bbkma.umm.ac.id/files/file/dospres 2015/6b-contoh karya... · web view... dijadikan fokus dan titik...
TRANSCRIPT
KARYA INOVASI UNGGUL DI BIDANG PENGELOLAAN PROGRAM
IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap Dr. Yuni Pantiwati, MM; M.Pd2. N I P 1964060119901120013. Jabatan Akademik Lektor Kepala4. Pangkat dan Golongan Pembina Tk. I/ IVa5. Tempat/ Tanggal lahir Jember, 1 Juni 19646. Jenis Kelamin Perempuan7. Program Studi/ Jurusan/ Departemen Pendidikan Biologi8. Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Malang
9. Alamat Perguruan TinggiJl. Raya Tlogomas 246 Malang Jawa TimurTelp/ Fax 0341-464318 / 0341-460782
10. Alamat Rumah
Jl. Gajayana IA No 729B DinoyoMalang -Jawa Timur
Telp/ Fax 0341-563602/ -
HP 08123366947.e-mail [email protected]
*) Coret yang tidak perlu
URAIAN KARYA INOVASI UNGGUL DI BIDANG PENGELOLAAN PROGRAM (hanya SATU YANG TERBAIK, yang dihasilkan dalam 2 tahun terakhir)
a. Makalah ditulis 8 - 12 halaman, di atas kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5 dan menggunakan font 12 Times New Roman.
b. Makalah berisi pendahuluan, permasalahan, tindakan, pembahasan, kesimpulan, dan pengakuan dari pihak terkait (mohon dilampirkan).
c. Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
d. Penyajian makalah selama 15 menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab selama maksimum 30 menit.
1
PENERAPAN PROGRAM LS (Lesson Study) UNTUK MENINGKATKAN
KESADARAN METAKOGNISI MENUJU PENDIIDIK PROFESIONAL
1. Pendahuluan
Prodi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika telah sukses
menyelenggarakan Program Lesson Study (LS) selama satu tahun (semester genap 2010-
2011 dan semester ganjil 2011-2012). Lesson Study merupakan salah satu bentuk
penerapan konsep Learning Comunity (komunitas belajar), yaitu sekelompok orang yang
saling belajar dari yang lain untuk meningkatkan pengetahuannya. LS telah dilaksanakan
mulai tahun 2010 sampai dengan sekarang.
Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson
study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study
dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang
berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2)
penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa
memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus
dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real
di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan
(5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran
(Lewis,2002). Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang
profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1)
menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang
bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang
disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa;
(5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan
perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan;
dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan
pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002). Wang-Iverson dan Yoshida (2005)
mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat, yaitu 1). Mengurangi
2
keterasingan guru (dari komunitasnya), 2). Membantu guru untuk mengobservasi dan
mengkritisi pembelajarannya, 3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi
pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum. 4). Membantu guru
memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa. 5). Menciptakan
terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Program LS telah meluas, mengimbas, dan memelopori kegiatan peningkatan
pembelajaran mulai dari di Jurusan Pendidikan Biologi, prodi FKIP UMM, sekolah-
sekolah, bahkan sampai pada perguruan tinggi. Banyak hal dan kegiatan yang telah
dilakukan dan berhasil ditaih dengan sukses di tingkat lokal dan Nasional Namun
demikian ada yang perlu dipikirkan, direnungkan dan ditindaklanjuti agar Program LS
telah membawa keberhasilan secara nyata dan bermakna. Bermakna dalam arti program
LS diharapkan melekat daan berkembang, secara disadari atau tanpa disadari harus
menjadi bagian yang dapat mengembangkan profesionalitas pendidik semua pihak
terutama yang telah melaksanakan LS.
2. Permasalahan
Walau LS sudah lama diselenggarakan di Jepang yaitu sejak 1890 atau kurang
lebih 100 tahun yang lalu namun di Indonesia masih belum berkembang dengan baik. LS
memerlukan kesiapan, keterbukaan, kesungguhan, kedisiplinan, dan kreativitas serta
inovasi guru. Selain itu manajemen sekolah juga perlu mendukung terlaksananya LS.
Dana yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk mengadakan pelatihan guru juga tidak
sedikit, akan tetapi usaha yang dilakukan Pemerintah ini banyak yang kurang signifikan
terhadap peningkatan mutu guru, ini disebabkan karena pelatihan tidak berbasis pada
permasalahan nyata didalam kelas, tanpa memperhatikan kondisi daerah masing-masing..
Hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja tidak diterapkan pada pembelajaran
dikelas. Untuk mengatasi kelemahan pelatihan ini maka jurusan pendidikan biologi
menawarkan bagaimana upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas model tersebut
adalah dengan Lesson study.
Lesson study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif danberkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
3
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. mutu pendidikan
yang tak pernah berakhir (continous improvement).
Lesson Study memang telah dilaksanakan di beberapa sekolah dan perguruan
tinggi di Indonesia, namun Lesson Study dalam hal ini adalah berbasis matakognisi.
Istilah Metakognitif biasa disebut dengan metakognisi (metacognition) lahir pada tahun
1979. Istilah metakognitif ditemukan oleh seorang ilmuwan pendidikan yang bernama
flavell. Maksud dari kata ini tidak hanya sebatas kognitif atau berpikir saja tapi satu
tingkat lebih tinggi dari berpikir atau biasa disebut dengan thinking about thinking yang
artinya berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Dengan demikian metakognitif adalah
sebuah kemampuan manusia untuk mengendalikan atau pemantauan pikiran, kalau
diterapkan dalam dunia pendidikan bahasa aplikasinya metakognitif merupakan
kemampuan peserta didik atau siswa dalam memonitor (mengawasi), merencanakan
serta mengevaluasi sebuah proses pembelajaran. Jika teori metakognitif diterapkan
maka seorang siswa diharapkan bisa bersikap mandiri dalam hal materi atau ilmu yang
dipelajari, bersikap jujur terhadap kemampuan masing-masing diri baik kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki, dan berani mencoba perkara baru guna menggali pengetahuan
dan meningkatkan kemampuannya.
Para pelaku LS sudahkah memiliki kesadaraan terhadap apa yang telah diketahui
dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks ini terkait program LS. Dalam kegiatan
berpikir, hal ini disebut dengan istilah metakognitif. Program LS di dalamnya merupakan
proses pembelajaran yang dilaksanakan berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor dan disertai pembelajaran metakognitif. Melalui program LS akan
memungkinkan peningkatan kesadaran peserta program LS terhadap apa yang telah
dipelajari. Pengalaman peserta LS dapat dikatakan berkualitas apabila peserta LS secara
sadar mampu mengontrol proses kognitifnya secara berkesinambungan dan berdampak
pada peningkatan kemampuan metakognitif. Oleh karena itu perlu di ketahui dan
dianalisis bagaimanakah kesadaran Metakognitif para peserta LS.
4
3. Tindakan. Prodi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika telah sukses
menyelenggarakan Program Lesson Study selama satu tahun (semester genap dan
semester ganjil). Pada tahun I telah dilakukan peningkatkan kapasitas dosen untuk
menerapkan lesson study. Pendampingan tenaga ahli telah membantu mengarahkan
inisiasi implementasi lesson study di program study. Langkah-langkah dalam lesson
study meliputi plan (perencanaan), do (pelaksanaan) dan see (evaluasi) telah dilakukan
secara bersama-sama dalam team teaching yang dibentuk berdasarkan rumpun mata
kuliah yang didukung dengan referensi yang up to date. Rumpun Matakuliah yang telah
melaksanakan lesson study adalah matakuliah pembelajaran.
Tahun II untuk Semester Genap dan Ganjil di JPMIPA maupun non JPMIPA
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a) Sosialisasi lesson study telah memperluas dan meningkatkan pengetahuan dosen di
JPMIPA maupun non JPMIPA tentang konsep, prinsip dan praktek lesson study.
b) Workshop lesson study telah meningkatkan kolegialitas antar dosen pengampu
matakuliah di JPMIPA maupun non JPMIPA
c) Implementasi LS telah membangun iklim keterbukaan dalam tugas profesional sebagai
dosen di JPMIPA maupun non JPMIPA.
d) Implementasi Lesson Study telah menjadi sarana pembinaan profesi diantara sesama
dosen pengampu matakuliah. Dosen tidak lagi merasa paling super dalam hal
mengajar, dosen mulai terbuka untuk mendapatkan kritik dan saran dan dosen tidak
lagi bersikap egois..
e) Implemetasi lesson study juga telah menghasilkan dampak positif bagi pengembangan
sikap dan kognitif mahasiswa. Sikap mahasiswa mengalami pergeseran dari sekedar
menerima informasi dosen menjadi mencari dan mengolah informasi secara mandiri
ataupun bekerja sama dengan sesama mahasiswa. Sikap ini mendorong bergesernya
zona of praximate development dalam pribadi mahasiswa.
f) Implementasi lesson study juga telah meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi
pada mahasiswa. Kemampuan berfikir kritis memperoleh perhatian utama dari
implementasi lesson study
5
g) Implementasi lesson study pada matakuliah Ilmu Gizi dan Genetika telah
meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi pada mahasiswa.
h) Seminar lesson study telah menghasilkan bahan (naskah ilmiah) dari implementasi
lesson study di JPMIPA untuk dipublikasikan ke seminar tingkat nasional dan
publikasi ke jurnal ilmiah terakreditasi, dan seminar Internasional di UPI Bandung
i) Monitoring kegiatan lesson study secara internal dan eksternal telah memantau dan
mengarahkan kegiatan lesson study agar berlangsung sebagaimana yang direncanakan
dan dapat lebih meningkatkan kualitas pelaksanaannya.
j) Seminar nasional lesson study untuk exchange experience di Universitas Negeri
Malang telah memberikan tukar menukar informasi dan pengalaman dalam
implementasi lesson study di berbagai institusi yang telah melaksanakannya.
k) Program LS berlanjut dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dana Block Grant
tahun 2014 FKIP-UMM dengan melibatkan 6 dosen 2 kegiatan LS di Prodi Biologi.
Sedang di luar Prodi Biologi ada 5 kegiatan LS yang melibatkan 15 dosen.
l) LS di sekolah juga tetap berlangsung dengan berorientasi produk dengan mengelola
lingkungan sekolah menjadi sumber belajar.
Hasil dari pelaksanaan Lesson Study telah menhasilkan rekomendasi yaitu:
a) Sehubungan dengan best practice yang terbentuk selama implementasi leson study,
maka diperlukan penguatan dan perluasan dalam pelaksanaan lesson study di JPMIPA
FKIP UMM maupun diluar JPMIPA.
b) Dukungan terhadap pelaksanaan lesson study perlu diwujudkan dalam bentuk
komitment tertulis maupun operasional sehingga pemeliharaan terhadap peminaan
profesi dosen dapat berlangsung secara berkelanjutan dengan tanpa mengandalkan
sumber dana dari luar.
c) Direktorat Belajar dan Pembelajaran Dikti perlu segera menjadikan program LS ini
sebagai program yang berkelanjutan baik bagi penerima program lama maupun untuk
perluasan (penerima program baru).
Implementasi Lesson Study tahun III didorong oleh kesuksesan dalam
mengimplementasikan Lesson Study pada empat semester selama tahun I dan tahun II.
Dari pengalaman tersebut maka iklim keterbukaan yang terbentuk dalam pelaksanaan
6
perkuliahan di empat program study di FKIP perlu terus dikuatkan dan diperluas lagi
cakupan sasaranya pada matakuliah lainnya. Best practice selama implementasi tahun I
dan tahun II akan diperluas dan dikuatkan untuk prodi baru yaitu Bahasa dan Sastra
Inggris serta Prodi PPKn. Di prodi Biologi dan Matematika juga diperluas untuk
matakuliah baru, yaitu Embriologi dan Reproduksi Hewan, Media dan Sumber Belajar,
Aljabar dan Aljabar Matriks. Matakuliah di prodi baru adalah Eglish for Young Learner,
Curriculum and Reading 3 (Prodi Bahasa Inggris) dan Pemerintahan Daerah dan
Sosiologi Politik (Prodi PPKn).
Implementasi tahun III juga memperluas wilayah sasaran ke sekolah mitra. Sekolah
mitra yang ditunjuk untuk implementasi adalah SMA Negeri II Batu dan SMA
Muhammadiyah 3 Batu. SMA Negeri II Batu dan SMA Muhammadiyah 3 Batu yang
selama ini dijadikan sekolah mitra dipertimbangkan menjadi sasaran sehubungan dengan
kedua sekolah tersebut menjadi tempat PPL dari prodi Biologi dan Prodi Matematika.
Kedua sekolah juga memiliki antusiasisme menerapkan lesson study sejak awal
perkembangan lesson study di UMM. Matapelajaran yang ditunjuk di SMA Negeri II
Batu adalah Biologi, sedangkan di SMA Muhammadiyah 3 adalah Ekonomi pada
semester genap. Pada semester ganjil adalah LSBS (Lesson Study Berbasis
Sekolah).Implementasi lesson study selama tahun III (2012-2013) maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a) Sosialisasi lesson study telah meningkatkan pengetahuan dosen tentang konsep,
prinsip dan praktek lesson study. Peningkaan pengetahuan dosen terhadap lesson study
ini pada giliran berikutnya adalah meningkatkan ketrampilan dosen untuk
melaksanakan lesson study yang terdiri dari langkah-langkah plan, do dan see.
b) Workshop lesson study telah meningkatkan kolegialitas antar dosen pengampu
matakuliah, sehingga terjadi tukar pengalaman dan membentuk kesepakatan bersama
untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan
observasi, melakukan refleksi dan merencanakan tindak lanjut pada siklus
berikutnya.
c) Implementasi LS telah membangun iklim keterbukaan dalam tugas profesional
sebagai dosen. Tugas profesional menjadi terbina dengan selalu menerima masukan
dan pendapat teman sejawat untuk menghasilkan yang lebih baik. Metode kooperatif
7
yang dikembangkan sejak dari perencanaan (plan), pelaksanaan (do) hingga refleksi
(see) selama lesson study telah meningkatkan kualitas pembelajaran.
d) Implementasi Lesson Study telah menjadi sarana pembinaan profesi diantara sesama
dosen pengampu matakuliah. Dosen tidak lagi merasa paling super dalam hal
mengajar, dosen mulai terbuka untuk mendapatkan kritik dan saran dan dosen tidak
lagi bersikap egois. Sebaliknya, dosen bersikap terbuka dan menerima saran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
e) Implemetasi lesson study juga telah menghasilkan dampak positif bagi
pengembangan sikap dan kognitif mahasiswa. Sikap mahasiswa mengalami
pergeseran dari sekedar menerima informasi dosen menjadi mencari dan mengolah
informasi secara mandiri ataupun bekerja sama dengan sesama mahasiswa. Sikap ini
mendorong bergesernya zona of praximate development dalam pribadi mahasiswa.
f) Implementasi lesson study juga telah meningkatkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi pada mahasiswa. Kemampuan berfikir kritis memperoleh perhatian utama dari
implementasi lesson study selama tahun 2013-2014 oleh semua matakuliah yang di
lesson study kan.
g) Implementasi lesson study telah meningkatkan kualitas Program Latihan Profesi (PLP)
atau Program/Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa.
h) Seminar lesson study telah menghasilkan bahan (naskah ilmiah) dari implementasi
lesson study di JPMIPA untuk dipublikasikan ke seminar tingkat nasional dan
publikasi ke jurnal ilmiah terakreditasi.
i) Monitoring kegiatan lesson study secara internal dan eksternal telah memantau dan
mengarahkan kegiatan lesson study agar berlangsung sebagaimana yang direncanakan
dan dapat lebih meningkatkan kualitas pelaksanaannya.
j) Seminar nasional lesson study untuk exchange experience di Hotel Athlete Century
Park Jakarta telah memberikan tukar menukar informasi dan pengalaman dalam
implementasi lesson study di berbagai institusi yang telah melaksanakannya. Tukar
menukar informasi ini penting sebagai tambahan referensi untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan lesson study di masa mendatang.
Rekomendasi yang dberikan melalui program Lesson Study yaitu:
8
1. Sebaiknya dosen dan guru di sekolah yang pernah melaksanakan program Lesson
Study dan mengambil manfaat dari program tersebut perlu secara terus menerus
mengimplementasikannya tanpa harus diminta oleh lembaga.
2. Sehubungan dengan best practice yang terbentuk selama implementasi lesson study,
maka diperlukan keberlanjutan penguatan dan perluasan dalam pelaksanaan lesson
study di JPMIPA FKIP UMM maupun diluar JPMIPA dan di sekolah mitra.
Keberlanjutan penguatan dan perluasan ini perlu didukung dengan kebijakan
institusional dan formal.
3. Dukungan terhadap pelaksanaan lesson study perlu diwujudkan dalam bentuk
komitment tertulis maupun operasional sehingga pemeliharaan terhadap pembinaan
profesi dosen dapat berlangsung secara berkelanjutan dengan tanpa mengandalkan
sumber dana dari luar.
4. Belmawa Dikti perlu memberikan penghargaan bagi implementor lesson study yang
telah mengimplementasikan dengan baik dan penuh tanggung jawab dengan membuka
program baru untuk keberlanjutan dan pemeliharaan best practice yang telah terbentuk
4. Pembahasan
Implementasi Lesson Study telah membawa dampak besar pada iklim
pembelajaran semua peserta Lesson Study baik kepada model pembelajaran maupun
observer, peserta, bahkan paanitia penyelenggara. Meningkatnya kolegialitas antar dosen
pengampu mataa kuiah merupakan bukti kesadaran metakognitif sudah muncul.
Kesadaran Metakognitif, atau metakognisi, pertama kali didefinisikan oleh Flavell
(1979), sebagai kemampuan seseorang memahami, mengendalikan, dan memanipulasi
proses kognitif. Bila seseorang telah dapat mengelola proses kognitifnya dengan, maka
seseoraang itu akan lebih mudah dalam menentukan strattegi yang akan digunakan dalam
melakukan tahapan belajar berikutnya
Menurut Arends (1997) metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang
pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan
strategi-strategi belajar tertentu dengan benar. Dengan demikian metakognitif adalah
kemampuan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif, mengendalikan enam tingkatan
9
aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom yang
terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Para
partisipan dan model dalam program Lesson Study telah mengenal dirinya, telah muncu
kesadaraan metakognisinya sehingga tahapan berikutnya adalah menentuan strategi
metakognitif agar pemikiran, aktifitas dan target kegiatan berikutnya dapat tercapai.
Keberhasilan dampak tim LS UMG berhasil meraih hibah LS dari Belmawa Dikti untuk
implementasi LS tahun 2012-2015 merupakan satu contoh dampak dari kesadaran
metakogntif yang aktif, kemudian diikuti tahap berikutnya yaitu strategi metakognitifnya
mulai muncul dan membantuseseorang untuk berpikir dalam melakukan perencaanaan
dan pola pemikiran ke orientasi masa depan. Menurut Costa (1985) dalam proses
pembelajaran ada 3 pengajaran berpikir, yakni teaching of thinking, teaching for thinking,
dan teaching about thinking. Pada teaching of thinkin, kenyataan dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak mungkin melepaskan 3 aspek itu, antara teaching of thinking,
teaching for think-ing, dan teaching about thinking terkait sangat erat, bahkan tak dapat
dipisahkan (Sanjaya, 2006:106). Selama mengikuti program Lesson Study peserta
menangkap banyak aktivitas yang tersimpan dalam pikirannya, sehingga ini akan
mempengaruhi seseorang untuk berpikir dan beripikir laahi, apa yang akan diperbuat, apa
yang dapat dia lakukan, pikirannyaa dipenuhi banyak pertanyaan dan keinginaan yang
ingin diakukan, dan berpikir ini sudah melampaui pada berpikir tingkat tinngi, karena
sudah mengarah pada inovasi dan kretifitas, menurut taksonomu bloom ada padaa
tingkatan ke-6. Melalui program Lesson Study bahkan telah mampu menumbuhan
pemikiran dosen melakukan PTK berbasis LS, dan kegiatan yang dilukan juga sudah
menghasilan artikel yang telah ditulis di Jurnal Internasional oleh Husamaa, S.Pd yang
telah mendapat pendampingan, pembinaaan, dan dapt bekerjasama dengan baik dengan
Dr Yuni Pantiwati M.Pd. Bukankah ini juga hasil dari bermetakognisi? Hasil penulisan
dapat di International Journalof Eductaion Learning and Development Vol.2, No.1,
pp.68-85, March 2014 Published by European Centre for Research Training and
Development UK (www.ea-journals.org)
5. Kesimpulan
10
Kegiatan Lesson Study telah dilakukan oleh para guru, dosen, dan pemerhati
penddidikan, melalui Lesson Study dapat meningkatkan Kesadaran mEtakognitif peserta
sehingga muncul strategi metakognitifnya untuk mengembangkan diri bahkan
mengembangkan lembaga. Sebagai bukti adalah tim LS UMG berhasil meraih hibah LS
dari Belmawa Dikti untuk implementasi LS tahun 2012-201, terbitnya artikel di Jurnal
Internasional, dan bangkitnya semangat dan kesadaran peserta untuk mengembangkan
diri untuk meraih pendidik yang profesional, serta dimuatnya kegiatan Lesson Studi di
Koran Pandidikan juga sebagai buti keberhasilan.
Lesson Study juga meningkatkan kesadaran metakognisi dosen, mahasiswa, guru,
dan bahkan warga sekolah Guru mempunyai keterampilan metakognitif yang baik lebih
mudah meyelesaikan setiap permasalahan pembelajaran yang dialaminya serta mampu
memprediksikan kecenderungan yang akan terjadi. Keterampilan metakognitif dengan
mengalami sendiri strategi yang dilakukannya dan mengevaluasi sendiri berdasarkan
kenyataan riil yang terjadi serta memikirkan kembali penyempurnaannya.
11
Dimuat di Koran PendidikanTerbitan 9 Maret 2013
MENEGAKKAN HAK BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY
Hari ini, sabtu 9 Maret 2013 mulai jam 08.00 s/d 17.00 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM menggelar seminar implementasi program Lesson Study tahun II di Ruang Sidang Senat Kampus III UMM. Seminar ini menghadirkan Prof. Herawati Susilo, PhD Ketua Tim Lesson Study Nasional dari Belmawa Dikti sebagai pendamping LS UMM. Seminar tahunan kali ini mengangkat tema “Menegakkan Kualitas Pembelajaran Yang Sesungguhnya Melalui Lesson Study”. Dekan FKIP dalam sambutan pembukaannya menyatakan bahwa Program Lesson Study di FKIP ini awalnya dimulai dari Prodi Pendidikan Biologi dan Prodi Pendidikan Matematika sejak semester genap tahun 2010/2011 dan kini telah diperluas ke Prodi PGSD dan Prodi Bahasa Indonesia. Implementasi Lesson Study di FKIP sudah berjalan 2 tahun dan mendapatkan dukungan dana dari Direktorat Belajar dan Mahasiswa (Belmawa) Dikti melalui Perluasan Program Lesson Study Batch IV. Seminar LS ini diikuti oleh seluruh dosen FKIP, para kepala sekolah dan guru dari SMA dan SMP mitra dan pemerhati pendidikan di Malang Raya.
Ada apa dengan hak belajar mahasiswa?. Mahasiswa berhak untuk mendapatkan dan mengalami proses pembelajaran yang berkualitas. Hak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas ini sering diabaikan oleh egoisme yang menghinggapi kalangan dosen. Dosen sering merasa dirinya paling benar dan sempurna sehingga kebal terhadap kritik dan saran. Melalui Lesson study, faham egoisme dosen ini secara santun dan meyakinkan diubah menjadi faham keterbukaan terhadap kritik dan saran demi perbaikan dan kualitas mutu bpembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dengan tertanamnya komitmen kebersamaan, keterbukaan dalam meningkatkan mutu pembelajaran maka hak belajar mahasiswa otomatis menjadi terpenuhi dan tegak. Pengakuan terhadap pemenuhan atas hak belajar mahasiswa melalui implementasi lesson study ini terungkap dari pernyataan Hendrik, mahasiswa yang mengikuti matakuliah sebagaimana dalam pernyataan berikut :
“Hal yang saya dapat saat mempelajari matkul dasar2 ilmu gizi dengan metode pembelajaran GI sangat menyenangkan. Misalnya saya merasa mendapatkan metode pembelajaran yang baru yang saya anggap sebagai metode pembelajaran yang inovatif dan sesuai untuk matakuliah tersebut. Saya lihat banyak dosen mengkaji RPP dan perkuliahan sedemikian rupa. Selama perkuliahan, saya tidak hanya belajar melalui buku,internet atau sumber informasi belaka tetapi sebagai mahasiswa hak untuk berekspresi menjadi lebih tersalurkan dan hak belajar sebagai mahasiswa lebih maksimal tercapai. Saya kira ini adalah manfaat dari implementasi Lesson Study yang diterapkan pada matakuliah tersebut”.
12
Berbicara tentang mutu pembelajaran maka Lesson Study adalah upaya menegakkan mutu perkuliahan yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Dalam lesson study sekelompok dosen yang terdiri dari 5 sampai dengan 8 orang dalam rumpun matakuliah yang sama menyusun perencanaan pembelajaran yang dikritisi bersama, melaksanakan pembelajaran secara terbuka (open class) dan melakukan refleksi secara terbuka pula untuk mengambil best practice yang terbangun dan menekan kesalahan yang muncul untuk masukan bagi perkuliahan berikutnya. Lesson study inilah yang membawa pendidikan di Jepang menjadi pioneer dalam mutu pembelajaran dan diakui secara internasional. Lesson study memang lahir di Jepang pada tahun 1950 an dengan nama Jurgenkyu. Banyak nilai positif yang dihasilkan dari lesson study ini, dan oleh karenanya jurgenkyu ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Amerika implementasi lesson study dimulai sejak tahun 1999. Di Indonesia lesson study baru masuk pada tahun 2006 melalui direktorat ketenagaan Dikti yang kemudian beralih ke direktorat Belmawa pada tahun 2011 hingga kini. Tahun 2010 Universitas Muhammadiyah Malang memenangkan program hibah kompetisi lesson study ini untuk batch IV.
Dalam lesson study, seorang dosen harus mengembangkan iklim keterbukaan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kepada mahasiswanya. Sejak dari perencanaan, dosen harus menyusun perencanaan dengan baik dan membeberkannya dihadapan tim rumpun matakuliah sejenis untuk mendapatkan pengkajian secara bersama dan memperoleh masukan. Sebelum diterapkan lesson study, sebagian besar dosen sering bersifat egois, merasa diri paling hebat dan tidak perlu mendapatkan kritik dan saran dalam pembelajaran. Melalui lesson study, sifat demikian itu dikikis habis. Keterbukaan untuk perbaikan kualitas pembelajaran menjadi hal yang utama. Komitmen inilah yang ditumbuhkan diantara para dosen pengampu matakuliah di lingkungan FKIP, demikian Drs. Nurwidodo, M.Kes. tim pengarah kegiatan Lesson Study di FKIP mengungkapkan. Itulah sebabnya maka jika kita ingin menegakkan mutu dan kualitas perkuliahan yang sebenar benarnya, maka Lesson Study adalah jawabannya, imbuhnya.
Seminar implementasi Lesson Study di FKIP ini menyajikan 12 pemakalah. Para pemakalah terdiri dari tim dosen dalam rumpun matakuliah terpilih untuk implementasi tahun II. Mereka adalah DR. Arif Budi Wuriyanto, DR. Sugiarti, DR. M Syaifuddin, DR. Yus M. Cholili, DR. Dwi Priyo Utomo, DR. Endang Poerwanti, DR. Ichsan Ansory, DR. Muh Aguskrisno, DR. Nurul Mahmudati, Drs. Nurwidodo dan Drs. Atok MH. Hingga saat ini FKIP telah menyebarkan “virus LS” kepada 24 matakuliah yang beranggotakan 60 s/d 85 orang dosen. Dra. Sri Wahyuni, M.Kes ketua pelaksana LS di FKIP menyatakan bahwa kegiatan peningkatan mutu pembelajaran ini akan diteruskan pada tahun ke III dan akan diikuti oleh 12 matakuliah baru. Sementara itu DR. Rr. Eko Susetyorini, MSi, ketua pelaksana seminar LS menyatakan bahwa implementasi LS di FKIP telah menyebar ke Prodi PGSD dan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan seminar kali ini juga melaporkan implementasi LS di kedua prodi tersebut.
Melalui lesson study, para dosen secara bersama melakukan pengkajian bersama terhadap RPP (pada sesi plan), mereka juga terlibat sebagai observer (dalam sesi do) dan memberikan masukan masukan penting untuk pembelajaran berikutnya (pada sesi refleksi atau see). Plan, do dan see dilakukan secara terbuka
13
dan bersama sama dalam suasana penuh toleransi. Best practice yang terbentuk melalui implementasi leson study yang berupa iklim keterbukaan, iklim kepedulian dan komitmen kepada peningkatan mutu pembelajaran sudah semestinya untuk terus dikuatkan dan disebar luaskan ke semua matakuliah di FKIP sebagai fakultas yang consern terhadap mutu pendidikan. Fakultas lain sebaiknya segera mengikuti langkah langkah peningkatan mutu perkuliahan yang sebenar benarnya melalui Lesson Study sebagaimana yang telah dipraktekkan di FKIP.
14