bbkk.kemenperin.gobbkk.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/layanan... · 2021. 1. 20. · 5....

31
bbkk.kemenperin.go.id

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

65 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    Daftar isi

    1 Ruang lingkup

    2 Acuan Normatif

    3 Sistem sertifikasi

    4 Definisi

    5 Proses sertifikasi

    6 Persyaratan umum sertifikasi

    7 Surveilan

    8 Perubahan Persyaratan Sertifikasi

    9 Sertifikat

    10 Penggunaan Tanda SNI

    11 Biaya

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    Penerapan skema sertifikasi produk

    Sub kategori produk kimia anorganik (13.02/Rev.1)

    1 Ruang lingkup

    Dokumen ini berlaku untuk sub kategori produk kimia non organik yaitu :

    1. Asam Sulfat Teknis

    2. Asam Sulfat Pekat Teknis

    3. Aluminium Sulfat

    4. Natrium Silikat Cair Teknis

    5. Poli Aluminum klorida

    6. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk Pengolahan Air

    7. Natrium Metabisulfit

    8. Kaporit (kalsium hipoklorit)

    9. Kalsium Karbida

    10. Asam Formiat

    11. Mutu dan Cara Uji Klor Cair

    2. Acuan Normatif :

    2.1 Standar Produk yang diacu :

    1. Asam Sulfat Teknis SNI 0030:2011

    2. Asam Sulfat Pekat Teknis SNI 30:2017

    3. Aluminium Sulfat SNI 0032:2011

    4. Natrium Silikat Cair Teknis SNI 0127:2015

    5. Polialuminium Klorida SNI 06-3822:2018

    6. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk Pengolahan Air

    SNI 06-3822.1-2000

    7. Natrium Metabisulfit SNI 2138:2013

    8. Kaporit (kalsium hipoklorit) SNI 06-2856-1998

    9. Kalsium Karbida SNI 2861-2011

    10. Asam Formiat SNI 2128-2013

    11. Mutu dan Cara uji klor cair SNI 06-0082-1987

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    2.2 Regulasi Teknis yang diacu :

    1. Asam Sulfat Teknis (SNI 0030:2011): - Peraturan Menteri Perindustrian RI No.63/M-IND/PER/12/2013 tentang

    Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Asam Sulfat Teknis secara Wajib.

    - Peraturan Jenderal Basis Industri Manufaktur No. 10/BIM/PER/5/2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Asam Sulfat Teknis secara Wajib.

    - Peraturan Menteri Perindustrian RI No.105/M-IND/PER/11/2015 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Asam Sulfat Teknis secara Wajib.

    2. Asam Sulfat Teknis (SNI 30:2017): Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 19/M-IND/PER/4/2014 menjadi No.21 TAHUN 2019 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Asam Sulfat Pekat Teknis secara Wajib.

    3. Aluminium Sulfat :

    - Peraturan Menteri Perindustrian No. 67/M-IND/PER/12/2013 tentang

    pemberlakuan SNI Aluminium sulfat secara wajib

    - Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur No:

    19/BIM/PER/12/2014 tentang Petunjuk teknis pemberlakuan dan

    pengawasan penerapan SNI Aluminium Sulfat secara wajib.

    - Peraturan Menteri Perindustrian No. 101/M-IND/PER/11/2015 tentang

    tentang pemberlakuan SNI Aluminium sulfat secara wajib

    4. Natrium Silikat Cair Teknis

    5. Polialumunium Klorida

    6. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk Pengolahan Air

    7. Natrium Metabisulfit

    8. Kaporit (kalsium hipoklorit)

    9.

    Kalsium Karbida - Peraturan Meneteri Perindustrian Republik Indonesia nomor 65/M-

    IND/PER/12/2013 tentang Pemberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kalsium Karbida (CaC2) secara wajib

    - Peraturan Meneteri Perindustrian Republik Indonesia nomor 103/M-

    IND/PER/11/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Meneteri

    Perindustrian Republik Indonesia Pemberlakukan Standar Nasional

    Indonesia (SNI) Kalsium Karbida (CaC2) secara wajib

    - Peraturan Dirjen Basis Industri Manufaktur nomor 21/BIM/PER/12/2014

    tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakukan Standar Nasional

    Indonesia (SNI) Kalsium Karbida (CaC2) secara wajib

    10. Asam Formiat

    11. Mutu dan Cara uji klor cair

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    3. Sistem sertifikasi

    Menerapkan sistem sertifikasi tipe 5, yang terdiri dari tahapan seleksi, determinasi

    (asesmen proses produk dan sistem manajemen), tinjauan, keputusan, penetapan dan

    survailen.

    Untuk sistem sertifikasi tipe 1b terdiri dari tahapan seleksi, determinasi (pengambilan

    contoh dan pengujian), tinjauan, keputusan, penetapan.

    4. Definisi

    a. Asam Sulfat Pekat Teknis adalah bahan kimia dengan rumus H2SO4, berupa cairan

    pekat tidak berwarna sampai kekuning-kuningan, bersifat sangat hidrokopis,

    korosif, oksidator kuat dan mensulfonasi banyak senyawa organik, serta jika

    dilarutkan dalam air akan menghasilkan panas yang tinggi.

    b. 1. Asam Sulfat Pekat Teknis adalah bahan kimia dengan rumus H2SO4, berupa

    cairan pekat tidak berwarna sampai kekuningan, bersifat sangat hidrokopis, korosif,

    oksidator kuat dan mensulfonasi banyak senyawa organik, serta jika dilarutkan

    dalam air akan menghasilkan panas yang tinggi.

    2. Asam Sulfat Encer adalah Asam Sulfat Pekat Teknis dengan kadar asam dengan

    atau kurang dari 80 % (delapan puluh persen).

    c. Alumunium Sulfat adalah senyawa kimia anorganik berbentuk cair yang tidak

    berwarna hingga berwarna sedikit kecoklatan atau padat yang bersifat higroskopis

    berupa bubuk, butiran atau bongkahan, dengan rumus Al2(SO4)3.xH2O.

    d. Natrium Silikat Cair Teknis dengan rumus kimia Na2SiO3 adalah bahan kimia

    berbentuk cairan kental, jernih tak berwarna sampai keabu-abuan, digunakan untuk

    industri.

    e. Polialuminium klorida (PAC) adalah suatu senyawa anorganik kompleks bersifat

    asam yang mempunyai rumus [Aln(OH)m Cl 3n-m.] Y

    1. PAC tipe A adalah PAC yang mengandung sulfat dengan CAS number 39290-78-

    3 dan tidak mengandung sulfat dengan CAS number 1425-15-7, memiliki rentang

    warna dari tidak berwarna (jernih) hingga warna kekuningan, digunakan para

    industri kertas dan pengolahan air.

    2. PAC tipe B adalah PAC memiliki nama lain ACH, dengan CAS number 12042-91-

    0 tidak berwarna (Jernih) digunakan untuk pengolahan air, industri kosmetik, dan

    industri.

    3. PAC tipe C adalah PAC dengan CAS number 10284-64-7 memiliki rentang warna

    dari tidak berwarna (jernih) hingga warna kecoklatan, digunakan untuk grade industri

    dan pengolahan limbah industri.

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    f. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk Pengolahan Air berupa cairan tak

    berwarna atau sedikit berwarna kuning kecoklatan pucat dan memenuhi ketentuan

    impuritas.

    1. Poli Aluminium Klorida serbuk cair adalah suatu senyawa anorganik komplek,

    berwarna jernih kekuningan yang mempunyai rumus [Aln(OH)m Cl 3n-m.] Y,

    digunakan sebagai koagulan pada pengolahan air.

    2. Poli Aluminium Klorida serbuk adalah suatu senyawa anorganik komplek,

    berwarna kekuningan yang mempunyai rumus [Aln(OH)m Cl 3n-m. X H2O] Y,

    biasanya digunakan sebagai koagulan pada pengolahan air.

    g. Natrium Metabisulfit (natrium pirosulfit) adalah bubuk kristas putih dengan rumus

    kimia Na2S2O5 yang digunakan untuk industri.

    h. Kaporit atau Kalsium Hipoklorit adalah suatu bahan kimia dengan rumus Ca(OCl)2

    4H2O berupa serbuk atau padatan putih dengan bau klor yang mengandung avlaible

    chlorine.

    i. Kalsium Karbida adalah bongkahan/padatan keras tidak beraturan, berwarna abu-

    abu dengan rumus kimia CaC2 yang apabila terkena air akan menimbulkan gas

    asetilen.

    j. Asam Formiat adalah cairan tidak berwarna, berbau tajam dan memiliki rumus kimia

    HCOOH

    k. Mutu dan Cara Uji Klor Cair.

    Klor cair adalah gas klorin yang dicairkan pada suhu dan tekanan yang spesifik,

    secara normal berbentuk cair dan tersedia dalam bejana baja bertekanan.

    5. Proses sertifikasi

    a. Permohonan sertifikasi

    b. Evaluasi awal pabrikan (asesmen proses produksi dan sistem manajemen) (khusus

    untuk tipe 5)

    c. Tinjauan hasil evaluasi dan persetujuan sertifikasi

    d. Tindak lanjut evaluasi

    6. Persyaratan umum sertifikasi

    A. SELEKSI

    1. Pemohon mengajukan surat

    permohonan kepada Lembaga

    Sertifikasi Produk (LSPro),

    dengan disertai seperangkat

    dokumen permohonan

    a. Surat permohonan sertifikasi b. Daftar isian permohonan sertifikasi c. Dokumen SMM sesuai SNI ISO

    9001:2015 atau revisinya, d. Dokumen legal perusahaan

    diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah ke dalam Bahasa Indonesia,

    e. Melampirkan “daftar pengendalian

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    proses produksi Bahan dan Produk Kimia (anorganik): Asam Sulfat Teknis; Asam Sulfat Pekat Teknis; Aluminium Sulfat; Natrium Silikat Cair Teknis; Polialuminium klorida (PAC); Natrium Metabisulfit (natrium pirosulfit); Kaporit atau Kalsium Hipoklorit; Kalsium Klorida Teknis (CaCl2 2H2O); Kalsium Karbida; Asam Formiat dan Mutu dan Cara Uji Klor Cair.

    f. Surat perjanjian LSPro dan pemohon g. Surat pernyataan bermaterai, yang

    menyatakan bertanggung jawab terhadap peredaran Asam Sulfat Pekat Teknis sesuai dengan ketentuan SNI secara wajib. Poin c dan e seperti yang ditetapkan sesuai regulasi terkait.

    2. Desain produk yang diminta untuk

    sertifikasi

    a. Deskripsi detil mengenai produk, misal:

    sampel produk, desain produk, foto

    produk, nomor katalog, tipe, warna, atau

    identifikasi deskripsi produk lainnya;

    b. Produk didefinisikan sebagai satu tipe

    berdasarkan jenis produk yang sama

    termasuk material yang sama, fungsi

    dan konstruksi yang serupa;

    c. Produk dengan tipe yang sama dan

    produsen yang sama tetapi dari pabrik

    yang berbeda, didefinisikan sebagai

    pemohon sertifikasi yang berbeda;

    3. Kelengkapan dokumen lainnya a. Daftar material kritis;

    b. Deskripsi perbedaan antara tipe yang

    berbeda dari produk dalam satu

    permohonan yang sama;

    c. Dokumentasi mutu yang terkait proses

    produksi;

    d. Sertifikat dan laporan sistem

    manajemen yang relevan (jika terdapat

    pembuktian pihak ketiga);

    e. Dokumen yang ditetapkan dalam

    Regulasi masing-masing produk

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    LSpro harus membuat kontrak sertifikasi yang memuat perjanjian hukum yang

    mengikat antara LSPro dengan klien, dan berlaku pada saat klien mengajukan

    sertifikasi ke LSPro. Di samping itu, kontrak sertifikasi mengatur hak dan kewajiban

    LSPro dan Klien selama masa permohonan dan sertifikasi berjalan.

    4. Kualifikasi personal

    a. Kualifikasi tim evaluasi 1. Personal dengan latar belakang

    pendidikan D3/S1 yang sesuai dengan

    bidang ilmu teknik atau eksak lainnya.

    2. Atau Memiliki pengalaman kerja pada

    bagian proses produksi produk atau

    sejenis minimal 2 tahun;

    3. Salah seorang dari tim auditor harus

    mempunyai kompetensi proses produksi

    bahan dan produk kimia (anorganik).

    4. Dalam hal tim auditor tidak memiliki

    kompetensi, harus menggunakan

    tenaga ahli bahan dan produk kimia

    (anorganik).

    5. Memahami proses produksi dan sistem

    manajemen serta proses bisnis yang

    dimiliki klien;

    6. Memiliki pengalaman audit

    (penjenjangan auditor mengikuti

    prosedur LSPro).

    7. Memahami prosedur atau instruksi kerja

    yang dimiliki LSPro terkait proses

    evaluasi

    b. Kualifikasi Petugas

    Pengambil Contoh (PPC)

    1. Telah memiliki sertifikat pelatihan

    pengambilan contoh produk tersebut

    disini atau sejenis;

    2. Memiliki pengalaman pengambilan

    contoh produk;

    3. Memahami prosedur atau instruksi kerja

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    yang dimiliki LSPro terkait pengambilan

    contoh.

    PPC dapat dirangkap oleh personal evaluasi

    jika telah memenuhi kualifikasi sebagai

    seorang PPC atau LSPro dapat

    menugaskan personal PPC tersendiri.

    c. Kualifikasi panitia teknis

    Panitia teknis adalah personel

    yang melakukan tahapan

    tinjauan dan pengambilan

    keputusan

    1. memahami persyaratan dan proses

    sertifikasi.

    2. tidak boleh dilakukan oleh personal yang

    melakukan kegiatan evaluasi untuk

    perusahaan yang sama.

    Kegiatan tinjauan dan pengambilan

    keputusan sertifikasi, dapat dilakukan oleh

    personal/tim yang sama.

    5. Teknik pengambilan sampel

    1. Asam Sulfat Teknis

    1. Sistem 1 b

    Produksi dalam negeri :

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang

    produksi secara acak setiap 6 (enam) bulan.

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa

    yang berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan

    volume tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian

    dicampur hingga homogen.

    d. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh

    diambil (tinggi dasar,

    % terhadap tinggi

    Volume tiap

    pengambilan (%dari

    seluruh volume contoh)

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    tangki)

    10 20 30 40 50 60 70 80 90

    100

    Lapisan cairan Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter yang dibagi menjadi tiga bagian,

    dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian

    sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip

    perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label

    contoh uji.

    Impor :

    a. Pengambilan contoh dilakukan setiap kali kedatangan kapal di

    pelabuhan bongkar.

    b. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh

    diambil (tinggi dasar,

    % terhadap tinggi

    tangki)

    Volume tiap

    pengambilan (%dari

    seluruh volume contoh)

    10 20 30 40 50 60 70

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    80 90

    100

    65 45 10 85 50 10 90 50 10

    10 80 10 10 80 10 10 80 10

    c. Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter yang dibagi menjadi tiga bagian,

    dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian

    sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip

    importir.

    d. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    2. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang

    secara acak setiap 1 (satu) tahun

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa

    yang berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan

    volume tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian

    dicampur hingga homogen.

    d. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, %

    terhadap tinggi tangki)

    Volume tiap

    pengambilan (%dari

    seluruh volume contoh)

    10 20 30 40 50 60

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    70 80 90

    100

    65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter yang dibagi menjadi tiga bagian,

    dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian

    sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip

    perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label

    contoh uji.

    2. Asam Sulfat

    Pekat Teknis

    1. PPC menyiapkan pengambilan contoh (sampling plan) yang diketahui

    oleh Ketua Tim Audit

    2. Dokumen acuan yang dipakai pada saat pengambilan contoh meliputi

    : Berita Acara Pengambilan Contoh (BAPC) dan label contoh.

    3. Ketentuan pengambilan contoh dan jumlah contoh dalam rangka

    sertifikasi awal dan sertifikasi ulang lebih lanjut diatur sesuai SNI

    pengambilan contoh cairan dan semi padat SNI 19-0429-1989.

    3. Aluminium Sulfat

    a. Aluminium sulfat padat :

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun

    -Contoh yang diambil dalam kemasan : contoh primer diambil dari

    beberapa kemasan tergantung jumlah keseluruhan kemasan baik kemasan

    besar atau kemasan kecil (dilihat pada tabel).

    Tabel kemasan besar

    Jumlah contoh per lot Karung/

    peti

    Jumlah contoh yang diambil

    Karung/ peti

    s.d 10 Semua

    11-25 5

    26-50 7

    51-100 10

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    ˃100 Akar pangkat dua dari jumlah

    contoh

    Tabel kemasan kecil

    Jumah kemasan kecil Jumlah kemasan yang diambil

    10.000 200

    20.000 250

    40.000 300

    60.000 350

    ˃100.000 400

    -Contoh yang diambil tidak dalam kemasan : contoh primer diambil dari

    timbunan, dicampur (homogen) dan diratakan kemudian dibagi menjadi

    empat bagian. Ambil dua bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur

    dan diratakan kemudian dibagi empat bagian begitu seterusnya sampai

    diperoleh bobot contoh yang diinginkan.

    - Contoh yang diambil di aliran produksi (sebelum dikemas) : contoh diambil

    dengan rentang waktu tertentu, diambil dan dikumpulkan. Contoh

    dicampur dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil dua

    bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan kemudian

    dibagi empat bagian begitu seterusnya sampai diperoleh bobot contoh

    yang diinginkan.

    b. Aluminium sulfat cair :

    1. Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI dengan Sistem/Tipe 1b

    Produksi dalam negeri

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang produksi

    secara acak setiap 6 (enam) bulan

    b. Untuk setiap pengujian SNI diambil contoh uji sebanyak 3 (tiga) bagian

    sesuai ketentuan pengambilan contoh SNI Aluminium Sulfat.1 L disimpan

    sebagai arsip pabrik, 1 L disimpan sebagai arsip laboratorium, dan 1 L diuji

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    laboratorium;

    c. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh uji,

    Impor

    a. Pengambilan contoh dilakukan oleh Petugas Pengambilan Contoh (PPC)

    yang tersertifikasi di setiap kali kedatangan kapal di pelabuhan bongkar;

    b. Untuk setiap pengujian SNI diambil contoh uji sebanyak 3 (tiga) bagian

    sesuai ketentuan pengambilan contoh SNI Aluminium Sulfat. 1 L disimpan

    sebagai arsip importir, 1 L disimpan sebagai arsip laboratorium, dan 1 L

    diuji laboratorium; dan

    c. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    2. Skema 5

    - Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/ataugudang

    secara acak setiap 1 (satu) tahun

    - Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa

    yang berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan

    volume tertentu sebagai contoh primer.

    - Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian

    dicampur hingga homogen.

    - Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, %

    terhadap tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40 50 60 70

    Lapisan cairan Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    80 90

    100

    65 45 10 85 50 10 90 50 10

    10 80 10 10 80 10 10 80 10

    - Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter untuk Aluminium Sulfat cair yang

    dibagi menjadi tiga bagian, dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh

    laboratorium, 1 (satu) bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu)

    bagian lagi sebagai arsip perusahaan.

    - Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    4. Natrium Silikat Cair Teknis

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/ataugudang

    secara acak setiap 1 (satu) tahun

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa yang

    berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan

    volume tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian

    dicampur hingga homogen.

    d. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, % terhadap

    tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    50 60 70 80 90

    100

    --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter yang dibagi menjadi tiga bagian,

    dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian

    sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip

    perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    5. Poli Aluminium Klorida

    1. Sistem 5

    - Polialuminium Klorida (PAC) padat:

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun

    b. Contoh yang diambil dalam kemasan : contoh primer diambil dari

    beberapa kemasan tergantung jumlah keseluruhan kemasan (dilihat pada

    tabel).

    Jumlah contoh per lot Karung/

    peti

    Jumlah contoh yang diambil Karung/

    peti

    s.d 10 semua

    11-25 5

    26-50 7

    51-100 10

    ˃100 Akar pangkat dua dari jumlah contoh

    c. Contoh primer diambil dari timbunan/ aliran produksi dicampur

    (homogen) dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil

    dua bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan

    kemudian dibagi empat begitu seterusnya sampai diperoleh bobot

    contoh yang diinginkan.

    d. Contoh yang diambil di line produksi (sebelum dikemas) : contoh diambil

    dengan rentang waktu tertentu, diambil dan dikumpulkan. Contoh

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    dicampur dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil

    dua bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan

    kemudian dibagi empat bagian begitu seterusnya sampai diperoleh bobot

    contoh yang diinginkan.

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 Kg untuk PAC padatan yang dibagi

    menjadi tiga bagian, dimana 1 (satu) Kg sebagai contoh laboratorium, 1

    (satu) Kg sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) Kg lagi sebagai arsip

    perusahaan.

    - Polialuminium Klorida (PAC) cair:

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa yang

    berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan volume

    tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kali pada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    cairan, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian dicampur

    hingga homogen.

    d. Jika diambil dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, % terhadap

    tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40 50 60 70 80 90

    100

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 Liter untuk Poli aluminium klorida cair

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    yang dibagi menjadi tiga bagian, dimana 1 (satu) Liter sebagai contoh

    laboratorium, 1 (satu) Liter sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) Liter

    lagi sebagai arsip perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    6. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida untuk Pengolahan Air

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang

    secara acak setiap 1 (satu) tahun

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa yang

    berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan volume

    tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak

    sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi

    caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian dicampur

    hingga homogen.

    d. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, % terhadap

    tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40 50 60 70 80 90

    100

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 L Poli aluminium klorida cair untuk

    pengolahan air yang dibagi menjadi tiga bagian, dimana 1 L sebagai

    contoh laboratorium, 1 L sebagai arsip laboratorium dan 1 L lagi sebagai

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    arsip perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    7. Natrium Metabisulfit

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun.

    b. Contoh yang diambil dalam kemasan : contoh primer diambil dari

    beberapa kemasan tergantung jumlah keseluruhan kemasan baik

    kemasan besar atau kemasan kecil (dilihat pada tabel).

    c. Contoh primer diambil dari timbunan dicampur (homogen) dan diratakan

    kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil dua bagian dari sudut

    yang bersebrangan, dicampur dan diratakan kemudian dibagi empat

    bagian begitu seterusnya sampai diperoleh bobot contoh yang

    diinginkan.

    d. Contoh yang diambil di aliran produksi (sebelum dikemas) : contoh

    diambil dengan rentang waktu tertentu, diambil dan dikumpulkan.

    Contoh dicampur dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian.

    Ambil dua bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan

    kemudian dibagi empat bagian begitu seterusnya sampai diperoleh

    bobot contoh yang diinginkan.

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 kg Natrium metabisulfit teknis yang

    dibagi menjadi tiga bagian, dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh

    laboratorium, 1 (satu) bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu)

    bagian lagi sebagai arsip perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    8. Kaporit (kalsium hipoklorit)

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun.

    b. Contoh yang diambil dalam kemasan : contoh primer diambil dari beberapa

    kemasan tergantung jumlah keseluruhan kemasan baik kemasan besar atau

    kemasan kecil (dilihat pada tabel).

    c. Contoh primer diambil dari timbunan/ aliran produksi dicampur (homogen)

    dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil dua bagian

    dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan kemudian dibagi

    empat bagian begitu seterusnya sampai diperoleh bobot contoh yang

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    diinginkan.

    d. Contoh yang diambil di line produksi (sebelum dikemas) : contoh diambil

    dengan rentang waktu tertentu, diambil dan dikumpulkan. Contoh

    dicampur dan diratakan kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil dua

    bagian dari sudut yang bersebrangan, dicampur dan diratakan kemudian

    dibagi empat bagian begitu seterusnya sampai diperoleh bobot contoh

    yang diinginkan.

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 kg yang dibagi menjadi tiga bagian, dimana

    1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian sebagai arsip

    laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip perusahaan.

    d. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh uji.

    9. Kalsium Karbida

    1. Sistem 1 b (Impor ):

    a. Pengambilan contoh dilakukan setiap kali kedatangan kapal di pelabuhan

    bongkar.

    b. Contoh dipilih secara acak menurut cara yang disepakati sebagai contoh

    primer kemudian dipilih kembali dan diambil sebanyak 400 kg yang dibagi

    menjadi tiga bagian, dimana 2 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1

    (satu) bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai

    arsip importir.

    c. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh uji.

    2. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun.

    b. Contoh yang diambil dari timbunan / di line produksi (sebelum dikemas) :

    contoh diambil dan dikumpulkan. Contoh dicampur dan diratakan

    kemudian dibagi menjadi empat bagian. Ambil dua bagian dari sudut yang

    bersebrangan, dicampur dan diratakan kemudian dibagi empat bagian

    begitu seterusnya. sampai diperoleh bobot contoh yang diinginkan.

    c. Contoh dipilih secara acak menurut cara yang disepakati sebagai contoh

    primer kemudian dipilih kembali dan diambil sebanyak 400 kg yang dibagi

    menjadi tiga bagian, dimana 2 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1

    (satu) bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai

    arsip perusahaan.

    d. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh uji.

    10. Asam Formiat

    1. Sistem 5

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara

    acak setiap 1 (satu) tahun.

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa yang

    berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan volume

    tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak sepersepuluh

    tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi caira, dan satu

    kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian dicampur hingga

    homogen.

    d. Jika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara

    mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, % terhadap

    tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40 50 60 70 80 90

    100

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 liter (cair) yang dibagi menjadi tiga bagian, dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu) bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh uji.

    11. Mutu dan Cara Uji Klor Cair

    1. Sistem 5

    a. Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang secara acak setiap 1 (satu) tahun.

    b. Contoh diambil pada waktu pengaliran dengan menggunakan pipa yang

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    berkran dan kecepatan aliran diatur pada rentang waktu dengan volume tertentu sebagai contoh primer.

    c. Jika diambil dari tangki vertikal, pengambilan dilakukan dengan cara mengambil dari lima tempat ketinggian, satu kalipada jarak sepersepuluh tinggi cairan dari dasar, tiga kali dari pertengahan tinggi caira, dan satu kali dari 9/10 tinggi cairan dari dasar kemudian dicampur hingga homogen.

    d. ika diambi dari tangki horizontal maka dapat diambil dengan cara mengambil dari lima tempat ketinggian dengan aturan :

    Tinggi cairan

    terhadap tinggi

    tangki (%)

    Tempat contoh diambil

    (tinggi dasar, % terhadap

    tinggi tangki)

    Volume tiap pengambilan

    (%dari seluruh volume

    contoh)

    10 20 30 40 50 60 70 80 90

    100

    Lapisan cairan

    Atas Tengah Bawah

    --- --- 5 --- --- 10 --- 20 10 --- 25 10 --- 30 10 55 35 10 65 40 10 65 45 10 85 50 10 90 50 10

    Atas Tengah Bawah --- --- 100 --- --- 100 --- 60 40 --- 75 30 --- 80 20 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10 10 80 10

    e. Contoh yang diambil sebanyak 3 liter (cair) yang dibagi menjadi tiga

    bagian, dimana 1 (satu) bagian sebagai contoh laboratorium, 1 (satu)

    bagian sebagai arsip laboratorium dan 1 (satu) bagian lagi sebagai arsip

    perusahaan.

    f. Contoh masing-masing dikemas, disegel stiker dan diberi label contoh

    uji.

    6. Pengujian sampel 1. Metoda dan syarat mutu pengujian sesuai

    dengan :

    1. Asam Sulfat Teknis

    SNI 0030:2011

    2. Asam Sulfat Pekat Teknis

    SNI 30:2017

    3. Aluminium Sulfat SNI 0032:2011

    4. Natrium Silikat Cair Teknis

    SNI 06-0127:2009

    SNI 0127:2015

    5. Polialuminium Klorida

    SNI 06-3822:2018

    6.

    Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk

    SNI 06-3822.1-2000

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    Pengolahan Air

    7. Natrium Metabisulfit SNI 2138:2013

    8. Kaporit (kalsium hipoklorit)

    SNI 06-2856-1998

    9. Kalsium Karbida SNI 2861-2011

    10. Asam Formiat SNI 2128-2013

    11. Mutu dan Cara uji klor cair

    SNI 06-0082-1987

    2. Jika hasil uji tidak memenuhi persyaratan,

    maka perusahaan diberikan kesempatan

    untuk melakukan perbaikan paling lama 1

    (satu) bulan untuk dilakukan pengambilan

    contoh ulang dan pengujian ulang

    terhadap seluruh parameter sebanyak 1

    (satu) kali. Apabila hasil pengujian ulang

    tidak memenuhi persyaratan mutu, maka

    SPPT SNI dicabut.

    B. DETERMINASI

    1. Audit Kecukupan Dilakukan audit dokumen dengan melakukan

    pemeriksaan kesesuaian dokumen

    permohonan terhadap acuan standar yang

    digunakan untuk menilai kesiapan di

    lapangan.

    2. Asesmen proses produksi

    Konsistensi produk yang diajukan untuk

    sertifikasi harus diperiksa di lokasi produksi.

    Penilaian asesmen produksi dilakukan untuk

    memverifikasi:

    a. Fasilitas, peralatan, personal dan prosedur yang digunakan pada proses produksi;

    b. Kemampuan dan kompetensi untuk memantau, mengukur dan menguji produk sebelum dan setelah produksi;

    c. Sampling dan pengujian yang dilakukan oleh pabrik untuk memelihara konsistensi produk;

    d. Pengambilan sampel oleh tim evaluasi;

    e. Pengendalian mutu produk dari mulai penerimaan material input, pengolahan proses material sampai produk jadi; dan

    f. Kemampuan pabrik untuk mengidentifikasi dan memisahkan produk

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    yang tdak sesuai.

    g. Di samping itu, tim evaluasi juga melakukan asesmen produksi pada titik kritis,

    Sesuai dengan tahapan produksi (terlampir) :

    1. Asam Sulfat Pekat Teknis

    Sesuai Lampiran Peraturan Menteri

    Perindustrian No. 21 Tahun 2019

    - Penetapan bahan baku: Sulfur dengan

    purity min 99%; Free water maks: 3%

    - Pengendalian proses: Suhu proses

    konversi SO2 menjadi SO3 dilakukan

    secara bertahap dalam 4 phase converter

    antara 417-500oC, tekanan 1 atm, dengan

    katalis Vanadium.

    2. Aluminium Sulfat

    - Penetapan bahan baku: Aluminium hidroksida dengan kadar Al2O3 minimal 55% (b/b), kadar air maksimum: 10%; asam sulfat teknis dengan kadar minimal 80%

    - Pengendalian proses: Pengendalian komposisi bahan, suhu reaksi: 105-115oC, tekanan 1 atm. Pada akhir proses dilakukan pengecekan kualitas; untuk Aluminium sulfat cair Spesifik gravity: 1,3 sedang untuk Aluminium sulfat padat pH >3.

    Catatan: apabila menggunakan bahan baku bauksit, komposisi bahan asam sulfat 50% berlebih agar asam sulfat dapat menyerap aluminium hidroksida yang terdapat dalam bauksit.

    3. Natrium Silikat Cair Teknis

    - Bahan Baku

    - Proses Produksi

    - Produk Akhir

    4. Poli Aluminium Klorida

    1. Tipe Serbuk : - Bahan baku

    - Temperatur proses pencampuran bahan

    baku

    - pH produk jadi

    2. Tipe Cair : - Pemakaian bahan baku (HCl & H2SO4)

    - Proses Produksi (parameter

    penambahan diluents yang sangat

    berpengaruh pada kadar Al2O3 pada

    produk akhir)

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    - Kemasan pemgiriman (kebersihan)

    5. Spesifikasi Poli Aluminium Klorida Cair untuk Pengolahan Air

    1. Pemakaian bahan baku (HCl & H2SO4)

    2. Proses produksi (parameter penambahan

    diluents yang sangat berpengaruh pada

    kadar Al2)3 pada produk akhir)

    3. Kemasan pengiriman (kebersihan)

    6.

    Natrium Metabisulfit 1. Kemurnian bahan baku (Sulfur & Soda

    ash) 2. Suhu reaksi

    7. Kaporit (kalsium hipoklorit)

    - Kemurnian Ca(OCl)2 4H2O yang digunakan

    - Kemasan pegiriman

    8. Kalsium Karbida

    - Kemurnian bahan baku (kemurnian CaO)

    dan kadar air charcoal

    - Proses Produksi (suhu pembakaran)

    9. Asam Formiat

    - Proses pengolahan (suhu dan tekanan

    reactor)

    - Pross pemurnia (suhu dan tekanan distilasi)

    10. Mutu dan Caa Uji Klorin

    - Kemurnian Klorin yang digunakan

    - - Kemasan pengiriman

    Witness di laboratorium uji pabrik, jika perlu, dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi

    kesesuaian produk dengan persyaratan SNI selama dilakukan inspeksi pabrik (QC dan

    QA).

    3. Audit sistem manajemen A. Audit sistem manajemen dilakukan terhadap seluruh elemen dari SNI ISO 9001:2015 atau revisinya atau sistem manajemen mutu lain yang diakui untuk perusahaan yang belum memperoleh sertifikasi SMM

    B. Bagi perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi SMM, makaTim evaluasi akan melakukan audit system manajemen terhadap penerapan system manajemen yang telah dilakukan oleh pabrik, Peraturan Meneteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Satandar nasional Indonesia Asam Sulfat Secara Wajib).

    Jika ditemukan ketidaksesuaian pada saat

    dilakukan insepeksi pabrik, maka

    penyelesaian tindakan perbaikan dan

    tindakan pencegahan harus dilakukan sesuai

    prosedur LSPro, seperti :

    a. Kategori mayor, apabila berhubungan langsung dengan mutu produk dan mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan atau sistem manajemen mutu tidak

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    berjalan maka tindakan koreksi diberi waktu maksimal 1 (satu) bulan untuk melakukan tindakan perbaikan

    b. Kategori minor, apabila terdapat inkonsistensi dalam menerapkan sistem manajemen mutu maka diberi waktu 2 ( dua) bulan untuk melakukan perbaikan.

    Dalam melakukan kegiatan sertifikasi, LSPro dapat menggunakan lembaga penilaian

    kesesuaian dengan memperhatikan bahwa kegiatan:

    Pengujian harus dilakukan oleh laboratorium penguji yang telah diakreditasi KAN

    atau keberterimaan di tingkat regional atau internasional untuk ISO/IEC 17025 dan

    sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi;

    Inspeksi harus dilakukan oleh lembaga inspeksi yang telah diakreditasi KAN atau

    keberterimaan di tingkat regional atau internasional untuk ISO/IEC 17020 dan

    sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi;

    Sertifikasi harus dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi KAN atau

    keberterimaan di tingkat regional atau internasional untuk ISO/IEC 17021 dan

    sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi;

    Jika LPK belum diakreditasi, maka akan dilakukan verifikasi oleh asesor KAN;

    JIka LSPro menggunakan laboratorium pengujian yang dimiliki oleh pabrik, maka

    harus dilakukan witness atau penyaksian pengujian terhadap sampel dari klien yang

    sama atau klien lainnya;

    Penggunaan LPK alih daya/subkontrak harus mendapatkan persetujuan dari klien.

    Jika pada saat mengajukan permohonan, pemohon telah membawa hasil penilaian

    kesesuaian (misalnya laporan hasil uji atau sertifikat sistem manajemen), maka hasil

    penilaian kesesuaian tersebut dapat menjadi pertimbangan LSPro untuk dilakukan

    verifikasi pada saat dilakukan evaluasi awal pabrik.

    4. Laporan evaluasi 1. Hasil evaluasi awal (pengujian, inspeksi

    atau pemeriksaan desain) berdasarkan

    hasil penilaian kesesuaian yang

    disampaikan pemohon; tahapan ini biasa

    disebut juga audit kecukupan. Lihat: butir

    B.1. Audit kecukupan.

    2. Hasil asesmen terhadap proses produksi

    disertai hasil penilaian kesesuaian yang

    dilakukan oleh LSPro (hasil pengujian

    dari sampel produk yang diambil oleh

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    LSPro);

    3. Hasil verifikasi terhadap titik kritis

    asessmen proses produksi dan audit

    sistem manajemen;

    4. Tindak lanjut klien (jika ditemukan

    ketidaksesuaian).

    Laporan evaluasi awal pabrik harus

    disampaikan dalam waktu 7 hari kerja setelah

    dilakukan evaluasi. Waktu ini dihitung mulai

    saat tim evaluasi menyelesaikan evaluasi

    dan laporan lengkap terkait penyelesaian

    tindakan perbaikan dari pabrik (jika ada),

    maka tim evaluasi harus menyampaikan

    laporan verifikasi maksimal 5 hari setelah

    menerima laporan tindakan perbaikan

    ketidaksesuaian dari pabrik .

    Tindak lanjut evaluasi dapat juga berupa

    penilaian ulang atau evaluasi lanjutan,

    dengan tujuan untuk memverifikasi jika

    terdapat tindakan perbaikan yang

    membutuhkan evaluasi khususnya terkait

    kemampuan pengendalian mutu pabrik dan

    pemeriksaan konsistensi produk bersertifikat,

    serta jika diperlukan, sampel dapat diambil

    kembali dan diuji di laboratorium pengujian.

    C. Tinjauan (review) Setelah seluruh kegiatan evaluasi telah

    selesai dilakukan, maka LSPro melakukan

    tahapan tinjauan terhadap seluruh laporan

    hasil evaluasi termasuk laporan hasil

    pengujian terhadap sampel produk. Aturan

    detil terkait tahapan tinjauan dilakukan sesuai

    dengan prosedur LSPro.

    D. Pengambilan keputusan Tahapan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara bersamaan, dilakukan oleh personal yang memiliki kompetensi Sistem Manajemen Mutu dan menguasai SNI terkait

    Personel atau tim yang ditugaskan untuk melakukan keputusan sertifikasi , dipastikan tidak terlibat dalam kegiatan konsultasi dan evaluasi.

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    E. Penetapan Setelah terdapat keputusan sertifikasi, maka

    LSPro menindaklanjuti keputusan tersebut

    dengan menerbitkan sertifikat yang berisi

    pernyataan kesesuaian terhadap SNI produk

    yang diacu.

    7. Surveilan

    Survailen sebagai bagian dari pemeliharaan sertifikat termasuk penggunaan tanda SNI,

    bertujuan untuk memastikan konsistensi produk terhadap persyaratan SNI produk yang

    diacu. Survailen juga merupakan bagian dari tindak lanjut dari kegiatan evaluasi terdahulu,

    harus dilakukan minimal 1 kali dalam setahun, atau 12 bulan setelah sertifikat diberikan.

    Frekuensi survailen harus ditingkatkan dalam setiap keadaan berikut:

    a. Produk bersertifikat memiliki masalah yang serius terkait mutu produk.

    b. LSPro memiliki alasan yang cukup untuk mempertanyakan kesesuaian produk

    bersertifikat dengan persyaratan standar keselamatan.

    c. Informasi yang cukup menunjukkan bahwa konsistensi produk bersertifikat mungkin

    terpengaruh karena perubahan struktur organisasi, kondisi produksi dan sistem mutu

    produsen dan/atau pabrik.

    Di samping itu, frekuensi survailen dapat ditentukan dari hasil asesmen sebelumnya. Untuk

    temuan pada sistem manajemen, survailen bisa dilakukan lebih sering hingga level

    keyakinan yang diinginkan kembali tercapai. Aktivitas survailen mencakup semua lokasi

    dimana kegiatan proses produksi terjadi mencakup satu atau lebih hal-hal berikut :

    i. Inspeksi sampel produk diambil apakah dari titik produksi, dari pasar atau keduanya

    untuk kesesuaian dengan tipe yang disertifikasi;

    ii. Pengujian produk diambil apakah dari titik produksi, pasar atau keduanya, untuk melihat

    apakah memenuhi dengan persyaratan spesifik produk;

    iii. Assesmen proses produksi dan audit sistem managemen, termasuk pengecekan

    rekaman kualitas terkait proses produksi.

    LSPro harus menginformasikan secara resmi hasil dari survailen kepada klien. Jika pada

    survailen ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan sertifikasi yang tidak bisa

    diperbaiki dengan segera oleh kilen, LSPro harus mempertimbangkan tindakan apa yang

    akan diambil.

    Jika diperlukan pada saat kegiatan survailen, produk bersertifikat sebaiknya disampel dan

    diuji. Sampel harus diambil secara acak dari produk yang sesuai dari pabrik (termasuk dari

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    jalur produksi, persediaan dan pasar). Jumlah sampel harus sama dengan yang pada saat

    kegiatan sertifikasi awal.

    Pengujian sampel harus diselesaikan oleh laboratorium uji yang ditunjuk oleh lembaga

    sertifikasi dalam waktu yang telah disepakati.

    LSPro mempersyaratkan supaya klien memelihara rekaman terhadap setiap keluhan yang

    terkait dengan persyaratan sertifikasi dan dokumen tindakan perbaikan yang diambil. Jika

    produk yang tidak sesuai telah dilepaskan ke pasar, LSPro harus mewajibkan klien

    tersertifikasi untuk menginformasikan kepada instansi teknis terkait dan LSPro sehingga

    bisa disepakati tindakan apa yang akan diambil.

    Jika hasil dari kegiatan survailen gagal, maka LSPro melakukan pembekuan dan

    pencabutan lisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Tahapan pembekuan dan/atau pencabutan lisensi penggunaan tanda SNI juga dapat

    dilakukan jika diperoleh data hasil pengujian sampel yang tidak sesuai dengan persyaratan

    SNI, yang dilakukan antara kegiatan proses sertifikasi awal dan survailen.

    Berdasarkan hasil rapat Review yang menyatakan memenuhi persyaratan, LSPro

    menerbitkan surat keterangan yang menyatakan hasil kekonsistenan perusahaan dalam

    penerapan standar produk dan acuan system manajemen yang digunakan

    8. Perubahan persyaratan sertifikasi

    Jika terdapat perubahan SNI 1. LSPro wajib menginformasikan kepada

    seluruh klien dan memberikan masa

    transisi, untuk selanjutnya dilakukan

    verifikasi (dapat melalui audit khusus

    ataupun dilakukan bersamaan dengan

    survailen).

    2. Masa transisi perubahan tersebut

    berdasarkan peraturan yang berlaku.

    3. LSPro menerbitkan revisi sertifikat

    kesesuaian untuk disampaikan kepada

    BSN.

    Jika perubahan berasal dari klien 1. Klien wajib menginformasikan tanpa

    menunda, apabila ada perubahan

    (modifikasi produk, proses produksi) yang

    mempengaruhi kesesuaian produk

    kepada LSPro.

    2. LSPro akan melakukan verifikasi untuk

    memastikan kesesuaian produk terhadap

    perubahan tersebut (dapat melalui audit

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    khusus ataupun dilakukan bersamaan

    dengan survailen)

    3. Produk yang belum diverifikasi LSPro

    dilarang untuk diedarkan di pasar

    Jika terdapat perubahan persyaratan

    sertifikasi oleh LSPro

    LSPro segera menginformasikan perubahan

    persyaratan sertifikasi (misalnya perubahan

    prosedur ataupun biaya) kepada klien.

    9. Sertifikat

    Informasi yang tercantum dalam sertifikat kesesuaian,minimal mencakup:

    a. Nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya;

    b. Nama skema sertifikasi;

    c. Nama dan alamat lembaga sertifikasi produk;

    d. Nama dan alamat klien (pemegang sertifikat);

    e. Pernyataan kesesuaian, yang terdiri dari:

    i. nama dan identifikasi produk …….;

    ii. SNI….., JUDUL…..;

    iii. Lokasi produksi (pabrik) dan penilaian detil lainnya sebagai contoh sistem mutu yang

    diterapkan atau inspeksi pabrik.

    f. Logo akreditasi (terdiri dari logo badan akreditasi dan nomor LSPro)

    g. Tanggal berakhir sertifikat(jika diperlukan);

    h. Tanggal penerbitan sertifikat;

    i. Tanda tangan dari personal yang bertanggung jawab dari LSPro.

    Tata waktu dari tinjauan hingga penerbitan sertifikat, sesuai dengan prosedur LSPro.

    10 Penggunaan tanda SNI

    Penerbitan perjanjian lisensi penggunaan tanda SNI akan diberikan oleh BSN berdasarkan

    sertifkat kesesuaian yang diterbitkan oleh LSPro. Penerbitan perjanjian lisensi dan masa

    berlaku penggunaan tanda SNI ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    11 Biaya

    Pembiayaan terkait kegiatan sertifikasi produk dapat dilihat di website BBKK dan atau

    menghubungi Seksi Kerjasama, Bidang Pengembangan Jasa Teknik, Balai Besar Kimia

    dan Kemasan (BBKK).

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id

  • F 07-16-01/Rev.1

    bbkk

    .kem

    enpe

    rin.g

    o.id