bayi dengan ibu odha
DESCRIPTION
ODHATRANSCRIPT
BAYI DENGAN IBU HIV - AIDS
Mendy 11.201.085
Dokter Pembimbing : dr. Mustari Sp.A
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSUD Tarakan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Periode
AIDS - HIV AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) Kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup.
ETIOLOGI HIV adalah suatu virus ribonucleic acid
(RNA) yang termasuk golongan retrovirus, famili lentivirus.
PATOFISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
TRANSMISI DARI IBU KE ANAK Transmisi HIV dari ibu dengan HIV
positif ke bayi disebut transmisi vertikal Transmisi dapat terjadi melalui
plasenta pada waktu hamil (intrauterin) waktu bersalin (intrapartum) pasca natal melalui air susu ibu (ASI)
DIAGNOSIS HIV PADA BAYI Anamnesis
Ibu atau ayah memiliki risiko untuk terinfeksi HIV (riwayat narkoba suntik, pasangan dari penderita HIV, pernah mengalami operasi atau prosedur transfusi produk darah)
Riwayat kelahiran, ASI, pengobatan ibu, dan kondisi neonatal
DIAGNOSIS HIV PADA BAYI Pemeriksaan Fisik
Transmisi vertikal pada 50-70% terjadi sewaktu kehamilan tua atau pada saat persalinan sehingga pada waktu lahir bayi tidak menunjukkan kelainan. Jadi bila saat lahir tidak ditemukan kelainan fisik belum berarti bayi tidak tertular.
Pemantauan perlu dilakukan secara berkala, setiap bulan untuk 6 bulan pertama, 2 bulan sekali pada 6 bulan kedua, selanjutnya setiap 6 bulan.
DIAGNOSIS HIV PADA BAYI Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis yang dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan laboratorium HIV:
Demam berulang/berkepanjangan Berat badan turun secara progresif Diare persisten Kandidiasis oral Otitis media kronik Gagal tumbuh Limfadenopati generalisata Kelainan kulit Pembengkakan parotis
Infeksi oportunistik yang dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan laboratorium HIV:
Tuberkulosis Herpes zoster generalisata Pneumonia --P. jiroveci
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS HIV PADA BAYI
Umur pasien <18 bulan: Pemeriksaan PCR RNA (DNA) sebagai pemeriksaan yang paling
akurat untuk anak usia kurang dari 18 bulan. Diagnosis infeksi HIV dapat ditegakkan bila dua hasil tes virologi terhadap dua sampel darah berbeda menunjukkan hasil positif.
Bila status ayah dan ibu tidak diketahui, dapat dilakukan pemeriksaan antibodi antiHIV, sebaiknya dengan ELISA dan menggunakan 3 reagens yang berbeda, diikuti dengan pemeriksaan konfirmasi (immunoblot atau imunoflouresens). Jika hasil negatif, maka kemungkinan besar bayi tidak terinfeksi HIV, sedangkan bila hasil positif maka belum tentu bayi terinfeksi karena antibodi maternal dapat terdeteksi hingga usia 18 bulan.
Pada bayi yang masih mendapat ASI, interpretasi tes HIV menjadi tidak akurat. Periode jendela yang dipakai untuk dapat mengintepretasi dengan tepat adalah 6 minggu setelah ASI dihentikan. Tes HIV tetap dapat dilakukan tanpa harus menyetop pemberian ASI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS HIV PADA BAYI
Bila anak >18 bulan, cukup dengan pemeriksaan antibodi HIV saja. Pemeriksaan konfirmasi infeksi HIV: Westernblot atau PCR
RNA/DNA Tentukan status imunosupresi dengan pemeriksaan hitung mutlak
dan persentase CD4+ Lakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, SGOT/SGPT, dan
pemeriksaan lain Lakukan pemeriksaan infeksi oportunistik yang sering terjadi
bersamaan dengan --infeksi HIV (tuberkulosis, hepatitis B, dan C).
Pemeriksaan lain (laboratorium, pencitraan, dan lain-lain) dan konsultasi ke ahli -- terkait disesuaikan dengan kondisi infeksi oportunistik.
WHO 2007 HIV ASSOCIATED IMMUNODEFICIENCY
Nilai CD4 berdasarkan umur
<11 bulan (%)
12-35 bulan(%)
36-59 bulan(%)
>5 tahun (sel/ml)
Tidak ada supresi
>35 >30 >25 >500
Ringan 30-35 25-20 20-25 350-499
Sedang 35-39 20-24 15-19 200-349
Berat <25Atau < 1500
sel/mm3
<20Atau <750 sel/mm3
<15Atau <350 sel/mm3
<200Atau <15%
DIAGNOSIS HIV
Kriteria klinis untuk mencurigai infeksi HIV berat pada bayi dan anak dibawah kurang dari 18 bulan dimana tes virologi tidak dapat dilakukan adalah : Jika bayi dan anak didiagnosis dengan HIV antibodi
postif Diagnosis indikator AIDS dapat dilakukan yaitu jika
terdapat 2/lebih gejala yaitu oral thrush, pneumonia berat, sepsis berat.
Faktor lainnya yang mendukung diagnosis HIV berat pada anak dengan HIV positif terkait dengan kematian ibu terkait HIV dan berkembangnya gejala HIV pada ibu serta kadar CD4 < 20%
STADIUM KLINIS HIV-AIDS PADA BAYI DAN ANAK (WHO 2006)
Stadium klinis 1
• Asimtomatik• Limfadenopati generalisata persisten
Stadium klinis 2
• Hepatosplenomegali persisten yang tidak diketahui penyebabnya• Erupsi papular dengan pruritus• Infeksi wart virus luas• Molluscum contagiosum yang luas• Ulserasi oral berulang• Pembesaran parotis persisten yang tidak diketahui penyebabnya• Eritema gusi linealis• Herpes zoster• Infeksi saluran napas atas berulang/kronik (otitis media, otorrhoea,
sinusitis, tonsilitis)• Infeksi kuku akibat jamur
STADIUM KLINIS HIV-AIDS PADA BAYI DAN ANAK (WHO 2006)
Stadium
klinis 3
• Malnutrisi sedang yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak memberikan respons adekuat terhadap terapi standar
• Diare persisten yang tidak diketahui penyebabnya (14 hari atau lebih)
• Demam persisten yang tidak diketahui penyebabnya (di atas 37,5oC, hilang timbul atau terus-menerus, lebih dari 1 bulan)
• Kandidiasis oral persisten (di luar usia 6-8 minggu pertama)
• Oral hairy leukoplakia• Gingivitis/periodontitis ulseratif nekrotik akut• TB kelenjar getah bening• TB paru• Dugaan pneumonia bakterialis berat dan
berulang• Pneumonitis interstisial limfoid yang simtomatik• Penyakit paru-paru kronik yang berhubungan
dengan HIV, termasuk bronkiektasis• Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
(<8g/dl ), neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia kronik (<50.000/mm3)
STADIUM KLINIS HIV-AIDS PADA BAYI DAN ANAK (WHO 2006)
Stadium
Klinis 4
• Wasting berat, stunting, atau malnutrisi berat yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak berespons dengan terapi standar
• Pneumonia pneumosistis• Infeksi bakterial berat berulang (empiema, piomiositis,
infeksi tulang atau sendi, meningitis, tetapi tidak termasuk pneumonia)
• Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial atau kutan selama lebih dari 1 bulan atau viseral di tempat manapun)
• TB ekstrapulmoner/diseminata• Sarkoma Kaposi• Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis trakea, bronkus atau
paru-paru)• Toksoplasmosis sistem saraf pusat (di luar masa neonatal)• Ensefalopati HIV• Infeksi sitomegalovirus (CMV); retinitis atau infeksi CMV
yang mengenai organ lain, dengan awitan pada usia di atas 1 bulan .
• Kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis• Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis
ekstrapulmoner, koksidiomikosis, penisiliosis)• Kriptosporidiosis kronik (dengan diare)• Isosporiasis kronik• Infeksi mycobacteria non-tuberkelosa diseminata• Limfoma non-Hodgkin serebral atau sel B• Leukoensefalopati multifokal progresif• Kardiomiopati atau nefropati yang berhubungan dengan HIV
PENATALAKSANAAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN RISIKO INFEKSI HIV-AIDS
Di Kamar Bersalin Sebaik mungkin dengan menggunakan prosedur SC dan minimal
invasif. Pemberian ARV profilaksis pada bayi
Pemberian zidovudin selama 4 minggu dan nevirapin dosis tunggal Pemberian nutrisi pada bayi
Konseling pada masa ANC Pemberian susu formula AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable, safe) untuk menurunkan risiko transmisi virus
PEMBERIAN ASI DENGAN IBU HIV Acceptable (diterima) Feasible (terlaksanakan) Affordable (terjangkau) Sustainable (bersinambungan) Safe (aman, bersih berkualitas)
PENATALAKSANAAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN RISIKO INFEKSI HIV-AIDS
Pemberian imunisasi dan profilaksis infeksi oportunistik
Pemantauan Tumbuh Kembang Penentuan Status HIV bayi baru lahir
PRC RNA HIV pertama pada usia 4-6 minggu PRC RNA HIV kedua pada usia 4-6 bulan Pemeriksaan antibodi HIV pada usia 18 bulan Apabila hasil PRC RNA HIV pertama positif segera lakukan
pemeriksaan kedua untuk konfirmasi, bila positif lakukan tatalaksana bayi dan anak dengan infeksi HIV
DOSIS ARV PROFILAKSIS UNTUK BAYI
Obat Dosis
Zidovudin
- Pada bayi usia gestasi > 35 minggu 2 mg/kgBB/kali setiap 6 jam (diberikan 6-12 jam setelah kelahiran)
- Pada bayi usia gestasi 30-35 minggu 2 mg/kgBB/kali setiap 12 jam (2 minggu pertama) kemudian setiap 8 jam (2 minggu berikutnya)
- Pada bayi usia gestasi < 30 minggu 2 mg/kgBB/kali setiap 12 jam (4 minggu pertama) kemudian setiap 8 jam ( setelah usia 4 minggu)
Nevirapin (dosis tunggal) 2 mg/kgBB diberikan dosis tunggal 72 jam setelah kelahiran
PENATALAKSAAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN INFEKSI HIV-AIDS
Konseling pada orang tua pasien Pencegahan infeksi oportunistik
Pneumonia Pneumocystis carinii Pemberian kotrimoksasol 4-6 mg/kg/hari satu kali sehari,
diberikan setiap hari. Yang terindikasi untuk mendapatkan kotrimoksasol profilaksis adalah bayi terpapar umur <12 bulan yang statusnya belum diketahui, umur 1-5 tahun bila CD4 kurang dari 500 (<15%), umur 6-11tahun bila CD4 <200 (<15%), dan yang pernah didiagnosis terkena PCP. Obat pengganti adalah Dapson 2 mg/kg/hari (maksimal 100 mg/hari).
Tuberkulosis Secara aktif mencari kemungkinan kontak erat dengan
penderita TB aktif dan melakukan uji tuberkulin bila terdapat kecurigaan.
Infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi Bila memungkinkan (setelah pengobatan ARV selama 6 bulan)
dilakukan tindakan imunisasi untuk melengkapi jadwal yang belum dipenuhi, tidak dengan vaksin hidup kecuali campak.
PENATALAKSAAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN INFEKSI HIV-AIDS
Pemenuhan nutrisi dan pemantauan tumbuh kembang Infeksi HIV meningkatkan enteropati, karenanya
asupan makro dan mikronutrien perlu diperhatikan. Pada stadium lanjut dan sudah terjadi emasiasi, perbaikan nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati, secara individual. Perbaikan nutrisi terjadi lebih lambat dibandingkan dengan penderita malnutrisi tanpa infeksi HIV.
Setelah manajemen awal nutrisi dan penanganan infeksi oportunistik, penilaian dan stimulasi diperlukan untuk tumbuh kembang optimal.
TATA LAKSANA Menilai kemungkinan pemberian ARV
Menilai kesiapan pasien dan orangtua/wali Menghindari risiko resistensi obat Memperhitungkan kemungkinan risiko interaksi obat-obat Memperhitungkan kemungkinan risiko obat-makanan Posologi dan formulari obat untuk anak Memperhitungkan risiko pemberian obat pada koinfeksi TB dan
hepatitis
REKOMENDASI WHO UNTUK MEMULAI PEMBERIAN ARV PADA BAYI DAN ANAK (MODIFIKASI)Stadium klinis CD4 Rekomendasi menurut umur
< 11 bulan > 12 bulan
4 (setelah stabilisasi infeksi oportunistik)
Ada hasil CD4 Seluruh kasus harus diobati
Tidak ada hasil CD4
3 (setelah stabilisasi infeksi oportunistik)
Ada hasil CD4 Seluruh kasus diobati kecuali bila ada LIP, TB, trombositopeni dan OHL
Tidak ada hasil CD4 Seluruh kasus diobati
2 Menurut nilai CD4
1 Menurut nilai CD4
REKOMENDASI REJIMEN INISIAL (FIRST LINE) ARV
Anak usia ≤3 tahun : Zidovudine (AZT)+Lamivudine (3TC)+Nevirapine (NVP)
ATAU Stavudine (D4T)+Lamivudine (3TC)+Nevirapine (NVP)
Anak usia ≥3tahun dan berat badan ≥10 kg Zidovudine (AZT)+Lamivudine (3TC)+NVP atau Efavirenz
(EFV) Stavudine (D4T)+Lamivudine (3TC)+NVP atau Efavirenz
(EFV) Pada janin dan anak yang telah mendapatkan atau
terpapar ARV baik sebagai PMTCT selama masa kehamilan serta pada bayi baru lahir sebagai profilaksis tetap maka pemberian ARV berupa 2 NNRTI + 1 NRTI sesuai dengan dosis tercantum.
PEMANTAUAN Setelah pemberian ARV, pasien diharapkan datang
setiap 1-2 minggu untuk pemantauan gejala klinis, penyesuaian dosis, pemantauan efek samping, kepatuhan minum obat, dan kondisi lain. Setelah 8 minggu, dilakukan pemantauan yang sama tetapi dilakukan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan laboratorium yang diulang adalah darah tepi, SGOT/SGPT, CD4 setiap 3 bulan, dapat lebih cepat bila dijumpai kondisi yang mengindikasikan untuk dilakukan.
DOSIS OBAT ARV• Pediatrik (rentang dosis 90 mg-180mg/m2 LPB)• Oral: 160 mg/m2 LPB tiap 12 jam atau 6-7mg/kg/dosis• Adolesen 3x200 mg/200 mg/hari, atau 2x300 mg/hari
ZDV (AZT) (Zidovudine, Retrovir®
)
• Pediatrik: 4 mg/kg, 2x sehari → dosis terapi• Adolesen: BB <50 kg: 2 mg/kg, 2x sehari; BB ≥50 kg:
2x150 mg/hari3TC (Lamivudine,
Viracept®)
• Pediatrik 20-30 mg/kg/dosis, dapat sampai 45mg/kg, 3x sehari
• Adolesen 2x1250 mg/hari, atau 3x750 mg/hariNFV (Nevfinavir®)
• Pediatrik• 14 hari pertama: inisial 5 mg/kg sekali sehari (max. 200
mg)• 14 hari kedua dosis 5 mg/kg/dosis 2 kali sehari• selanjutnya dosis 7 mg/kg/dosis 2 kali sehari untuk
anak <8 tahun• >8 tahun - adolesen• Dosis inisial 1x200 mg sehari selama 14 hari kemudian
naikkan menjadi 2 x 200 mg bila tidak terdapat rash atau reaksi simpang lain
NVP (Nevirapine, Viramune®)
DOSIS OBAT ARV Stavudin (d4T/Stavir®)
1 mg/kg/dosis diberikan 2 kali sehari, maksimal 30 mg per dosis Efavirenz (Sustiva®)
Anak ≥3 tahun: 10-<15 kg=200mg; 15-<20 kg=250 mg; 20-<25 kg=300 mg; 25-32.5 kg=350 mg; 32.5-<40 kg=400 mg; diberikan sekali sehari per oral sebelum tidur
TMP/SMX (Kotrimoksazol) untuk P.carinii Profilaksis: 4-6 mg TMP/kg, 1x sehari, setiap hari Pengobatan: 20-30 (TMP) mg/kg/hari dalam 2 kali pemberian setiap hari
INDIKASI RAWAT Gizi buruk Infeksi berat/sepsis Pneumonia Diare kronis dengan dehidrasi
PROGNOSIS Angka transmisi bila ibu dan anak
menjalani program PMTCT kurang dari 2%
Tujuh puluh puluh delapan persen (78%) bayi yang terinfeksi HIV sudah akan menunjukkan gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3-4 tahun kemudian meninggal
DAFTAR PUSTAKA Suradi R. Tatalaksana bayi dari ibu pengidap HIV-AIDS. Sari Pediatri
Vol 4 (4): 180-5; Maret 2003 Scott GB. Clinical manifestations of HIV infection in children.
Pediatric Annals Vol 17 (5): 365-370; May 1988 IDAI. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. Ed
ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2003. h. 221- 3 IDAI. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. Ed
ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. h. 143- 9 WHO. Antiretroviral therapy pg HIV infection in infants and
children : towards universal access recommendations for a public health approach. 2006
WHO. WHO case definitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunological classification of HIV-related disease in adults and children. 2007
Sekian dan Terima Kasih