batu saluran kemih bedah urologi, dadadadadadadasdfsdfsdfsdfsd
DESCRIPTION
dadadadadadafwrgwrherhetregsvsdsfsfsfsfsdffsfsfefsfdfvsvTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia dan zaman Mesir kuno.
Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi.
Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara
berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi
dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran
kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi
disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna 1.
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah
pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum
dapat ditetapkan secara pasti. Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan
peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto
Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada
tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu
ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total mencakup
86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan operasi terbuka).1
Dengan perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang
tersedia untuk pasien, namun pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas dalam
ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah.7
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. 7
1
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu buli-
buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesiumamonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat
dan senyawa lainnya. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu
staghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau
disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease.1
2
BAB II
STATUS PASIEN
ANAMNESIS (auto-anamnesis) tanggal 24 Maret 2013
I. Identitas
a. Nama : Tn. S
b. No. Rekam Medik : 00758260
c. Tempat/tgl lahir : Jakarta, 15 Juni 1978
d. Umur : 33 tahun 2 bulan
e. Jenis kelamin : Laki – laki
f. Alamat : Jl. Lebak indah raya, cilandak, Jakarta selatan.
g. Status : Kawin
h. Pekerjaan : Pegawai swasta
i. Pendidikan : Tamat akademi/universitas
j. Agama : Islam
k. Tanggal masuk RS : 14 Maret 2013
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri berulang sejak 6 hari
SMRS.
b. Keluhan tambahan
Mual, muntah, tidak bisa BAK.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 6 hari SMRS.
Nyeri dirasa kan terus menerus. Selain itu nyeri juga dirasa menjalar sampai ke
kemaluan. Nyeri tidak dipengaruhi oleh posisi. pasien juga mengeluh mual dan
muntah, muntah isi makanan, mual dan muntah timbul tiap kali nyeri. Pasien
sempat pergi beberapa kali ke IGD RS terdekat untuk mendapatkan pengobatan,
3
pasien mendapatkan antinyeri, dan keluhan dirasakan membaik, setelah itu pasien
kembali pulang ke rumah.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasein mengeluh tidak bisa buang
air kecil, Nyeri saat BAK disangkal. Riwayat BAK berwarna kemerahan juga
disangkal. dan tidak ada riwayat keluar batu saat BAK. Demam dan nyeri di
tempat lain disangkal.
Pasien sudah mulai merasakan nyeri pada pinggang kiri sejak tahun 2010.
Namun nyeri timbul hanya sesekali sehingga pasien tidak terlalu merasa
terganggu. pasien rutin meminum jamu untuk nyeri pinggangnya dan asam
uratnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat asam urat tinggi. Riwayat batu saluran kemih,
penyakit ginjal, darah tinggi, kencing manis, hepatitis, asma, asam urat disangkal.
Riwayat alergi obat-obatan tidak ada.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada pada keluarganya dengan gejala yang sama.
Pasien juga mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat alergi, asthma, kelainan
jantung pada keluarga, kencing manis, darah tinggi.
f. Riwayat kebiasaan
Pasien adalah seorang pegawai administrasi, bsehari-hari lebih banyak
duduk, dan pasien mengaku jarang minum air putih. Pasien juga mengatakan
sering mengkonsumsi jamu untuk nyeri pinggang dan asam uratnya. Pasien tidak
merokok ataupun mengkonsumsi alkohol.
g. Riwayat trauma
Tidak terdapat riwayat trauma pada pasien ini
III. PEMERIKSAAN FISIK
4
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Gizi cukup
Sikap : Kooperatif
Tanda vital
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 72 kali / menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 18 kali / menit
Suhu tubuh : 36.5 oC
Kepala : normochepali
Rambut : warna hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL
+/ +
Telinga : normotia, serumen (+)
Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-
Mulut : oral hygiene baik, faring tidak hiperemis
Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba membesar
Paru :
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler di kedua lapang paru, rhonki -/-,
wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
5
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
jantung
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, supel
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defence muscular (-), hepar
dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)
b. Status Urologi
Sudut costo vertebra
Inspeksi : benjolan (-/-), memar (-/-), jejas (-/-)
Palpasi : benjolan (-/-), nyeri (-/+), Ballottement (-/+)
Perkusi : nyeri ketok (-/+)
Supra simpisis
Inspeksi : benjolan (-), jejas (-), skar operasi (-)
Palpasi : benjolan (-), massa (-), nyeri (-)
buli-buli tidak penuh
Genitalia eksterna : merah (-), bengkak (-), nyeri (-), sekret (-) tanda radang
(-), OUE letak normal
III. Peeriksaan penunjang
a. Laboratorium = tanggal 16 Maret 2013
6
7
Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 14,4 g/dL 13.2 - 17.3
Hematokrit 43 % 33.0 - 45.0
Leukosit 14 Ribu/ųL 5.0 - 10.0
Trombosit 276 Ribu/ųL 150 - 440
Eritrosit 4.67 Juta/ ųL 4.40 - 5.90
VER/HER/KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
91.5
30.9
33.8
12.4
Fl
Pg
g/dl
%
80.0 - 100
20.0 - 34.0
32.0 - 36.0
11.5 - 14.5
Masa perdarahan 1.5 Menit 1-3
Masa pembekuan 4.5 Menit 2-6
KIMIA KLINIK
FUNGSI GINJAL
Asam urat darah
Ureum darah
Kreatinin darah
9.6
107
10.4
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
<7
20-40
0.6-1.5
DIABETES
Glukosa darah puasa 70 Mg/dl 80-100
LEMAK
Trigliserida
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
154
187
39
117
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
<150
<200
28-63
<130
b. Foto thoraks (18 Maret 2013)
Foto thoraks: cor dan pulmo dalam batas normal
c. BNO (18 Maret 2013)
8
Preperitoneal fat line kanan kiri baik
Psoas line simetris, kontour kedua ginjal sebagian tertutup bayangan udara usus.
Tampak bayangan radioopak pada hemiabdomen setinggi paravertebral L2-3
berukuran 0,39x0,46cm proyeksi ureter kiri.
Tampak pula bayangan radioopak di hemiabdomen kiri setinggi paravertebrae L3-
4 berukuran 0,96x0,53 cm proyeksi ureter kiri.
Distribusi udara usus merata mencapai pelvis minor
Tidak dilatasi maupun penebalan dinding usus
Tulang-tulang kesan intak
Kesan:
- Multiple batu ureter kiri
d. USG
9
Hepar: ukuran dan bentuk normal. Permukaan regulartepi tajam. Echostruktur
parenkim homogen hiperechoic. System bilier tak melebar. V porta dan V
hepatica baik. Tidak ada SOL.
Kantung empedu: ukuran dan bentuk normal. Dinding agak menebal. Tak ada
sludge atau batu.
Pancreas: besar dan bentuk normal. Echostruktur homogen.
Lien: ukuran dan bentuk normal. Homogeny. Tak ada SOL.
Ginjal kanan: ukuran agak membesar dan bentuk normal. Echostruktur
hipoechoic. Korteks dan sinus ginjal baik. Sistem pelviokalises melebar. Tetapi
tak tampak batu. Ureter roximal melebar.
Ginjal kiri: ukuran agak membesar dan bentuk normal. Echostruktur hipoechoic.
Korteks dan sinus ginjal baik. Sistem pelviokalises melebar. Tetapi tak tampak
batu. Ureter roximal melebar.
Buli-buli: distensi dan bentuk normal.dinding rata/regular. Tak ada batu. Tampak
balon kateter intrabuli. Prostat dengan ukuran3,86x4,1x4,58cm volume 33cc.
Echostruktur prostat hiperechoic. Curiga batu ukuran 1,33 cm di dasar buli.
Aorta: caliber normal. Tak tampak pembesaran kgb paraaorta
Kesan: hidronephrosis dan acute renal disease bilateral ec?? (tak tampak batu
ginjal, masih mungkin batu ureter distal)
Fatty liver dan vesicolithiasis
Tak tampak kelainan organ intraabdomen lain.
10
11
IV. Diagnosis Kerja
Ureterolithiasis sinistra
Vesicolithiasis
V. Resume Kasus
Pada anamnesis didapatkan:
Nyeri pinggang kiri sejak 6 hari SMRS. Nyeri terus menerus, menjalar
sampai ke kemaluan. Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Dua hari SMRS,
pasien mengeluh tidak bisa buang air kecil,
Pekerjaan sehari-hari lebih banyak duduk, dan pasien mengaku jarang
minum air putih. Pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi jamu untuk nyeri
pinggang dan asam uratnya. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi
alkohol.
Pemeriksaan fisik yang menunjang: (pre-op tgl. 24 April 2013)
- Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang
- Status generalis: dalam batas normal
- Status urologis
12
Costo-vertebrae angle / CVA
Inspeksi : tidak tampak adanya massa
Palpasi : Ballotement (-/+)
Nyeri ketuk : ( - / + )
Suprasimfisis
Inspeksi : tidak tampak adanya massa
Palpasi : nyeri tekan ( - )
Perkusi : nyeri ketuk ( - )
Pemeriksaan penunjang yang menunjang
- Laboratorium darah
Leukosit 14.000 /ųL
Ureum 107 mg/dl
Creatinin 10,4 mg/dl
Asam urat 9,6 mg/dl
Urinalisa : lekosit 1+, darah 3+
Sedimen urine : lekosit 10-15, eritrosit 15-20
- Foto polos BNO
Kesan: Multiple batu ureter
- USG:
Kesan: hidronephrosis dan acute renal diseasebilateral ec?? (tak tampak
batu ginjal, masih mungkin batu ureter distal)
Fatty liver dan vesicolithiasis
Tak tampak kelainan organ intraabdomen lain.
VI. Penatalaksanaan
a. Stabilisasi tanda vital dan keadaan umum
b. Medikamentosa: ceftriaxone 2x1 gram
Ranitidine 2x1 amp
Lasix 2x1 amp
13
Ketorolac 2x30 mg
c. ESWL
d. Persiapan operasi litotripsi + RPG kanan
VII. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Traktus Urinarius(1)
2.1.1 Ren (Ginjal)
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah
tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11
atau iga 12.Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2
(kirakira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan
vertebra L3. Ren dextra terletak lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar. Bila diafragma berkontraksi pada waktu respirasi, kedua ren turun
kearah vertical sampai sejauh 1 inch (2,5 cm). pada kedua margo medialis ren yang cekung,
terdapat celah vertical yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan
disebut hilum renale. Hilum renale meluas kedalam suatu ruang yang disebut sinus renalis.
Hilum renale di lalui, dari depan ke belakang, oleh vena renalis, dua cabang arteri renalis,
ureter, dan cabang ketiga arteri renalis. Pembuluh-pembeluh limfatik dan serabut-serabut
simpatis juga melalui hilum ini.
Kedua ren berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa metabolisme. Ren
mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam-basa darah. Produk sisa meninggalkan ren sebagai
urin yang mengalir kebawah di dalam ureter menuju ke vesica urinaria yang terletak di
dalam pelvis. Urin keluar dari tubuh melalui uretra.
Ren mempunyai selubung sebagai berikut:
Capsula fibrosa: meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.
Capsula adipose: meliputi capsula fibrosa.
Fascia renalis: merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.
15
Corpus adiposum pararenale: terletak diluar fascia renalis dan sering didapatkan dalam
jumlah yang besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak
retroperitoneal.
Capsula adipose, fascia renalis, dan corpus adiposum pararenale menyokong dan
memfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.
Masing-masing ren mempunyai korteks renalis di bagian luar, yang berwarna
coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang
dibandingkan cortex. Medulla renalis terdiri dari kira-kira selusin pyramides renales yang
masing-masing mempunyai basis yang menghadap ke cortex renalis, dan apex yaitu
papilla renalis yang menonjol ke medial. Bagian cortex yang menonjol ke medulla
diantara pyramides yang berdekatan disebut columnae renalis. Bagian bergaris-garis yang
membentang dari basis pyramides renales sampai ke cortex disebut radii medullares.
Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilum renale, berisis pelebaran diatas ureter,
yang disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices renales
majors yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minors.
Setiap calyx minor di invaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papilla renalis.
16
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal coronal section
Perdarahan
Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II, masing-masing
arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima arteriae segmentales, arteri ini
memperdarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal
dari arteria segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum
masuk substansia renalis, setiap arteria lobaris mempercabangakn dua atau tiga arteriae
interlobares. Arteri ini berjalan menuju cortex diantara pyramides renales. Arteriae
arcuate mempercabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas diatas
cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteriae interlobulares.
Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan
darah ke vena cava inferior.
Persyarafan
Serabut Plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus
renalis mesuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11, dan 12.
2.1.2 Ureter
Kedua ureter merupakan saluran muscular yang terbentang dari ren ke facies
posterior vesica urinaria. Urin didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltic tunica
muscularis, dibantu oleh tekanan filtrasi glomeruli.
Setiap ureter mempunyai panjang sekitar 10 inch (25 cm) dan menyerupai
oesophagus (panjang oesophagus 10 inch). Pelvis renalis berbentuk corong dan
merupakan ujung atas ureter yang melebar. Pelvis renalis terletak di dalam hilum renale
dan menerima calices renales majors. Ureter keluar dari hilum renale dan berjalan
vertical ke bawah di belakang peritoneum parietale (melekat padanya) pada musculus
psoas major, yang memisahkan ureter dari ujung processus transverses vertebra
lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan menyilang bifurcation arteria iliaca communis
di depan articulation sacroiliaca. Ureter kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral
pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan bereblok ke depan untuk masuk ke angulus
17
lateralis vesica urinaria. Dekat bagian terminal, ureter disilang oleh ductus deferens.
Ueretr berjalan miring menembus dinding vesica urinaria sekitar ¾ inch (1,9 cm)
sebelum bermuara kedalam vesica urinaria.
Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya: 1. Ditempat pelvis
renalis berhubungan dengan ureter, 2. Di tempat ureter melengkung pada waktu
menyilang aprtura pelvis superior untuk masuk kedalam pelvis dan 3. Di tempat ureter
menembus dinding vesica urinaria.
Gambar 2.2 Anatomi Traktus Urinarius
Perdarahan
Arteri yang memperdarahi ureter adalah sebagai berikut: 1. Ujung atas oleh arteria
renalis 2. Bagian tengah oleh arteria testicularis aatau arteria ovarica dan 3. Di dalam
pelvis oleh arteriavesicalis superior. Darah vena dialirkan ke dalam venae yang sesuai
dengan arteriae.
18
Persyarafan
Pleksus renalis, testicularis. Dan plexus hypogastricus (di dalam pelvis). Serabut-
serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis dan masuk medulla spinalis
setinggi segmen lumbalis I dan II.
2.1.3 Vesica Urinaria
Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica
urinaria cukup baik untuk menyimpan urin dan pada orang dewasa kapasitas
maksimum kurang lebih 500 ml. vesica urinaria memiliki dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin didalamnya.
Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah
vacies superior serta dua buah facies inferolateralis, juga mempunyai collum.
Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphisis
pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale
medianum.
Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk
segitiga, sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior
merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies
posterior vesicae dan memisahkan vesicular seminalis satu dengan yang lain. Bagian
atas facies posterior vesicae diliputi oleh peritoneum, yang membentuk dinding anterior
excavation rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh
ductus deferens, vesicular seminalis, dan vascia rectovesicalis.
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung
ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum
melipat ke dinding lateral pelvis.
Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies superiornya
membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang
meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica
urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.
19
Facies interolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak
retropubica dan pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan
musculus obturatorius internus dan dibawah dengan musculus levator ani.
Gambar 2.3 Anatomi vesica urinaria
Perdarahan
Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna.
Vena membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus
venosus prostaticus, dan bermuara ke vena iliaka interna.
Persyarafan
Persyarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut
pascaganglionik simpatis berasal berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu
berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus
20
2.2. Batu Saluran Kemih
2.2.1. Epidemiologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir
kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang
mumi yang diperkirakan sudah berumur sekitar 7000 tahun.
Berdasarkan perbandingan data penyakit saluran kemih di berbagai negara, dapat
disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran kemih
bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang,
insiden batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah
maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat
banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku
bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa bantu di
afrika Selatan.
Pada abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita penderita batu
kandung kemih yang ditemukan pada anak di berbagai negara di negara Eropa. Batu seperti
ini sejak abad ke-18 menghilang sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan di Eropa, di
negara berkembang, penyakit batu kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat
ini, misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara
endemik, penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena
terbentuk langsung di dalam kandung kemih tanpa sebab yang jelas.
Batu kandung kemih dapat juga terbetuk pada usia lanjut yang di sebut batu sekunder
karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hiperplasia
prostat.
2.2.2. Etiologi
A. Idiopatik
B. Gangguan aliran air kemih
1. Fimosis
2. Striktur meatus
21
3. Hipertrofi prostat
4. Refluks vesiko-uretral
5. Ureterokele
6. Konstriksi hubungan ureteropelvik
C. Gangguan metabolisme
1. Hiperparatiroidisme
2. Hiperurisemia
3. Hiperkalsiuria
D. Dehidrasi
Kurang minum, suhu lingkungan tinggi
E. Benda asing
Fragmen kateter, telur sistosoma
F. Jaringan mati (nekrosis papil)
G. Mutifaktor
H. Penderita multitrauma.1
2.2.3. Teori Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih
Teori pembentukan inti. Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu berasal
dari kristal atau benda asing yang berada dalam urin yang pekat. Teori ini ditentang oleh
beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa batu tidak selalu terbentuk pada pasien
dengan hiperekresi atau mereka dengan resiko dehidrasi. Tambahan, banyak penderita
batu dimana koleksi urin 24jam secara komplit normal. Teori inti matrik : Pembentukan
batu saluran kemih membutuhkan adanya substansi organic sebagai pembentuk inti.
Substansi organic terutama muko protein A mukopolisakarida yang akan mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.(2)
Teori supersaturasi : peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu
dalam urin seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah terbentuknya
batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan kekuatan ion. (2)
22
Teori presipitasi-kristalisasi : Perobahan pH urin akan mempengaruhi
solubilitas subst ansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin,
asam urat, sedang didalam urin yang basa akan mengendap garam-garam fosfat. (2)
Teori berkurangnya faktor penghambat : Mengatakan bahwa tidak adanya
atau berkurangnya substansi penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida,
pirofosfat, polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah
pembentukan batu urin. Teori ini tidaklah benar secara absolut karena banyak orang yang
kekurangan zat penghambat tak pernah menderita batu, dan sebalinya mereka yang
memiliki faktor pengahmbat berlimopah membentuk batu.(2)
Teori lain adalah : Berkurangnya volume urin : Kekurangan cairan akan
menyebabkan peningkatan kosentrasi zat terlarut (missal; kalsium, natrium, oksalat dan
protein) yang mana ini dapat menimbulkan pembentukan Kristal diurin).(4)
Sebagai contoh, beberapa pasien dengan batu asam urat dan urikosuria, mungkin
disebabkan makan protein yang berlebihan, yang mana ini akan mendasari terjadi
gangguan metabolisme asam urat (misalnya, gout, kelainan mieloproliferatif), atau juga
karena penggunaan obat -obat urikosurik. Pada pasien lain dengan batu asam urat dapat
terjadi tanpa disertai hiperurikosuria dan hiperurikemia, tetapi ekresi asam urat menetap
diurine namun kelarutan asam urat sangat terbatas. Keadaan ini disebabkan karena
penderita tersebut selalu mengeluarkan urine asam dimana ini akan mempermudah
presipitasi asam urat.(2)
Kenaikan produksi asam urat (pada Goutprimer) akan mengakibatkan
hiperukosuria dan hiperurikemia dan ini akan mempermudah terjadinya batu asam urat.
Bila pH urine selalu dibawah 5,3 maka kadar asam urat dalam urine normal saja sudah
dapat membentuk batu asam urat, ini disebabkan karena: (2)
Gangguan produksi ammonia dalam ginjal yang sifatnya idiopatik
Diet banyak protein hewani yang banyak mengandung asam
Pada pengobatan pasien dengan bahan sitotoksik dengan kelainan
mieloproliferatif bisa terjadi penumpukan asam urat kristaluria di tubulus renal sehingga
dapat menyebabkan terbentuknya batu asam urat. Selain faktor diatas, faktor lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan batu asam urat adalah kencing yang sedikit atau
kurang minum.(2)
23
Pasien dengan gout sering dijumpai 3 macam tipe batu ginjal yaitu :
Batu asam urat
Batu kalsium oksalat
Campuran urat dan kalsium oksalat
Batu kalsium oksalat adalah batu yang lebih umum dijumpai pada pasien
penderita gouty nephoropathy dari pada populasi normal, sedangkan hiperurikosuria
sering terlihat pada pasien dengan batu kalsium oksalat ginjal. Hal ini dapat diterangkan
sebagai berikut :
Pertama, asam urat diurin dapat sebagai nidus untuk deposisi dan perkembangan
dari kristal kalsium oksalat dan kedua, asam urat dapat berinteraksi atau bercampur
dengan inhibitor kalsium dengan demikian menyebabkan pembentukan batu kalsium.(4)
Batu tripel fosfat selalu dihubungkan dengan infeksi saluran kemih yang
disebabkan bakteri pemecah urea seperti ; proteus sp, Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp.
yang akan menghasilkan urin yang alkali, dan menyebabkan kelarutan dari bau struvit
dan kalsium fosfat ,menjadi berkurang.(13) Bakteri ini memproduksi urease, suatu enzim
yang memecah urea menjadi amoniak dan C02.
Kemudian NH3 dihidrolisa menjadi NH4+ yang akan menaikan pH, biasanya 8
sampai 9 dan C02 menjadi H2C03 dan disosaisi menjadi C032- yang membentuk presipitat
dengan Ca menjadi CaC03. Kemudian NH4+ membentuk presipitasi dengan P04
3- dan
Mg2+ membentuk garam triple MgNH4P04 (batu truvit). Batu struvit tidak terbentuk bila
tidak ada infeksi, karena konsentrasi NH4+ rendah diurin. Infeksi Proteus sp. kronik dapat
karena gangguan aliran air kemih, pemakaian instrumen dan bedah urologik, dan
terutama dengan pengobatan denganantibiotik jangka panjang, dapat menyokong
kedominana Proteus di traktus urinarius.(10)
Batu Sistin akan berkembang pada pasien dimana terdapat ekresi berlebihan dari
asam amino yang tidak larut di urin atau karena tidak sanggupnya tubulus mereabsorbsi
sistin ornitin, arginin danlisin dari filtrat glomerrulus sehingga sistin cendrung
membentuk presipitasi di saluran kemih untuk membentuk batu. (4) Batu ini terjadi akibat
kelainan metabolic yang tidak umum dan diturunkan secara resesif autosomal.(8)
Patogenessis dari batu kalsium oksalat lebih komplek. Kejenuhan yang sangat
dari urin akan kalsium oksalat sebagian berhubungan dengan peningkatan kalsium urin
24
dan ini merupakan faktor yang penting. Ditemukan hampir 15% pasien dengan batu
tunggal dan 27% dengan batu multiple mempunyai peningkatan ekskresi kalsium urin(2)
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah diperlihatkan bahwa ekskresi oksalat urin
lebih tinggi dari normal pada penderita batu kalsium okasalat. Meskipun peningkatan ini
hanya 20% tapi penting karena perobahan yang sedikit berpengaruh besar terhadap
derajad kejenuhan kalsium oksalat pada tingkat yang lebih luas dari pada perobahan
konsentrasi kalsium urin yang sangat besar. Peningkatan ekskresi dari oksalat urin bukan
karena diet tinggi atau produksi endogen yang banyak, tapilebih disebabkan hiper
absorbsi kalsium. Kalsium instestin akan berkaitan dengan dengan oksalat menjadi
bentuk yang sukar larut dan absorbsinya menjadi jelek. Jika kandungan kalsium instestin
berkurang (misalnya kalsium diet banyak yang diserap atau masukan kalsiumdiet
berkurang), lebih banyak oksalat diet yang diserap dan dieksresikan di urin. Pengeluaran
kalsium diurin secara normal merupakan refleksi dari pemasukan (mis.susu) yang akan
menyebabkan hiperkalsium. Hiperkalsiuria ini juga terjadi ada keadaan peningkatan
kalsium serum, misalnya karena hiperparatiroid dan juga bisa sekunder karena keganasan
pada tulang, sarcoidosis dan lain-lain. Batu kalsium oksalat ini cenderung berkembang
didaerah tropis, dimana keringat yang berlebihan menyebabkan urine jadi pekat dan urine
seringmenjadi asam. Dalam keadaan begini kristal kalsium oksalat cepat dijumpai.(8)
Normal urin mengandung bahan yang mempengaruhi pembentukan Kristal kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, atau menghalangi perkembangan dan pengumpalan setelah
proses kristalisasi dimulai. tapi tidak mengandung inhibitor untuk asam urat sistin struvit.
Zat tersebut termasuk magnesium, pirofosfat (suatu inhibitor yang poten terhadap
pembentukan kalsium fosfat disbanding kalisum fosfat disbanding kalsium oksalat),
sitrat, tetapi zat tersebut biasanya ada dalam jumlah normal dalam urin penderita
Komponen urin yang lain berupa glikoprotein menghambat pembentukan kristal kalsium
oksalat yang mungkin kurang pada penderita batu ginjal. Sebagai tambahan, aksi dari
inhibitor tersebut mungkin dihambat oleh asam urat. (4)
2.2.4. Macam-macam batu saluran kemih
25
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis batu saluran kemih
yaitu : batu kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesium
ammonium fosfat) dan batu sistin (4)
Batu Kalsium Oksalat
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85% dari
seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade
ketiga. (4) Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat (biasanya hidroxy apatite). (6) Batu
kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat
biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan
menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu
menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis
batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.(6)
Batu Struvit
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit)
dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang
disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk
batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu dapat tumbuh menjadi
lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.Batu
ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit
berbentuk prisma empat persegi panjang.(4) Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit
mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini mungkin
karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.(3)
Batu asam Urat
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak
mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X
(Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy
(IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang kadang dapat cukup
besar untuk membentuk batu staghorn, (11) dan biasanya relatif lebih mudah keluar
karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama
pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya
26
bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna
merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat
amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal
apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata. (4)
Batu sistin
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),
berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi
enam, sangat sukar larut dalam air.Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.(4)
Batu XantinAmat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.(11)
2.2.5. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain, sedangkan saluran kemih bagian atas dapat
menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis. Batu yang dibiarkan disaluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan akhirnya terjadi kerusakan
ginjal yang permanen (gagal ginjal).
27
2.2.6. Gejala Klinis :
Tanda dan gejala klinis penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya,
besarnya dan morfologi dari batu. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda
umum, yaitu hematuria, baik hematuria nyata ataupun mikroskopik. Selain itu, bila
disertai infeksi saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan
mungkin demam atau tanda sistemik lain.
Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati
bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokalises sehingga
bercabang menyerupai tanduk rusa yang disebut batu staghorn (lebih dari dua kaliks
ginjal).
Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan
infeksi. Nyeri didaerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang
terus-menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
28
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri
tekan atau ketok arcus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang
terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis,
sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
Batu Ureter
Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan
batu ureter terhenti.karena peristaltis, akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang
timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas ke regio
inguinal. Selama batu bertahan ditempat yang menyumbat, selama itu kolik akan
berulang-ulangsampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk
lewat.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama urine. Batu ureter juga dapat sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa
nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila
keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa
hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi
umum.
Batu Kandung Kemih
Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
aliran yang mula-mula lancer secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan
nyeri. Pada anak laki-laki, nyeri menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya
sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang dan pada anak perempuan
menggosok-gosok vulva . Bila pada saat sakit tersebut pederita berubah posisi, suatu saat
air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi
infeksi yang sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap
suprapubik.
29
Batu Prostat
Pada umumya batu prostat juga berasal dari kemih yang secara retrograd
terdorong ke dalam prostat dan mengendap, yang akhirnya menjadi batu yang kecil. Pada
umumnya batu ini tidak memberikan gejala klinis sama sekali karena tidak menyebabkan
gangguan pasase kemih.
Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung
kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di
tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars prostatika,
bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa naviculare. Bukan tidak mungkin dapat
ditemukan ditempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan
nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya diverticulum, abses, fistel proksimal, dan
uremia karena obstruksi urin.
2.2.7. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruki saluran kemih, infeksi,
dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain :
Pemeriksaan Laboratorium
- Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit, Trombosit).
- Urine rutin (pH, Bj urine, sedimen urine)
- Untuk menentukan hematuria, leukosituria, dan kristaluria.
- Kultur urine
- Untuk menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
- Faal ginjal (Ureum, Creatinin)
- Bertujuan untuk mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal
dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP.
30
- Kadar elektrolit
- Untuk mencari factor penyebab timbulnya batu saluran kemih
(antara lain kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam
darah maupun urine).
Ultrasonografi (USG)
- Dapat menunjukkan ukuran , bentuk dan posisi batu
- Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang
alergi kontras radiologi
- Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem ductus
kolektikus. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu
kalsifikasi dan batu radiolusen.
Foto Polos Abdomen
- Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu
- Dapat membedakan batu radioopak/kalsifikasi.
- Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak
dapat untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang
tertutup bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan batu dalam ginjal dan luar ginjal.
- Urutan Radio-opasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih
Intra-Venous Pielografi (IVP)
- Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semiopak
ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem
31
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
Urogram
-Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu
asam urat, xanthin, 2,8-dihidroksiadenin ammonium urat)
-Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolectikus
-Menunjukkan kelainan anatomis
2.2.8. Diagnosis banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik
ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik
saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu, pada perempuan perlu
juga dipikirkan kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi
bila hematuria terjadi tanpa rasa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran
kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi disertai dengan
hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan tumor ureter walaupun
tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu kandung kemih juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor
kandung kemih, terutama bila batu yang terdapat dari jenis radiolusen.
Batu prostat biasanya tidak sukar di diagnosis karena gambaran radiologiknya
yang khas, yang kecil seperti kumpulan pasir di daerah prostat. Akan tetapi, pemeriksaan
colok dubur memberikan kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang
32
cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti
seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat.
2.2.9. Penyulit
Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi
yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan
yang sering berupa karsinoma epidermoid.
Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia
karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandung kemih,
lebih-lebih bila batu tersebut membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih dari
kedua orifisium ureter.
Khusus pada batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila obstruksi
berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak
proksimal dari batu ureter.
2.2.10. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan untuk mengurangi
rasa nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin (intravena, intramuskular, atau supositoria).
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu
buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah dengan
33
gelombang kejut menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Betapapun disebutkan bahwa dengan ESWL batu dapat dipecahkan
menjadi bagian yang lebih kecil dari 2 mm, belum tentu pasca tindakan semua batu akan
pecah hingga ukuran yang dikehendaki. Walaupun dinyatakan bahwa gelombang kejut
yang dipergunakan tidak akan merusak jaringan ginjal secara permanent, kerusakan yang
ada perlu diawasi baik dari segi kemungkinan terjadinya infeksi atau kerusakan yang
dapat menimbulkan gejala sisa.
Kontra indikasi absolute untuk dilakukan ESWL antara lain :
- Infeksi akut traktus urinarius/ urosepsis
- Koagulopati
- Pregnancy
- Obstruksi traktus urinarius bagian distal oleh batu yang belum dikoreksi
Kontra indikasi relative untuk dilakukan ESWL antara lain :
- Malformasi ginjal seperti pada ginjal tapal kuda
- Complex intrarenal drainage seperti infundibular stenosis
- Hipertensi yang tidak terkontrol
- Gangguan Gastrointestinal
- Renal insuffisiency
- Body habitus seperti obesitas, deformitas tulang dan spinal.
Komplikasi postoperatif ESWL berupa : petechie pada pinggang, hematuria, kolik
renal yang disebabkan karena gerakan pasase dari fragmen batu, renal atrofi yang dapat
terjadi pada pasien yang menderita penyakit renal vascular atau atherosclerotic berat,
hipertensi yang diduga sebagai akibat hematom perinephric yang luas.
34
Endourologi
Tindakan endourologi hádala merupakan tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam
saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Sedangkan pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu antara lain :
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan
alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu
35
Litotripsi
Yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu (Litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
didalam ureter maupun di dalam pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
Ekstraksi Dormia
Yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
Bedah Terbuka
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau cara non
bedah tidak berhasil. Walaupun demikian, sudah tentu untuk menentukan tindak bedah
pada suatu penyakit batu saluran kemih perlu seperangkat indikasi.
36
Batu ginjal yang terletak di kaliks selain oleh indikasi umum, perlu dilakukan
tindak bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering harus dikeluarkan melalui
nefrolitotomi yang tidak gampang karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.
Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkan hidronefrosis, infeksi, atau
menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis terlebih lagi yang berbentuk
tanduk rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum
yang sederhana disebut pielolitotomi sedang untuk bentuk tanduk rusa (staghorn) dengan
pielolitotomi yang diperluas.
Bila batu ureter ukuran 0,4 cm terdapat pada bagian sepertiga proksimal ureter,
80% batu akan keluar secara spontan, sedangkan bila batu terdapat pada bagian sepertiga
distal, kemungkina keluar spontan 90%. Patokan ini hanya dipakai bila batu tidak
menyebabkan gangguan dan komplikasi. Tidak jarang batu dengan ukuran 0,4 cm dapat
juga menyebabkan gangguan yang mengancam fungsi ginjal atau sebaliknya, batu
dengan ukuran lebih dari 1 cm tidak menyebabkan gangguan sama sekali dan bahkan
keluar secara spontan. Oleh karena itu, ureterolitotomi selalu didasarkan atas gangguan
fungsi ginjal, nyeri yang sangat yang tidak tertahankan oleh penderita, dan penanganan
medis yang tidak berhasil.
Batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga
perlu dilakukan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya dapat memecahkan batu
dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan ESWL
atau sistolitotomi melalui sayatan Pfannestiel.
Tidak jarang batu uretra yang ukurannya < 1 cm dapat keluar sendiri atau dengan
bantuan pemasangan kateter uretra selama 3 hari, batu akan terbawa keluar dengan aliran
air kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan dengan tindakan uretratomi
externa. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat operasi ini adalah striktur uretra.
Batu prostat pada umumnya tidak memerlukan tindak bedah.
37
DAFTAR PUSTAKA
1.) Purnomo.BB. Dasar dasar Urologi. Edisi Kedua, Penerbit CV Sagung Seto; Jakarta 2009.
Hal. 57,62,64,65,66.
2.) Tanagho, Emil A. dan Jack W. McAninch. Smith’s General Urology. San Francisco : Mc
Graw Hill’s. 2003. p. 181, 182, 189, 259
3.) Guyton, Arthur C, John E.Hall. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Editor: Irawati S – Ed 9 –
Jakarta: EGC. 1997 Hal.397 -399
4.) Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. Hal. 756-764, 1024-1034
5.) Shergill (2007). Kidney anatomy and physiology. June 5, 2007, Tersedia dalam :
http://www.healthmad.com/healthcare.../ kidney - anatomy-and-physiology /.com
6.) Sudoyo, Aru w, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam. Ed. 4. Vol.1.Jakarta; EGC. Juni 2006.
Hal 574 - 374
7.) Silbernagl, Stefan. Teks dan atlas Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2007. Hal 4.
8.) Smith, Donald R. General Urology. Lange Medical Publications. Drawer L,Los
Altos,California.1981. 237- 240.
38