IPTEKnet BPPT. Diakses 2009-12-09.

9. ̂  Pythium vexans di laman Widely Prevalent Fungi

10. ̂  "Question No. 18085: Is it true that durian seeds are

poisonous?". Singapore Science Centre. 2006. Diakses 2008-11-20.

Page 47: Benda

11. ̂  Mahdi Jufri, Rosmala Dewi Akhmad Ridwan Firli. 2006. Studi

kemampuan pati biji durian sebagai bahan pengikat dalam tablet ketoprofen

secara granulasi basah. Majalah Ilmu Kefarmasian 3:78-86.

12. ̂  "USDA National Nutrient Database". U.S. Department of Agriculture.

Diakses 2008-11-20.

13. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3. Yay. Sarana

Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1341-1343.

14. ̂  Durian, Pengusir Nyamuk?

15. ̂  Oen Liang-Hie dan M. Soemartini. 1998. The presence of 5-hidroxy-

methyl-furfural in the shells of the durian fruit (Durio Zibethinus Murr.) as minor

deodorant and its possible role in the ripening process of the fruit (5-OH-metil-

furfural pada kulit buah durian sebagai deodoran minor dan kemungkinan

perannya dalam proses pemasakan buah).

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Cari tahu mengenai Durian pada proyek-

proyek Wikimedia lainnya:

Definisi dan terjemahan dari

Wiktionary

Gambar dan media dari Commons

Berita dari Wikinews

Kutipan dari Wikiquote

Teks sumber dari Wikisource

Buku dari Wikibuku

(Indonesia) Beberapa kultivar durian yang dirilis Deptan

(Indonesia) Peta Durian Montong di Medan

(Inggris) Durian - Fruits of warm climates

(Melayu) Info di situs Dept. Pertanian Malaysia

Page 49: Benda

Aleurites moluccana

(L.) Willd., 1805

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagaivarnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.

Tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru.[1] Di Indonesia, kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri (Bat.); kemili (Gayo); kemiling (Lamp.); buah kareh (buah keras, Mink.; Nias);keminting (Day.). Juga muncang (Sd.); dèrèkan, pidekan, miri (Jw.); kamèrè, komèrè, mèrè (Md.); dan lain-lain.[2]

Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Pengenalan

2   Kegunaan

o 2.1   Biji

o 2.2   Kayu

o 2.3   Lain-lain

3   Isu kesehatan

4   Mitologi

5   Lihat pula

6   Catatan kaki

7   Pranala luar

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Page 50: Benda

Pohon kemiri.

Bunga kemiri.

Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Pepagan abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega; seolah bertaburtepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini nampak keputihan atau keperakan.[1][3]

Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm, dengan pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya, bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.[1][3]

Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung, panjang 10–20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7 cm, hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak.[1]

Page 51: Benda

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Biji[sunting | sunting sumber]

Buah kemiri.

Kemiri terutama ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu masak utama untuk membuat poke tradisional Hawaii.

Inti biji kemiri mengandung 60–66% minyak[2]. Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sini disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada sehelai daun palem, dinyalakan salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap 15 menit atau lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamaituitui) dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.

Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.

Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkankayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.[4]

Kayu[sunting | sunting sumber]

Page 52: Benda

Biji kemiri yang dihanyutkan air laut.

Meskipun dapat menghasilkan kayu yang berukuran besar, kayu kemiri dianggap terlalu ringan dan tidak awet sebagai kayu bangunan[2]. Kayu ini berwarna keputihan dan amat ringan (BJ 0.35), serta amat mudah diserang jamur atau serangga. Kayu kemiri yang melapuk sering ditumbuhi jamur kuping (Auricularia).[5]

Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat furnitur, peralatan kecil, korek api, dan juga untuk pulp [1]. Di Jakarta, dulu, kayu kemiri sering juga digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga[2]. Di Hawaii, kayu kemiri kadang-kadang digunakan untuk membuat sampan sederhana; atau paling-paling untuk kayu bakar yang bermutu rendah[5]. Di Lombok, kayu kemiri juga diolah menjadi papan dan kerajinan tangan.

Lain-lain[sunting | sunting sumber]

Biji kemiri yang sudah dikupas dari cangkangnya.

Beberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam obat-obatan tradisional di daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut). Bijinya dapat digunakan sebagaipencahar. Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk mengobati diare atau disentri.

Kemiri juga sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon hias[4]. Di Jawa, biji kemiri biasa dijadikan sebagai bahan permainan untuk diadu kekerasan tempurungnya.

Dalam penulisan lontar, biji kemiri yang telah dibakar digunakan untuk menghitamkan tulisan pada lembaran-lembaran lontar.

Isu kesehatan[sunting | sunting sumber]

Page 53: Benda

Papan kayu kemiri.

Biji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan[6]. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengonsumsi biji kemiri secara mentah. Penggunaan kemiri harus diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa minyak atau air) hingga biji hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin.

Mitologi[sunting | sunting sumber]

Talam buah dari kayu kemiri.Narmada, Lombok Barat.

Di Hawaii, pohon kemiri adalah simbol penerangan, perlindungan, dan perdamaian[7]. Kemiri dianggap sebagai bentuk tubuh Kamapua'a, dewa babi. Salah satu legenda menceritakan tentang seorang wanita yang meskipun telah melakukan segala usahanya yang terbaik untuk menyenangkan suaminya, sering dipukuli. Akhirnya, suaminya itu membunuhnya hingga mati dan menguburnya di bawah pohon kukui. Karena sang istri adalah wanita yang baik dan adil, ia pun memperoleh kehidupannya kembali. Suaminya pun akhirnya terbunuh.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Bumbu dapur

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

1. ^ a b c d e SIEMONSMA, J.S.. 1999. Aleurites moluccana   (L.) Willd.  [Internet]

Record from Proseabase. de Guzman, C.C. and Siemonsma, J.S.

(Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor,

Indonesia. Accessed from Internet: 02-Feb-2011

Page 54: Benda

2. ^ a b c d HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2: 1174-1177.

Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.

3. ^ a b STEENIS, CGGJ VAN . 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT

Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 263.

4. ^ a b ICRAF AgroforesTree Database: Aleurites moluccana

5. ^ a b Elevitch, Craig R.; Harley I. Manner (April 2006). Aleurites

moluccana   (kukui)  (PDF). The Traditional Tree Initiative. hlm. 10.

6. ̂  http://www.sallys-place.com/food/cuisines/indonesia.htm

7. ̂  "Kukui". Canoe Plants of Ancient Hawaii. Diakses 2009-11-15.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikimedia

Commonsmemiliki galeri

mengenai:

Kemiri

(Indonesia) Kemiri yang merupakan tanaman pelezat dan kaya manfaat

(Indonesia) Manfaat kemiri sebagai penyubur rambut

[sembunyikan]

L

 

B

 

S

Rempah-rempah

Bumbu dapur Adas · Adas manis · Adas sowa (dill) · Andaliman · Asam cikala · Asam gelugur · Asam jawa

putih · Bunga lawang (kembang pekak) · Cengkeh · Daun bawang · Jahe · Jeruk nipis · Jeruk purut

seberang · Kecombrang (honje, bunga kantan dan honje hutan) · Kemangi · Kemiri · Kencur ·

sebrang) · Lempuyang · Lengkuas · Mustar · Pala dan fuli · Pandan wangi · Salam · Salam koja

Page 55: Benda

kunci · Temu lawak · Temu mangga · Temu putih · Temu putri · Temu rapet · Temu tis · Vanili

Wangi-wangian Akar wangi · Cendana · Damar · Gaharu · Kapur barus  · Kayu putih (gelam) · Kayu mesoyi (masoi)

Penyamak kulit dan pewarna Gambir · Kesumba · Secang (sepang) · Soga · Suji · Tarum (indigo)

  Artikel bertopik bahan masakan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Kategori: 

Rempah-rempah

Pohon kayu

Tumbuhan obat

Euphorbiaceae

PeriaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

?Peria

Peria

Klasifikasi ilmiah

Page 56: Benda

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Violales

Famili: Cucurbitaceae

Genus: Momordica

Spesies: M. charantia

Nama binomial

Momordica charantia

Descourt.

Sinonim

Sumber:[1]

Cucumis africanus Lindl.

M. balsamina Blanco.

M. balsamina Descourt.

M. cylndrica Blanco.

M. jagorana C. Koch.

M. opergulata Vell.

Peria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma.[2] Aanggota suku labu-labuan atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan pengobatan.[3] Nama Momordica yang melekat pada nama binomialnya berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas gigitan.[4]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Nama-nama lokal

2   Pemerian dan ekologi

3   Persebaran, habitat, & perawatan

Page 57: Benda

4   Kegunaan

o 4.1   Peria dan diabetes

5   Keanekaragaman

6   Referensi

7   Galeri foto

Nama-nama lokal[sunting | sunting sumber]

Peria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa di sebut sebagai paria, pare, pare pahit, pepareh [5]. Di Sumatera, peria dikenal dengan nama prieu, fori, pepare, kambeh, paria.[5] Orang Nusa Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak,pariak, pania, dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan poya, pudu, pentu, paria belenggede, sertapalia.[5]

Pemerian dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Peria tumbuh merambat dengan membentuk sulur spiral

Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. [6] Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan dipagar. [7] Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. [8] Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua.[5] Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning.[5] Buahnya  bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.[5]

Persebaran, habitat, & perawatan[sunting | sunting sumber]

Page 58: Benda

Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui di tanah terlantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang terlalu banyak sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.[1] Benih peria diambil dari buah yang sudah cukup matang. Sesudahnya, semai dalam polypot dengan ukuran 8-12 cm, isi dengan tanah yang baik. Sesudahnya, semai sebanyak 2-3 biji. Tanah harus selalu lembab, hingga tumbuh tunas. Jika daun sudah muncul sebanyak 2-4 lembar, sisakan satu dan cabut yang lainnya. Pidahkan ke tanah, dan siram dengan air yang cukup, dan tutup dengan sekam.[9]Akan tetapi, peria yang berjenis peria gajih lebih baik ditanam di dataran rendah dengan tanah yang gembur. Biasanya ditanam di pekarangan, dan harus ada sedikit naungan agar buahnya dapat berwarna putih.[10]

Peria gajih ditanam lewat bijinya. Saat menugal biji, sebaiknya diberi abu dapur dahulu. Sebab, menanam peria gajih tidak boleh sembarangan.[10] Sulurnya harus dibantu merambat ke tiang rambatan. Adapun, jika sulur induk sudah berdaun lebih dari 10 lembar, gunting ujungnya agar bunga betina tidak muncul dari sulur induk. Setelah sulur dipotong, kelak akan ada muncul sulur yang baru. Jika hujan tidak juga turun, siram peria dengan teratur. Setelah bunga betina muncul, baru dilakukan pemupukan. Jangan berlebihan, sebab akan mengakibatkan sementara daun menjadi lebab, akan tetapi buahnya tetap kecil saja. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali, dengan pupuk kimia atau organik.[9] Kalau buahnya sudah terbentuk, harus dilapis kertas 2 rangkap untuk menghindarkan dari serangan lalat buah. Setelah 3 bulan, sudah bisa dipanen.[10] Buah barulah bisa dipane apanila permukaan buah sudah menggembung dan berair. Tekan bagian tengah buah, apabila masih keras, tunggu hingga sudah agak kenyal.[9] Segerakanlah memetik buah sebelum menjadi kuning, karena itu pertanda buah sudah menua. Buah yang menguning, sudah boleh diambil bijinya sebagai bibit. Apabila daun sudah menguning, cabutlah pohon peria tersebut, karena pertanda sudah tak produktif.[9]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Buah peria disajikan sebagai masakan khas Asia dengan kombinasi rempah-rempah.

Kandungan Peria

Nilai nutrisi per 100 g (3.5 oz)

Energi 79 kJ (19 kcal)

Page 60: Benda

Vitamin K 4.8 μg (5%)

Kalsium 9 mg (1%)

Besi 0.38 mg (3%)

Magnesium 16 mg (4%)

Fosfor 36 mg (5%)

Kalium 319 mg (7%)

Natrium 6 mg (0%)

Seng 0.77 mg (8%)

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.

Sumber: Data Nutrisi USDA

Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina, peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu.[11] Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen. Daunnya mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara itu, akarnyamengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinyamengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial.[12] Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit kuning,memperlancarpencernaan, dan sebagai obat malaria. [13] Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan jantung ataupun infeksi virus.[11] Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk.[13]

Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel, rendang, atau gulai.[6] Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atauasinan sayuran.[11]

Ekstrak biji peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.[14]

Page 61: Benda

Peria dan diabetes[sunting | sunting sumber]

Ekstrak peria dikemas dalam bentuk kapsul sebagai obat herba

Sejak zaman purba peria digunakan untuk merawat penderita kencing manis karena terbukti berkhasiat hipoglikemik melalui insulin nabati yang mengurangi kandungan guladalam darah dan air kencing. [15] Penelitian mengenai khasiat hipoglikemik ini dilakukan oleh William D.Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in vivo.[16] Efek peria dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan[12]. Selain itu diduga peria memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea, yakni obat antidiabetes paling tua [12]. Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati [12] . Momordisin, sejenis glukosida yang terkandung dalam peria juga mampu menurunkan kadar gula dalam darah dan membantu pankreas menghasilkan insulin.[11] Efek peria dalam menurunkan gula darah padakelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin.[12]

Penemuan peria sebagai antidiabetes ini diperkuat oleh hasil penelitian ahli obat berkebangsaan Inggris, A.Raman dan C.lau pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa sari dan serbuk kering buah peria menyebabkan pengurangan kadar glukosa dalam darahdan meningkatkan toleransi glukosa.[16] Dalam ramuan tradisional, buah peria ditumbuk hingga menghasilkan cairan pahit atau merebus daun serta buahnya sehingga menghasilkan air yang dapat diminum secara langsung.[16]Sebagai obat diabetes, buah peria dapat disajikan sebagai teh karena terbukti tidak memiliki efek samping terhadap sistem pencernaan sehingga tepat dikonsumsi oleh penderita yang mengalami konstipasi.[17]

Keanekaragaman[sunting | sunting sumber]

Peria hijau (kiri) dan peria putih.

Page 62: Benda

Peria ular.

Keanekaragaman peria ada tiga, peria gajih, peria hijau, dan peria ular. Kedua peria tersebut tidak dimakan, kecuali peria gajih karena rasanya pahit. Namun, peria gajih memiliki rasa yang masih lumayan, sehingga masih disukai.[10]

Peria gajih adalah jenis peria yang paling banyak dibudidayakan dan paling

disukai.[6] Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal

dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30 - 50 cm,

diameter 3 - 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah.[2]

Peria hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil

agak

halus. [6] Buah peria ini mempunyai panjang 15 - 20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis. [6] Peria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.[6]

Peria ular atau peria belut dapat dikenali dengan buahnya yang berbentuk

bulat panjang, agak melengkung dan panjangnaya mencapai 60 cm.[2] Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan

mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

1. ^ a b Dalimartha, Setiawan (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 5.

hal.121 & 131-136. Jakarta: Puspa Swara. ISBN 978-979-1480-18-5.

Page 63: Benda

2. ^ a b c d Rospita (2002), Peri Kehidupan Tanaman Lobak(Rapharus

sativus), Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, hlm. 1

3. ̂  Sriutami, Sinta (2008), Efek Pemberian Tepung Buah Pare (Momordica

charantia l.) Terhadap Profil Lemak Serum Darah Tikus (Rattus norvegicus),

Bogor: Program Studi Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor, hlm. iii

4. ̂  (en)Sathish Kumar, D.; Vamshi Shrathnath (Maret-April). "A Medicinal

Potency ff Momordica Charantia". International Journal of Pharmaceutical

Sciences Review and Research 1 (2): 95–100. ISSN 0976 – 044X. Diakses 15

Juni 2010.

5. ^ a b c d e f Situs Sentra Informasi Iptek: Pare diakses 15 Juni 2010

6. ^ a b c d e f Situs Pustaka Departemen Pertanian: Usaha Tani Tanaman

Pare

7. ̂  Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo.

2002.’’Tumbuhan Obat II’’. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.

8. ̂  Dwi Hastuti Qodari.2009. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Daun Pare

’’(Momordica charantia L.)’’ Menggunakan ’’gummi arabicum’’ Sebagai Bahan

Pengikat Secara Granulasi Basah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Hal. 3

9. ^ a b c d Iritani, Galuh (2012). Vegetable Gardening:Menanam Sayuran di

Rumah. hal.77 – 78. Yogyakarta:Indonesia Tera. ISBN 979-775-159-7.

10. ^ a b c d Soeseno, Slamet (1985). Sayur-Mayur untuk Karang Gizi. hal.48-

49.Jakarta:Penebar Swadaya.

11. ^ a b c d Situs Suara Media, 1 Mei 2010:Pare Putih, Ramuan Ampuh

Untuk Diabetes diakses 15 Juni 2010

12. ^ a b c d e Situs Davit Herbal: Manfaat Tanaman Pare diakses 18 Mei 2010

13. ^ a b Tati S.S. Subahar, Shuhaidawati Idayu.2007.’’Khasiat dan Manfaat

Peria’’. Synergy Media Books.

Page 64: Benda

14. ̂  Bahatiyanusa, Rudy. Pengaruh ekstrak biji pare ( Momordica

charantia   L.) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L. diakses 15 Juni 2010

15. ̂  Situs Bicara Tentang Tumbuhan: Khasiat Peria

16. ^ a b c (en) Situs Charantia: About Ampalaya - Bitter Melon (Momordica

charantia Linn) diakses 15 Juni 2010

17. ̂  (en)Rosales, MD, R.; R.Fernando (Juli 2001). "An inquiry into the

Hypoglycemic Action of Momordica Charantia among type-2 diabetic

patients". Philippine Journal of Internal Medicine 39: 214.

Galeri foto[sunting | sunting sumber]

Buah peria

 

Bunga peria

 

Daun peria

 

Page 66: Benda

Buah yang sudah pecah