beberapa seri kegiatan yang akan diselenggarakan bersama
DESCRIPTION
GETRANSCRIPT
Beberapa seri kegiatan yang akan diselenggarakan bersama-sama dan topik-topik apa yang
bisa ditambahkan selain topik yg sdh diidentifikasi. Dan isu apa lagi yang menarik yang akan
kita buat serangkaian seminar di masa datang. Ada dua isu menarik di tahun 2011;
1. Pembiayaan kesehatan seperti kata orang, yang katanya kurang dari 5% GDB, 15 % dari
APBD ternyata penyerapannya masih rendah. Ini menarik, karena mengapa bisa seperti itu.
2. Universal Coverage dan health insurance system and Who will dominant health insurance in
the future. Apakah mungkin kita mencapai universal coverage tanpa badan penyelenggara
jaminan (BPJS).
Ketidakmampuan kita menyerap dana/Kebijakan Pembiayaan Kesehatan/Health Financing
Pemerintah mengeluarkan isu jampersal disisi lain kita punya jamkesmas. Dulu ada
kesepakatan 15 % APBD utk kesehatan dan 5% anggaran APBN untuk kesehatan. Dan
sekarang apabila itu diterapkan apakah itu bisa mencapai suatu derajat kesehatan yang
ideal yang kita harapkan,kurang atau malah berlebih jika dilihat dari anggaran sumber
kementerian keuangan. Kalau anggaran itu kurang dan dinaikkan setiap tahunnya tetapi
mengapa ada sisa lebih anggaran. Pertengahan Februari kita akan membuat seminar yg
lebih besar untuk kita bisa membahas dengan teman-teman di kemenkeu dan kemendagri.
Jadi sebetulnya hambatan apa yang meyebabkan anggaran kurang tetapi pada akhir tahun
terjadi lebih anggaran. Serangkain acara bisa dilihat di website kami. Yang mengarah pada
isu dan hasil diskusi di website yang bisa ditambahkan dan diangkat.
Pembiayaan kesehatan ada beberapa acara. Diskusi hari ini , februari lunch seminar dg tema
Mengapa terjadi sisa anggaran, dg me-link-kan teman-2 di kemenkeu dan kemendagri.
Mohon dibahas dikotomi anggaran, dikotomi besaran preventif dan kuratif, mengapa ada
perbedaan kuratif dan preventif jumlah anggarannya. Bulan Maret ada lembaga evaluasi
penjaminan asuransi dengan hasil data susenas dan ILLS. Bulan April tentang monitoring
BOK yang menurut kami BOK termasuk anggaran dadakan dengan pelaksanaan pendek dan
apakah BOK bisa meningkatkan derajat kesehatan atau mengejar total jumlah anggaran
pemerintah. Bulan Mei dengan isu internasional kita ada membahas outcome yaitu equity
dan quality dg mengundang orang luar yang di beberapa Negara sudah menggunakan health
equity terutama financing sebagai outcome. Contoh dengan menaikkan anggaran kesehatan
bagaimana bisa berefek pada tujuan utk melindungi masyarakat miskin (protecting the
poor), jangan-jangan setiap tahun naik bukan digunakan mengatasi masalah kemiskinan,
maka apakah bisa menurunkan kemiskinan atau menguntungkan yang kaya atau bahkan
memunculkan group tengah.
Pelatihan-pelatihan
1. Eksplorasi pada kebijakan kesehatan dengan kerjasama litbangkes, dengan data yang ada
bagai mana kebijakan itu dibuat atau sesuai dengan pembiayaan kesehatan
2. Menghitung equity
Bulan Juni dengan tema Health Account karena ini sesuatu yg penting tapi tidak penting,
karena untuk mengukur peran stake holder di sector kesehatan. Berapa kebutuhan dana
untuk kesehatan?? Bulan Juli tentang cukai rokok yang di permak jadi dana kesehatan. Ada
beberapa daerah yg sudah menerima kompensasi dari perusahaan rokok.
Data keuangan dari nota keuangan Kemenkes terbaru tahun 2011 bahwa kemenkes selama
5 tahun terakhir telah mengalami peningkatan dari 25%, 6,5 triliun pada tahun 2005
menjadi 22,4 triliun di tahun 2010, prosentasenya naiknya hanya 0,2% dari total PDB . Ini
merupakan langkah berat untuk mencapai target 2% PDB anjuran WHO. Absorbsinya juga
meningkat pada tahun 2005 mencapai 60% dan tahun 2010 mencapai 94%. Teapi nilai
riilnya yg kita lihat dari penyerapannya, tiap tahun kita punya sisa 1-2 triliun yang tidak
terserap. Kepesertaan jaminan kesehatan, saat ini jumlah orang nya hanya 42 % . Apakah
catatan 2014 bisa mengejar sisanya yg belum tercover?
Dari hasil penelitian Equity, utilisasi di RS menunjukkan situasi yang tidak equitable. Artinya
yg menikmati adalah orang kaya, sedangkan org miskin mencari akses kesehatan di luar RS.
Otomatis subsidi yg diberikan pemerintah tidak mencapai target, tidak seusai dengan tujuan
untuk orang miskin sesuai penelitian equita projek. Sedangkan orang miskin melalui non RS
yaitu puskesmas. Bagaimna situasi ke depan, apakah akan tetap seperti ini atau puskesmas
tetap menjadi ujung tobak pelayanan atau ada kebijakan lain???
Besaran anggaran tidak bisa mereduksi gap kesenjangan yg terjadi. Walaupun hanya 0,02%
tapi gap nya membesar.
Merancang kebijakan yang tepat.
Prolog: Disparitas utk wilayah Indonesia, catastropik, banyaknya rumah tangga yang
menjadi miskin karena biaya kesehatan 40% melebihi kebutuhan dasarnya (kebutuhan
rumah tangga). Dari tahun ke tahun hal ini terlihat semakin baik tetapi ada beberapa daerah
yang memburuk. Indonesia bagian timur banyak yang miskin karena masalah kesehatan,
pada tahun 2004 meningkat, implikasi bansos nya tidak tercapai atau barang-barang
kesehatannya mahal, disparitas antar propinsi terlihat jelas. Lesson learn kebijakan pusat
utk Indonesia omong kosong belaka, dilihat dari propinsi-propinsi wilayah timur.
Tahun 2010 anggaran Kemenkes 23,8 triliun, hanya 1,72% dari total pengeluaran
pemerintah sebesar 1120 triliun, atau 0.4-0.5% PDB . Peningkatan ada tetapi masih ada yg
tidak teserap.
Tampaknya hal tersebut missed-planning, missed-budgeting, bermasalah dengan
imbursment yg tidak tepat. Situasi pembiayaan yangg tidak merata terutama Indonesia
bagian tengah dan timur. Mereka sebenarnya tidak kekurangan uang, seperti contohnya
provinsi Papua memiliki anggaran dengan uang banyak dan jumlah penduduk sedikit.
Koordinasi perencanaan dan anggaran di daerah belum bagus antara kabupaten/kota,
propinsi dan pusat. Ketidak sinkronan perencanaan program dan kegiatan yang tumpang
tindih, serta kondisi politis yang banyak menetukan arah planning dan budgeting.
Minat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK)
Saat ini terjadi reformasi sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di Indonesia yang
mengarahkan subsidi ke arah demand antara lain melalui program Jaminan Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin (JAMKESMAS). Pada saat yang bersamaan beberapa daerah juga gencar
mengembang-kan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) sesuai dengan
kemampuan daerah masing-masing. Perkembangan ini dipicu antara lain dengan terbitnya
UU No. 32/2004 dan PP No. 38/2007 tentang pemerintah daerah dan peran daerah dalam
pengembangan jaminan kesehatan. Untuk itu diperlukan ahli pembiayaan kesehatan dan
jaminan kesehatan yang memahami berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk
mengelola sistem jaminan kesehatan daerah tersebut, antara lain: negosiasi tariff dengan
RS/dokter, penghitungan kapitasi dan unit cost pelayanan.
Disisi lain masalah yang dihadapi oleh daerah dalam pembiayaan kesehatan adalah:
perencanaan dan seberapa besar dana yang harus dialokasikan untuk dapat mendukung
pembangunan kesehatan di daerah tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak
tersedianya data pembiayaan kesehatan yang valid berupa District Health Account (DHA),
sehingga menyulitkan perencanaan anggaran kesehatan yang ideal. Hal ini terjadi karena
belum tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam system
pembiayaan kesehatan secara profesional khususnya dalam pengelolaan biaya dan mutu
pelayanan kesehatan. Masalah perencanaan, pengelolaan dan alokasi dana kesehatan
khususnya dalam kerangka sistem pembiayaan kesehatan daerah masih perlu dianalisis dan
dampaknya terhadap masalah pemerataan, mutu, efisiensi dan equity. Dalam kondisi saat
ini, perencanaan anggaran kesehatan yang berbasis pada kinerja dan dampaknya terhadap
kesehatan sangat dibutuhkan.
Dengan latar belakang di atas, Universitas Gadjah Mada memandang perlunya untuk
membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang profesional di bidang
pembiayaan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan melalui penyelenggaraan program
pendidikan setingkat Magister sejak tahun 2000 di Minat Kebijakan Pembiayaan dan
Manajemen Asuransi/Jaminan Kesehatan.
Tujuan Pendidikan
Setelah mengikuti pendidikan di minat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen
Asuransi/Jaminan Kesehatan, para peserta program diharapkan :
Memiliki pengetahuan yang mendalam dan mampu menganalisis sistem pembiayaan makro
dan merencanaan sistem pembiayaan kesehatan daerah berbasis kinerja
Memahami berbagai metode dan teknik dalam pengintegrasian dan pengendalian sistem
pembiayaan kesehatan yang efisien dan mutu pelayanan kesehatan yang baik.
Mempunyai berbagai ketrampilan yang dapat menunjang dalam pengelolaan sistem
jaminan kesehatan dan JAMKESDA serta perencanaan kesehatan, antara lain : ketrampilan
leadership, negosiasi, kemampuan dalam menyusun District Health Account (DHA),
perhitungan ATP dan WTP, perhitungan unit cost dan kapitasi serta premi Jamkesda
Karier yang dapat diraih oleh lulusan minat KP-MAK adalah:
Bagi mereka yg telah bekerja di dinas kesehatan dapat menjadi bagian dari sistem regulasi
pembiayaan kesehatan serta dapat memonitor pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di
daerah masing-masing.
Bagi yg bekerja di RS, dapat bernegosiasi dgn lembaga asuransi kesehatan serta menerapkan
Metode-metode kendali biaya dan mutu (managed care) dalam pengelolaan RS.
Bagi dokter keluarga atau kepala puskesmas dapat mengelola dana kapitasi secara optimal
sehingga tercapai pelayanan yg efektif dan efisien.
Bagi yg belum bekerja akan siap utk menjadi manajer di lembaga asuransi / jaminan
kesehatan, manajer lembaga kesehatan yg dikontrak asuransi kesehatan (RS, Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Klinik Dokter Keluarga), manajer di perusahaan yg
menyelenggarakan asuransi kesehatan mandiri (self insured group), atau konsultan/peneliti
dibidang pembiayaan dan asuransi kesehatan.