batubara

15

Click here to load reader

Upload: iif-fakhrudin

Post on 11-Dec-2014

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ijio

TRANSCRIPT

Page 1: batubara

1

A. JUDUL

KARAKTERISASI PRODUK PENCAIRAN BATUBARA SUMATERA SELATAN

FRAKSI LIGHT OIL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI

BENSIN

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Konsumsi masyarakat akan bahan bakar minyak saat ini semakin tinggi seiring

dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor, sehingga kegiatan eksplorasi

minyak bumi terus dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut

(Boediono, 2007). Berdasarkan data dari Indonesian Petroleum Association (IPA), pada

awal 2004 produksi minyak Indonesia mencapai 1,11 juta barel per hari, kemudian pada

akhir 2008 turun menjadi 970 ribu barel per hari. Menurut BP Migas, produksi minyak

bumi Indonesia secara alamiah akan mengalami penurunan terus hingga 16 %, yang

disebabkan lapangan minyak di Indonesia pada umumnya merupakan lapangan tua. Selain

itu, menurut data BP Statistical Review of World Energy 2005, jumlah cadangan minyak

(proved reserves) Indonesia pada akhir tahun 2004 sebesar 4,7 milyar barrel. Jumlah

minyak yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 1.126.000 bph, sedangkan

konsumsi minyak sebesar 1.150.000 bph. Peningkatan kebutuhan minyak bumi yang tidak

diimbangi dengan peningkatan produksinya akan menyebabkan Indonesia mengalami krisis

energi. Kondisi ini mendorong dilakukannya eksplorasi untuk mencari sumber minyak baru

sehingga ancaman krisis energi dapat teratasi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu konversi

energi alternatif lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

masyarakat terhadap bahan bakar tersebut, misalnya batubara (Boediono, 2007).

Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah terutama di Pulau

Kalimantan dan Sumatra. Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) mengungkapkan bahwa data terakhir cadangan batubara Indonesia mencapai 5,3

miliar ton dan 905 juta ton, batubara tersebut berada di wilayah Sumatera. Indonesia

merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia, dimana ketersediaan

batubara di Indonesia adalah empat kali lebih banyak dari pada minyak bumi dan gas

(migas). Hasil survei puslitbang Teknologi Mineral dan batubara (2006) menunjukkan

bahwa konsumsi batubara pada tahun 1998-2005 diantaranya digunakan sebagai bahan

bakar padat untuk PLTU, semen, industri tekstil, industri kertas, metalurgi dan

Page 2: batubara

2

briket.Umumnya, batubara yang digunakan sebagai sumber energi bahan bakar merupakan

batubara padat yang disebut briket. Hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan mesin yang ada

saat ini, maka perlu adanya konversi batubara menjadi bahan bakar cair (Sukandarrumidi,

1995). Komposisi utama dari batubara adalah senyawa hidrokarbon yang dapat berupa

hidrokarbon alifatik maupun aromatik (Petersen dan Nytoft, 2005). Senyawa hidrokarbon

alifatik yang terkandung dalam batubara memiliki kesamaan sifat dengan hidrokarbon

alifatik pada bahan bakar minyak. Hal inilah yang menyebabkan batubara berpotensi

sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak bumi (Sukandarrumidi, 1995).

Kandungan hidrokarbon yang berupa rantai alifatik pada batubara merupakan suatu potensi

yang besar untuk diubah menjadi hidrokarbon cair melaui proses pencairan (liquefaction).

Salah satu identifikasi yang dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa-

senyawa organic dalam batubara adalah dengan menganalisa biomarka dari batubara

tersebut.

Penelitian mengenai batubara hingga saat ini hanya berkisar mengenai karakteristik

petrografik (maceral batubara), komposisi baruabra (meliputi kandungan karbon,

hydrogen, ash, unsure N, O, S) seperti yang dilakukan oleh Prakash K, et all (2010), serta

analisa mengenai asal usul senyawa (fosil molekul) pembentuk batubara (Peters dan

Moldowan, 1993). Namun, penelitian mengenai pencairan batubara sebagai alternatif

energi pengganti bahan bakar minyak masih belum banyak dilakukan.

Sukandarrumidi (1995), menganalisa karakteristik petrografik batubara Sumatera

Selatan, dimana batubara di cekungan Sumatra Selatan secara umum didominasi oleh

maceral vitrinit (komponen organik yang berasal dari bahan sel dinding ataupun serat-serat

kayu dari tumbuhan), dan maceral eksinit (berasal dari lapisan lilin atau resin tumbuhan).

Harga vitrinit reflectance (indeks derajat kematangan batubara) batubara Sumatra Selatan

berkisar 0.40-0.50%, dan kandungan karbon antara 75.5 dan 96.8 wt.%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa batubara Sumatra Selatan telah mencapai derajat kematangan yang

cukup untuk menghasilkan minyak bumi dan gas alam (± Ro 0.50-1.35% mulai

terbentuknya minyak bumi). Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka penelitian ini

akan dilakuakn karakterisasi kandungan senyawa organik (biomarka) terutama kandungnan

rantai alifatik dalam batubara Sumatera Selatan untuk mengetahui kemungkinan dan

kelayakan memperoleh bahan bakar cair.

Page 3: batubara

3

C. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian ini adalah bagaimana

mencari korelasi antara fraksi Light Oil produk pencairan batubara Sumatra Selatan dengan

biomarka karakter batubara tersebut sebagaia bahan bakar alternative pengganti bensin.

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Batubara yang diteliti adalah Batubara Bukit Asam, Sumatra Selatan

b. Fraksi yang diteliti dari produk pencairan batubara adalah fraksi Light Oil

D. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian ini adalah mencari

korelasi antara fraksi Light Oil produk pencairan batubara Sumatra Selatan dengan

biomarka karakter batubara tersebut sebagai bahan bakar alternative pengganti bensin.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu

1. Informasi mengenai kemungkinana dan kelayakan batubara Sumatra Selatan sebagai

bahan bakar alternatif pengganti bensin berdasarkan kandungan senyawa organik

(biomarka).

2. Publikasi makalah ilmiah

3. Paten

4. Materi untuk PKMM tahun berikutnya

F. KEGUNAAN

Kegiatan ini dapat memberikan informasi tentang metode yang lebih efisien dalam

membuat batubara cair. Selain itu, kegiatan ini dapat memberikan alternatif solusi

pemanfaatan sumber daya hayati seperti batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti

bensin (minyak bumi) yang telah mengalami krisis energi pada saat ini.

Page 4: batubara

4

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1 Batubara

Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yang terbentuk dari senyawa-

senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup seperti tanaman, bakteri, spora dan

makhluk hidup lainnya melalui beberapa kombinasi reaksi kimia maupun reaksi biologi,

atau degradasi termal pada konstituen organik hingga menjadi fosil. Sumber bahan organik

tersebut akan mengendap dan terakumulasi di suatu cekungan (Sukandarumidi, 1995).

Pembentukan batubara terjadi melalui dua fase yaitu penggambutan (peatification)

dan pembentukan batubara (coalification). Pembentukan gambut terjadi melalui proses

mikrobial oleh gel hidrat coklat yang merupakan mikroba substansi humat (Tissot dan

Walte,1984). Pembentukan batubara (coalification) pada tahap diagenesis, dimulai dengan

terjadinya kenaikan temperatur, tekanan, dan lamanya pemendaman. Pada tahap ini gambut

akan berubah menjadi batubara muda (lignite), kemudian menjadi batubara yang lebih

keras (bituminous dan anthracite) pada awal tahap diagenesis hingga awal metagenesis

(Vu, dkk., 2005). Pada proses ini terjadi perubahan fisik dan struktur kimia, yaitu

kandungan air semakin menurun dan nilai kalor naik. Selain itu, juga terjadi penurunan

moisture content akibat berkurangnya porositas, dan terjadi dekomposisi gugus fungsi yang

bersifat hidrofil khususnya hidroksida (-OH), karboksil (-COOH), metoksil (OCH3), dan

karbonil (>C=O) sehingga cicin oksigen terputus dan menyebabakan terjadinya kenaikan

kandungan karbon. Proses ini dikontrol oleh temperatur, tekanan, dan waktu (Stach, 1982).

Perbandingan antara atom C dan H yang terkandung dalam batubara dapat menunjukkan

kematangan (maturity) suatu batubara (Walkers dan Mastalerz, 2004).

G.2 Batubara Sumatra Selatan

Batubara di Cekungan Sumatra Selatan terbentuk atas tiga formasi batuan Tersier

(dari batubara muda hingga tua), yaitu formasi Lahat, Talang Akar, dan Muara Enin. Secara

umum batubara cekungan Sumatra Selatan didominasi oleh maceral vitrinit, dan disusul

dengan maceral eksinite. (Sukandarrumidi, 1995; Amijaya, dkk., 2006). Daulay, Ningrum

dan Cook (2000) membagi batubara Sumatra Selatan dalam dua kelompok, yaitu batubara

dari proses pembatubaraan normal dan dari proses pembatubaraan yang dipengaruhi oleh

panas. Pembatubaraan normal meliputi jenis batubara tingkat sub-bituminus dengan kisaran

Rv max (rata-rata reflectance huminit) dari 0.40-0.50%, sedangkan pembatubaraan yang

Page 5: batubara

5

dipengaruhi oleh panas meliputi jenis batubara tingkat bituminous hingga antrasit dengan

Rv max 0.60-2.60%. Batubara Sumatra Selatan khususnya yang terletak di daerah Bukit

Asam merupakan batubara yang berumur tersier atas. Kualitas batubara Sumatra Selatan

telah dipengaruhi oleh adanya instrusi batuan andesitik (Sukandarrumidi, 1995; Amijaya,

Schwarzbauer dan Litke, 2005).

G.3 Potensi Batubara

Penggunaan bahan bakar minyak meningkat hingga 5-6% per tahun karena aktifitas

industri yang semakin berkembang pesat dan banyaknya pemakaian kendaraan bermotor

pada saat ini. Berdasrkan hal itu, diprediksikan bahwa Indonesia akan mengalami krisis

minyak pada tahun 2006 (Artanto, 1999). Sumber energi yang dimanfaatkan sebagai bahan

bakar saat ini adalah minyak bumi (34 %), batubara (25 %), gas alam (21 %), tenaga nuklir

(6.5 %), air (2.1 %), sampah dan biomassa (11 %), serta hanya 0.4 % berasal dari energy

global yang dihasilkan secara geothermal, energy matahari dan angin (Katzer, 2007).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia, dimana

ketersediaan batubara di Indonesia adalah empat kali lebih banyak dari pada minyak bumi

dan gas (migas). Adapun jumlah cadangan batubara yang tersebar dibebera aprovingsi di

Indonesia yang disajikan pada tabel.1.

Batubara selama ini digunakan sebagai sumber energi bahan bakar merupakan

batubara padat yang disebut briket, seperti yang dimanfaatkan dalam PLTU, semen, briket,

industri kertas, tekstil dan metalurgi. Hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan mesin yang ada

saat ini, maka perlu adanya konversi batubara menjadi bahan bakar cair. Kandungan utama

batubara adalah senyawa hidrokarbon aromatik dan alifatik. Senyawa hidrokarbon alifatik

yang terkandung dalam batubara memiliki kesamaan sifat dengan hidrokarbon alifatik

pada bahan bakar minyak. Hal inilah yang menyebabkan batubara berpotensi sebagai

sumber energi alternatif pengganti minyak bumi (Sukandarrumidi, 1995).

Page 6: batubara

6

Tabel 1. Sumberdaya Batubara di Indonesia Tahun 2006

Sumber: (Pusat Sumberdaya Geologi, 2006)

G.5 Hasil Fraksinasi

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, telah diketahui jumlah fraksinasi

jenis light oil sebagai berikut.

Tabel 2. Jumlah Fraksinasi Jenis Light Oil

No Nama Peneliti Tahun Jumlah Batubara

Awal (gr)

Hasil Fraksinasi

Jenis Light Oil

(gr)

Hasil Fraksinasi

Jenis Light Oil

(%)

1. Muhammad

Nadjam 2011 163,00 25,125 29,434

2. Arief Prasetya 2011 165 20,20 26,52

Sumber: (Nadjam , 2011; Prasetya, 2011)

Page 7: batubara

7

H. METODE PELAKSANAAN

H.1 Alat dan Bahan

H.1.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoclave 1L, Gastec dagger,

seperangkat alat distilasi sederhana, sokhletasi, distilasi vakum, hot plate, kertas pH,

pengaduk magnetik dan peralatan gelas lainnya yang mendukung.

H.1.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu bara jenis sub

bituminous yang berasal dari Sumatra Selatan, n-heksana p.a, diklorometana p.a, metanol

99.8 % p.a, kloroform p.a, aseton p.a, sea sand, silika 0.25 nm, H2SO4 10%, NaOH 10%,

aquades, NaCl dan aquabides.

H.2 Prosedur Kerja

H.2.1 Sampling

Proses sampling dilakukan dengan cara mencangkul batu bara pada kedalaman 3 m

dari permukaan tanah. Kemudian diambil batu bara jenis sub bituminous sebanyak 5 kg.

H.2.2 Pencairan Batu Bara

Batu bara digiling dan diayak hingga memiliki luas permukaan 200 mesh.

Kemudian dianalisa kalori dan proksimat untuk mengetahui jumlah batu bara,

pelarut,sulfur dan katalis yang digunakan. Seluruh bahan-bahan tersebut disebut sebagai

feed dengan komposisi batubara g, pelarut g sulfur g dan katalis sebanyak g. Dicatat dan

fraksi – fraksi yang terbentuk seperti light oil, middle oil, dan heavy oil.

Page 8: batubara

8

Gambar 2. Diagram Pencairan Batubara

Sumber: (Sheindlin dkk, 1987)

2.4 Persiapan Alat dan Bahan

Seluruh peralatan gelas yang akan digunakan dalam penelitian ini harus

dikondisikan dalam keadaan geokimia. Semua pelarut yang digunakan seperti aseton,

dichlorometana, kloroform, n-heksana dan metanol didistilasi lagi menurut proses

pemurnian pelarut organik. Awalnya, semua peralatan gelas dicuci dengan air sabun hingga

bersih dan dikeringkan, kemudian dibilas dengan aquabides dan dikeringkan. Selanjutnya

dicuci dengan aseton dan diklorometana. Pipet tetes, seasand, kapas dan silika gel dicuci

dengan kloroform dengan alat sokhlet selama 36 jam.

Page 9: batubara

9

3. Isolasi Biomarka Fraksi Light Oil

Fraksi light oil dapat dianalisa dengan metode Jones, yaitu diambil fraksi light oil

sebanyak 20 g, ditambahkan 100 mL kloroform dan diaduk sempurna, kemudian ditambah

100 mL n-heksana dan diaduk sempurna lalu diekstraksi. Fasa kloroform dipisahkan untuk

dilakukan perlakuan yang berbeda. Fasa n-heksana diambil dan ditambahkan beberapa mL

H2SO4 10% dan NaOH 10%. Hasil yang diperoleh diambil sebanyak 2 g dan dilarutkan

dalam 100 mL H2SO4, campuran diaduk dengan magnetic stirrer selama 10 menit,

kemudian ditambahkan lagi 10 mL aquades dan beberapa gram NaCl. Kemudian

diekstraksi. Fase organik di isolasi dengan kromatografi kolom menggunakan n-heksana

sebagai eluennya. Tahap akhir di analisa kromatografi gas dan spektrofotometri massa,

analisa nilai oktan dan kalor minyak.

I. JADWAL KEGIATAN

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program

No. Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengambilan bahan

dan sample

2 Analisa Kalori,

Proksimat-ultimat,

pencairan batubara

3 Perijinan

Laboratorium

4 Preparasi alat dan

destitasi pelarut

5 Fraksinasi fraksi

minyak hasil

pencairan

6 Analisa GCMS,

nilai oktan dan kalor

minyak

7 Penyusunan laporan

dan Poster

Page 10: batubara

10

Adapun pelaksanaan fraksinasi minyak hasil pencairan batubara secara keseluruhan

dilakukan di lab kimia organik Jurusan Kimia FMIPA ITSdengan dibantu beberapa staf

laboratorium.

J. RANCANGAN BIAYA

No Keterangan Jumlah (Rp) Total

1. Analisa Sampel

a. Analiasa Kalori Batubara Rp100.000 Rp100.000

b. Anlisa Proximate Rp 500.000 Rp500.000

c. Analisis Ultimate Rp 300.000 Rp 300.000

d. Analisa GCMS Rp 200.000 Rp200.000

e. Analisa Nilai Oktan Minyak Rp 150.000 Rp150.000

f. Analisa Energi Minyak Rp 150.000 Rp 150.000

Sub Total Rp 1.400.000

Bahan Habis Pakai

1. Aquades @ Rp700 x 10 Rp7.000

2. Aquabides

@ Rp 20.000 x

10 Rp 200.000

3. Hexan Pure Analisis (P.A)

@ Rp. 650.000/

4 L x 2 Rp 650.000

4. Cloroform P.A

@ Rp. 335.000/

2,5 L Rp 335.000

5. Diklorometan P. A

@ Rp. 650.000/

2,5 L Rp 650.000

6. Aseton P. A

@ Rp. 340.000/

2,5 L Rp 340.000

7. Methanol P. A

@ Rp. 230.000/

2,5 L Rp 230.000

8. Sea Sand P. A

@ Rp.

6300.000/ 500 g Rp 630.000

9. Batu Didih (kristal)

@ Rp. 600.000/

100 g Rp 600.000

10. H2SO4 P. A

@ Rp.

50.000/mL x 10 Rp 500.000

11. NaOH P. A

@ Rp. 800.000/

g x 2 Rp 1.600.000

12. Silika Gel

@ Rp. 100.000/

g x 3 Rp. 300.000

13. Gas N2 Rp 60.000 Rp 60.000

14. Alumunium Foil

@ Rp 25.000 x

2 Rp 50.000

SUB TOTAL Rp 6.152.000

Peralatan Utama

Page 11: batubara

11

1. Pencairan Batubara Rp 200.000 Rp 200.000

Sub Total Rp 200.000

Peralatan Penunjang

1. Pipet Rp 1.000 x 75 Rp 75.000

2. pH meter Rp 123.000 Rp 123.000

3. Pipa kapiler Rp 150.000 Rp 150.000

Sub Total Rp 348.000

Akomodasi

1.

Biaya pengiriman dan pembelianbatubara

Bukit Asam Sumatra Selatan Rp 400.000 Rp 400.000

2. Biaya perjalanan Surabaya-Serpong untuk

pencairan batubara

@Rp 300.000 x

4 Rp 1.200.000

Sub Total Rp. 1.600.000

ATK

1. Kertas A4 1 rim Rp30.000 Rp30.000

2. Penggandaan proposal @ Rp7.500 x 4 Rp30.000

4. Alat Tulis Rp10.000 Rp10.000

5. Pembuatan Poster

@Rp125.000 x

2 Rp250.000

Sub Total Rp 320.000

Total Rp 10.000.000

K. DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, H., Schwarzbauer, J. dan Littke, R., 2005. “Variability of coalification parameters

and CH groups content of thermally metamorphosed tertiary coal from Tanjung

Enim Area, South Sumatera basin, Indonesia”. dalam: Organik Geochemistry:

Challenges for the 21st Century, 1, Gonzales_vila, dkk., (Eds.), 22nd

IMOG, Sevilla,

562-563.

Amijaya, H. dan Littke, R., 2005. “Properties of thermally metamorphosed coal from

Tanjung Enim Area, South Sumatra Basin, Indonesia with special reference to the

coalification path of macerals”. International Journal of Coal Geology, 61, 197-

221.

Boediono, 2007. “Produksi Minyak Mutlak Harus Ditingkatkan (online),

(http://kompas.com, diakses 8 Agustus 2008)

BP Statistical Review of World Energy, June 2005 (www.bp.com/statisticalreview)

Darman, H. dan Sidi, F. H., 2000. “An outline of the geology of Indonesia coal”.

Indonesian association of geologists, Jakarta, 254.

Daulay, H., Ningrum, N. S. dan Cook, A. C., 2000. “Coalification of Indonesian coal”.

Proceeding of Southeast coal geology conferences, Directorate general of coal

geology and mineral resources of Indonesia, Bandung, 85-92.

Jauhary, M., (2007), “Potency of Coal Liquefaction Industry”, Beyond Pteroleum,

Jakarta.

Katzer, J., 2007. “The Future of Coal”, Massachusetts Institute of Technology, USA.

Page 12: batubara

12

Meier, R., Schwarzbaeuer, J., Weniger, P., Strauß, H. dan Littke, R., 2005.”Compound

specific carbon isotop analysis on biomarker of Late Palaezoic coals”. dalam:

Organik Geochemistry Challenges for the 21st

Century, 1, Gonzalez_Vila, dkk.,

(Eds), 22nd

IMOG Seville, 564.

Nadjam, M (2011), Korelasi Batubara Kalimantan Timur dengan Produk Pencairannya,

Undergraduate Theses, ITS, Surabaya.

Peters, K.E., dan Moldowan, J.M., 1993. “The Biomarker Guide : Interpreting Molecular,

Fossils In Petroleum, and Ancient Sediments”, Prentice Hall Inc., New Jersey.

Petersen, H. I. dan Nytoft, H. P., 2005. “Aliphatics Chains in Coal of Different age:

Controls on Ability to Generate Liquid Hydrocarbons”, Organic Geochemistry, 1,

hal. 552-553

Prasetya, Arief (2011), Korelasi Batubara Kalimantan Timur dengan Produk Pencairannya,

Undergraduate Theses, ITS, Surabaya.

Stach, E., Mackkowsk, M. T. H., Techmuller, M., Taylor, G. H., Chandra, D., Teichmuller,

R., 1982. “Stach’s Texbooks On coal Petrology”. Gebruder Bomtraiger, Berlin.

Sukandarrumidi, 1995. “Batubara dan Gambut”, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Walker, R., Mastalerz, M., 2004. “Functional Group and Individual Maceral Chemistry of

High Volatile Bituminous Coals from Southern Indiana : Controls on Coking”.

International Journal of Coal Geology, 58, 181–191.

Page 13: batubara

13

L. LAMPIRAN

L.1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KELOMPOK

1. KETUA KELOMPOK

Nama : Nur Ita Ulfaniyah

Jenis Kelamin : 1408 100 069

Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 1 Nopember 1989

Alamat : Wadungasri IV-D No.03

Telephone/Handphone : 085733137097

Email : [email protected]

2. ANGGOTA KELOMPOK 1

Nama : Nurvita Maharani

Tempat / Tanggal Lahir : Blitar, 2 Agustus 1990

Alamat : Keputih Printis II No.07

Telephone/Handphone : 085755013927

Email : [email protected]

Penulis,

(Nur Ita Ulfaniyah)

NRP: 1408 100 069

Penulis,

(Nurvita Maharani)

NRP: 1408 100 069

Page 14: batubara

14

3. ANGGOTA KELOMPOK 2

Nama : Setiya Anggreawan

Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 30 Juni 1990

Alamat : Semampir Tengah 6 No. 10

Telephone/Handphone : 0857301740404

Email : [email protected]

4. ANGGOTA KELOMPOK 3

Nama : Iif Fakhrudin

Tempat / Tanggal Lahir : Gersik, 21 Nopember 1990

Alamat : Gebang Putih No. 42

Telephone/Handphone : 081330367621

Email : [email protected]

Penulis,

(Setiya Anggreawan)

NRP: 1408 100 040

Penulis,

( Iif Fakhrudin)

NRP: 1409 100 029

Page 15: batubara

15

5. Biodata Dosen Pembimbing

Nama : Prof. Dr. R. Y. Pery Burhan, MSc.

NIP : 19590215 198701 1 001

Tempat / Tanggal Lahir : Padang, 15 Februari 1959

Jabatan Struktural : Kepala Lab Kimia Organik

Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia

Alamat : Perumdos T99, Surabaya

Telephone/Handphone : 081230002259

Email : [email protected]

Dosen Pembimbing,

(Prof. Dr. R. Y. Pery Burhan, M.Sc)

NIP: 19590215 198701 1 001