beberapa kasus hukum adat an

22
BEBERAPA KASUS HUKUM ADAT PERKAWINAN Sarak (Bercerai) Rumah tangga yang sudah dibina dengan baik sekalipun tidaklah merupakan suatu jaminan bahwa rumah tangga itu lestari selamanya. Karena beragaman perbedaan dalam prinsip, kepribadian, pandangan hidup, sikap, perilaku, perbuatan, etika, moral, spiritua;, keadaan ekonomi dan sebagainya, bisa saja menyebabkan terjadinya perceraian, atau sarak dalam bahasa Tonyooi. Setiap masalah yang terjadi dalam rumah tangga, memang tentunya selalu diupayakan pemecahannya, agar tidak terjadi perceraian. Namun, apabila tidak ada kecocokan lagi yang sangat berat, maka perceraian tidak bis dihindari. Proses Penyelesaian Kasus Perceraian Pihak yang diceraikan melaporkan kasusnya kepada Kepala Adat, dengan menyerahkan penenukng-penyingkap dan pembuang paneer . Kemudian pihak Dewan Adat kampung memanggil suami-istri yang berselisih tersebut dan menanyakan apa yang menjadi akar masalahnya sehingga hendak bercerai. Setelah mendengar keterangan dari kedua belah pihak, maka akhirnya dewan adat tersebut bermusyawarah untuk menilai apakah kasus yang terjadi

Upload: baktiyar-akad

Post on 21-Jul-2015

554 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BEBERAPA KASUS HUKUM ADAT PERKAWINAN Sarak (Bercerai) Rumah tangga yang sudah dibina dengan baik sekalipun tidaklah merupakan suatu jaminan bahwa rumah tangga itu lestari selamanya. Karena beragaman perbedaan dalam prinsip, kepribadian, pandangan hidup, sikap, perilaku, perbuatan, etika, moral, spiritua;, keadaan ekonomi dan sebagainya, bisa saja menyebabkan terjadinya

perceraian, atau sarak dalam bahasa Tonyooi. Setiap masalah yang terjadi dalam rumah tangga, memang tentunya selalu diupayakan pemecahannya, agar tidak terjadi perceraian. Namun, apabila tidak ada kecocokan lagi yang sangat berat, maka perceraian tidak bisa dihindari. Proses Penyelesaian Kasus Perceraian Pihak yang diceraikan melaporkan kasusnya kepada Kepala Adat, dengan menyerahkan penenukng-penyingkap dan pembuang paneer. Kemudian pihak Dewan Adat kampung memanggil suami-istri yang berselisih tersebut dan menanyakan hendak apa yang menjadi akar

masalahnya

sehingga

bercerai.

Setelah

mendengar

keterangan dari kedua belah pihak, maka akhirnya dewan adat tersebut bermusyawarah untuk menilai apakah kasus yang terjadi

tersebut melanggar norma-norma adat dan hukum adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat adat Tonyooi. Setiap masalah atau pertengkaran antara suami-istri dalam

rumah tangganya, yang mengarah kepada keinginan untuk bercerai, oleh Kepala Adat selalu diupayakan secara maksimal, agar bisa bersatu kembali dalam rumah tangga yang bersangkutan. Namun, apabila upaya yang dilakukan oleh Kepala Adat tersebut berikut pihak keluarga besarnya tetap menemui jalan buntu, maka perceraian bisa saja disetujui dan sah berdasarkan hukum adat. Jadi tidak ada ikatan, perjanjian atau kontrak perkawinan yang bersifat mutlak tak

terputusakan atau tak terceraikan dalam hukum adat perkawinan Tonyooi. Tidak seperti halnya ikatan perkawinan menurut Ajaran Gereja Katolik Roma, yang bersifat mutlak tak terputusakan! Ketentuan Denda Adat Perceraian Tonyooi Jika perceraian yang idealnya tak pernah diinginkan antara suami-isteri mana pun, namun toh terjadi juga, maka ketentuan denda adatnya adalah sebagai berikut ini. 1. Apabila suami-istri yang berselisih dan hendak bercerai, sementara urusannya telah diserahkan ke Dewan Adat. Lalu kemudian setelah diurus oleh Dewan Adat, ternyata suami-isteri tersebut mau rujuk kembali, maka untuk menentukan denda adat harus melihat

kasusnya terlebih dahulu, barulah kepala adat dan anggotanya bermusyawarah untuk menentukan denda adat. Apabila masalahnya dianggap sangat melanggar norma adat yang berlaku, maka denda adatnya bisa berupa bemakng paliq dan ditambah dengan dua buah antaakng. 2. Jika keinginan bercerai dari salah satu pihak dengan alasan mau kawin lagi atau tidak cocok dengan pihak keluarga besar pasangannya (suami atau isteri), maka denda adatnya adalah ditambah

mencapai satu sampai dengan lima buah antaakng, dan dengan catrekah, batun ruratn nikah, bemakng paliq.

Adapun harta gono-gini dibagi dengan perhitungan persentase. Apabila dalam proses perceraian terjadi perebutan harta benda tersebut, dan penyelesaiannya tidak dapat dilakukan secara

kekeluargaan, maka kasus ini harus diserahkan kepada Kepala Adat. Jika masalah ini ditangani oleh Dewan Adat, maka ketentuan adatnya adalah sebagai berikut di bawah ini.

Kententuan Pembagian Harta Benda dalam Perceraian Ketentuan adat tentang pembagian harta benda dalam kasus perceraian dapat diterangkan sebagai berikut di bawah ini.

(1) Retaaq rempuk (harta bersama), yaitu harta benda yang diperoleh secara bersama-sama oleh suami-istri selama berumah tangga. Apabila terjadi perceraian, maka harta benda ini harus dibagi atas dasar kesepakatan bersama. (2) Retaaq mento, yaitu harta benda yang diperoleh suami-istri semasa belum menikah, misalnya harta warisan dari orang tua perempuan atau orang tua laki-laki. Apabila terjadi perceraian, maka pembagiannya adalah sebagai berikut: (a) harta benda tersebut tetap menjadi milik laki-laki (suami), apabila harta itu didapatkan sebelum menikah atau warisan dari orang tuanya; dan (b) harta benda itu tetap menjadi milik perempuan (isteri), apabila barang atau harta itu didapatkan sebelum menikah atau warisan dari orang tuanya. (3) Jika terjadi perebutan harta warisan antara anak-anak yang masih bersaudara kandung, maka ketentuannya adalah sebagai berikut: (a) anak laki-laki berhak atas harta warisan (retaaq mento)

ayahnya; dan apabila tidak mempunyai anak laki-laki, maka warisan ini dikembalikan kepada keluarganya yang laki-laki; dan (b) anak

perempuan berhak atas harta warisan (retaaq mento) ibunya, dan apabila tidak mempunyai anak perempuan, maka warisan ini

dikembalikan kepada keluarga yang perempuan.

Perceraian Atas Kemauan Bersama Apabila dalam membina rumah tangga pasangan suami-istri tidak memiliki kecocokan lagi, maka pilihan terakhir adalah perceraian. Hal ini disepakati secara bersama-sama termasuk segala harta benda yang mereka peroleh selama berumahtangga harus dibagi secara adil. Jika pasangan yang bercerai ini memiliki anak, maka hak mengasuhnya dimusyawarahkan oleh kedua belah pihak; dan bisa juga kepada anak diberikan kebebasan untuk memilih apakah ia memilih untuk mengikuti ibu atau bapaknya kandungnya. Adapun ketentuan denda adatnya adalah sebagai berikut di bawah ini, yaitu: (1) Bemakng paliq, yang terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil) dan satu piring putih untuk dewan adat kampung; (2) Bemakng paliq, yang terdiri dari burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu dan edooq

piring putih, dan ditambah dengan duyuun (tombak) (parang) untuk lalaakng ( suruh).

Lepah empuluuq Lepah empuluuq adalah suatu perceraian di mana seorang suami atau istri yang menginginkan perceraian tidak mendapatkan bagian

apapun dari harta benda yang didapatkan secara bersama-sama selama berumah tangga. Biasanya perceraian dengan istilah lepah empuluq ini terjadi, apabila hanya salah satu pihak saja yang menginginkan perceraian, sementara pihak pasangannya tidak

menginginkan perceraian. Setelah diupayakan perdamaian melalui nasehat dari kepala adat dan keluarga besar masing-masing pihak, namun salah satu pihak tetap pada keputusannya untuk bercerai, walaupun alasan-alasan yang diajukannya tidak begitu kuat menurut pihak dewan adat dan keluarga besarnya. Perceraian dalam bentuk lepah empuluuq ini tentu saja adalah harapan dari pihak yang diceraikan. Karenanya, kepala adat harus mendengarkan usulan-usulan dari kedua belah pihak dan

mempertimbangkannya dengan baik serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan supaya diperoleh keputusan pembagian harta benda yang lebih bijaksana secara maksimal. Pengkau Yang dimaksud dengan istilah pengkau adalah merebut istri atau suami yang sah orang lain. Artinya seseorang yang masih terikat oleh ikatan perkawinan (adat), tiba-tiba kawin lagi dengan laki atau perempuan lain dengan menceraikan istri atau suaminya yang terdahulu. Pada masa lalu, biasanya pasangan yang melakukan

perkawinan mendapatkan

pengkau

ini

lari

ke

tempat

kepala

adat

untuk segala

perlindungan

sekaligus

menyerahkan

permasalahannya. Apabila terjadi kasus semacam ini biasanya pihak keluarga, yang ditinggalkan melaporkannya kepada kepala adat disertai adat

penenukng-penyingkap berupa satu piring putih dan pembuang paneer. Yang dimaksud dengan penenukng-penyingkap adalah

sebagai suatu pemberitahuan kasus perkara yang telah diserahkan masalahnya kepada kepala adat, sedangkan pembuang paneer

artinya adalah uang tunai yang harus diserahkan oleh orang yang melaporkan kasus itu kepada Kepala Adat. Ketentuan denda adat untuk perkawinan pengkau poyut dalam adalah sebagai berikut ini. (1) Pihak yang diceraikan atau ditinggalkan harus mengisi persyaratan besaraaq yang lengkap seperti: (a) Bemakng paliq, yang terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil) dan satu piring putih untuk Dewan Adat kampung; dan (b) Bemakng paliq, yang terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong lalaakng (suruh). (mangkuk kecil), satu piring putih untuk

Adapun denda adat pengkau serta nilai gawai-nya mencapai 7 hingga 10 buah antaakng, yaitu : (1) Penengkola tukaar (2 buah); (2) Penengau juwakng (2 buah); (3) Bemakng nyui spootn (2 buah); (4) Pemerawit-pemeremaat (2 buah); (5) Apaar tete serentenaan (1

buah); (6) Ruraatn (2 buah); dan (7) Catrekah tanaq turus : pihak laki-laki (3 buah), dan perempuan sebesar (2 buah).

Pengkau Balotn Menurut pendapat beberapa imforman kajian ini, pengkau balotn adalah bila orang yang sudah berumah tangga (suami atau istri) berselingkuh dengan perempuan atau laki-laki lain. Tetapi perbuatan tersebut tidak diakuinya, namun bukti atau fakta yang ada serta keterangan dari orang lain menunjukkan bahwa perselingkuhan itu memang benar terjadi, misalnya dari hubungan cinta tersebut telah lahir seorang anak. Apabila terjadi kasus seperti ini, maka pihak yang melakukan perbuatan tersebut harus membayarkan denda adat berupa: bemakng paliq, serepatn, remangkap-remangkup dengan denda berupa 4 buah antaakng kepada istri/suami pertama. Pengertian pengkau balotn menurut informan lainnya adalah seseorang laki-laki yang mempunyai hubungan cinta dengan istri sah secara adat dari orang lain, kemudian setelah masalahnya diajukan

kepada Dewan Adat guna dimintai pertanggungjawabannya untuk menikahi isteri orang lain tersebut secara adat pula, namun laki-laki tersebut menolak atau membatalkan rencanannya semula untuk menikahi perempuan tersebut. Pengertian pengkau balotn menurut informan yang lain lagi adalah bahwa seorang laki-laki yang mempunyai hubungan cinta dengan istri sah secara adat dari seseorang, dan tiba-tiba saja suami perempuan tersebut sakit dan meninggal dunia. Sebelum upacara adat suaminya selesai, maka sang janda tersebut mau menerima lamaran laki-laki tersebut untuk menikahinya, walau masa bergabung atas suaminya tersebut belum selesai masanya.

Pengkau Bangkai Istilah pengkau bangkai berasal dari bahasa Tonyooi, yaitu dari kata kerja mengkaau, yang artinya melangkahi, sedangkan bangkai artinya mayat atau jenazah. Jadi pengkau bangkai adalah bila seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia dan mayatnya masih ada di dalam rumah (belum dikuburkan), namun sudah menerima lamaran dari orang lain untuk menikah dan sudah kumpul dalam satu rumah dengan suami/isteri yang baru.

Apabila terjadi kasus semacam ini, maka orang yang berbuat tersebut harus membayarkan denda adat kepada pihak keluarga yang meninggal dunia, sedangkan besarnya mencapai 5 hingga 10 buah antaakng, dengan rincian sebagai berikut, yaitu (1) Bolitn baluuq (2 buah antaakng); (2) Sima meruaaq (2 buah antaakng); dan (3) Angih rarikng (4 buah antaakng). Adapun harta gono-gini adalah hak dari pihak anggota keluarga yang meninggal.

Sait Sumakng Sait sumakng adalah bila seseorang (suami/isteri) yang sudah menikah secara sah berteman dengan orang yang sudah

menikah/berkeluarga pula, baik itu dengan suami maupun istrinya, kemudian ada barang yang terbawa ke rumahnya (misalnya sapu tangan, handuk kecil, jaket atau barang apapun), yang adalah milik dari suami/istri yang sah, teman berkencan tersebut tadi. Untuk kasus seperti ini, maka pihak suami/istri yang merasa dikhianati oleh suami/isterinya, membawa barang tersebut tadi

kepada kepala adat, dan disertai dengan penenukng- penyingkap dan pembuang paneer. Setelah melihat barang bukti tersebut, maka kepala adat memanggil ke dua belah pihak untuk menyelesaikannya secara

musyawarah dan mufakat dengan memberikan denda adat yang dinamakan sait sumakng, seperti berikut ini, yaitu: (1) Satu piring putih dan satu jie. (2) Bemakng paliq yang terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), dan satu piring putih.

Sumakng Labakng Dusaakng Turu Sumakng labakng dusaakng turu adalah bila seorang suami atau isteri yang sudah berkeluarga mempunyai hubungan cinta dengan wanita atau pria lain, lalu hubungan mereka diketahui oleh pihak suami atau istrinya yang sah. Untuk memperkuat tuduhannya, maka dia melakukan penangkapan dan mengambil barang bukti, seperti pakaian atau benda lainnya dari pasangan selingkuh istri/suaminya itu. Kemudian barang tersebut diserahkan kepada kepala adat sebagai barang bukti, disertai dengan penenukng-penyingkap dan pembuang paneer. Ketentuan denda adatnya adalah sebagai berikut. (A) Seorang suami/istri yang menangkap basah perlakuan di luar norma atau etika tersebut di tempat tidur. Ketentuannya adalah sebagai berikut. (1) Jika perbuatan tersebut baru dilakukan yang pertama kalinya, maka denda adatnya sebesar 2 antaakng; (2) Jika

perbuatan itu sudah berulang kali, maka denda adatnya sebesar 4 - 6

antaakng (bisa juga dilakukan musyawarah mengenai jumlah denda adat dengan orang yang bersalah dan dendanya dibayarkan pada saat itu juga, sehingga orang lain dan pihak adat tidak mengetahuinya, karena kejadian ini terjadi pada malam hari. (urusannya tidak sampai ditangani oleh Dewan adat); dan kedua ketentuan tersebut harus

disertai dengan bemakng paliq: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu piring putih. (B) Apabila penangkapan ini terjadi luar rumah, misalnya di hutan, maka ketentuan denda adatnya mencapai 6 10 buah

antaakng. Termasuk bemakng paliq, yang terdiri dari burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), dan satu piring putih.

Gampakng Yang dimaksud dengan gampakng adalah apabila seorang perempuan yang hamil di luar ikatan pernikahan yang sah secara adat; dan belum ada laki-laki yang bertanggung jawab atas kehamilannya itu. Apabila terjadi kasus seperti ini, maka pihak orang tua perempuan tersebut segera mencari pelakunya; dan apabila pelakunya sudah diketahui, maka urusannya segera diserahkan kepada kepala adat

untuk mencari penyelesaiannya dengan melibatkan pihak keluarga perempuan maupun keluarga laki-laki. Ada tiga macam kemungkinan cara penyelesaian kasus seperti ini. (A) Pelaku bersedia untuk menikah. Jika pelaku pada saat ditanyakan oleh kepala adat dan tokoh-tokoh adat menyatakan besedia untuk menikahi perempuan tersebut, maka urusanya menjadi singkat. Kedua pasangan tersebut harus menyerahkan tanda bukti (tununt lepusu biraakng ate), berupa mandau dari pihak laki-laki dan pisau dari pihak perempuan. Makna dari mandau tersebut ialah menunjukkan ketulusan hati seorang laki-laki untuk membina keluarga dengan penuh tanggung jawab. Demikian pula halnya dengan pisau mempunyai makna ketulusan hati seorang perempuan dalam

membina rumah tangga secara bertanggung jawab serta bersedia bekerjasama dengan suaminya. Dengan selesainya acara ini pasangan tersebut dinyatakan sah oleh kepala adat dan upacara adat

perkawinan (pelulukng-peruku) dapat dilaksanakan di kemudian hari sesuai dengan kesepakatan keluarga dari kedua belah pihak. (B). Pelaku tidak bersedia menikah. Apabila pada waktu memintai pertanggangjawaban dan penegasan dari dewan adat, pelaku yang terbukti melakukan perbuatan tersebut tetap memilih tidak menikahi perempuan tersebut, maka sanksi adat akan diberikan kepadanya.

Adapun sanksi adatnya adalah

sebagai berikut. (1) Bontakng

tekaas/delatn (sarana penerangan). (2) Sentahat/sentaratn (pakaian bebat untuk ibu yang melahirkan). (3) Bangkat metuuq luluuq /yuur pakuuq piko (lauk-pauk). (4) Merusak diri seseorang. (5) Sangu anak. (6) Apaar tete anaak (anak bisa pergi ke tempat bapak). (6) Peruruuq (mohon maaf). (7) Bemakng paliq dan menyiapkan ruraatn 2 par (baki). Satu par adalah sebagai syarat untuk kepala adat berbicara, dan satu par lainnya untuk menyerahkan denda adat. Besarnya ketentuan denda adat untuk nomor 1 sampai dengan 6 di atas, wajib disesuaikan dengan kondisi atau tingkat ekonomi seseorang, artinya berdasarkan kebijaksanaan dewan adat. (C) Menikah dengan pria lain. Jika seseorang yang seharusnya bertanggung jawab atas perbuatan tersebut tidak mau menikahi, maka dalam tradisi perkawinan orang Tonyooi kadang-kadang ada pria lain yang bersedia menikahi perempuan tersebut, walaupun perempuan tersebut dalam keadaan hamil; dan kehamilan itu bukanlah hasil dari hubungannya dengan perempuan tersebut. Hal ini bisa terjadi, apabila kedua pihak memiliki kepentingan yang sama, yaitu ingin segera menikah. Misalnya saja si laki-laki agak kesulitan dalam mencari calon istri, sedangkan perempuan harus mencari orang yang mau bertanggung jawab terhadap janin yang

dikandunginya, sekaligus untuk menyelamatkan aib dirinya, berikut untuk melindungi nama baik keluarga besarnya. Orang yang menikahi perempuan dalam kondisi seperti ini dikenal dengan istilah nyelamar tolakng tapikng. Maknanya adalah bagaikan seseorang yang

memungut bambu sedang hanyut di sungai. Menurut ketentuan adat yang berlaku, pihak perempuan harus membayarkan denda adat kepada pihak laki-laki yang bersedia menikahinya berupa bemakng paliq, dan ditambah dengan 4 buah antaakng. Kemudian kepala adat menyatakan hubungan mereka sah secara adat dan upacara adat pelulukng peruku pun dapat

dilaksanakan di kemudian hari.

Pemaduq Pemaduq adalah apabila seorang laki-laki yang sudah menikah mempunyai keinginan untuk menikah lagi, namun tidak menceraikan istrinya yang pertama. Untuk melaksanakan niatnya tersebut, maka ia harus meminta persetujuan dari istri pertama dan calon istri keduanya. Bila tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut, maka perkawinan ini bisa disyahkan oleh Dewan Adat. Ada kemungkinan adat terpengaruh oleh ketentuan dalam hukum agama Islam.

Pada masa sekarang ini, perkawinan pemaduq ini jarang sekali terjadi dan hanya dilakukan pada masa lampau ketika

masyarakatnya masih sangat tradisional. Perkawinan dengan bentuk pemaduq ini kebanyakan dilakukan oleh seorang laki-laki yang ingin beristri dua (poligami). Denda adat yang harus diserahkan kepada istri pertama adalah

sebagai berikut. (1) Manik tabur lemiaang pulak (2 antaakng). Bermakna ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk bersatu dalam pemakaai harta perhiasan. (2) Sape tetar ulap tetar (2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah pengakuan dari isteri untuk besatu dalam pakaian yang sama. (3) Anoq bebeh (2 antaakng).

Maknanya adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk besedia memakai wadah pengangkut padi yang sama. (4) Lomuq bahoo (2 antaakng) Makna ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk bergabung tempat tempian padi atau beras. (5) Jamot tetar buat tetar (2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah sebuah

pengakuan dari isteri tua untuk melakukan pekerjaan rumah tangga secara bersama-sama. (6) Sine peretolaq (2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk bersatu di dalam satu selimut atau di atas satu tempat tidur. (7) Tolaak ruakng (2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah pengakuan dari isteri tua

untuk bergabung pada satu wadah air minum (labuuq atau gaa). (8) Mohon maaf, mohon ampun, dan denda adatnya sebesar ( sebuah antaakng). (9) Berupa jamuan maka bersama atau ruraatn dengan menyediakan: (a) Udaatn perakatn (Dewan Adat). Denda adatnya adalah (sebuah antaakng); dan (b) Paar (baki) untuk menyerahkan denda adat (peruruuq). Di samping ketentuan denda adat di atas, ada juga syarat yang harus dipenuhi/disepakati oleh istri pertama dan istri kedua, yaitu bahwa Istri pertama dan istri kedua saling tukar-menukar barang bukti, sebagai tanda kesepakatan dan kebersamaan dalam satu ikatan rumah tangga (dua insan di bawah satu atap). Maksudnya mereka berdua sepakat untuk dijadikan istri dari satu orang laki-laki, yang disaksikan oleh dewan adat. Adapun barang yang saling dipertukarkan tersebut adalah sebagai berikut: satu piring putih, satu ladikng (pisau), satu lembar tudukng (batik/caor sebagai penutup kepala), satu ketau (rok), satu sapai (baju), satu manik tamakng pengikat, dan satu antaakng pengakup remangkup. Semua barang tersebut diserahkan untuk calon madu, kemudian calon madu menerima dan mengeluarkan barang yang sama untuk diberikan kepada istri pertama.

Sancut Salitn Menurut informan studi ini sancut salitn adalah menggantikan pakaian yang lama dengan pakaian yang baru akibat dari suatu perbuatan atau tutur kata seseorang atau lebih yang ditujukan kepada orang lain dengan maksud menjelek-jelekan yang bersangkutan berupa tutur kata yang kurang sopan, menghina dan merendahkan harga diri orang lain. Jadi Sancut salitn di sini lebih bermakna konotatif, artinya bahwa seseorang harus membayar denda adat atas tutur katanya sendiri yang tidak sopan. Kata konotasi adalah tautan pikiran yang

menimbulkan nilai rasa pada seseorang, ketika berhadapan dengan sebuah kata. Kata konotatif berarti tentang suatu perkataan yang mempunyai makna tautan antara perkataan dan nilai rasa pada kata yang diungkapkan dan ditujukan kepada orang lain.

Nulak Busukng Yang dimaksud dengan nulak busukng ialah suatu perkawinan yang semestinya tidak boleh terjadi, karena apabila ditinjau dari garis keturunan ayah dan ibu, maka perkawinan tersebut tidak sesuai atau tidak sederajat. Jika terjadi perkawinan seperti ini, maka pasangan

yang melakukan perkawinan ini harus membayar denda adat kepada mertua masing-masing. Ada pun denda adat yang dijatuhkan adalah sebagai berikut, yaitu: (1) Burai bango : burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil) , satu piring putih; (2) Pihak laki-laki menyerahkan sapai (baju) yang ditambah lagi dengan satu buah antaakng kepada mertuanya laki-laki (bapak orang tua perempuan); (3) Pihak perempuan menyerahkan satu sapai (baju) yang ditambah dengan satu buah antaakng kepada mertuanya yang perempuan (ibu laki-laki); dan (4) Pejeak petakar guna meminta pengampunan kepada roh-roh, agar kedua pasangan lepas dari mara bahaya.

Perkawinan Cahuuq Dalam masyarakat Tonyooi, perkawinan yang dilarang (incest) disebut cahuuq. Apabila perkawinan itu dilakukan antara pasangan yang bersaudara kandung, anak dengan ibu atau ayah, menantu dengan mertua, paman atau bibi dengan kemenakannya, kakek atau nenek dengan cucu.

Sumakng Buhotn

Seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia dan mayatnya masih ada di dalam rumah, namun suami atau istri dari yang meninggal tersebut sudah berpacaran lagi dengan perempuan atau lelaki lain dan tertangkap basah oleh suami/isterinya yang sedang berduka, yang sebenarnya perbuatan serong ini sudah diketahuinya selagi yang meninggal itu masih hidup. Yang menuntut denda adat dalam kasus seperti ini adalah pihak keluarga yang anggota

keluarganya meninggal dunia tersebut. Adapun denda adatnya adalah berupa burai bango, dan antaakng. Menurut informan yang dimaksud dengan sumakng buhotn adalah seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia, kemudian pada waktu diadakan upacara adatnya, maka suami atau istri berpacaran dengan perempuan atau laki-laki lain, sehingga pihak keluarga yang sedang musibah menuntut denda adat, karena ditambah dengan satu sampai tiga buah

kesalahan itu.

Bulitn Baluuq Yang dimaksud dengan bulitn baluq adalah seseorang isteri, yang suaminya baru saja meninggal dunia, kemudian ia menerima lamaran laki-laki yang ingin menikahinya, padahal acara adat penguburan

suaminya belum selesai dilaksanakan. Keluarga pihak suami masih dalam masa berkabung atau berduka. Oleh karena itu, pihak keluarga suami yang meninggal dunia menuntut denda adat kepada kedua pasangan suami istri yang baru tersebut. Pada masa lalu seseorang perempuan yang suaminya baru saja meninggal dunia selalu melakukan adat masa berkabung yang ditandai dengan ketaw tenelungkup (bentuk pakaian bawah seperti yang dipakai pada acara tarian gantar, tetapi bagian dalamnya dibalik menjadi bagian luar) atau pemotongan rambut panjang sampai mendekati bawah daun telinga. Seseorang isteri baru bisa menikah lagi, kalau rambutnya sudah panjang sampai ke bahu. Tujuannya adalah supaya kesedihan pihak keluarga terhadap orang yang meninggal dunia sudah mulai hilang dan segala upacara adat kematian sudah terselesaikan dengan baik. Jika ada anggota masyarakat yang melihat bentuk rambut perempuan yang dipotong seperti itu, berarti perempuan tersebut masih dalam masa berkabung dan suaminya baru saja meninggal dunia yang disebut baluuq. Menurut tradisi pada masa lalu, seseorang isteri yang melakukan perkawinan pada masa baluuq ini dikenakan denda adat sebagai berikut : (a) Burai bango, yang terdiri dari burai (pupur dari beras),

satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu piring putih; (b) Satu mekau atau antaakng); dan (c) Ruratn peruruuq (upacara dengan maksud untuk mempererat hubungan kekeluargaan).