batubara 3kjhpiphih
DESCRIPTION
JHBBHJKBHBHTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi,
yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik
melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui
di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal. Disamping itu,
tingkat investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat
terhentinya kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan
Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor
pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa
dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di
Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan
karena industri ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun
daerah. Dampak ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output,
penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan,
tinjauan manfaat ekonomi kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri
pertambangan dan rekomendasi kebijakan.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah jenis klasifikasi sumberdaya mineral?
2. Dimana saja lokasi persebaran Sumberdaya mineral?
3. Bagaimanakah Pemanfaatan Sumberdaya Mineral?
4. Bagaimanakah Upaya Pelestarian Sumber Daya Mineral?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran Geografi di
SMA Negeri Darmaraja. Banyakhal yang mesti kita ketahui mengenai sumber daya alam terutama
sumber daya alam mineral yang keberadaannya tidak dapat diperbaharui.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Klasifikasi Batubara
2.1.1 Batubara sebagai Energi
Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari “coal”. Disebut batubara mungkin karena
dapat terbakar seperti halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu sendiri menurut Muchjidin
(2005).
“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta
nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk “ash” tersebar
sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu
meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas.
Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan
bakar cair atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas
dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan
oksigen dan uap atau udara dan uap”.
Dari defenisi yang lengkap ini salah satunya adalah selain batubara dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pembangkit uap di PLTU, beberapa jenis batubara juga dapat diubah menjadi
bahan bakar minyak melalui cara pencairan batubara atau tersebut liquifaksi (coal liquiefaction).
Pemakaian batubara sebagai energi telah dilakukan pada abad 19 yaitu untuk
menggerakkan lokomotif dan mesin uap. Perkembangan selanjutnya tahun 1949 di Pengaron
sebuah dusun di sepanjang Sungai Mahakam (Kaliman Timur) oleh perusahaan Belanda “Oost
Borneo Ma’atsc Happij” dioperasikan tambang batubara.
2.1.2 Sumber Daya Batubara
Batubara makin hari makin menjadi komoditas yang penting karena meningkatnya
kebutuhan energi. Tahun 1999 sumber daya batubara mencapai 38,9 miliar ton dan hasil survey
sampai tahun 2003 sumber daya batubara mencapai 57,85 miliar ton dan angka ini akan bertambah
karena masih terus dilakukan ekplorasi di daerah yang baru. Sumber daya batubara Indonesia
terdapat di Sumatera 45 persen, Kalimantan 54 persen, sisanya adalah Jawa, Sulawesi dan Irian
Jaya.
2.2 Pemanfaatan Batubara
Dewasa ini penggunaan batubara di dalam negeri adalah sebagai sumber energi panas dan
bahan bakar, terutama dalam pembangkit tenaga listrik dan industri semen serta dalam jumlah yang
terbatas pada industri kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng , sebagai reduktor dan
industri pelabuhan timah dan nikel. Selain itu batubara Indonesia digunakan untuk ekspor ke
berbagai negara antara lain Afrika, Eropa , Amerika dan Asia (Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea)
dan lain-lain. Pemakaian batubara terbesar sesuai urutannya adalah PLTU yang menggunakan
bahan bakar batubara, disusul oleh industri aemen yang secara keseluruhan telah beralih ke
batubara, kemudian industri kimia, kertas, metalurgi, briket batubara dan penggunaan industri kecil
lainya. Penggunaan batubara untuk PLTU pada tahun 1999 sebesar 26,9 juta ton, tahun 2004
sebesar 61,5 juta ton dan sampai tahun 2008 perkiraan pemakaian batubara mencapai 71,8 juta
ton. Sedangkan produksi batubara Indonesia sampai tahun 2006 sebesar 160,4 juta ton, ekspor
120,8 juta ton dan pemakaian dalam negeri 35,95 juta ton dengan total produksi 156,75 juta ton.
2.2.1 Batubara Sebagai Bahan Bakar Minyak
Secara umum batubara Indonesia termasuk bahan bakar. Pengubahan batubara dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pembuatan gas atau gasifikasi dan pencairan batubara atau
liquifaksi (coal liquefaction). Dalam proses gasifikasi semua gas organik dalam batubara diubah ke
dalam bentuk gas terutama karbonmonoksida, karbondioksida dan hidrogen. Gas ini kemudian
dapat diubah menjadi bahan-bahan kimia seperti pupuk dan metanol.
Proses liquifaksi tujuannya adalah mengubah batubara menjadi minyak. Penelitian oleh
SASOL (perusahaan yang mengurusi pencairan batubara) di Afrika Selatan telah berhasil
mengubah batubara menjadi minyak (Gasoline, Diesel, Jet Fuel ), gas maupun bahan kimia lainnya
sehingga Afrika Selatan telah “survive” mengatasi masalah BBM 50 persen kebutuhan BBM Afrika
dipasok dari Pabrik Pencairan Batubara sementara SASOL sendiri terdaftar di bursa efek Afrika
Selatan dan New York. Produksi SASOL sekitar 150.000 barel/hari.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2004 lalu telah mempunyai rencana untuk membangun
pilot plant untuk program pencairan batubara di Cirebon (Jawa Barat). Maksud dari pilot plant ini
adalah sebagai uji coba dan sekaligus untuk meyakinkan semua pihak bahwa program pencairan
batubara ini dapat dilakukan. Teknologi yang akan digunakan adalah teknologi Improve Brown Coal
Liquefaction (IBCL) yang dikembangkan oleh Jepang. Sementara Jepang sendiri sudah
membangun pilot plant dengan teknologi ini untuk 50 ton/hari di Victoria, Australia.
Pada tahun 2002 pemerintah China telah mengambil keputusan penting, yaitu tidak akan
menggantungkan diri pada impor minyak mentah. Sebagai pengganti impor minyak mentah,
pemerintah China membuat program pencairan batubara. Untuk mewujudkan program ini
perusahaan terbesar di China Shen Hua Group menggandeng perusahaan Amerika Headwaters
Technology Innovation (HTI) untuk pencairan batubara secara langsung melalui teknologi yang
dikembangkan oleh HTI.
2.3 Penyebaran Batubara
Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan
batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai
hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan
pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).
Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat
hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas
di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis
berdasarkan cara terbentuknya.
Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain
terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Kedua, batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada cekungan forelandterdapat di
Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Ketiga, batubara delta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana
1999).
Menurut Amri (2000) formasi batubara tersebar di wilayah seluas 298 juta ha di Indonesia,
meliputi 40 cekungan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Jawa. Dari jumlah
cekungan tersebut baru 13 cekungan dengan luas sekitar 74 juta ha (sekitar 25%) yang sudah
diselidiki. Sementara cekungan yang telah dilakukan penyelidikan terbatas sampai pada tahap
penyelidikan umum, eksplorasi maupun eksploitasi baru 3% atau seluas 2,22 juta ha.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan penyelidikan tentang keberadaan batubara tersebut.
Salah satu metoda gofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan batubara
adalah metoda geolistrik tahanan jenis. Metoda ini merupakan salah satu metoda geofisika yang
dapat memberikan gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan, dengan mengukur sifat
kelistrikan batuan (Priyanto 1989 dalam Kalmiawan et al, 2000).
Selanjutnya Loke (1999a) mengungkapkan bahwa survey geolistrik metoda resistivitas
mapping dan sounding menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral
maupun arah vertikal. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan berskala laboratorium untuk
mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya dengan peringkat yang
berbeda (Heriawan 2000).
2.4 Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang danoleum –
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri
dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi
dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
2.4.1 Komposisi
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah
diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin,aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya
adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -
127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan
tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering
lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak
tanah terbuat dari rantai di wilayah C10
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara
C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)
kerosene: 150 - 250 °C (bahan bakar mesin jet)
minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal
dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun,
pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.
2.4.2 Kegunaan
Di Indonesia, minyak bumi yang diolah banyak digunakan sebagai Bahan bakar
minyak atau BBM, yang merupakan salah satu jenisbahan bakar yang digunakan secara luas di
era industrialisasi.
Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah:
Minyak tanah rumah tangga
Minyak tanah industri
Pertamax
Pertamax plus
Premium
Bio Premium
Bio Solar
Pertamina DEX
Solar transportasi
Solar industri
Minyak diesel
Minyak bakar
Di Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah yang
ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan adalah agar dana yang
sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain seperti pendidikan dan
pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan pada
harga barang-barang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa juga tarif listrik sehingga
selalu ditentang masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Sumber daya mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak mengenal batas
administrasi, umumnya ditemukan di daerah-daerah terpencil yang miskin infrastruktur,
pengusahaannya harus dilakukan di tempat di mana bahan tambang itu ditemukan. Penambangan
bahan galian mineral dan batubara akan mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang
berpotensi mencemari lingkungan, oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu melibatkan semua
pihak terkait (stakeholders). Adanya kegiatan pertambangan diharapkan dapat menjadi lokomotif
pembangunan suatu daerah.
Kelangkaan dan mahalnya harga BBM terutama minyak solar berimbas pada seluruh
lapisan masyarakat. Akibatnya semua sektor usaha industri dan perdagangan harus mengimbangi
pula dengan kenaikan harga jual barang. Kesulitan BBM yang terus berlarut dapat pula
menghambat iklim investasi di suatu daerah, di mana perkembangan industri dan perdagangan
sangat erat keterkaitannya dengan ketersediaan BBM.
Persoalan BBM adalah persoalan pemerintah, namun kita berharap ketergantungan pada
konsumsi minyak bumi ini akan berkurang dan harus berupaya melakukan penghematan dalam
pemakaiannya dan perlu melakukan upaya mencari bahan pengganti. Untuk mengantisipasi
kebijakan kenaikan BBM ke depan dengan semakin menipisnya cadangan minyak nasional,
diharapkan pemeritah/pemeritah daerah mulai memikirkan atau melakukan diversifikasi energi lain
yang lebih murah, salah satunya adalah batubara.
3.2 Saran
1. Sumber daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi
dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat penggunaan batu bara dan
minyak bumi.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber daya
alam.
3. Gunakanlah peralatan hidup sehari-hari yang hemat energy dan BBM.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurumuda.com/bse/search/air+tanah+udara+dan+cahaya+adalah+lingkungan/page/3
http://www.google.co.id/search?rlz=1C1CHNY_idID406ID406&sourceid=chrome&ie=UTF-
8&q=BATUBARA
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia. Salah satu
daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang
di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang
ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,
menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa,
namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas
ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang
salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan
terjaga.
Selain untuk menjaga kesiembangan ekosistem, ada baiknya pula kita mengetahui bagaimana cara
terbentuknya batu bara tersebut. Karena dengan banyaknya tambang yang ada, maka mungking
saja nanti ekosistem yang ada akan beubah dan bahkan bias tercemari oleh penggunaan batubara
ini.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui arti batubara secara umum,
2. Mengetahui dampak pengelolaan tambang batubara, dan
3. Mengetahui solusi untuk mengatasinya.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan batubara?
2. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?
3. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batubara Secara Umum
2.1.1 Umur Batubara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-
era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu, adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black
coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270
juta tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi
bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun
yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.
2.1.2 Materi Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu
bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
• Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
• Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
• Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur
Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan
spora dan tumbuh di iklim hangat.
• Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi.
Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara
Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
• Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi
biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga,
secara umum, kurang dapat terawetkan.
2.1.3 Penambangan Batubara
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai
bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.
Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Dilihat dari cara menambang,
penambangan batubara dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
· Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara tanpa melakukan penggalian
berat karena letak batubara yang dekat dengan permukaan bumi.
· Penambangan Dalam
Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya perlu dibuat terowongan
tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika telah mencapa lapisan tersebut, selanjutnya
diperlukan lagi terowongan mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.
· Penambangan jauh
Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit dimana dibuat terowongan
miring hingga mencapai lapisan batubara.
· Penambangan di Atas Permukaan
Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batu bara ang hendak dicari berada di dalam
peut bukit atau gunung akan tetapi letaknya di atas permukaan tanah yang datar, sehingga untuk
menambangnya diperlukan terowongan datar.
2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan kita lihat klasifikasi dan jenis
batubara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang di control oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara secara umum dibagi menjadi 5 kelas yaitu:
• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas
batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
• Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
2.1.5 Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringakas proses ini dibagi menjadi dua tahap proses yang
terjadi, antara lain:
• Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi
dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi
material organik serta membentuk gambut.
• Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
2.2 Batubara Di Indonesia
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak
di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya
endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau
sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-
kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip
dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air
tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk
pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal
ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya
lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang
terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
2.2.1 Endapan Batu Bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau
Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi,
Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan
dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran
Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam,
yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3] Lingkungan
pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan
endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun
di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian
tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-
marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di
atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.[4]
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan Asam-
asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah
dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin
(Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
2.2.2 Endapan Batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang
luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping.
Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan
maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai
bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera
bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip
dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah
kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini
tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro)
atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga
tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batu bara
di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim,
Cekungan Sumatera bagian selatan.
2.3 Gasifikasi Batubara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu bara
yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat digunakan
sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas kemudian
menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara,
kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di
udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh
ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" “acid rain”. Disini
juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel
kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil
ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari
cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
2.4 Pembersihan Batu Bara
Batubara ini dibersihan untuk mengurai bahan2 yang mnempel pada batu bara yang membuat batu
bara tersebut menjadi kurang baik dipakai sebagai bahan bakar. Dengan pembersihan ini, juga
bertujuan agar dampak yang ditimbulkan dari pemakaian batubara sebagai bahan bakar menjadi
lebih terkendali. Bahan-bahan yang hendak dibersihkan dari batubara antara lain:
2.4.1 Sulfur
sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang
ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan Eastern States lainnya, sulfur terdiri dari 3
sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan
negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari
berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu
bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron
pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada
proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batu bara
mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan
"coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah
secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur,"
dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu
bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya
dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 —
telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil
pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue
gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena mereka men-
scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara.
2.4.2 NOx (Nitrogen Oxida)
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada kenyataannya
80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama
lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000
F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen
oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang
terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala
terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan
dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi
yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih banyak
bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan
oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran
kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-
ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged combustion" karena
batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah
dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari
separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX dari
flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus
yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini
lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
2.5 Cadangan Batu Bara Dunia
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/Us_coal_regions_1996.png/300px-
Us_coal_regions_1996.png
Daerah batu bara di Amerika Serikat
Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg atau 1 trilyun ton) total
batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini, diperkirakan
setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia adalah 290
zettajoules. Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt,[7] terdapat cukup batu bara untuk
menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.
British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064
juta ton cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun
(cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan terbukti, program bor
eksplorasi oleh perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus
memberikan cadangan baru.
Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika Serikat sekitar
1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion barrels of oil
equivalent).
Cadangan batu bara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton)
Negara
Bituminus (termasuk antrasit)
Sub-bituminus
Lignit
TOTAL
Amerika Serikat
115.891
101.021
33.082
249.994
Rusia
49.088
97.472
10.450
157.010
Tiongkok
62.200
33.700
18.600
114.500
India
82.396
2.000
84.396
Australia
42.550
1.840
37.700
82.090
Jerman
23.000
43.000
66.000
Afrika Selatan
49.520
49.520
Ukraina
16.274
15.946
1.933
34.153
Kazakhstan
31.000
3.000
34.000
Polandia
20.300
1.860
22.160
Serbia dan Montenegro
64
1.460
14.732
16.256
Brasil
11.929
11.929
Kolombia
6.267
381
6.648
Kanada
3.471
871
2.236
6.578
Ceko
2.114
3.414
150
5.678
Indonesia
790
1.430
3.150
5.370
Botswana
4.300
4.300
Uzbekistan
1.000
3.000
4.000
Turki
278
761
2.650
3.689
Yunani
2.874
2.874
Bulgaria
13
233
2.465
2.711
Pakistan
2.265
2.265
Iran
1.710
1.710
Britania Raya
1.000
500
1.500
Rumania
1
35
1.421
1.457
Thailand
1.268
1.268
Meksiko
860
300
51
1.211
Chili
31
1.150
1.181
Hongaria
80
1.017
1.097
Peru
960
100
1060
Kirgizstan
812
812
Jepang
773
773
Spanyol
200
400
60
660
Korea Utara
300
300
600
33
206
333
572
Zimbabwe
502
502
Belanda
497
497
Venezuela
479
479
Argentina
430
430
Filipina
232
100
332
Slovenia
40
235
275
Mozambik
212
212
Swaziland
208
208
Tanzania
200
200
Nigeria
21
169
190
Greenland
183
183
Slowakia
172
172
Vietnam
150
150
Republik Kongo
88
88
Korea Selatan
78
78
Niger
70
70
Afganistan
66
66
Aljazair
40
40
Kroasia
6
33
39
Portugal
3
33
36
Perancis
22
14
36
Italia
27
7
34
Austria
25
25
Ekuador
24
24
Mesir
22
22
Irlandia
14
14
Zambia
10
10
Malaysia
4
4
Republik Afrika Tengah
3
3
Myanmar
2
2
Malawi
2
2
Kaledonia Baru
2
2
Nepal
2
2
Bolivia
1
1
Norwegia
1
1
Taiwan
1
1
Swedia
1
1
Negara pengekspor batu bara utama
Pengekspor batu bara berdasarkan negara dan tahun
(dalam juta ton)[13]
Negara
2003
2004
Australia
238,1
247,6
Amerika Serikat
43,0
48,0
Afrika Selatan
78,7
74,9
Uni Soviet
41,0
55,7
Polandia
16,4
16,3
Kanada
27,7
28,8
Tiongkok
103,4
95,5
Amerika Selatan
57,8
65,9
Indonesia
200,8
131,4
Total
713,9
764,0
2.7 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara, dan hutan.
2.7.1 Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan
(Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
2.7.2 Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan batubara
ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan
terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut
mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka
tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
2.7.3 Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran batubara.
Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk
acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor
udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan, yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka
panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir
cacat.
2.7.4 Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan
pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan
adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini
juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi
daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan
rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
2.7.5 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan
tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan
mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
2.8 Usaha Mengurangi Dampak Pertambangan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pertambangan batubara adalah sebagai
berikut :
2.8.1 Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara mesti ada ketegasan
pemerintah daerah untuk menyetop dan menindak tegas setiap penguasaha aktivitas pertambangan
ilegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan terhadap dampak kerusakan lingkungan
dan sosial yang ditimbulkannya.
2.8.2 Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan sumber
daya alam tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan
adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga memudahkan untuk melakukan
monitoring terhadap pertambangan batubara yang ada.
2.8.3 Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus melakukan
penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang bulu dan transparan.
2.8.4 Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI – POLRI
2.8.5 Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua usaha
pertambangan batubara.
2.8.6 Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen untuk kelestarian
lingkungan hidup.
2.8.7 Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan perusahaan
pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
2.8.8 Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
2.8.9 Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan menjamin serta
memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak pemerintah harus mengawasi
jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benar-benar yakin kalau proses reklamasi berjalan
dengan baik dan menampakkan hasil.
2.8.10 Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga meminimalisasi
dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan dalam pertambangan batubara tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan bakar. Materi
pembentuk Batubara adalah Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Angiospermae. Kelas
dan Jenis batubara yaitu :
1. Antrasit
2. Bituminus
3. Sub bituminus
4. Lignit
5. Gambut
Pembentukan batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap malihan atau
geokimia. Sumber daya batubara di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di Kalimantan
Selatan yang cukup untuk pasokan energi beberapa tahun kedepan.
Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat menjadi gas batubara
yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan dengan memcahnya menjadi
bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam sbuah tangki besar.
Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion. Dampak
penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air, udara, tanah, hutan dan
laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di upayakan oleh pemerintah maupun pihak
perusahaan.
3.2 SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL, sehingga para
penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan semata. Diharap juga
pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar peraturan
penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi
yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko kecelakaan.
Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi lahan bekas
penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.
Manfaat Batubara
Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa didapatkan dengan sumber yang lebih
mudah. Selain itu ketersediaan batubara bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga
mendukung berbagai macam proyek industri dan juga ekonomi. Berikut ini adalah beberapa manfaat
batubara yang perlu kita ketahui.
1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik
Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit listrik di beberapa negara seperti
China, India, Australia, Jepang, Jerman dan beberapa negara lain. Batubara menjadi bahan bakar yang
dikonversikan ke dalam bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Batubara akan
dihancurkan dengan mesin penggiling dan berubah menjadi bubuk halus kemudian akan dibakar dalam
sebuah mesin dengan sistem ketel uap. Uap akan ditampung dalam sebuah tempat khusus dan
disalurkan ke turbin yang berisi kumparan magnet. Selanjutnya kumparan magnet yang bergerak cepat
akan menghasilkan listrik. Bahkan proses ini akan diulang sebanyak dua kali sehingga sangat hemat.
Tenaga listrik yang dihasilkan mencapai tegangan sekitar 400 ribu Volt.
2. Industri Produksi Baja
Sebuah industri yang menghasilkan baja bergantung sepenuhnya pada ketersediaan sumber batubara.
Baja memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan kita seperti berbagai macam perlengkapan
industri yang terbuat dari baja, produk kesehatan seperti perlengkapan kesehatan, peralatan pertanian,
model transportasi dan berbagai macam produk lain yang membutuhkan baja.
Produksi baja mentah banyak memakai metalurgi batubara dari bahan batubara kokas. Produksi baja
melibatkan karbon dan bahan besi. Karbon diperlukan untuk memanaskan bahan besi dan mengolahnya
menjadi baja. Karbon dari batubara menghasilkan panas tinggi sehingga mendukung produksi batubara.
Seperti halnya manfaat tembaga dan manfaat bauksit, pemanfaatan batu bara pada produksi baja juga
akan menimbulkan efek samping.
3. Bahan Bakar Cair
Batubara ternyata juga bisa dirubah dalam bentuk bahan bakar cair dan sangat efektif untuk
menggantikan bahan bakar minyak. Pada dasarnya pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair akan
merubah batubara bubuk atau bongkahan yang di larutkan dalam suhu tinggi. produk batubara cair dapat
dimurnikan dengan proses ulang dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak dengan kualitas yang lebih
baik dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari kilang minyak secara langsung. Negara yang sudah
memakai sistem ini adalah Afrika. Afrika bisa mengatasi kekurangan sumber minyak dengan
memanfaatkan batubara.
4. Industri Produksi Semen
Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama dalam produksi semen. Semen merupakan salah satu
material untuk pembuatan produk kontruksi seperti rumah, gedung atau produk lain. Semen terbuat dari
campuran antara kalsium karbonat, oksida besi, oksida aluminum dan silica. Batubara menjadi bahan
bakar untuk mengolah berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya menjadi semen. Batubara
terbukti bisa menghasilkan suhu tinggi hingga 1500 derajat Celcius.
5. Industri Produk Aluminum
Batubara menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminum. Bahan ini diperoleh sebagai hasil
sampingan dari proses oksidasi besi pada industri baja. Batubara mendukung proses pengolahan
oksidasi besi yang menghasilkan panas tinggi. Baja yang dihasilkan dari olahan besi akan dipisahkan
sesuai dengan kualitas. Dan selanjutnya produk yang tidak memiliki syarat baja tertentu akan diolah
kembali menjadi aluminum. Gas dan panas kokas dari batubara bisa memisahkan beberapa produk baja
sehingga bisa mendapatkan produk aluminum yang dipakai untuk berbagai industri seperti pertanian,
peralatan dapur, kontruksi dan berbagai industri lain.
6. Batubara Menghasilkan Produk Gas
Batubara yang masih berada dalam tanah ternyata juga bisa menghasilkan gas secara langsung. Proses
ini memakai sebuah teknologi canggih untuk mengambil gas yang dihasilkan oleh batubara murni.
selanjutnya produk gas yang dihasilkan akan diolah di tempat pertambangan dan bisa menjadi beberapa
produl seperti untuk bahan bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, produk gas hidrogen dan solar.
China, Australia, India, Jepang dan Indonesia menjadi negara yang menggunakan metode teknologi
perubahan gas batubara murni ke beberapa aplikasi industri.
7. Industri Pabrik Kertas
Batubara juga menjadi bahan bakar utama untuk menjalankan sebuah industri kertas. Kertas terbuat dari
komponen utama berupa sel serat dari kayu. Sel serat dari kayu hanya bisa didapatkan dari proses rumit
yang mampu memisahkan bagian serat dengan ukuran tertentu. Batubara menghasilkan panas yang
stabil dalam sebuah mesin pengolahan serat untuk industri bahan baku kertas. Jadi tanpa batubara
mungkin beberapa produk dari kertas tidak akan bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Industri Bahan Kimia
Batubara yang telah melewati berbagai macam proses bisa menghasilkan industri sampingan yang
ternyata berguna untuk kehidupan manusia. Hasil olahan batubara menjadi sumber energi bisa
menghasilkan produk bubuk batubara yang sangat halus dengan ukuran skala kecil. Produk sampingan
ini bisa digunakan untuk memproduksi beberapa bahan lain seperti cairan fenol dan benzena. Produk ini
penting untuk beberapa industri kimia.
9. Industri Farmasi
Batubara ternyata juga memiliki peran yang sangat penting dalam industri farmasi. Berbagai macam
produk kimia yang dihasilkan dari olahan sampingan batubara bisa menjadi bahan utama dalam produksi
obat-obatan. Berbagai macam bentuk bahan kimia telah melewati proses pemurnian dengan teknologi
canggih sehingga bisa dimanfaatkan menjadi obat-obatan. Industri ini telah melewati berbagai macam
sertifikasi sehingga sangat aman untuk mendukung produks farmasi.
10. Produksi Bahan Metanol
Metanol merupakan salah satu bahan bakar cair yang sangat penting untuk menggerakkan berbagai
macam industri. Hasil dari metanol sebenarnya didapatkan dari proses pemurnian batubara yang masih
berada dalam tanah menjadi gas. Hasil sampingan berupa zat cair tertentu kemudian akan dimurnikan
kembali hingga mampu membuat produk metanol.
11. Produksi Naftalen
Naftalen adalah sejenis bahan kimia cair khusus yang didapatkan dari hasil olahan batubara. Ini adalah
hasil kedua dari pengolahan batubara dalam bentuk bongkahan. Batubara yang telah dihancurkan akan
menghasilkan bahan sampingan berupa bubuk yang sangat halus. Kemudian bubuk ini akan dimurnikan
dengan proses ulang sehingga bisa menghasilkan produk naftalen.
12. Produksi Fenol
Fenol merupakan salah satu produk bahan bakar minyak yang didapatkan dari hasil pengolahan
batubara. Fenol dihasilkan dari tar batubara yang berbentuk bubuk halus. Berbagai macam industri kimia
memakai produk fenol untuk menjalankan industri mereka. Fenol mampu menghemat pemakaian
komposisi bahan kimia yang biasanya didapatkan dari minyak murni. Jadi hasil sampingan olahan
batubara sangat mendukung proses industri fenol dan industri bahan kimia lain.
13. Produksi Benzena
Benzena menjadi salah satu komponen bahan bakar cair yang sangat penting dalam menggerakkan
transportasi dunia. Benzena didapatkan dari hasil pengolahan ulang batubara yang bisa menghasilkan
bubuk halus. Pengolahan benzena biasanya akan didaur ulang dari batubara yang didapatkan dari
pertambangan atau pembangkit listrik.
14. Produksi Garam Amoniak
Garam amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara. Uap atau gas yang dikeluarkan
dari oven untuk menampung kokas menghasilkan garam amoniak. Produk ini penting untuk menjadi
bahan khusus dari beberapa industri kimia seperti pupuk pertanian atau produk bahan kimia lain. Jadi
uap pembakaran batubara sangat berperan untuk menghasilkan produk garam amoniak.
15. Produksi Asam Nitrat
Asam nitrat menjadi komponen bahan kimia dalam pengolahan produk industri bahan kimia. Asam nitrat
adalah hasil olahan sampingan lain yang didapatkan dari produk gas oven kokas batubara. Batubara
yang melewati proses pembakaran pada beberapa industri akan menghasilkan bahan kokas batubara.
Uang kokas inilah yang akan dirubah menjadi asam nitrat untuk industri kimia.
Baca juga : Manfaat asam sitrat
16. Produksi Produk Pupuk Pertanian
Produksi pupuk pertanian selalu membutuhkan gas khusus atau pembakaran khusus dari batubara.
Bahkan beberapa macam produk kimia yang digunakan untuk membuat pupuk pertanian adalah hasil
olahan sampingan dari sisa pembakaran batubara. Berbagai produk olahan sampingan akan dimurnikan
dengan perlengkapan khusus sehingga bisa membentuk produk atau bahan pembuatan pupuk kimia.
Beberapa zat penting seperti asam nitrat dan garam amoniak.
17. Komponen Bahan Sabun
Pabrik yang mengolah produk sabun juga membutuhkan bahan khusus yang didapatkan dari hasil olahan
sampingan batubara. Produk ini didapatkan dari hasil sampingan olahan batubara yang telah melewati
proses pembakaran, pemurnian hingga produk akhir. Proses ini memang tidak secara langsung
menghasilkan produk khusus komponen sabun. Beberapa produk ini juga penting untuk produksi
beberapa zat pelarut dan pengikat aroma pada produk sabun.
18. Komponen Produk Aspirin
Aspirin menjadi salah satu jenis produk farmasi yang sangat penting dalam dunia medis. Berbagai jenis
obat yang mengandung aspirin mampu meredakan rasa sakit dan meringankan berbagai keluhan
terhadap penyakit. Dalam proses pengolahan aspirin ternyata memerlukan beberapa komponen yang
didapatkan dari hasil pembakaran batubara. Proses pengolahan produk khusus ini biasanya dilakukan
oleh pabrik bahan kimia dan bukan oleh pabrik farmasi.
19. Produksi Zat Pelarut
Beberapa jenis zat pelarut memiliki peran yang penting dalam produksi bahan sabun, bahan kimia dan
farmasi. Zat pelarut ternyata juga didapatkan dari proses pengolahan batubara seperti proses gasifikasi
atau pengambilan gas secara langsung dari sumber batubara. Zat ini didapatkan dari uap khusus yang
dihasilkan dalam proses pengambilan gas. Zat pelarut yang digunakan dalam beberapa industri saat ini
ternyata hanya bisa didapatkan dari proses pengolahan batubara.
20. Produksi Zat Pewarna
Zat pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti garmen, bahan kimia dan pewarna
khusus untuk produk kimia ternyata juga didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Zat pewarna
didapatkan dari proses batubara yang telah digiling hingga menjadi bubuk berukuran kecil. Produk bubuk
ini akan diolah kembali dan dicampur dengan beberapa bahan pembuat warna khusus. Bubuk pewarna
yang digunakan oleh produksi zat pewarna sintetis dan didapatkan dari pengolahan batubara terbukti
memiliki tingkat keamanan dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan komponen lain.
21. Produksi Plastik
Batubara memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung industri plastik. Batubara menjadi bahan
khusus yang digunakan untuk pembakaran beberapa komponen biji plastik. Bahan bakar dari batubara
memiliki panas khusus sehingga sangat baik untuk mendukung produk dan kualitas plastik. Beberapa
pewarna untuk plastik juga didapatkan secara langsung dari produk olahan batubara.
22. Produksi Serat ( Bahan Rayon dan Nilon)
Produksi serat seperti rayon dan nilon memiliki peran yang sangat penting dalam industri plastik.
Batubara menghasilkan panas khusus pada yang bisa mendukung proses pengolahan biji plastik. Hasil
sampingan dari pengolahan ini bisa membentuk serat khusus yang didapatkan dari limbah plastik.
Selanjutnya serat akan diolah menjadi rayon dan nilon yang banyak digunakan dalam industri produk
kemasan plastik.
23. Produksi Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan produk yang didapatkan dari sisa hasil pembakaran batubara dalam industri
pembangkit listrik, produk pembakaran untuk menjalankan industri dan sisa bahan bakar batubara.
Karbon aktif yang dihasilkan dalam pengolahan ini berguna untuk mendukung sistem kerja filter yang
digunakan pada mesin pengolah kualitas udara dan juga mesin untuk cuci darah.
24. Produksi Bahan Pengeras
Produksi bahan pengeras seperti jenis baja ringan dan aluminum dihasilkan dari pembakaran baja oleh
tenaga batubara. Panas yang dihasilkan oleh batubara mampu membuat produk baja akan terpisah
sesuai dengan kualitas kekerasan. Setelah itu hasil sampingan dari bahan baja akan diolah dengan
batubara untuk menghasilkan baja ringan dan aluminum. Sehingga produk pengeras ini berperan penting
untuk industri kontruksi alat transportasi dan olahraga lain.
25. Produksi Logam Silikon
Pernahkah Anda mendengar logam silikon. Logam silikon merupakan salah satu hasil sampingan dari
pengolahan baja oleh batubara. Produk ini bisa menghasilkan beberapa jenis komponen yang berperan
untuk mendukung industri produksi bahan bakar cair seperti pelumas mesin, resin dan berbagai macam
produk kosmetik. Proses pengolahan silikon untuk membuat produk tertentu harus diolah dengan proses
pemurnian sehingga tidak bisa digunakan secara langsung.
26. Batubara Mendukung Ekonomi Negara
Negara yang memiliki sumber melimpah batubara akan menerima keuntungan dan berpotensi untuk
meningkatkan nilai ekonomi. Batubara bisa menjadi komoditi ekspor untuk negara yang tidak memiliki
sumber batubara. Secara umum hasil dari kerjasama batubara bisa meningkatkan penghasilan negara
melalui penerimaan pajak dan biaya pengiriman. Sehingga batubara akan meningkatkan kerjasama
antarnegara dan mendukung proses regenerasi bahan bakar minyak dunia.
27. Batubara Meningkatkan Ekonomi Rakyat
Batubara membutuhkan proses pengolahan yang sangat panjang dengan rantai produksi khusus.
Dengan cara ini batubara akan membutuhkan tenaga kerja dari berbagai bidang ilmu. Jadi, batubara
akan meningkatkan penghasilan masyarakat karena bisa mendukung menciptakan lapangan kerja dan
beberapa pendukung ekonomi lain.
28. Batubara Membuka Daerah Terisolasi
Penemuan batubara biasanya didapatkan di kawasan yang masih tertutup. Kawasan ini memang
memiliki penduduk yang tinggal di tempat tersebut. Pengolahan batubara bisa mendukung pembukaan
wilayah terisolasi sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebuah pertambangan di
kawasan pedalaman akan mendukung pembukaan wilayah dengan beberapa dukungan seperti jalan
raya, fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan dan berbagai fasilitas lain.
MANFAAT BATUBARA
Sampai saat ini batubara ditambang di berbagai belahan dunia karena merupakan
sumber energi . Berbagai industri menggunakan batubara untuk kebutuhan energi mereka.
Meskipun banyak kekhawatiran mengenai keselamatan para penambang dan efeknya pada
lingkungan, pertambangan batubara terus tumbuh hingga hari ini. Berikut adalah berbagai
keuntungan yang ditawarkan oleh pertambangan batu bara :
1. Pertambangan batubara menyediakan ketersediaan energi
Batubara dianggap sebagai salah satu dari banyak mineral yang melimpah di dunia. Karena
kelimpahan, banyak negara dan / atau industri bergantung pada batubara untuk kebutuhan
energi mereka. Batubara dapat ditemukan di berbagai bagian AS dan di negara lain
membuatnya tersedia untuk dikonsumsi. Hal ini berbeda dengan ketersediaan sumber energi
lain seperti minyak atau gas alam.
2. Batubara menyediakan kemudahan penggunaan
Ini adalah salah satu keuntungan terbesar batubara dibandingkan sumber energi lainnya.
Setelah pertambangan batubara, hanya satu yang secara harfiah membakar untuk dapat
memanfaatkannya. Sumber energi lain harus diproses atau melalui beberapa tahapan
persiapan dan perbaikan sebelum itu dapat berguna untuk orang. Minyak, misalnya perlu
diproses dan disempurnakan sebelum dapat mencapai tujuannya. Dan karena batubara juga
menyediakan kemudahan penyimpanan, dapat langsung digunakan ketika itu menjadi
kebutuhan.
3. Batubara menyediakan sumber energi yang murah
Bila dibandingkan dengan sumber energi lainnya, batubara dianggap yang termurah. Itu
sebabnya mengapa beberapa negara mengandalkan batubara meskipun ada beberapa efek
terhadap lingkungan. Energi merupakan syarat utama dalam hampir di setiap negara karna apa
pun yang muncul lebih murah selalu diharapkan. Penduduk bumi semakin besar dari hari ke
hari dan dengan kelangkaan dan biaya sumber energi lainnya, banyak negara telah mendukung
pertambangan batubara menjadi produsen energi utama mereka. Hal ini juga menyatakan
bahwa seluruh industri produksi batubara lebih banyak membuat lapangan pekerjaan dari
pertambangan hingga perdagangan dan distribusi. Semua ini akan menerjemahkan manfaat
dari batubara tidak hanya untuk pengguna akhir maupun masyarakat tetapi juga untuk seluruh
negeri.
Masyarakat modern membutuhkan energi listrik untuk berbagai
keperluan seperti kebutuhan konsumsi rumah tangga, penerangan umum, penggerak
sarana transportasi, penggerak mesin-mesin industri, dan lain sebagainya. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka di bangunlah pusat-pusat pembangkit listrik
berkapasitas tinggi.
Dari beberapa pembangkit listrik yang eroperasi di permukaan bumi, PLTU berbahan
bakar batubara masih merupakan system pembangkit yang paling banyak dioperasikan dimuka
bumi karena mampu memproduksi listrik dengan biaya yang paling murah. Biaya operasi PLTU
batubara kurang lebih 30% lebih rendah dibandingkan dengan sistem pembangkit listrik lainnya
yang saat ini beroperasional. Cepatnya proses industrialisasi dalam berbagai sektor dimuka
bumi yang juga telah meningkatkan jumlah konsumsi bahan bakar fosil ini. Berkaitan dengan
masalah ini, batubara merupakan salah satu sumber energi andalan yang utama yang
merupakan penyelamat dalam memenuhi dalam memenuhi kebutuhan energy listrik hingga
beberapa dekade mendatang
Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar atau sumber energi yang sangat berharga.
Berdasarkan cara penggunaannya, energi yang dihasilkan oleh batubara dapat di klasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1. Penghasil energi primer apabila batubara di gunakan dalam industri, misalnyal sebagai bahan
bakar industri semen, pembakaran batu kapur, penggerak lokomotif, kapal dan lain sebagainya.
2. Penghasil energi sekunder apabila energi yang terkandung dalam betubara dikonfersikan
menjadi energ dalam bentuk lain, misal dibakar dalam PLTU untuk menghasilkan energ listrik,
diubah menjadi bahan bakar cair untuk kendaraan bermotor dan sebagainya (Gambar 4.1).
Gambar 4.1 Proses Batubara Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik
Masyarakat memakai batubara baik untuk keperluan pembangkit listrik tenaga uap,
bahan bakar industry semen, briket batubara dan yang lain sebagainya, menyadari bahwa
pemanfaatan betubara mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1. Adanya penekanan biaya karena harga persatuan energy yang di hasilkan batubara lebih
murah di bandingkan dengan bahan bakar lainnya.
2. Persediaan batubara tersebar di seluruh dunia dan umumnya Negara-negara industry memiliki
sumber daya alam tersebut.
3. Diantara bahan bakar hidrokarbon, batubara mempunyai persediaan yang paling melimpah di
dunia, dan masih dapat di andalkan sebagai sumber energy hingga memasuki abad ke-22
nanti.
4. Teknologi ntuk penambangan dapat di timbun dan dapat di distribusikan ke berbagai tempat
dengan cara yang cukup mudah dan aman.
Batubara juga bisa dijadikan alternatif dalam industri rumah tangga. Batu bara bisa
dijadikan alternatif untuk menggantikan Minyak Tanah yang harganya melonjak (Tabel 4.1).
Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara dengan sedikit campuran
seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan
Minyak Tanah sepeti untuk : Pengolahan Makanan, Pengeringan, Pembakaran dan
Pemanasan. Bahan baku utama Briket Batubara adalah Batubara yang sumbernya berlimpah di
Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi
pembuatan Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun
pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan Briket
Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak
Tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih
memilih Minyak Tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per
1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang
lebih murah seperti Briket Batubara (Tabel 4.2).
Keunggulan Briket Batubara adalah lebih murah, panas yang tinggi dan kontinyu
sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama, tidak beresiko meledak/terbakar, tidak
mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga dan sumber Batubara berlimpah. Namun
demikian Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu 5 – 10
menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal, Briket
Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu diatas 2 jam.
Parameter Minyak Tanah Briket
Nilai Kalori 9.000 kkal/ltr 5.400 kkal/kg
Ekivalen 1 ltr 1,60 kg
Biaya Rp. 2.800 Rp. 1.300
Tabel 4.1 Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket
Penggunaan Minyak Tanah Briket PenghematanRumah tangga3 ltr/hari
Rp. 9000/hari Rp. 5400/hari Rp. 3600/hari
Warung Makan10 ltr/hari
Rp. 30.000/hari Rp. 18.000/hari Rp. 12.000/hari
Industri Kecil25 ltr/hari
Rp. 75.000/hari 45.000/hari Rp. 30.000/hari
Industri Menengah1000 ltr/hari
Rp. 2.000.000/hari Rp. 1.502.450/hari Rp. 497.550/hari
Tabel 4.2 Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket
Dengan adanya batubara juga dapat mendukung perkembangan ekonomi, antara lain:
1. Pekerja yang sebelumnya harus mengumpulkan bahan bakar dapat bebas melakukan kegiatan
yang lebih produktif seperti dalam industri pertanian dan pabrik. Kegiatan tersebut
meningkatkan pendapatan rumah tangga, pasokan tenaga kerja dan kapasitas produksi dari
perkembangan ekonomi.
2. Pengumpulan bio massa yang intensif untuk bahan bakar konsumsi rumah tangga dalam
banyak hal menurunkan produktivitas lahan pertanian – melalui penggundulan (dengan
memotong pohon pohon) atau melalui penghilangan lahan subur (dengan mengumpulkan
kotoran hewan).
3. Pembakaran yang tidak efisien dari bahan bakar non konvensional, terutama dari dalam rumah
yang tidak memiliki cerobong asap, dapat menimbulkan komplikasi kesehatan. Membuat rumah
tangga menggunakan sumber daya energi moderen akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas.
4. Pengadaan listrik untuk rumah tangga berguna untuk penggunaan alat-alat modern – seperti
mesin cuci – dan penerangan yang akan meningkatkan produktivitas industri kecil dan waktu
senggang