belajar mandiri 5

36
BELAJAR MANDIRI A. Pendahuluan Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang sangat penting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan menetukan tujuannya sendiri dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. Kalau dalam melakukan belajar mandiri mengalami kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya dalam usahanya untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan Belajar mandiri merupakan salah satu model belajar yang futuristik yaitu model belajar yang dipandang dapat dilaksanakan pada saat ini dan yang akan datang. Disamping itu, model belajar mandiri dikatakan model futuristik karena dapat menyesuaikan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan

Upload: ysugeng-prihanto

Post on 09-Aug-2015

296 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar Mandiri 5

BELAJAR MANDIRI

A. Pendahuluan

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang sangat penting dalam

proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta

didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya

siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau

orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan menetukan

tujuannya sendiri dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. Kalau

dalam melakukan belajar mandiri mengalami kesulitan barulah bertanya atau

mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta

didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya dalam

usahanya untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan.

Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak

mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran dari

guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah

ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan

belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan

kenyataan di lapangan

Belajar mandiri merupakan salah satu model belajar yang futuristik yaitu

model belajar yang dipandang dapat dilaksanakan pada saat ini dan yang akan

datang. Disamping itu, model belajar mandiri dikatakan model futuristik karena

dapat menyesuaikan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK). Guru tidak lagi sebagai satu-satunya pusat pembelajaran melainkan sebagai

fasilitator dalam pembelajaran. Siswa sebagai pusat pembelajaran, siswa dapat

memperoleh informasi dari berbagai sumber. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa belajar mandiri merupakan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.

Dengan memfokuskan pada peserta didik, diharapkan dengan belajar mandiri

peserta didik dapat mencapai kompetensi-komptensi baik kompetensi yang berada

dalam kurikulum (SK & KD) ataupun kompetensi yang muncul dari pebelajar.

B. PERMASALAHAN

Dari beberapa penjelasan seperti disebutkan pada pendahuluan di atas timbul

beberapa masalah yang perlu untuk dipecahkan yaitu:

1

Page 2: Belajar Mandiri 5

2

1. Bagaimana pembekalan agar tumbuh kemauan pembelajar untuk belajar

mandiri?

2. Bagaimana menerapkan konsep-konsep dalam belajar mandiri?

C. Pembahasan Masalah

Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas akan di bagi menjadi dua

bagian yaitu: pembekalan belajar mandiri dengan penambahan pembahasan

evaluasinya dan penerapan belajar mandiri dengan menambahkan SPPG.

1. Pembekalan Belajar Mandiri

a. Pengertian Belajar Mandiri

Belajar Mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau

motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki

(Mudjiman, 2011).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Belajar aktif mempunyai ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan

dan kreatifitas untuk mencapai tujuan.

2) Motif, atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan

pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.

3) Kompetensi adalah pengetahuan, atau keterampilan, yang dapat dipakai

untuk memecahkan masalah.

4) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi

yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan atau

keterampilan baru yang dibutuhkannya.

5) Tujuan belajar hingga evaluasi belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar,

sehingga pembelajar sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.

Sedangkan menurut Miarso (2009:250), konsep dasar sistem belajar mandiri

adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

tiap peserta didik/pelajar dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan

belajar sendiri. Sistem belajar mandiri sebagai suatu sistem dapat dipandang

sebagai struktur, proses, maupun produk. Sebagai suatu struktur maksudnya ialah

adanya suatu susunan dengan hierarki tertentu. Sebagai proses adalah adanya tata

cara atau prosedur yang runtut. Sedangkan sebagai produk adalah adanya hasil

atau wujud yang bermanfaat.

Page 3: Belajar Mandiri 5

organisasi

filsafat teori

kebutuhan

programpeserta

strategi materi

produksi

DistribusiKEGIATAN BELAJAR

tenaga sarana prasarana

bantuan pengawasan

penilaian/ penelitian

3

Sedangkan menurut Good dalam Slameto, “kemandirian belajar adalah

belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak

luar. Dari pendapat ini siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang

berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan

keputusan yang diambilnya. Di dalam perkembanganya kemandirian muncul sebagai

hasil proses belajar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan

keluarga,dan lingkungan sekolah.

Menurut pendapat Chickering dalam Paullina Panen, “siswa yang mampu

belajar mandiri adalah siswa yang dapat mengontrol dirinya sendiri, dan mempunyai

motivasi belajar yang tinggi, serta yakin akan dirinya mempunyai orientasi atau

wawasan yang luas dan luwes. Biasanya siswa yang luwes, mandiri dan tidak

konformis akan dapat belajar mandiri, namun dukungan dan bimbingan guru

biasanya tetap diperlukan bagi siswa tersebut.

Dari berbagai pendapat di atas bisa dikatakan bahwa pendapat Haris

Mudjiman lebih lengkap dan berbeda dengan para ahli yang lain. Pengertian belajar

mandiri menurut Haris Mudjiman disamping lebih bertumpu pada motivasi siswa

untuk belajar, sedangkan para ahli lain bertumpu pada proses kegiatan belajarnya.

Di bawah ini akan kami sajikan dua pandangan dari Yusuf Miarso dan Haris

Mudjiman tentang pandangannya terhadap belajar mandiri.

Gambar 1: Spektrum Sistem Belajar Mandiri (Miarso:2009;252)

Page 4: Belajar Mandiri 5

Kegiatan Belajar

Motivasi Belajar

Hasil Belajar

4

Gambar 2: Hubungan Motivasi, Hasil Belajar, dan Kegiatan Belajar (Mudjiman,

2011)

Dari gambar 1 dan 2 di atas tampak bahwa pusat dari sistem belajar mandiri

menurut Miarso (2009) adalah kegiatan pembelajaran, sedangkan menurut

Mudjiman (2011) adalah motivasi belajar.

b. Ujud Fisik Belajar Mandiri

Dari batasan belajar mandiri diperoleh gambaran, bahwa seseorang yang

sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan

oleh motif yang mendorongnya belajar bukan kenampakan fisik kegiatan

belajarnya. Sedangkan ujud fisik belajar mandiri menurut Mudjiman bisa terjadi

pada kelompok, kelas, sendiri, bahkan dalam kelas konvensional. Dengan

catatan bahwa peserta didik mempunyai motif dan niat. Indikator niat antara lain

persistence, consitence, systematic, goal orientedness, innovative, follow-up clarity,

learning for life. Dalam mewujudkan belajar mandiri siswa, guru harus menguasai

dua tataran yakni tataran konsep dan tataran teknis. Tataran konsep meliputi

pemahaman terhadap paradigma konstruktivisme dan konsep belajar mandiri,

sedangkan tataran teknis meliputi pemahaman model-model pembelajaran inovatif,

tehnik mengajar, learning motivation, learning behavior, learning achievement, dan

teknik pengembangan motivasi belajar

1).Tataran Konsep

a) Paradigma konstruktivisme

Paradigma Konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran adalah

penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri, atas dasar

rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar. Paradigma Kontruktivisme

merupakan komponen ke-1 konsep belajar mandiri. Kegiatan belajar yang

berlandaskan paradigm ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki

Page 5: Belajar Mandiri 5

Instructional message Working memory

Long-term memory

Words

Picture

Sound

Visual mental model

Verbal mental model

Prior knowledge

Pictures selecting

selecting organizing

organizing

integrating

5

untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru,

menuju ke pembetukan suatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar.

Disain pembelajaran konstruktivistik tidak menggunakan istilah perencanaan

mengajar, tetapi perencanaan pengorganisasian murid belajar. Jadi yang penting

merencanakan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan murid. Perencanaan ini

akan terbantu bila basis pembelajaran murid berupa kegiatan yang memerlukan

pemikiran-pemikiran murid secara aktif.

Asumsi epistemologis yang digunakan dalam konstruktivisme:

(1) ‘...Knowledge is physically constructed by learners who are involved in active

learning ...’.

(2) ‘... Knowledge is symbolically constructed by learners who are making their

own representation of action ...’.

(3) (‘... Knowledge is socially constructed by learners who convey their meaning

making to others ...’.

(4) ‘... Knowledge is theoretically constructed by learners who try to explain things

they do not completely understand ...’.

(5) ‘... Students who are engaged in active learning are making their own

meaning and constructing their own knowledge in the process ...’.

Mayer dalam Reigeluth (2009) mengemukakan model SOI dalam

pembelajaran konstrukttivisme. SOI adalah kepanjangan dari selecting,

organizing, dan integrating, artinya model SOI mempunyai tiga tahapan penting

yakni: memilih, mengorganisasi, dan mengintegrasikan. Model SOI digambarkan

pada gambar berikut:

Gambar 3: SOI Model of Constructivist Learning form Words and Pictures

Page 6: Belajar Mandiri 5

6

Dari gambar 3 diatas dapat dijelaskan bahwa pesan pembelajaran dapat

berupa gambar dan kata-kata. Dari berbagai informasi siswa dapat memilih dan

memilah pengetahuan mana yang ingin dibangun. Setelah dipilih (selecting) maka

maka siswa memperoleh informasi (baik gambar maupun suara). Setelah

mendapat informasi yang cukup diorganisasi melalui kerja memori kemudian akan

mendapatkan model yang tepat (visual mental dan verbal mental model).

Keduanya (visual mental dan verbal mental model) diintegrasikan dengan

pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan siswa.

Kontruktivisme banyak dipengaruhi oleh psikologi kognitif dimana siswa

mengembangkan pemahamannya melalui informasi berupa gambar maupun

verbal dengan mempertimbangkan pemahaman yang sudah dimilikinya. Dalam

mengembangkan pemahamnya siswa bisa saja keliru atas pemahaman yang

dimiliki, untuk itu guru atau instruktur harus meluruskan pemahaman siswa yang

bengkok. Mengapa belajar mandiri mempunyai fondasi konstruktivis ini? Dengan

alasan, bahwa belajar mandiri adalah suatu model yang dijalankan oleh siswa dan

difasilitasi oleh guru. Interaksi model belajar mandiri bisa berupa siswa dengan

guru, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkung yang non human seperti buku,

alat, meja dan lain-lain. Interaksi merupakan indikator bahwa siswa

mengembangkan pengetahuanya memlaui informasi baru dengan pemhaman

yang sudah ada. Dengan demikian, penerapan paradigma konstruktivisme dalam

pendidikan formal-tradisional akan melatih, membiasakan, dan memberikan bekal

kemampuan belajar mandiri kepada siswa, sebagai modal pelaksanaan ‘lifelong

learning’ selepas masa pendidikan formalnya.

b). Konsep Belajar Mandiri

Belajar mandiri sebagai suatu konsep, memiliki 4 komponen utama yaitu

konstruktivisme, motivasi, belajar aktif dan kompetensi.

(1) Konstruktivisme merupakan paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran

adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri, atas

dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar.

(2) Motivasi: merupakan kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif,

persisten, terarah dan kreatif.

(3) Belajar aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan tindakan,

dan memiliki ciri-ciri efektif, persisten, terarah dan kreatif.

(4) Kompetensi adalah kemampuan melakukan tindakan secara professional.

Page 7: Belajar Mandiri 5

KONTRUKTIVISME

MO

TIV

AS

I B

EL

AJA

R

KOMPETENSI

BELAJAR AKTIF

7

Untuk mempermudah pemahaman tentang konsep belajar mandiri bisa dilihat

pada gambar d bawah ini:

Gambar 4: Konsep Belajar Mandiri (Mudjiman, PPT Mata Kuliah Belajar

Mandiri)

2) Tataran Teknis

a) Model-model Pembelajaran inovatif

(1) Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah dapat menumbuhkan kemampuan belajar

mandiri karena siswa melakukan pembeljaran melalui identifikasi masalah-

masalah untuk dipecahkan. Menurut Dewey (Mudjiman: 2011), proses belajar

hanya akan terjadi kalau siswa dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata

untuk dipecahkan. Ciri utama dari model PBL adalah pengetahuan dicari dan

dibentuk oleh siswa seperti pada pandangan konstruktivis, dalam memecahkan

contoh masalah dalam dunia nyata.

Perencanaan PBL harus terencana dengan matang guna memberikan hasil

yang positif dalam pembelajaran. PBL biasanya terintegrasi dengan mata

pelajaran yang satu dengan yang lain, karena masalah yang dipilih komplek.

Adapun persiapan yang dapat dilakukan sebelum menerapkan PBL adalah

membiasakan siswa untuk belajar kelompok dan individu untuk memecahkan

masalah; membiasakan siswa untuk merefleksi diri setelah pembelajaran;

Page 8: Belajar Mandiri 5

8

melakukan self assessment; membiasakan berpikir kritis; membuat berbagai

keputusan; membiasakan berpikir holistik atau tidak sepotong potong; dan

mempraktekkan konsep-konsep dalam pembelajaran.

Langkah dalam PBL dapat dilaksanakan melalui identifikasi masalah yang

ingin dipecahkan. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam kelompok

melalui brainstorming. Kelebihan pemacahan masalah melalui kelompok adalah

masalah dapat diselesaikan melalui kerja sama. Selain itu siswa dapat bertukar

pikiran dengan siswa yang lain. Kegiatan PBL diperkirakan dapat

mengembangkan kesenangan siswa dalam kegiatan belajar, karena bagi hampir

semua siswa, model belajar aktif tidak membosankan. Selain itu, dalam mencapai

tujuan belajar, siswa dibiasakan menentukan langkah-langkahnya sendiri utk

mencapai tujuan. Model ini sangat relevan dengan BM karena untuk membekali

kemampuan belajar mandiri siswa.

(2) Model STAD

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode

atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk

guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD

juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe

STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis,

skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari

siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Adapun lima komponen utama

pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:

(a) Penyajian kelas.

(b) Belajar kelompok.

(c) Kuis.

(d) Skor Perkembangan.

(e) Penghargaan kelompok.

(3) Model Independent Learning

Model ini disibut juga belajar bebas dimana siswa menentukan tujuanya

sendiri dan cara mencapai tujuannyapun sendiri. Nama lain dari independent

learning antara lain: self-managed/ self-directed/ self-regulated learning/ self-

motivated learning, resorces-based learning, flexible learning, open learning, dan

Page 9: Belajar Mandiri 5

9

distance learning. Masing-masing nama memberikan penekanan sifat yang

berbeda.

Dengan penekanan pada motif belajar, belajar mandiri dapat diterapkan

dalam format belajar klasikal atau kelompok, yang lazim dilakukan dalam

pendidikan formal-tradisional. Sedangkan IL lebih menekankan kepada

kesendirian dalam proses belajarnya. Guru berperan sebagai ‘pelatih’ bagi

pembelajar yang menjalankan IL. Ia harus memberikan lingkungan belajar yang

kondusif, yang mendorong muridnya untuk berani mengambil langkah

memecahkan masalah. Ia harus memberikan bantuan kepada murid yang

memerlukan. IL dalam konteks pendidikan formal dapat melatih pengembangan

self learning skills yang diperlukan dalam self-motivated learning untuk

melaksanakan lifelong learning selepas masa pendidikan formal. Pada bagian

akhir makalah ini akan dikemukakan, bahwa self-motivated learning memerlukan

self-motivational development skills, self-learning skills, dan self-reflection skills.

(4) Pendekatan Ketrampilan Proses

PKP harus memungkinkan siswa banyak menjalankan praktik, karena praktik

memudahkan pemahaman terhadap konsep-konsep baru. PKP menekankan pada

penguasaan kompetensi, sehingga menuntut penggunaan KBK secara benar,

dengan mengakomodasi kecepatan dan kemajuan belajar individual.

(5) Pendekatan PAMONG

Model PAMONG adalah model IMPACT (Instructional Management by

Parents, Community, and Teachers) yang berkembang di Amerika dan diterapkan

di indonesia pada tahun 70an. Model PBL dan Independent Learning berusaha

meningkatkan motivasi belajar melalui pengaktifan proses pembelajaran, maka

penggunaan strategi Belajar Tuntas dalam PKP dan PAMONG berusaha

meningkatkan motivasi belajar melalui penumbuhan rasa puas terhadap hasil

belajar.

(6) Model Jigsaw

Pokok-pokok langkah pelaksanaan model adalah sebagai berikut:

(a) Guru mengajarkan bagian pelajaran secara konvensional.

(b) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen, yang masing-

masing terdiri dari kira-kira 5 siswa.

(c) Guru mengadakan tes untuk mendapatkan nilai-awal siswa secara individual

tentang bahan yang diajarkan.

Page 10: Belajar Mandiri 5

10

(d) Siswa berdiskusi tentang bahan yang diajarkan; setiap anggota kelompok

menyampaikan pendapatnya tentang bahan itu

(e) Guru menyelenggarakan tes lagi, untuk mendapatkan nilai akhir siswa secara

individual.

(f) Guru menghitung capaian belajar siswa dengan mengurangkan nilai awal dari

nilai akhir siswa secara individual.

(g) Guru menjumlahkan selisih angka tersebut butir 6 dari siswa di setiap

kelompok untuk mendapatkan nilai kelompok.

(h) Guru menetapkan rank kelompok dari kelas yang diajarinya, sehingga didapat

urutan kelompok paling baik hingga yang paling kurang baik.

(7) Model Quantum

model pembelajaran yang dibangun di atas keyakinan bahwa belajar akan

efektif bila suasana menyenangkan. Bobbi DePorter, dkk (2000) meyakini bahwa

interaksi pendidikan akan dapat secara optimal merubah energi (kemampuan

potensial) menjadi cahaya (kemampuan operasional) bila interaksi itu berlangsung

dalam suasana nyaman dan menyenangkan.

b) Teknik Mengajar.

Teknik mengajar terkait dengan upaya peningkatan motivasi. Agar anak

termotivasi dalam belajar, maka guru harus bisa memahami berbagai macam

gaya belajar dari anak didik. Dengan memahami berbagai teknik mengajar dan

gaya belajar peserta didik, seorang guru akan dapat membuat murid tertarik

kepada materi pelajarannya, dan selanjutnya tertarik untuk mempelajarinya sendiri

lebih jauh. Berbagai teknik belajar juga perlu dikuasainya untuk diajarkan kepada

muridnya, agar murid mampu melakukan kegiatan belajar lebih jauh tanpa

bantuan sepenuhnya darinya (belajar mandiri)

c) Teknik Belajar Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar

Ada beberapa teknik belajar untuk menumbuhkan motivasi diantara master-

plan, SQ3R, Strategic Reading, Notetaking. Master-plan juga disebut dengan

accelerated learning. SQ3R adalah adalah strategi untuk mempelajari buku yang

mudah dipahami dan mudah diingat. Dan untuk strategic reading adalah strategi

yang sama seperti SQ3R. Dari beberapa strategi di atas yang merupakan

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pebelajarr. Dalam tahap

pembekalan perlu dikembangkan dalam kelas formal maupun nonformal untuk

membekali kemampuan belajar mandiri.

Page 11: Belajar Mandiri 5

Motivasi

Kualitas Hasil Belajar

Kualitas Proses Belajar

Suasana Kelas

Kualitas Hubungan Guru-Murid

Keterampilan Penyelenggaraan Model-model Pembelajaran

Sistem Reward dan Punishment

Kemampuan Komunikasi

11

(1) Suasana Kelas Dan Motivasi Belajar

Dalam bahasan ini adalah bagaiman membangun suasana kelas yang

dilandasi oleh hubungan profesional guru murid, sehingga kondusif bagi

pengembangan motivasi belajar siswa. Gambar berikut dapat menjelaskan

bagaimana membangung suasana kelas

Gambar 5: Kerangka Konsep Kualitas Hubungan Guru-Murid Suasana Kelas dan Motivasi Belajar

(2) Lingkungan Belajar Untuk Belajar Mandiri

Lingkungan berlajar secara umum dapat mempengaruhi belajar. Lingkungan

sekolah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan belajar mandiri,

akan tetapi tidak hanya linkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kemampuan

belajar mandiri saja, melainkan lingkungan yang lain lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan terdapat interaksi belajar siswa yakni

interaksi dengan guru, dengan teman, dengan masyarakat, dan dengan orang tua.

Adapun interaksi yang non human yakni dengan alat seperti interaksi dengan

sumber belajar untuk memperoleh informasi dan komunikasi.

(3) Perilaku Belajar (Learning Behavior)

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.

Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara

lain Psikologi Pendidikan Oleh Surya (1988), disebut juga sebagai prinsip-prinsip

belajar.

Page 12: Belajar Mandiri 5

12

Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku

belajaryang terpenting adalah:

(a) Perubahan itu Intensional perubahan yang terjadi dalam proses belajar ialah

berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari,

atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi

bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-

kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti

bertambahnya pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan terhadap

sesuatu, keterampilan dan lainnya. Maka dari itu, perubahan yang diakibatkan

mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena

individu yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.

(b) Perubahan itu Positif dan Aktif. Perubahan yang terjadi karena proses belajar

bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, berguna, serta sesuai dengan

harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa

merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang lebih

baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya

tidak terjadi dengan sendirinya, seperti karena proses kematangan, akan tetapi

karena proses itu sendiri.

(c) Perubahan itu Efektif dan Fungsional. Perubahan yang timbul karena proses

belajar bersifat efektif, yakni berguna. Yakni, perubahan tersebut membawa

pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi peserta didik. Selain itu, perubahan

dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap

dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan

dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang

luas (misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya).

d) Prestasi Belajar

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan, pengertian prestasi

belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu

kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat

belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara

ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi).

Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung

derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) Definisi ini dapat

Page 13: Belajar Mandiri 5

13

disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja

atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.

Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai

ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar

ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif

f) Teknik Pengembangan motivasi Belajar

Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang

wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu

pengetahuan  guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat

berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi

kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar yang tinggi.

Motivasi adalah motif atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang  dalam

melakukan tindakan. Hal ini menegaskan bahwa motivasi adalah satu faktor penting

untuk keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan, termasuk dalam

belajar di sekolah. Dalam belajar tingkat ketekunan siswa atau mahasiswa sangat di

tentukan oleh motif dan motivasi belajar yang di timbulkan dari motif

tersebut. Dengan kata lain motivasi belajar ini mutlak di miliki oleh seorang siswa

demi keberhasilan-Nya dalam belajar.

Motivasi ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri,

sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri.  Pada

dasarnya dari kedua jenis motivasi ini motivasi ini dua-duanya memegang peranan

penting, karena keduanya saling terkait satu sama lain.Sebagai seorang guru harus

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengajar.

Dalam mengajar, seorang guru tidak hanya sekedar dapat menyampaikan

materi kepada peserta didiknya melainkan seorang guru harus mampu memotivasi

peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Tentu saja

untuk dapat memotivasi peserta didik guru harus mempunyai teknik mengajar

tertentu dalam upaya pengembangan motivasi belajar mandiri. Dalam Haris

Mudjiman (2011:85) beberapa hal yang terkait dengan teknik mengajar, yaitu:

(1) Kognisi-Motivasi-Kegiatan Belajar.

Page 14: Belajar Mandiri 5

14

Dalam mengajar, guru perlu memahami dengan baik hubungan antara

kognisi (daya pikir), motivasi belajar, dan intensitas kegiatan belajar pada diri

siswanya. Dengan pemahaman ini guru dapat memilih strategi yang tepat untuk

meningkatkan motivasi belajar siswanya. Perubahan yang terjadi pada

kemampuan daya pikir akan berakibat pada perubahan dalam motivasi belajar.

Perubahan motivasi belajar akan mengakibatkan perubahan dalam intensitas

kegiatan belajar.

Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan

dan kedewasaan. Perubahan lingkungan adalah perubahan dari lingkungan

keluarga ke lingkungan tempat tinggal, dan dari lingkungan tempat tinggal ke

lingkungan sekolah. Perubahan kedewasaan adalah perubahan daya pikir,

motivasi belajar dan kegiatan belajar sejalan dengan bertambahnya usia. Selain

itu faktor emosi juga berperan dalam peningkatan motivasi belajar siswa.

Perubahan kemampuan kognisi dan emosi terjadi sejalan dengan

perkembangan kedewasaan.

Perubahan-perubahan kematangan kognisi dan emosi menyebabkan siswa

melihat umpan balik hasil belajar diidentikkan dengan nilai secara lebih obyektif.

Mereka mulai melihat bahwa umpan balik hasil belajar bukan lagi merupakan

evaluasi-sosial, tetapi benar-benar evaluasi objektif. Hal ini menyebabkan

mereka sangat peduli terhadap penilaian pihak-pihak luar dan mereka menjadi

sangat menghargai nilai. Apabila hal ini terus berkelanjutan selama mereka

belajar di sekolah tentu akan menyebabkan kebosanan dan menganggap

sekolah merupakan tempat yang tidak menyenangkan. Empat jenis umpan balik

hasil belajar yaitu:

(a) Evaluasi sosial bertujuan memberikan umpan balik yang bersifat

membesarkan hati, atau menyenangkan hati anak yang dinilai. Bila umpan

balik jenis ini diterima anak dengan kognisinya yang belum matang,

seringkali menyesatkan.

(b) Evaluasi simbolik memberikan umpan balik berupa simbol-simbol. Misalnya

anak mendapatkan bintang-kertas-mengkilap apabila dapat menyelesaikan

pekerjaan matematiknya tanpa kesalahan

(c) Evaluasi ‘Objective Past performance’ merupakan evaluasi yang dapat

memberikan umpan balik dengan kriteria yang lebih jelas. Anak

mendapatkan gambaran yang lebih obyektif tentang kemampuannya.

Page 15: Belajar Mandiri 5

15

Meskipun sementara pihak menganggap evaluasi jenis ini hanya menilai

kemampuan kognitif, tidak mengukur kemampuan-kemampuan yang lain.

(d) Normative feedback’ memberikan gambaran kemampuan seseorang anak

dalam bandingannya dengan anak lain di kelompok/kelasnya. Pemberian

umpan balik hendaknya diberikan oleh guru secara bijaksana, selektif, wajar,

dan sesegera mungkin, sehingga umpan balik yang diberikan dapat

memotivasi siswa dalam belajarnya bukan sebagai hal yang tidak

menyenangkan. Guru harus mengupayakan agar hasil belajar anak

memuaskan sehingga anak dapat terus termotivasi untuk belajar.

b. Evaluasi Belajar Mandiri

Evaluasi terhadap pembelajaran yang berbasis konstruktivisme (belajar

mandiri) bukan hanya mengevaluasi hasil, melainkan juga proses.

Evaluasi terhadap hasil menurut konsep tradisionil adalah penilaian terhadap tingkat

penguasaan materi ajar oleh pembelajar. Evaluasi ini tetap dapat dijalankan, karena

guru mengetahui target materi ajar, yang disajikan sebagai materi penunjang dalam

pembelajaran secara klasikal. Selain itu, guru juga akan dapat memperkirakan materi

lain yang dikumpulkan datanya dan dibahas dalam kelompok-kelompok pembelajar,

setelah para pembelajar memasukkan laporan kerjanya (tujuan antara pembelajar).

Seberapa luas dan relevan materi-materi tersebut(tujuan antara pembelajar) juga

perlu dievaluasi.

Selain evaluasi terhadap hasil juga dapat dilakukan evaluasi terhadap proses

dengan penilaian portopolio. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pembelajar

dalam membahas masalah yang dihadapkan kepada mereka.. Konsep-konsep apa

saja yang diidentifikasi oleh pembelajar guna membahas masalah. Data apa saja

yang dikumpulkan, sumber data apa saja yang digunakan, siapa saja nara sumber

yang ditemui, dari bidang studi apa atau bidang kerja apa, terhadap data yang

dikumpulkan, bagaimana mereka menganalisisnya, apa kesimpulannya, apa

rekomendasinya, dan sebagainya.

1) Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar mandiri dapat mengunakan tes untuk melakukan

pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan

dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut

Page 16: Belajar Mandiri 5

16

pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas

tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam

hal ini kompetensi diartikan sebagai (1) Seperangkat tindakan cerdas penuh

tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh

masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu;(2)

Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,

keterampilan dan perilaku; (3) Integrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik

yang direfleksikan dalam perilaku. Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka

hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus

dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan

rencana pembelajaran yang disusun oleh guru sebelum proses pembelajaran

dimulai. Dalam kaitannya dengan belajar mandiri siswa bisa dilibatkan dalam

perencanaannya.

2) Evaluasi Proses

Untuk mengevaluasi proses belajar mandiri, menurut hemat penulis dilakukan

dengan pendekatan penilaian portopolio. Pendekatan penilaian portopolio adalah

suatu pendekatan penilaian yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peserta

didik mengkonstruksi atau merefleksi suatu karya melalui pengumpulan bahan-

bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dikontruksi oleh peserta

didik, sehingga hasil konstruksi tersebut dapat dikomentari dan dinilai oleh guru

dalam periode tertentu. Jadi pendekatan penilaian portopolio menekankan pada

kinerja peserta didik. Hal ini sangat sesuai dengan jiwa belajar mandiri yang

menekankan pada paradigma konstrukvisme.

Adapun menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004:76)

mengemukakan bahwa penilaian portopolio dapatdigunakan untuk mencapai

beberapa tujuan, yaitu

a) Menghargai perkembangan yang dialami oleh peserta didik

b) Mendokumentasikan proses belajar yang berlangsung

c) Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik

d) Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi

e) Meningkatkan efektifitas proses pengajaran

f) Bertukar informasi dengan orang tua/wali atau dengan guru lain

g) Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik

Page 17: Belajar Mandiri 5

17

h) Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri

i) Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.

Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan pendekatan penilaian

portopolio adalah:

a) Penilaian portopolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang

perkembangan kemampuan siswa

b) Penilaian portopolio merupakan penilaian yang autentik dalam arti

memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang kemampuan siswa

c) Penilaian portopolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong siswa

pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik, lebih sempurna tanpa

perasaan tertekan.

d) Penilaian portopolio dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, oleh sebab

setiap respon siswa dalam proses pembelajaran diberi reinforcement, dengan

demikian siswa akan mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam proses

pembelajaran

e) Penilaian portopolio dapat mendorong orang tua terlibat dalam proses

pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap perkembangan siswa dapat

digambarkan hasil kerja siswa, orang tua diminta komentarnya.

3. Penerapan Belajar Mandiri

a. Penelitian Tindakan Kelas

PTK atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat

ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris,

Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini

menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Menurut Stephen Kemmis

seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to

Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-

reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in

order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices

justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which

practices are carried out.Menurut Elliot, CAR atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah serangkaian

aksi dan refleksi yang dilakukan guru di kelas untuk mengatasi sesuatu masalah. Ini

disebutnya sebagai melakukan ‘langkah perbaikan sambil melakukan pembelajaran’.

Dalam PTK terdapat langkah utama, langkah tersebut adalah pertama, guru harus

Page 18: Belajar Mandiri 5

18

dapat melihat dan merasakan bahwa yang sedang dihadapinya adalah masalah.

Kedua ia mengetahui ada dasar-dasar paedagogik yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah. Ketiga, ia dapat merangkai dasar-dasar tersebut jadi

serangkaian tindakan di kelas. Ke empat, ia harus dapat mengevaluasi perubahan

yang terjadi sebagai akibat dari dilakukannya tindakan perbaikan. Dan ke lima, ia

harus mampu mengkomunikasikan kepada pihak lain. Bukan untuk memamerkan

karyanya, melainkan yang utama adalah mencari masukan guna perbaikan. PTK

mempunyai ciri khusus ialah:

1) lebih untuk memperbaiki praktek daripada untuk pengembangan ilmu

pengetahuan;

2) memperbaiki praktek berarti melakukan pembelajaran yang juga berarti

menambah pengetahuan

3) PTK memerlukan refleksi berkelanjutan, untuk mengetahui efektivitas tindakan;

maka oleh Schon PTK disebut reflective practice, sedangkan oleh Elliot disebut

action research

4) PTK memerlukan keinginan kuat untuk melakukan perubahan guna mengatasi

masalah; ini prakondisi bagi PTK;

5) PTK dapat menghasilkan serangkaian practical wisdoms. Sebagai catatan,

practical wisdoms lazimnya diperoleh dari buku atau hasil penelitian empirik dari

banyak kasus, yang kemudian diambil generalisasinya. Sebaliknya, practical

wisdom dari PTK didasarkan pada 1 kasus. Maka guru harus

mengkomunikasikan hasil PTKnya kepada yang lain untuk mendapatkan

pendapat dan masukan. Pendapat ini akan menambah wawasan guru tentang

hasil PTK di kelasnya.

b. PTKP

PTKP adalah Penelitian Tindakan Kelas Partisipatif. Yang membedakan PTK

dengan PTKP adalah: dalam PTK guru sebagai peneliti sedangkan dalam PTKP

guru dan murid melakukan penelitian secara bersamaan. Ciri PTKP adalah murid

adalah partner guru dalam melaksanakan penelitian.

c. SPPD Online

Dilihat dari frekwensi waktu penyelenggaraan evaluasinya, dan tekanan pada

keterencanaan kegiatannya, maka urutan pelaksanaan SPPD online adalah EWMP

(6 bulanan), Serdos (satu tahunan) dan Serdos Eksternal (sekali selama jadi dosen)

Page 19: Belajar Mandiri 5

19

1) EWMP (6 bulanan). Waktu awal sampai akhir semester

Langkah-langkah EWMP (waktu awal sampai akhir semester

a) Dosen menyusun rencana kegiatan pada semester yang bersangkutan)

b) Dosen melaksanakan rencana

c) Dosen mengevaluasi rencana pada akhir semester. Mana yg terlaksana dan

masuk EWMP (kelompok A), dan mana yg belum terlaksana, dan atau tidak

masuk EWMP (kelompok B).

d) Dosen mengentry kegiatan di kelompok A, masuk ICT. Kalau lolos: (=

“memenuhi”) kegiatan pelaporan EWMP selesai.

e) Dosen mencetak laporan EWMP, dan meminta pengesahan oleh Pembimbing

dan Dekan.

f) Dosen menyerahkan laporan sah itu ke Kepegawaian.

g) Kegiatan yang sama diulang untuk semester berikutnya.

 2) Serdos Internal (1 tahunan) Waktu awal-akhir tahun.

a) Dosen entry ke ICT kegiatan-kegiatan Semester gasal dan genap, baik yang

masuk maupun tak masuk EWMP, sesuai format diskripsi diri Serdos eksternal,

dalam bentuk paragraf-paragraf. Kontribusi tridharma tercermin.

b) ICT minta Pembimbing menilai diskripsi dosen menurut Pedoman diskripsi diri

dari pendidikan tinggi. Entry ke ICT.

c) Sistem di ICT akan menilai diskripsi berdasar skoring pembimbing di tiap

paragraf.Dengan kriteria tertentu sistem ICT memutuskan apa diskripsi diri

memenuhi syarat (Lolos/tak Lolos)

d) Kalau lolos, dosen mencetak output, minta pengesahan pembimbing,

menyerrahkan ke Kaprodi, ke Kejur, ke Dekan, ke Rektor. SKKT keluar. SI

selesai.

f) Kalau tak lolos, dosen memperbaiki. Proses a-e diulang, hingga SKKT keluar.

SI selesai.

Dalam Serdos internal (Serdos yang dilakukan oleh universitas) tidak menutup

kemungkinan untuk menambahkan batasan sebagai dosen profesional. Telah

disebutkan di atas ada beberapa kompetensi dosen professional menurut

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dapat ditambahkan wawasan kemandirian,

budaya kerja, dan berkatakter kuat dan cerdas.

Page 20: Belajar Mandiri 5

20

a) Wawasan kemandirian

Menurut Prof. Dr. Rafik Karsidi M.S dalam seminar nasional alumni UNS

(2009) konsep kemandirian merupakan aktivitas/perilaku seseorang dalam

menangani masalah yang dihadapinya tanpa harus menggantungkan keterlibatan

orang lain (berdiri sendiri) dan mampu mengatasinya. wawasan kemandirian

mempunyai 3 komponen, pertama bertanggung jawab atas perkembangan diri dan

masyarakat, kedua turut bertanggung jawab atas perkembangan ilmu, ketiga

kemapuan belajar mandiri atau belajar sepanjang hidup.

Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu sub bagian dalam komponen

bertanggung jawab atas perkembangan dirinya dan masyarakat. Senada dengan

Prof. Dr. Rafik Karsidi M.S dalam seminar nasional alumni UNS (2009)

mengemukakan bahwa mengapa di Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan jiwa

kewirausahaan? Hal itu terkait dengan masalah (1)masa tunggu setelah lulus agar

lebih pendek; (2) daya serap dunia kerja terhadap lulusan agar lebih tinggi;(3)

kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain.

Wawasan kewirausahaan diatas merupakan wawasan kemandirian seperti

yang telah di kembangkan di UNS (1) budaya kerja (achievement

orientation,consumers satisfaction, teamwork, innovation, visionary,

entrepreneurship) (2) Berkarakter kuat dan cerdas.

SPPD Online dikembangkan dalam rangka untuk memaksimalkan SPPD

manual yang telah dilaksanakan di semua fakultas UNS. Keuntungan-keuntungan

yang dapat diambil dari perencanaan pelaksanaan SPPD online yaitu mengurangi

rasa “ewuh pekewuh” dengan memberikan peranan lebih terhadap Information

Communication Technology (ICT), pemanfaatan ICT dalam SPPD online merupakan

implementasi dari profesionalisme dosen yang berpegang pada komponen

innovative dan visionary, data (penilaian dan deskripsi diri dosen) terstruktur dan

tersimpan secara rapi, dan SPPD online dipandang efektif karena pelaksanaan lebih

cepat, manfaat yang mendasar adalah kenaikan pangkat/jabatan dosen lebih cepat.

3) Serdos Eksternal (sekali selama menjadi dosen).

Waktu kegiatan: awal sampai akhir Serdos Eksternal; dimulai sejak dosen

ditetapkan sebagai DYU. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) LPP/PSD via Rektor memberi tahu Dekan , untuk diteruskan kepada Ketua

Jurusan, Ketua Program dan dosen yg berhak ikut serdos beserta passwordnya.

b) Ketus program menetapkan mahasiswa, kolega dan atasan-penilai

Page 21: Belajar Mandiri 5

21

c) Setiap dosen Mahasiswa, kolega, dan atasan menilai secara on-line.

d) Dosen mengisi secara on-line format penilaian diri serdos eksternal.

e) Dosen mengolah kembali diskripsi diri serdos internal menjadi satu diskripsi diri

yang siap entry ke Web Pendidikan Tinggi

f) Dosen pembimbing melakukan pendampingan penulisan Deskripsi Diri (butir g)

dosen UNS yg dibimbingnya.

g) Dosen meng entry Diskrpsi Diri ke web Dikti.

h) Kegiatan Serdos Eksternal selesai!

Gambar 6: Sistem Pengembangan Profesionalisme Dosen (SPPD UNS)

Keterangan:

a) SP (Sertifikat Pendidik) diperoleh sekali selama jadi dosen, dan sekali

dilampirkan pada UKP

b) SKKT (Surat Keterangan Kontribusi Tridharma) dikeluarkan Rektor setahun

sekali atas rekomendasi Dekan setelah diusulkan oleh Kepala Program

Keahlian ke Ketua Jurusan

c) Hasil evaluasi EWMP (Efektifitas Waktu Mengajar Penuh) tiap 6 bulanan

dikirim Pemimpin Perguruan Tinggi satu tahun sekali ke Dikti (tiap 2 laporan

EWMP) sebagai dasar Dikti untuk memberikan/meneruskan tunjangan kepada

dosen yang bersangkutan, juga untuk UKP.

d) Akumulasi SKKT, EWMP (dan SP, 1x saja) untuk UKP/UKJA;

d. SPPG (Sistem Pengembangan Profesionalisme Guru)

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan

bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Page 22: Belajar Mandiri 5

22

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana

(S1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional,

sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional

adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan

yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi. Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat

dan perannya sebagai agen pembelajaran dan pada gilirannya dapat meningkatkan

mutu pendidikan nasional. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional

tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 tahun

2012, guru dalam jabatan yang telah memenuhi persyaratan dapat mengikuti

sertifikasi melalui: (1) Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL), (2)

Portofolio (PF), (3) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), atau (4) Pendidikan

Profesi Guru (PPG). Khusus sertifikasi guru dalam jabatan melalui PPG diatur dalam

buku panduan tersendiri. Secara umum, alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam

Jabatan Tahun 2012 disajikan pada Gambar berikut:

Page 23: Belajar Mandiri 5

23

Gambar 7: Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Tim Penyusun Sertifikasi Guru dalam Jabatan, 2012)

D. Kesimpulan

Dari pembahasan permasalah di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Keberhasilan belajar mandiri sangat ditentukan oleh usaha pembelajar dalam

menguasai kompetensi tertentu

2. Guru perlu memiliki bekal yang cukup tentang tataran konsep maupun tataran

teknis dalam belajar mandiri, sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa

dalam belajar.

3. Evaluasi terhadap belajar mandiri bisa dilakukan melalui dua cara yaitu

evaluasi terhadap hasil belajar dan evaluasi terhadap proses belajar.kan

4. Penerapan belajar mandiri dapat dilakukan dengan berbagai metode atau

model pembelajaran yang mendasarkan pada paradigma konstrukstivisme

Page 24: Belajar Mandiri 5

24

Daftar Pustaka

Abu Ahmadi.dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar , Jakarta: Rineka Cipta

Bobby DePorter, dkk. 2008. Quantum Teaching. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Hopkins, David. 1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research. 2 ed. Open

University Press, Philadelphia

Karsidi, Rafik. 2009. Peran perguruan tinggi dalam membangun Jiwa

kewirausahaan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan

Alumni Universitas Sebelas Maret, IKA UNS di Jakarta 25 Maret 2009.

Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah XII.. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No 5 tahun 2012.

hhtp://www.kopertis12.or.id/2012/03/02/permendikbud-no-05-tahun- 2012-

tentang-sertifikasi-guru-dalam-jabatan-2.html. (diunduh tanggal 25 Nopember

2012)

Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media Group.

Mudjiman, Haris. 2011. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Pers.

Mudjiman, Haris. PPT Mata Kuliah Belajar Mandiri

M.Surya. 1998. Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosda Karya

Reigeluth, Charles M. 2006. Instructional Desains Theori and Models. Hillsdale, NJ:

Lawrence Erlbaum Ass. Publisher.

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portopolio

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Tim Penyusun sertifikasi Guru Dalam Jabatan..2009. Sertifikasi Guru Dalam jabatanTahun 2009. https://www.google.co.id/#hl=id&tbo=d&sclient=psy-ab&q=Alur+Sertifikasi+Guru+dalam+Jabatan+(Tim+Penyusun+Sertifikasi+dalam+Jabatan&oq=Alur+Sertifikasi+Guru+dalam+Jabatan+(Tim+Penyusun+Sertifikasi+dalam+Jabatan&gs_l=serp.12...0.0.2.4596.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0...0.0...1c.FMyFFVMdhlY&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=3dc8208f166f5676&bpcl=38897761&biw=1024&bih=419 (diunduh tanggal 25 Nopember 2012)

.