bayu pranata sudhira nrp 4309 100 019
TRANSCRIPT
“Studi Karakteristik Gerakan dan Operabilitas Anjungan Pengeboran Semi-
submersible dengan Dua Kolom Miring dan Ponton Berpenampang Persegi Empat”
Bayu Pranata Sudhira NRP 4309 100 019
Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Ir. Mas Murtedjo, M. Eng.
Surabaya, 27 Januari 2014
Sidang Tugas Akhir (P3)
Jurusan Teknik Kelautan, FTK, ITS
• Latar Belakang • Perumusan Masalah • Tujuan • Manfaat Penelitian • Batasan Masalah • Tinjauan Pustaka • Dasar Teori • Metodologi Penelitian • Analisa dan pembahasan • Daftar Pustaka
Outline
Latar Belakang
• Karakteristik gerakan semi-submersible relatif lebih rendah dibandingkan dengan bangunan
apung lain seperti bangunan apung yang berbentuk kapal.
• Faktor utama yang akan menentukan kesuksesan operasi bangunan laut adalah karakteristik
gerakan.
• Dengan mengetahui karakteristik gerakan akan diketahui tingkat operabilitas.
Lanjutan.. Dalam Tugas Akhir ini akan di tinjau semi-submersible dengan bentuk kolom miring dan ponton berpenampang persegi empat. Dengan masing-masing memiliki jumlah dua kolom per sisi serta sudut kemiringan 10o, 20o, 30o .
1. Bagaimana karakteristik gerakan variasi semi-submersible tersebut
pada saat menerima eksitasi gelombang reguler dengan sejumlah variasi arah datang gelombang ?
2. Bagaimana karakteristik gerakan variasi semi-submersible tersebut pada saat menerima eksitasi gelombang acak dengan sejumlah variasi arah datang gelombang ?
3. Bagaimana perbandingan operabilitas variasi semi-submersible tersebut pada saat dioperasikan di Laut Natuna ?
Perumusan Masalah
1. Mengetahui karakteristik gerakan variasi semi-submersible tersebut pada saat menerima eksitasi gelombang reguler dengan sejumlah variasi arah datang gelombang
2. Mengetahui karakteristik gerakan variasi semi-submersible tersebut pada saat menerima eksitasi gelombang acak dengan sejumlah variasi arah datang gelombang
3. Mengetahui indikator perbandingan kualitas operabilitas variasi semi-
submersible tersebut pada saat dioperasikan di Laut Natuna.
Tujuan
• Memperoleh karakteristik gerakan variasi semi-submersible terhadap
gelombang reguler dan gelombang acak
• Memperoleh operabilitas semi-submersible
• Semi-submersible yang lebih andal dalam operasi laut.
Manfaat
1. Ukuran utama varisasi semi-submersible berlambung persegi empat akan divariasikan dengan mengacu pada parameter utama semi-submersible Essar Wildcat, pada khususnya displasemen, panjang serta lebar geladaknya
2. Ukuran dari kolom miring akan dan ukuran ponton akan ditetapkan untuk memenuhi parameter utama displasemen
3. Konfigurasi semi-submersible akan ditetapkan mempunyai simetri antara bagian haluan dan buritan 4. Menyangkut jumlah kolom per sisi, akan ditinjau komposisi rancangan dua kolom per sisi 5. Kemiringan kolom secara vertikal adalah kolom miring dengan memiliki kemiringan ditetapkan sebesar
10o, 20o, 30o 6. Analisis dilakukan terhadap semi-submersible pada kondisi terapung bebas (free floating) dan tertambat
(moored) 7. Pengaruh gelombang akan dikaji mulai dari arah 90o, 120o, 135o, 165o, 180o 8. Gerakan semi-submersible ditinjau dalam enam derajat kebebasan (full degree of freedom) 9. Beban angin dan arus diabaikan karena pengaruhnya dianggap kecil 10. Prediksi gerakan pada gelombang reguler dilakukan dengan menerapkan teori difraksi 3-dimensi 11. Prediksi gerakan pada gelombang acak dilakukan dengan menerapkan analisis spektra, dengan
menggunakan formulasi spektra JONSWAP ( = 2.5) 12. Semi-submersible dianggap sebagai rigid body sehingga kekuatan struktur tidak diperhitungkan 13. Daerah operasi semi-submersible ditetapkan di Laut Natuna 14. Analisis operabilitas akan dilakukan dengan mengacu pada hasil prediksi gerakan di gelombang acak dan
mengkorelasikannya dengan kriteria operasi semi-submersible Essar Wildcat.
Batasan Masalah
• Semi-submersible
• Beban Gelombang
• Teori Gerakan Bangunan Apung di Atas Gelombang Reguler
• Spektrum Energi Gelombang
• Gerakan Bangunan Apung di Atas Gelombang Acak
• Prediksi Operabilitas Bangunan Apung
DASAR TEORI
Geladak
Pontoon
Kolom
DASAR TEORI • Semi-submersible
Komponen Utama:
- Teori Difraksi Diaplikasikan jika ukuran permukaan struktur yang relatif
besar dibanding panjang gelombangnya, sehingga difraksi gelombang harus diperhitungkan
DASAR TEORI • Beban Gelombang
2.0
D
Dimana, D = Ukuran Struktur = Panjang Gelombang
DASAR TEORI • Teori Gerakan Bangunan Apung di Atas
Gelombang Reguler
Heave
Sway
Pitch Roll
Surge
Yaw Gerakan semi-submersible dalam 6-derajat kebebasan
Gerakan Translasional: Surge (X), Sway (Y), Heave (Z) Gerakan Rotasional: Roll (X), Pitch (Y), Yaw (Z)
6......1,;6
1
kje ti
j
n
kjkkjkkjkjk
FKBAM
dengan Mjk = matriks massa dan momen inersia massa bangunan laut, Ajk = matriks koefisien-koefisien massa tambah hidrodinamik, Bjk = matriks koefisien-koefisien redaman hidrodinamik, Kjk = matriks koefisien-koefisien kekakuan atau gaya dan momen hidrostatik, Fj = matriks gaya eksitasi (F1, F2, F3) dan momen eksitasi (M4, M5, M6) dalam fungsi kompleks (dinyatakan oleh eiw t), F1 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan surge, F2 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan sway, F3 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan heave, M4 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan roll, M5 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan pitch, M6 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan yaw, = elevasi gerakan pada moda ke k, = elevasi kecepatan gerak pada moda ke k, = elevasi percepatan gerak pada moda ke k.
Gerakan Struktur Terapung dalam Enam Derajat Kebebasan
k
k
k
• Response Amplitude Operator
Adalah perbandingan antara amplitudo moda gerakan tertentu dengan amplitudo gelombang insiden, yang berfluktuasi sebagai fungsi perubahan frekuensi gelombangnya.
Dimana : = amplitudo struktur = amplitudo gelombang
pXRAO
pX
DASAR TEORI
Hs = tinggi gelombang signifikan = frekuensi puncak spektra = parameter puncak (peakedness parameter) A = 1 - 0.287 ln(γ) (normalizing factor) = parameter bentuk (shape parameter)
DASAR TEORI • Spektrum Energi Gelombang
Formulasi SPEKTRA yang digunakan adalah Joint North Sea Wave Project (JONSWAP) , untuk perairan tertutup/kepulauan
dengan
p
DASAR TEORI • Gerakan Bangunan Apung di Atas
Gelombang Acak
- Mentransformasikan spektra gelombang menjadi spektra respons gerakan.
- Menentukan luasan di bawah kurva spektra respons - Menentukan amplitudo gerakan (rata-rata, signifikan, dan
ekstrem)
)(2 SRAOS r
0
0 dSm rr
rr m025.1 rrs m00.2
r
rrr
m
mTm
0
22
0 260ln2ˆ
DASAR TEORI
Dengan mempertimbangkan semua peluang kejadian sebagai faktor dari skenario operasi, maka fungsi kepadatan peluang dari respon gerakan moda tertentu dalam kurun waktu panjang, dapat dituliskan sebagai (Ochi, 1978):
di mana:
n = jumlah siklus per satuan waktu
pa = peluang kejadian gabungan tinggi dan periode gelombang
pb = peluang kejadian arah gelombang
pc = peluang kejadian atau pembobotan faktor kondisi pembebanan operasional
pS(z r) = fungsi kepadatan peluang kejadian respons gerakan moda tertentu, zr, dalam kurun waktu pendek.
a b c
cba
a b c
rScba
rLpppn
ppppn
p
)()(
• Prediksi Operabilitas Bangunan Apung
METODOLOGI PENELITIAN
Kajian Pustaka dan Pengumpulan Data
METODOLOGI PENELITIAN
Parameter 10-yrs Return
Period
Kedalaman 90 m Gelombang:
Tinggi gelombang signifikan, (Hs) 5.3 m
Periode Puncak, (Tp) 11.1 s Tinggi gelombang maksimum, (Hm) 10.2 m
Periode rata-rata, (Tm) 8.5 s Spektrum JONSWAP Arus: Permukaan 1 m/s Kedalaman tengah 0.8 m/s Dasar 0.8 m/s Angin: Kecepatan angin 1 menit 24 m/s
Permodelan
METODOLOGI PENELITIAN
DUOVAR-A 10o menggunakan AutoCAD 2D
Duovar A 10o
Duovar A 20o
Duovar A 30o
Duovar B 10o
Duovar B 20o
Duovar B 30o
Satuan
Panjang Ponton 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 m
Jarak Memanjang Antar Kolom
64.864 64.864 64.864 51.89 51.89 51.89 m
Jarak Melintang Antar Kolom
64.663 75.873 88.621 64.663 75.873 88.621 m
Lebar Kolom 10.584 10.584 10.584 10.584 10.584 10.584 m
Lebar Ponton 13.23 13.23 13.23 13.23 13.23 13.23 m Sarat Air 21.105 20.42 19.26 21.08 22.67 17.99 m
Tinggi Kolom 14.625 14.625 14.625 14.625 14.625 14.625 m
Displasemen 24144.09 24144.44 24144.27 24144.16 24144.25 24144.4 Ton
Duovar
A 10o
Duovar
A 20o
Duovar
A 30o
Duovar
B 10o
Duovar
B 20o
Duovar
B 30o Satuan
Displasmen 24144.09 24144.44 24144.27 24144.16 24144.25 24144.4 ton Sarat Air 21.105 20.42 19.26 21.08 22.67 17.99 m
WSA 11156.7 11129.2 11160.1 10975.1 11086.8 10287.6 m² WPA 483 492 533 487 399 598 m²
LCB (from
midhsip) 0 0 0 0 0 0 m
LCF (from
midhsip) 0 0 0 0 0 0 m
BMT 18.19 22.9 31.29 18.31 19.1 37.84 m BML 21.46 21.83 23.71 13.91 11.37 15.64 m KMT 24.71 29.3 37.52 24.81 25.78 43.88 m KML 27.97 28.83 29.93 20.41 18.04 21.69 m
Displasmen ERROR
(ERROR ≤ 0,05)
Duovar-A 10o 24144.09
ESSAR
WILDCAT 24173
0.001 Duovar-A 20o 24144.44 0.001 Duovar-A 30o 24144.27 0.001 Duovar-B 10o 24144.16 0.001 Duovar-B 20o 24144.25 0.001 Duovar-B 30o 24144.40 0.001
Properti hidrostatis keenam Semi-submersible
Validasi displasmen model
PERMODELAN MOSES
Penentuan Skenario Operasi
METODOLOGI PENELITIAN
• Kondisi pembebanan • Periode gelombang • Arah dominan
Komputasi Gerakan di Gelombang Regular
RAO DUOVAR-A 10o
Moda Gerakan Unit RAO Maksimum
90 deg 120 deg 135 deg 165 deg 180 deg
Surge m/m 0.041 0.442 0.626 0.850 0.889
Sway m/m 0.901 0.781 0.639 0.236 0.007
Heave m/m 1.358 1.337 1.316 1.281 1.276
Roll deg/m 0.294 0.264 0.224 0.086 0.005
Pitch deg/m 0.021 0.086 0.120 0.161 0.166
Yaw deg/m 0.01 0.08 0.031 0.092 0.004
Komparasi RAO 9 model
Komparasi RAO 9 model
Dari hasil analisa yang telah dilakukan terhadap gerakan keenam semi-submersible di gelombang regular dan dilanjutkan dengan memperbandingkannya dengan gerakan semi-submersible lain (Duovar-A, Duovar-B, ESSAR WILDCAT) didapatkan hasil bahwa nilai RAO minimum dan maksimum untuk masing-masing gerakan seperti berikut: Moda
Gerakan
RAO Unit
Minimum Nilai Maksimum Nilai
Surge 180˚ Essar
Wildcat 0.807
Duovar-B 20o 0.924 m/m
Sway 90˚ Essar
Wildcat 0.819
Duovar-B 20o
1.019 m/m
Heave 90˚ Essar
Wildcat 0.547
Duovar-B 30o
5.139 m/m
Roll 90˚ Duovar-A
10 0.294
Essar Wildcat
0.779 deg/m
Pitch 180˚ Duovar A 0.142 Duovar-B
30o 0.572 deg/m
Yaw 135˚ Duovar A
20 0.013
Essar Wildcat
0.099 deg/m
Tahapan yang akan dilakukan selanjutnya….
Analisis Spektra
METODOLOGI PENELITIAN
• Untuk mendapatkan karakteristik gerakan di gelombang
acak, dilakukan analisis spektra dengan langkah-langkah
sebagai berikut: • Pemilihan formulasi spektra gelombang, JONSWAP = 2.5 • Mengkorelasikan RAO dengan spektra gelombang,
menghasilkan spektra respons • Menentukan harga-harga statistik gerakan
Analisis Spektra Gelombang
• Analisis spektra gelombang dilakukan pada seluruh kombinasi Hs dan Tp, sesuai pada wave scatter diagram Perairan Natuna.
• Analisis dilakukan dengan menerapkan formulasi spektra JONSWAP (γ = 2.5)
Spektrum Gelombang
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
S(ω
)
ω (rad/s)
Spektrum Energi Gelombang (Tp = 6.45 s)
Hs = 0.245 m
Hs = 0.745 m
Hs = 1.245 m
Hs = 1.745 m
Hs = 2.245 m
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
S(ω
)
ω (rad/s)
Spektrum Energi Gelombang (Tp = 9.45 s)
Hs= 0.245 m
Hs= 0.745 m
Hs= 1.245 m
Hs= 1.745 m
Hs= 2.245 m
Hs= 2.745 m
Hs= 3.245 m
Hs= 3.745 m
Spektrum Gelombang
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
S(ω
)
ω (rad/s)
Spektrum Energi Gelombang (Tp = 13.45 s) Hs = 0.245 m
Hs = 0.745 m
Hs = 1.245 m
Hs = 1.745 m
Hs = 2.245 m
Hs = 2.745 m
Hs = 3.245 m
Hs = 3.745 m
Hs = 4.245 m
Hs = 4.745 m
Hs = 5.245 m
Hs = 5.745 m
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
S(ω
)
ω (rad/s)
Spektrum Energi Gelombang (Tp = 15.45 s)
Hs = 0.245 m
Hs = 0.745 m
Hs = 1.245 m
Hs = 1.745 m
Hs = 2.245 m
Hs = 2.745 m
Hs = 3.245 m
Analisis Spektra Respons
• Spektra respons didapatkan dengan cara mengkalikan RAO dengan spektra gelombang.
• Analisis spektra respons dilakukan untuk gerakan heave, roll, pitch.
• RAO yang digunakan dalam analisis spektra respons ini adalah RAO heave 90˚, RAO roll 90˚, RAO pitch 180˚.
RA
O =
r/
w
2
S(
)
X
e S r
(e)
=
(Djatmiko, 2007)
Spektrum Respons Heave
Spektrum Respons Roll
Spektrum Respons Pitch
Analisis Kenaikan Intensitas Gerakan
• Spektra respons selanjutnya diolah untuk mendapatkan nilai amplitudo gerakan signifikan, amplitudo gerakan rata-rata, dan lainnya.
• Kenaikan amplitudo gerakan diplot dalam fungsi Hs
• Kenaikan intensitas gerakan yang ditinjau:
– amplitudo rata-rata gerakan heave, roll, pitch
– percepatan heave signifikan
Kenaikan Intensitas Gerakan
Penentuan Operabilitas dan Komparasi Kualitas
METODOLOGI PENELITIAN
• Membandingkan intensitas gerakan sebagai fungsi kenaikan tinggi gelombang dengan batasan kriteria operasi semi-submersible Essar Wildcat
Kriteria operasi semi-submersible
Essar Wildcat
Korelasi Respons Gerak dengan Kriteria Operasi
Operabilitas Ketiga Semi-submersible
• Besarnya amplitudo gerakan pada Hs tertinggi di Perairan Natuna (Hs = 5.745 m), masih belum melampaui kriteria operasi.
• Sehingga, operabilitas keenam semi-submersible di Perairan Natuna adalah 100% atau ketiga semi-submersible dapat dioperasikan (operable) sepanjang tahunnya tanpa harus mengalami downtime.
Operabilitas dalam Wave Scatter Diagram
Operabilitas Keenam variasi semi-submersible di Perairan Natuna
Tp Hs
Lower Upper Mid 0.245 0.745 1.245 1.745 2.245 2.745 3.245 3.745 4.245 4.745 5.245 5.745 6.245
0 0.9 0.45 - - - - - - - - - - - - -
1 1.9 1.45 0.0008 - - - - - - - - - - - -
2 2.9 2.45 0.0210 - - - - - - - - - - - -
3 3.9 3.45 0.1079 0.0863 0.005 0.0018 0.0002 - - - - - - - -
4 4.9 4.45 0.0183 0.1529 0.0143 - - - - - - - - - -
5 5.9 5.45 0.0060 0.037 0.0771 0.0047 - - - - - - - - -
6 6.9 6.45 0.0043 0.0179 0.0409 0.0259 0.001 - - - - - - - -
7 7.9 7.45 0.0023 0.0079 0.028 0.0382 0.0105 0.0002 - - - - - - -
8 8.9 8.45 0.0020 0.0058 0.0103 0.0247 0.0334 0.0119 0.0009 - - - - - -
9 9.9 9.45 0.0007 0.0041 0.0062 0.0158 0.0176 0.0255 0.0129 0.0012 - - - - -
10 10.9 10.45 - 0.0037 0.0051 0.0067 0.0095 0.0113 0.0114 0.008 0.0017 - - - -
11 11.9 11.45 0.0001 0.0027 0.0034 0.0036 0.0043 0.0059 0.0047 0.0049 0.0025 0.0022 0.0003 - -
12 12.9 12.45 - 0.002 0.0022 0.0016 0.0009 0.002 0.0019 0.0018 0.001 0.0009 0.0005 0.0003 -
13 13.9 13.45 - 0.0007 0.001 0.0004 0.0006 0.0002 0.0004 0.0011 0.0003 0.0002 0.0002 0.0001 -
14 14.9 14.45 - 0.0002 0.0009 0.0004 0.00004 0.0003 0.0001 - - - - - -
15 15.9 15.45 0.0001 0.0001 0.0002 0.0006 0.0004 0.0007 0.0001 - - - - - -
16 16.9 16.45 - 0.0001 - 0.0001 - - - - - - - - -
17 17.9 17.45 - - - - - - - - - - - - -
18 18.9 18.45 - - - - - - - - - - - - - Total
0.1635 0.3214 0.1946 0.1245 0.07844 0.058 0.0324 0.017 0.0055 0.0033 0.001 0.0004 - 1.0000
Operabilitas Drillship (Yuda, 2013)
Operabilitas Drillship di Perairan Natuna
Tp Hs
Lower Upper Mid 0.245 0.745 1.245 1.745 2.245 2.745 3.245 3.745 4.245 4.745 5.245 5.745 6.245
0 0.9 0.45 - - - - - - - - - - - - -
1 1.9 1.45 0.0008 - - - - - - - - - - - -
2 2.9 2.45 0.0210 - - - - - - - - - - - -
3 3.9 3.45 0.1079 0.0863 0.005 0.0018 0.0002 - - - - - - - -
4 4.9 4.45 0.0183 0.1529 0.0143 - - - - - - - - - -
5 5.9 5.45 0.0060 0.037 0.0771 0.0047 - - - - - - - - -
6 6.9 6.45 0.0043 0.0179 0.0409 0.0259 0.001 - - - - - - - -
7 7.9 7.45 0.0023 0.0079 0.028 0.0382 0.0105 0.0002 - - - - - - -
8 8.9 8.45 0.0020 0.0058 0.0103 0.0247 0.0334 0.0119 0.0009 - - - - - -
9 9.9 9.45 0.0007 0.0041 0.0062 0.0158 0.0176 0.0255 0.0129 0.0012 - - - - -
10 10.9 10.45 - 0.0037 0.0051 0.0067 0.0095 0.0113 0.0114 0.008 0.0017 - - - -
11 11.9 11.45 0.0001 0.0027 0.0034 0.0036 0.0043 0.0059 0.0047 0.0049 0.0025 0.0022 0.0003 - -
12 12.9 12.45 - 0.002 0.0022 0.0016 0.0009 0.002 0.0019 0.0018 0.001 0.0009 0.0005 0.0003 -
13 13.9 13.45 - 0.0007 0.001 0.0004 0.0006 0.0002 0.0004 0.0011 0.0003 0.0002 0.0002 0.0001 -
14 14.9 14.45 - 0.0002 0.0009 0.0004 0.00004 0.0003 0.0001 - - - - - -
15 15.9 15.45 0.0001 0.0001 0.0002 0.0006 0.0004 0.0007 0.0001 - - - - - -
16 16.9 16.45 - 0.0001 - 0.0001 - - - - - - - - -
17 17.9 17.45 - - - - - - - - - - - - -
18 18.9 18.45 - - - - - - - - - - - - - Total
0.1635 0.3214 0.1946 0.1245 0.07844 0.058 0.0324 0.017 0.0055 0.0033 0.0003 0 - 0.9989
Kesimpulan
1. Pola RAO terbaik/minimum untuk gerakan surge, sway, heave, roll, pitch, yaw, berturut-turut didapatkan pada semi-submersible Essar Wildcat, Essar Wildcat, Essar Wildcat, Duovar A 10, Duovar A, Duovar A 20.
2. Kenaikan intensitas gerakan di gelombang acak, TP 13.45 s
– Amplitudo heave dengan kenaikan terbesar dialami oleh Duovar A 10
– Percepatan heave, nilai terbesar dialami oleh Duovar B 30.
– Amplitudo roll, kenaikan terbesar dialami oleh Duovar A 30.
– Amplitudo pitch, kenaikan terbesar dialami oleh Duovar B 30.
3. Operabilitas keenam semi-submersible di Perairan Natuna adalah 100%, dan kemampuan operasi tertinggi dimiliki oleh DUOVAR A 10.
Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan analisis kekuatan struktur untuk mengetahui apakah ketiga semi-submersible ini mampu untuk menopang topsides Essar Wildcat. Selain itu, dapat pula dilakukan analisis pada semi-submersible yang memiliki komponen motion stabilizers.
Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada PT. GLOBAL MARITIME dan PT. CITRA MAS yang telah mendukung dalam hal data teknis. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian tugas akhir ini.
Saran
Daftar Pustaka Wicaksono, Ardhana, 2013, Studi Karakteristik Gerakan dan Operabilitas Anjungan Pengeboran Semi-submersible Dengan Kolom Tegak dan Ponton Berpenampang Persegi Empat, Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan, ITS Surabaya, Indonesia. Arda, 2012, Studi Pengaruh Gerak Semi-submersible Drilling Rig dengan Variasi Pre-tension Mooring Line Terhadap Keamanan Drilling Riser, Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan, ITS Surabaya, Indonesia. Hikam, Maulana, 2012, Analisis Geometri dan Konfigurasi Ponton-Kolom Terhadap Stabilitas dan Intensitas Gerakan Semisubmersible Akibat Eksitasi Gelombang Acak, Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan, FTK ITS Surabaya, Indonesia. ABS, 2012, Mobile Offshore Drilling Unit, American Bureau of Shipping. Bhattacharyya, R., 1978, Dynamic of Marine Vehicles, John Wiley and Sons, New York. Chakrabarti, S. K., 1987, Hydrodinamics of Offshore Structures, CBI Industries, USA. Indiyono, P., 2004, Hidrodinamika Bangunan Lepas Pantai, Penerbit SIC, Surabaya. Indiyono, P., 2010, Hidrodinamika Dasar Bangunan Laut, Penerbit ITS PRESS, Surabaya.
Murtedjo, M., 1990, Teori Gerak, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya. Djatmiko, E.B., 2012, Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak, Penerbit, ITSPRESS, Surabaya Djatmiko, E.B., 1987, “Experimental Investigation into SWATH Ship Motions and Loadings”, M.Sc. Thesis, Dept. of NAOE, University of Glasgow, UK. Djatmiko, E.B., 1992, “Hydro-Structural Studies of SWATH Type Vessels”, Ph.D. Thesis, Dept. of NAOE, University of Glasgow, UK. Djatmiko, E.B., 1995, “Pengaruh Modifikasi Strut Ganda Menjadi Strut Tunggal pada Gerakan Kapal SWATH di Gelombang Haluan”, Majalah IPTEK ITS, Vol. 6, No. 1, Mei. Djatmiko, E.B., 2004, “Analisis Respons Dinamis Gerakan Heave dan Pitch pada Semi-Submersible Catamaran Hull”, Jurnal Teknologi Kelautan, Vol. 08, No. 02, Juli. Djatmiko, E.B., 2004, “Effect of Stabilizing Fins on the SWATH Ship Heave and Pitch Motion Characteristics”, Proc. of the4th Regional Conf. on Marine Technology, Enhancing Developing Countries Competitiveness in the Maritime Industry, MARTEC 2004, Johor Bahru, Malaysia, Sept. Djatmiko, E.B., 2004, “Evaluasi Operabilitas Kapal Cepat 35M”, Pros. Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2004, Surabaya, 7 Okt.
Djatmiko, E. B. and Murtedjo, M., 2005, “Enhancing the Operational Performance of SWATH-FPSR”, Proc. of the Naval Platform Technology Seminar 2005, NPTS 2005, the Republic of Singapore Navy (RSN), Singapore, May. Djatmiko, E. B., Tawekal, R., Jamaluddin, A., 1997, “Perancangan Rasional Kapal SWATH untuk Operasi Militer dan Komersial di Indonesia; Bagian II : Aspek Hidrodinamika Kapal SWATH”, Riset Unggulan Terpadu/RUT III, Kantor Menristek/DRN, Maret. Djatmiko, E. B., Murdjito, and Prasetyawan, I., 2006, “Operability Analysis of an FPSO on the Basis of Its Slamming and Greenwater Performances”, Proceedings of the 5th Regional Conference on Marine Technology, Intensifying Technology Study for Empowering Maritime Industries Towards the Prosperity of Archipelagic Countries, MARTEC 2006, Makassar, Indonesia, Sept. ESSAR+, 2007, Document of Marine Operation ESSAR WILDCAT, ESSAR OILFIELDS SERVICES LIMITED. Wide based semi-submersible vessel, 1984, www.google.com/patents
TERIMA KASIH
Bayu Pranata Sudhira 4309 100 019
Parameter-parameter Gelombang
Profil Gelombang Amplitudo Tinggi
Gelombang rata-rata
Gelombang signifikan
Rata-rata 1/10 gelombang tertingi
Rata-rata 1/100 gelombang tertingi
025,1 m05,2 m
000,2 m 000,4 m
055,2 m 000,5 m
044,3 m 067,6 m
dengan m0 = Luasan dibawah kurva spektrum (zero moment) m0 = dS
0
Persamaan Menentukan γ
dengan:
Tp = periode puncak spektra
Hs = tinggi gelombang signifikan
2
4
0056,0036,01975,014843,3S
P
S
P
H
T
H
TEXP
Persamaan Gerak (Gelombang Reguler)
• Persamaan umum gerakan heaving
• Persamaan umum gerakan pitching
• Persamaan umum gerakan rolling
Lanjutan Pers. Gerak
Persamaan Gerak Kompleks
• Surge
• Heave & Pitch
• Sway, Roll, & Yaw
111 Fm x
553535355555555
335353533333333
MkbakbaI
Fkbakbam
zzz
zzz
664646262666666
44646424244444444
226262424222222
MbababaI
MbabakbaI
Fbababam
yy
yy
yy
Lanjutan Difraksi
Sway, Heave, Roll
= kecepatan potensial difraksi pada odd complex
= kecepatan potensial difraksi pada fungsi even complex
Kecepatan potensial difraksi