bantuan penelitian kompetitif mandiri iain ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/aipt/lampiran...

184
LAPORAN PENELITIAN HARMONI MASJID-GEREJA Relasi Jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari PENYUSUN: HASAN BASRI, S.Ag., M.Pd.I MUHAMMAD RUDINI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI Jl. Sultan Qaimuddin No. 17 Kendari Sulawesi Tenggara Tlp. (0401) 3193710 Fax. (0401) 3193710 http://iainkendari.ac.id email: [email protected] 2016 BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN KENDARI TAHUN ANGGARAN 2016

Upload: others

Post on 27-Jul-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

LAPORAN PENELITIAN

HARMONI MASJID-GEREJARelasi Jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan

Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari

PENYUSUN:

HASAN BASRI, S.Ag., M.Pd.IMUHAMMAD RUDINI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARIJl. Sultan Qaimuddin No. 17 Kendari Sulawesi Tenggara

Tlp. (0401) 3193710 Fax. (0401) 3193710 http://iainkendari.ac.idemail: [email protected]

2016

BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRIIAIN KENDARI TAHUN ANGGARAN 2016

Page 2: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

KATA PENGANTAR

سيدنا محمد وع ن والصلاة والسلام ع رب العالم مد نا ابھ اجمع الھ واAlhamdulillah, hanya kepada Allah swt. segala puji dan syukur patut dihaturkan

atas segala nikmat yang tak terhitung kepada manusia yang segala sesuatu di bumi inidiciptakan untuknya. Atas nikmatnya pula sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan laporan penelitian ini yang berjudul Harmoni Masjid-Gereja, Pola HubunganJamaah Masjid Da’wah Wanita dengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari.

Penelitian ini dapat terlaksana tentu saja berkat bantuan dan keterlibatan berbagaipihak, yang oleh penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu di sini. Kepada merekasemua layak untuk disampaikan penghargaan dan terima kasih. Tanpa mengurangi artibantuan dan partisipasi pihak-pihak terkait, langsung maupun tidak langsung, di sinipenulis sampaikan terima kasih masing-masing kepada:1. Dr. Nur Alim, M.Pd., Rektor IAIN Kendari yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.2. Dr. Muhammad Alifuddin, M.Ag., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat (LPPM) IAIN Kendari serta seluruh jajaran dan stafnya yang telahmenfasilitasi terlaksananya penelitian ini.

3. H. Suharman AK, STP., Ketua Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, yangberkenan menerima dengan baik peneliti untuk melakukan penelitian. Begitu jugaterhadap seluruh pengurus masjid, pengurus Remaja Masjid dan pengurus MajlisTa’lim Masjid Da’wah Wanita Kendari.

4. Pdt. Ir. David Agus Setiawan, M.Th., pimpinan Gereja Pantekosta Bukit ZaitunKendari, yang telah menerima dengan baik untuk melakukan penelitian dan telahmemberikan banyak informasi tentang berbagai hal terkait gereja, aktivitas gereja dankondisi jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari.

5. Kepada semua informan yang telah banyak membantu memberikan berbagai informasipenting yang dibutuhkan dalam penulisan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak pihak terkait yang telah ikut memberikanandil dalam penyelesaian penelitian ini yang belum sempat penulis sebutkan namanya satupersatu, semoga segala bantuannya mendapatkan balasan yang setimpal.

Penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, paparan, maupunmetodologi penulisannya. Oleh karenanya, saran dan kritik yang konstruktif sangatdiharapkan demi penyempurnaannya di masa yang akan datang. Saran dan kritik tersebutpenulis hargai setinggi-tingginya sebagai suatu tradisi ilmiah.

Akhirnya, kepada Allah Swt. saja diserahkan segalanya, semoga bermanfaat bagipara pembaca, baik kaum intelektual, peneliti, maupun masyarakat pada umumnya,terutama bagi para praktisi dakwah. Amin.

Kendari,

Penulis,

Hasan Basri, S.Ag., M.Pd.I

3 Oktober 2016 M.2 Muharram 1438 H.

Page 3: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Daftar Kelurahan di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari ................. 65

TABEL 2 : Daftar Rumah Ibadah di Kota Kendari ..................................................... 66

TABEL 3 : Daftar Masjid dan Gereja di Kecamatan Kendari Barat ........................... 66

TABEL 4 : Data Pendudukan Menurut Agama Kelurahan Dapu-dapura

Kecamatan Kendari Barat .................................................................................... 66

TABEL 5 : Jumlah Sarana Ibadah di Kota Kendari ............................................................... 67

TABEL 6 : Sarana Ibadah di Kendari Barat ........................................................................... 67

TABEL 7 : Daftar Nama Masjid/Mushalla di Kecamatan Kendari Barat .............................. 68

TABEL 8 : Daftar Nama Gereja di Kecamatan Kendari Barat .............................................. 69

Page 4: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iLEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN ....................................... iiKATA PENGANTAR ........................................................................................... iiiABSTRAK ............................................................................................................. ivDAFTAR TABEL .................................................................................................. viDAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viiDAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 - 11A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5C. Signifikansi ...................................................................................... 5D. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 7E. Penelitian Relevan ........................................................................... 7

BAB II PERSPEKTIF TEORETIS RELASI MUSLIM-NONMUSLIM............... 12 - 64A. Konsep Dasar Relasi dalam Masyarakat Beragama ........................ 12B. Relasi Muslim dengan Nonmuslim dalam Islam ............................ 16C. Sikap Beragama ............................................................................... 45D. Kerangka Teori ................................................................................ 61

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 65 - 73A. Lokasi Penelitian ............................................................................. 65B. Subjek Penelitian ............................................................................. 70C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 70D. Pengumpulan Data .......................................................................... 71E. Analisisi Data .................................................................................. 72

BAB IV RELASI DAN SIKAP JAMAAH MASJID DA’WAH WANITATERHADAP JEMAAT GPdI BUKIT ZAITUN KENDARI ............... 74 - 153A. Profil Masjid Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun Kendari ....... 74B. Relasi Jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan Jemaat GPdI

Bukit Zaitun Kendari........................................................................ 88C. Sikap Jamaah Masjid Da’wah Wanita terhadap Jemaat GPdI

Bukit Zaitun Kendari ....................................................................... 127

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 154 - 156A. Kesimpulan ...................................................................................... 154B. Rekomendasi ................................................................................... 155

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 157 - 165

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

Page 5: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

ABSTRAK

N a m a : Hasan Basri

Judul Penelitian : HARMONI MASJID-GEREJA: Relasi Jamaah Masjid Da’wah Wanitadengan Jemaat GPdI Bukit Zaitun Kendari

Penelitian ini menfokuskan kajiannya pada relasi dan sikap jamaah Masjid Da’wahWanita terhadap jemaat GPdI Bukit Zaitun Kendari. Perolehan data dilakukan melaluiobservasi dan wawancara mendalam terhadap jamaah dan pengurus Masjid Da’wahWanita dan pengurus Gereja Bukit Zaitun Kendari. Selain itu, teknik dokumentasidigunakan untuk mengumpulkan data tertulis berupa catatan atau naskah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi jamaah Masjid Da’wah Wanita denganjemaat gereja secara umum hanya terjadi dengan pengurus gereja yang tinggal dilingkungan gereja dalam bentuk hubungan sehari-hari di rumah, di lingkungan gerejadalam aspek muamalah individu. Relasi asosiasional terjalin dalam bentuk saling berbagiinformasi, bantuan secara material dari pihak gereja, kerja sama dalam bentuk komitmenbersama menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan rumah ibadah masing-masing.Adapun sikap jamaah masjid terhadap jemaat gereja secara umum cenderung bersifattoleran pasif yang ditunjukkan dengan kesiapan mereka berdampingan selama puluhantahun tanpa mempersoalkan keberadaan gereja di samping masjid. Pada aspekberkomunikasi, cenderung bersifat pasif terbuka, pada aspek kesediaan berbagi bersifatpasif pragmatis, dan pada aspek kerja sama bersifat pasif tertutup. Mengenai keberadaanmasjid berdempetan dengan gereja, jamaah masjid pada dasarnya memahami bahwaseharusnya hal itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan peraturan pemerintah. Akan tetapi,karena sudah terlanjur terjadi, mereka lebih memilih mendiamkan ketimbangmempermasalahkannya.

Page 6: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

ABSTRACT

N a m e : Hasan BasriTitle : MOSQUE-CHURCH HARMONY: Relations Da'wah Wanita Mosque’s

Congregations with GPdI Bukit Zaitun’s of Kendari

This research focuses on the relation and attitude Da'wah Wanita Mosque’scongregation to GPdI Bukit Zaitun’s in Kendari. Data acquisition is done throughobservation and depth interviews with congregations and boards of mosque andcongregations of the. In addition, documentation techniques used to collect the datawritten in the form of notes or a script.

The results showed that the relationship Da'wah Wanita Mosque’s congregationwith church’s are generally only occurs with the sexton who lived in the neighborhood ofthe church in the form of everyday relationships at home, in the neighborhood of thechurch and in muamalah individual aspects. Associational relationships established in theform of sharing information and material assistance from the church, the cooperation inthe form of a joint commitment to maintain cleanliness, order and beauty of the houses ofworship of each. As for the attitude of the mosque's congregation to church members ingeneral tend to be passive-tolerance shown by their readiness to co-exist for decadeswithout questioning the existence of the church next to the mosque. In the aspect ofcommunication tend to be passive-open, the aspect of willingness to share is passive-pragmatic, and in the aspect of cooperation is passive-closed. Regarding the existence ofthe mosque attached to the church, the mosque's congregation was basically understandsthat it should not in accordance with Islamic teachings and regulations. However, becauseit was already happening, they prefer silence rather than making an issue.

Page 7: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus pembakaran masjid di Tolikara, Papua dan pembakaran gereja di Singkil, Aceh

merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia.

Pembakaran masjid di Tolikara terjadi pada hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H oleh

sekelompok jamaah Kristen GIDI (Gereja Injili di Indonesia) di daerah Tolikara yang mayoritas

kristen.1 Begitu juga pembakaran gereja di Singkil, Aceh pada tahun baru 1437 H dilakukan

oleh sekelompok muslim di daerah mayoritas muslim.2

Meskipun kedua kejadian di atas tidak berdiri sendiri sebagai suatu kasus konflik

keagamaan, tetapi pristiwa pembakaran rumah ibadah apapunn motifnya tidak dapat dihindari

untuk mengatakan bahwa ada masalah yang merusak hubungan antara muslim dengan kristiani

di kedua tempat tersebut.

Kasus pertama sepertinya sudah banyak terjadi di berbagai daerah minoritas muslim3,

tetapi kasus kedua termasuk jarang terjadi di daerah mayoritas muslim. Meskipun di berbagai

daerah ang mayoritas muslim tersebut antara masjid dan gereja banyak yang berdekatan

jaraknya.

Memang pemicu utama dari konflik antara penganut kristen dan Islam selama ini sering

bersumber dari pembangunan masjid atau gereja.4 Masjid yang dibangun di tengah-tengah

kristen biasanya tidak disenangi oleh kaum kristiani. Begitu juga gereja yang berada di tengah-

1Berita selengkapnya dapat dibaca di berbagai media online, seperti dihttp://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/17/nrmprs-ini-kronologis-pembakaran-masjid-di-tolikara

2Berita selengkapnya dapat dibaca di https://beritagar.id/artikel/berita/kronologi-pembakaran-gereja-di-singkil-aceh

3Kasus pengrusakan dan pembakaran masjid di daerah minoritas muslim di antaranya di Medantahun 2011 terjadi sejumlah pembakaran dan pengrusakan masjid, seperti: Masjid Nur Hikmah danMasjid Taqwa, Dusun Lima Desa Aek Loba Kec. Aek Kuasan, Kab. Asahan, Masjid Al Ikhlas di Jl.Timur kel. Perintis Kec. Medan Timur, Masjid Fii Sabilillah di Jl. Lintas Tobasa, Lumban Lowu, Kab.Toba Samosir, Masjid Besitang, Desa Selamet, Kec. Besitang, Kabupaten Langkat. Lihathttp://www.voa-islam.com. Di Sulawesi Utara, seperti Masjid Asy-Syuhada di Kompleks Aer Ujang,Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Lihat http://sketsanews.com.

4Masalah yang biasa muncul di seputar pendirian rumah ibadah selain perkara tidak adanya izindari pemerintah, juga adanya penolakan terhadap pembangunan rumah ibadah, pemanfaatan rumahtinggal sebagai rumah ibadah, tidak adanya rekomendasi dari FKUB, keluhan sulitnya mendirikan rumahibadah bagi minoritas di suatu daerah, dan lain-lain. M. Yusuf Asry (Ed.), Pendirian Rumah Ibadat diIndonesia (Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 danNomor 8 Tahun 2006), (Ed. 1, Cet. 1; Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011),h. 4.

Page 8: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

2

tengah muslim tidak disenangi oleh kaum muslimin. Hal ini adalah perkara yang wajar,

mengingat masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah bagi umat beragama, melainkan juga

simbol keagungan agama yang juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama tersebut.

Ketika rumah ibadah sebagai simbol keagungan suatu agama yang minoritas begitu

menonjol di tengah umat yang mayoritas, tentu akan mengganggu perasaan penganut agama

yang mayoritas. Apalagi jika penyiaran agama umat minoritas tersebut dilakukan secara

terbuka dan masif di wilayah minoritas, sudah tentu akan memicu terjadi konflik.

Padahal, agama seharusnya menjadi sumber ajaran positif yang dapat menjadi perekat

perbedaan, mewujudkan kerukunan dan perdamaian ketika diamalkan secara benar dan

konsisten. Kirsten yang mengajarkan cinta kasih, begitu juga Islam dengan maknanya sebagai

agama damai atau selamat, jika diamalkan secara baik oleh pemeluknya, seharusnya akan

melahirkan kedamaian, keselamatan yang diwarnai oleh suasana cinta dan kasih.

Akan tetapi, ternyata perjalanan kehidupan manusia membuktikan bahwa agama juga

bisa menjadi alasan bagi pemeluknya untuk memunculkan konflik. Ketika diamalkan secara

parsial dan serampangan oleh pemeluknya, hal itulah yang akan melahirkan konflik dengan

agama lain. Sejarah membuktikan bahwa potensi konflik antara pemeluk agama kristen dan

Islam kerap terjadi jika mereka memahami agama secara parsial dan penuh distorsi.5

Jika pemahaman agama yang parsial dan distorsi tersebut diikuti dengan tindakan

gegabah, misalnya dengan membangun rumah ibadah agama minoritas dipaksakan di tengah

umat beragama yang mayoritas, maka konflik antarpemeluk agama tinggal menunggu pemicu

saja.6 Apalagi jika pemerintah tidak konsisten dalam memberlakukan aturan dan ketentuan-

ketentuan tentang pendirian rumah ibadah. Terdapat beberapa kasus konflik antara umat Islam

dengan kristen di berbagai daerah di Indonesia dipicu oleh inkonsistensi penerapan aturan oleh

pemerintah dan penyelesaian berbagai masalah yang muncul kaitannya dengan hubungan

antarpemeluk agama.7

Oleh karena itu, dengan adanya beberapa masjid dan gereja yang berdekatan di Kota

Kendari8 merupakan fenomena tersendiri yang patut untuk dicermati. Karena keberadaan

5Alirman Hamzah, “Hubungan Antarumat Beragama (Pengalaman Rukun dan Konflik diIndonesia)”, Tajdid (Vol. 17, No.2, November 2014), h. 155.

6Pendirian rumah ibadah telah menjadi salah satu masalah keagamaan di Indonesia yang telahlama terjadi. Masalah lain adalah penyiaran agama terhadap umat lain, bantuan finansial dan penyuluhagama dari luar negeri. Moh. Abdul Khaliq Hasan, “Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama diIndonesia, Perspektif Nilai-nilai al-Qur’an”, PROFETIKA, Jurnal Studi Islam (Vol. 14, No. 1, Juni2013), h. 74.

7Moh. Abdul Khaliq Hasan, “Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama di Indonesia,Perspektif Nilai-nilai al-Qur’an”, h. 74.

8Beberapa masjid yang berdekatan di Kota Kendari, seperti: Masjid Raya Kota Lama denganGereja GPIB Sumber Kasih, Masjid Akbar Benu-Benua dengan Gereja Imanuel, Masjid Raya Al Kautsar

Page 9: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

3

rumah ibadah, misalnya gereja di wilayah yang mayoritas penduduknya muslim sudah cukup

dapat menjadi masalah antara dua penganut agama. Apalagi jika jarak antara masjid dan gereja

cukup dekat.

Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun yang terletak di Kelurahan

Dapu-dapura Kecamatan Kandari Kota Kendari mungkin satu-satunya masjid dan gereja di

Sulawesi Tenggara yang jaraknya sangat dekat.9 Antara dinding masjid dengan dinding gereja

hanya berjarak sekitar sejengkal orang dewasa, dimana pondasi, dinding bagian belakang gereja

dan atapnya bertemu.

Hal menarik yang dijumpai di dua tempat ibadah yang dibangun sekitar tahun 1960 itu,

adalah belum pernah terjadi keluhan berarti dari pemeluk agama kedua tempat ibadah terkait

aktivitas ibadah di dalamnya. Kedua tempat ibadah masing menjalankan semua aktivitas sesuai

agama keduanya tanpa merasa diganggu atau merasa mengganggu pihak lain. Meskipun

bangunan Masjid dan Gereja hanya dipisahkan oleh tembok yang hampir bertemu, tidak

menjadi halangan bagi umat muslim maupun nasrani dalam melaksanakan kegiatan keagamaan,

bahkan tidak terbesit perasaan saling terganggu, baik di bulan suci Ramadhan, maupun hari-

hari besar keagamaan lainnya.10

Bagi jamaah masjid, kegiatan ibadah merupakan urusan masing-masing pemeluk

agama, tidak ada kaitannya dengan keberadaan tempat ibadah agama lain. Karena itu,

keberadaan gereja di samping masjid bukan masalah. Meskipun mereka mengakui bahwa tidak

pernah terjadi gesekan antara jamaah masjid dengan gerja, tetapi mereka juga tidak pernah

bekerja sama secara langsung terutama dalam kaitannya urusan tempat ibadah. Begitu juga

pihak Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun, mengakui terpeliharanya kerukunan dan saling

menghargai dalam menjalankan ibadah, bahkan pengurus Gereja maupun pengurus Masjid

biasa saling mengunjungi dan membantu untuk menjalin keakraban.11

Keberadaan dua tempat ibadah dari dua agama berbeda ini merupakan potret kehidupan

beragama yang patut dipuji, sekaligus di sisi lain patut untuk dikaji. Tentu dalam rangka

memeliharan keharmonisan di waktu yang panjang di masa mendatang.

dengan Gereja Ora Et Labora, Masjid Al Mukarrabun dengan Gereja Yesus Gembala, Masjid At-TaqwaSodohoa dengan Gereja Santaana. Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun.

9Selain masjid di Kota Kendari yang letaknya berdampingan dan hampir ketemu temboknya,ada juga masjid lain di Indonesia yang serupa, misalnya di Jalan Gatot Subroto Kota Solo antara Masjidal-Hikmah yang dibangun tahun 1947 dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningrat yang lebi dahuludibangun tahun 1939, ada juga di Jalan Enggano Tanjung Priok, Jakarta Utara, yakni Masjid Al-Muqarrabien yang dibangun 1959 dan Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim yang dibanguntahun 1957, viva.co.id.

10H. Jamaluddin, imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, dalam www.rri.co.id, 25/6/2015.11Pdt. David Agus Setiawan, Pimpinan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun, dalam www.rri.co.id,

25/6/2015.

Page 10: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

4

Patut dipuji karena keberadaan masjid dan gereja berdempetan berarti terdapat saling

pengertian yang tinggi antara jamaah masjid dengan jemaat gereja. Kerukunan antara pemilik

kedua rumah ibadah selama puluhan tahun ini telah menjadikan Masjid Da’wah Wanita dan

GPdI Bukit Zaitun Kendari sebagai ikon kerukunan umat beragama di Kendari, khususnya dan

Indonesia pada umumnya.

Sedangkan patut dikaji adalah untuk mengetahui lebih dalam kondisi hubungan kedua

pemilik rumah ibadah selama ini. Karena bisa jadi kerukunan hubungan antara kedua jamaah

tempat ibadah hanya terlihat pada tataran permukaan, padahal ke dalam tidak terdapat

ketulusan dalam penerimaan atau sikap membelakang atau paling tidak sikap tidak peduli

keberadaan kedua belah pihak. Bahkan tidak menutup kemungkinan salah satu pihak atau

keduanya memendam rasa tidak nyaman dengan keberadaan rumah ibadah lain di sisi rumah

ibadahnya. Jika hal terakhir ini yang terjadi, maka berarti keharmonisan yang terlihat selama ini

hanya dinikmati oleh yang menyaksikan dari luar..

Hidup rukun dan harmonis antara dua komunitas jamaah tempat ibadah yang berbeda

seperti ini tentu sangat diharapkan terus terpelihara, meskipun tidak ada jaminan di masa datang

tidak akan terjadi gesekan. Pasalnya, selain secara teologis dan aturan banyak yang bertolak

belakang, juga aktivitas ibadah kedua tempat ibadah sangat berbeda dan masing-masing

menggunakan peralatan pengeras suara yang bukan hanya didengar dalam ruangan bahkan

sampai keluar dengan jarak yang cukup jauh.

Namun demikian, kerukunan tetap mesti terwujud. Karena agama bukan alasan untuk

melakukan konflik. Agama sejatinya merupakan patokan dan dalam menjalani kehidupan

dalam menjalin hubungan dalam kehidupan.12

Atas dasar ini perlu dilakukan kajian mendalam agar ditemukan berbagai model,

strategi, dan trik-trik jitu yang bisa memberikan jaminan pemeliharaan keharmonisan hubungan

antarumat beragama dalam koridor kedinamisannya, khsusunya masjid yang jaraknya sangat

dekat dengan gereja, seperti di Masjid Da’wah Wanita Kendari.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran relasi antara jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan jemaat Gereja

Pantekosta Bukit Zaitun Kendari?

12Agama merupakan pola bagi tindakan dan pola dari tindakan. Sebagai pola bagi tindakanartinya agama menjadi aturan, pedoman dalam bertindak. Sedangkan pola dari tindakan artinya tindakanseseorang dalam menjalin hubungan sekitar menunjukkan wujud agama dari agama itu. Abd. RahimYunus, “Membangun Budaya Toleransi di Tengah Pluralitas Agama di Indonesia”, Jurnal Rihlah (Vol.1, Nomor 1, 2013), h. 3.

Page 11: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

5

2. Bagaimana sikap jamaah Masjid Da’wah Wanita terhadap jemaat Gereja Pantekosta Bukit

Zaitun Kendari?

Relasi yang dimaksud dalam masalah pertama penelitian ini adalah semua bentuk

hubungan antara kedua jamaah tempat ibadah, baik komunikasi verbal, kerja sama secara

individu maupun bersama-sama. Adapun sikap jamaah adalah ungkapan psikologis dan yang

dapat disaksikan dalam bentuk tingkah laku dalam memandang dan bertingkah laku dalam

kaitannya dengan jemaat gereja. Sikap ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman13 tentang ajaran

Islam yang mengatur hubungan dan sikap umat Islam terhadap nonmuslim.14 Pemahaman

dalam pengertian ini juga bisa dimaknai sebagai persepsi, yakni persepsi jamaah Masjid

Da’wah Wanita Kendari yang berdomisili di Kecamatan Kendari terhadap jemaat Gereja

Pantekosta Bukit Zaitun Kendari.

C. Signifikansi Penelitian

Menurut Sudarta pada masa kolonial, ketegangan dalam hubungan umat Islam dan

umat Kristen lebih dipicu oleh kegiatan misionaris yang dibantu oleh Belanda. Sementara pada

masa Orde lama ketegangan itu mencuat saat pembahasan UUD 1945 dan pada sidang

Konstituante hasil Pemilu 1955. Dalam pembukaan UUD 1945 telah ditetapkan tujuh kata yang

bernuansa Islami, yang oleh kaum Kristen dianggap sebagai upaya pembentukan negara Islam,

yang pada akhirnya dihapuskan.15

Belajar dari perkembangan situasi yang tidak menguntungkan, maka pada 1967

diadakan dialog yang dipelopori oleh Menteri Agama, KH. Muhammad Dahlan, tetapi dialog

itu belum dianggap berhasil menyelesaikan konflik antar agama. Sampai pada periode

berikutnya pada masa Mukti Ali menjadi Menteri Agama yang melibatkan lebih banyak tokoh

dan pemimpin agama. Pada dekade tahun 1980-an hingga saat ini prakarsa dialog dalam

mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan sosialisasi pemahaman pluralisme ini pun

terus dilakukan, baik oleh para tokoh agama, intelektual muda maupun pemerintah sendiri.

Akan tetapi, kenyataannya sampai sekarang, ketegangan yang disebabkan oleh

sentimen keagamaan (Islam-Kristen) di beberapa daerah, seperti di Situbondo, Tasikmalaya,

Ketapang, Kupang, Ambon, Poso, Maluku, Bekasi, terakhir di Tolikara dan Sinkil masih terus

13Kata paham berasal dari bahasa Arab, yakni: فھم - یفھم - فھما artinya mengerti, memahami,faham. Sedangkan kata مفھوم artinya apa yang dimengerti atau dipahami. Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Cet. 4; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1075.

14Pemahaman yang dimaksud adalah pemikiran tentang sesuatu yang berpengaruh pada tingkahlaku dalam menjalani kehidupan. Muhammad Hawari, Reideologi Islam, Membumikan Islam sebagaiSistem (Cet. 3; Bogor: Al-Azhar Press, 2011), h. 4.

15Sudarta (1999), Konflik Islam-Kristen, Menguak Akar Masalah Hubungan AntarumatBeragama di Indonesia, dalam Muhammadong, Pluralitas Agama dan Dialog Antarumat Beragama,unm-digilib-unm-drmuhammad-341-1-pluralit-a.

Page 12: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

6

terjadi yang mengakibatkan hancur nya tempat-tempat ibadah seperti masjid, mushalla, dan

gereja. Fenomena dalam sejarah tersebut menunjukkan kesenjangan antara idealitas agama

dengan realitas empirik yang terjadi dalam masyarakat masih terjadi.

Adanya gesekan yang berujung konflik di berbagai daerah yang minoritas muslim

merupakan salah satu potensi laten yang dapat memicu konflik bernuangsa agama di berbagai

daerah lain. Sekadar contoh, pembakaran gereja di Singkil, Aceh merupakan kasus yang jarang

terjadi, tidak dapat diabaikan begitu saja untuk dikatakan tidak ada kaitannya dengan kasus

konflik di daerah minoritas muslim seperti di Tolikara.16

Masjid Da’wah Wanita yang letaknya berdekatan dengan gereja, selama ini dikenal

jamaah kedua tempat ibadah dapat hidup damai, saling menghormati dan merasa tidak saling

mengganggu. Meskipun demikian, kondisi harmonis yang terlihat selama ini tentu tidak boleh

dibiarkan berjalan apa adanya, tanpa ada upaya sungguh-sungguh untuk mempertahankannya.

Karena bisa jadi kondisi ini tercipta karena hubungan komunitas maupun individual jamaah

dari kedua tempat ibadah masih berjalan secara wajar dan tidak ada fakor eksternal yang bisa

memicu terusiknya kedamaian itu. Sementara hidup berdampingan merupakan suatu yang

dinamis, bukan statis.

Kedinamisan dan pergerakan setiap individu sedikit banyak akan bersentuhan dengan

individu lainnya. Pada titik persentuhan itu tidak selamanya tetap selalu positif, terkadang ada

juga yang negatif. Ditambah lagi dengan saluran informasi melalui media massa yang begitu

deras memberitakan semua pristiwa yang terjadi belahan dunia dan daerah tidak terkendali.

Termasuk pemberitaan konflik yang terjadi di berbagai daerah, bahkan di luar negeri yang tidak

jarang mengundang sentimen agama. Apalagi, penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

pemerintah terkadang cenderung berat sebelah, seperti kasus di Tolikara. Semua faktor ini bisa

saja dalam waktu panjang mempengaruhi hubungan antarumat beragama di berbagai daerah,

termasuk di kedua jamaah tempat ibadah di Kecamatan Kendari Barat ini.

D. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan gambaran jalinan hubungan antara jamaah Masjid Da’wah

Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari.

2. Untuk menjelaskan sikap jamaah Masjid Da’wah Wanita yang menjadi dasar dalam

menjalin hubungan dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari. Juga untuk

menjelaskan sikap jamaah masjid terhadap keberadaan gereja yang berdempetan dengan

masjid.

16Selengkapnya di republika.co.id

Page 13: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

7

E. Penelitian Relevan

Telah banyak penelitian terkait hubungan antarumat beragama yang pernah dilakukan

oleh berbagai kalangan dengan berbagai ragam aspek yang dikaji, sehingga penelitian ini

bukanlah yang pertama –tentu bukan pula yang terakhir, dan bukan satu-satunya. Dengan

segenap keterbatan penulis dan ruang, tentu penelitian itu tidak akan dicantumkan di sini.

Beberapa di antaranya adalah penelitian Nuhrison M. Nuh dan Kustini dengan judul penelitian

Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah Indonesia.17 Secara umum penelitian ini

mengelaborasi tentang karakteristik individu, status sosial ekonomi, sikap keberagamaan,

tingkat kepercayaan (trust) dalam kaitannya dengan kerjasama antarumat beragama.

Penelitian berjudul Kerukunan Antarumat Beragama dalam Masyarakat Plural, Studi

Kerukunan Antarumat Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Buddha di Losari, Kecamatan

Grabag, Kabupaten Magelang yang ditulis oleh Umi Maftukhah18 memperlihatkan bahwa

adanya corak kerukunan antarumat beragama dari semua umat beragama yang terlihat dari

bentuk kerukunan saat perayaan hari besar keagamaan semua umat beragama yang saling

toleransi bekerja sama tanpa memandang perbedaan agama yang ada. Adanya peran tokoh

agama untuk membantu mempertahankan kerukunan yang ada yaitu adanya rasa patuh yang

diberikan masyarakat kepada pemimpin yang berbeda agama, menentukan adanya sikap tunduk

untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya hubungan yang satu dengan yang lainya, maka

masyarakat dapat mengatasi terjadinya konflik antarumat beragama. Dalam pergaulan dari

masing-masing tetap mempertahankan prinsip agama yang diyakininya dan norma budaya

(pattern maintenance).

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, melakukan kajian dengan judul:

Peran Lembaga Sosial Keagamaan Dalam Pengembangan Wawasan Multikulturalisme.19 Di

antara hasil penelitian yang dilaksanakan di 6 lokasi, yaitu: Medan, Palu, Bandung, Semarang,

Bandar Lampung, dan Singkawang, Kalimantan Barat tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar (91,67%) responden tidak keberatan bila tetangga berbeda agama mengadakan acara

keagamaan mereka dan tidak keberatan jika mereka yang berbeda agama memberi bantuan ke

lembaga-lembaga Islam atau sebaliknya jika orang muslim membantu lembaga-lembaga non

Islam. Sebagian besar responden (86,67%) tidak setuju dengan tindakan seseorang/sekelompok

17Nuhrison M.Nuh dan Kustini, Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai DaerahIndonesia,

18Umi Maftukhah, “Kerukunan Antarumat Beragama dalam Masyarakat Plural, StudiKerukunan Antarumat Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Buddha di Dusun Losari, Kelurahan Losari,Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang”, Skripsi, Yogyakarta: UIN Suka Yogyakarta, 2014.http://digilib.uin-suka.ac.id/14903/2/10520029_bab-i_iv-atau-v_daftar-pu

19Direktorat Agama dan Pendidikan, Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Peran LembagaSosial Keagamaan dalam Pengembangan Wawasan Multikulturalisme

Page 14: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

8

orang menutup atau merusak rumah ibadah kelompok lain dengan alasan apapun. Hasil kajian

ini menunjukkan bahwa tingkat toleransi warga masyarakat sudah tergolong tinggi dan sangat

kondusif untuk terciptanya kerukunan.

Ali Imron HS melakukan penelitian berjudul Kearifan Lokal Hubungan Antarumat

Beragama di Kota Semarang20 dan menyimpulkan selain peran forum lintas agama dan

dukungan Pemerintah, faktor pendorong yang sangat penting adalah adanya itikad baik tokoh

agama, kematangan berfikir, keterbukaan sikap para penganut agama dan bersilaturahim tokoh

agama keberpihakan media massa, dan keterlibatan generasi muda. Selain itu, bagi para

pemangku kepentingan, agar kerukunan hidup antarumat beragama dapat terus ditingkatkan

dan berkesinambungan adalah adanya kajian agama merupakan salah satu hal yang penting

untuk diperhatikan.

Nindya Kartika Putri juga pernah melakukan penelitian dengan judul Pola Komunikasi

Antarumat Beragama, Studi Kasus Pola Komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) dalam Menumbuhkan Kerukunan Antarumat di Purwokerto.21 Hasilnya menunjukkan

bahwa pola komunikasi yang terdapat di dalam dalam FKUB adalah komunikasi dua tahap,

dimana dalam mengambil kebijakan dilakukan secara terbuka dan musyawarah. Setiap

perwakilan agama boleh menyampaikan pendapat atau usulannya di dalam forum, kemudian

pendapat tersebut masih dipertimbangkan lagi oleh penasehat FKUB yang bertindak dalam

menetapkan suatu putusan, sehingga keputusan yang diambil tidak dilakukan secara berpihak.

Komunikasi formal yang dilakukan antartokoh agama dalam FKUB di Purwokerto dengan

umatnya dilaksanakan secara rutin dan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan oleh

FKUB Purwokerto. Sedangkan komunikasi informal yang dilakukan oleh antar tokoh agama di

Purwokerto dengan umatnya dilaksanakan dalam berbagai bentuk, seperti kunjungan biasa atau

silaturahmi, mengadakan diskusi terbuka, penyelenggaraan perlombaan dan lainnya. Interaksi

tokoh agama dengan umatnya dilakukan secara rutin dengan mengadakan pertemuan tiap

bulannya agar para tokoh agama dapat menumbuhkan hubungan kerukunan umatnya sehingga

potensi konflik yang terdapat didalam umat beragama dapat diredam dan dikendalikan,

sehingga konflik antaragama dapat dihindarkan.

20Ali Imron HS, “Kearifan Lokal Hubungan Antarumat Beragama di Kota Semarang”, Riptek(Vol.5, No.I, Tahun 2011), h. 7-18.

21Nindya Kartika Putri, “Pola Komunikasi Antar Umat Beragama, Studi Kasus Pola KomunikasiForum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam Menumbuhkan Kerukunan Antarumat di Purwokerto,(Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2012).

Page 15: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

9

Fu Xie juga meneliti dengan judul Hubungan antara Orang Kristen dan Islam dalam

Masyarakat Sipil: Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung.22 Hasilnya menunjukkan bahwa

masyarakat sipil dari kedua kota yang diteliti menunjukkan pola hubungan yang baik. Kondisi

itu bisa terjaga karena adanya ruang luas terjadinya perjumpaan antara orang Kristen dan Islam.

Seringnya terjadi perjumpaan antara kedua kominitas akan semakin menguatkan hubungan

antar kedua kelompok, dan terutama harus saling mempunyai trust.

Imam Suprayogo dan M. Zainuddin melakukan penelitian dengan judul Potret

Kerukunan Hidup Antarumat Beragama di Malang Selatan.23 Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa di lokasi penelitian, terciptanya kerukunan hidup antarumat beragama didorong oleh

beberapa factor, yakni: tradisi, dimana sejak dulu masyarakat sudah hidup dalam suasana

rukun, aman, yang bercirikan paguyuban, saling bahu membahu dan tolong menolong; faktor

aliran/madzhab yang berkembang adalah moderat baik dari Kristen maupun Islam; faktor

dakwah dan misi yang lebih menitikberatkan misi kemanusiaan, kerja sosial dan pemberdayaan

ekonomi rakyat, bukan dakwah atau misi yang menonjolkan fantisme dan perbedaan agama;

faktor kerjasama antara tokoh agama dengan umat, antar tokoh agama dan antar tokoh agama

dengan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk dialog dengan pendekatan kultural dan etis,

tidak struktural dan politis; dan faktor kondisi sosial-ekonomi, dimana masyarakat secara rata-

rata hidup dalam kondisi yang baik dan sejahtera. Selain itu, bisa jadi karena umumnya

komunitas beragama, terutama Islam masih pada tingkat awam, sehingga mereka tidak

mempedulikan batas wilayah agama yang sakral, ritual dan yang bersifat sosial.

Hasil penelitian terkait harmoni kehidupan antara umat Islam dengan kristen juga

pernah dilakukan di Lemah Putro Sidoarjo oleh Anjar Tri Lutfianto dan Muhammad Turhan

Yani dengan judul Pola Interaksi antara Umat Islam dengan Kristen di Desa Lemah Putro

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Dari studi yang dilakukan terhadap komunitas

muslim yang berjumlah 912 jiwa dan komunita kristen yang berjumlah 230 jiwa di desa Lemah

Putro, ia menemukan bahwa terjalinnya hubungan yang harmonis antara umat Islam dan kristen

di desa tersebut karena didasari oleh faktor kesadaran diri sendiri dan kerja sama. Dari kerja

sama yang terwujud dalam bentuk silaturrahmi dan aktivitas sosial tersebut terbentuk pola

hubungan yang bersifat asimilasi antara kedua umat beragama.24

22Fu Xie,”Hubungan antara Orang Kristen dan Islam dalam Masyarakat Sipil: Studi di KotaSukabumi dan Kota Bandung”, Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies:“Ethnicity and Globalization, icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

23Imam Suprayogo dan M. Zainuddin, Potret Kerukunan Hidup Antarumat Beragamadi Malang Selatan (Jakarta: Mediacita, 2002).

24Anjar Tri Lutfianto dan Muhammad Turhan Yani, ”Pola Interaksi antara Umat Islam denganKristen di Desa Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, e-JournalUnesa, Kajian Moraldan Kewarganegaraan (Volume 02 Nomor 03; Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015).

Page 16: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

10

Penelitian yang cukup penting bagi peneliti adalah yang pernah dilakukan di Kendari

berjudul Dakwah dalam Masyarakat Plural: Peranan Tokoh Agama dalam Memelihara

Harmoni Sosial Hubungan Antarumat Beragama di Kendari yang dilakukan oleh La Malik

Idris tahun 2008.25 Penelitian ini memfokuskan penelitiannya terhadap 30 orang tokoh agama di

Kota Kendari yang dianggap memiliki peran penting dalam memelihara keharmonisan

hubungan antarumat beragama di Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

umumnya tokoh agama di Kendari secara prinsip tetap memegang keyakinan bahwa hanya

agamanyalah satu-satunya kebenaran universal dan absolut, tetapi mereka sepakat untuk

menerima perbedaan dan menolak segala bentuk tindak kekerasan atas nama agama. Adapun

terkait dengan peran muballigh dalam dakwah, keyakinan yang demikian itu tidak

mengharuskan mereka untuk menarik atau mempengaruhi agama lain agar memeluk Islam

sehingga harmonisasi bisa tetap terjaga.

Penelitian terkait hubungan muslim dengan Kristen yang rumah ibadahnya berdekatan

dilakukan oleh Lilam Kadarin Nuriyanto dengan judul Integrasi Sosial Pengelolaan Rumah

Ibadah Islam dan Kristen Di Surakarta.26 Hasil penelitian yang dilakukan terhadap Masjid Al-

Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan yang posisinya bersebelahan, serta

Gereja Baptis Indonesia (GBI) Diaspora Sejahtera dan Masjid Sami’na yang posisinya

berhadapan di Kestalan, Banjarsari Surakarta, menunjukkan bahwa rumah-rumah ibadah

tesebut tampak terbuka dalam bekerjasama, menjaga toleransi, dan saling menghormati dalam

berbagai praktik ibadah. Kondisi tersebut terwujud dengan dukungan beberapa faktor, yakni:

masih ada nilai gotong-royong dan menghormati kebebasan menjalankan ibadah, sikap inklusif

dalam beragama, kearifan sikap saling terbuka dalam mensikapi kegiatan yang diadakan antar

tempat ibadah yang berdekatan. Meskipun demikian masih terdapat sejumlah faktor yang dapat

menghambat keharmonisan dalam pengelolaan tempat ibadah yakni eksklusif beragama yang

salah, seperti pelarangan dari kelompok muslim tertentu terhadap GKJ Joyodiningratan dalam

menyediakan nasih bungkus ketika bulan puasa dan larangan parkir bagi umat GBI Diaspora

Sejahtera.

Peneltian tentang hubungan muslim dan kristen juga pernah dilakukan oleh Khelmy

Kalam Pribadi dengan judul Relasi Muslim dan Kristen (Studi Interpretatif tentang Konstruksi

Sosial Toleransi Jamaah Masjid Al Hikmah dan Jemaat Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan

25La Malik Idris, “Peran Tokoh Agama dalam Memelihara Harmoni Hubungan AntarumatBeragama di Kendari”, Disertasi (Makassar: PPs UIN Makassar, 2008).

26Lilam Kadarin Nuriyanto, Integrasi Sosial Pengelolaan Rumah Ibadah Islam dan Kristen diSurakarta, Analisa, Journal of Social Science and Religion, (Volume 22, No. 01, Juni 2015).

Page 17: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

11

Surakarta).27 Temuan penting dalam penelitian adalah bahwa hal yang mendasar dalam proses

konstruksi toleransi muslim dan kristen adalah pada pewarisan nilai yang terjadi pada setiap

generasi tentang toleransi dan penjagaan memori kolektif oleh elit masyarakat termasuk

pendeta dan takmir masjid.

Dari beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan topik hubungan antarumat

beragama, penelitian yang terakhir disebut secara objek sama dengan penelitian ini yakni

terhadap tempat ibadah yang jaraknya berdekatan. Namun demikian, penulis melihat topik yang

dikaji berbeda karena penelitian tersebut memfokuskan diri pada aspek pengelolaan rumah

ibadah, tidak secara khusus mengkaji aspek hubungan jamaah masjid dengan jemaat gereja.

Karena itu, penulis belum menemukan adanya penelitian yang secara khusus mengkaji

topik ini, terutama di Masjid Da’wah Wanita Kendari. Kalaupun ternyata penelitian itu ada,

tetap penelitian ini merupakan hal yang berbeda dan akan saling melengkapi penelitian yang

ada sebelumnya. Sehingga penelitian-penelitian tersebut merupakan bahan informasi berharga

bagi penulis dalam melakukan penelitian ini.

27Khelmy Kalam Pribadi, “Relasi muslim dan kristen (studi interpretatif tentang konstruksisosial toleransi jamaah Masjid Al Hikmah dan Jemaat Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan Surakarta)”,Skripsi (Surakarta: UNS-FISIP, 2011).

Page 18: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

12

BAB II

PERSPEKTIF TEORETIS RELASI MUSLIM DENGAN NONMUSLIM

A. Konsep Dasar Relasi dalam Masyarakat Beragama

Salah satu unsur utama yang membentuk bangunan sebuah masyarakat adalah

adanya relasi di antara individu yang ada di dalamnya. Sekelompok manusia yang

berkumpul di suatu tempat belum dapat dikatakan masyarakat apabila tidak terjadi

relasi di antara mereka. Relasi antara individu dalam masyarakat akan membentuk

interaksi timbal balik sehingga akan terwujud saling mempengaruhi, baik disadari

maupun tidak.

Proses ini menurut Peter L. Berger (1991) disebut sebagi sebuah relasi dialektis.

Menurutnya, relasi dalam masyarakat akan membentuk individu dimana individu akan

menyesuaikan dirinya dengan masyarakat. Begitu juga sebaliknya, relasi-relasi individu

dalam masyarakat akan dibentuk oleh individu sehingga masyarakat akan berubah

mengikuti individu.1

Dalam proses relasi, interaksi dan saling pengaruhi itulah individu akan

menunjukkan dirinya dalam komunitasnya. Pada kedirian seseorang ditunjukkan dalam

komunitas, maka pada saat itulah koumitas menilai. Penilaian akan mengerucut

menjadi kesimpulan apakah individu-individu memiliki kesamaan dengan individu lain

atau tidak. Ketika terdapat banyak kesamaan di antara mereka pada umumnya akan

terjadi solidaritas yang mengantarkan pada integrasi. Akan tetapi, jika terlalu banyak

perbedaan di antara mereka, maka mereka akan menganggap diri berbeda dan bukan

bagian dengan yang lain. Persepsi ini merupakan peluang terjadinya konflik. Meskipun

sebenarnya, keduanya (persamaan dan perbedaan) dalam komunitas masing-masing

sesungguhnya bisa menjadi potensi integrasi sekaligus potensi konflik.

Dari sisi inilah secara sosiologis, pada umumnya orang terbagi dua kutub dalam

memandang hubungan-hubungan yang terjadi dalam masyarakat. Kutub pertama

menitikberatkan pandangannya pada anggapan bahwa dalam menjalin hubungan antara

individu dalam masyarakat terdapat potensi konflik. Pandangan ini terbangun dari

realitas sosial yang terdapat banyak hubungan-hubungan yang diwarnai konfik. Hal itu

merupakan suatu keniscayaan karena masyarakat merupakan komunitas yang selalu

1Dadang Kahmad, Sosisologi Agama (Cet. 2; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 54.

Page 19: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

13

dinamis. Karena itu, dalam upaya memelihara keserasian hubungan dalam masyarakat

harus difokuskan pada upaya mencegah agar tidak terjadi konflik. Caranya dengan

mencari dan mengidentifikasi keumngkinan-kemungkinan yang dapat menjadi sumber

atau pemicu terjadinya konflik. Golongan yang menekankan pada upaya menyelesaikan

konflik dalam masyarakat kemudian dikenal dengan penganut teori konflik.

Kutub kedua adalah mereka yang beranggapan bahwa masyarakat sebenarnya

menyimpan potensi harmonis. Tokoh yang dianggap sebagai perintis teori ini, Herbert

Spencer (1820-1903) mengemukakan bahwa dalam relasi antara individu dalam

masyarakat tersimpan aspek saling ketergantungan timbal balik. Ketergantungan timbal

balik dalam masyarakat itu meniscayakan adanya keterkaitan fungsi antara bagian-

bagian termasuk individu dalam masyarakat. Keterkaitan fungsional dalam hubungan

atau ketergantungan timbal balik itulah yang dalam konsep dinamakannya sebagai

differensiasi.2

Berasarkan teori ini, sesungguhnya perbedaan-perbedaan yang ada dalam

komunitas bukan pemicu konflik jika bisa dikelola dengan baik. Justru perbedaan-

perbedaan yang banyak itu dapat dijadikan modal untuk melakukan solitaritas dan

intergrasi. Agar perbedaan itu dapat menghasilkan soolidaritas, maka syarat yang harus

dipenuhi adalah bahwa perbedaan-perbedaan itu mesti memiliki kaitan secara

fungsional atau saling membutuhkan. Jika perbedaan itu justru saling menghalangi

kepentingan satu sama lain, maka perbedaan seperti itulah yang akan menghasilkan

konflik.

Terlepas dari polemik antara teori konflik dengan teori solidaritasi. Said Agil

Husin al-Munawar mengemukakan bahwa kedua teori tersebut sesungguhnya berangkat

dari realitas masyarakat yang sama, sehingga tidak seharusnya dipertentangkan.

Menurutnya, kondisi masyarakat sudah pasti terdapat di dalamnya kesamaan-kesamaan

dan perbedaan-perbedaan. Begitu juga relasi yang terjadi dalam masyarakat secara

nyata memang menyimpan potensi konflik sekaligus menyimpan potensi solidaritas

atau integrasi. Dalam masyarakat yang hidup dalam suasana rukun sekalipun

sebenarnya tetap tersimpan potensi konflik. Sebaliknya juga demikian, dalam

masyarakat yang selalu terjadi konflik tetap tesimpan potensi solidaritas. Maka yang

2Dadang Kahmad, Sosisologi Agama, h. 57.

Page 20: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

14

penting dilakukan adalah mengeliminir konflik dan memperkuat solidaritas. Upaya ini

disebut pengelolaan keserasian sosial.3

Pengelolaan keserasian sosial ini hanya akan berhasil jika semua individu yang

ada dalam komunitas mampu menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya.

Dengan sikap seperti ini, maka akan muncul sikap saling memahami karakteristik

masing-masing, saling menghormati keadaan masing-masing, dan saling menghargai

pilihan masing-masing.

Untuk kepentingan pengelolaan keserasian sosial ini, maka pemerhati masalah

sosial mestinya mengarahkan perhatian mereka pada bentuk-bentuk hubungan yang

terjadi dalam masyarakat agar dapat dikelola secara positif dalam rangka menciptakan

keserasian sosial.

Jika dicermati manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan antara

seorang dengan orang lain. Maka relasi dan interaksi sesungguhnya merupakan penentu

dari adanya konflik dan solidaritas dalam kehidupan bersama. Interaksi tersebut baru

akan terjadi apabila orang atau kelompok manusia yang saling berkomunikasi, bekerja

sama, kontestasi, bahkan mengadakan persaingan, maupun pertikaian.4

Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari proses

sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan yang dinamis. Secara sederhana dalam

masyarakat, hubungan atau relasi antar orang atau kelompok terjadi dalam dua bentuk,

yaitu hubungan sehari-hari dan asosiasional (associational).5

Interaksi sehari-hari terdiri dari hubungan yang sederhana dan rutin antara

individu dalam masyarakat, seperti: keluarga atau kelompok yang satu mengunjungi

keluarga atau kelompok yang lain, makan bersama, pesta bersama, mendorong anak-

anak untuk bermain bersama dan lain-lain. Interaksi ini biasanya bersifat alamiah,

spontan, dan tanpa direncanakan.

3Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press,2003), h. 213.

4Dalam proses interaksi terjadi penyesuaian diri yang menjadi intinya, baik seseorangmenyesuaikan dirinya dengan yang lain (outoplastis) maupun yang lain dengan dirinya(aloplastis).Selengkapnya dalam W.A.Gerungan, Psikologi Sosial (Cet. 11; Bandung: Eresco, 1988), h. 57.

5Varshney, Ethnic Conflict and Civic Life, dalam Fu Xie,”Hubungan antara Orang Kristen danIslam dalam Masyarakat Sipil: Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung, Prosiding The 5th

International Conference on Indonesian Studies:“Ethnicity and Globalization,icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

Page 21: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

15

Adapun interaksi asosiasional terjadi dalam kelompok-kelompok seperti

asosiasi bisnis, organisasi profesional, klub membaca, klub film, klub olah raga, klub

musik, organisasi pesta, persatuan dagang, organisasi masyarakat, organisasi

keagamaan dan juga partai politik.

Setiap daerah pada umumnya mengalami perberkembangan, seperti desa

berubah menjadi kota kecil, kota kecil menjadi kota besar, dan kota besar berubah

menjadi kota metropolitan. Seiring dengan perkembangan itu, orang-orang yang ada di

dalamnya pun mulai berubah. Mereka mulai menempuh jarak yang jauh untuk bekerja

dan menghabiskan waktu lama di tempat kerja. Dalam keadaan seperti ini, pertemuan

tatap muka sehari-hari sulit dilakukan sehingga hubungan asosiasional menjadi perlu

baik untuk tujuan ekonomi, sosial maupun politik.

Dua bentuk hubungan ini juga berlaku dalam kaitannya dengan hubungan antara

pemeluk agama yang berbeda. Pada satu komunitas yang mendiami satu daerah dan

terdapat pemeluk agama yang berbeda, mereka tentu melakukan interaksi, baik

interaksi seharai-hari maupun dalam bentuk yang formal, misalnya kelompok suku atau

paguyuban, kelompok bisnis atau mungkin kelompok kerja sama keilmuan.

Dalam melakukan interaksi antara pemeluk agama yang berbeda tentu tidak

statis, tetapi selalu dinamis. Kedinamisan itu membuka peluang terjadinya harmoni

sebagaimana terbukanya peluang terjadinya dishamoni. Penyebabnya adalah adanya

sejumlah perbedaan yang terdapat dalam agama yang berbeda-beda itu. Perbedaan itu

terdapat dalam ranah ideologis, ritual, juga karakteristik da cakupan ajaran agama.

Perbedaan-perbedaan itu pada pokonya secara fundamental bersumber dari teologi

memang tidak dapat dipertemukan.

Akan tetapi, adanya perbedaan fundamental itu tidak boleh dijadikan sebagai

pembenar untuk membiarkan terjadinya gesekan bahkan konflik di tengah umat

beragama. Karena jika itu yang terjadi, maka tidak ada pemeluk agama yang dapat

tenang mengamalkan agamanya ketika di sekitar mereka terdapat pemeluk agama lain.

Jika itu yang terjadi, maka akan hilang makna esensi agama yang seharusnya

membimbing umat kepada kebaikan. Padahal, semua agama sejatinya mengajarkan

untuk hidup bermakna dengan sesama manusia. Kebermaknaan hidup akan terasa jika

manusia mampu hidup secara harmoni. Sedangkan harmoni, bukanlah suatu anugerah

yang ditunggu kedatangannya, melainkan harus diusahakan untuk diwujudkan.

Page 22: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

16

Agar suasana harmoni itu bisa terwujud, sejumlah ilmuan menawarkan dialog

antarpemeluk agama untuk menumbuhkan dan memelihara keharmonisan antarpemeluk

agama dalam masyarakat. Secara umum bentuk dialog tersebut dapat bedakan menjadi:

dialog parlementari, dialog institusional, dan dialog dalam komunitas masyarakat.6

Dialog parlementari dilakukan dalam bentuk pertemuan antara mereka yang

berbeda agama dalam kapasitas yang relatif besar, seperti konferensi atau kongres dan

semacamnya. Dalam pertemuan itu dibicarakan usaha untuk membangun kerja sama

antarapemeluk agama yang berbeda. Dialog seperti ini juga dimanfaatkan untuk mereka

yang ingin mengenal lebih jauh ajaran agama lain.

Sedangkan dialog institusional adalah sebuah pertemuan yang melibatkan

pemuka-pemuka agama dari institusi yang ada dalam agama yang berbeda-beda. Dalam

pertemuan itu dibicarakan berbagai masalah kekinian yang dihadapi oleh umat

beragama untuk dicarikan solusinya. Selain itu, pertemuan kelembagaan ini juga dapat

dijadikan sarana untuk meluruskan persepsi jika terdapat mispersepsi atau

misunderstanding (kesalahpahaman) pemeluk agama yang satu terhadap agama dan

pemeluk agama yang lain.

Adapun dialog dalam komunitas adalah bentuk dialog yang relatif kecil, terbatas

dan lebih fokus pada upaya penyelesaian berbagai masalah yang bersifat praktis yang

muncul di tengah kehidupan. Dalam pertemuan ini misalnya dibicarakan penyelesaian

terhadap satu masalah atau konflik antara pemeluk agama. Bahkan tidak menutup

kemungkinan forum ini bisa menjadi wadah penyelesaian masalah krusial bersama,

seperti kemiskinan, keterbelakangan dan pemberdayaan masyarakat di daerah mereka.

Mode-model dialog yang ditawarkan tersebut bersifat menyeluruh dan secara

intensif adalah hal yang positif dan konstruktif, terutama seperti di Indonesia yang

tingkat pluralitasnya tinggi. Apalagi tawaran model dialog itu lahir dari riset mendalam

terhadap fenomena masyarakat yang berbeda agama.

B. Relasi Muslim-Nonmuslim dalam Islam

Dalam masyarakat yang majemuk dimana agama tertentu tidak dijadikan basis

dalam pengelolaan hubungan masyarakat, maka dialog agama ini nampaknya menjadi

6Mun’im A. Sirry, Membendung Militansi Agama: Iman dan Politik dalam Masyarakat Modern(Jakarta; Erlangga, 2003), h. 199-201.

Page 23: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

17

tawaran yang konstruktif untuk dikembangkan. Model dialog ini meniscayakan adanya

pihak ketiga yang mendudukkan agama-agama dan pemeluknya sejajar dalam konteks

hubungan kemasyarakatan.

Akan tetapi, penting untuk dicermati bahwa tawaran dialog itu berangkat dari

semangat untuk mencari solusi yang digali dari peserta pertemuan atau dari masyarakat

beragama sendiri. Meskipun kedengarannya baik, tetapi sesungguhnya perlu dicermati

lebih jauh. Cermatan mesti diarahkan pada aspek paradigma dan metodologis.

Secara paradigma, solusi dialog berangkat dari menempatkan semua agama

pada posisi yang sama sebagai sebuah sumber kebenaran. Ketika semua agama

diposisikan sebagai sumber kebenaran yang mesti diakui oleh semua pemeluk agama,

maka di sana terdapat anggapan bahwa kebenaran masing-masing agama bersifat

relatif. Sifat relatifnya dapat dipahami dari segi bahwa kebenaran agama yang berbeda-

beda itu dapat dipertemukan lalu dijadikan satu kesimpulan solusi berdasarkan

kesepakan pemeluk agama yang berbeda-beda itu. Paradigm ini meniscayakan adanya

pemikiran pluralisme agama.

Dalam wacana pemikiran pluralisme, teologi agama yang berbeda-beda

merupakan sekat yang membatasi antara pemeluk agama untuk menjalin harmoni

dalam kehidupan. Karena itu, masing-masing agama tidak boleh mengklaim bahwa

hanya agamanya yang benar sementara yang salah. Akan tetapi, pemeluk agama

hendaknya menyadari bahwa semua agama pada dasarnya sama.7

Paradigma seperti ini tentu tidak semua agama dapat menerimanya.

Menganggap bahwa semua agama sama karena sama-sama mengajarkan kebenaran

tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Islam memandang kebenaran mutlak bersumber

dari Allah Swt., Pencipta manusia. Kebenaran dari Allah Swt. tidak dapat disamakan

dengan yang lain, dicampur, direduksi apalagi direvisi. Umat Islam hanya boleh

melakukan kreasi dalam aspek cara dan wasilah pelaksanaannya saja. Misalnya, Islam

mengajarkan wajib mendakwahi umat agama lain agar mereka memeluk Islam. Ajaran

ini merupakan konsep yang tidak dapat direduksi sedikitpun. Yang dapat dilakukan

adalah mencari teknik penyampaian dan sarana yang sesuai dengan kondisi yang

dihadapi.

7Ulasan selengkapnya tentang pluralisme ini dapat dilhat dalam tulisan Sanuri, “DinamikaWacana Pluarlisme Keagamaan di Indonesia”, Religio, Jurnal Studi Agama-agama (Vol. 2, No. 1, Maret2012), h. 71-75.

Page 24: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

18

Mengenai metodologis, tawaran dialog agama ini mengindikasikan adanya

pengambilan keputusan hukum dengan jalan kesepakatan tanpa mengindahkan standar

dari agama-agama yang berbeda tentang metode melahirkan sebuah solusi atau hukum

terhadap suatu masalah.

Model penyelesaian masalah dengan mengambil solusi dari beberapa ajaran

agama untuk dijadikan satu keputusan merupakan bentuk sinkretisme atau

pencampurbauran ajaran agama. Terhadap suatu masalah yang muncul, diajukan solusi

dari beberapa agama, lalu diambil titik temu yang disepakati dari ajaran-ajaran agama

tersebut.

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan tentu tidak serta

merta dapat menerima konsepsi dialog demikian. Ketika yang didialogkan perkara

teknis yang tidak terkait dengan aspek kosep dan metode, maka tentu Islam

mengakomodasi dialog bahkan membuka lebar pintu dialog. Akan tetapi, jika materi

dialog bukan perkara teknis, tetapi menyangkut ajaran agama, maka Islam memiliki

cara tersendiri.

Islam tidak mentolerir adanya unsur ajaran dari selainnya untuk masuk menjadi

bagian darinya. Dengan kata lain, Islam menolak upaya pencampurbauran ajaran

agama. Allah Swt, menegaskan dalam al-Qur’an:

ولا تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlahkamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui (TQS. al-Baqarah/2:42).

Dalam pemecahan suatu masalah, Islam menjadikan penggalian hukum

(instimbath) sebagai metode untuk menetapkan solusi hukum setiap masalah yang

dihadapi, tidak terkecuali hubungan antara pemeluk agama yang juga merupakan objek

pembahasan dalam Islam. Pelaksanaan istimbath ini dilakukan oleh ulama dengan

mengetahui secara detail persoalan yang muncul, baik dari segi bentuk, sifat dan

cakupan suatu masalah. Selanjutnya memahami nash yang terkait dengan masalah

dimaksud lalu menerapkannya secara tepat terhadap sebuah masalah. Di sinilah

lahirnya hukum terhadap masalah baru yang digali dari sumber ajaran Islam.

Musyawarah atau dialog dalam Islam hanya dibenarkan dalam perkara-perkara

yang terkait dengan teknis, cara, fasilitas dan sarana yang digunakan dalam pelaksanaan

solusi yang telah digali dari sumber-sumber Islam.

Page 25: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

19

Dalam hal hubungan antara muslim dengan nonmuslim merupakan suatu

perkara yang telah diatur oleh hukum syara’ sehingga hubungan itu telah diatur di

dalamnya dan tidak ada peluang bagi umat Islam untuk menentukan bentuk hubungan

yang lain selain apa yang telah ditetapkan oleh hukum syara’. Perkara yang boleh

didialogkan bukanlah perkara hubungan itu sendiri, melainkan sarana atau wasilah apa

yang akan diambil untuk mewujudkan hukum syara’ terkait hubungan itu.

Tegasnya, Islam telah mengatur bentuk-bentuk dan tata cara menjalin hubungan

dengan orang yang berbeda agama. Aturan itu bukan diambil dari fakta atau realitas

kebutuhan hubungan yang ada di tengah masyarakat, bukan pula melalui rekomendasi

riset sosiologi dan antropologis, melainkan dari ajaran Islam sendiri yang berasal dari

sumber utamanya, yakni al-Qur’an dan Sunnah.

Untuk memudahkan pembahasan, maka hubungan muslim dengan nonmuslim

dapat dibedakan pembahasannya menjadi dua segi, yakni dari segi hubungan secara

individu yang dilakukan sebagai individu dalam masyarakat dan dari segi hubungan

sebagai sebuah entitas masyarakat Islam.

1. Hubungan Muslim dengan Nonmuslim secara Individu

Kenyataan bahwa terdapat banyak manusia yang berbeda-beda merupakan

fenomena yang tidak bisa dihindari. Keberagaman manusia di bumi ini sekaligus

merupakan hukum sosial yang tidak dapat diubah. Keberagaman atau pluralitas itu

ditinjau dari segi suku atau ras, bahasa, rumpun atau kebangsaan adalah perkara yang

telah menjadi sunnatullah.

Allah Swt. sendiri menciptakan manusia dengan beragam. Keragaman itu

terdapat dalam jenis, warna kulit, bentuk tubuh, rumpun, bahasa, dan karakteristik

lainnya, baik yang sudah diketahui oleh manusia maupun yang belum diketahui. Dalam

al-Qur’an disebutkan:

وقبائل لتعارفوا إن ن ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا یا أیھا الناس إنا خلقناكم م

علیم خبیر أكرمكم عند ا أتقاكم إن اHai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki danseorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliadiantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Page 26: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

20

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (TQS. Al-Hujurat/49: 13).

Selain keberagaman dari segi biologis, fisiologis dan sosial, terdapat pula

keragaman dari segi ideologi, keyakinan atau agama. Dalam al-Qur’an, Allah Swt.

menegaskan bahwa perbedaan itu merupakan suatu yang hadir di tengah manusia.

Meskipun ada kemungkinan bisa diubah dan diseragamkan keseluruhannya, tetapi

upaya itu hanya mungkin dilakukan dengan pemaksaan. Dan Allah Swt. tidak

menghendaki manusia melakukannya. Artinya, penyeragaman keyakinan agama

dengan jalan paksaan dilarang. Termasuk menerima kebenaran Islam dengan cara

pemaksaan tidak dibenarkan. Dalam al-Qur’an, Allah Swt. memperingatkan manusia

akan hal ini sebagaimana dalam ayat berikut:

ولو شاء ربك لآمن من في الأرض كلھم جمیعا أفأنت تكره الناس حتى یكونوا مؤمنین Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di mukabumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya merekamenjadi orang-orang yang beriman semuanya (TQS. Yunus/10: 99).

Kedua ayat tersebut merupakan justifikasi teologis bagi umat Islam bahwa

keberadaan manusia dengan beragam latar belakang dan agama adalah sebuah

fenomena yang nature dan atas izin Allah Swt. Untuk itu, Islam diturunkan oleh Allah

Swt. dengan seperangkat aturan yang mengatur seluruh interaksi muslim dalam

kehidupannya yang beragam tersebut, termasuk interaksi dengan non muslim.

Dalam Islam, semua bentuk interaksi atau hubungan manusia telah diatur secara

keseluruhan, baik hubungan antara manusia dengan Pencipta, antara manusia dengan

manusia lainnya, termasuk antara manusia dengan dirinya sendiri. Hubungan manusia

dengan penciptanya tercakup dalam perkara iman (aqidah) dan ibadah (’ubudiyyah).

Hubungan manusia dengan manusia lain tercakup dalam perkara muamalah dan sanksi

(’uqubat). Dalam aspek muamalah inilah terdapat interaksi dalam masyarakat agar

individu bisa memenuhi kebutuhan mereka dari sesama manusia, seperti kebtuhan

ekonomi, kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, hukum dan sanksi-sanksi terhadap

pelanggaran hukum, politik dan pemerintahan.8

8Arif B. Iskandar, Materi Dasar Islam, Islam Mulai dari Akar Hingga Daunnya (Cet. 4; Bogor:Al-Azhar Press, 2010), h. 9. Kelengkapan atau kesempurnaan Islam sebagai aturan hidup ditegaskanAllah dalam al-Qur’an: …Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

Page 27: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

21

Dari sini diketahui bahwa Islam merupakan kumpulan aturan hidup yang

mencakup seluruh aspek interaksi manusia di dunia. Aturan hidup itu keseluruhannya

didasarkan dan dilahirkan dari akidah Islam. Dari akidah Islam ini kemudia terpancar

aturan-aturan (nizham) hidup secara keseluruhan. Inilah yang disebut sebagai sebagai

mabda’ (ideologi) yang terdiri dari konsep dan metode pelaksanaan konsep berupa

aturan-aturan yang harus digunakan dalam menjalani kehidupan.9

Hanya saja, ajaran Islam sebagai sistem hidup itu hanya bisa menjadi aturan

hidup, jika Islam dilaksanakan secara utuh dalam kehidupan nyata, baik secara

individu, masyarakat maupun negara.10 Inilah yang dikehendaki oleh Allah swt dalam

ayat berikut:

بعوا خطوات الشیطان إنھ لكم ع لم كآفة ولا تت بین یا أیھا الذین آمنوا ادخلوا في الس دو مHai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, danjanganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuhyang nyata bagimu (QS. al-Baqarah/2: 208).

Terkait hubungan antara pribadi muslim dengan nonmuslim, terdapat dalil yang

sangat tegas dalam hal ini. Secara umum, umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik

dan berbuat adil kepada sesame manusia. Di antara ayat yang memerintahkan berbuat

baik adalah sebagai berikut:

یحب المحسنین وأنفقوا في سب ولا تلقوا بأیدیكم إلى التھلكة وأحسنوا إن ا یل اDan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamumenjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karenasesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (TQS. Al-Baqarah/2: 195).

ولا تشركوا بھ شیئا وبالوالدین إحسانا وبذي القربى والیتامى والمساك ین والجار واعبدوا ا

لا یحب ذي القربى والجار احب بالجنب وابن السبیل وما ملكت أیمانكم إن ا الجنب والص

من كان مختالا فخورا

cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu… (TQS. al-Maidah/5:3).

9Taqiyuddin al-Nabhani, Nizām al-Islāmiyyah (Cet. 6; Bogor: Pustaka Fikrul Mustanir, 2001),h. 70.

10Hamka, Studi Islam (Cet. 1; Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1982), h. 192-195.

Page 28: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

22

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan temansejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (TQS. al-Nisa’/4: 36).

Kedua ayat di atas (QS. Al-Baqarah/2: 195 dan QS. al-Nisa’/4: 36) adalah dalil

umum tentang kewajiban untuk berbuat baik. Sasaran atau objek kepada siapa harus

berbuat baik tidak disebutkan dalam ayat pertama di atas (QS. al-Baqarah/2: 195).

Sehingga dipahami bahwa berbuat baik itu tidak terdapat pengecualian sehingga berarti

diperintahkan kepada siapa saja, termasuk nonmuslim.

Ayat kedua (al-Nisa/4: 36) menentukan sasaran kepada siapa harus berbuat baik,

yaitu: kepada orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga, teman, ibnu sabil

dan hamba sahaya. Konteks perintah dalam ayat ini adalah keharusan berbuat baik

kepada orang-orang dekat (kerabat), baik dari segi hubungan keturunan maupun bukan

(hubungan dengan sebab pernikahan). Kategori orang-orang yang disebutkan tidak

membedakan dari segi latar belakang suku, bahasa dan agama. Sehingga siapa saja

yang termasuk dalam kategori yang disebutkan dalam ayat itu adalah orang yang harus

menjadi sasaran berbuat baik, termasuk dalam hal ini muslim maupun nonmuslim. Jadi,

seorang muslim wajib berbuat baik kepada kerabatnya yang nonmuslim dalam koridor

yang tidak melanggar ketentuan Islam.

Meskipun kedua ayat di atas sama-sama memerintahkan berbuat baik, tetapi

makna ayat yang kedua (QS. al-Nisa/4: 36) lebih khusus dari pada ayat pertama (QS.

al-Baqarah/2: 195). Sehingga dipahami bahwa memang mesti berbuat baik kepada

semua orang, tetapi ada yang harus diprioritaskan, yakni berbuat baik kepada orang-

orang yang disebutkan dalam ayat kedua (QS. al-Nisa/4: 36), yakni kerabat karena

kedekatan hubungan kekeluargaan dengan mereka.

Masih terdapat dalil dari al-Qur’an mengenai berbuat baik yang lebih khusus

dibandingkan kedua ayat sebelumnya. Kekhususan berbuat baik itu secara tegas

ditujukan kepada nonmuslim. Dalam al-Qur’an disebutkan:

وھم ن دیاركم أن تبر ین ولم یخرجوكم م عن الذین لم یقاتلوكم في الد وتقسطوا لا ینھاكم ا

یحب المقسطین إلیھم إن اAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

Page 29: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

23

negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS. al-Mumtahanah/60: 8).

Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa umat Islam dibolehkan menjalin

hubungan dengan pemeluk agama lain. Dalam ayat di atas tidak disebutkan kepada

pemeluk agama tertentu, sehingga mencakup nonmuslim mana saja. Asalkan terpenuhi

syarat bahwa mereka tidak tergolong yang memusuhi dan memerangi karena agama.

Jika mereka termasuk memusuhi dan memerangi kalum muslimin berarti ada

ketentuan lain berupa diperangi. Namun, konteks memerangi nonmuslim dalam islam

bukan untuk menghabisi atau memaksa mereka masuk Islam, tetapi melenyapkan

kezaliman mereka. Sehingga ketika memerangi nonmuslim pun diharuskan

melakukannya dengan baik seperti tidak berlebih-lebihan, tidak menyiksa, termasuk

dalam kategori ini adalah tidak mengganggu wanita, anak-anak dan orang-orang lemah

di antara mereka yang tidak turut memerangi kaum muslimin meskipun orang tua atau

suami mereka memerangi kaum muslimin.11

Bentuk hubungan itu adalah berbuat baik yang diungkapkan dengan kata

tabarru dan berbuat adil yang diuangkapkan dalam ayat di atas dengan ungkapan

tuqsithu.

Berbuat baik mengandung makna umum yang mencakup seluruh bentuk

perbuatan yang secara kemanusiaan dianggap baik, seperti menolong, meringankan

beban, memberikan harta dalam bentuk makanan atau pakaian atau benda-benda

kebutuhan lainnya, meminjamkan harta, atau bekerja sama secara bisnis dan

kekelargaan. Sedangkan berbuat adil mencakup seluruh perbuatan yang menghargai

sesama sesuai harkat dan martabat kemanusiaannya, menunaikan apa yang menjadi

haknya dan tidak menganiaya.

Untuk mengaplikasikan konsep berbuat baik dan adil kepada nonmuslim (orang

kafir)12 ini, perlu dicermati secara detail keadaan orang kafir yang menjadi objek

11Selengkapnya lihat Ibnu Katsir, Lubabut Tafsir min Ibni Katsir, pentahqiq Abdullah binMuhammad bn Abdurrahman bin Ishaq Alu al-Syaikh, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, dkk.,Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8 (Cet. 5; Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), h. 142.

12Jika disimpulkan pendapat para ulama tentang term kafir, menurut Harifuddin Cawidu dapatdibagi menjadi dua bagian, yakni kafir dalam pengertian keluar dari Islam dan kafir dalam pengertianingkar kepada nikmat dan menyalahi perintah Allah Swt., tetapi tidak keluar dari Islam. Lihat HarifuddinCawidu, Konsep Kufr dalam al-Qur’an, dalam Islah Gasmian, Khazanah Tafsir Indonesia, DariHermeneutika Hingga Ideologis (Cet. 1; Jakarta: Teraju, 2003), h. 301.

Page 30: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

24

pembicaraan. Islam mengkategorikan nonmuslim menjadi dua kelompok besar, yakni

harbi13 dan non harbi.

Kafir harbi adalah orang kafir yang memerangi umat Islam. Setiap non muslim

yang statusnya memusuhi umat Islam, baik secara nyata terlibat dalam peperangan atau

memerangi umat Islam maupun dalam keadaan tidak sedang berperang atau tidak

memerangi umat Islam. Begitu juga apakah ia sebagai individu, kelompok maupun

sebagai kekuatan negara. Terhadap kafir harbi, maka sikap Islam sangat tegas yakni

tidak menjalin hubungan dalam bentuk apapun.14 Dalam al-Qur’an ditegaskan:

ن ین وأخرجوكم م عن الذین قاتلوكم في الد دیاركم وظاھروا على إخراجكم أن إنما ینھاكم ا

تولوھم ومن یتولھم فأولئك ھم الظالمون Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, danmembantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan merekasebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (TQS. al-Mumtahanan/60: 9).

Larangan menjadikan kawan atau teman dan berbuat baik kepada orang-orang

yang disebutkan dalam ayat ini bersifat tegas sehingga dimaknai haram. Qarinah15

(indikasi) yang menunjukkan ketegasan makna haram tersebut diketahui dari adanya

celaan16 dan ancaman yang disebutkan di ujung ayat, yakni ”Dan barangsiapa

menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS.

al-Mumtahanan/60: 9). Maksud qarinah celaan dalam ayat ini adalah bawah Allah

memvonis siapa saja dari kaum muslimin yang menjadikan kawan atau mengambil

13Kata harbi ( حربي ) dalam bahasa Arab terambil dari akar kata haraba ( حرب ) yang artinyamerampas. Kata bentukan selanjutnya adalah hāraba ( حارب ) artinya memerangi. Dapat dilihatselengkapnya dalam Ahmad Warson Munawwar, Al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia (Cet. 14;Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 248.

14http://hizbut-tahrir.or.id/2014/10/06/kebijakan-khilafah-terhadap-non-muslim/15Untuk mendapatkan batasan tentang ketentuan hukum syara’ mengenai perbuatan manusia

ditempuh dengan dua cara, yakni mencari dalil yang menentukan atau menyebutkan tuntutan untukmengerjakan atau meninggalkannya atau mencari qarinah baik dalam satu dalil maupun di dalil yang lainyang apabila digabungkan akan menjelaskan jenis tuntuutan perbuatan yang dituntut. Lihat selengkapnya‘Atha bin Khalil, Taisir alWushul ila alUshul, diterjemahkan oleh Yasin as-Siba’i, Ushul Fiqih, KajianUshul Fiqih Mudah dan Praktis (Cet. 4; Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2011), h. 17.

16Celaan adalah satu indikasi bahwa perbuat yang dicela itu adalah haram hukumnya. Lihatselengkapnya ‘Atha bin Khalil, Ushul Fiqih, Kajian Ushul Fiqih Mudah dan Praktis, h. 25.

Page 31: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

25

penolong dari kalangan orang-orang kafir –yang memusuhi umat Islam– sebagai orang

yang berbuat zalim.17

Berkawan atau menjadikan mereka sebagai penolong bisa dilakukan secara

perorangan, seperti seseorang yang berkawan dengan orang atau kelompok orang kafir

yang memusuhi umat Islam. Bisa juga dilakukan dalam bentuk kelompok atau negara,

dimana sekelompok umat Islam atau diwakili oleh pemimpin negara mereka yang

bersahabat atau meminta pertolongan dari kelompok atau negara kafir yang memerangi

umat Islam.

Keharaman yang disebutkan juga berlaku kepada siapa saja yang memenuhi

ketentuan yang menjadi illat18 ayat ini yakni karena mereka memerangi karena agama

atau mengusir dari kampung atau negeri atau bekerja sama dengan orang yang

mengusir, baik dalam bentuk bersama-sama, menyiapkan fasilitas, atau mendukung

mereka yang mengusir atau memusuhi.

Meskipun Islam melarang berbuat baik terhadap orang kafir yang memerangi

kaum muslimin secara tegas, tidak berarti bahwa umat Islam boleh melakukan

kekerasan terhadap mereka. Kekerasan hanya dilakukan terhadap mereka dalam

suasana perang. Itupun dilakukan dalam koridor yang tidak melanggar ketentuan

syariah. Ketika terjadi peperangan tidak dibenarkan membunuh kecuali dalam suasana

perang dan tidak dibenarkan membunuh atau menganniaya orang yang tidak ikut

dalam peperangan. Begitu juga tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, hamba

sahaya, orang sakit, orang tua jompo, pendeta dan pegawai. Islam juga mengharamkan

kekejaman sehingga tidak boleh membunuh binatang, merusak tanaman, mencemari

sumur, dan menghancurkan tempat tinggal. Dilarang juga menghabisi orang yang luka

dan tidak boleh mengejar orang yang lari, sebab perang dalam Islam ibarat pembedahan

dalam operasi, tidak boleh melampaui tempat yang sakit.19

17Sayyid Quthb, Fi Dzilal al-Qur’an, ditermahkan oleh As’ad Yasin, dkk., Fi Zilalil Qur’an, DiBawah Naungan al-Qur’an, jilid 11 (Cet. 2; Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 240.

18‘Illat adalah perkara yang memunculkan hukum. Illat adalah sesuatu yang karenakeberadaannya menjadikan adanya hukum dan ketiadaannya menjadikan tidak adanya hukum. Uraianselengkanpnya dapat dilihat dalam ‘Atha bin Khalil, Ushul Fiqih, Kajian Ushul Fiqih Mudah danPraktis, h. 113.

19Sayyid Sabiq, Fiqhu Sunnah, Penerjemah Nor Hasanuddin, dkk. (Jilid 4, Cet. 2; Jakarta: PenaPundi Aksara, 2007), h. 37.

Page 32: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

26

Islam mengajarkan bahwa dalam kondisi bermusuhan atau peperangan pun

masih disisakan ruang untuk memperlakukan musuh dengan jiwa yang penuh kasih

serta membersihkan perbuatan dengan kejujuran dalam muamalah. Hal itu dilakukan

dengan harapan dan penantian, mudah-mudahan di suatu saat mereka merasakan

kebaikan Islam dan menjadi yakin bahwa kebaikan hanya itu hanya ada ketika

bergabung dengan Islam yang mulia dan tinggi.20

Hikmah ini mengajarkan umat Islam agar tidak pernah berputus asa menanti

kesadaran orang-orang yang memusuhi Islam hingga waktu itu tiba dimana orang-

orang kafir berbondong-bondong memeluk Islam yang akan memuliakan mereka. Allah

menyebutkan dalam ayat-Nya:

قدیر ودة وا نھم م أن یجعل بینكم وبین الذین عادیتم م حیم عسى ا غفور ر واMudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orangyang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS. al-Mumtahanan/60: 7).

Ini adalah kaedah yang bersifat tetap terkait hubungan kaum muslim dengan

nonmuslim yang berstatus sebagai kafir harbi. Ketentuan ini tidak boleh dilanggar oleh

orang Islam. Jika ada orang Islam, baik secara pribadi maupun kelompok menjalin

hubungan dengan kafir harbi, baik secara individu maupun kelompok atau negara,

maka Islam akan mengenakan sanksi dengan hukuman ta’zir21 kepada pelakuknya

karena telah melakukan perbuatan haram dan membahayakan umat Islam.

Adapun non harbi, maka mereka tidak boleh diganggu dan tidak boleh

diperangi. Non muslim yang termasuk kategori ini terdiri dari tiga kategori, yakni: kafir

mu’ahhad (orang kafir yang terikat perjanjian dengan Islam), kafir musta’min (orang

kafir yang mendapat jaminan keamanan dari Islam), dan kafir zimmi (orang kafir yang

tinggal dalam Darul Islam yang mendapat hak yang sama dengan muslim).22

20Sayyid Quthb, Fi Dzilal al-Qur’an, ditermahkan oleh As’ad Yasin, dkk., Fi Zilalil Qur’an, DiBawah Naungan al-Qur’an, jilid 11 (Cet. 2; Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 240

21Ta’zir adalah sanksi yang bersifat edukatif, yakni hukuman yang diberikan kepada setiappelanggaran syariat atau yang melakukan maksiat yang di dalamnya tidak ada had dan kafarat. Bentukdan kadar sanksinya diserahkan kepada penguasa untuk menetapkannya. Selengkapnya dalamAbdurrahman al-Maliki dan Ahmad Da’ur, Nidzam al-‘Uqubat wa Ahkam al-Bayyinat fi al-Islam,diterjemahkan oleh Syamsuddin Ramadhan, Sistem Sanksi dan Hukum Pembuktian dalam Islam (Cet. 4;Bogor Pustaka Thariqul Izzah, 2011), h. 219.

22Sebagian ulama membagi kafir menjadi: kafir harbi (al-muhâribîn), kafir yang memilikiperjanjian dengan kaum Muslimin (ahlu al-‘ahd) dan kafir ahlu dzimmah (adz-dzimmi). Ustadz Kholid

Page 33: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

27

Kafir mu’ahhad adalah orang kafir atau nonmuslim yang melakukan perjanjian

damai dengan kaum muslimin. Terhadap mereka, Islam mewajibkan untuk memelihara

perjanjian terhadap mereka dalam bentuk tidak memusuhi, tidak mengganggu, dan

tetap berlaku baik kepada mereka semuanya.23

Terhadap kafir musta’min dan mu’ahhad mendapat jaminan keamanan, maka

kaum muslim tidak boleh mengganggu apapun yang dimiliki.24 Keharusan ini berlaku

sepanjang mereka tidak melanggar perjanjian.

Dalam hal muamalah, orang Islam dipersilakan bermuamalah secara baik

dengan nonmuslim sesuai dengan ketentuan Islam (QS. al-Mumtahanan/60: 8-9), di

antaranya: muslim boleh memakan sebelihan Ahlul Kitab dan menikahi wanita baik-

baiknya (QS. al-Maidah/5: 5), meski muslimah diharamkan dinikahi orang kafir (QS.

al-Mumtahanan/60: 10), dan berbisnis dalam berbagai produk dan jasa yang diboleh

oleh syariat Islam.25

Kafir dzimmi adalah non muslim yang tinggal dalam wilayah kekuasaan Islam.

Semula mereka adalah ahl al-kitab (Yahudi dan Nasrani), tetapi kemudian meluas

kepada setiap non muslim yang bersedia menjadi warga negara dengan kesiapan tunduk

kepada negara Islam. Kepada mereka diberikan jaminan dan perlindungan oleh umat

Islam dan tidak dibebankan selain kewajiban membayar jizyah.26

Ketentuan jizyah ini diwajibkan dalam Islam berdasarkan nash al-Qur’an:

ولا بالیوم الآخر ورسولھ ولا قاتلوا الذین لا یؤمنون با م ا مون ما حر ولا یحر

یدینون دین الحق من الذین أوتوا الكتاب حتى یعطوا الجزیة عن ید وھم صاغرون Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepadahari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah

Syamhudi, Apakah Semua Orang Kafir Sama, dalam http://almanhaj.or.id/content/2569/slash/0/apakah-semua-orang-kafir-sama/

23Sayyid Quthb, Fi Dzilal al-Qur’an, diterjemahkan oleh As’ad Yasin, dkk., Fi Zilalil Qur’an,Di Bawah Naungan al-Qur’an, jilid 11 (Cet. 2; Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 240

24http://hizbut-tahrir.or.id/2014/10/06/kebijakan-khilafah-terhadap-non-muslim/25Rasulullah sendiri selama di Mekah dipercaya menyimpan harta kaum musyrikin,begitu juga

dalam perjalanan hijrah, Nabi mengupah Abdullah bin Uraiqith sebagai penunjuk jalan. Ia seorang Arabmusyrik dari Bani al-Dail bin Bakr, ibunya dari Bani Sahm bin Amr. Lihat Abu Muhammad AbdulMalik bin Hisyam al-Muafiri, al-Sirah al-Nabawiyah li Ibni Hisyam, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri,Sirah Ibnu Hisyam, Jilid I (Cet. 1; Jakarta: Darul Falah, 2000), h. 439.

26Philip K. Hitti, The Histoey of the Arab, diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan DediSlamet Riadi (Ed. Baru, Cet. 1; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2014), h. 149.

Page 34: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

28

dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaituorang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayarjizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS. al-Taubah/9: 29).

Diriwayatkan al-Khathib dari Ibn Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. pernah

bersabda:

یا فأنا خصمھ ومن كنت خصمھ خصمتھ یوم القیامة من آذى ذم

Barangsiapa menyakiti dzimmi, maka aku berperkara dengannya, dan barangsiapaberperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakannya pada Hari Kiamat (HRas-Suyuthi, al-Jami’ as-Shaghir).

Dari uraian tentang hubungan muslim dengan non muslim di atas, dapat

digarisbawahi, bahwa konsep hubungan antara muslim dengan nonmuslim sebagai

individu dalam Islam sangat jelas dan terbuka dalam hampir seluruh aspek kehidupan,

yakni:

a. Aspek Keluarga (silaturrahmi)

Silaturrahmi atau silaturrahim adalah menjalin hubungan dengan orang-orang

yang memiliki pertalian darah atau keturunan. Islam mewajibkan setiap muslim untuk

memelihara hubungan ini dan dilarang memutuskannya. Kewajiban memeliharan

hubungan rahim ini berlaku umum kepada siapa saja yang memiliki pertalian rahim,

tanpa memandang agama seseorang, tetapi semata-mata karena hubungan darah atau

keluarga.

Keharusan berbuat baik ini tidak gugur meskipun kondisi kerabat suka berbuat

buruk, atau bahkan jika mengajak untuk melakukan perbuatan buruk sekalipun.

Perintah untuk tetap berlaku baik dalam aspek kekeluargaan ini dalam konteks individu

dan keluarga, bukan sebagai entitas kaum muslimin. Begitu juga perlakukan buruk

keluarga adalah dalam konteks individu dengan keluarga atau kerabatnya, tidak ada

kaitannya dengan agama dan negara umat Islam.

Dalam al-Qur’an, Allah Swt. menegaskan:

وإن جاھداك على أن تشرك بي ما لیس لك بھ علم فلا تطعھما وصاحبھما في الدنیا معروفا

مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون واتبع سبیل من أناب إلي ثم إلي Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatuyang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti

Page 35: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

29

keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orangyang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, makaKuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (TQS. Luqman/31: 15).

Ayat di atas mewajibkan anak untuk tetap berbuat baik kepada kedua orang

tuanya dalam kondisi bagaimanapun. Kewajiban anak berbuat baik itu tidak berubah

selama dalam konteksnya sebagai hubungan antara anak dan orangtua. Hanya saja anak

tidak boleh mengiyakan dan tidak pula boleh mengikuti keburukan orang tuanya.

Termasuk harus menolak mengiktui ajakan orang tuanya untuk melakukan keburukan

dan kemusyrikan.

Jika keluarga yang nonmuslim tersebut secara nyata memusuhi Islam dan umat

Islam, maka hubungan baik ini tidak boleh dilakukan. Fakta sejarah telah menunjukkan

bahwa Nabi Saw. selalu menjalin hubungan dan berbuat baik kepada pamannya (Abu

Thalib), karena ia tidak memusuhi Islam. Sementara Nabi Saw. tidak menjalin

hubungan baik dengan pamannya yang lain (Abu Jahal) karena ia selalu memusuhi

Islam dan kaum muslimin.

Terkait larangan menjalin hubungan dengan keluarga nonmuslim yang

memusuhi Islam, alam al-Qur’an Allah menetapkan dengan firman-Nya:

یؤمن ورسولھ ولو كانوا آباءھم أو لا تجد قوما والیوم الآخر یوادون من حاد ا ون با

نھ یمان وأیدھم بروح م ویدخلھم أبناءھم أو إخوانھم أو عشیرتھم أولئك كتب في قلوبھم الإ

أ جن عنھم ورضوا عنھ أولئك حزب ا لا ات تجري من تحتھا الأنھار خالدین فیھا رضي ا

ھم المفلحون إن حزب اKamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, salingberkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudaraataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkankeimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yangdatang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalirdi bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadapmereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekaitulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalahgolongan yang beruntung (TQS. al-Mujadilah/58: 22).

Di antara anjuran terkait bersilaturrahmi adalah mempelajari nasab atau garis

keturunan serta mencar-cari kerabat baik hubungan pertaliannya dekat maupun jauh,

baik muslim maupun nonmuslim. Bagi kerabat nonmuslim hanya disampaikan

Page 36: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

30

kebenaran Islam, mengajak mereka kepada Islam tanpa boleh memaksa.27 Selain itu,

sangat dianjurkan agar bisa memberikan nasihat kepada kerabat untuk tetap pada jalan

kebaikan, beramar ma’ruf dan nahi mungkar kepada mereka.

b. Hubungan Bertetangga

Islam mewajibkan umatnya untuk memelihara hubungan baik dengan

tetangganya tanpa memandang agama apa yang dianut oleh tetangga. Hubungan

pertetanggaan tidak hanya yang dekat tetapi juga yang jauh dimana terjadi hubungan

dalam kehidupan sehari-hari. Allah Swt. menyebutkan kewajiban ini dalam al-Qur’an:

ولا تشركوا بھ شیئا وبالوالدین إحسانا وبذي القربى والیتامى والمساكین والجار واعبدوا ا

لا ی احب بالجنب وابن السبیل وما ملكت أیمانكم إن ا حب ذي القربى والجار الجنب والص

من كان مختالا فخورا Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan temansejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (TQS. Al-Nisa/4: 36).

Dalam ayat ini secara berurut disebutkan perintah untuk berbuat baik kepada

kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, selanjutnya kepada

tetangga. Tetangga meliputi baik yang jauh maupun yang dekat dengan mendahulukan

mereka yang lebih dekat dengan rumah. Perintah berbuat baik kepada tetangga dalam

ayat ini tidak dibatasi, sehingga berlaku umum kepada siapa saja yang menjadi

tetangga, termasuk tetangga yang nonmuslim.

Dalam sebuah hadis Nabi Saw. yang populer juga disebutkan:

ان ـيئعن ابي شرح الخزا ه وسلم قال: من من ؤیـرضي الله عنه أن النبي صل الله علرم جاره... والیوم الاخرفال ا

Dari Abu Syuraih al-Khuza’i ra, bahwasanya Nabi saw bersabda: Barang siapaberiman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya...(HR. Muslim, juga diriwayatkan oleh al-Bukhari Hadis Nomor 6019).28

27Abdul ‘Aziz bin Fathi al-Sayyid Nada, Mausu’at al-Adab al-Islamiyyah, diterjemahkan olehAbu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur’an dan al-Sunnah (Cet. 2; Jakarta: PustakaImam Syafi’i, 2009), h. 113.

Page 37: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

31

Terkait dengan ayat dan hadis ini, maka tetangga dapat dibagi menjadi tiga,

yakni: pertama, tetangga muslim yang memiliki hubungan kekerabatan, mereka

memiliki tiga hak, yakni: hak sebagai kerabat, hak sebagai saudara sesama muslim dan

hak sebagai tetangga. Kedua, tetangga muslim yang tidak memiliki hubungan

kekerabatan yang memiliki dua hak, yakni: hak sebagai saudara sesama muslim dan

hak sebagai tetangga. Ketiga, tetangga yang bukan muslim mereka memiliki satu hak,

yakni hak sebagai tetangga. Adapun jika tetangga nonmuslim itu merupakan kerabat,

maka mereka memiliki dua hak, yakni sebagai tetangga dan sebagai kerabat.

c. Pernikahan

secara umum tidak dibenarkan terjadinya hubungan pernikahan antara muslim

dengan nonmuslim, kecuali kepada pihak-pihak yang telah dibolehkan oleh syara’.

Terkait pernikahan dengan pemeluk agama lain, umat Islam dibolehkan menikah

kepada nonmuslim dengan ketentuan: pertama, laki-laki muslim boleh menikahi wanita

ahl al-kitab (Yahudi dan Nasrani) yang menjaga kehormatan mereka.29 Ketentuan ini

sesuai firman Allah dalam al-Qur’an berikut:

تاب حل لكم وطعامكم حل لھم والمحصنات الیوم أحل لكم الطیبات وطعام الذین أوتوا الك

صنین من المؤمنات والمحصنات من الذین أوتوا الكتاب من قبلكم إذا آتیتموھن أجورھن مح

فر بالإیمان فقد حبط عملھ وھو في الآخرة من غیر مسافحین ولا متخذي أخدان ومن یك

الخاسرین Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagimereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan di antarawanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayarmas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzinadan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudahberiman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan iadi hari kiamat termasuk orang-orang merugi (TQS. al-Maidah/5: 5).

28Al-Hafidz ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyuddin al-Mundziri, Muktashar ShahihMuslim, diterjemahkan oleh Achamd Zaidun, Ringkasan Shahih Muslim (Cet. 2; Jakarta: Pustaka Amani,2003), h. 23-24.

29Sebagian ulama memandang tidak boleh laki-laki muslim menikah dengan wanita ahl kitabdengan alasan mereka tergolong musyrik, sehingga berlaku ayat yang melarang meikah dengan musyrik.Lihat Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam (Ed. 2, Cet. 8; Jakarta: HajiMasagung, 1994), h. 5.

Page 38: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

32

Kedua, umat Islam tidak boleh menikahi wanita nonmuslim selain ahl al-kitab

(Yahudi Nasrani) apapun agamanya, termasuk yang tidak beragama. Begitu pula

sebaliknya, wanita tidak boleh dinikahi oleh laki-laki nonmuslim apapun agamanya,

lebih-lebih jika tidak beragama. Dalam al-Qur’an disebutkan ketentuan ini sebagai

berikut:

شركة ولو أعجبتكم ولا ت ن م ؤمنة خیر م نكحوا ولا تنكحوا المشركات حتى یؤمن ولأمة م

ؤمن خیر شرك ولو أعجبكم أولـئك یدعون إلى النار المشركین حتى یؤمنوا ولعبد م ن م م

یدعو إلى الجنة والمغفرة بإذنھ ویبین آیاتھ للناس لعلھم یتذكرون واDan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik,walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orangmusyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnyabudak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunandengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran (TQS. al-Baqarah/2: 221).

Ketiga, wanita muslimah tidak boleh dinikahi oleh laki-laki nonmuslim secara

mutlak. Ketentuan ini ditetapkan berdasarkan ayat al-Qur’an berikut:

أعلم بإیمانھن فإن یا أیھا الذین آمنوا إذا جاءكم المؤمنات مھاجرات فامتحنوھن ا

ا علمتموھن مؤمنات فلا ترجعوھن إلى الكفار لا ھن حل لھم ولا ھم یحلون لھن وآ توھم م

ورھن ولا تمسكوا بعصم الكوافر واسألوا أنفقوا ولا جناح علیكم أن تنكحوھن إذا آتیتموھن أج

علیم حكیم یحكم بینكم وا ما أنفقتم ولیسألوا ما أنفقوا ذلكم حكم اHai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allahlebih mengetahui tentang keimanan mereka. Maka jika kamu telah mengetahuibahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan merekakepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Danberikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dantiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada merekamaharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) denganperempuan-perempuan kafir, dan hendaklah mereka meminta mahar yang telahmereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu danAllah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (TQS. al-Mumtahanah/60: 10).

Page 39: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

33

Dari ketentuan nash di atas, diketahui bahwa dalam Islam keboleh menikah

dengan nonmuslim hanya berlaku dalam satu keadaan, yakni laki-laki muslim boleh

menikahi wanita ahl kitab. Itupun disebutkan dengan ketentuan, bahwa wanita-wanita

ahl kitab tersebut menjaga kehormatan, bukan pelacur.

Selain itu, laki-laki muslim yang menikahi mereka di samping wajib memenuhi

hak-hak wanita yang dinikahi yakni membayar mas kawin, juga tidak boleh dengan

maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Pernikahan itu harus

benar-benar pernikahan yang semestinya dengan kewajiban suami mempergauli

istrinya, termasuk kewajiban menunjuki istrinya kepada jalan kebaikan Islam.

d. Muamalah secara umum

Muamalah diartikan sebagai segala bentuk hubungan antara sesama manusia.

Muamalah dapat dikelompokkan menjadi muamalah adabiyah dan muamalah

maddiyah. Muamalah adabiyah meliputi segala bentuk hubungan dalam pergaulan,

komunikasi dan interaksi, kerja sama sosial, tolong menolong dan saling meringankan

beban, saling menghormati dan menghargai sebagai sesama manusia (yang bukan pada

wilayah aqidah dan ibadah atau aspek lain yang diatur oleh Islam). Muamalah

maddiyah meliputi seluruh bentuk hubungan yang bersifat ekonomi yang berbasis pada

kebendaan, mencakup jual beli, upah mengupah, gadai, pinjam memimjam, sewa

menyewa dan sebagainya.30

وھم ن دیاركم أن تبر ین ولم یخرجوكم م عن الذین لم یقاتلوكم في الد وتقسطوا لا ینھاكم ا

یحب المقسطین إلیھم إن اAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu darinegerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS.Al-Mumtahanah/60: 8).

Ibnu Abbas menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenan dengan kabilah

Khuza’ah. Mereka mengadakan perjanjian damai dengan Rasulullah Saw., bahwa

mereka tidak akan memerangi dan tidak akan membantu siapa pun untuk memerangi

30Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam, jilid 2 (Cet.1, Ed. 2; Semarang: PTPustaka Rizki Putra, 1998), h. 192.

Page 40: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

34

atau merugikan Nabi Saw. dan kaum muslimin.31 Juga diriwayatkan bahwa Asma’ binti

Abu Bakar menghadap kepada Nabi saw. karena ibunya yang masih kafir datang

menemuinya pada saat perjanjian Hudaibiyah. Nabi mengizinkannya untuk menerima

dan berbuat baik kepada ibunya.32

Islam juga memerintahkan untuk berbuat adil kepada sesama manusia tanpa

memandang latar belakang keagamaan, bahkan kepada orang yang dibenci sekalipun,

tetap harus berbuat adil. Allah Swt. menjelaskan dalam al-Qur’an berikut:

شھداء بالقسط ولا یجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدل یا أیھا امین وا الذین آمنوا كونوا قو

خبیر بما تعملون إن ا اعدلوا ھو أقرب للتقوى واتقوا اHai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalumenegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlahsekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Danbertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamukerjakan (TQS. al-Maidah/5: 8).

Bahkan terdapat ayat lain yang memerintahkan umat Islam untuk membalas

perbuatan baik yang diterima dengan balasan kebaikan yang lebih dari yang diberikan

oleh orang lain, minimal dengan kebaikan yang serupa. Allah berfirman dalam surah al-

Nisa’ ayat 86:

كان على كل شيء حسیبا وإذا حییتم بتحیة فحیوا بأحسن منھا أو ردوھا إن اApabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslahpenghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslahpenghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkansegala sesuatu (TQS. al-Nisa’/4: 86).

Makna memberikan penghormatan dalam ayat ini bisa diperluas maknanya

dengan penghormatan kepada siapa saja yang memberikan penghormatan. Kepada

nonmuslim, tentu penghormatan diberikan sesuai koridor yang dibenarkan oleh syariat.

Di antara ketentuan itu adalah menghormati nonmuslim sebagai manusia, bukan

keyakinannya. Tidak boleh mengucapkan salam kepada nonmuslim dan tidak pula

31Ar-Razi, al-Tafsir al-Kabir dalam Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatu al-Tafasir,Jilid 5, Penerjemah KH. Yasin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 317.

32Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan bahwa riwayat ini diriwayatkan olehBukhari dan Ahmad. Lihat Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatu al-Tafasir Jilid 5, PenerjemahKH. Yasin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 317.

Page 41: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

35

membalas jika diberi salam, tetapi cukup dengan isyarat atau ungkapan lain yang bukan

bermakna salam.

Dari paparan di atas, dapat ditekankan bahwa Islam sebagai agama universal

telah memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada semua manusia.

Makna berbuat baik dalam ayat-ayat yang telah dikemukakan mencakup semua aspek

kehidupan, kecuali yang ditetapkan ketidakbolehannya oleh Islam, yang secara umum

pada aspek akidah dan ibadah. Pada aspek ini, Islam menatapkan prinsip ayat berikut:

لكم دینكم ولي دین Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (TQS. Al-Kafirun/109: 6).

Ayat inilah yang dewasa ini dimaknai sebagai toleransi. Toleransi yang

diajarkan dalam adalah pengakuan atau keyakinan bahwa Islam sebagai satu-satunya

kebenaran yang terbukti secara normatif maupun rasional yang diperuntukkan bagi

semua manusia. Agama selain Islam secara otomatis tidak benar, sehingga diwajibkan

untuk mengajak mereka kepada Islam. Akan tetapi, jika mereka menolak ajakan itu,

maka hubungan umat Islam kepada mereka tercermin dalam suruhan untuk mengatakan

bagimu agamamu, dan bagiku agamaku. Artinya, umat Islam tidak akan mencampuri

agama mereka, merekapun tidak boleh mencampuri agama umat Islam.

2. Hubungan Muslim dengan Nonmuslim sebagai Sebuah Masyarakat

Islam memandang semua manusia sama, yakni sebagai hamba Allah Swt.

Tuhan menciptakan manusia dengan derajat yang sama, tidak ada yang lebih dibanding

yang lain. Dalam Islam, tak seorang pun yang dikecualikan. Semua manusia

bertanggung jawab atas perbuatannya, bukan bertanggung jawab atas perbuatan orang

lain. Semua orang mendapat peluang yang sama untuk mendekatkan diri kepada

Penciptanya tanpa perlu melalui perantara. Inilah sifat egalitas dan universalitas Islam.

Karena itu, semua manusia harus mendapatkan perlakuan yang sama sebagai manusia

dan hanya tunduk kepada aturan buatan penciptanya saja.

Untuk alasan inilah, Islam mengajak semua manusia untuk memasuki agama ini

agar mereka mendapatkan kebebasan dan persamaan sejati dalam hidupnya. Dalam al-

Qur’an disebutkan. Seandainya mereka menolak ajakan memeluk Islam, mereka tidak

dipaksa. Islam tidak memaksa non-muslim masuk Islam. Bahkan mereka bebas

Page 42: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

36

menjalankan aqidah dan ibadah sesuai agaman tanpa boleh dicampuri, termasuk tempat

ibadah mereka dijamin keamanannya.33 Kaedah ini berlaku kepada semua non muslim.

Akan tetapi, Islam mengupayakan terwujudnya masyarakat universal34 yang

mencakup seluruh manusia, sehingga mereka yang tidak bersedia memeluk Islam masih

diseru untuk menjadi anggota masyarakat Islam agar mereka merasakan keadilan dalam

Islam, dan agar mereka mendapatkan perlakukan dan hak yang sama dengan kaum

Muslim. Harta dan darah mereka terjaga sebagaimana darah dan harta kaum Muslim.

Inilah pondasi kehidupan yang dipancangkan oleh Islam terhadap masyarakat yang

beragam.

Model kehidupan universal tersebut telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad

Saw. di Madinah. Di Madinah, Nabi menghimpun manusia dalam sebuah masyarakat

Islam yang ia sendiri sebagai pemimpinnya. Asas-asas pembentukan masyarakat

diambil keseluruhannya dari Islam sementara masyarakatnya sendiri terdiri dari empat

kelompok pemeluk agama, yakni: pertama, kaum muslimin dari kalangan Muhajirin

(orang Mekkah yang berhijrah) dan Anshar (penduduk Madinah yang memeluk Islam),

kedua, kaum Yahudi35 dari kalangan penduduk Madinah, ketiga, kaum musyrik Arab

yang masih menyembah berhala, dan keempat, penduduk yang beragama Kristen dalam

jumlah minoritas.36

33Syaikh al-‘Allamah Muihammad bin Abdurrahman al-Dimasqy, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilafal-Aimmah, diterjemahkan oleh Abdullah Zaki al-Kaf, Fiqih Empat Mazhab (Cet. 3; Bandung: Hasyimi,2010), h. 507.

34Masyarakat universal adalah: pertama, masyarakat yang dihimpun oleh negara beradasarkancita-cita mulia yang menhormati manusia sesuai peran kosmisnya. Kedua, masyarakat yang dipandangberdasarkan kepercayaan agamanya yang berdiri di bawah Tuhan yang sama. Ketiga, masyarakat yangapabila diperlukan komunikasi antara pemeluk agama harus dilakukan tanpa tirai dan sensor, agarmasing-masing mengetahui kebenaran berdasarkan akal pikiran. Keempat, apabila diakui masyarakatberdasarkan keyakinan agama, maka tidak boleh ada pemecahan dunia berdasarkan kebangsaan untuksaling berlomba. Selengapnya lihat Ismail Raji al-Faruqi (ed.), Trialogue of the Abrahmic Faith,diterjemahkan oleh Joko sulistyo Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Tiga Agama Besar, Yahudi-Kristen-Islam (Cet. 1; Surabaya:Pustaka Progresif, 1994), h. 180-181.

35Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bahtsu fi Sirat al-Nabawiyah‘ala Shahibiha Afdhal al-Shalat wa al-Salam, diterjemahkan oleh Hanif yahya, et.al., Perjalanan HidupRasul yang Agung Muhammad Saw., Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir (Ed. Revisi; Jakarta:Darussalam, 2001), h. 255.

36Dari pengkajian terhadap berbagai literatur, J. Suyuthi menyimpulkan bahwa pendudukanMadinah di awal hijrahnya Nabi Saw. terdiri dari golongan, yakni: muslim (Arab Madinah/anshar danArab Mekah/muhajiri), orang arab pagan (penyembah berhala), orang munafiq, Yahudi (suku bangsaYahudi dan Arab yang beragama Yahudi), dan Kristen dalam jumlah minoritas. Lihat J. SuyuthiPulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an(Cet. 2; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 57.

Page 43: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

37

Keempat golongan keyakinan yang ada di Madinah ini semuanya dihimpun

menjadi warga negara yang tunduk kepada Nabi Saw sebagai pemimpinnya dengan

Islam sebagai konstitusi negara. Dengan demikian, Islam tidak pernah memisahkan

antara urusan agama dengan urusan negara. Negara justru merupakan alat untuk

mengaplikasikan agama.37

Ketundukan nonmuslim kepada Islam bukan sebagai keyakinan, melainkan

sebagai konstitusi negara yang memang setiap warga negara harus tunduk pada

konstitusi.

Oleh karena itu, Negara menurut Islam akan memperlakukan umat non muslim

dengan perlakuan sebagai berikut:

a. Negara menjadikan syariat Islam sebagai satu-satunya aturan. Namun, Islam

memberikan kebebasan kepada nonmuslim untuk melaksanakan keyakinan dan

ibadahnya sesuai ajaran agama mereka tanpa boleh diganggu. Termasuk dalam

kategori ini adalah ritual ibadah, pakaian khas keagamaan, pernikahan, kematian,

dan makanan.

b. Aturan Islam terkait muamalah secara umum diberlakukan kepada semua warga

negara. Aturan itu mencakup semua urusan publik, meliputi: bidang ekonomi,

kesehatan, pendidikan, politik dan penerapan sanksi atau hukum.38 Penerapan sistem

hukum ini berlaku kepada semua warga negara karena ia menjadi aturan negara

kepada rakyatnya. Di negara manapun mereka hidup tetap diharuskan untuk

mengikuti aturan negara tempatnya berada. Selain itu, maksud penerapan system

Islam ini agar nonmuslim merasakan kebaikan hidup dalam system Islam sehingga

mereka dengan sukarela memeluk Islam.

c. Semua warga negara termasuk nonmuslim berhak turut dalam mengontrol perjalanan

negara dan mengadukan pelayanan pemerintahan (syakwa) yang buruk terhadap

mereka, termasuk kezaliman penguasa terhadap mereka.

37Terdapat tiga kategori dari sudut pandang hubungan agama dengan negara, yakni:integralistik, simbiotik, dan pluralistik. Selengkapnya dalam Nur Ahmad, “Pesan Dakwah dalammenyelesaikan Konflik Pembangunan Rumah Ibadah, Kasus Pembangunan Rumah Ibadah antara Islamdan Kristen di Desa Payaman”, Fikrah (Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2013), h. 348.

38Yasin bin Ali, Daulta al-Khilafah wa Maa Yusamma bi al-Aqalliyat, diterjemahkan oleh AbuFuad, Negara Khilafah dan Kaum Minoritas (Cet. 1; Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2015), h. 77.

Page 44: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

38

d. Warga negara nonmuslim tidak diwajibkan untuk ikut berjihad, tetapi mereka boleh

turut berjihad.39 Tidak diwajibkannya jihad kepada nonmuslim karena jihad

merupakan sebuah ibadah dalam Islam. Sementara kebolehan mereka terlibat di

dalam pasukan jihad karena kedudukan mereka sebagai warga negara.

e. Warga negara nonmuslim dikenai kewajiban membayar jizyah yang secara umum

hanya dikenakan atas laki-laki yang telah balig dan mampu secara ekonomi. Jizyah

tidak diambil dari wanita, anak-anak, orang yang sakit secara permanen seprti tua

renta, orang buta, orang gila, dan pendeta.40 Jizyah juga tidak diambil dari mereka

yang berstatus budak sebab mereka pada dasarnya tidak memiliki hak kepemilikan

harta.41 Jizyah merupakan satu-satunya kewajiban harta atas nonmuslim yang

menjadi warga negara, sebagaimana warga muslim diwajibkan membayar zakat

yang dipungut oleh negara. Dalam kondisi sangat mendesak dimana terjadi

kekosongan kas negara, maka dharibah (semacam pajak yang dipungut sekali waktu

saja, tidak terus menerus) dikenakan kepada warga muslim tidak kepada warga

nonmuslim.

Selain ketentuan di atas, terdapat hal lain yang penting terkait hubungan muslim

dengan nonmuslim sebagai suatu entitas masyarakat, yakni kepemimpinan yang tidak

boleh diserahkan kepada nonmuslim. Artinya, masyarakat muslim tetap

mengakomodasi semua pemeluk agama untuk hidup berdampingan sebagai sebuah

masyarakat, tetapi kepemimpinan mesti berada di tangan kaum muslimin. Dalam al-

Qur’an ditegaskan ketentuannya sebagai berikut:

ن الذین أوتوا ا م خذوا الذین اتخذوا دینكم ھزوا ولعبا ن قبلكم لكتاب م یا أیھا الذین آمنوا لا تت

ؤمنین إن كنتم م والكفار أولیاء واتقوا اHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir

39Muhammad Husain Abdullah, Dirasaat fi al-Fikr al-Islamiy, diterjemahkan oleh Zamroni,Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam (Cet. 5; Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2011), h. 263-264.

40Syaikh al-‘Allamah Muihammad bin Abdurrahman al-Dimasqy, Fiqih Empat Mazhab…, h.503.

41Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh, Jilid 8 Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 61.

Page 45: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

39

(orang-orang yang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betulorang-orang yang beriman (TQS. al-Maidah/5: 57).

Di ayat lain juga disebutkan:

علیكم یا أیھا الذین آمنوا لا خذوا الكافرین أولیاء من دون المؤمنین أتریدون أن تجعلوا تت

بینا سلطانا مHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafirmenjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamumengadakan alasan yang nyata bagi Allah untuk menyiksamu (TQS. al-Nisa’/4:144).

Orang-orang yang tidak boleh dijadikan pemimpin dalam ayat di atas adalah

orang-orang nonmuslim, baik dari kalangan ahl kitab maupun orang musyrik

(nonmuslim selain ahl kitab). Ketidakbolehan nonmuslim sebagai pemimpin atas umat

Islam dalam konteks ayat di atas adalah pemimpin dalam pengertian sebagai penguasa,

baik kepala negara maupun kepala daerah. Adapun pemimpin administratif yang bukan

sebagai penguasa, nonmuslim memiliki kesempatan yang sama dengan muslim yang

dapat direkrut berdasarkan spesifikasi atau keahlian yang dituntut oleh posisi

kepemimipinan terkait.

3. Keberadaan Rumah Ibadah Nonmuslim di Tengah Komunitas Muslim

Setiap umat beragama memiliki tata cara beribadah tertentu yang dilaksanakan

menurut tuntutan agamanya. Pelaksanaan ibadah agama-agama tersebut adakalanya

dapat dilaksanakan di rumah masing-masing, tetapi ada juga ragam ibadah yang

melibatkan banyak orang sehingga tidak dapat dilaksanakan di rumah sehingga

memerlukan tempat ibadah khusus yang disebut rumah ibadah. Atau memang ada

karakteristik ibadah tertentu yang mengharuskan dilaksanakan di rumah ibadah.

Misalnya, shalat juma’at bagi kaum muslimin harus dilaksanakan di masjid dan tidak

boleh di rumah penduduk. Maka keberadaan masjid, baik masjid umum maupun masjid

negara42 bagi kaum muslimin merupakan keharusan di suatu daerah.

42Dalam Islam, masjid dibedakan menjadi dua macam, yakni masjid umum yang dibangun olehmasyarakat atas inisiatif mereka atau oleh orang-orang kaya di antara mereka dan masjid negara yangdibangun oleh negara. Lihat selengkapnya Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sultaniyah fi al-Wilayah al-Diniyyah, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Islam (Cet.4; Bekasi: Darul Falah, 2012), h. 178-182.

Page 46: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

40

Begitu juga dalam agama Kristen, terdapat banyak upacara agama yang

mengharuskan dilaksanakan di gereja. Karena itu, rumah ibadah bagi setiap agama

merupakan bagian dari ajaran agama itu, sekaligus menjadi simbol keberadaan agama

di suatu tempat tertentu. Itulah sebabnya mengapa keberadaan rumah ibadah menjadi

suatu yang niscaya bagi umat beragama.

Keberadaan rumah ibadah di kalangan satu umat beragama yang sama tentu

bukan menjadi masalah. Akan tetapi, keberadaan rumah ibadah di suatu tempat dimana

terdapat umat agama lain biasanya menjadi masalah serius bagi umat agama berbeda.

Misalnya, pendirian gereja di tengah komunitas Kristen yang di sekitarnya terdapat

umat Islam atau sebaliknya pendirian masjid di tengah kaum muslimin yang di

sekitarnya terdapat umat kristiani. Keduanya bisa menjadi masalah bagi umat Islam

sekaligus menjadi masalah bagi umat Kristen.

Ketika umat Islam mayoritas di daerah itu dan didirikan gereja, maka menjadi

bisa masalah bagi Kristen karena terkait dengan respon mayoritas warga yang

beragama Islam. Sebaliknya jika Kristen adalah mayoritas di daerah itu lalu didirikan

masjid, maka bisa menjadi masalah bagi umat Islam. Begitu juga dengan rumah ibadah

agama lain.

Untuk itu, diperlukan sebuah aturan yang dapat dijadikan acuan dalam masalah

pendirian rumah ibadah agar bisa terpeliharan kerukunan dan aktivitas ibadah di rumah

ibadah masing-masing pemeluk agama. Lebih dari itu, aturan tersebut dapat dijadikan

rujukan ketika terjadinya gesekan yang mengarah ke konflik.

Salah satu produk hukum yang berisi pedoman tentang pendirian rumah ibadat

di Indonesia ialah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pembedayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat. Dalam aturan ini disebut

beberapa ketentuan pendirian rumah ibadah, yakni:

1. Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh

berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang

bersangkutan di wilayah kelurahan/desa (Pasal 13 ayat 1).

2. Pendirian rumah ibadat dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat

beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi

Page 47: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

41

peraturan perundang-undangan (Pasal 13 ayat 2).

3. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan

teknis bangunan gedung (Pasal 14 ayat 1).

4. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi: daftar nama

dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan

puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat, adanya dukungan masyarakat

setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala

desa, dan adanya rekomendasi tertulis dari Kemeterian Agama Kabupaten dan

FKUB Kabupaten/Kota (Pasal 14 ayat 2).43

Meskipun terdapat aturan yang dikeluarkan pemerintah sebagaimana dalam

Peraturan Bersama tersebut, tetapi di lapangan tidak semua bisa berjalan sesuai

ketentuan tersebut. Terdapat banyak celah untuk dimasuki argumentasi oleh pihak-

pihak yang merasa tidak puas dengan ketentuan itu atau merasa bahwa pihak yang

mendirikan rumah ibadah itu tidak memenuhi ketentuan itu.

Hal ini tentu wajar, karena masing-masing pemeluk agama sangat

membutuhkan keberadaan rumah ibadah mereka untuk aktivitas kegamaan berapapun

jumlah mereka. Karena itu, jika diserahkan aturan itu pada masing-masing pemeluk

agama untuk mengatur tata cara pendirian rumah ibadah. Karena itu, negara perlu

mengambilalih pengaturan pendirian rumah ibadah.

Masalahnya, dari manakah negara mengambil aturan untuk mengatur pendirian

rumah ibadah? Inilah yang perlu didudukkan perkaranya secara tepat. Negara

hendaknya mengambil aturan ini bukan dari pemeluk agama, sebab sangat berpeluang

akan terjadi tarik ulur kepentingan bagaimanapun usaha mereka untuk bersifat netral.

Karena itu, negara harus mengambilnya dari Pencipta, yaitu Allah Swt.

Dalam Islam, aturan tentang keberadaan rumah ibadah agama lain disebutkan

dalam al-Qur’an:

الناس بعضھم ببعض الذین أخرجوا ولولا دفع ا من دیارھم بغیر حق إلا أن یقولوا ربنا ا

من ین كثیرا ولینصرن ا مت صوامع وبیع وصلوات ومساجد یذكر فیھا اسم ا ن صره إ لھد

لقوي عزیز ا

43Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam PemeliharaanKerukunan Umat Beragama, Pembedayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian RumahIbadat.

Page 48: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

42

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasanyang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dansekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagianyang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebutnama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (TQS. al-Hajj/22: 40).

Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya (QS. al-Hajj/22: 39)

tentang izin berperang kepada umat Islam. Ayat ini menegaskan tentang larangan

mengganggu rumah ibadah nonmuslim meskipun dalam suasana peperangan dengan

mereka. Adapun ketika pihak nonmuslim yang diperangi itu telah menyatakan

ketundukan kepada kepemimpinan kaum muslimin, rumah ibadah mereka tetap tidak

boleh diganggu.

Selanjutnya, mengenai keberadaan rumah ibadah non muslim menurut

pandangan Islam dapat dibagi menjadi dua, yakni: rumah ibadah non muslim di jazirah

Arab dan di negeri muslim lainnya.44

a. Rumah ibadah non muslim di jazirah Arab

Jazirah Arab adalah sebutan untuk wilayah atau semenanjung besar yang berada

di Asia Barat Daya pada persimpangan benua Afrika dan Asia. Batas jazirah Arab

adalah sebelah barat daya terdapat Laut Merah dan Teluk ‘Aqabah, di sebelah tenggara

Laut Arab, di timur laut Teluk Oman dan Teluk Persia. Sekarang, dimana wilayah itu

sudah terpecah secara politik menjadi beberapa negara, maka yang tergolong jazirah

Arab meliputi Arab Saudi, Oman, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan

Yaman.45

Di wilayah ini mendapat perlakuan khusus dalam Islam. Islam melarang

mendirikan rumah ibadah selain masjid di wilayah ini.46 Dalam hal ini ditemukan

riwayat yang berkaitan, yakni:

44Syaikh Ismail bin Muhammad al-Anshari, “Hukm Bina' al-Kana'is wa al-Ma'abid as-Syirkiy-yah fi Bilad al-Muslimin”, diulas kembali oleh Hafiz Abdurrahman, “Mendirikan Tempat Ibadah nonMuslim di Negeri Islam”, Tabloid Media Umat (Ed. Januari 2011), h.

45Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Jazirah_Arab, diakses 28 Maret 2016.46Hafiz Abdurrahman, “Mendirikan Tempat Ibadah Non Muslim di Negeri Islam”, Tabloid

Media Umat (Ed. Januari 2011). Lihat http://mediaumat.com/siyasah-syariyyah/2182-44-mendirikan-tempat-ibadah-non-muslim-di-negeri-islam.html. Diakses 20 April 2016.

Page 49: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

43

لايجتمع ديـنان فى جزيـرة العرب Tidak boleh ada dua agama bergabung di jazirah Arab (HR.).47

Dari riwayat ini, maka ulama sepakat bahwa tidak boleh mendirikan rumah

ibadah agama lain selain masjid di wilayah jazirah Arab. Ketentuan dalam riwayat ini

diperkuat dengan adanya ijma’ shahabat dan ijma’ para ulama kaum muslimin

mengenai masalah ini.48 Ketentuan ini tetap berlaku baik pada saat adanya

pemerintahan Islam maupun ketika pemerintahan Islam tidak ada seperti saat ini.

Ketika pemerintahan Islam masih tegak, ketentuan hukum syariah ini tentu

sangat mudah untuk dilaksanakan. Namun, ketika pemerintah Islam tidak ada lagi

seperti dewasa ini, maka ketentuan ini pun menjadi hal yang sangat sulit untuk

dilaksanakan. Penyebabnya, karena masing-masing penguasa negara merasa memiliki

hak untuk menentukan aturan sendiri bagi negaranya. Selain itu, wacana global tentang

pluralisme agama terus digalakkan oleh dunia barat untuk menghantam negeri-negeri

muslim. Bagi negara yang masih ketat mempertahankan ketentuan ini, akan dilabeli

negatif sebagai mendukung fundamentalisme atau radikalisme.

b. Rumah ibadah non muslim di negeri muslim lainnya

Negeri muslim selain jazirah Arab dapat dikategorikan menjadi dua, yakni

negeri yang dibangun oleh kaum muslimin dan negeri yang difutuhat (dibebaskan) oleh

kaum muslimin. Terhadap negeri yang dibangun oleh kaum muslimin maka tidak boleh

membangun rumah ibadah selain masjid di dalamnya. Negeri-negeri muslim yang dapat

dikategorikan di dalamnya seperti kota Bagdad dan Samarra di Iraq. Sedangkan negeri

yang difutuhat oleh kaum muslimin, maka keadaannya terbagi menjadi dua keadaan,

yakni yang difutuhat secara paksa melalui peperangan dan melalui jalan damai. Negeri

yang difutuhat secara paksa maka rumah ibadah yang ada di dalamnya dihilangkan baik

dalam arti bangunannya maupun dalam arti fungsinya atau bangunnannya tetap ada

hanya difungsikan bukan lagi sebagai rumah ibadah agam itu. Sedangkan negeri yang

47Muwaththa` Malik 2/892 (1582) dan asalnya dalam Shahihain: al-Bukhari 3053, 3168, 4431dan Muslim 1637, 1767. Hafiz Abdurrahman, “Mendirikan Tempat Ibadah non Muslim di NegeriIslam”, Tabloid Media Umat (Ed. Januari 2011). Lihat http://mediaumat.com/siyasah-syariyyah/2182-44-mendirikan-tempat-ibadah-non-muslim-di-negeri-islam.html. Diakses 20 April 2016.

48Redaksi Islam center, “Hukum Membangun Tempat Ibadah Non Islam di Semenanjung Arab”dalam http://www.islam-center.net/id/fatwas/215-hukum-membangun-gereja-di-jazirah-arab-.html.Diakses 20 April 2016.

Page 50: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

44

dikuasai oleh kaum muslimin secara damai, maka keadaan rumah ibadah agama lain

yang ada di dalmnya tetap dibiarkan tidak boleh diganggu. Akan tetapi jika bangunan

rumah ibadah itu rusak tidak boleh diperbaiki. Begitu juga aktivitas di dalamnya hanya

untuk aktivitas keagamaan saja, tidak boleh digunkan sebagai tempat provokasi,

propaganda ajaran mereka kepada yang lain. Negeri kaum muslim yang tergolong

dalam kategori terakhir adalah Indonesia, Malyasia, Syam, Pakistan, Afganistan, India,

termasuk Iraq.49

Inilah ketentuan dalam syariat Islam mengenai rumah ibadah non muslim dalam

negeri kaum muslimin. Meskipun ketentuan ini tetap berlkau, tetapi dalam realitasnya

sekarang tidak dapat diterapkan. Penyebabnya karena meskipun penguasa negeri-negeri

muslim semuanya beragama Islam dan rakyatnya juga mayoritas muslim, tetapi para

penguasa itu tidak berdaya melaksanakan ajaran agama ini. Para penguasa itu takut dan

tunduk kepada penguasa kafir sehingga mereka dipaksa menyetujui pendirian rumah

ibadah agama lain di negeri mereka bahkan di samping masjid mereka tanpa mampu

mereka hindari.

Karena ketentuan mendirikan rumah ibadah nonmuslim ini tidak diindahkan

oleh umat Islam, maka banyak terjadi rumah ibadah nonmuslim berada di tengah-

tengah komunitas mayoritas muslim, yang tidak jarang memicu ketegangan hubungan

muslim dengan nonmuslim.

Ketika konflik terjadi, solusi yang diambil juga tidak dapat mengacu pada

ajaran Islam dengan anggapan bahwa negeri ini bukan negara Islam, atau umat Islam

harusnya mengalah karena mereka mayoritas, dan sejumlah alasan lainnya yang jauh

dari Islam. Akibatnya kerugian besar terjadi dan menimpa umat Islam. Ketika terjadi

konflik itu muncul lagi, tuduhan-tuduhan negatif segera dilontarkan kepada umat Islam

termasuk kepada ajaran Islam.

Dalam kondisi runyam seperti itu, tampillah pemikir muslim melakukan

pembelaan terhadap ajaran Islam, tetapi tidak jarang pembelaan itu justru mendistorsi

ajaran Islam sendiri dengan memaksanya untuk dilakukan re-interpretasi makna-makna

nash agar lebih sesuai dengan realitas keragaman yang ada.

49Hafiz Abdurrahman, “Mendirikan Tempat Ibadah non Muslim di Negeri Islam”, TabloidMedia Umat (Ed. Januari 2011). Lihat http://mediaumat.com/siyasah-syariyyah/2182-44-mendirikan-tempat-ibadah-non-muslim-di-negeri-islam.html. Diakses 20 April 2016.

Page 51: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

45

Keadaan ini telah menyebabkan umat Islam semakin jauh dari gambaran ideal

kehidupan Islam yang menjunjung tinggi pluralitas agama tanpa perlu menerapkan

gagasan pluralisme agama.

B. Sikap Beragama

Sikap bukan merupakan hal yang berdiri sendiri. Sikap seseorrang selalu tekait

dengan pemahaman atau persepsinya. Sehingga beragama juga terkait dengan

pemahaman seseorang terahadap agama yang dianutnya. Karena itu, membicarakan

sikap uberagama tidak dapat dilepaskan dari membicarakan pemahaman agama itu

sendiri.

1. Pemahaman Agama

Setiap manusia memiliki naluri atau potensi beragama.50 Naluri ini merupakan

fitrah penciptaan manusia. Tidak ada seorang pun yang lahir tanpa dibekali oleh naluri

ini, karena ia merupakan pemberian Pencipta yang tidak dapat dihilangkan. Meskipun

bisa saja seseorang mengingkari atau tidak mau mengakui bahwa dirinya beragama.

Keberadaan naluri beragama yang ada pada setiap manusia ini menutut untuk dipenuhi

jika ia muncul. Munculnya naluri ini pemicunya bukan bersumber dari dalam atau

naluri manusia, tetapi bersumber dari luar diri manusia atau naluri itu, baik berupa

realitas maupun pemikiran.51

Keinginan pemenuhan naluri beragama pada diri seseorang akan muncul dari

adanya kesadaran akan keberadaan dirinya dalam kehidupan ini. Kesadaran akan

keberadaan diri di dunia akan muncul ketika manusia mulai menyadari adanya

berinteraksi dan saling ketergantungan dirinya dengan alam dan lingkungannya. Ketika

kesadaran itu muncul, maka seseorang akan memberikan respon, baik respon teologis

maupun respon ritual.

Respon teologis dan ritual yang diberikan dapat dibedakan menjadi respon

naluriyah atau emosional dan respon akliyah atau rasional.

50Setiap manusia memiliki tiga naluri dalam dirinya, yakni: naluri beragama (garizat al-tadayyun), naluri mempertahankan diri (garizat al-baqa’), dan naluri melestarikan keturunan (garizat al-naw’). Selengkapnya Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual (Cet. 3; Bogor: Al-Azhar Press, 2010), h. 53.

51Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, h. 53.

Page 52: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

46

a. Respon naluriah

Respon emosional atau naluriyah berbeda dengan respon rasional. Respon

emosional hanya merupakan reaksi spontan terhadap fenomena dari hubungan manusia

dengan alam di luar dirinya. Ketika alam atau benda-benda alam di luar diri manusia

memberikan efek yang menyenangkan, maka respon yang diberikan berbentuk pujian

atau kekaguman. Sedangkan jika hunbungan memberikan efek menakutkan, maka

respon yang diberikan benbentuk permintaan perlindungan. Kedua bentuk respon ini

semuanya mengarah kepada kultus dan ritual. Kedua bentuk respon ini melahirkan

pemenuhan naluri beragama yang bersifat naluriah.

Dalam perjalanannya, pemenuhan agama secara naluriah ini kemudian

mengkristal menjadi sebuah pemahaman agama yang tumbuh dan berkembang di

tengah masyarakat, terlepas apakah pemahaman ini benar atau salah.

Pemahaman agama yang bersifat naluriah semata ini dapat dijumpai di tengah

masyarakat, baik pemeluk Islam maupun agama lain. Dalam masyarakat muslim,

pemahaman agama seperti ini terlihat pada individu atau masyarakat yang kurang

mendapatkan pelajaran agama yang cukup sehingga mereka mengikuti pemahaman

peninggalan pendahulu mereka dalam beragama.

Dari segi pemahaman mendasar seputar pokok-pokok keimanan mereka tidak

terdapat masalah serius karena secara bulat meyakini kalimat tauhid dan kenabian

Muhammad saw. dan rukun-rukun iman lainnya. Akan tetapi, mereka masih

menyimpan keyakinan-keyakinan tertentu terkait memandang berbagai hal atau

fenomena alam yang ditemui dalam kehidupan. Pangkal keyakinan-keyakinan itu

bermuara pada dua pemahaman agama nenek moyang (sebelum Islam), yakni: pertama,

mereka masih menyangka ada kaitannya antara roh-roh yang sudah meninggal dengan

keselamatan atau kecelakaan orang-orang yang masih hidup. Dari sinilah muncul di

tengah masyarakat pemahaman dan pengamalan agama yang bercampur dengan adat-

istiadat bahkan ritual animisme, seperti pelepasan roh orang yang sudah meninggal,

upacara dan sajian makanan untuk roh-roh yang sudah meninggal pada bilangan hari-

hari tertentu.

Kedua, mereka masih menyangka ada kaitannya antara benda-benda tertentu

dengan keselamatan atau kecelakaan manusia. Mereka menganggap benda, tempat,

binatang, atau waktu-waktu tertentu dapat membawa keberuntungan atau sial. Dari sini

Page 53: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

47

muncul pemahaman dan pengamalan agama yang mengaitkan antara doa-doa, zikir-

zikir atau upacara agama lainnya dengan benda-benda tersebut. Misalnya acara

pernikahan ditetapkan waktunya berdasarkan hitungan bilangan-bilangan yang

dianggap membawa kebaikan.

Pemahaman beragama yang bersifat naluriah semata ini sangat sederhana, tetapi

cenderung membahayakan bagi penganutnya karena apa yang mereka angggap sebagai

suatu ajaran agama tidak lain karena mereka cenderung kepadanya, sehingga mereka

selalu mencari pembenaran untuk mencocokkan pemahamannya dengan ajaran

agamanya. Dengan kata lain, mereka beragama menggunakan perasaan (wijdan).

Sementara perasaan sering keliru dan terkadang menfasirkan atau menggambarkan

sesuatu objek termasuk yang gaib berdasarkan hayalan. Karena itu beragama secara

naluriah semata akan menyebabkan seseorang mengikuti agama berdasarkan perasaan

kebatinannya yang bisa saja jauh menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya.

Pemahaman beragama seperti ini sudah disebutkan dalam al-Qur’an:

لا یأمر با أمرنا بھا قل إن ا لفحشاء أتقولون وإذا فعلوا فاحشة قالوا وجدنا علیھا آباءنا وا

ما لا تعلمون على اDan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapatinenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kamimengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh(mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadapAllah apa yang tidak kamu ketahui? (TQS. Al-A’raf/7: 28).

b. Respon aqliyah

Respon aqliyah atau rasional berbeda dengan respon naluriah. Jika respon

naluriah bertumpu pada perasaan, maka respon aqliyah bertumpu pada pemikiran atau

akal yang bersifat rasional dengan menggunakan potensi berpikir secara rasional.52

Dalam Islam, akal merupakan sandaran (manath) beragama. Agama ditujukan

kepada orang yang berakal, sehingga tidak ada agama bagi yang tidak berakal. Proses

berpikir dengan menggunakan akal dilakukan dengan mengindera fakta atau objek lalu

52Berpikir rasional adalah berpikir dengan melibatkan potensi akal, melalui panca indra denganmengaitkannya dengan informa awal atau pengetahuan sebelummnya sehingga menghasilkan kesimpulanyang rasional dan faktual. Apabila metode rasional ini diterapkan terhadap keberadaan fakta, maka pastikesimpulannya benar. Berbeda jika digunankan untuk menilai keberadaan fakta, maka kesimpulannyabisa zhan (dugaan), yaitu benar sepanjang tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan kesalahannya.Selengkapnya lihat Taqiuddin al-Nabhani, al-Tafkir, diterjemahkan oleh Taqiyuddin al-Siba’i, HakekatBerpikir (Cet. 5; Bogor: Putaka Thariqul Izzah, 2010), h. 30.

Page 54: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

48

dihubungkan dengan informasi awal yang ada dalam otak, kemudian menghasilkan

kesimpulan rasional. Dengan demikian akal mampu membuktikan objek terindera

maupun objek yang tidak terindera asalkan terdapat objek terindera yang mengantarkan

akal dalam membuktikannya.

Dalam agama, terdapat dua aspek, yakni aspek keyakinan dan aspek ajaran atau

aturan. Pada aspek kayakinan, proses berpikir ini mampu membuktikan adanya Tuhan

dengan metode berpikir rasional. Caranya dengan mengindera fakta-fakta terindera,

baik dari segi keberadaanya, kaitannya dengan sesama benda dan kemampuan dan

keterbatasan benda-benda terindera itu. Dari penginderaan itu didapati kesimpulan

bahwa semua benda atau ojek terindera adalah materi yang memiliki keterbatasan

waktu (ada awalnya dan ada akhirnya), keterbatasan kemampuan (saling membutuhkan

dan bergantungan dengan sesama objek) yang tidak bisa dilanpauinya. Dari sini

terdapat petunjuk kuat bagi akal untuk menyimpulkan bahwa semua objek terindera itu

hanyalah buatan dari yang selain mereka semua. Pembuat (pencipta) itulah yang

merupakan awal dari sebelum keberadaan mereka sekaligus yang menentukan taraf

kemampuan mereka.

Dengan metode rasional inilah akal membuktikan adanya Pencipta (khaliq)

yang tidak diciptakan, yang mengawali dan tidak ada yang sebelumnya sekaligus tidak

ada setelahnya. Kemampuan akal seperti ini diabadikan dalam al-Qur’an dalam kasus

Ibrahim as. Menemukan Penciptanya:

ا جن علیھ اللیل .والأرض ولیكون من الموقنین وكذلك نري إبراھیم ملكوت السماوات فلم

ا أفل قال لا أحب الآفلین ا رأى القمر بازغا قال ھـذا ربي . رأى كوكبا قال ھـذا ربي فلم فلم

ا أفل قال لئن لم یھدن الین فلم ا رأى الشمس بازغة قال ھـذا . ي ربي لأكونن من القوم الض فلم

ا تشركون م ا أفلت قال یا قوم إني بريء م ھت وجھي للذي فطر . ربي ھـذا أكبر فلم إني وج

ض حنیفا وما أنا من المشركین السماوات والأر Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kamiyang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar diatermasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang(lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam diaberkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihatbulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, diaberkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilahaku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, diaberkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari ituterbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang

Page 55: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

49

kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yangmenciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, danaku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (TQS. al-An’am/6: 75-79).

Adapun pada aspek ajaran atau aturan agama, maka fungsi akal bukan lagi

membuktikan keberadaannya, karena ia telah dibuktikan oleh akal dengan

membuktikan keberadaan Pencipta yang menurunkan aturan itu. Peran akal dalam hal

ini adalah memahami kebaradaan aturan itu sehingga jelas apa yang diingankan atau

apa yang dituntut oleh aturan itu.

Jika terdapat indikasi yang menunjukkan tuntutan itu tegas memerintahkan

sesuatu, maka jelas bahwa perintah itu wajib untuk dilaksanakan, tetapi jika

perintahnya tidak menunjukkan adanya ketegasan untuk melakasanakannya, maka

perintah itu hanya berupa anjuran untuk dilaksanakan, tanpa adanya sanksi jika

ditinggalkan. Sebaliknya jika tuntutan itu terdapat indikasi kuat yang mengharuskan

untuk ditinggalkan, maka tuntutan itu bertati haram atau harus ditinggalkan. Tetapi, jika

tuntutannya tidak secara tegas menuntut untuk ditinggalkan, maka larangan itu hanya

bersifat anjuran untuk ditinggalkan dan tidak ada sanksi bagi yang melakukannya.

Selebihnya, jika terdapat indikasi yang menyerahkan kepada manusia untuk memilih

melaksanakan atau meninggalkan, maka ajaran itu bersifat pilihan, boleh (mubah)

dilaksanakan atau ditinggalkan.

Jika semua ini sudah terbukti melalui pemahaman akal, maka manusia tidak

punya pilihan lain kecuali mengikuti dan tunduk kepada kebenaran yang telah diproses

secara akal tersebut. Inilah cara beragama yang benar yang diajarkan oleh Islam. Bukan

beragama dengan cara ikut-ikutan secara buta. Bahkan beragama dengan ikut-ikutan

saja dicela oleh Islam. Firman Allah swt dalam surah al-Isra’ ayat 36 berikut:

ولا تقف ما لیس لك بھ علم إن السمع والبصر والفؤاد كل أولـئك كان عنھ مسؤولا Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuantentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akandiminta pertanggungan jawabnya (TQS. al-Isra’/17: 36).

2. Sikap Muslim terhadap Pemeluk Agama Lain

Sikap adalah ekspresi kejiwaan dan perilaku seseorang dalam kaitannya dengan

fakta, baik berupa benda maupun berupa perbuatan. Sikap lahir setelah seseorang

Page 56: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

50

mendapatkan pemahaman tertentu terkait dengan objek, sehingga sikap merupakan

bagian dari atau cerminan pemahaman seseorang.

Jadi, sikap beragama adalah keseluruhan kesan dan ekspresi dalam beragama

yang menunjukkan bentuk pemahaman tertentu terhadap agama, baik agama yang

dianutnya maupun dengan agama lain termasuk hubungannya dengan pemeluk agama

lain.

Mukti Ali menyebutkan ada empat sikap beragama masyarakat dalam

mempraktekkan agama mereka, yakni eksklusif, toleran, inklusif dan pluralis.53

Selain klasifikasi ragam sikap beragama yang dikemukakan oleh Mukti Ali

tersebut, Ninian Smart juga menyebutkan kategori yang mirip, tetapi

menggabungkannya dan menyederhanakan pembagiannya menjadi menjadi lima

kategori yakni: eksklusif absolut, eksklusif relatif, inksklusif hegemonistik, pluralis

realistik, dan pluralis regulatif.54 Tanpa mengabaikan kedua pendapat di atas, penulis

menjelaskan empat klasisikasi sikap beragama dalam kaitannya dengan keberadaan

agama dan pemeluk agama lainnya, yakni: sikap ekslusif, sikap inklusif, toleran dan

pluralis.

a. Sikap eksklusif

Kata ekslusif berarti tertutup atau terpisah dengan yang lain. Sikap ekslusif

dalam beragama adalah sikap yang menganggap diri dan agama mereka lain atau

terpisah atau tidak ada hubungannya dengan yang lain. Sikap ini berangkat dari asumsi

bahwa selain agama yang dianutnya salah, sehingga agama dan pemeluknya tidak perlu

diperhitungkan.55

Sikap eksklusif dapat berbentuk absolut atau relatif. Sikap eksklusif yang

absolut memandang hanya agamanya yang benar sementara yang lain dengan

sendirinya salah. Adapun eksklusif relatif memandang hanya agamanya yang benar,

53Mukti Ali, Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer, dalam Malik Idris, “Dakwahdalam Masyarakat Plural, Peran Tokoh Agama dalam Memelihara Hubungan Antarumat Beragama diKendari”, Disertasi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2008), h. 81.

54Ninian Smart, “Pluralism” dalam Donal W. Musser dan Joseph L. Price, A New handbook ofCristian Theology, dalam Malik Idris, “Dakwah dalam Masyarakat Plural, Peran Tokoh Agama dalamMemelihara Hubungan Antarumat Beragama di Kendari”, Disertasi (Makassar: UIN Alauddin Makassar,2008), h. 81.

55Jalaluddin Rakhmat, Islam dan Pluralisme, Akhlak al-Qur’an Menyikapi Keragaman (Cet. 2;Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006), h. 19.

Page 57: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

51

tetapi memandang bahwa kepercayaan agama tidak dapat dibandingkan karena untuk

mengerti kebenaran masing-masing agama harus terlebih dahulu menjadi orang dalam

agama itu.

b. Sikap toleran

Toleran berasal dari kata tolerate, artinya membiarkan. Sikap toleran didasari

oleh fakta keragaman dan klaim kebenaran masing-masing yang ada pada agama.

Praktek toleransi yang berkembang dewasa ini menunjukkan pada dua hal, yakni

adanya asimilasi individu dalam masyarakat yang beragam dan adanya pengakuan akan

hak-hak kelompok.56

Sikap toleran, yakni memandang agamanya sebagai satu-satunya yang benar,

tetapi tetap membiarkan dan menghormati kayakinan agama lain yang berbeda

dengannya. Orang yang toleran tidak menganggap agama lain memiliki kebenaran,

tetapi menghargai mereka sebagai manusia.

c. Sikap inklusif

Sikap beragama yang lain yang tampak dalam kehidupan adalah inklusif. Sikap

ini merupakan kebalikan dari eksklusif yang terbuka dan memandang keberadaan

agama lain sebagai suatu kenyataan yang ada dan harus diakui keberadaannya.

Sikap ini lahir sebagai respon terhadap perjalanan panjang sejarah agama-agama

yang selalu diwarnai dengan gesekan dan permusuhan. Permusuhan antara pemeluk

agama itu diduga muncul sebagai bentuk sikap beragama yang hanya mengakui

kebenaran agama yang dianut, sementara yang lain salah. Klaim seperti ini telah

membuat seseorang terhalang untuk berdampingan dan menutup pintu dialog dengan

pemeluk agama lain. Bahkan seolah menjadi justifikasi untuk melakukan pemaksaan

terhadap pemeluk agama lain agar memasuki agama yang dianut.

Agar hal itu tidak terjadi lagi, maka perlu dikembangkan sikap inklusif. Sikap

inklusif berangkat dari sebuah asumsi bahwa seseorang tidak hanya mengakui

kebenaran agamanya sendiri, tetapi ia mesti mengakui bahwa bisa jadi penafsiran

kebenaran yang dipahaminya berbeda dengan penafsiran kebenaran yang dipahami oleh

pihak lain. Sehingga Islam sebagai agama yang benar di sisi Allah (QS. Ali Imran/3:

56Ihsan Ali Fauzi, Syafiq Hasyim, J.H. Lamardy, Demi Toleransi Demi Pluralisme, Esay-esayuntuk Merayakan 65 Tahun M. Dawam Rahadjo (Cet. 1; Jakarta: Paramadina, 2007), h. 351.

Page 58: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

52

19), misalnya, adalah perkara yang sudah pasti. Namun, Islam yang dimaksud tentu

memiliki beragam makna dari sudut penafsiran orang.57 Akan teapi, yang jelas, makna

atau penafsiran mana yang benar, hanya Penuturnya (Tuhan) saja yang lebih tahu.58

Orang yang inklusif dalam beragama memandang bahwa agamanya bukanlah

satu-satunya kebenaran yang mesti diperuntukkan bagi semua orang, tetapi di luar

agama dan keyakinannya juga memiliki aspek-aspek kebenaran yang penting untuk

diperhatikan.

d. Sikap pluralis

Sikap pluralis adalah sikap tertinggi yang dicapai oleh kaum inklusifis. Sikap

pluralis tidak hanya mengakui kenyataan adanya banyak agama. Bukan juga sekedar

untuk menghalau fanatisme beragama. Sikap pluralis dimaknai sebagai sebuah pertalian

sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.59 Orang yang bersikap pluralis

memandang bahwa selain agama yang dianutnya juga memiliki kebenaran sebagaimana

sebagaimana kebenaran agama yang diyakini, bahkan kebenaran yang terdapat pada

agama dapat memperkaya kehidupan rohani bagi yang tidak memeluk agama tersebut.

Bahkan seorang pluras sejatai memahami bahwa setiap agama memiliki peluang yang

sama untuk masuk surga.60

Keempat sikap beragama di atas tentu dirumuskan berdasarkan fakta dengan

melihat fenomena di tengah masyarakat. Bahwa sikap masyarakat beragama terhadap

keberadaan pemeluk agama lain bisa digolongkan ke dalam empat kategori di atas

adalah sebuah fakta empiris. Kesimpulan ini tentu terlepas dari apakah keempatnya

merupakan sesuatu yang benar menurut pemeluk agama tertentu.

Karena kategori tersebut bersifat umum, maka tentu di antara umat Islam juga

ada yang memiliki sikap beragama salah satu dari keempatnya. Karena itu, penting

untuk dikaji, manakah dari keempat sikap beragama yang sesuai dengan yang

57Penjelasan tentang polemic makna din dan Islam dapat juga dibaca dalam JalaluddinRakhmat, Islam dan Pluralisme, Akhlak al-Qur’an Menyikapi Keragaman, h. 35-47.

58Alwi Shihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dan Beragama (Cet. 5; Bandung: PenerbitMizan, 1999), h. 78.

59Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Orang Beriman (Cet. 1;Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2004), h. 39

60Jalaluddin Rakhmat, Islam dan Pluralisme, Akhlak al-Qur’an Menyikapi Keragaman, h. 21.

Page 59: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

53

dikehendaki oleh Islam. Untuk itu, perlu dikaji beberapa nash yang terkait dengan sikap

beragama kaitannya dengan keberadaan pemeluk agama lain.

Jika dicermati nas-nas yang berbicara tentang sikap umat Islam terhadap umat

beragama selain Islam, ternyata Islam telah menempatkan posisi pemeluk agama sesuai

dengan sikap Islam sendiri terhadap agama selain Islam. Terkait dengan hal ini, Islam

menetapkan bahwa sejak awal Allah Swt hanya menurunkan Islam sebagai teologi yang

lurus kepada semua Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Karena itu, hanya Islam yang

benar, selain Islam –karena telah mengalami perubahan sehingga tidak lagi sejalan

dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah Swt., menjadi tidak benar.

Namun, meskipun demikian Islam tidak memaksakan pemeluk agama lain

untuk menerima Islam. Umat Islam hanya berkewajiban menyampaikan kebenaran

Islam kepada semua manusia agar mereka berpikir kembali tentang agama yang

dianutnya selama ini.

Berdasarkan konsep dasar ini, maka terdapat beberapa prinsip yang mendasari

sikap muslim dengan nonmuslim. Prinsip itu dapat dilihat empat sisi, yakni:

a. Dalam hubungannya dengan pemeluk agama lain harus dijauhkan sikap paksaan,

tekanan, intimidasi dan seumpamanya. Islam melarang segala macam paksaan

terhadap agama lain. Dalam pergaulan dengan pemeluk-pemeluk agama lain, umat

Islam harus bersikap toleran yang dalam Islam disebut tasamuh.

b. Umat Islam memandang pemeluk agama lain, khususnya ahl kitab mepunyai

landasan kesamaan secara aqidah, yakni sama-sama bersumber dari kitab suci yang

diturunkan dari Allah Swt. Islam mengakui keberanan injil dan taurat dalam

keadaannya yang orisinil.

c. Islam mengajarkan untuk mengulurkan tangan persahabatan terhadap pemeluk

agama lain, selama mereka tidak menunjukkan sikap dan melakukan permusuhan

terhadap umat Islam.

d. Pendekatan terhadap pemeluk-pemeluk agama lain dalam mengajak mereka

memeluk Islam harus dilakukan dengan diskusi yang baik, sikap yang sportif,

elegan. Semuanya harus dengan argumentasi rasional, bukan emosional.61

Keempat prinsip di atas dapat dilihat dari ayat-ayat berikut:

61HM. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan (Cet. 1; Jakarta: BulanBintang, 1988), h. 13-14.

Page 60: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

54

فقد است شدمن الغي فمن یكفر بالطاغوت ویؤمن با ین قد تبین الر مسك لا إكراه في الد

سمیع علیم بالعروة الوثقى لا انفصام لھا واTidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelasjalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkarkepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegangkepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui (TQS. al-Baqarah/2: 256).

Dalam surah al-Kafirun ayat 6, juga ditegaskan:

لكم دینكم ولي دین Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (TQS. al-Kafirun/109: 6).

وھم ن دیاركم أن تبر ین ولم یخرجوكم م عن الذین لم یقاتلوكم في الد وتقسطوا لا ینھاكم ا

یحب المقسطین إلیھم إن اAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu darinegerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS. al-Mumtahanah/60: 8).

Dari paparan tentang prinsip yang dibangun Islam dalam bersikap terhadap

nonmuslim tersebut jika dikaitkan dengan keempat kategori yang dibahas sebelumnya,

maka Islam sesungguhnya mengajarkan penghormatan dan menghargai kebebasan

terhadap pemeluk agama lain. Sikap inilah yang kemudian lebih dekat untuk

dinamakan toleransi.

Dalam bahasa Arab, istilah ini biasa disebut tasammuh, yang biasa dimaknai

tenggang rasa, tepo selero dan saling membiarkan. Toleransi bukan berarti memasuki

wilayah agama lain. Bukan juga mengambil satu atau beberapa prinsip atau ajaran dari

gama lain. Terlebih lagi, toleransi bukan mencampuradukkan antara satu atau beberapa

ajaran agama untuk diamalkan bersama-sama. Semuanya ini bukan makna toleransi

yang dikehendaki oleh Islam. Islam memaknai toleransi dengan prinsip sebagai berikut:

1. Toleransi terhadap pemeluk agama lain terbatas pada aspek hubungan sosial

kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kasih sayang dan persauadaraan sesama

manusia sejauh tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Islam.

2. Dalam aspek agama dan kepercayaan, toleransi berarti membiarkan dan tidak

menggangu umat beragama lainnya untuk menjalankan agama sesuai dengan

keyakinannya

Page 61: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

55

3. Umat Islam wajib memelihara kemurnian akidah dan syariah Islam tidak

dibenarkan adanya kompromi apalagi pencampuradukan atau sinkretisme.62

Dari prinsip ini, dapat dikatakan bahwa apa yang dipraktekkan oleh sebagian

orang dewasa ini dengan mengikuti ritual agama yang bukan agamanya, merupakan

bentuk toleransi yang yang tidak dibenarkan dalam Islam. Termasuk dalam cakupan ini

adalah mengucapkan selamat pada pelaksanaan ajaran agama atau perayaan agama

orang lain. Islam tidak membenarkan mengucapkan selamat atas pelaksanaan ajaran

agama atau perayaan agama selain Islam karena penghormatan itu mengandung makna

pengakuan atau pembenarran terahadap ajaran atau pearayaan agama tersebut.

Sementara Islam telah menetapkan seorang muslim hanya mengakui kebenaran mutlak

dari Islam. Kewajiban menghormati pemeluk agama lain tidak berarti mengakui

kebenaran ajaran agamanya. Akan tetapi, menghormati pemeluk agama lain merupakan

penghormatan terhadap hamba ciptaan Allah Swt., yang merupakan syarat terciptanya

kerukunan hidup di antara pemeluk agama dan keyakinan yang berbeda.

3. Dakwah terhadap Nonmuslim

Islam telah berkembang pesat karena dakwah. Sekiranya tidak ada dakwah,

maka Islam tidak akan sampai kepada manusia di luar Arab. Pesatnya perkembangan

Islam ke seluruh penjuru dunia karena keyakinan umatnya bahwa dengan Islam sajalah

dunia ini akan tertata dengan damai, manusia akan dihargai martabatnya sebagai

manusia sehingga menghapus segala bentuk eksploitasi dan perbudakan.

Mendakwah Islam bukan hanya mendakwahkan nilai-nilai atau substansinya,

melainkan mendakwah Islam sebagai sebuah ideology yang memiliki seperangkt

konsep dan metode aplikasi terhadap konsep tersebut.63

Islam adalah agama spiritual, ritual dan sosial. Sebagai agama spiritual, Islam

adalah seperangkat ajaran atau konsep tentang keimanan. Keimanan dalam Islam

62Suryan A. Jamrah, “Toleransi Antarumat Beragama Perspektif Islam”, Jurnal Ushuluddin(Vol. 23, No 2 Juli-Desember 2015), h. 192.

63Islam berkembang pesat dengan diterimanya Islam sebagai spiritual dan syariat. Bukan sepertiklaim sebagian orang yang menyatakan bahwa Islam tersebar karena berkat substansi, bukan karenabentuk. Bahkan menurut mereka, Islam terhenti menyebar ketika yang didakwahkan adalah bentukformalnya. Pernyataan ini dapat dilihat dalam Frithjof Schuon, Islam and the PerenialPhilosophy,diterjemahkan oleh Rahmani Astuti dengan judul Islam dan Filsafat Perenial (Cet. 1; Bandung: Mizan,1993), h. 25.

Page 62: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

56

berpangkal pada keyakinan adanya Pencipta (Khaliq) dan Pengatur (Mudabbir) alam

semesta, yakni Allah Swt. di atas keyakinan inilah dibangun seluruh keyakinan lain

yang menjadi bagian atau cabangnya, seperti keimanan kepada adanya Malaikat,

keimanan adanya Kitab, adanya hari kiamat, surga dan neraka, dan sebagainya.

Islam juga memiliki seperangkat ajaran ritual dalam rangka berhubungan

dengan Pencipta dalam bentuk ibadah, baik ibadah yang diwajibkan atau maktubah

maupun yang dianjurkan atau nafilah/tathawwu’.64 Keberadaan ibadah ritual dalam

Islam ini merupakan upaya hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah sekaligus

merupakan simbol kesiapan untuk tunduk kepada Allah.

Sedangkan sebagai agama yang mengajarkan sosial, maksudnya Islam adalah

agama yang berisi aturan hidup yang menyeluruh dalam semua lapangan kehidupan

manusia. Sebagai aturan hidup, Islam berisi konsep pemecahan masalah yang dihadapi

oleh manusia di dunia, baik dalam lapangan ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan,

hukum, hubungan sesama muslim, hubungan dengan non muslim, termasuk hubungan

internasional.65

Islam memandang manusia menurut aqidahnya menjadi dua, yakni orang Islam

atau muslim dan non muslim. Semua manusia yang tidak memeluk aqidah Islam

dinamakan kafir. Orang kafir terdiri dari dua golongan, yakni ahl al-kitāb (Yahudi dan

Nasrani) dan musyrikīn, yakni orang yang beragama selain Islam dan selain ahl al-

kitāb, termasuk yang tidak beragama. Dalam al-Qur’an Allah menegaskan:

لدین فیھا أولئك ھم شر البریة إن الذین كفروا من أھل الكتاب والمشركین في نار جھنم خا

64Istilah nafilah atau tathawwu’ memiliki makna yang sama, yakni ibadah yang dianjurkansebagai tambahan terhadap yang wajib. Misalnya, shalat lima waktu (Magrib, isya’, shubuh, zuhur, danashar) adalah maktubah, sedangkan shalat dua rakaat sebelum dan sesudah zuhur adalah tathawwu’.Lihat Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, diterjemahkan oleh Muh. Zuhri, dkk.,Fiqh Empat Mazhab, Jilid I (Cet. 1; Semarang: Asy-Syifa’, 1994), h. 577.

65Hukum-hukum Islam ini meskipun banyak jumlahnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua:pertama, yakni aturan yang mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Pencipta dalambentuk ibadah. Kedua, hukum-hukum yang mengatur perbuatan manusia dalam hubungannya dengansesama manusia, termasuk dirinya sendiri. Aturan ini merupakan pedoman agar manusia mendapatkankemaslahatan dan mencegah kemudaratan. Lihat Syaikh Mahmoud Syalthout, al-Islam, Aqidah waSyari’ah, diterjemahkan oleh Bustami A. Gani dan B. Hamdany Ali, Islam, Aqidah dan Syariah, Jilid 2(Cet. 3; Jakarta; Bulan Bintang, 1985), h. 1-2. Syariat Islam yang menjadi konstitusi ini dilaksanakanoleh umat Islam sebagai aturan yang diambil berdasarkan keimanan sehingga menjadi rumus ataupedoman kehidupan (qa’idah fikriyah). Sedangkan bagi nonmuslim, mereka melaksanakan syariat Islambukan atas dasar keimanan, melainkan sebagai konstitusi, sehingga mereka hanya tunduk danmenerimaya sebagai kepemimpinan berpikir saja (qiyadah fikriyah). Muhammad Hawari, ReideologiIslam, Membumikan Islam sebagai Sistem (Cet. 3; Bogor: Al-Azhar Press, 2011), h. 107.

Page 63: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

57

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yangmusyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka ituadalah seburuk-buruk makhluk (TQS. al-Bayyinah/98: 6).

Awal dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhamad Saw. adalah mengajak

manusia memeluk Islam karena pada saat diutus, tidak seorang pun yang beragama

Islam selain dirinya sendiri yang ditugasi mengajak manusia kepada Islam. Karena itu,

dakwah Nabi Saw. ditujukan kepada kafir Quraisy agar mereka memeluk Islam. Nabi

saw. memulai ajakan kepada Islam dengan mengajak orang-orang yang dekat

dengannya untuk menerima seruan Allah dan mereka pun beriman. Mereka adalah:

istrinya Khadijah ra. (55 tahun), sepupunya Ali bin Abi Thalib (10 tahun), maulanya

Zaid (8 tahun), dan temannya Abu Bakar (37 tahun). Dalam Sirah Ibnu Hisyam

disebutkan bahwa orang yang pertama masuk Islam dan beriman kepada Nabi saw.

adalah Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi saw.), sedang laki-laki yang pertama

beriman adalah Ali bin Abi Thalib, selanjutnya Zaid bin Haritsah.66 Kemudian

selanjutnya semakin bertambah seiring dengan dengan bertambahnya jumlah mereka

yang telah memeluk Islam dan mengajak orang-orang terdekat mereka untuk memeluk

Islam.

Bagi mereka yang telah memeluk Islam, diberikan dakwah dalam bentuk

pembinaan agar mereka dapat mengamalkan Islam, mentaati syariat Islam yang

mengatur seluruh aspek tingkah laku manusia.

Umat Islam memiliki kewajiban yang sama berdakwah kepada orang kafir.

Dakwah ini hukumnya wajib. Kewajiban dakwah kepada nonmuslim dipahami dari

firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk mengajak orang-orang untuk

memeluk aqidah Islam secara tegas disebutkan dalam al-Qur’an, seperti ayat berikut:

ك ھو أعلم ادع إلى سبیل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلھم بالتي ھي أحسن إن رب

بمن ضل عن سبیلھ وھو أعلم بالمھتدین Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialahyang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (TQS. al-Najl/16: 125).

66Lihat selengkapnya Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, al-Sirah al-Nabawiyah li Ibni Hisyam, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Jilid I (Cet.7; Jakarta: Darul Falah, 2009), h. 203-213.

Page 64: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

58

Selain itu, adanya perintah tegas untuk memerangi manusia agar memeluk Islam

atau menjadikan diri mereka sebagai ahl zimmah.

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepadahari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allahdan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah),(yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai merekamembayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (TQS. al-Tawbah/9: 29).

Perintah untuk mengajak kepada Islam dan perintah untuk memerangi dalam

kedua ayat di atas menunjukkan adanya ketegasan perintah untuk berdakwah, mengajak

manusia kepada Islam. Ketegasan pendirian ini merupakan konsistensi Islam terhadap

kebenaran dan kasih sayang kepada semua manusia agar mereka juga dapat hidup

dalam kebenaran yang mutlak yang bersumber dari pencipta manusia.

Meskipun dakwah kepada nonmuslim hukumnya wajib, tidak berarti bahwa

Islam membenarkan untuk memaksa orang lain untuk memeluk Islam. Memaksa non

muslim memeluk Islam justru diharamkan oleh Islam. Dalam al-Qur’an ditegaskan:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelasjalan yang benar dari pada jalan yang sesat… (TQS. al-Baqarah/2: 256).

جس على الذین لا یعقلون ویجعل الر وما كان لنفس أن تؤمن إلا بإذن اDan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allahmenimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya(Yunus/10: 100).

Jadi, dalam Islam wajib mengajak nonmuslim memeluk Islam, dan pada waktu

yang sama haram hukumnya memaksa mereka memeluk Islam. Maknanya adalah

bahwa dakwah yang diwajibkan adalah dengan pemikiran dan argumentasi. Dalam

mendakwahi nonmuslim memeluk Islam dilakukan dengan menunjukkan kebenaran

secara faktual dan intelektual, bukan emosional. Sehingga ketika nonmuslim bersedia

menerima Islam, maka itu bukan sekedar ikut-ikutan, bujukan, iming-iming hadiah,

paksanaan, dan intimidasi. Karena keislaman dengan jalan demikian hanya akan

Page 65: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

59

menghasil pribadi-pribadi nifaq67 tidak menghasil kebaikan sama sekali untuk Islam

dan dirinya.

Inilah yang dimaksud dalam firman Allah berikut ini:

وما أنا من ال على بصیرة أنا ومن اتبعني وسبحان ا مشركین قل ھـذه سبیلي أدعو إلى اKatakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutikumengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, danaku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (TQS. Yusuf/12: 108).

Seruan atau dakwah kepada mereka ini semata-mata sebagai konsekuensi dari

keyakinan bahwa Islam adalah satu-satu agama yang benar dan diridai oleh Allah (QS.

Ali Imran/3: 19, 83, 85). Jika diyakini hanya Islam yang benar, berarti tidak ada yang

benar selainnya. Jika agama terkait dengan jalan keselamatan, berarti hanya dengan

memeluk Islam seorang itu akan selamat. Sehingga dakwah mengajak orang kafir

masuk Islam sesungguhnya sebagai bentuk kasih sayang umat Islam kepada seluruh

manusia agar mereka juga bisa mencapai keselamatan, sekaligus merupakan penegasan

keumuman risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. seperti dalam ayat berikut:

لا یعلمون وما أرسلناك إلا كافة للناس بشیرا ونذیرا ولكن أكثر الناس Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnyasebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapikebanyakan manusia tiada mengetahui (TQS. Saba’/34: 28).

Adanya perintah untuk mengajak manusia memeluk Islam menunjukkan bahwa

Islam sebagai agama yang benar dan sempurna. Sementara larangan memaksa orang

kafir untuk masuk Islam menunjukkan bahwa beragama merupakan pilihan dari semua

orang untuk menentukan pilihannya.68 Pilihan tanpa paksaan inilah yang menjadi dasar

sehingga mereka harus mempertanggungjawabkan pilihannya. Katika dakwah tentang

kebenaran Islam telah sampai kepada mereka dan ditolak, maka tidak ada hujjah untuk

menolak azab Allah swt. di akhirat.

Hal ini sekaligus menunjukkan sikap atau karakter Islam menghadapi realitas

pluralitas agama. Umat Islam diwajibkan memposisikan semua manusia dengan

memandang mereka sebagai manusia sebagaimana diri mereka sendiri yang sama sekali

67Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, Jejak Risalah dan Dasar Da’wah (Cet. 12; Jakarta:Media Da’wah, 2003), h. 123-124.

68Hasan Basri, “Pola Dakwah Dalam Rangka Peningkatan Pengamalan Ajaran Agama di PantiSosial Tresna Werda Minaula Kendari”, Laporan Penelitian (Kendari: PPPM STAIN Kendari), h. 20.

Page 66: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

60

tidak berbeda statusnya sebagi makhluk Allah swt. Sehingga sikap umat Islam kepada

nonmuslim tegas, yakni memandang mereka sebagai sesama makhluk Tuhan yang

harus disampaikan dakwah, tetapi tidak boleh membenci dan memusuhi.69 Karena

sesungguhnya dakwah itu hanyalah salah satu perintah dari banyak perintah Allah,

yang menentukan hasilnya hanya Allah swt. Inilah yang ditegaskan Allah dalam al-

Qur’an:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di mukabumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya merekamenjadi orang-orang yang beriman semuanya? (TQS. Yunus/10: 99).

Tegasnya, ajakan kepada nonmuslim ditujukan kepada pemikiran. Perubahan

pemikiran untuk memeluk Islam hanya bisa terjadi melalui penyajian fakta dan

argumen rasional yang memuaskan akal dan menetramkan jiwa.70

Ketika realitas dan rasionalitas telah disajikan baik melalui hikmah, nasihat atau

debat lalu diterima dan mengubah keyakinan berarti perubahan itu murni dilakukan

oleh yang bersangkutan untuk memeluk Islam atas dasar kepahaman dan kesadarannya.

Namun, ketika mereka menolak setelah menerima paparan yang jelas mana

yang benar dan mana yang salah, lalu memilih untuk menolak kebenaran Islam yang

disampaikan berarti kekafiran itu merupakan pilihannya sendiri. Kewajiban dakwah

hanya sampai di situ. Tidak ada lagi kewajiban apapun untuk mendakwahi mereka.

Menurut al-Qur’an, orang seperti ini disebut tertutup hatinya.

على قلوبھم وعلى . إن الذین كفروا سواء علیھم أأنذرتھم أم لم تنذرھم لا یؤمنون ختم ا

سمعھم وعلى أبصارھم غشاوة ولھم عذاب عظیم Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatanatau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah

69Irena Handono, et.al., Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Cet. 5; Kudus:Bima Rodheta, 2004), h. 321.

70Menurut M. Quraish Shihab, cara-cara menarik yang dapat ditempuh, seperti: mengemukakankisah yang berkaitan dengan tujuan dan materi dakwah yang disampaikan, menyampaikan dalam bentukmemberi nasihat sesuai kondisi audiens, teknik pembiasaan terutama bagi anggota keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar. Selengkapnya dapat dilihat dalam M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Cet. 29; Jakarta: Mizan, 2006), h.197-199.

Page 67: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

61

mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, danbagi mereka siksa yang amat berat (TQS. al-Baqarah/2: 6-7).

Sikap Islam terhadap mereka ini adalah membiarkan mereka pada kondisinya

sebagai orang kafir baik ia beragama atau tidak beragama. Mereka dibiarkan beribadah

sesuai keyakinannya dengan semua hal-hal yang terkait dengan ibadahnya. Termasuk

tidak dibenarkan untuk menghina sesembahan mereka, meskipun sesembahan mereka

itu terbukti secara nyata merupakan benda-benda yang tidak layak diadikan

sesembahan. Larangan itu bukan berarti menghormati sesembahan mereka, melainkan

agar mereka tidak balik menghina Allah Swt, Tuhan sekalian alam. Dalam al-Qur’an

ditegaskan sebagai berikut:

عدوا ب فیسبوا ا ة عملھم ثم ولا تسبوا الذین یدعون من دون ا غیر علم كذلك زینا لكل أم

رجعھم فینبئھم بما كانوا یعملون إلى ربھم مDan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selainAllah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpapengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaanmereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Diamemberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan (TQS. al-An’am/6: 108).

C. Kerangka Teori

Interaksi merupakan kebutuhan dan penentu dari adanya kehidupan kehidupan

bersama. Interaksi tersebut baru akan terjadi apabila orang atau kelompok manusia

saling berkomunikasi, bekerja sama, bahkan mengadakan persaingan, maupun

pertikaian. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari proses

sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan yang dinamis. Dalam masyarakat,

hubungan antar orang atau kelompok terjadi dalam dua bentuk, yaitu hubungan sehari-

hari dan asosiasional (associational).71

Interaksi sehari-hari terdiri dari hubungan yang sederhana dan rutin antar

anggota masyarakat, seperti: keluarga kelompok yang satu mengunjungi kelompok

yang lain, makan bersama, pesta bersama, mendorong anak-anak untuk bermain

bersama dan lain-lain.

71Varshney, Ethnic Conflict and Civic Life, dalam Fu Xie,”Hubungan antara Orang Kristen danIslam dalam Masyarakat Sipil: Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung, Prosiding The 5th

International Conference on Indonesian Studies:“Ethnicity and Globalization,icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

Page 68: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

62

Adapun interaksi asosiasional terjadi dalam kelompok-kelompok seperti

asosiasi bisnis, organisasi profesional, klub membaca, klub film, klub olah raga, klub

musik, organisasi pesta, persatuan dagang, dan juga partai politik. Saat desa berubah

menjadi kota kecil, kota kecil menjadi kota besar, dan kota besar berubah menjadi kota

metropolitan, orang-orang mulai untuk menempuh jarak yang jauh untuk bekerja.

Dalam keadaan ini pertemuan tatap muka sehari-hari sulit dilakukan sehingga

hubungan asosiasional menjadi perlu baik untuk tujuan ekonomi, sosial maupun politik.

Dua bentuk hubungan ini juga berlaku dalam kaitannya dengan hubungan antara

pemeluk agama yang berbeda. Masalahnya adalah, hubungan dalam bentuk apa saja

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim terhadap umat agama lain?

Apakah semua bentuk hubungan yang telah ada dalam masyarakat seluruhnya sesuai

dengan Islam atau tidak? Lalu bagaimana jika ternyata hubungan itu tidak dibenarkan

Islam?

Dari sudut pandang Islam, terdapat dalil yang sangat tegas mengenai hubungan

dengan pemeluk agama lain dalam kehidupan, dimana umat Islam tidak dilarang

berbuat baik terhadap pemeluk agama lain (TQS. al-Mumtahanah/60: 8-9).

Sebagai aturan hidup, Islam adalah diturunkan Allah swt kepada Nabi

Muhammad saw. untuk mengatur hubungan antara manusia dengan pencipta, antara

manusia dengan manusia lainnya, termasuk antara manusia dengan dirinya sendiri.

Hubungan manusia dengan penciptanya tercakup dalam perkara iman (aqidah) dan

ibadah (’ubudiyyah). Hubungan manusia dengan manusia lain tercakup dalam perkara

muamalah dan ’uqubat, seperti urusan ekonomi, sistem pendidikan, kesehatan, hukum

dan sanksi-sanksi terhadap pelanggaran hukum, politik dan pemerintahan. Dengan

demikian, Islam merupakan mabda’ (ideologi) yang terdiri dari konsep dan metode

pelaksanaan konsep berupa aturan-aturan yang harus digunakan dalam menjalani

kehidupan.72 Hanya saja, ajaran Islam sebagai sistem hidup itu hanya bisa menjadi

aturan hidup, jika Islam dilaksanakan secara utuh dalam kehidupan nyata (QS. al-

Baqarah/2: 208).

Dalam kaitannya dengan hubungan dengan nonmuslim, Islam mengkategorikan

nonmuslim menjadi empat: kafir harbi (orang kafir yang memerangi umat Islam), kafir

72Taqiyuddin al-Nabhani, Nizām al-Islāmiyyah, diterjemahkan Abu Amin, dkk., PeraturanHidup dalam Islam (Cet. 3; Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003), h. 99.

Page 69: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

63

mu’ahhad (orang kafir yang terikat perjanjian dengan Islam), kafir musta’min (orang

kafir yang mendapat jaminan keamanan dari Islam), dan kafir zimmi (orang kafir yang

tinggal dalam darul Islam yang mendapat hak yang sama dengan muslim).73 Hubungan

Islam dengan mereka dapat dirinci sebagai berikut:

1. Islam tidak memaksa non-muslim masuk Islam. Kaedah ini berlaku kepada semua

non muslim. Nonmuslim bebas menjalankan aqidah dan ibadah sesuai agaman tanpa

boleh dicampuri, termasuk tempat ibadah mereka dijamin keamanannya.74

2. Kafir dzimmi tidak dibebankan selain kewajiban membayar jizyah (QS. al-Taubah/9:

29) yang hanya dikenakan atas laki-laki yang telah balig dan mampu secara

ekonomi. Jizyah tidak diambil dari wanita, anak-anak, orang tua renta, orang buta,

orang gila, dan pendeta.75

3. Dalam hal muamalah, orang Islam dipersilakan bermuamalah secara baik dengan

nonmuslim sesuai dengan ketentuan Islam (QS. al-Mumtahanah/60: 8-9), di

antaranya: muslim boleh memakan sebelihan Ahlul Kitab dan menikahi wanita baik-

baiknya (QS. al-Maidah/5: 5), meski muslimah diharamkan dinikahi orang kafir

(QS. al-Mumtahanah/60: 10), dan berbisnis.76 Terhadap kafir musta’min dan

mu’ahhad mendapat jaminan keamanan, maka kaum muslim tidak boleh

mengganggu apapun yang dimiliki.

4. Terhadap kafir harbi, maka sikap Islam sangat tegas yakni tidak menjalin hubungan

dalam bentuk apapun (QS. al-Mumtahanah/60: 9).77

73Sebagian ulama membagi kafir menjadi: kafir harbi (al-muhâribîn), kafir yang memilikiperjanjian dengan kaum Muslimin (ahlu al-‘ahd) dan kafir ahlu dzimmah (adz-dzimmi). Ustadz KholidSyamhudi, Apakah Semua Orang Kafir Sama, dalam http://almanhaj.or.id/content/2569/slash/0/apakah-semua-orang-kafir-sama/

74Syaikh al-‘Allamah Muihammad bin Abdurrahman al-Dimasqy, Rahmah al-Ummah fi Ikhtilafal-Aimmah, diterjemahkan oleh Abdullah Zki alKaf, Fiqih Empat Mazhab (Cet. 3; Bandung: Hasyimi,2010), h. 507.

75Syaikh al-‘Allamah Muihammad bin Abdurrahman al-Dimasqy, Fiqih Empat Mazhab…, h.503.

76Rasulullah sendiri selama di Mekah dipercaya menyimpan harta kaum musyrikin,begitu jugadalam perjalanan hijrah, Nabi mengupah Abdullah bin Uraiqith sebagai penunjuk jalan. Ia seorang Arabmusyrik dari Bani al-Dail bin Bakr, ibunya dari Bani Sahm bin Amr. Lihat Abu Muhammad AbdulMalik bin Hisyam al-Muafiri, al-Sirah al-Nabawiyah li Ibni Hisyam, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri,Sirah Ibnu Hisyam, Jilid I (Cet. 1; Jakarta: Darul falah, 2000), h. 439.

77Fathiy Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy, “Kebijakan Khilafah terhadap Non-muslim’ al-Wa’ie, Ed. Oktober 2014, dalam http://hizbut-tahrir.or.id/2014/10/06/kebijakan-khilafah-terhadap-non-muslim/ diakses kembali 8 Maret 2016.

Page 70: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

64

Dari uraian di atas dapat digarisbawahi, bahwa konsep hubungan antara muslim

dengan nonmuslim dalam Islam sangat jelas dan terbuka dalam hampir seluruh aspek

kehidupan, mencakup aspek keuarga (silaturrahmi), bertetangga, muamalah-ekonomi,

kerja sama sosial, tolong menolong dan saling meringankan beban, saling menghormati

dan menghargai sebagai sesama manusia. Dalam aspek akidah, ibadah tidak boleh

saling mencampuri, apalagi memaksakan agama (QS. Al-Kafirun/109: 6, QS. al-

Baqarah/2: 256).

Inilah potret toleransi yang pernah diterapkan dalam Islam sepanjang

sejarahnya. Penerapan sistem Islam secara konsisten khususnya ajaran tentang toleransi

terbukti mampu menjamin kaharmonisan hubungan antarumat beragama selama

belasan abad.

Page 71: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

65

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 (enam) bulan, yakni dari bulan April sampai bulan

September 2016.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat Kota

Kendari1 kepada jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari dalam menjalin hubungan dengan

jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari.

Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun terletak di wilayah

administratif kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Dari segi

wilayah, Kelurahan Dapu-dapura merupakan kelurahan paling sempit wilayahnya di antara 9

(sembilan) kelurahan dalam wilayah Kecamatan Kendari Barat.2

Tabel 1

Daftar Kelurahan Di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

No Nama Kelurahan Luas (dalam km2) Persentase1 Kemaraya 5,04 26,372 Watu-watu 1,78 9,313 Tipulu 3,35 17,534 Punggaloba 2,72 14,235 Benu-benua 1,38 7,226 Sodoha 1,82 9,527 Sanua 1,83 9,588 Lahundape 0,99 5,189 Dapu-dapura 0,20 1,05

Jumlah 19.11 100

Sumber: Kendari Dalam Angka 2015

1Kota Kendari adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki 10 kecamatan dengan64 kelurahan berdasarkan data tahun 2014, yakni: Mandonga (6 kelurahan), Wua-wua (4 kelurahan),Kadia (5 kelurahan), Baruga (4 kelurahan), Kambu (4 kelurahan), Kendari (9 kelurahan), Kendari Barat (9kelurahan), Puuwatu (6 kelurahan), Poasia (4 kelurahan), dan Abeli (13 kelurahan). Lihat Seksi IntegrasiPengolahan dan Deseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Kota Kendari, Kota Kendari dalam Angka2015 (Kendari: BPS Kota Kendari, 2015), h. 48.

2Dalam wilayah Kecamatan Kendari Barat terdapat 9 (sembilan) kelurahan. Kelurahan Dapu-dapura memiliki luas 0,20 km2 (1,05%). Sedangkan kelurahan lainnya yakni: Kemaraya (5,04km2/26,37%), Watu-watu (1,78 km2 /9,31%), Tipulu (3,35 km2/17,53%), Punggaloba (2,72 km2/14,23%),Benu-benua (1,38 km2/7,22%), Sodoha (1,82 km2/9,52%), Sanua (1,83 km2/9,58%), Lahundape (0,99km2/5,18%), Lihat Seksi Integrasi Pengolahan dan Deseminasi Statistik Badan Pusat Statistik KotaKendari, Kota Kendari dalam Angka 2015(Kendari: BPS Kota Kendari, 2015), h. 32.

Page 72: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

66

Dalam tabel di atas terlihat bahwa Kelurahan Dapu-dapura hanya 0,20 km2 (0,34 km2)3

atau 1,05 % dari 19,11 km2 total luas wilayah Kecamatan Kendari Barat. Secara keseluruhan

Kecamatan Kendari Barat merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya terbanyak di antara

semua kecamatan yang ada dalam wilayah Kota Kendari. Dari sejumlah 335.889 jiwa penduduk

Kota Kendari, sebanyak 49.725 jiwa atau 14,80 % berdomisili di Kecamatam Kendari Barat.

Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 3.802 berdomisili di Kelurahan Dapu-dapura. Berikut

disajikan data penduduk menurut jenis kelamin, suku, dan agama.

Tabel 2

Data Pendudukan Menurut Jenis Kelamin Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat

No Agama Jumlah Jiwa Persentase1 Pria 1.907 50,162 Wanita 1.895 49,84Jumlah 3.802 100

Sumber: Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kec. Kendari Barat Tahun 2016

Tabel 3

Data Pendudukan Menurut Etnis Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat

No Agama Jumlah Jiwa Persentase1 Bugis 680 17.892 Muna 550 14.473 Makassar 535 14.074 Tolaki 450 11.845 Buton 355 9.346 Jawa 220 5.797 Tidak ada data 1012 26.62Jumlah 3.802 100

Sumber: Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kec. Kendari Barat Tahun 2016

Tabel 4

Data Pendudukan Menurut Agama Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat

No Agama Jumlah Jiwa Persentase Keterangan1 Islam 3.625 95,34 Data ini terdapat

kekurangan dalam jumlahtotal, sehingga ditambahpoin 6. lain: 3.

2 Kristen 30 0,793 Protestan 40 1,054 Hindu 72 1,895 Budha 32 0,846 Lain 3 0,08Jumlah 3.802 100

Sumber: Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kec. Kendari Barat Tahun 2016

3Angka berbeda dengan yang tertera pada data Monografi Kelurahan Dapu-dapura tahun 2016,dimana luas keluarahan Dapu-dapura tercatat 0,34 km2.

Page 73: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

67

Kecamatan Kendari Barat adalah kecamatan yang paling banyak terdapat rumah ibadah

nonmuslim. Dari sejumlah 32 gereja yang ada di Kota Kendari, 7 gereja terdapat di kecamatan

ini, dan 2 vihara yang ada di Kota Kendari terdapat di Kecamatan Kendari Barat.

Tabel 5

Jumlah Sarana Ibadah di Kota Kendari

No Nama Kelurahan Masjid Mushalla Gereja Pura Vihara Jumlah1 Mandonga 27 11 3 - - 412 Baruga 40 1 4 - - 453 Puuwatu 42 5 5 - - 524 Kadia 51 1 5 1 - 585 Wua-wua 37 1 1 - - 396 Poasia 36 3 2 - - 417 Abeli 23 - 1 - - 248 Kambu 27 4 1 - - 329 Kendari 18 2 3 - - 23

10 Kendari Barat 36 12 7 - 2 57Jumlah 337 40 32 1 2 412

Sumber: Kementerian Agama Kota Kendari.4

Namun, sarana ibadah yang terdapat di Kelurahan Dapu-dapura terbilang kurang. Dari

48 masjid dan mushalla berdasarkan data tabel di atas5 dalam wilayah Kecamatan Kendari Barat,

hanya ada sebuah masjid, sebuah mushalla (lihat tabel 6) dan sebuah gereja (lihat tabel 7) yang

terdapat di Kelurahan Dapu-dapura.

Tabel 6

Sarana Ibadah di Kendari Barat

No Nama KelurahanMasjid/

MushallaGereja

ProtestanGerejaKatolik

Vihara

1 Kemaraya 5 1 - 12 Watu-watu 6 - - -3 Tipulu 6 1 - 14 Punggaloba 3 1 - -5 Benu-benua 2 - - -6 Sodoha 4 - 1 -7 Sanua 2 - 1 -8 Lahundape 6 - - -9 Dapu-dapura 2 1 - -

Jumlah 36 4 2 2

Sumber: Diolah Kecamatan Kendari Barat Dalam Angka 2014

4BPS, Kendari Dalam Angka 2015, h. 146.5Berdasarkan data terbaru tahun 2016 dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kendari Barat,

jumlah masjid dan mushalla sebanyak 42 buah.

Page 74: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

68

Tabel 7

Daftar Nama Masjid di Kecamatan Kendari Barat

No. Nama Masjid/Mushalla Kelurahan Alamat1 Masjid Khairunnisa Kemaraya Jl. Bina Guna2 Masjid Al-Muhlisin Jl. Palapa3 Masjid Jabal Nur Jl. Bungan Kolosua4 Masjid Nurul Falah Jl. Dr. Sam Ratulangi5 Masjid Nur Afiat Kompleks Dinkes6 Mushallah Nurul Fikri Jl. Bunga Kolosua (SDN 12)7 Masjid Nurul Jannah Lahundape Jl. Bunga Matahari8 Masjid Al-Amin Jl. Wijaya Kusuma9 Masjid Sabilil Muttaqin Jl. Komplek UHO Lama10 Masjid Al-Anshar Jl. Bunga Kaboja11 Masjid Nurul Shalihin Jl. Bunga Duri12 Masjid Al-Munawwarah Jl Bunga Dahlia No. 1713 Masjid Nurul Syakirah Jl. Bunga Duri II14 Mushalla SDN 34 Kemaraya Jl. Wijaya Kusuma15 Masjid Fastabiqul Khairat Watu-watu Jl. Mayjen Sutoyo16 Masjid Jabal Rahmah Jl. Bunga Teratai17 Masjid At-Tarbiyah Jl. Palem Raya18 Masjid Jabal Nur Jl. Kodya No. 3919 Masjid Jabal Uhud Jl. Amarilis20 Masjid Ar-Risalah Jl. Alape21 Mushalla Khusnul Khatimah Jl. Mayjen Sutoyo (SMA 1)22 Masjid Babut Taqwa Tipulu Jl. Mayjen Sutoyo23 Masjid Nurul Jihad Jl. Sultan Hasanuddin24 Masjid Al-Mizan Jl. Kijang25 Masjid Alauddin Jl. St. Hasanuddin (Kampus IAIN

Lama).26 Masjid Al-Ikhlas Jl. Srigala RT 9/RW 527 Masjid Hj. Zubaidah Jl. Pariama28 Masjid Akbar Punggaloba Jl. Pangeran Diponegoro29 Masjid Baitul Muawwanah Jl. St. Alauddin (LDII)30 Mushalla al-Ikhlas Jl. Nuri31 Masjid Al-Mu’minin Benu-benua Jl. Pangeran Diponegoro32 Masjid Al-Madani Jl. Pembangunan (By Pass)33 Masjid At-Taqwa Sodoha Jl. Bete-bete34 Masjid Al-Ihsan Jl. Muh. Hatta35 Masjid Al-Aqsha Jl. Pembangunan (Kompleks TPI)36 Mushalla al-Hikmah Jl. HKSN RT 2/RW 437 Masjid Nurul Iman Sanua Jl. Muh. Hatta38 Masjid Nur Rahmah Jl. Lasolo No. 10039 Mushalla Annizamiyah Jl. Muh. Hatta No. 61 (SMP 2)40 Mushalla Nurul Ilmi Jl. Pembangunan No. 16 (MIN 1)41 Masjid Da’wah Wanita Dapu-dapura Jl. Ir. Soekarno No. 4542 Mushalla Ar-Rahman Jl. Pembangunan (Pasar Sentral

Kota Lama)

Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Kendari Barat Tahun 2016

Page 75: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

69

Tabel 8

Daftar Nama Gereja di Kecamatan Kendari Barat

No. Nama Gereja Kelurahan Alamat1 GPdI Bukit Zaitun Dapu-dapura Jl. Ir. Soekarno Kel. Dapu-

dapura2 Gereja Santa Anna Sodoha Jl. Pangeran Diponegoro Kel.

Sodoha3 Gereja Kebangunan Kalam

AllahSodoha Kel. Sodoha

4 GEP Sultra Imanuel Punggaloba Jl. Pangeran Diponegoro Kel.Punggaloba

5 Gereja Katolik Clemen Kemaraya Jl. Saranani Kel. Kemaraya6 GEP Sultra Kel. Kemaraya7 GPdI Yesus Gembala Kemaraya Jl. Saranani Kel. Kemaraya

Sumber: Pendataan Lapangan oleh Peneliti dari data Kendari Dalam Angka 2015.

Posisi lokasi Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun berada pada

perbatasan kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat dengan Kelurahan Kandai

Kecamatan Kendari6 di bagian timur. Letak bangunan masjid terapit oleh dua jalan besar dan

satu jalan kecil. Di sebelah utara yang merupakan bagian utama masjid adalah jalan Ir. Sokarno,

jalan utama yang menghubungkan pelabuhan (Kota Lama) dengan pusat kota (Mandonga). Di

jalan ini persis di depan masjid terdapat pertigaan jalan Tekaka menuju ke utara ke Kelurahan

Kandai Kecamatan Kendari.

Di bagian selatan masjid terdapat jalan sepanjang 100 meter yang menghubungkan jalan

Ir. Soekarno dengan jalan Kongoasa sehingga masjid berada dalam posisi terapit oleh jalan yang

membentuk segi tiga. Halaman masjid terletak di bagian barat yang berbentuk segi tiga. Di

sebelah selatan halaman ini, tepatnya di jalan yang pedek ini terdapat sekolah swasta, yakni

SMPS Muhammadiyah.

Di sebelah timur masjid terdapat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun yang dindingnya hanya

berjarak sejengkal orang dewasa dengan dinding masjid pada bagian depan (bagian utara), dan

tidak ada jarak sama-sekali pada bagian belakang (bagian selatan). Sebelah timur gereja terdapat

kantor Kelurahan Kandai yang posisinya juga berdempet dengan gereja. Berikut peta lokasi

Masjid Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun Kendari.

6Pada awalnya, Masjid Da’wah Wanita berada dalam wilayah Kelurahan Kandai KecamatanKendari. Namun, jika masjid tetap berada dalam wilayah tersebut, berarti kelurahan Dapu-dapura tidakmemiliki masjid sama sekali. Atas pertimbangan tersebut dan atas persetujuan dua kelurahan dan duakecamatan yang berbatasan, maka batas wilayah Kelurahan Dapu-dapura digeser ke arah timur, sehinggamasjid masuk ke wilayahkelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat. Karena bangunan gereja,pondasi dan sebagian dindingnya menyatu dengan masjid, maka gereja pun ikut masuk ke wilayahkelurahan tersebut. Drs. Zulikfli, Lurah Kandai Kecamatan Kendari, Wawancara, di Kandai tanggal 13Juli 2016.

Page 76: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

70

Bangunan Masjid Da’wah Wanita berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar

15 meter panjang 30 meter dengan lebar mihrab 5 meter panjang 4 meter. Tinggi dinding

bangunan sekitar 4 meter yang berdiri di atas pondasi bangunan yang cukup tinggi, yakni sekitar

4 meter dari permukaan jalan. Hal itu karena masjid dibangun di atas gundukan tanah yang

tinggi (berbukit). Untuk memasuki masjid, jamaah bisa memilih dua jalan, yakni bagian selatan

masjid dengan tangga darurat di mana pada sisi ini terdapat dua pintu masjid. Pada umumnya

jamaah memasuki masjid dengan melalui bagian utara dengan menaiki tangga yang berada di

bagian depan (jalan Ir. Soekarno). Di bagian ini terdapat dua tangga bagian barat dan bagian

timur berbatasan dengan gereja. Bagian tengah terdapat tangga utama setinggi 5 meter yang

langsung menuju teras utama dimana terdapat pintu utama masjid.

Setiap masuk waktu shalat, di masjid ini dikumandangkan azan melalui pengeras suara

yang dapat didengar oleh masyarakat dengan jarak yang cukup jauh karena suara muazin

dilontarkan oleh pengeras suara yang dipasang di atas menara setinggi 15 meter yang terletak di

sebelah utara mihrab masjid. Jamaah yang ingin menuaikan shalat berjamaah di masjid ini

disiapkan dua tempat berwudhu’ yang terdapat di luar masjid di depan mihrab sebelah barat dan

di sayap kiri belakang masjid berbatasan dengan dinding gereja. Kini Masjid dibangun pada

tahun 1970-an ini sedang direnovasi dan ditingkatkan menjadi dua lantai. Pembangunan menjadi

dua lantai merupakan renovasi ketiga kalinya sejak masjid dibangun.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber tempat memperoleh keterangan atau data untuk

menjawab petanyaan penelitian. Subyek utama dari penelitian ini adalah pengurus Masjid

Da’wah Wanita Kendari. Selain itu, sebagian jamaah masjid baik sebagai anggota pengurus

maupun jamaah masjid lain, termasuk remaja masjid dan majlis ta’lim yang dapat memberikan

informasi yang relevan dan diperlukan dalam penelitian ini. Selain dari pihak jamaah masjid,

juga dari pihak gereja, yakni pengurus gereja yang tinggal dalam lingkungan gereja.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah: pertama, ungkapan pemahaman dalam bentuk kata-kata,

tindakan dan keadaan para jamaah dan pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari. Kedua,

tulisan-tulisan, baik berbentuk buku maupun hasil penelitian terkait kerukunan beragama secara

umum dan secara khusus di Sulawesi Tenggara.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah “kata-kata”, selebihnya adalah data tembahan seperti dokumen dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan sumber

Page 77: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

71

data tertulis. Kata-kata orang marupakan sumber utama, yakni para jamaah dan pengurus masjid.

Di sisi lain sumber tertulis walaupun dikatakan bahwa sumber data di luar kata merupakan

sumber kedua yang tentu tidak dapat diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan

yang berasal dari sumber tertulis maupun rekaman. Sumber tertulis dapat berupa, buku dan

majalah ilmiah/jurnal, baik cetak maupun online, catatan tidak terpublikasi, serta arsip lainnya.

D. Pengumpulan Data

Data lapangan dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai hubungan antara jamaah

Masjid Da’wah Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari. Selain itu,

observasi juga digunakan untuk mencocokkan data yang diperoleh dari wawancara dengan

jamaah masjid, khususnya dalam hal aktivitas mereka dalam hubungannya dengan jemaat gereja.

Selain itu, observasi juga berguna untuk menjalin kedekatan emosional dengan pengurus dan

jamaah masjid dalam mengumpulkan data lebih jauh.

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data berupa keterangan mengenai topik

penelitian. Wawancara kepada para pengurus masjid dan pendeta serta jamaah masjid dalam

bentuk dialog untuk mengungkap pemahaman dan peran mereka dalam memelihara hubungan

antarumat beragama jamaah masjid Da’wah Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit

Zaitun Kendari. Wawancara kepada para pengurus7 dan pendeta dilakukan dengan wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur8, yakni dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi

poin-poin penting yang ditanyakan kepada informan yang selanjutnya dilakukan pendalaman

terhadap poin-poin pertanyaan wawancara.

Peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data berupa

dokumen, baik tertulis, visual maupun audio mengenai hubungan antara jamaah masjid dan

jemaat gereja dan sikap jamaah masjid terhadap jemaat gereja. Untuk menjalankan teknik ini,

dibuat daftar dokumen yang dicari, lalu di-check list apabila telah ditemukan. Apabila data yang

7Penentuan pengurus yang diwawancarai dilakukan dengan menetapkan ketua pengurus danimam masjid sebagai informan awal atau kunci, selanjutnya pengurus dan jamaah yang lain ditetapkandengan menggunakan teknik snowball sampling. Informan awal tersebut kemudian menjadi sumberinformasi tentang informan-informan lain yang juga dapat dijadikan sumber untuk mendapatkan data atauinformasi yang diperlukan. Lihat Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik PenelitianBidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Cet. 3; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),h. 63.

8Dalam literatur mengenai metodologi penelitian lazim dibedakan antara wawncara terstrukturdan tidak terstruktur. Lihat misalnya Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma BaruIlmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Cet. 4; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 186.Namun, dalam penelitian ini penulis menggabungkan kedua macam teknik wawancara tersebut.

Page 78: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

72

dicari tidak ditemukan, maka peneliti mencari informasi mengapa data atau dokumen tersebut

tidak ada.

E. Analisis Data

Inti dari tahapan ini adalah menjelaskan fenomena temuan di lapangan penelitian.

Menjelaskan fenomena tidak lain adalah aktivitas menetapkan keterkaitan dari serangkaian

hubungan timbal balik mengenai fenomena tersebut.9

Sebelum dan selama proses menjelaskan data lapangan, beberapa langkah yang

ditempuh setelah data diperoleh adalah memeriksa kelengkapan data, memilah, dan

mengelompokkannya sesuai masalah penelitian. Data yang diperoleh melalui wawancara

dikumpulkan, diedit, lalu dikelompokkan sesuai permasalahan penelitian. Data yang diperoleh

melalui observasi dikelompokkan berdasarkan jenis kegiatan atau peristiwa. Adapun data berupa

dokumen dikelompokkan sesuai jenisnya. Data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

dipisahkan menjadi dua, yakni data/informasi utama yang berkaitan langsung dengan masalah

penelitian, dan informasi pendukung.10

Selajutnya, data dijelaskan, dipisah-pisahkan, atau dihubung-hubungkan satu sama lain

kemudian diinterpretasi dan dianalisis secara induktif.11 Dalam tahap inilah dipaparkan hasil

temuan kemudian dengan menggunakan nalar, penulis mendiskusikan temuan-temuan tersebut

dengan teori-teori yang ada dan kerangka pikir yang terbangun.

Untuk mendapatkan data penelitian yang valid, peneliti melakukan proses triangulasi.

Data yang terkumpul berupa dokumen tertulis dikonfirmasi dengan data lain yang diperoleh

dengan wawancara dan observasi untuk memperjelas atau melengkapi isi informasinya.

Misalnya, data tertulis yang diperoleh melalui media cetak tentang kerja sama atau kerja bakti

antara jamaah masjid dan jemaat gereja secara bersama-sama di masjid dan di gereja. Informasi

tertulis ini diuji kebenarannya dengan menanyakan langsung kepada pengurus masjid dan

pengurus gereja untuk membuktikan kebenarannya.

9Robert K. Yin, Case Study, Research Design and Methods, diterjemahkan oleh M. DjauziMudzakir, Studi Kasus, Desain dan Metode (Cet. 2; Jakarta: RajaGrafindo, Persada, 1997), h. 147.

10Dalalm perspektif yang lain ditempuh dengan tiga langkag yakni: persiapan, tabulasi danpenerapan data sesuai masalah penelitian. Selengkapnya bisa dilihat dalam Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Cet. 9; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h. 205-208.

11Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnyadiawali dari upaya memperoleh data yang detail mengenai masalah penelitian, kemudian dikategorisasi,serta dicari tema sebagai konsep teori atau temua. Lihat Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: AplikasiPraktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian (Ed. 1, Cet. 3; Malang: Universitas MuhammadiyahMalang, 2005), h. 15. Lihat juga Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Cet. 3;Bandung: Alfabeta, 2007), h. 245.

Page 79: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

73

Begitu juga data wawancara, di-crosscheck kesesuaiannya melalui observasi (triangulasi

teknik). Selain itu, informasi dari nasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari

sumber yang lain dengan materi informasi yang sama. Jika dianggap perlu, terutama data

observasi diuji kembali tingkat kebenarannya dengan melakukan observasi pada waktu yang

berbeda.

Semua data yang terkumpul didiskusikan dengan sumber-sumber pustaka, baik yang

tercatum maupun yang belum tercantum pada bab kajian teori. Dengan kemampuan analisa dan

kajian teori, peneliti menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Penulisan laporan penelitian

dilakukan sesuai petunjuk teknis penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh IAIN Kendari.

Page 80: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

74

BAB IV

RELASI DAN SIKAP JAMAAH MASJID DA’WAH WANITATERHADAP JEMAAT GPdI BUKIT ZAITUN KENDARI

A. Profil Masjid Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun Kendari

1. Masjid Da’wah Wanita Kendari

Masjid adalah tempat yang sangat penting bagi umat Islam. Bukan hanya

sebagai tempat ibadah, tetapi sekaligus merupakan simbol keberadaan dan keagungan

umat Islam. Di awal terbentuknya masyarakat Islam di Madinah, Nabi Saw.

memulainya dengan membangun masjid.1 Masjid Nabawi merupakan tempat utama

yang sangat penting dalam membangun masyarakat Islam yang kokoh, karena

keberadaan masjid merupakan tempat pembinaan aqidah dan sistem dan tatanan

masyarakat sesuai syariat Islam.2 Karena itu, Masjid Nabawi bukan hanya sebagai

tempat shalat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan dan pusat pemerintahan, dimana

hampir semua urusan kenegaraan dibicarakan dan diselesaikan oleh Nabi Saw. di

masjid.3

Begitu juga pada masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidun4, masjid berjalan

fungsinya sebagaimana di zaman Nabi Saw. Pada masa-masa selanjutnya, di mana para

1Masjid di Madinah merupakan bangunan masjid pertama yang dibangun Nabi Saw. di KotaYatsrib, kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabawi, dibangun pada bulan Rabiul Awal tahun 1 Hatau tahun 622 M. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Cet. 9; Jakarta: PT. IchtiarBaru Van Hoeve, 2001), h. 169.

2Di antara prinsip penting dalam pelaksanaan sistem Islam pada masyarakat Islam adalahpersaudaraan, persamaan dan penegakan keadilan. Hal itu semua tidak mungkin terwujud selama kaummuslimin tidak bertemu setiap hari dalam satu shaf di belakang kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.untuk menghadap dan menghambakan diri secara bersama-sama kepada Allah swt. di masjid. Tanpaadanya kesamaan dalam ubudiyah ini betapapun rajinnya umat Islam ruku’ dan sujud tidak akan mampumenundukkan egoisme dan keangkuhan yang ada pada individu umat Islam. Selengkapnya lihatMuhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, Fiqhu al-Sirah, Dirasat Manhaj ‘Ilmiyah li Sirat al-Musthafa‘Alaihi al-Shalat wa al-Salam, diterjemahkan oleh Ainur Rafiq Shaleh Tamhid, Sirah Nabawiyah:Analisis Ilmiah Manhaj Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah Saw. (Cet. 1; Jakarta: RobbaniPress, 1999), h. 187-188.

3Bahkan di awal berdirinya masyarakat Islam di Madinah, masjid menjadi tempat untuk semuaaktivitas yang bersifat, termasuk jual beli. Kemudian, ternyata banyak terjadi hiruk pikuk, maka NabiSaw. memisahkan masjid dari aktivitas jual beli. Lihat A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam(Penerjemah Mukhtar Yahya). (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna, 2003), h. 103.

4Para ulama menyebutkan bahwa masa pemerintahan khulafa’ al-rasyidun berlansung selama 30tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw. Mereka adalah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar Bin al-Khattab,Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Hasan Bin Ali yang berlangsung selama 30 tahun. Lihat

Page 81: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

75

khalifah mulai membangun semacam istana negara dan mahkamah, masjid mulai

berkurang fungsinya sebagai pusat pemerintahan. Terlebih lagi setelah masa kejayaan

umat Islam yang ditandai dengan berkembanganya ilmu pengetahuan dan pendidikan,

masjid tidak dapat lagi menampung semua aktivitas pendidikan sehingga menuntut

untuk dibangun tempat khusus bagi kegiatan pendidikan.

Fungsi masjid semakin berkurang ketika terjadinya sekularisasi di dunia Islam

yang bersamaan dengan runtuhnya kekhilafahan Islam pada tahun 1924 M, dimana

antara urusan agama dengan urusan dunia pada semua aspek kehidupan dipisahkan,

maka masjid menjadi tempat pelaksanaan ibadah saja, khususnya shalat lima waktu

ditambah kegiatan-kegiatan perayaan hari-hari besar Islam.

Masjid secara bahasa berarti tempat sujud.5 Dari arti bahasa ini, maka semua

permukaan bumi ini bagi umat Islam merupakan masjid karena digunakan untuk

bersujud kepada pencipta. Namun, menurut pengertian istilah tidak semua tempat sujud

dapat dikatakan masjid. Suatu tempat dapat dikategorikan masjid yakni sebuah

bangunan yang diperuntukkan untuk mendirikan shalat, baik shalat lima waktu (shalat

magrib, isya’, shubuh, zuhur, dan ’ashar) maupun shalat jum’at dan shalat hari raya

(’idul fithri dan ’idul adha).

Di Indonesia, kata masjid telah menjadi istilah dengan pengertian sebagai

tempat shalat yang di dalamnya didirikan shalat jumat. Jika tidak digunakan untuk

shalat jumat, tidak dikatakan masjid.6 Terdapat beberapa sebutan yang biasa digunakan

sebagai nama untuk tempat ibadah itu di beberapa daerah, seperti langgar dan surau

(Sumatera), dan mushalla, tetapi pada umumnya disebut mushalla (tempat shalat).

Masjid Da’wah Wanita merupakan masjid jami’, yakni masjid induk yang

terdapat di ibukota kelurahan.7 Masjid Da’wah Wanita berada dan satu-satunya masjid

yang ada di kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat.8

Imam al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, Sejarah Para Penguasa Islam, diterjemahkan oleh SamsonRahman (Cet. 7; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010), h. 11.

5Masjid dari akar kata سجد - یسجد – سجودا (sujud, membungkuk dengan khidmat), المسجد atauالمسجد berarti tempat sujud, masjid. Lihat Ahmad Warson Munawwar, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Cet. 14; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 610.

6Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, Merencanakan, Membangun dan Mengelola Masjid,Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral dan Spiritual (Cet. 1; Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), h. 41.

7Di Indonesia, masjid dikategorikan menjadi masjid negara (masjid induk di ibukota negara,yakni masjid Istiqlal Jakarta), masjid raya (masjid induk di ibukota provinsi), masjid agung (masjid induk

Page 82: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

76

a. Sejarah Pembangunan Masjid Da’wah Wanita

Terdapat dua versi tentang waktu pembangunan Masjid Da’wah Wanita

Kendari. Versi pertama menyebutkan bahwa masjid lebih dahulu dibangun dari pada

gereja dan versi kedua menyebutkan gereja lebih dahulu dibangun dari pada masjid.

Salah seorang pengurus masjid menjelaskan, bahwa seingatnya masjid lebih

dahulu dibangun dari pada gereja. Pada awalnya masjid hanya merupakan bangunan

biasa terbuat dari kayu kemudian digunakan untuk shalat berjamaah.9 Pendapat ini

diperkuat oleh imam Masjid Da’wah Wanita yang menjelaskan bahwa dirinya telah

tinggal di sekitar masjid pada tahun 1960-an dan masjid dan gereja belum dibangun. Ia

menjelaskan, pada tahun 1970-an mulai dibangun sebuah tempat berukuran kira-kira

5x7 meter yang terbuat dari kayu kemudian digunakan untuk tempat pengajian atau

majlis ta’lim untuk ibu-ibu. Sekitar tiga atau empat tahun kemudian (1973 atau 1974)

baru kemudian gereja dibangun.10

Bagi yang menyebutkan masjid lebih dahulu dari pada gereja menjelaskan

antara lain. Pada mulanya di tempat yang gereja yang sekarang sedang berdiri hanya

sebuah bangunan rumah tinggal, bukan gereja. Sementara balai-balai atau mushallah

telah digunakan sebagai tempat pengajian atau majlis ta’lim bagi ibu-ibu.

Adapun versi yang menyebutkan gereja lebih dahulu dibangun dari pada masjid,

antara lain ada yang menyebutkan bahwa masjid dibangun sekitar tahun 1971,

di ibukota kabupaten atau kota), masjid besar (masjid induk di ibukota kecamatan), masjid jami’ (masjidinduk di ibukota desa atau kelurahan), dan masjid di tempat publik, yakni masjid-masjid yang lain yangtidak ditetapkan sebagai masjid induk di wilayah ibukota negara sampai desa/kelurahan atau lingkungan.Adalagi kategori lain, yakni masjid bersejarah, yang adakalanya mencakup salah satu kategori yangdisebutkan sebelumnya. Untuk keperluan pendataan/verifikasi, informasi dan penilaian masjid,Kementerian Agama RI melalui Dirjen Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Dirjen Bimas Islamtelah meluncurkan SIMAS (sistem informasi masjid), dapat dilihat di http://simas.kemenag.go.id

8Jumlah masjid dalam wilayah Kota Kendari berdasarkan data Kementerian Agama KotaKendari tahun 2014 sebanyak 377 masjid yang tersebar di 10 kecamatan, yakni: Kecamatan Mandongasebanyak 38 masjid, Baruga 41 masjid, Puuwatu 47 masjid, Kadia 38 masjid, Wua-wua 38 masjid,Poasia 39 masjid, Abeli 23 masjid, Kambu 31 masjid, Kendari 20 masjid, Kendari Barat 48 masjid. LihatBPS Kota Kendari Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik, Kota Kendari Dalam Angka2015 (Kendari: BPS Kota Kendari, 2015), h. 146. Jumlah ini tampaknya mengalami perubahan di tahun2016 ini karena menurut pengamatan, terdapat beberapa masjid dibangun setelah tahun 2014.

9Makmur Dg. Kulle, B.Sc., Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari,tanggal 27 Mei 2016.

10H. Tamangking, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal3 Juni 2016.

Page 83: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

77

sementara gereja sudah ada sejak tahun 1960.11 Informasi ini diperkuat oleh salah

seorang pengurus masjid yang mengaku sudah berdomisili di sekitar lokasi masjid

sebelum masjid dibangun. Ia menceritakan bahwa sebelum masjid dibangun dirinya

bersama keluarga sudah tinggal di Jalan Ir. Sukarno yang sekarang berjarak sekitar 50

meter dari masjid. Seingatnya, waktu itu ia masih kecil dan sering bermain di pondasi

masjid yang sedang dibangun, sekitar tahun 1970-an dan gereja sudah ada.12

Sumber lain dari pihak gereja menyebutkan bahwa masjid dibangun sekitar tiga

tahun setelah gereja, sementara gereja dibangun tahun 1960.13 Berarti berdasarkan

sumber ini, masjid dibangun sekitar tahun 1963 atau 1964. La Ode Maerdi, seorang

sepuh yang telah lama menetap di sekitar masjid (di jalan Tekaka) juga menyebutkan

waktu yang sama. Meskipun ia mengaku tidak ingat lagi tahun berapa persisnya masjid

dibangun, tetapi yang jelas seingatnya sejak ia tinggal di wilayah itu pada tahun 1960,

masjid belum ada.14

Dari berbagai sumber yang dihimpun, mengenai kedua versi tentang mana lebih

dahulu masjid atau gereja, ternyata agak sulit untuk memastikan mana yang

benarkarena semua menyebutkan sesuai ingatan masing-masing. Tidak ditemukan

adanya dokumen tertulis yang menyebutkan tentang tahun dibbangunnya masjid.

Namun, hemat penulis, berdasarkan beberapa informasi yang ada, versi yang

menyatakan gereja lebih dahulu dibangun dari pada masjid lebih mendekati kebenaran.

Selain lebih banyak sumber informasi yang menyebutkan, juga terdapat sumber tertulis

yang dimiliki oleh pihak gereja yang dapat menguatkan versi tersebut. Karena itu,

kemungkinan besar gereja dibangun lebih awal dari pada masjid. Selain itu, sekiranya

masjid yang lebih dahulu dibangun, tentu umat Islam tidak setuju bila dibangun gereja

di sampingnya.15

11Sarini Ido, “Cerita Harmonis 30 cm Bangunan Masjid dan Gereja”, Rubrik Berita SultraTerkini, ed.7 Agustus 2015, http://www.sultrakini.com. Akses 14 April 2016.

12M. Yusuf Latif, SE., Sekretaris Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, diKendari pada tanggal 28 April 2016.

13Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

14Laode Maerdi, Jamaah Sepuh Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari padatanggal 8 April 2016.

15Rustam, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tangga l 4Agustus 2016.

Page 84: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

78

Adapun mengenai waktu pembangunan masjid, meskipun tidak ada informasi

yang benar-benar tepat tentang waktu pembangunan masjid, tetapi dari sejumlah

informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa pembangunan Masjid Da’wah Wanita

diperkirakan sekitar tahun 1970-an.

Masjid Da’wah Wanita adalah masjid yang dibangun atas prakarsa tokoh

masyarakat untuk keperluan pelaksanaan pengajian Islam dan ibadah bagi masyarakat

di situ. Kronologi pembangunan masjid yang berlokasi di tempat dimana masjid berdiri

sekarang ini adalah sebagai berikut.

Tanah lokasi masjid tersebut adalah tanah warga yang dijadikan sebagai tanah

wakaf untuk masjid.16 Awalnya sebidang tanah yang disebut-sebut sebagai milik H.

Tonggo yang bersumber dari keluarganya yang bernama Made Alam. Menurut

penuturan sebagin pengurus masjid, tanah tersebut dipersengketakan kepemilikannya

sampai masing-masing pihak mengadukannya kepada Brigjen Madjid Yoenoes.17

Karena masing-masing pihak merasa kuat atas kepemilikan tanah tersebut, maka

disarankan kepada keduanya agar tidak perlu melanjutkannya sampai ke penyelesaian

secara hukum agar tidak terjadi kekecewaan yang berkepanjangan bagi pihak yang

kalah. Telah banyak terjadi sengketa tanah yang berujung pada perkelahian

antarkeluarga yang berujung pada pembunuhan. Jika hal itu terjadi, maka keburukan

dunia dan akhirat yang akan didapat. Untuk itu, Brigjen Madjid Yoenoes menawarkan

jalan yang lebih baik dari pada keinginan kedua belah pihak memilikinya, yakni agar di

atas tanah itu dibangun masjid atau mushalla. Dengan begitu maka kedua belah pihak

akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Saran itupun diterima secara baik

16Status tanah wakaf masjid baru diperoleh dengan terbitnya sertifikat wakaf pada tahun 2012.Sebelumnya, lokasi tersebut sebagai tanah yang dipermasalahkan antara pemilik (H. Tonggo) denganpihak Ibu Madjid bersama suaminya, Brigjend. Madjid Yoenoes. Status tanah yang dipermasalahkanberakhir dengan diserahkannya tanah tersebut sebagai pemberian atau hibah dari H. Tonggo kepada Drs.Marsuki. Dengan status sebagai hibah, maka Drs. Marsuki kemudian mengurus sertifikat tanah wakaf.Informasidiperoleh dari Drs. Marsuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016.

17Brigjen. Madjid Yoenoes adalah putra daerah Sulawesi Tenggara yang pertama kali pernahmenjabat Danrem 143/HO. Aziz Senong, rubrik berita di http://www.antarasultra.com/berita. diaksestanggal 29 April 2016. Madjid Yoenoes pernah juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD ProvinsiSulawesi Tenggara periode tahun 1971-1977. Lihat Sejarah DPRD Sultra http://www.dprd-sultraprov.go.id/p/sejarah-dprd.html. diakses tanggal 29 April 2016. Untuk mengenang pengabdianBrigjen Madjid Yoenoes di Sulawesi Tenggara, namanya diabadikan sebagai nama jalan besar di KotaKendari, yakni Jalan Majid Yunus. Sebuah jalan by pass yang terletak di kelurahan Kadia KecamatanKadia yang bersambung dengan jl. Made Shabara, jl. Edy Shabara, Jl. Alala dan jl. Pembangunan ke arahkota dan jl. Poros Bandara Haluoleo ke arah Bandara.

Page 85: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

79

oleh pihak yang mengklaim sehingga tanah itu diserahkan kepada Brigjen Madjid

Yoenoes untuk keperluan pembangunan tempat ibadah bagi kaum muslimin.18

Sebagai awal pemanfaatan tanah tersebut dibangunlah sebuah balai-balai untuk

tempat pengajian atau majlis ta’lim untuk ibu-ibu. Pengajian ini dipandang penting

untuk mebina kaum muslimin khususnya ibu-ibu agar mereka memiliki pemahaman

agama yang baik agar tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar, termasuk

agar tidak terpengaruh dengan paham-paham komunis yang masih tersisa pada waktu

itu. Termasuk agar tidak terpengaruh dengan keberadaan agama lain di sekitarnya. Ibu

Madjid Yoenoes adalah nama orang yang disebut memiliki andil besar dalam

memprakarsai pembentukan majlis ta’lim wanita di tempat itu. Ibu Madjid (sapaan

akrab untuk Ny. Hj. Hilda Yoenoes Boekoesoe) adalah istri almarhum Brigjen Madjid

Yoenoes.

Pengajian yang dirintis oleh Ibu Madjid hanya diikuti oleh ibu-ibu. Pengajian

tersebut kemudian dikenal dengan nama Majlis Ta’lim Da’wah Wanita. Setelah

berjalan beberapa waktu, tempat atau balai yang semula hanya diperuntukkan sebagai

tempat pengajian tersebut kemudian digunakan juga sebagai tempat shalat (mushalla)

dengan nama Mushalla Da’wah Wanita.

Seiring dengan bertambahnya jumlah warga yang menetap di sekitar mushalla,

maka warga kemudian bersepakat untuk mengembangkan fungsi mushala menjadi

masjid yang secara rutin digunakan untuk pelaksanaan shalat lima waktu dan

pelaksanaan shakat jumat. Masjid yang dibangun itu pun kemudian tetap menggunakan

nama majlis ta’lim tersebut sebagai namanya, yakni Masjid Da’wah Wanita Kendari

(biasa disingkat MDW). Nama itu tetap dipertahankan sampai sekarang.

Pertimbangan untuk mengganti nama masjid pernah diisukan oleh sebagian

pengurus masjid, terutama mereka yang masih muda-muda dengan anggapan sudah

tidak relevan. Akan tetapi, sebagian besar pengurus masjid tetap mempertahankan

penggunakan nama Majlis Ta’lim Da’wah Wanita sebagai nama masjid agar jamaah

tetap mengenang sejarah berdirinya masjid yang berawal dari sebuah kegiatan dakwah

18Sukarman, AK.STP. Ketua Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 21 Juli 2016.

Page 86: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

80

ibu-ibu.19 Selain itu, dengan tetap menggunakan nama tersebut adalah dalam rangka

mengenang jasa istri Bapak Madjid Yoenoes yang telah banyak memberikan kontribusi

dalam perencanaan dan pendanaan pembangunan masjid, terutama pada masa-masa

awal.20

Saat ini, Masjid Da’wah Wanita Kendari sedang direhabilitasi secara besar-

besaran. Pondasi masjid ditinggikan dari pondasi semula dengan penambahan luas

bangunan, sehingga ke depan masjid akan lebih besar ukuran dari kondisi yang ada

sekarang. Selain itu, dari rangka bangunan yang sudah terpasang, terlihat jelas bahwa

pembangunan masjid sedang dipersiapkan untuk bangunan dua lantai. Namun, dari

keterangan pengurus masjid, bahwa pembangunan masjid sekarang ini berjalan agak

lambat disebabkan faktor pendanaan yang memang mengandalkan swadaya jamaah

masjid. Bantuan dari pemerintah daerah memang ada, tetapi sangat terbatas

jumlahnya.21 Hal ini disebabkan karena banyaknya masjid yang ada di Kota Kendari

yang juga memerlukan bantuan yang sama dari pemerintah kota.

b. Kepengurusan Masjid Da’wah Wanita

Setelah mushalla dijadikan masjid pada tahun 1990-an, maka dibentuklah

kepengurusan masjid yang diketuai oleh H. Adiandi yang menjabat sampai tahun 1998.

Kepengurusan berikutnya diketuai oleh H. Mude sampai tahun 2006. Selanjutnya

dilakukan regenerasi kepengurusan masjid periode tahun 2006 sampai 2011 yang

diketuai oleh H. Sahabuddin. Sejak tahun 2011 sampai sekarang kepengurusan masjid

diketuai oleh Sukarman, AK.STP. dalam dua periode kepengurusan, yakni periode

tahun 2011-2014 dan periode tahun 2015-2020.22

Selama masa kepengurusan tersebut, Masjid Da’wah Wanita telah beberapa

imam masjid yang pernah menjadi pemimpin ibadah shalat lima waktu. Imam yang

19Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

20Dg. Ngai, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Periode 2015-2020, Wawancara, di MasjidDa’wah Wanita Kendari, pada tanggal 8 April 2016.

21Bantuan untuk masjid dari pemerintah Kota Kendari biasanya berkisar 10 juta sampai 15 jutasaja. Makmur, Sos., M.Pd., Sekretaris Kecamatan Kendari Barat, Wawancara, di Kecamatan KendariBarat tanggal 13 Juli 2016.

22Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 87: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

81

pertama adalah H. Kaseng, selanjutnya H. Mustafa (ayah dari Andi Muzakkir Mustafa,

mantan walikota Kendari), Dg. Marakka, dan sekarang H. Tamangking.23

c. Remaja Masjid Da’wah Wanita

Remaja masjid adalah perkumpulan remaja muslim yang melakukan aktivitas di

masjid.24 Remaja Masjid Da’wah Wanita merupakan organisasi tersendiri yang berada

di bawah bimbingan pengurus masjid. Remaja masjid dibentuk untuk mewadahi para

remaja pencinta masjid untuk membantu pengurus masjid dalam pembinaan dan

pengarahan kegiatan masjid khususnya terkait dengan remaja atau pemuda.

Sejauh pemantauan, kegiatan remaja Masjid Da’wah Wanita yang aktif berjalan

yakni pembinaan baca al-Qur’an kepada remaja dan anak-anak. Setiap hari (setelah

shalat magrib) kegiatan bimbingan membaca al-Qur’an dilakukan di masjid oleh para

remaja. Selain belajar mengaji, para remaja juga membimbing anak-anak yang pemula

dalam membaca al-Qur’an diajar dengan menggunakan Buku Iqra’25 sebagai buku

panduan utama. Setelah menamatkan buku Iqra’ jilid 1 sampai jilid 6, barulah peserta

belajar ini dipindahkan membaca al-Qur’an dan diajarkan tajwid. Selain itu, bahkan

beberapa remaja di antaranya menekuni program menghafal al-Qur’an bi bawah

bimbingan pengurus masjid yang lebih dahulu menghafal.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh remaja masjid adalah mengikuti pengajian

rutin yang dilakukan oleh orang dewasa pada malam Ahad. Pada kegiatan pengajian ini

terbuka untuk umum sehingga boleh diikuti oleh siapa saja. Peserta pengajian ini diikuti

oleh jamaah dan remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari. Selain itu, diikuti juga oleh

jamaah dari Masjid Akbar Benu-benua Kecamatan Kendari Barat. Menurut informasi

yang disampaikan oleh remaja masjid, kegiatan pengajian malam Ahad lebih banyak

23H. Tamangking, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal3 Juni 2016.

24Remaja masjid di Indonesia yang marak hari ini terbentuk awalnya pada tahun 1970-an,dimana waktu itu dilatarbelakangi oleh adanya tren santrinisasi masyarakat abangan pasca pembubaranPKI dan meluasnya kesadaran untuk merekat ukhuwah Islamiyah. Selain itu, adanya pemberlakuanNormalisasi Kehidupan Kampus (NKK) pasca pristiwa Malari tahun 1974 yang melahirkan jargon “Backto Mosque” di kalangan aktivis kampus. HM. Jazir ASP, “Sejarah Kebangkitan Remaja MasjidIndonesia”, Makalah, dipresentasikan pada Pertemuan Pengurus DPW BKPRMI DIY, 20 Mei 2009,dalam www.bkprmi-diy.blogspot.co.id. Diakses tanggal 22 Juni 2016.

25Buku Iqra’ adalah buku panduan cepat membaca al-Qur’an terdiri dari 6 jilid yang disusunoleh KH. As’ad Humam, pengasuh Team Tadarrus AMM Kotagede Yogyakarta, kemudian diterbitkanoleh Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur’an LPTQ Nasional DIYogyakarta.

Page 88: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

82

diikuti oleh jamaah masjid dari luar, hanya sedikit dari kalangan jamaah Masjid

Da’wah Wanita.

d. Majlis Ta’lim Masjid Da’wah Wanita Kendari

Majlis Taklim26 yang dimaksud di sini adalah majlis ta’lim khusus untuk ibu-

ibu atau muslimah. Majlis ta’lim ibu-ibu merupakan awal dari hadirnya Masjid Da’wah

Wanita Kendari. Sebelum masjid dibangun, Majlis Ta’lim ibu-ibu ini telah melakukan

aktivitas pengajian agama Islam terutama mengaji al-Qur’an.

Dewasa ini Majlis Ta’lim Da’wah Wanita masih tetap eksis membina jamaah

masjid khususnya muslimah meskipun tidak lagi seaktif pada awalnya. Kegiatan utama

majlis ta’lim adalah pengajian, ceramah (kuliah tujuh menit), tadarus atau membaca al-

Qur’an, yasinan dan membaca surah-surah pilihan.27

Kegiatan pengajian ruitn dijadwalkan setiap hari Kamis setelah shalat Ashar.

Kegiatan utamanya adalah membaca al-Qur’an dengan dibimbing oleh ketua atau

anggota yang lebih baik bacaannya.

Selain itu, kegiatan pengajian umum dilaksanakan sekali sebulan yang biasanya

dilaksanakan seusai shalat Ashar bekerja sama dengan BKMT (Badan Kontak Majlis

Taklim) Kota Kendari dan RRI (Radio Republik Indonesia) Kendari melalui program

radio Suara di Balik Surau.

Kegiatan majlis ta’lim lainnya adalah terlibat dalam pelaksanaan peringatan

hari-hari besar Islam yang dilaksanakan bersama-sama dengan pengurus masjid,

seperti: maulid dan isra’ mi’raj Nabi Muhammad Saw.

26Secara etimologi majlis taklim berarti tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajianagama Islam. Pada masa awal, majlis taklim berkembang di pulau jawa khususnya Jakarta dan JawaBarat. Pada musyawarah majlis taklim se-DKI Jakarta tahun 1980, majlis taklim didefinisikan sebagailembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum, tersendiri, diselenggarakan secaraberkala dan teratr dan diikuti oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina danmembangun yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah Swt, manusia dengan sesamanya, danmanusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah Swt.Meskipun kata ini dari bahasa Arab yakni مجلس dan تعلم , tetapi istilah ini tidak digunakan di negeri-negeriyang berbahasa Arab. Lihat Ensiklopedi Islam, Jilid 3, h. 120.

27Dra. Hasmira Said, M.Pd., Ketua majlis Taklim Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara,di Kendari pada tanggal 10 Agustus 2016.

Page 89: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

83

2. Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari

Gereja28 pantekosta adalah gereja reformasi protestan yang berlandaskan ajaran-

ajaran pantekosta. Pantekosta sendiri berarti hari kelima puluh atau minggu putih, yakni

hari raya kristiani yang memperingati hari terjadinya curahan roh kudus kepada para

rasul di Yerusalem yang terjadi lima puluh hari setelah kebangkitan Yesus. Pada hari

patekosta roh kudus dicurahkan setelah kenaikan Yesus ke surga sesuai janjinya.

Menurut al-kitab, murid-murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga puluh ribu jiwa

pada hari pantekosta dan hal inilah yang disebut hari lahirnya gereja yang mula-mula.

Sebelumnya pantekosta adalah hari raya besar orang-orang yahudi yang kemudian

diwarisi oleh gereja-gereja timur dan barat.29

Ajaran pokok pantekosta antara lain: al-kitab adalah firman Allah yang

diilhamkan kepada manusia untuk menjadi tata tertib bagi iman dan perilaku; Allah

yang benar dan hidup sebenarnya Maha Esa, tetapi menyatakan diri dalam tiga pribadi:

Bapa, Anak, dan Roh Kudus; keselamatan sebagai buah kasih Allah yang diberikan

kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyataka penyesalan dan mohon

pengampunan kepada Allah dan iman kepada Yesus Kristus; baptisan terdiri dari

baptisan air dan baptisan roh atau api; perjamuan kudus dengan roti dan anggur;

kesucian hidup dan perilaku menyeluruh; kedatangan kristus kedua kali untuk

memerintah dalam kerajaan selama 1000 tahun di dunia ini.30

Agama Kristen Protestan masuk pertama kali ke daratan Sulawesi Tenggara

diketahui terjadi pada tahun 1915.31 Menurut catatan sejarah, bahwa agama kristen

28Gereja berasal dari bahasa Portugis, yaitu kata igreja dan dalam bahasa Yunani ekklesia yangberarti suatu perkumpulan atau lembaga dari agama Kristen. Lihat Khotimah, “Studi terhadap KomunitasGereja HKBP Kota Pekanbaru”, Toleransi, Media Komunikasi Umat Beragama (Vol. 7, No. 2, Juli-Desember 2015), h. 108.

29Rasid Rachman, “Hari Raya Liturgi”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Pentakosta. diaksestanggal 14 April 2016.

30Nuhrison M. Nuh, dkk., Direktori Paham, Aliran dan Tradisi Keagamaan di Indonesia, Jilid 2(Cet. 2; Jakarta: Kementerian Agama Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan,2014), h. 244-245.

31Sebelum agama Kristen Pantekosta masuk ke Sulawesi Tenggara, telah dilakukan penelitianterlebih dahulu oleh Paul Sarasin dan Frits Sarasin pada tahun 1903 di bawah pengawasan pemerintahBelanda. Kedua orang ini merupakan orang Eropah pertama yang mengunjungi Sulawesi Tenggara.Dalam melakukan perjalanannya dari Kolaka ke Kendari, ia menemukan beberapa daerah yang belumtersentuh secara signifikan oleh Islam sehingga cocok untuk dijadikan tempat penyebaran agama KristenProtestan. Daerah-daerah itu adalah: Taubonto (Rumbia), Lambuya (Konawe), dan Mowewe (Kolaka).Lihat Burhanuddin, “Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara” dalam Basrin Melamba dan Abdul Aziz,Peradaban Mekongga Kolaka, Sejarah Sosial, Politik dan Ekonomi (Cet. 1; Yogyakarta: PD. Aneka

Page 90: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

84

masuk ke Sulawesi Tenggara dibawa oleh orang-orang Belanda sehubungan dengan

usahanya untuk menguasai daerah ini.

Pada akhir tahun 1915, organisasi zending milik Belanda yang bernama

Nederlansche Zending Vereniging (NZV) mengutus dari Jawa Barat seorang yang

bernama Dr. Henriek van Der Klift ke Sulawesi Tenggara tepatnya di Kolaka, lalu

berpindah ke Mowewe (sekarang masuk wilayah Kabupaten Kolaka Timur). Dari

mowewe agama kristen kemudian menyebar ke wilayah lain termasuk ke

Kendari/Laiwoi.32

Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia di masa-masa awal, maka

penyebaran di wilayah Kota Kendari tidk begitu masif terjadi. Selain itu, di daerah

pesisir sebagaimana pada umumnya di wilayah perkotaan, Islam sudah terlebih dahulu

mengakar sehingga cukup sulit untuk berkembangnya agama lain termasuk Kristen.

Perkembangan agama Kristen di Kendari mulai terlihat pesat ketika Gubernur

Sulawesi Tenggara dijabat oleh Edi Sabara. Atas dukungan istrinya yang beragama

kristen, maka penyebaran agama kristen terlihat gencar dilakukan, terbukti dengan

berdirinya gereja di beberapa tempat.33 Gereja Pantekosta Bukit Zaitun adalah salah

satu gereja yang berdiri di Kendari berkat usaha tokoh protestan dan bantuan

pemerintah daerah.

Usaha Kolaka bekerjasama Penerbit Rona Pancaran Ilmu, 2012), h. 235. Dari beberapa daerah yangcocok untuk tempat pengabaran injil tersebut, yang dipilih sebagai tempat pertama penyemaian benih-benih Kristen adalah Mowewe (Kolaka). Orang pribumi pertama yang menganut agama Kristen didaratan Sulawesi Tenggara adalah Petrus Wongga yang dibaptis pada tahun 1916 di Lembah Mowewe.Tahun pembaptisan itu dijadikan tonggak pertama masuknya injil di Sulawesi Tenggara, yang pada tahun2016 ini diperingati sebagai 100 Tahun Injil masuk di Sulawesi Tenggara yang pelaksanaannyadipusatkan di lembah Mowewe Kabupaten Kolaka Timur. Lihat Bimas Kristen Subbag Hukum danKerukunan Umat Beragama, Subbag Informasi dan Humas Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Sulawesi Tenggara, http://sultra.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=330486. Diakses padatanggal 13 Juni 2016.

32Burhanuddin, “Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara” dalam Basrin Melamba dan Abdul Aziz,Peradaban Mekongga Kolaka, h. 235.

33Jumlah keseluruhan gereja yang ada dalam wilayah Kota Kendari berdasarkan dataKementerian Agama Kota Kendari tahun 2014 sebanyak 32 gereja yang tersebar di 10 kecamatan, yakni:Kecamatan Mandonga 3 gereja, Baruga 4 gereja, Puuwatu 5 gereja, Kadia 5 gereja, Wua-wua 1 gereja,Poasia 2 gereja, Abeli 1 gereja, Kambu 1 gereja, Kendari 3 gereja, dan Kendari Barat 7 gereja. Lihat BPSKota Kendari Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik, Kota Kendari Dalam Angka 2015(Kendari: BPS Kota Kendari, 2015), h. 146.

Page 91: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

85

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Bukit Zaitun, biasa juga disebut Gereja

Bukit Zaitun (GBZ) adalah gereja Kristen Protestan Pantekosta yang tersebar di seluruh

Indonesia. Pusat gereja ini terdapat di Surabaya Provinsi Jawa Timur.34

Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari dibangun pada tahun 196035 di atas

tanah yang dihibahkan oleh pemerintah Sulawesi Tenggara. Bangunan gereja

menghadap ke utara tepat di jalan Ir. Soekarno sebagai jalan utama. Karena sempitnya

lokasi, maka bangunan pondasi sampai bersambung dengan trotoar shingga gereja tidak

memiliki halaman. Begitu juga bagian belakang yang menghadap ke selatan langsung

berhadapan dengan jalan pendek sekitar 100 meter yang menghubungkan antara jalan

Ir. Soekarno dengan jalan Konggoasa yang terletak di pinggir pelabuhan petikemas

Kendari.

Sejarah pendirian Gereja Pantekosta Bukit Zaitun berawal dari usaha seorang

wanita bernama Ibu Loa Liem Bun yang datang ke Kendari pada tahun 1958. Ibu Loa

Liem Bun adalah pengusaha keturunan Cina dari Makassar Sulawesi Selatan yang

sedang melebarkan sayap usahanya di Kendari. Ia adalah anggota jemaat aktif dalam

pelayanan di GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia) Makassar yang digembalakan oleh

Pdt. (Pendeta) Lesnussa. Di sela-sela kesibukannya di Kendari, Ibu Loa Liem Bun juga

berupaya mengajak istri-istri rekan bisnisnya dan berhasil dengan tergeraknya 3 (tiga)

orang dari mereka yang bersedia menerima Yesus sebagai juru selamat. Ketiga orang

itu adalah Ibu Yohana, Ibu Motan dan Ibu Setia. Bersama tiga orang rekannya tersebut,

Ibu Loa Liem Bun sering berkumpul di rumahnya untuk berbagi cerita termasuk

mengenai ajaran-ajaran Kristen. Ibu Loa Liem Bun bersama tiga orang temannya telah

menjadi pantekosta pertama di Kendari. Untuk membantu Ibu Loa Liem Bun dalam

membimbing jiwa-jiwa yang baru menerima ajaran Yesus tersebut, maka mulai 1

Desember 1958, dikirimlah Pdt. Palese dari Makassar untuk memimpin ibadat

persekutuan doa (Biston) yang sekaligus merintis upaya pendirian gereja pantekosta

pertama di Kendari. Upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Pdt. George Mangkey yang

34Aliran Pantekosta masuk di Indonesia di beberapa tempat, yakni di Cepu, Surabaya,Temanggung, Jawa Tengah dan Bandung kira-kira sekitar 1919-1923. Sebagian terjadi tidak terencana,sebagian lagi memang direncanakan oleh para penginjil yang berasal dari Belanda, Inggris dan Amerika.Lihat Nuhrison M. Nuh, dkk., Direktori Paham, Aliran dan Tradisi Keagamaan di Indonesia, Jilid 2, h.242.

35Sarini Ido, “Cerita Harmonis 30 cm Bangunan Masjid dan Gereja”, Rubrik Berita SultraTerkini, ed. 7, Agustus 2015, http://www.sultrakini.com. Akses 14 April 2016.

Page 92: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

86

juga dikirim khusus dari Makassar oleh Pdt. Lesnussa untuk menggantikan Pdt. Palese.

Pdt. George Mangkey melaksanakan tugas di Kendari sampai tahun 1960.36

Untuk melanjutkan tugas pelayanan, diutuslah seorang pemuda dari Makassar

bernama John San Lumangkun. John San Lumangkun terbilang pribadi yang cakap

bergaul dengan siapa saja, termasuk kepada para tokoh dan pejabat setempat. Dengan

modal kepribadian yang demikian ia mudah untuk menarik minat orang ke dalam

ajaran Kristen, sehingga berkembanglah pengikut-pengikut pantekosta di Kendari. Ia

pun mendapat hibah sebidang tanah dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang

terletak di Jalan Ir. Soekarno tempat gereja berdiri sekarang. Seiring dengan semakin

bertambah pengikut-pengikutnya, ia membuat bangunan sederhana untuk tempat

pelaksanaan kebaktian dan sebagai cikal-bakal bangunan Gereja Bukit Zaitun Kendari.

Setahun kemudian, yakni pada tahun 1961, John San Lumangkun dilantik menjadi

gembala jemaat di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Kendari sebagai gereja

pantekosta pertama di Kendari.37

Pada tahun 1970, seiring dengan semakin bertambahnya anggota jemaat, gereja

direnovasi dengan bangunan permanen sehingga menjadi bangunan rumah ibadah yang

layak. Pada tahun 1981, dilakukan renovasi kedua yang selesai pada tahun 1983

sekaligus dilakukan peresmian atau pentahbisan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara,

Kol. Inf. H. Z.A. Soegianto. Pada pentahbisan yang dilaksanakan tanggal 2 April 1983

itulah mulai diperkenalkan nama GPdI Bukit Zaitun Kendari yang digunakan sebagai

gereja protestan tersebut sampai sekarang.38

Pada tahun 1999, kembali dilakukan renovasi besar-besaran dengan

perencanaan dan perhitungan teknis yang dipersiapakan oleh Ir. Davis Agus Setiawan,

M.Th. Renovasi ketiga ini resmi dimulai tanggal 19 April 1999 bersamaan dengan

pembukaan Musyawarah Daerah ke VI GPdI Sulawesi Tenggara. Sepuluh tahun

kemudian, pada tahun 2009, jemaat gereja telah mencapai 70 orang jemaat.

Pertambahan jumlah jemaat dan semakin meningkatnya bangunan dan fungsi gereja

36Pdt. David Agus Setiawan, “Asal-usul (Sejarah) GPdI Bukit Zaitun Kendari”, Skrip tidakterpublikasi, h. 1.

37Pdt. David Agus Setiawan, “Asal-usul (Sejarah) GPdI Bukit Zaitun Kendari”, Skrip tidakterpublikasi, h. 1.

38Pdt. David Agus Setiawan, “Asal-usul (Sejarah) GPdI Bukit Zaitun Kendari”, Skrip tidakterpublikasi, h. 2.

Page 93: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

87

tidak lepas dari peran dua tokoh utama gereja, yakni Pdt. John San Lumangkun dan Pdt.

Armyn A. Rere yang keduanya pernah menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 1977-1987. Kedua tokoh ini pula yang merintis sehingga

terbentuknya Badan Kerja Sama Gereja (BKSG) Sulawesi Tenggara pada tahun 1976.

Kepemimpinan Pdt. John San Lumangkun atas GPdI di Kendari berakhir

dengan meninggalnya pada tahun 2000. Selanjutnya, penggembalaan jemaat gereja

dilanjutkan oleh istrinya bernama Pdt. Ny. Pien Lumangkun sampai tahun 2004.

Setelah itu, penggembalaan gereja dilanjutkan oleh Pdt. Ir. David Agus Setiawan,

M.Th. sampai sekarang. Saat ini (2016), jemaat GPdI Bukit Zaitun sudah berjumlah

150 orang jemaat. Mereka sebagian besar berasal dari wilayah Kendari dan sebagian

kecil dari luar Kendari, tetapi masih di sekitar Kota Kendari. Menurut penuturan Pdt.

Agus, jemaat GPdI Bukit Zaitun mayoritas atau lebih dari 65% di antaranya tinggal

jauh dari gereja.39 Mereka datang ke gereja ketika hendak melakukan kebaktian pada

hari Minggu dan hari-harai raya lainnya.

Keberadaan bangunan gereja yang bersebelahan dengan masjid menyimpan

banyak cerita menarik, di antaranya seringnya jemaat gereja dan jamaah masjid salah

menaiki tangga. Beberapa tahun lalu, tangga gereja berada di sebelah kiri gereja hampir

berdekatan dengan tangga masjid yang berada di sisi kanan masjid. Karena adanya dua

tangga yang posisinya berdekatan, beberapa kali jemaat gereja menaiki tangga yang

menuju masjid. Begitu juga sebaliknya, beberapa kali jamaah masjid menaiki tangga

milik gereja sehingga mereka sampai ke pintu gereja. Setelah melihat tanda salib besar

terpampang di depannya, barulah jamaah ini turun kembali.40 Karena seringnya terjadi

salah naik tangga, maka pihak gereja memindahkan posisi tangga gereja ke sisi kanan

gereja sehingga jauh dari tangga masjid, sehingga tidak ada lagi jemaat gereja maupun

jamaah masjid yang salah naik tangga.

39Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

40Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

Page 94: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

88

B. Relasi Jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan Jemaat GPdI Bukit Zaitun

1. Relasi Islam dan Kristen

Membicarakan relasi41 antara jamaah masjid dengan jemaat gereja adalah

membicarakan hubungan antara pemeluk agama Islam dengan pemeluk agama kristen.

Dalam pembahasan ini, meskipun akan diungkap bagaimana hubungan jemaat gereja

terhadap jamaah masjid, tetapi yang menjadi titik fokus pembahasan adalah jamaah

masjid dalam menjalin hubungan dengan jemaat gereja.

Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang memuat masalah hubungan antara

umat Islam dengan umat non Islam.42 Di antara ayat-ayat itu terdapat ayat-ayat yang

yang secara khusus menyebutkan hubungan muslim dengan nasrani atau kristen. Salah

satu ayat yang menggambarkan hubungan antara kaum muslimin dengan nasrani

sebagai yang paling dekat persahabatannya dibandingkan dengan pemeluk agama

lainnya. Firman Allah menyebutkan:

ودة للذین آمنوا لتجدن أشد الناس عداوة للذین آمنوا الیھود والذین أشركوا ولتجدن أقربھم م

یسین ورھبانا وأنھم لا یستكبرون الذین قالوا إنا نصارى ذلك بأن منھم قسSesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannyaterhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orangmusyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannyadengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:"Sesungguhnya kami ini orang nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib,(juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri (TQS. al-Maidah/5: 82).

Fakta dari ayat itu tercatat dalam sejarah ketika umat Islam hijrah pertama kali

dari Mekah ke Habasyah. Pada saat umat Islam mulai mendakwahkan Islam secara

terang-terangan, muncul reaksi penolakan terhadap Islam. Pemuka Quraisy berusaha

menghalangi, merintangi bahkan berusaha menghentikan gerak dakwah dengan

41Kata relasi merupakan serapan dari bahasa Inggris relation, dari akar kata kerja relate yangberarti menceritakan, menghubungkan, mempertalikan, atau menjalin hubungan. Lihat John M. Echolsdan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Cet. 29; Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 475. Dalambahasa Indonesia juga berarti hubungan, perhubungan, pertalian, kenalan, atau pelanggan. Tim PenyusunPusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. 3, Cet. 3; Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 943.

42Abdal Wahab Khallaf telah menghitung dan menemukan terdapat 25 ayat dalam al-Qur’anyang berkaitan dengan hubungan muslim dengan nonmuslim. Lihat Abdal Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, dalam Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Cet. 6; Jakarta: UI Press,1986), h. 8.

Page 95: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

89

sejumlah . yang menghadapi tekanan dari orang-orang Quraisy, Nabi Saw.

memerintahkan mereka untuk hijrah dan diterima serta diperlakukan baik oleh

penguasa Najasi yang beragama kristen.43

Meskipun terdapat ayat yang menyebutkan kedekatan persahabatan antara umat

Islam dengan Nasrani, tetapi ada juga ayat yang menyebutkan secara umum kondisi

hubungan antara umat Islam dengan Nasrani, dimana orang Nasrani diposisikan sama

dengan orang Yahudi yang menginginkan agar orang Islam mengikuti mereka. Dalam

surah al-Baqarah ayat 120 disebutkan sebagai berikut:

ھو الھدى ولئن بع ملتھم قل إن ھدى ا اتبعت ولن ترضى عنك الیھود ولا النصارى حتى تت

من ولي ولا نصیر أھواءھم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من اOrang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamumengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulahpetunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan merekasetelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindungdan penolong bagimu (TQS. al-Baqarah/2: 120).

Ayat di atas, meskipun menyebutkan adanya kesamaan visi antara Yahudi dan

Nasrani terhadap kaum muslimin, tidak berarti bahwa ia bertolak belakang dengan ayat

pertama di atas. Secara umum ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) memang selalu berusaha

agar mereka bisa menggait umat Islam untuk mengikuti jalan hidup mereka. Namun,

tidak berarti menafikan makna ayat yang menyebutkan adanya kedekatan persahabatan

antara orang-orang Nasrani dengan orang-orang Islam.

Selain itu, juga terdapat ayat al-Qur’an yang lain secara umum memerintahkan

umat Islam untuk tetap bijak dengan umat Nasrani (kristen) sebagaimana kepada

Yahudi. Hal itu terlihat ketika al-Qur’an mengakui mereka dengan sebutan ahl al-kitab

(orang yang pernah diturunkan kitab dari Allah kepada mereka). Terhadap mereka, al-

43Diceritakan bahwa ketika rombongan muslimin yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib tibadi Habasyah, kafir Quraisy mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah untuk membujuk RajaNajasyi agar memulangkan umat Islam ke Mekah. Untuk mengambil keputusan, Raja Najasyi memintaketerangan kepada umat Islam. Ja’far sebagai juru bicara menjelaskan pendirian mereka terhadap agamayang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. dan permusuhan Quraisy terhadap pendirian mereka itu. RajaNajasyi kemudian meminta sesuatu yang menjadi bukti kenabian Muhammad Saw. ketika itu Ja’farmembacakan ayat 29-33 surah Maryam. Mendengar ayat yang dibacakan, Raja Najasyi mengambilsepotong kayu lalu membuat garis di atas tanah dan mengucapkan kata yang terkenal: لیس بین دینكم

ذا الحطودیننااكثرمن ھ (Antara agama kalian dan agama kami (perbedaannya) tidak lebih dari garis ini). LihatTaqiyuddin an-Nabhani, al-Dawlat al-Islamiyyah (Cet. 6; Bogor: Pustaka Fikrul Mustanir, 2002), h. 20-21.

Page 96: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

90

Qur’an memerintahkan untuk berdialog dengan baik, bahkan dilarang berdebat kecuali

dengan cara yang paling baik. Dalam surah al-Ankabut ayat 46 disebutkan:

لینا وا أھل الكتاب إلا بالتي ھي أحسن إلا الذین ظلموا منھم وقولوا آمنا بالذي أنزل إ ولا تجادل

وأنزل إلیكم وإلھنا وإلھكم واحد ونحن لھ مسلمون Al-Ankabut/29: 46. Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengancara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dankatakanlah: "Kami telah beriman kepada ( kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami danyang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanyakepada-Nya berserah diri" (TQS. al-Ankabut/29: 46).

Sepanjang sejarah, hubungan antara dua umat yang secara geneologi keagamaan

memiliki kaitan yang sangat erat ini, mengambil 3 (tiga) pola hubungan, yakni:

polemik-apologetik, konflik-konfrontatif, dan irenik persuasif. Pola hubungan polemik

adalah hubungan yang cenderung berlawanan atau bermusuhan, sementara apologetik

artinya menjauhi persoalan untuk membela diri dalam suasana perang keyakinan.

Konflik-konfrontatif adalah pola hubungan yang diwarnai dengan kekerasan pisik, aksi

militer dan peperangan bersenjata. Adapun irenik persuasif adalah pola hubungan hidup

bersama yang penuh toleransi dan kerukunan dan kedamaian.44

Pola hubungan polemik sebenarnya berakar dari ajaran mendasar antara Islam

dengan kristen sebagai dua agama dakwah dan missi. Kewajiban dakwah bagi setiap

muslim didasari oleh keyakinan bahwa hanya Islam yang benar sementara yang lain

salah. Begitu juga kewajiban menyebarkan kristen bagi umat kristiani adalah terbangun

dari keyakinan bahwa tidak ada keselamatan di luar gereja. Keyakinan ini mendorong

penganut agama untuk melakukan polemik dan apologasi terhadap pihak lain yang

diwujudkan dalam bentuk terbuka seperti debat antara Islam dan Kristen atau debat

melalui karya tulis yang diarahkan untuk meruntuhkan klaim kebenaran pihak lain dan

mengangkat kaliam kebenaran dari agamanya.

Adapun pola konflik pisik biasa terlihat terjadi antara umat Islam dengan kristen

di beberapa daerah seperti di Poso Sulawesi Tengah dan di Ambon Maluku pada tahun

1999, dimana kekerasan pisik terjadi antara umat Islam dengan kristen. Hal serupa juga

terjadi antara umat Islam dengan penganut kristen yang dipelolori oleh negara Amerika

44Syamsuddin Arif, “Interfaith Dialogue dan Hubungan Antaragama Perspektif Islam”, JurnalTsaqafah, (Vol. 6, No. 1; Gontor, Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor, April 2010), h. 153.

Page 97: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

91

Serikat, seperti di Irak, Afganistan, dan Pakistan. Meskipun konflik antar kelompok dan

antar negara itu terjadi karena faktor ekonomi, sosial dan kepentingan politik global,

tetapi konflik-konflik tersebut tidak dapat dilepaskan dari faktor keyakinan dari kedua

agama.

Jauh sebelum konflik-konflik yang terjadi dewasa ini, sesungguhnya konflik

bersenjata telah terjadi antara umat Islam dengan kristen. Konflik Islam dengan kristen

yang sangat terkenal terjadi pada abad ke-11 M, ketika pasukan perang salib menyerang

dan menguasai Yerusalem pada tahun 1099 M.45 Selanjutnya, Yerusalem dapat direbut

kembali oleh umat Islam dengan semangat jihad46 di bawah pimpinan Salahuddin al-

Ayyubi pada tahun 1187 M.47 Hal yang sama juga terjadi terhadap umat Islam di

Spanyol pada pristiwa inkuisisi pada tahun 1492 M.48

Sedangkan pola hidup bersama dalam suasana toleransi telah sesungguhnya

telah diperankan dengan indah ketika Nabi Muhammad Saw. memimpin masyarakat

Madinah, dimana umat Islam, Yahudi, Musyrik Arab, dan Kristen49 hidup bersama

secara rukun, damai, dan adil di bawah naungan Islam. Kondisi yang sama juga terjadi

45Pada tahun 462 H/1095 M, Raja Romawi menyiapkan pasukan untuk menyerang kaummuslimin dengan pasukan yang sangat besar, terdiri dari orang Romawi, Geogia dan Prancis. Ia didukungoleh 35.00 batrix dan setiap batrix mengepalai 200.000 personel pasukan kavileri. Tentara dari Prancisberjumlah 35.000 orang. Tentara yang bermarkas di Konstantinopel berjumlah 15.000 plus 200.000seruling dan penggali lobang, 1000 kuda kerja, 400 gerobak pengangkut sandal dan paku, 1000 lagigerobak untuk mengangkut senjata, alat penerang dan alat pelempar batu. Pristiwa ini terjadi pada masapemerintahan Khalifah al-Qaim Biamrillah abu Ja’far Abdullah bin Qadir. Lihat Muhammad Sayyid al-Wakil, Lamhah min Tarikh al-Da’wah, asbab al-Da’fi fi alUmmat al-Islamiyyah, diterjemahkan olehFadhli Bahri dengan judul Wajah Dunia Islam, Dari bani Umayyah Hingga Imperialisme Modern (Cet.5; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 161.

46Jihad adalah istilah khas dalam Islam yang sejatinya memiliki arti yang cukup luas, yaknimencakup segala usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan totalitas, baik harta maupun jiwauntuk mencapai tujuan demi Allah dan di jalan Allah. Lihat Basri Mahmud, Jihad Perspektif Sayid Qutbdalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an (Cet. 1; Samata-Gowa: Gunadarma Ilmu, 2014), h. 34.

47Pasukan Salib menguasai Palestina dan menguasai Bait al-Maqdis pada tahun 1099 M.Mereka mendirikan kerajaan Latin yang sempat bertahan selama 88 tahun sampai kemudian ditaklukkankembali oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187 M.Selengkapnya lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Ed. 1, Cet. 21; Jjakarta: Rajawali Press,2008), h. 77-78.

48Islam masuk ke Spanyol pada tahun 711 M dan sempat bertahan selama tujuh abad lebih.Setelah pemerintahan Islam mengalami kelemahan akibat pertikaian, maka penguasa Kristen, Ferdenanddan Isabella menyatukan kekuatan dan berhasil meruntuhkan kekuasaan Islam pada tahun 1492 M.Ketika kekuasaan Islam hancur, maka umat Islam dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit, masuk Kristenatau pergi meninggalkan Spanyol atau dibunuh. Pada tahun 1607 M bisa dikatakan tidak ada lagi umatIslam di Spanyol. Lihat selengkapnya Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 100.

49Lihat J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjaudari Pandangan al-Qur’an (Cet. 2; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 57.

Page 98: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

92

sepanjang masa Khilafah Rasyidah selama 30 tahun di bawah kepemimpinan empat

khalifah: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dan

masa kekhalifahan umat Islam selanjutnya selama 13 abad di bawah kepemimpinan

Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Bani Ustmaniyah. Suasana toleransi sepanjang

sejarah Islam tersebut tercipta karena Islam diterapkan sebagai aturan atau konstitusi

negara secara konsisten.

Pola hubungan persuasif dan toleransi ini juga masih dapat dijumpai dewasa ini

di berbagai negeri berpenduduk mayoritas muslim, seperti di Timur Tengah, termasuk

di Indonesia.

Meskipun di beberapa daerah di Indonesia terdapat konflik antara pemeluk

Islam dan kristen, tetapi kejadian-kejadian itu tidak dapat menghapus image di mata

dunia, bahwa di Indonesia secara umum umat beragama hidup rukun dan penuh

toleransi yang tinggi.

Toleransi di negeri ini tentu tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan umat

Islam yang mayoritas di Indonesia. Islamlah yang menjadi semangat tumbuh dan

berkembangnya toleransi. Jika ada yang mengatakan bahwa toleransi di Indonesia

tercipta berkat Pancasila, mungkin ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar.

Terbukti bahwa Pancasila tidak mampu membuat model toleransi bagi warga

nonmuslim yang mayoritas di beberapa daerah di negeri ini. Atau toleransi tidak dapat

terwujud di negara-negara yang mayoritas nonmuslim terhadap minoritas muslim

seperti di Thailand, Philipina, atau di Myammar. Sebaliknya toleransi sudah mengakar

bagi negeri-negeri muslim di Timur Tengah terhadap warga nonmuslim di negeri itu.50

Salah satu indikator terukur yang dapat dijadikan bukti kerukunan itu adalah

terdapatnya sejumlah besar rumah ibadah yang berdekatan di berbagai daerah di

Indonesia. Banyak masjid dan gereja yang dibangun berdekatan, termasuk masjid di

ibukota negara, Masjid Istiqlal Jakarta berdiri berhadapan dengan Gereja Katedral.

Bahkan di antara rumah-rumah ibadah itu terdapat rumah ibadah nonmuslim yang

berdiri di tengah-tengah komunitas muslim. Bukan hanya itu, letak bangunan rumah

ibadah pun banyak yang berdekatan, bahkan ada yang berdempetan atau berjarak

sangat dekat.

50Ngainun Naim, “Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk, Telaah PemikiranNurcholis Madjid”, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Multireligius (Vol. 12, No. 2, Mei-Agustus2013), h. 40.

Page 99: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

93

Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun di Kendari Sulawesi

Tenggara adalah contoh paling nyata untuk mengungkap pola hubungan toleransi ini.

Bagi orang yang belum pernah melihat secara langsung masjid dan gereja saling

berdempetan, dimana pondasi, atap, dan sebagian dindingnya bertemu, mungkin akan

memiliki sejumlah perasaan penuh tanda tanya, mengapa bisa terjadi dan bagaimana

kondisi jamaah kedua rumah ibadah itu? Bagaimana jika pelaksanaan hari raya besar

mereka suatu saat bertepatan waktunya? Dan sejumlah pertanyaan lainnya yang bisa

saja muncul.

Memang ketika melihat dari jauh Masjid Da’wah Wanita Kendari, terasa ada

sesuatu yang lain dibandingkan melihat masjid yang lain. Bagaimana mungkin dua

rumah ibadah yang memiliki keyakinan dan peribadatan berbeda bisa dibangun persis

berdekatan, hanya tembok yang memisahkannya. Perasaan itu terus terbawa setelah

memasuki masjid. Akan tetapi, setelah beberapa lama di dalam masjid dan mulai

mengikuti pelaksanaan ibadah, apalagi jika sempat berbincang dengan jamaah masjid,

maka perasaan dan pertanyaan-pertanyaan tersebut seolah hilang begitu saja tanpa

memerlukan jawaban. Suasana dalam masjid, pelaksanaan ibadah dan aktivitas di

dalamnya berjalan sebagaimana pada umumnya masjid di daerah ini.

Namun, tentu keadaan yang biasa saja itu justru merupakan sesuatu yang perlu

untuk digali lebih jauh bagaimana gambaran utuh sebenarnya tentang hubungan

mereka, baik hubungan sehari-hari maupun hubungan asosiasional mereka sebagai

sebuah komunitas.

Hal ini penting karena manusia adalah makhluk sosial memiliki kebutuhan

terhadap aktvitas. Dalam beraktivitas, manusia selalu berinterkasi dengan sesamanya.

Setiap manusia beraktivitas termasuk berinterkasi, ia selalu membawa sebuah nilai

transendental yang diyakini sebagai pegangan hidup yang disebut dengan keyakinan

atau agama. Keyakinan seseorang tentang makna hidup serta aturan-aturan yang

diyakininya mempengaruhi cara dan gaya hidup dan cara dan gaya interaksinya dengan

sesama manusia. Meskipun keyakinan atau agama yang dianut oleh sekelompok

masyarakat sama, tetap saja terdapat perbedaan dalam mengaplikasikannya karena hal

itu erat kaitannya dengan persepsi yang dimiliki tentang ajaran agamanya itu.

Jika sesama umat beragama saja bisa terjadi perbedaan persepsi tentang

kehidupan dan cara menjalani kehidupan, maka sudah tentu lebih berbeda lagi dengan

Page 100: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

94

yang berlainan keyakinan atau agama. Di sana terdapat perbedaan yang prinsipil yang

tidak bisa dikompromikan dan tidak bisa dipertemukan, meskipun bisa dijalankan oleh

masing-masing dengan prinsip saling menghormati.

2. Bentuk Relasi Jamaah Masjid dengan Jemaat Gereja

Relasi yang dimaksud pada bagian ini adalah hubungan yang terjadi antara

pihak jamaah masjid dengan pihak jemaat gereja, baik antara orang per orang, antara

kelompok dengan kelompok, antara orang dengan dengan kelompok atau antara

kelompok dengan perorangan. Hubungan yang terjadi bisa saja berbentuk komunikasi,

baik verbal amupun nonverbal dan interaksi, baik pisik maupun pemikiran.

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa secara

sederhana, dalam masyarakat, hubungan antara orang atau kelompok terjadi dalam dua

bentuk hubungan, yaitu: pertama, hubungan sehari-hari dimana masyarakat secara

individu maupun bersama-sama melakukan interaksi tanpa dikendalikan oleh dan atas

nama identitas kelompok atau organisasi. Kedua, hubungan asosiasional

(associational), yakni hubungan yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama

maupun sendiri-sendiri tetapi di atas nama kelompok dengan membawa identitas

kelompok atau asosiasi, baik dalam bidang sosial, agama, ekonomi dan sebagainya.51

Kedua bentuk hubungan inilah yang dijadikan kerangka dalam membahas

hubungan antara jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta

Bukit Zaitun Kendari.

a. Hubungan Sehari-hari

Telah dikemukakan bahwa yang dimaksud hubungan sehari-hari adalah

hubungan yang alamiah yang terjadi dalam keseharian masyarakat dimana mereka

menjalin hubungan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Adakalanya hubungan

sehari-hari itu dilakukan sendiri, tetapi juga adakalanya dilakukan secara bersama-

sama. Begitu juga, hubungan sehari-hari bisa dilakukan dengan spontan, bisa juga

dengan direncanakan terlebih dahulu. Namun, bagaimana pun bentuk hubungan itu, jika

51Varshney, Ethnic Conflict and Civic Life, dalam Fu Xie,”Hubungan antara Orang Kristen danIslam dalam Masyarakat Sipil: Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung, Prosiding The 5th

International Conference on Indonesian Studies:“Ethnicity and Globalization,icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

Page 101: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

95

dilakukan bukan atas nama atau atas identitas asosiasi atau kelompok tertentu dalam

masyarakat, maka hubungan itu dikategorikan sebagai hubungan sehari-hari.

1) Hubungan Sesama Jamaah Masjid

Sebelum menguraikan lebih jauh hubungan antara jamaah Masjid Da’wah

Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, perlu terlebih dahulu

digambarkan bagaimana suasana jamaah masjid secara umum, termasuk hubungan-

hubungan antara sesama jamaah masjid sendiri. Hal ini penting untuk mengambil

pengetahuan awal tentang karakteristik hubungan-hubungan yang terjadi untuk

dibandingkan bagaimana hubungannya dengan warga nonmuslim. Kemungkinan yang

didapat dari hasil pencermatan itu adalah: pertama, mungkin hubungan antara sesama

jamaah masjid terjalin harmonis, begitu juga dengan hubungan mereka dengan jemaat

gereja. Kedua, mungkin hubungan antara sesama jamaah masjid terjalin harmonis,

tetapi tidak dengan jemaat gereja. Ketiga, mungkin hubungan antara sesama jamaah

masjid kurang harmonis dan juga dengan jemaat gereja. Atau keempat, mungkin

hubungan antara sesama jamaah masjid kurang harmonis, tetapi sebaliknya dengan

jemaat gereja berjalan harmonis.

Masjid Da’wah Wanita terletak di lingkungan perkotaan yang dipenuhi dengan

keramaian dengan tingkat kesibukan kota yang tinggi. Selain aktivitas perdagangan,

juga aktivitas kerja pelabuhan membuat hubungan antar pribadi masyarakat terwarnai

oleh suasana kota yang serba sibuk sehingga tidak banyak waktu untuk bercengkrama

dengan sesama warga. Bahkan terkadang tidak ada waktu untuk salng mengunjungi

antara tetangga. Kondisi ini terjadi antara sesama masyarakat muslim sendiri. Antara

sesama jamaah jarang terjadi hubungan yang hangat karena selalu dibatasi oleh

keterbatasan waktu. Bagi masyarakat yang masih aktif bekerja mereka seolah tidak ada

waktu untuk saling berkunjung ke rumah tetangga. Sedangkan bagi mereka yang sudah

tidak aktif bekerja karena usia tua, selalu ada waktu tetapi keterbatasan keadaan dimana

kondisi tubuh yang tidak kuat untuk saling berkunjung. Adapun anak-anak muda,

mereka disibukkan dengan jadwal sekolah, les, kursus dan jadwal permainan dan

hiburan lewat televisi dan game dan sebagainya.

Itulah sedikit gambaran kondisi masyarakat kota, yang hampir sama di berbagai

kota. Selain itu, masyarakat kota juga digambarkan sebagai masyarakat yang heterogen,

indiviualistik, penuh persaingan, pola hubungan yang bersifat transaksional yang

Page 102: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

96

didasari atas penilaian untung rugi. Begitu juga karena tingkat kesibukan masyarakat

cukup tinggi, dapat memicu individu di dalamnya cenderung bersifat cuek, kurang

peduli dengan urusan orang lain, kurang aktivitas yang bernilai sosial bahkan dalam

lingkungan tempat tinggal sendiri dan cenderung menjalin hubungan berdasarkan

kepentingan-kepentingan yang terukur.52

Akibat kondisi masyarakat kota yang demikian, suasana hubungan antara warga

masyarakat menjadi kurang intens. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun

demikian. Anak-anak pada dasarnya memiliki kecenderungan tinggi untuk bermain

bersama teman-temannya, sehingga mereka biasanya akan banyak keluar rumah untuk

bertemu dengan teman-teman sepermainan. Namun, seiring dengan perkembangan

zaman, termasuk dengan perubahan-perubahan kurikulum pendidikan yang semakin

menyibukkan anak-anak dengan seperangkat pembelajaran yang banyak telah menyita

waktu anak-anak untuk bermain bersama teman atau tetangga mereka. Kesempatan

bermain biasanya didapatkan anak-anak pada saat liburan sekolah, seperti libur

semester atau liburan bulan Ramadhan.

Dalam kondisi demikian, masjid merupakah salah satu –meskipun bukan satu-

satunya wadah yang dapat menjadi sarana melakukan komunikasi dengan sesama

jamaah adalah di masjid ketika menghadiri shalat jamaah.

Aktivitas shalat jamaah sejauh yang terpantau di masjid berjalan cukup baik.

Sebelum waktu shalat tiba, pengurus masjid telah mempersiapkan suasana shalat

berjamaah dengan membunyikan suara rekaman murattal (mengaji) dan tarhim

(shalawat) yang dihubungkan dengan pengeras suara yang terdapat di dalam masjid dan

di menara masjid sehingga dapat terdengar hingga ratusan meter. Dengan begitu warga

sekitar, mulai berdatangan untuk menunggu waktu shalat tiba. Ketika waktu shalat tiba,

muazzin mengumandangkan azan yang membuat jamaah berdatangan. Umumnya orang

tua yang sudah tergolong lanjut usia (di atas 50 tahun) dan remaja dan anak-anak.

Meskipun masjid ini bernama Masjid Da’wah Wanita, tetapi sangat sedikit jamaah

wanita yang shalat berjamaah di masjid ini.

Jamaah pada waktu shalat zuhur dan shalat ’ashar tergolong paling sedikit,

kecuali hari jumat, masjid dipenuhi oleh jamaah. Selain jumat, waktu shalat yang paling

52Irwansyah, “Interaksi Sosial Muslim-Kristen di Sumatera Utara (Studi tentang HubunganKeduanya di Pemukiman)”, Jurnal Tsaqafah (Vol. 10, No. 2; Medan: UIN Sumatera Utara, November2014), h. 295.

Page 103: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

97

banyak dihadiri oleh jamaah adalah shalat magrib dan isya sebagaimana juga pada

umumnya masjid di tempat lain. Jumlah jamaah pada shalat magrib berkisar 70 sampai

100 orang remaja dan dewasa, selain anak-anak. Sedangkan pada waktu shalat isya’

berkisar 40 sampai 60 orang. Kondisi yang sama juga terlihat pada waktu shalat subuh,

zuhur dan ashar.

Setelah selesai shalat, jamaah membubarkan diri kembali pada kesibukan

masing-masing. Kondisi ini terjadi terutama pada waktu shalat zuhur dan shalat ashar.

Pada waktu shalat magrib, khususnya malam Ahad, malam Senin, dan malam Rabu

jamaah sebagian tinggal di masjid untuk mengikuti dirasah (belajar tajwid: membaca

dan memperbaiki bacaan al-Qur’an) dan ta’lim (belajar atau kajian keislaman). Dirasah

dan ta’lim ini berlangsung sampai masuk waktu shalat isya’. Pada waktu-waktu inilah

terjadi interaksi antara jamaah masjid. Namun, tampaknya peserta dirasah atau belajar

al-Qur’an didominasi anak-anak dan remaja masjid, sedikit sekali dari kalangan dewasa

dan orang tua. Begitulah gambaran umum interaksi sesama jamaah Masjid Da’wah

Wanita Kendari.

2) Hubungan Jamaah Masjid dengan Jemaat Gereja

Jika sesama jamaah masjid saja interaksi jamaah tidak begitu hangat, tentu

sudah dapat diduga bagaimana jika berhubungan dengan umat kristiani yang berbeda

keyakinan dan standar-standar hidup serta tidak hidup bertetangga dengan mereka,

bahkan mereka sangat jarang bertemu.

Meskipun demikian, tidak berarti tidak terjalin hubungan antara jamaah masjid

dengan jemaat gereja sama sekali. Jalinan komunikasi dan iteraksi di antara keduanya

tetap terjalin. Namun, dengan kondisi warga yang tidak berdekatan tempat tinggal,

membuat volume relasi terutama dalam bentuk bertemu menjadi sangat jarang terjadi.

Dari pengamatan di lapangan, diketahui bahwa rumah-rumah yang ada di

sekitar kedua rumah ibadah itu hampir semuanya milik umat Islam. Letak rumah-rumah

mereka hampir semuanya berdempetan dan sangat dekat jaraknya dengan jalan bahkan

sebagian pondasi rumah warga berada tepat di pinggir jalan. Rumah yang menghadap

ke badan jalan Ir. Soekarno sejauh jarak 200 meter kiri dan kanan semuanya milik

kaum muslim. Begitu juga di jalan Konggoasa yang bersambung dengan jalan ke

pelabuhan, semuanya warga muslim. Begitu juga jalan Tekaka yang menuju ke arah

dataran tinggi di bagian utara, semuanya milik kaum muslimin.

Page 104: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

98

Di jalan Ir. Soekarno sebagai jalan utama hanya terdapat beberapa toko warga

milik warga keturunan Cina yang nonmuslim. Mereka pada umumnya berprofesi

sebagai pedagang dan membuka toko emas53, toko onderdil kenderaan bermotor, dan

sebagian toko bahan bangunan. Warga keturunan yang nonmuslim yang menjadi jemaat

GPdI Bukit Zaitun hanya beberapa orang saja, pada umumnya bukan jemaat dari Gereja

Pantekosta Bukit Zaitun Kendari. Warga keturunan Cina yang menjadi jemaat gereja

pada sebagianya berada di sebelah timur gereja yang sudah menjadi wilayah keluarahan

Kandai Kecamatan Kendari.54

Dari letak perumahan warga yang demikian, dapat diketahui bahwa

kemungkinan akan terjadi interakasi yang intens antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja memang sulit terjadi. Meskipun gereja berdampingan dengan masjid, tetapi

warga masyarakat yang tinggal di sekitar kedua rumah ibadah tersebut mayoritas

bahkan hampir seluruhnya muslim.55 Tidak terdapat rumah warga yang nonmuslimm

kecuali sedikit, yakni rumah toko yang hanya terbuka pada jam buka toko, yaitu pagi

sampai sore hari. Letaknya pun rata-rata agak jauh dari tempat masjid dan gereja

berada. Bahkan rumah terdekat dari gereja di sebelah timur, utara dan selatan bukan

rumah milik jemaat gereja, tetapi milik muslim jamaah masjid.

Selain itu, jemaat gereja yang tempat tinggalnya jauh pada umumnya datang ke

gereja pada saat mereka hendak melakukan ibadat mingguan, yakni pada hari minggu

atau pada jadwal lain yang ditetapkan oleh gereja, yakni: hari Senin dan hari Sabtu.

Selain waktu itu gereja tertutup dan sepi, tidak terlihat ada acara atau aktivitas gereja,

kecuali aktivitas keseharian keluarga pendeta yang tingggal dalam kompleks gereja.

Pada hari Minggu ketika acara kebaktian, terlihat banyak kendaraan yang parkir

di sepanjang jalan di depan gereja. Sebagaimana umumnya jemaat gereja bersifat tetap,

jika terdaftar di satu gereja maka ia menjadi jemaat tetap gereja itu sehingga mereka

53Saat penelitian ini dilakukan, hampir semua bangunan yang berjarak sekitar 200 meter sebelahtimur masjid/gereja termasuk toko-toko pedagang emas di jalan Ir. Soekarno telah dirobohkan untukpersiapan pembangunan jembatan Bahteramas Kendari.

54Orang-orang China sebenarnya sudah datang di Kendari bersamaan dengan datangnya orang-orang Arab. Orang China yang ada sekarang ini sudah generasi keempat atau kelima. Mereka padaumumnya tidak begitu akrab bergaul dengan masyarakat sekitar yang mayoritas muslim. Sehinggameskipun mereka terbilang sudah lama tinggal di Kendari, tetapi tidak terbuka dengan penduduk lokal.Selengkapnya dapat dilihat dalam Joni Lisungan, “Interasi Orang hina dengan Penduduk Lokal di KotaKendari”, Walasuji (Vol. 6, No. 1, Juni 2015), h. 198.

55La Ali, SH., Sekretaris Lurah Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat, Wawancara, di Kendaripada tanggal 13 Juli 2016.

Page 105: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

99

mesti mendatangi gereja tempat mereka terdaftar dimanapun mereka berdomisili

sepanjang masih dapat dijangkau. Hal ini tentu berbeda dengan kaum muslimin yang

bebas mendatangi masjid mana saja yang diinginkan tanpa halangan sedikit pun.

Ketika ditanya apakah mengenal jemaat gereja, jamaah masjid mengaku tidak

mengenal mereka. Dg. Ngai, salah seorang jamaah wanita yang memang tinggal dalam

lingkungan masjid menjawab tidak mengenal salah seorang pun di antara jemaat gereja,

kecuali pengurus yang tinggal di dalam gereja itu. Itupun hanya mengetahui jika ada

yang tinggal di dalam gereja. Pengurus gereja tersebut sesekali terlihat olehnya ketika

ia ke pasar untuk berbelanja keperluan sehari-hari. Ia mengaku tidak pernah berkunjung

ke gereja dan tidak pernah bercakap-cakap dengan pengurus gereja tersebut. Terhadap

jemaat lain, Dg. Ngai menambahkan bahwa dirinya tidak pernah bertemu karena

mereka tidak tinggal di sini.56

Jika seorang yang tinggal di lingkungan masjid saja yang sehari-hari ada di

masjid tidak mengenal salah seorang dari jemaat gereja yang berdampingan dengan

masjid, artinya dapat dipahami bahwa memang kehadiran jemaat di gereja hanya pada

saat melakukan ibadah dan selebihnya mereka tidak berupaya menjalin komunikasi

dengan masyarakat tempat ibadat mereka. Ketika dikonfirmasi, pihak gereja mengakui

kebenaran apa yang dikemukakan oleh jamaah masjid tersebut, bahwa mayoritas atau

diperkirakan dalam Kota Kendari lebih 65% dari 150 anggota jemaat gereja tinggal

jauh dari gereja, bahkan ada juga yang tinggal di luar Kota Kendari, seperti di

Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.57 Selebihnya (kurang dari 35%) tinggal

tersebar di kecamatan lain (Kecamatan Kendari) yang bertetangga dengan Kendari

Barat, tetapi tidak ada yang tinggal di wilayah Kelurahan Dapu-dapura.

Jemaat gereja yang tidak tinggal di lingkungan gereja yang berdekatan dengan

masjid tentu tidak akan mengalami secara langsung apa yang terjadi di sekitar masjid

dan gereja. Suasana hiruk-pikuk aktivitas masjid sehari-hari yang hampir dikata tidak

pernah sepi dari jamaah masjid, praktis juga tidak disaksikan oleh mereka. Begitu juga,

bunyi pengeras suara (orang umumnya menyebut TOA masjid), yang kebanyakan

56Dg. Ngai, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Masjid Da’wah WanitaKendari, 8 April 2016.

57Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

Page 106: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

100

warga nonmuslim di beberapa daerah tidak menyukainya karena dianggap

mengganggu58, juga tidak dialami oleh jemaat Gereja Bukit Zaitun Kendari.

Dari gambaran umum kondisi jemaat gereja yang mayoritas tidak tinggal di

sekitar gereja itu, maka dapat diketahui secara umum bahwa hubungan antar pribadi

tentu sulit terjadi. Penulis hampir tidak menemukan informasi yang dapat menjelaskan

tentang bagaimana hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja.

Namun demikian, tidak berarti bahwa tidak terjalin hubungan sama sekali antara

jamaah masjid dengan jemaat gereja. Secara individu, hubungan dalam bentuk saling

berkunjung antara jamaah masjid dengan jemaat gereja tetap terjadi antara beberapa

orang jamaah masjid dengan pendeta atau pengurus gereja. Meskipun hubungan itu

hanya terjadi antara pengurus gereja yang tinggal dalam lingkungan gereja dengan

beberapa orang jamaah masjid saja.

Beberapa tahun lalu, Aslan (remaja masjid) mengakui, pernah ada salah seorang

jemaat gereja yang tinggal di dekat gereja yang sering datang berkunjung ke rumah

orang tuanya. Jemaat gereja tersebut begitu sering berkunjung ke rumah orang tuanya

sehingga terjalin hubungan yang akrab.59

Hal serupa juga dikemukakan Makmur Dg. Kulle, B.Sc. yang mengatakan

bahwa sekitar 2 tahun lalu (2013 atau 2014) seorang pengurus gereja yang tinggal

dalam gereja sering berkunjung ke rumahnya berbincang-bincang dengan keluarganya

pada malam hari sehingga terjalin keakraban di antara jemaat tersebut dengan keluarga

Pa Makmur. Ketika ditanya identitas pengurus gereja dimaksud, dirinya tidak

mengetahui secara persis kecuali nama sapaannya, yakni Pa Kris atau anak-anaknya

biasa memanggilnya Om Kris. Selain Pa Kris sering berkunjung ke rumahnya, Pa

Makmur juga meskipun tidak sering, tetapi biasa berkunjung ke kediaman Pa Kris yang

58Di beberapa daerah minoritas muslim seperti di Papua, umumnya pemeluk Kristenmenganggap bunyi TOA masjid mengganggu mereka karena selalu terdengar setiap hari, yakni pada saatazan dikumandangkan. Bahkan durasi waktu yang lama sebelum azan, bunyi rekaman bacaan al-Qur’an,shalawat atau tahrim sudah dibunyikan oleh pengurus atau remaja masjid. Lihat Zuly Qodir, “KontestasiPenyiaran Agama di Ruang Publik: Relasi Kristen dan Islam di Kota Jayapura”, Harmoni, JurnalMultikultural dan Multireligius (Vol. 14, No. 1, Januari-April 2015), h. 48.

59Aslan, Pengurus Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Masjid Da’wahWanita Kendari, 8 April 2016.

Page 107: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

101

tinggal di dalam kompleks gereja, terutama untuk urusan muamalah, seperti

memperbaiki peralatan elektronik yang ada dalam gereja.60

Hampir sama dengan penuturan Pa Makmur di atas, jalinan keakraban juga

terjadi sebagaimana yang dikemukakan oleh jamaah masjid sekaligus pengurus masjid,

Drs. Marsuki yang pernah tinggal di lingkungan masjid sejak tahun 1998. Ia

menuturkan bahwa dirinya justru akrab dengan Pak Agus (sapaan akrab untuk Pendeta

Ir. David Agus Setiawan, M.Th.) yang juga tinggal dalam lingkungan gereja bersama

keluarganya. Ia biasa berkunjung ke gereja untuk suatu keperluan, baik keperluan

pribadinya sendiri maupun keperluan orang lain, seperti ketika ada tamu beragama

Islam yang ingin bertemu dengan Pak Agus.61

Bahkan pengurus masjid yang sejak kecil tinggal di sekitar masjid dan gereja itu

menuturkan bahwa dirinya biasa saling berkunjung dengan pengurus gereja di masa

Pdt. John san Lumangkun.

Apa yang dikemukakan oleh pengurus masjid tentang hubungannya dengan

pihak gereja dibenarkan oleh pengurus gereja. Pak Agus mengisahkan dirinya senang

dan menerima dengan baik jika ada saudara muslim yang kunjung ke tempat

tinggalnya. Ia pun siap berbincang dengan ramah tentang berbagai hal. Sebagai wujud

kesenangannya jika dikunjungi oleh orang Islam, dirinya menyuguhkan alakadarnya

berupa minuman air putih, teh atau kopi sebagaimana kepada tamunya yang lain, yang

juga penulis alami ketika melakukan wawancara di kediamannya.

Begitu juga sebaliknya, Pak Agus meskipun tidak rutin, tetapi biasa berkunjung

ke rumah beberapa orang pengurus masjid di sekitar gereja, baik pada hari-hari biasa

maupun pada momen setelah hari raya umat Islam, terutama idul fitri. Bukan hanya

dirinya yang aktif melakukan kunjungan ke rumah tetangga muslim, tetapi pendeta

sebelumnya yang juga merupakan mertuanya (Pdt. John San Lumangkun) juga

termasuk aktif melakukan kunjungan. Kunjungan itu hanya dilakukan oleh dirinya tidak

melibatkan anggota keluarganya yang lain dan tidak juga pengurus gereja lainnya.

Kunjungan itu, menurutnya karena murni kunjungan biasa seorang tetangga ke rumah

60Makmur Dg. Kulle, B.Sc., Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari,tanggal 27 Mei 2016.

61Drs. Marsuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 108: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

102

tetangganya untuk mempererat jalinan silaturrahmi62 yang tidak perlu memandang

agama dan keyakinan.63

Dari pertemuan-pertemuan dan kunjungan tersebut, pengurus masjid (Pak

Marsuki) mengaku hubungan dirinya dengan Pak Agus menjadi semakin baik. Seiring

perjalanan waktu, tidak terasa hubungan antara keduanya sudah terjalin dengan suasana

keakraban. Demikian akrabnya hubungan antara Pak Marsuki dengan Pak Agus,

sampai mereka biasa saling menegur untuk hal yang sifatnya urusan dalam rumah. Ia

menceritakan pernah suatu ketika, Pak Agus bersama teman-temannya sedang

mempersiapkan hidangan makanan dengan menu [maaf] anjing yang dibakar di dalam

kompleks gereja. Ketika jamaah masjid sedang siap-siap akan menunaikan shalat zuhur

tercium aroma yang tidak biasa bagi jamaah masjid, maka tanpa beban Pak Marsuki

spontan saja meminta supaya dihentikan dan bekas apinya disiram dengan air. Begitu

mendengar suara Pak Marsuki dari balik tembok masjid dan gereja, mereka pun

melakukan apa yang diminta oleh Pak Marsuki dengan segera tanpa menimpali dengan

pembicaraan.64 Mungkin terdapat rasa keberatan dalam hati jemaat gereja mendapat

teguran tiba-tiba, tetapi mereka segera menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah

hal yang tidak disukai oleh tetangganya dan mengganggu jamaah masjid, sehingga

mereka memilih untuk mendiamkan saja. Bersabar dan harus banyak memaklumi,

menurut mereka itulah yang harus dilakukan oleh pihak gereja dan jemaatnya.65 Pilihan

itu tentu didasari oleh sebuah kesadaran keberadaan mereka dan rumah ibadahnya yang

tinggal di tengah-tengah komunitas mayoritas muslim.

Jika diperhatikan cerita tentang kejadian di atas, sebenarnya cara menegur yang

dipilih pihak jamaah dapat dinilai kurang etis dan dapat merusak hubungan dengan

pihak yang ditegur. Model teguran seperti itu juga biasa ditujukan kepada pihak yang

62Penggunaan istilah silaturahmi atau silaturahim sangat umum digunakan, baik di kalangankaum muslimin maupun di kalangan nonmuslim –seperti yang digunakan oleh Pdt. Agus– untuk aktivitassaling mengunjungi atau saling bertemu. Namun, istilah ini sesungguhnya lebih tepat digunakan untukorang-orang yang memiliki pertalian rahim atau nasab dengan seseorang, bukan kepada semua orang.Karena itu, ungkapan yang tepat bukan jalinan silaturrahmi, tetapi jalinan persahabatan.

63Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

64Drs. Marsuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016.

65Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, tanggal21 Mei 2016.

Page 109: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

103

orang atau golongan yang keadaannya tidak memungkinkan melakukan perlawanan.

Bisa karena secara usia tergolong anak atau dianggap anak yang tidak boleh

membantah orang yang lebih tua. Bisa juga karena secara derajat kebutuhan yang lebih

tinggi dari yang ditegur kepada yang menegur. Atau bisa juga secara komunitas, pihak

yang ditegur tidak patut untuk melakukan perlawanan baik kata maupun pisik kepada

yang menegur.

Selain itu, model komunikasi seperti itu sebenarnya biasa bagi kedua belah

pihak yang sudah saling mengenal sebelumnya dan telah terjalin komunikasi yang

dekat antara keduanya. Nampaknya, dari kejadian itu, diketahui bahwa pihak jamaah

masjid yang menegur pihak jemaat gereja yang melakukan perbuatan yang tidak

disenangi oleh jamaah masjid didasari oleh dua kondisi hubungan antara keduanya,

yakni bahwa pihak gereja tidak mungkin untuk menunjukkan reaksi balik atas teguran

kepada mereka karena memang tindakannya telah mengganggu jamaah masjid dan

warga yang mayoritas muslim. Selain itu, memang karena oknum jamaah yang

menegur telah menjadin hubungan kedekatan dengan pihak pengurus gereja, sehingga

tidak mungkin teguruannya ditanggapi negatif. Dan terbukti setelah kejadian itu,

hubungan mereka tetap berjalan baik.

Masih terkait dengan kesiapan untuk saling tegur menegur, pernah juga pihak

jamaah masjid menerima teguran dari pihak gereja. Pa Makmur menuturkan bahwa

beberapa waktu lalu sebagian anak-anak warga muslim biasa melempari anjing milik

pengurus gereja. Mungkin karena anak-anak yang biasa lewat dan bermain di sekitar

gereja merasa jengkel atau iseng dengan anjing yang sering terlihat, anak-anak pun

biasa mengambil krikil dan meleparkan ke arah anjing. Karena anjing berada dalam

pagar gereja, maka kesannya adalah anak-anak ini melempari gereja. Menanggapi

kejadian itu, salah seorang anggota keluarga yang tidak lain adalah istri Pdt. Agus

mengeluhkannya kepada Pa Makmur, lalu dirinya memperingatkan anak-anak agar

tidak lagi mengulangi perbuatannya.66

Hal serupa juga dituturkan oleh Yahsam, salah seorang jamaah masjid yang

sejak kecil berdomisili di sekitar masjid, bahwa jika ada masalah terkait dengan ulah

anak-anak yang terkadang melempari anjingnya, maka Pdt. Agus datang mengadukan

66Makmur Dg. Kulle, B.Sc, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari,pada tanggal 27 Mei 2016.

Page 110: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

104

hal tersebut ke rumahnya. Ketika ditanya, apakah dirinya mengenal jemaat gereja.

Yahsan mengaku tidak mengenal mereka karena memang tidak ada yang tinggal di

sekitar gereja. Ia hanya mengenal Pdt. Agus dan istrinya yang tinggal dalam lingkungan

gereja.67

Jika dicermati hubungan sehari-hari antara jamaah masjid dengan jemaat gereja,

dapat diketahui bahwa hubungan mereka terjadi dalam aspek kehidupan yang terbatas.

Hubungan mereka cenderung spontan dan tidak mengakar, kecuali hanya beberapa

orang jamaah saja.

Muamalah ekonomi terjadi sangat sedikit, yakni pada saat juali untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehar-hari antara keduanya. Aktivitas kehidupan pertetanggaan

seperti: saling memberi, saling meminjam keperluan sehari-hari, termasuk saling

bertukar informasi ringan yang biasanya terjadi di sela-sela kesibukan sehari-hari

dengan sesama tetangga hampir tidak terjadi.

b. Hubungan Asosiasional

Hubungan asosiasional adalah hubungan secara kelembagaan atau asosiasi. Jika

dihubungkan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja, berarti hubungan secara

kolektif antara jamaah yang diwadahi oleh sebuah organisasi atau perkumpulan, dalam

hal ini adalah atas nama jamaah masjid dengan jemaat gereja.

Terkait hubungan secara kolektif ini menurut pengakuan beberapa jamaah

masjid tidak pernah dilakukan. Tidak pernah jamaah masjid melakukan pertemuan

dengan jemaat gereja untuk suatu keperluan tertentu, baik yang digagas oleh jamaah

masjid maupun yang digagas oleh jemaat gereja. Informasi ini diperkuat oleh

keterangan yang diberikan oleh sekretaris pengurus masjid, bahwa sepanjang dirinya

menjadi pengurus masjid tidak pernah terjadi pertemuan resmi antara jamaah masjid

dengan jemaat gereja.68

Adapun terkait dengan kerja bakti bersama sebagaimana yang diberitakan lewat

media, hal itu tidak pernah dilakukan secara terencana. Masih menurut sekretaris

pengurus masjid, seingatnya pernah memang terjadi kerja bakti bersama dengan pihak

67Yahsam, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari, pada tanggal 17Agustus 2016.

68M. Yusuf Latif, SE., Sekretaris Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 28 April 2016.

Page 111: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

105

gereja, tetapi hal itu terjadi secara kebetulan, atau tidak ada rencana untuk kerja bakti

bersama. Dalam kerja bakti itu, tidak bersama-sama di suatu tempat yang sama,

melainkan masing-masing melakukannya di rumah ibadah masing-masing.69

Sebagaiamana lazimnya kerja bakti yang dilakukan oleh banyak orang, jamaah

masjid sering melakukannya secara terencana terutama menjelang Ramadhan, hari raya

Idul Fithri atau Idul Adha, acara-acara perayaan hari besar Islam dan pada saat kerja

bakti renovasi bangunan masjid. Adapun kerja bakti yang dimaksud dilakukan oleh

pihak gereja dilakukan bukan secara massal dengan melibatkan jemaat gereja, tetapi

dilakukan oleh beberapa orang saja yang tinggal di dalam kompleks gereja yang

dipimpin oleh Pendeta Agus. Mereka secara rutin tentu melakukan pembersihan

lingkungan gereja yang sekaligus sebagai lingkungan tempat tinggalnya.

Namun, ketika mengetahui jamaah masjid melakukan kerja bakti massal di

masjid, sebagai bentuk ungkapan tenggang rasa sebagai tetangga, Pak Agus juga turut

melakukan kerja bakti, tetapi tetap di lingkungan gereja dengan turut membersihkan

dan menata taman sekitar yang berbatasan antara bangunan gereja dengan masjid, tidak

tergabung dalam kerja bakti dalam lingkungan masjid. Begitu juga sebaliknya, jamaah

masjid tidak turut melakukan pembersihan di lingkungan gereja kecuali di tempat yang

berbatasan antara masjid dengan gereja.

Pihak gereja sangat mudah mengetahui jika ada kegiatan kerja bakti di masjid

karena biasanya remaja masjid membunyikan lantunan tartil atau suara musik kasidah

melalui pengeras suara luar untuk memberitahukan warga akan adanya kerja bakti di

masjid.

Dalam momen yang kebetulan itulah terjadi komunikasi dan pembicaraan yang

tidak direncanakan antara beberapa jamaah masjid dengan Pak Agus. Sebagaimana

biasanya pembicaraan yang terjadi adalah pembicaraan yang alamiah tentang

kebersihan dan keindahan lingkungan masing-masing.

Namun, dari pembicaraan yang insidental itu tercapai kesepakatan antara pihak

jamaah masjid dengan jemaat gereja. Kesepakatan yang pernah dicapai itu meskipun

tidak resmi dan tidak tertulis, tetapi menurut sekretaris pengurus masjid hal itu cukup

69M. Yusuf Latif, SE., Sekretaris Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 28 April 2016.

Page 112: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

106

menjadi komitmen bersama untuk saling menghormati dan menghargai pelaksanaan

ibadah atau kegiatan masing-masing di dua rumah ibadah.

Misalnya ketika ada acara di gereja, maka pihak masjid hendaknya mengerti

dan akan mengecilkan suara pengeras suara. Begitu juga sebaliknya, jika di masjid ada

kegiatan, maka pihak gereja dengan sendirinya berusaha untuk menjaga ketenangan

dengan tidak mengeraskan suara pengeras suara gereja. Komitmen itu betul-betul

merupakan komitmen murni antara pengelola dua rumah ibadah yang bersifat moral

semata tanpa ada ketentuan-ketentuan apapun terhadap terlaksana atau tidaknya

komitmen tersebut.70 Artinya, apapun yang terjadi apakah satu pihak memenuhi atau

tidak memenuhi komitmen itu tidak perlu pihak lain untuk mengingakan atau menegur

ketika ada pihak yang lupa atau lalai terhadap komitmen itu. Begitu juga salah satu

pihak tidak perlu merasa bahwa pihak lain itu melanggar kesepakatan, karena arah

kesepatakan itu murni sebagai komitmen ke dalam.

Pernah sekali waktu terjadi acara penting di masjid bersamaan dengan acara

penting di gereja, yakni pada tahun 1998 dimana bulan Ramadhan 1419 H. bertepatan

dengan malam natal tanggal 25 Desember 1998. Pada malam itu adalah tanggal 5

Ramadhan 1419 H.71, sebagaimana dimaklumi bahwa seluruh masjid selalu ramai

dengan aktivitas ibadah di bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam awal

Ramadhan. Begitu juga diketahui bahwa pada malam natal juga semua gereja ramai

dikunjungi oleh jemaat untuk aktivitas persiapan menyambut natal yang dipusatkan di

gereja.

Pada saat jamaah masjid sedang melaksanakan Shalat Tarwih berjamaah di

Masjid Da’wah Wanita, jemaat Gereja Patekosta Bukit Zaitun juga mulai aktivitasnya

70M. Yusuf Latif, SE., Sekretaris Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 28 April 2016

71Meskipun tidak menyebut tahun, menurut penuturan Pak Marsuki, malam itu adalah malamawal Ramadhan bertepatan dengan malam Natal. Setelah dicek pada kalender hijriyah online, ternyatamalam natal dimaksud adalah tanggal 25 Desember tahun 1998 yang bertepatan dengan tanggal 5Ramadhan 1419 H. Belum pernah terjadi malam natal bertepatan dengan 1 Ramadhan atau awalRamadhan kecuali pada tahun 1998. Seblumnya pernah terjadi hari natal bertepatan dengan awalRamadhan, yakni pada tanggal 25 Desember 1965 yang bertepatan dengan tanggal 2 Ramadhan 1385 H.Sumber: http://kasmui.com/v1/?page_id=838, diakses tanggal 20 Mei 2016. Akan tetapi, tentu bukan iniyang dimaksud karena pada tahun 1965, Pak Marsuki belum tinggal di lingkungan masjid, bahkanmenurut keterangan yang paling kuat, Masjid Da’wah Wanita sendiri belum dibangun pada tahun itu.

Page 113: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

107

sehingga terdengar suara alat musik72 dan suara jemaat yang agak keras sampai

mengganggu konsentrasi jamaah shalat tarwih. Suasana demikian tentu akan

mengganggu kekhusyuan jamaah shalat tarwih. Selain itu, jamaah tidak konsentrasi

mendengarkan suara imam yang melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an dan suara takbir

imam yang mengomandoi peralihan dari satu gerakan ke gerakan shalat lainnya.

Menghadapi situasi demikian, jamaah sepakat menghentikan sementara shalat

tarwih dan tidak meneruskannya hingga keadaan bisa kembali tenang. Pak Marsuki

sebagai salah seorang pengurus masjid meminta jamaah agar tetap tenang dan dirinya

pergi menemui pengurus gereja untuk membicarakan solusi terbaik agar tidak salingga

mengganggu pelaksanaan aktivitas ibadah masing-masing. Agar solusi yang diambil

tidak terkesan dilakukan oleh sepihak pengurus masjid dengan pengurus gereja, maka

diadakan pertemuan singkat antara jamaah masjid dengan pengurus gereja. Pihak gereja

diwakili oleh tiga orang yang dipimpin oleh Pendeta Agus. Pertemuan yang dilakukan

di masjid itu tidak perlu memakan waktu lama, kedua belah pihak segera bersepakat

untuk tetap melangsungkan agenda masing-masing pada malam itu, tetapi dengan

melakukan penyesuaian waktu pelaksanaannya. Caranya, agenda di gereja ditunda

sementara waktu menunggu selesainya shalat tarwih di masjid. Setelah jamaah selesai

menunaikan shalat tarwih, barulah aktivitas gereja dilanjutkan kembali.73

Solusi ini ditempuh dengan pertimbangan, bahwa shalat tarwih tidak

berlangsung lama, yakni sekitar setengah jam (30 menit), sementara acara di gereja

biasanya berlangsung lama sampai tengah malam.

Seingat pengurus masjid, belum pernah terjadi dialog dengan pihak gereja

sebelum dan setelah pristiwa di tahun 1998 tersebut. Namun, dari pristiwa tahun 1998

tersebut dapat diketahui bahwa meskipun pernah terjadi kekeruhan hubungan antara

jamaah masjid dengan jemaat gereja, tetapi hal itu terjadi secara wajar dirasakan dan

dipersepsi sebagai sebuah gangguan insidental dari pihak gereja atas jemaah masjid.

Sehingga ketika gangguan itu berlalu, hubungan jamaah masjid secara komunitas

jamaah masjid dengan komunitas jemaat gereja dapat berlangsung baik kembali.

72Gereja pantekosta terkenal sebagai gereja yang full musik, artinya dalam setiap aktivitaskebaktian selalu diiringi oleh music sebagai bagian dari pelaksanaan ibadat.

73Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 114: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

108

Itulah sebabnya, jika diamati selama ini, pihak masjid hampir selalu

membunyikan pengeras suara masjid setiap menjelang masuk waktu shalat lima waktu

tanpa merasa perlu untuk melihat atau mempertimbangkan apakah ada kegiatan di

gereja atau tidak. Sebelum waktu azan tiba, di Masjid Da’wah Wanita selalu

dibunyikan rekaman suara tilawah atau tartil al-Qur’an selanjutnya suara lantunan

shalawat dan suara azan setelah masuk waktu shalat. Keadaan itu telah berlangsung

bertahun-tahun tanpa ada masalah. Hal itu memungkin terjadi karena selama ini jarang

terjadi kegiatan gereja bersamaan dengan kegiatan masjid. Selain itu, dengan bangunan

tembok masjid dan tembok gereja yang tertutup penuh sampai ke atas pada bagian yang

saling berdekatan, maka suara soundsystem dari dalam gereja tidak terdengar lagi.

Demikian juga halnya suara dari dalam masjid tidak lagi terdengar dari dalam gereja,

kecuali suara azan yang dipancarkan lewat menara masjid masih terdengar, tetapi tidak

lagi mengganggu aktivitas dalam gedung karena menggunakan pengeras suara

lemparan jarak jauh.

Kesediaan berdialog juga merupakan bentuk kesediaan untuk memperbaiki

hubungan antara keduanya, meskipun dialog tersebut sangat jarang terjadi dan tidak

pernah direncanakan. Bahkan pengurus masjid secara kelembagaan memang tidak

pernah mengagendakan kegiatan yang berkaitan hubungan jamaah masjid dengan

jemaat gereja. Apalagi dialog agama dalam rangka upaya saling memahami keyakina

dan ajaran agama masing-masing, menurut penuturan pengurus masjid tidak pernh

dilakukan.

3. Kondusivitas Hubungan Jamaah Masjid dan Jemaat Gereja

Paparan mengenai hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja di atas

menunjukkan satu hal, bahwa suasana kehidupan beragama di wilayah ini cukup

kondusif. Secara umum tidak terjadi konflik berarti antara kedua pemilik rumah ibadah

yang berdempetan. Beberapa hal yang menjadi pendukung terwujudnya kondisi

demikian dapat dikemukakan berikut.

a. Volume interaksi

Uraian mengenai bentuk-bentuk hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja di atas menunjukkan suatu kondisi bahwa antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja secara umum tidak terjalin hubungan atau interaksi yang kuat antara keduanya.

Page 115: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

109

Pada umumnya jamaah masjid justru tidak mengenal siapa-siapa yang menjadi

anggota jemaat gereja tetangganya. Sebagian mereka hanya mengenal pengurus gereja

yang tinggal dalam kompleks gereja beserta para keluarganya. Itupun hanya beberapa

orang saja yang pernah berkomunikasi dengan pengurus gereja. Di antara jamaah

bahkan tidak mengenal nama pendeta gereja di sebelah masjidnya. Jamaah masjid

lainnya justru tidak mengenal pengurus gereja, kecuali hanya mengetahui bahwa ada

pengurus yang tinggal dalam gereja. Sebagian mereka mengetahui identitasnya

sebagian tidak mengetahuinya. Adapun jemaat gereja lain secara umum tidak dikenal

oleh jamaah masjid. Begitu juga sebaliknya jamaah masjid secara umum tidak dikenal

oleh jemaat gereja. Hal itu terjadi karena mayoritas jemaat gereja tidak berdomisili di

sekitar gereja. Mereka datang ke gereja ketika ada kegiatan gereja, setelah itu mereka

kembali pulang ke rumah masing-masing.

Jadi, meskipun rumah ibadah mereka berdempetan nyaris tanpa jarak, tetapi

secara geografis mereka berjauhan tempat tinggal sehingga nyaris tidak jarang –untuk

tidak mengatakan tidak pernah bertemu, berkunjung, apalagi bercengkrama. Inilah yang

menjadi faktor utama yang menghalangi terjadinya interaksi antara jemaat gereja

dengan jamaah masjid.74

Interaksi yang terjadi selama ini adalah antara pengurus gereja dengan beberapa

orang jamaah masjid yang mereka adalah pengurus masjid. Dari penuturan kedua belah

pihak, diketahui bahwa hubungan mereka cukup menggembirakan, baik secara pribadi,

maupun hubungan yang merepresentasikan diri mereka sebagai jamaah masjid.

Namun, baiknya hubungan antara sebagian pengurus masjid dengan pengurus

gereja belum dapat dikatakan menggambarkan hubungan antara jamaah masjid secara

umum terhadap jemaat gereja, karena jamaah masjid termasuk pengurus masjid lainnya

justru tidak menjalin hubungan dengan pihak jemaat gereja.

Meskipun belum terjalin hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja,

tetapi suasana kehidupan keagamaan berjalan secara baik. Keberadaan dua rumah

ibadah yang berdekatan dengan seluruh aktivitas keagamaan yang berjalan dengan baik

tanpa ada gangguan dan hambatan dari salah satu pemilik rumah ibadah tentu

74Padahal interaksi di tengah masyarakat hanya akan terwujud jika terdapat komunikasi dankontak antara dua pihak. Anjar Tri Lutfianto dan Muhammad Turhan Yani, ”Pola Interaksi antara UmatIslam dengan Kristen di Desa Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, e-Journal Unesa,Kajian Moral dan Kewarganegaraan (Volume 02, Nomor 03; Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,2015), h. 724.

Page 116: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

110

merupakan indikator utama adanya suasana kerukunan, kedamaian dan ketenangan

antara dua penganut agama yang berbeda.

b. Karakter Jamaah Masjid

Karakter yang dimaksudkan di sini adalah cara jamaah masjid dalam membawa

diri atau menampilkan diri dalam kehidupan sosial.

Salah satu faktor penting yang menjadi pendukung terwujudnya suasana tenang

dan damai selama ini menurut cermatan pihak gereja adalah karena secara umum umat

Islam di Kendari termasuk masyarakat yang low profile.75

Low profile secara bahasa berarti rendah profil, yakni orang yang mengambil

sikap sengaja tidak mau menonjol atau menghindari pulisitas.76 Maksudnya adalah

orang yang tidak mencari perhatian publik baik melalui media maupun nonmedia. Low

profile cenderung sederhana tidak ingin tampil atau menampilkan diri, tidak ingin

terekspos, meskipun sebenarnya mereka dikenal orang banyak.77

Pada masyarakat umum, tipe seperti ini secara cenderung pasif. Mereka tidak

banyak perhatian terhadap keberadaan orang lain di sekitarnya. Karakter masyarakat

model ini tetap akan ramah, sopan dan menghargai orang lain sepanjang mereka merasa

tidak terganggu kepentingannya, baik secara pribadi maupun agama dan keyakinannya.

Tipe seperti ini pun tetap akan mentolerir kesalahan-kesalahan78 yang terjadi di

sekelilingnya sepanjang tidak ada gangguan terhadap diri dan komunitasnya.

Apa yang diungkapan pihak gereja tersebut ada juga benarnya, meskipun tidak

seluruhnya benar. Dari pengamatan terhadap jamaah masjid dan umat Islam pada

umumnya di wilayah itu, diketahui bahwa mereka memang tidak mengetahui banyak

75Pdt. David Agus Setiawan, Pendeta GPdI Bukit Zaitun Kendari, Wawancara, di Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

76Dapat dilihat pada Kamus Bebas online di http://www.thefreedictionary.com/low+profile77Lihat Wikipedia, The Free Ensiklopedia pada https://en.wikipedia.org. Diakses tanggal 3 Juni

2016.78Sebenarnya mengizinkan masjid dan gereja dibangun berdempetan menyalahi peraturan

pemerintah sendiri terkait perlunya pembangunan rumah ibadah itu mempertimbangkan komposisijumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa. LihatPasal 13 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menterri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun2006/Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerahdalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, danPendirian Rumah Ibadat.

Page 117: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

111

tentang gereja, aktivitasnya orang-orangnya, termasuk siapa yang tinggal dalam gereja

itu.

c. Nonmuslim dari Etnis Setempat

Beberapa pemeluk agama kristen termasuk protestan yang ada di Kendari telah

banyak dari kalangan etnis setempat (suku Tolaki).79 Adanya kesamaan etnis, bahasa,

adat-istiadat, dan simbol-simbol etnis lainnya secara emosional merupakan faktor yang

mempengaruhi manusia dalam melakukan interaksi sosial, termasuk adaptasi di tengah

masyarakat. Bahkan sejatinya kebudayaan ini dapat digunakan oleh manusia untuk

melakukan penyesuaian-penyesuaian diri di tengah masyarakat.80

Sehingga ketika terjadi masalah antara muslim dengan kristen, faktor

kekeluargaan dan kesamaan etnis menjadi perekat yang dapat mereduksi emosi,

sekaligus penghalang bagi terjadinya konflik.

Kondisi masyarakat yang seperti ini meskipun dianggap mendukung

terpeliharanya suasana baik dalam hubungannya antara dua pemeluk agama, tetapi

sesungguhnya masih tergolong rawan jika hanya dibiarkan terus-menerus berjalan

secara alami. Apalagi kondisi perpolitikan di negeri ini yang mengandalkan pada

dukungan massa tanpa melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Untuk

kepentingan memperoleh suara misalnya, pelaku politik biasanya menghalalkan segala

cara untuk mendapatkan suara dari masyarakat, termasuk dengan melakukan money

politic.

Kerawanannya terletak pada faktor yang melandasi hubungan baik, yakni lebih

banyak bersifat emosional, dibandingkan rasional. Hubungan baik yang lebih banyak

didominasi oleh faktor emosional cenderung berubah-ubah tegantung kondisi

emosional. Sedangkan emosi seseorang dalam kaitannya dengan keberadaan orang atau

komunitas lain dapat dipicu perubahannya oleh faktor eksternal.81 Maka kondisi

79Makmur, S.Sos.,M.Pd., Sekretaris Kecamatan Kendari Barat, Wawancara, di Kendari Barat,pada tanggal 13 Juli 2016.

80Selengkanpnya dalam Kurnia Novianti, “Kebudayaan, Perubahan Sosial dan Agama dalamPerspektif Antropologi”, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Multirelgius (Vol. 12, No. 2, Mei-Agustus2013), h. 11.

81Emosi seseorang terhadap keberadaan orang atau pihak lain yang berbeda dengan diri ataukelompoknya termasuk dalam kategori naluri mempertahankan diri (garizat al-baqa’). Naluri manusiaakan bangkit ditentukan oleh faktor pemicu dari luar, bukan dari dalam. Naluri itu akan bangkit jikaterdapat faktor luar yang memancing dan memicunya.

Page 118: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

112

masyarakat yang tergolong tipe ini harus benar-benar dijaga agar tidak dimasuki oleh

orang atau pihak yang tidak bertanggung jawab (provokator) yang akan merusak

hubungan kedua pemilik rumah ibadah. Jika hal ini dapat dijaga, maka hubungan akan

tetap bisa dipertahankan, meskipun tidak tejadi interaksi yang intens.

Namun, jika kehadiran orang atau pihak yang tidak bertanggung jawab sulit

dihindari, maka cara terbaik untuk memelihara hubungan baik tersebut adalah dengan

jalan menjalin komunikasi yang tulus. Pihak jamaah masjid mesti memberikan

informasi secara honesty (secara jujur) tentang masjid, aktivitas masjid, pokok-pokok

atau prinsip-prinsip pengelolaan masjid yang tidak bisa disesuaikan dan aktivitas

masjid yang tidak boleh diganggu. Termasuk aktivitas masjid yang memungkinkan bisa

dilakukan penyesuaian, baik waktu maupun teknis pelaksanaannya. Begitu juga pihak

gereja mesti menyampaikan kepada pihak masjid jika ada aktivitas gereja yang

diperkirakan akan mengganggu pelaksanaan kegiatan masjid.

Perlu disadari, bahwa hubungan yang ”hangat” antara pengurus gereja dengan

beberapa pengurus dan jamaah masjid masih sebatas saling menjaga agar tidak terjadi

gesekan atau miskomunikasi saja. Belum sampai pada taraf untuk menjalin kedekatan

sehingga terjadi kerja sama. Hal ini mudah saja dipahami karena sedekat bagaimanapun

hubungan seseorang atau kelompok orang dengan pihak lain selama terdapat norma

atau aturan apalagi keyakinan yang berbeda, tidak akan mungkin bisa melebihi dari

saling menjaga dan saling menghormati atau berlapang dada terhadap apa yang tidak

sesuai dengan norma aturan atau keyakinan yang diperpeganginya. Karena pada

dasarnya, setiap kelompok, etnis, aturan dan keyakinan berbeda itu normalnya

cenderung mempertahankan apa yang dianggap baik dan benar. Sementara setiap

kelompok masyarakat memiliki norma, aturan dan keyakinan yang belum tentu bisa

diterima oleh kelompok lain. Jika demikian, maka semakin majemuk suatu masyarakat,

maka semakin sulit terjadinya sosialisasi.82

Tampaknya kondisi demografis inilah yang lebih dominan yang menyebabkan

hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja tetap bisa terpelihara. Bahkan

bisa jadi kondisi seperti inilah yang juga terjadi di berbagai daerah sehingga umat Islam

bisa hidup berdampingan dengan kristen dalam satu lingkungan, meskipun secara

82Darmansyah M, “Pemuda dan Sosialisasi, dalam Darmansyah M, dkk., Ilmu Sosial Dasar(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 88.

Page 119: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

113

regulasi terkadang cenderung pendirian rumah ibadah di daerah mayoritas muslim

merugikan umat Islam.

4. Analisis Sikap Jamaah Masjid terhadap Masjid dan Gereja Berdempetan

Keberadaan Masjid Da’wah Wanita yang berdempetan dengan GPdI Bukit

Zaitun Kendari sepertinya bukan merupakan hal yang istimewa bagi masyarakat

sekitar. Justru yang menganggapnya sebagai suatu yang istimewa adalah orang dari

luar, baik dari luar daerah maupun dari luar negeri. Begitu juga bagi pengurus masjid

menganggap sebagai suatu yang wajar saja terjadi. Keberadaan masjid dan gereja

berdempetan sebagai sesuatu yang biasa, yang tidak perlu dipersoalkan apakah suatu

yang kebetulan atau sesuatu yang mempunyai maksud tertentu.

Namun, bagi sebagian pengurus masjid yang ditemui berpendapat lain.

Meskipun mereka memandang bahwa pendapatnya merupakan pendapat pribadi yang

tentunya bersifat subjektif dan belum tentu benar, tetapi hal itu patut untuk dicermati

karena asumsi mereka bukan tanpa dasar sama sekali. Sebagian dari mereka menilai

bahwa pembangunan kedua rumah ibadah yang berdempetan sepertinya bukan hal yang

kebetulan terjadi. Apalagi dengan memperhatikan adanya beberapa masjid dan gereja di

Kendari, khususnya di Kendari Barat yang dibangun berdekatan. Sebagian pengurus

masjid membenarkan bahwa terdapat maksud tertentu yang melatarbelakangi

pembangunan masjid dan gereja berdampingan, sebagaimana juga kondisi masjid dan

gereja di tempat lain.83

Penilaian mereka tentu tidak boleh diabaikan begitu saja. Sebagaimana

diketahui bahwa Islam dan kristen adalah agama yang mewajibkan umatnya untuk

mengajak orang lain kepada agamanya. Inilah ciri agama dakwah. Sehingga adanya

masjid dan gereja di suatu daerah adalah bagian dari upaya dakwah. Selain itu,

keberadaan rumah ibadah di tengah-tengah umatnya sesungguhnya merupakan simbol

eksistensi yang juga berfungsi untuk membentengi umatnya agar mereka tetap kuat

dalam menjalankan agamanya, sekaligus menjadi perisai dari adanya upaya pihak lain

untuk mengeluarkan mereka dari agamanya.

83Makmur Dg. Kulle, B.Sc., Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 27 Mei 2016; Drs. Marzuki, MA, Mantan Pengurus Remaja MasjidDa’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal 24 Mei 2016.

Page 120: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

114

Bagi umat Islam, kehadiran masjid di tengah-tengah umat, selain merupakan

kebutuhan untuk aktivitas ibadah, juga sebagai pusat aktivitas dakwah. Karena itu,

adalah hal yang cukup beralasan jika umat Islam bereaksi terhadap kehadiran gereja di

tengah-tengah mereka sementara mereka adalah penduduk mayoritas di tempat itu. Jika

gereja bisa dianggap wajar untuk berdiri di sekitar rumah mereka padahal penganut

agama kristen sangat sedikit, maka tentu dianggap lebih wajar lagi jika masjid didirikan

di tempat itu.

Lebih jauh dari itu, wajar juga jika umat Islam secara subjektif menganggap

bahwa pendirian gereja di lingkungan yang hampir seluruhnya muslim merupakan

sebuah ”ancaman” bagi eksistensi umat Islam di tempat itu. Sebagaimana wajarnya jika

umat kristen menganggap sebuah ”ancaman” jika ada masjid yang dibangun di tengah-

tengah mayoritas umat kristiani.

Analisis ini mungkin bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang tabu untuk

dikemukakan, tetapi bagi sebuah penelitian, hal ini semestinya bukan hal yang tabu

untuk diungkap. Justru menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu lalu

menyimpannya rapat-rapat dalam ketertutupan yang dibalut subjektivitas akan

berpotensi melahirkan kecurigaan terpendam terhadap pihak lain. Pada suhu tertentu,

kecurigaan itu akan boleh jadi berkembang menjadi ketidaksukaan atau bahkan

kebencian terhadap pihak lain yang merupakan bentuk awal dari konflik nyata.

Karena itu, kesediaan sebagian jamaah masjid untuk mengungkap hal yang

sensitif seperti ini hemat penulis justru merupakan suatu hal yang positif dan

menunjukkan adanya kemajuan yang dicapai oleh seeseorang atau pemeluk agama

karena berani mengemukakan pandangannya secara tulus. Begitu juga mengungkapnya

dalam tulisan ini tentu bukan dengan maksud untuk mengeruhkan suasana

keberagamaan kedua belah pihak, tetapi justru agar masing-masing penganut agama

bisa saling memahami eksistensi masing-masing pemeluk agama. Apalagi Islam dan

kristen yang secara teologis memiliki misi untuk mengajak orang lain ke dalam agama

mereka.

Islam sejak awal diwahyukan telah mewajibkan setiap umatnya untuk

berdakwah mengajak nonmuslim untuk memeluk Islam sebagai agama keselamatan.

Hanya saja dalam mengajak orang lain, Islam mengharamkan cara paksaan maupun

iming-iming yang jauh dari sikap rasional. Dalam salah satu ayat al-Qur’an disebutkan:

Page 121: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

115

وما أنا من ال على بصیرة أنا ومن اتبعني وسبحان ا مشركین قل ھـذه سبیلي أدعو إلى اKatakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutikumengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, danaku tiada termasuk orang-orang yang musyrik (TQS. Yusuf/12: 108).

Berdasarkan beberapa hal yang dikemukakan di atas, maka nampaknya hal yang

wajar jika Masjid Da’wah Wanita segera dibangun di dekat GPdI Bukit Zaitun yang

dibangun beberapa tahun lebih dahulu.

Selain apa yang dikemukakan di atas, sebuah tinjauan yang lebih luas

dikemukakan oleh Faisal Makmur yang diiyakan oleh beberapa rekannya sesama

pengurus remaja masjid ketika diwawancarai. Pemuda yang setiap hari membimbing

remaja untuk belajar Islam di masjid ini mengemukakan, bahwa pembangunan masjid

di samping gereja mungkin memiliki tujuan tertentu. Ia menduga bahwa pembangunan

masjid di dekat gereja itu memiliki maksud, baik secara sosial maupun politik. Secara

sosial, dengan adanya dua rumah ibadah yang berdekatan dapat mendekatkan hubungan

antara kedua agama, dimana Islam merupakan agama terbanyak jumlah penganutnya di

wilayah ini dibandingkan dengan agama lain. Penganut Islam adalah yang mayoritas di

Kota Kendari. Adapun secara politik, keberadaan masjid dengan gereja yang

berdekatan ini diduga merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan kepada daerah

lain maupun dunia bahwa keragaman agama di Indonesia bukan merupakan halangan

untuk mewujudkan hidup berdampingan dalam kebhinekaan.84

Terlepas benar atau tidaknya dugaan yang dikemukakan oleh Remaja Masjid di

atas, terbukti bahwa masjid dan gereja bisa dibangun dengan pondasi dan atap saling

bertemu, akitivitas ibadah di dalamnya juga berjalan berpuluh-puluh tahun tetap tidak

terdapat masalah berarti. Bahkan kedua rumah ibadah itu tetap berdiri gagah seolah

keduanya sedang bergandengan tangan berdiri menyambut setiap tamu-tamunya yang

selalu berdatangan untuk beribadah di dalamnya. Para pemeluk kedua agama yang

berbeda ini pun terbukti bisa hidup rukun, damai karena saling menghormati, meskipun

memang agak jarang terjadi interaksi.

Apa yang dikemukakan oleh Faisal Makmur bersama rekan-rekannya di atas

mungkin ada benarnya. Sebagai anka-anak muda yang aktif mengkaji Islam, tentu

84Faisal Makmur, Ketua Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari padatanggal 8 April 2016.

Page 122: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

116

mereka bisa lebih peka terhadap fenomena ini. Meskipun mereka mengakui tidak tahu

persis perkembangan keberadaan rumah ibadah ini sejak awal, tetapi apa yang

diungkapkannya patut diapresiasi karena mungkin ungkapan itu keluar dari benaknya

dengan pengamatan dan pengalamannya selama aktif memakmurkan Masjid Da’wah

Wanita. Apalagi jika diamati, keberadaan rumah ibadah umat Islam dan kristen di

Kendari, khususnya di Kecamatan Kendari Barat terbilang banyak, yakni 48 masjid dan

mushalla dan sebanyak 7 gereja. Di antara 7 gereja itu terdapat 5 di antaranya yang

berdekatan, yaitu: Masjid Akbar dengan Gereja Imanuel di Kelurahan Benu-benua,

Masjid al-Muqarrabun dengan Gereja Yesus Gembala di jalan Saranani Kelurahan

Kemaraya, Masjid At-Taqwa dengan Gereja Santaana dan Gereja Kebangunan Kalam

Allah (GKKA) di Kelurahan Sodoha, dan Masjid Da’wah Wanita dengan GPdI Bukit

Zaitun sendiri.

Selain itu, masjid dan gereja di Kecamatan Kendari Barat yang berdekatan,

masih terdapat di wilayah kecamatan lain, yakni: Masjid Raya Kota Lama dengan

Gereja GPIB Sumber Kasih di Kota Lama, Masjid Tanwirul Qulub dengan Gereja

Katolik Santo Clemens dan Masjid Raya al-Kautsar dengan Gereja Ora Et Labora di

Kecamatan Mandonga. Melihat letak dan banyaknya masjid yang berdekatan dengan

gereja di Kota ini, rasanya sulit diterima jika semuanya terjadi secara kebetulan tanpa

ada unsur kesengajaan.

Berbeda dengan hasil cermatan pengurus remaja masjid, menurut pengurus

Masjid Da’wah Wanita Kendari, pemilihan lokasi untuk membangun masjid persis di

dekat gereja murni karena tuntutan ketersediaan lokasi, tidak terdapat niat atau tujuan

lain selain itu.85

Sebagaimana diketahui bahwa sekitar tahun 1960 sampai tahun 1970-an,

wilayah Kendari yang terbilang kota adalah di sekitar tempat lokasi masjid itu, yakni

kota lama yang terdapat pelabuhan di pesisir pantai Teluk Kendari sampai di jalan

Muh. Hatta di sekitar kantor BNI Cabang Kendari atau kantor Polres Kendari yang

sekarang merupakan wilayah Kecamatan Kendari dan Kendari Barat. Artinya tidak ada

lokasi lain yang memungkinkan pembangunan masjid yang strategis yang letaknya

mudah dijangkau oleh warga sekitar selain di tempat itu. Selain pertimbangan itu,

85M. Yusuf Latif, SE., Sekretaris Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 28 April 2016; Drs. Marzuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wahWanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016;

Page 123: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

117

lokasi yang ditempati masjid sekarang adalah pernah berstatus tanah sengketa sehingga

kurang aman sekiranya ditempati meskipun oleh pihak yang memenangkan sengketa

tanah tersebut, sehingga jalan yang paling aman adalah diwakafkan untuk

pembangunan masjid.

Tentu tidak menjadi urgen untuk mempertentangkan mana yang benar dan mana

yang salah antara kedua pandangan di atas, karena yang dikemukakan adalah persepsi

masing-masing. Namun, patut dikemukakan di sini adalah apa yang dikemukakan oleh

pihak gereja. Pdt. Agus mengemukakan bahwa pembangunan masjid di samping gereja

yang juga diprakarsai oleh pihak pemerintah daerah sebagaimana juga gereja.

Tujuannya adalah dalam rangka merekat jalinan di tengah keragaman agama warga

masyarakat di Kendari.86

Dari penuturan ini sesungguhnya tersirat makna bahwa keberadaan gereja –yang

lebih dahulu dibangun dari pada masjid, tidak sepenuhnya direstui oleh umat Islam di

sekitarnya. Sehingga untuk meredakan sedikit tensi emosional warga yang kurang

menerima itu, mereka setuju dan menganggap perlu dibangun masjid di wilayah itu

yang kebetulan lokasi yang tersedia adalah di samping gereja itu.

Jadi, pembangunan masjid berdempetan dengan gereja lebih menonjol sebagai

inisiatif dan prakarsa pemerintah dibandingkan dengan inisiatif warga setempat.

Sangat mudah dipahami bahwa pemerintah menaruh kepentingan besar terhadap

kerukunan umat beragama di wilayahnya. Sehingga keberadaan masjid dan gereja

berdempetan ini dianggap dan tentu diharapkan dapat semakin memperindah harmoni

yang sudah ada di daerah ini.

Asumsi dan harapan ini tentu cukup ideal, tetapi asumsi tetaplah asumsi, yang

belum tentu betul seperti yang diasumsikan. Faktanya, bahwa pembangunan gereja di

sekitar lokasi dimana hampir seluruhnya warga beragama Islam secara subjektif

keyakinan kurang diterima oleh umat Islam di wilayah tersebut.

Bahkan sebagian pengurus masjid yang ditemui berpendapat tegas bahwa

menurut pemahamannya bahwa keberadaan gereja di samping masjid tidak dibenarkan

86Pdt. David Agus Setiawan, Pendeta GPdI Bukit Zaitun Kendari, Wawancara, di Kendari,tanggal 21 Mei 2016. Diketahui bahwa Kendari adalah satu kota yang dihuni oleh warga masyarakatyang cukup beragam dari segi etnis dan agama. Warga yang mendiami Kota Kendari terdiri daribeberapa etnis, yakni: Bugis (etnis dengan jumlah terbesar), Makassar, Tolaki, Jawa, Muna, Buton,Batak, dan Bali. Sedangkan agama, terdapat 4 agama yang dianut oleh masyarakat, yakni: Islam (jumlahpenganut terbesar), Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Lihat Kota Kendari dalam Angka 2015, h. 62.

Page 124: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

118

dalam Islam.87 Mereka menambahkan bahwa sekiranya masjid yang duluan dibangun di

tempat itu, maka tidak mungkin gereja diizinkan dibangun didekatnya. Karena memang

Islam menghormati pemeluk agama lain, tetapi tidak membenarkan pembangunan

rumah ibadah gama selain Islam apalagi di tengah perumahaan yang hampir semuanya

muslim.

Sebagian lagi misalnya mengatakan tidak boleh ada gereja berdekatan dengan

masjid tanpa menyebutkan alasannya.88 Sebagian pengurus masjid dengan hati-hati

mengatakan tidak boleh.89 Ada lagi yang meragukan apakah boleh atau tidak, tetapi

lebih cenderung mengatakan bahwa keberadaan gereja di samping masjid tidak bagus

karena akan terjadi saling ganggu ketika masing-masing menjalankan ibadah.90

Pendapat yang lebih akomodatif lagi dikemukakan oleh remaja masjid dengan

mengatakan bahwa Indonesia ini berdasarkan Pancasila, sehingga semua agama boleh

mendirikan rumah ibadahnya. Jadi, meskipun dalam Islam tidak boleh masjid dan

gereja berdekatan, tetapi karena pemerintah mengizinkan, maka diterima saja.91

Ada juga sebagian kecil jamaah masjid yang mengatakan agak ragu mengenai

keberadaan masjid dan gereja berdempetan, tetapi ketika dimintai kembali

pendapatnya, mereka mengatakan tidak apa-apa kalau masjid dan gereja berdempetan.

Akan tetapi, pendapatnya dikemukakan tanpa didasarkan pada satu argumen apapun,

baik dari segi rasional maupun argumen dari dalil-dalil agama yang mereka pahami.92

87Sebagian jamaah yang dapat disebutkan di sini secara tegas menyatakan demikian adalah:Sukarman, Ketua Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal 21Juli 2016; Rustam, Pedagang Makanan Jadi/Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, diKendari pada tanggal 10 Agustus 2016; Abdullah, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara,di Kendari pada tanggal 17 Agustus 2016.

88Umi, Pengusaha Bengkel Motor/Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, diKendari pada tanggal 10 Agustus 2016.

89Hasmira, Anggota Majlis Ta’lim Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendaripada tanggal 20 Agustus 2016; Fatma, Anggota Majlis Ta’lim Masjid Da’wah Wanita Kendari,Wawancara, di Kendari pada tanggal 20 Agustus 2016.

90M. Arief Tangke, BA., Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari padatanggal 10 Agustus 2016.

91Dedi, Anggota Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari, pada tanggal20 Agustus 2016.

92Anton, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari, pada tanggal 17Agustus 2016.

Page 125: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

119

Atau mereka hanya beralasan yang penting tidak saling mengganggu.93 Atau sebagian

jamaah masjid lain mengatakan tidak tau.94

Dari semua semua pengurus dan jamaah masjid yang ditemui, secara umum

mengakui bahwa tidak setuju atau kurang setuju masjid dibangun berdempetan dengan

gereja. Mereka juga umumnya memahami bahwa dalam Islam sebenarnya tidak

dibenarkan terjadi dua tempat ibadah agama yang berbeda dibangun berdekatan apalagi

berdempetan.

Meskipun jamaah masjid tidak menerima keberadaan gereja di samping masjid,

tetapi mereka semuanya mengaku pasrah (menerima) dengan alasan ”apa boleh buat,

sudah terlanjur terjadi, dan tidak mungkin dibongkar”. Mereka pun tidak melakukan

penolakan secara terbuka. Hal itu karena banyak pertimbangan, di antaranya jika

mereka mengajukan protes akan menjadi pemicu kekeruhan hubungan umat Islam

dengan pemerintah dan dengan jemaat gereja. Mereka yang berani mempersoalkan

keberadaan gereja di samping masjid bisa saja dicap tidak toleran atau bahkan dituduh

radikal. Sebuah julukan yang sangat tidak baik bagi masyarakat dewasa ini. Karena itu

mereka lebih memilih posisi aman dengan mendiamkan atau menyimpan unek-uneknya

dalam hati.

Kesediaan warga muslim untuk legowo menerima kehadiran gereja yang

sesungguhnya tidak mereka senangi –karena kepatuhan mereka kepada pemerintah,

seharusnya dipandang sebagai suatu sikap positif yang patut dihargai. Mereka telah

melakukan pengorbanan dengan mempertimbangkan perasaan pemerintah daerah. Hal

ini melebihi apa yang dilakukan oleh pemerintah yang kurang mempertimbangkan

perasaan umat Islam yang ada di lokasi tersebut.

Secara jujur diakui oleh jamaah masjid bahwa meskipun mereka mengakui

bahwa pembangunan masjid di sisi gereja tidak seharusnya terjadi. Lebih tidak boleh

lagi, pembangunan gereja di lingkungan yang hampir seluruhnya muslim justru

seharusnya lebih tidak boleh lagi terjadi. Meskipun secara subjektif jamaah kurang

menerima keberadaan gereja di lingkungan mereka, tetapi ketika ditanya apa yang

93Mulwi, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari, pada tanggal 20Agustus 2016; Hj. Hatma, Anggota Majlis Taklim Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, diKendari, pada tanggal 20 Agustus 2016.

94Murni, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari, pada tanggal 18September 2016.

Page 126: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

120

seharusnya dilakukan. Mereka menjawab mau diapa lagi, semua sudah terjadi. Tidak

mungkin rumah ibadah mau dibongkar, karena akan lebih berakibat tidak baik lagi.

Maka yang harus dilakukan adalah menjaga agar tetap bisa saling menghormati.95

Lebih dari itu, sebagian jamaah masjid mengungkapkan kekecewaannya

terhadap keterlanjuran ini. Mereka menyesalkan kebijakan pemerintah yang

mengizinkan pembangunan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun di kelurahan Dapu-dapura

–termasuk gereja-gereja lain yang berdekatan dengan masjid di Kendari. Mereka

mengungkapkan bahwa sebenarnya pemerintah telah menyalahi ketentuan yang

mengatur tata cara dan ketentuan mendirikan rumah ibadah.96

Ketentuan dimaksud adalah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006. Dalam Peraturan Bersama Menteri

(PBM) tersebut tercantum ketentuan pendirian rumah ibadah sebagai berikut:

Pasal 13 ayat (1):Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguhberdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yangbersangkutan di wilayah kelurahan/desa.

Pasal 13 ayat (2):Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengantetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman danketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.

Pasal 13 ayat (3):Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayahkelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangankomposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan ataukabupaten/kota atau provinsi.

Pasal 14 Ayat (2):Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirianrumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi: a. daftar nama danKartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh)orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); b. dukungan masyarakatsetempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepaladesa.

95Sariono A. Tanjing, S.Ag., Ketua Seksi Dakwah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara,di Kendari pada tanggal 10 Agustus 2016.

96Abdullah, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal 17Agustus 2016.

Page 127: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

121

Pasal 14 Ayat (3):Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhisedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajibanmemfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.97

Berdasarkan beberapa keterangan menyebutkan bahwa di awal berdirinya GPdI

Bukit Zaitun, jumlah jemaat gereja tersebut hanya beberapa orang saja, belum

mencapai jumlah yang dipersyaratkan oleh ketentuan dalam Peraturan Bersama Menteri

tersebut di atas.98 Namun, untuk alasan kepentingan pembinaan umat, maka kegiatan

ibadat dilakukan di rumah tempat pendeta berdomisili yang akhirnya dijadikan lokasi

pembangunan gereja.

Jika pun dengan alasan untuk kepentingan pembinaan umat, sebenarnya

pemerintah daerah dapat saja menyiapkan lahan untuk pembangunan gereja di tempat

lain yang bukan merupakan kantong-kantong warga muslim. Atau bisa juga dipilih

lokasi yang masih sepi penduduknya pada waktu itu, bukan justru menunjukkan lahan

yang berada di tengah-tengah pemukiman padat kaum muslimin. Inilah kebijakan

pemerintah yang disayangkan oleh sebagain jamaah.

Perlu juga diingat bahwa pembangunan gereja yang banyak jumlah di Kota

Kendari terjadi pada masa kepemimpinan Gubernur Edi Sabara yang kebetulan

isterinya beragama kristen.99 Dengan keberadaannya sebagai istri gubernur Sulawesi

Tenggara, maka akan lebih mudah untuk mendapatkan izin bagi pendirian gereja di

daerah ini.

Mungkin bukan satu-satunya bahwa adanya rumah ibadah yang berdempetan

termasuk rumah ibadah di tempat lain yang juga berdekatan di Kota Kendari, telah

membuat umat Islam menganggap biasa atau terbiasa hidup bersama dengan warga

yang berbeda agama dengan mereka. Dengan kebiasaan hidup berdampingan tersebut

97Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9/Nomor 8 Tahun2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam PemeliharaanKerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian RumahIbadat, Pasal 14 ayat 2 dan 3.

98Pdt. David Agus Setiawan, Pendeta GPdI Bukit Zaitun Kendari, Wawancara, di Kendari,tanggal 21 Mei 2016.

99H. Tamangking, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal3 Juni 2016. Informasi bahwa istri mantan Gubernur Edi Sabara beragama Kristen diklarifikasi olehpengurus masjid yang mengaku memiliki kedekatan hubungan dengannya. M. Arief A. Tangke,Penasihat Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal 14 Agustus2016.

Page 128: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

122

telah memberikan citra positif tersendiri dalam kehidupan, bahwa umat beragama di

Kendari berjalan harmonis.

Adapun adanya beberapa insiden, seperti yang terjadi antara jamaah Masjid

Da’wah Wanita dengan jemaat GPdI Bukit Zaitun Kendari, yang sedikit banyaknya

melukai perasaan beragama, tidak sampai menyebabkan terjadinya konflik yang serius

antara umat Islam dengan umat kristisni. Apalagi sampai melibatkan sentimen agama

secara meluas di tengah komunitas beragama.

Jika saja di tempat lain, terjadi konflik antara umat Islam dengan kristen sampai

berakhir dengan destruktif, seperti pembakaran gereja atau pembakaran masjid. Hal

serupa nampaknya sulit terjadi di tempat ini. Karena jika salah satu tempat ibadah

dibakar, maka tentu tempat ibadah yang satunya juga akan turut terbakar. Oleh karena

itu, bagi sebagian kalangan, gereja dan masjid yang berdempetan dianggap sebagai

salah satu berkah tersendiri.

Namun, upaya merajut harmoni melalui adanya rumah ibadah yang dibangun

berdekatan, tidak dapat dijadikan jaminan terhadap keberlangsungan harmoni

kehidupan beragama yang sesungguhnya. Hal itu, karena penempatan rumah ibadah

yang berdekatan hanya bersifat simbolik dan emosional belaka. Sejatinya belum

menyentuh persoalan mendasar untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara

dua agama yang berbeda.

Terdapat temuan yang menyebutkan bahwa harmoni kehidupan di tengah

masyarakat plural akan tercipta jika terdapat kesadaran dan kerja sama antara kedua

belah pihak.100 Masing-masing pemeluk agama mesti memiliki kesadaran mengenai

keberadaan masing-masing sebagai manusia yang memang sengaja diciptakan beragam

oleh Pencipta. Dari keragaman itu justru akan menjadi indah jika dijalin dengan dengan

penuh pengertian, saling menghormati dan kerja sama dalam beberapa aspek

kemanusiaan dan sosial, tanpa mencampuri urusan agama masing-masing.

Bagi umat Islam, ajaran tentang hidup rukun, damai dan saling menghormati

telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam yang wajib diamalkan oleh

semua umat Islam. Karena itu, pemahaman terhadap ajaran agama secara utuh dan

menyeluruh adalah hal mendasar yang mesti diupayakan untuk mewujudkan

100Anjar Tri Lutfianto dan Muhammad Turhan Yani, ”Pola Interaksi antara Umat Islam denganKristen di Desa Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, e-Journal Unesa, Kajian Moraldan Kewarganegaraan (Volume 02, Nomor 03; Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015), h.

Page 129: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

123

masyarakat yang plural agar hidup harmonis. Kesadaran itu sekaligus merupakan

jaminan untuk langgengnya keharmonisan di masa mendatang.

Untuk mendapat pemahaman dan kesadaran beragama diperlukan penanaman

yang secara terus menerus di tengah masyarakat. Kesadaran untuk mengamalkan ajaran

agama tidak cukup diharapkan datang dari individu umat beragama. Juga tidak dapat

terlaksanakan maksimal jika hanya dilakukan oleh masing-masing keluarga termasuk

pengurus masjid dan muballigh saja. Justru tugas itu merupakan tugas vital dari negara

yang mesti dijalankan oleh penguasa atau pemerintah. Ketika individu, keluarga,

pengurus masjid dan penguasa yang melakukannya secara sinergi, maka hasilnya jauh

lebih efektif ketimbang menyerahkannya menjadi tanggung jawab tokoh agama saja.

Oleh karena itu, pemerintah seharusnya terlibat aktif dalam menanamkan

pemahaman dan kesadaran agama (Islam) kepada umat agar kerukunan dan harmoni

berjalan atas dasar dorongan pengamalan ajaran agama.

Meskipun demikian, perlu juga diperhatikan bahwa penanaman ajaran agama

yang dapat menjamin kelanggengan kerukunan itu jika dilakukan secara benar, lurus

dan murni. Jika terjadi kekeliruan dalam menanamkan pemahaman ajaran agama yang

tidak sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi jika pihak penguasa yang melakukannya,

maka efek negatifnya jauh lebih besar dan merata, bahkan sulit diatasi.

Dengan memberikan izin membangun rumah ibadah yang berbeda dengan jarak

yang berdekatan justru akan mengakibatkan tumbuhnya pemahaman akan makna

toleransi dalam Islam menjadi kabur. Orang yang dangkal pemahaman Islamnya akan

menganggap bahwa Islam membolehkan adanya gereja di samping masjid. Padahal hal

itu tidak benar. Toleransi dalam Islam yang intinya menghormati dan menghargai

agama lain tidak identik dengan membolehkan membangun gereja di samping masjid.

Dalam kasus masjid yang diteliti, adalah suatu hal yang wajar jika mungkin

muncul ketidakpuasan dari jamaah masjid. Meskipun juga tidak mesti terjadi. Kalau toh

terjadi, maka tentu banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi

dampaknya di tengah masyarakat.

Salah satu cara yang sering digunakan dewasa ini adalah dengan mengusahakan

terwujudnya pemahaman inklusif dengan cara reinterpretasi ajaran-ajaran Islam terkait

dengan hubungan dengan nonmuslim. Disuguhkanlah pemahaman ajaran agama Islam

yang toleran dalam makna luas. Bahkan diduga dapat lebih efektif lagi jika umat Islam

Page 130: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

124

meningkat pemahamannya ke taraf pluralisme.101 Akan tetapi, jika hal itu terjadi, maka

mereka (umat Islam) akan cenderung mengabaikan sebagian prinsip-prinsip dalam

agamanya.

Dengan kata lain, diduga bahwa jika umat Islam semakin longgar dalam

memegang agamanya, maka kerukunan keharmonisan dan kerja sama dengan pihak

nonmuslim bisa semakin baik. Bangunan asumsi seperti ini mungkin berdiri di atas

hasil survey yang menunjukkan bahwa angka persepsi terendah tentang kerukunan,

interaksi dan kerja sama antar umat beragama terdapat pada pemeluk agama Islam.102

Seolah-olah umat Islam tidak toleran karena ajaran agamanya yang

mengajarkan agar tidak toleran. Padahal sikap umat Islam yang tidak toleran di

beberapa daerah juga bukan atas dasar pemahamannya yang baik terhadap ajaran Islam.

Sebagaimana mereka yang menunjukkan sikap toleransi yang berlebihan sampai

melewati batas ketentuan agama, juga bukan didasari atas pemahaman yang baik

terhadap ajaran Islam.

Kurangnya toleransi sebagian umat Islam terhadap nonmuslim lebih disebabkan

oleh pemahaman agama yang kaku dan tidak utuh yang menyangkut hubungan dengan

nonmuslim. Mereka hanya memahami secara sebagian dan berdiri sendiri terhadap

beberapa nash yang mengindikasikan bolehnya permusuhan terhadap nonmuslim.

Begitu juga mereka yang melampaui batas toleransi samapi pada mencampuri

atau turut dalam aktivitas keagamaan nonmuslim dengan melanggar prinsip-

prinsipajaran Islam lebih disebabkan oleh pemahaman pluralisme agama yang memang

marak dipropagandakan di tengah masyarakat.

101Dari sejarah lahirnya pluralisme di barat diketahui bahwa gagasan ini lahir sebagai responterhadap ekslusivisme Katolik yang menurut ilmuan barat akan menyulut konflik agama. Karenafanatisme agama dapat memicu konflik, maka dicetuskanlah gagasan agar masing-masing agama,terutama Katolik dan Protestan agar saling menghormati. Tujuannya mulia untuk mewujudkankerukunan antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda. Ahmad Muttakin, “Rekonstruksi GagasanPluralisme Agama, (Telaah atas Buku Pluralisme Agama, Musuh Agama-agama Karya Adian Husaini)”,Jurnal al-Adyan (Vol. IX, No. 1, Januari-Juni 2014), h. 97.

102Terbukti di beberapa daerah di Indonesia dimana umat Islam mayoritas dan terhitung kuatberpegang kepada agamanya (seperti di Jambi dan DKI Jakarta), angka persepsinya tinggi tentangkerukunan, interaksi dan kerja sama dengan pihak nonmuslim. Sebaliknya di daerah yang terdapatbanyak nonmuslim dan umat Islam tidak mengakar dalam diri kaum muslimin (seperti di Sulawesi Utara)angka persepsi itu tinggi. Selengkapnya dapat dilihat dalam Haidlor Ali Ahmad (ed.), Survey NasionalKerukunan Umat Beragama di Indonesia (Ed. 1, Cet. 1; Jakarta: Puslitbang Kehidupan KeagamaanBadan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2013), h. 57.

Page 131: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

125

Paham pluralisme sebenarnya berangkat dari penafsiran terhadap konsep

universalitas yang ada dalam Islam. Islam adalah agama yang diperuntukkan kepada

semua umat manusia sehingga Islam adalah agama universal yang kebenaran ajarannya

juga bersifat universal. Prinsip universal Islam ini dimbil dari ayat 64 surah Ali Imran

berikut:

ولا نشرك ب قل ھ شیئا ولا یا أھل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء بیننا وبینكم ألا نعبد إلا ا

فإن تولوا فقولوا اشھدوا بأنا مسل ن دون ا مون یتخذ بعضنا بعضا أربابا مKatakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kitasembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dantidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selainAllah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah" (TQS. AliImran/3: 64).

Makna kalimatun sawa’ dalam ayat di atas sebenarnya dijelaskan sendiri setelah

kalimat itu, yakni bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan

Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain

sebagai tuhan selain Allah. Artinya, kalimatun sawa’ artinya kalimat tauhid. Maka jika

semua pemeluk agama mau menerima konsep tauhid, berarti mereka telah berpegang

pada kalimat kalimatun sawa’, yakni kembali pada ajaran agamanya yang asli yang

lurus, yakni mengimani seluruh Nabi dan ajaran yang dibawa oleh para Nabi itu,

termasuk kepada Nabi Muhammad Saw.

Namun, ternyata makna kalimatun sawa’ dimaknai berbeda dengan apa yang

dikehendaki oleh ayat tersebut. Penganut relativisme dan pluralisme memaknai bahwa

pada mulanya manusia berpegang pada kebenaran tunggal dari Pencipta. Namun karena

masing-masing pihak menafsirkan kebenaran tunggal itu, maka terjadi perbedaan dalam

aplikasinya dalam kehidupan. Semakin banyak orang yang turut andil dalam memberi

penafsiran terhadap kebenaran tunggal itu, maka semakin beragam pula bentuknya

dalam kehidupan. Akan tetapi, semakin banyak terjadi pergumulan bahkan perseteruan

antara berbagai interpretasi terhadap kebenaran tunggal itu, baik yang terjadi dalam

internal pemeluk agama maupun persinggungannya dengan agama lainnya, maka

secara berangsur-angsur pada akhirnya akan kembali mengenal dan menemukan

Page 132: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

126

kebenaran asalnya sehingga semuanya nanti bertumpu pada titik temu (common

platform), yakni kebenaran tunggal (kalimatun sawa’).103

Dengan kerangka pemamahaman seperti ini, nantinya umat Islam akan lebih

bisa memahami keberadaan pemeluk agama lain sehingga lebih bisa menerima

keberadaan ajaran agama lain. Bahkan ketika terdapat ajaran agama lain yang memiliki

kesamaan dengan ajaran Islam, maka mereka bisa menganggapnya bahwa ajaran itu

sama dengan ajaran Islam. Inilah salah satu prinsip dalam keberanan universal bahwa,

agama lain juga memiliki sisi-sisi kebenaran yang dapat diambil. Dengan menanamkan

pemahaman tersebut, umat Islam akan mengadopsi nilai-nilai kesamaan universal

dengan keharusan menghilangkan klaim kebenaran mutlak terhadap agama yang

diyakini.

Pemahaman seperti ini merupakan gagasan yang bersumber dari filsafat

relativisme104 yang memiliki prinsip bahwa suatu yang dikalim sebagai kebenaran

sesungguhnya serba relatif. Karena bisa jadi benar menurut seseorang atau sekelompok

orang atau pemeluk agama, tetapi tidak bagi orang, sekelompok orang atau pemeluk

agama lain. Sehingga tidak ada nilai ang dapat dijadikan sebagai standar baku yang

dapat diberlakukan untuk semua orang dan masyarakat. Anggapan kebenaran universal

menurut mereka merupakan sebuah mitos.105

Terkait dengan agama, kaum relativis memaknai kebenaran mutlak hanya ada

pada Tuhan. Ketika Ia menurunkan ajaran kebenaran itu, sesungguhnya hanya dirinya

sedniri yang mengetahui hakikat kebenarannya itu. Sedangkan kebenaran yang diklaim

oleh manusia hanyalah penafsirannya terhadap kebenaran dari Tuhan yang belum tentu

seperti yang dimaksudkan oleh Tuhan sendiri.

Oleh karena itu, ketika manusia atau pemeluk agama mengklaim suatu

kebenaran ada pada agamanya, pada waktu yang sama mereka juga harus mengakui

103Budhy Munawar Rahman, Islam dan Pluralisme Nurcholis Madjid (Cet. 1; Jakarta:Universitas Paramadina, 2007), h. 161.

104Relativisme sebenarnya sebuah gagasan yang sudah lama diwacanakan di dunia Barat.Disebutkan bahwa sebelum penanggalan masehi, Protagoras telah menulis pernyataan bahwa manusiaadalah ukuran bagi segala-segalanya. Bahkan relativisme diartikan sebagai lawan atas absolutisme.Menurut mereka tidak ada yang namanya kebenaran absolute ang berlaku universal untuk manusia.Lebih jauh kaum relativis mengaku bahwa setiap keyakinan mengandung kebenarannya sendiri. XaveriusChandra (ed.), Menanggapi Relativisme (Ed. 1; Surabaya: Fakultas Filsafat Universitas Katolik WidyaMandala, 2012), h. 25, 48.

105Satrijo Budhiwibowo, “Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan tentang RelativismeKultural dalam Perspektif Filsafat Moral”, Premiere Educondum (Vol. 2, No. 1, 2012), h. 23.

Page 133: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

127

bahwa orang lain juga mengklaim kebenaran yang berbeda dengannya. Sehingga

kebenaran yang mutlak itu bukan pada agama yang dia yakini, bukan juga pada agama

lain yang diyakini, tetapi oleh pemeluknya, tetap hanya ada pada Tuhan.

Bahkan pada tataran pluralisme yang sempurna, seorang pemeluk agama mesti

juga mengakui kebenaran agama orang lain yang berbeda dengan agamanya. Dengan

kata lain, semua agama besar yang ada sama benarnya dan sama baiknya, meskipun

terdapat perbedaan-perbedaan secara formal.106

Kalau hal ini yang terjadi, maka bisa jadi umat Islam dan umat agama lain akan

hidup rukun tanpa konflik, bahkan mereka bisa bekerja sama, tetapi sesungguhnya

kerugian besar tentu akan menimpa umat Islam secara berkepanjangan, bukan hanya di

dunia tetapi sampai di akhirat. Kerugian itu adalah bahwa meskipun umat Islam telah

menganut agama yang benar, tetapi dirinya telah tergelincir pada kaidah berpikir yang

melenceng, yakni tercerabutnya keyakinannya bahwa hanya Islam agama yang benar

(QS. Ali Imran/3: 19).

Umat Islam meyakini bahwa kebenaran mutlak ada pada Tuhan, dan Ia telah

menurunkannya kepada manusia melalui utusan-Nya untuk dijelakan kepada manusia

agar dimengerti dan dijalankan oleh manusia sebagai sesuatu yang mutlak

kebenarannya dari Allah Swt., bahkan tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya (QS.

al-Baqarah/2: 2-3).

Kebenaran yang ada dalam Islam akan menghasilkan kebaikan jika dijalankan

secara konsisten. Termasuk ajaran Islam yang mengatur hubungannya dengan

keberadaan nonmuslim. Jika ajaran itu dilaksanakan secara benar pasti akan

menghasilkan kerukunan, keharmonisan dan ketentraman hidup baik muslim maupun

nonmuslim.

C. Sikap Jamaah Masjid Da’wah Wanita terhadap Jemaat GPdI Bukit Zaitun

1. Pemahaman Agama

Telah dibahas sebelumnya bahwa sikap seseorang terhadap agama dan pemeluk

agama lain ditentukan oleh pemahamannya terhadap keberadaan pemeluk agama lain.

Pemahaman itu bersumber dari pengetahuannya terhadap ajaran agama yang dianutnya.

106Syamsuddin Arif, “Interfaith Dialog dan Hubungan Antaragama dalam Perspektif Islam”,Jurnal Tsaqafah (Vol. 6 No. 1, April 20110), h. 151. Selanjutnya dapat dilihat dalam artikel berjudulWhat is Pluralism di http://pluralism.org/what-is-pluralism/

Page 134: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

128

Karena itu, sikap beragama seseorang, termasuk jamaah Masjid Da’wah Wanita sangat

tergantung dari pemahaman terhadap ajaran agamanya, khususnya yang mengenai

ajaran Islam yang mengatur interaksi dengan nonmuslim.

Pada umumnya umat Islam termasuk jamaah Masjid Da’wah Wanita memahami

bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap. Islam tidak hanya mengatur

bagaimana umat Islam menjalankan ibadah, tetapi juga mengatur seluruh aspek

kehidupan, termasuk di dalamnya mengatur bagaimana menjalin hubungan dengan

sesama manusia. Bahkan Islam menjadikan menjalin hubungan kepada sesama manusia

sebagai sesuatu yang penting setelah menjalin hubungan kepada Allah. Dalam al-

Qur’an ditegaskan:

ضربت علیھم الذ ن ا ن الناس وبآؤوا بغضب م وحبل م ن ا لة أین ما ثقفوا إلا بحبل م

ویقتلون الأنبیاء بغی ما ر حق ذلك ب وضربت علیھم المسكنة ذلك بأنھم كانوا یكفرون بآیات ا

كانوا یعتدون عصوا وMereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika merekaberpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, danmereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuhpara nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhakadan melampaui batas (TQS. Ali Imran/3: 112).

Secara umum jamaah masjid memahami kewajiban setiap muslim untuk

menghormati nonmuslim sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan, bukan karena

agamanya. Dari penuturan beberapa jamaah masjid yang sempat ditemui menunjukkan

bahwa pemahaman akan pentingnya menghormati pluralitas107 telah dimiliki oleh

jamaah masjid. Mereka telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa selain kita

ada pihak lain yang memiliki agama selain agama kita, yang mereka juga berhak untuk

eksis dengan agama yang dianutnya. Keasadaran jamaah masjid akan sikap yang benar

terhadap pluralitas ini terbukti dengan adanya rumah ibadah mereka bisa bertahan

selama puluhan tahun tanpa ada masalah berarti di antara mereka.

107Pluralitas yang penulis maksud di sini adalah fenomena adanya keragaman di tengahmasyarakat, baik dari seggi latar belakang etnis, suku dan agama yang ada, sebagaimana yang disebutkandalam al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allahialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi MahaMengenal” (QS. al-Hujurat/49: 13).

Page 135: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

129

Mereka juga memahami bahwa sebagai seorang muslim, meskipun meyakini

hanya Islam yang benar, tetapi tidak boleh memaksakan keyakinan atau agama kepada

orang lain apalagi kepada yang sudah beragama. Terkait dengan kewajiban

berdakwah108, yakni menyampaikan Islam kepada semua manusia, mereka secara

umum memahami, tetapi mayoritas mereka tidak pernah melakukannya terhadap

nonmuslim yang ada di sekitarnya, termasuk kepada pengurus yang tinggal dalam

lingkungan gereja.

Terkait dengan agama mereka memahami bahwa perkara akidah dan ibadah

tidak ada kompromi, tidak boleh dicampur aduk, bahkan tidak perlu didiskusikan

karena merupakan suatu yang berbeda dan tidak mungkin bisa dipertemukan.

Ungkapan yang paling sering dikemukakan adalah ”masing-masing”. Artinya tidak

boleh saling mencampuri urusan agama orang lain.

Meskipun pendirian jamaah masjid demikian, tidak berarti tertutup sama sekali

akses untuk saling membantu dalam aspek teknis agar pelaksanaan ibadah masing-

masing bisa berjalan lancar. Jamaah masjid malah di masa-masa awal selalu menerima

uluran bantuan dari pihak gereja, seperti dalam memenuhi kebutuhan air untuk

keperluan wudhu’ terutama pada hari jumat.

2. Bentuk Toleransi Jamaah Masjid terhadap Jemaat Gereja

Sikap beragama yang ditampilkan oleh jamaah masjid terhadap jemaat gereja

dan keberadaan gereja di lingkungannya cukup mudah untuk diketahui, baik dengan

memperhatikan sejarah keberadaan mereka di wilayah tersebut maupun dengan

menggali informasi dari mereka melalui wawancara.

Namun, sikap yang ditampilkan oleh jemaat gereja terhadap jamaah masjid

tampaknya agak sulit untuk dijelaskan secara detail. Hal ini disebakan –sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, jemaat gereja pada umumnya tidak tinggal bertetangga dengan

jamaah masjid, sehingga hampir tidak ada interaksi, kecuali antara beberapa pengurus

masjid dengan pendeta yang tingga dalam gereja. Karena itu, jika diamati kondisi

jamaah masjid maupun jemaat gereja ketika datang ke gereja terlihat biasa saja, tidak

108Mendakwahkan Islam merupakan kewajiban setiap muslim sebagaimana yang diperintahkanoleh Allah dalam al-Qur’an surah al-Nahl ayat 125: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu denganhikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya TuhanmuDialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebihmengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk 16: 125).

Page 136: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

130

ada hal-hal yang lebih atau istimewa. Semua berjalan secara alamiah selama bertahun-

tahun nyaris tanpa ada masalah berarti yang patut untuk ditangani.

Ketika jamaah masjid melaksanakan aktivitas ibadah sehari-hari di masjid,

terlihat begitu alamiah, aktivitas masjid lainnya pun berjalan sesuai dengan kebiasaan

masjid-masjid pada umumnya, seolah-olah tidak ada tempat ibadah agama lain di

samping masjid yang perlu untuk dipertimbangkan. Suara lantunan bacaan al-Qur’an,

shalawat dan azan yang dikumandangkan setiap waktu shalat oleh muazin pun bergema

secara wajar melalui pengeras suara yang terpancar jauh dari atas menara masjid. Suara

khatib ketika berkhutbah pada hari jumat pun dpancarkan lewat pengeras suara dalam

dan luar sehingga terdengar dari jarak jauh. Begitu juga suara muballigh yang

menyampaikan pengajian setelah shalat magrib pun dapat terdengar lewat pengeras

suara. Tidak ada kesan yang terlihat bahwa terdapat kekhawatiran jika suara-suara dari

masjid yang terpancar luas akan mengganggu penghuni dan aktivitas di gereja.

Hanya saja pihak pengurus masjid pernah mengingatkan agar suara pengajian

setelah shalat magrib tidak dipancarkan melalui pengeras suara luar yang dapat

didengar keluar masjid, tetapi cukup menggunakan pengeras suara dalam masjid.109

Akan tetapi, apa yang disampaikan oleh pengurus masjid hanya bersifat himbauan,

bukan sesuatu yang mesti dilakukan. Terbukti ketika pengajian malam Ahad dilakukan,

pengisi kajian tetap menggunakan pengeras suara luar sehingga dapat terdengar

sebagaimana suara khutbah dan azan.

Begitu juga jemaat yang datang melakukan kebaktian Minggu, tampak berjalan

secara wajar sebagaimana di gereja-gereja lain. Begitu juga warga atau jamaah masjid

yang tinggal di sekitar gereja juga tanpak biasa. Keberadaan jemaat yang ramai pada

setiap hari Minggu tidak sedikitpun menjadi perhatian mereka. Begitu juga ketika

berlangsungnya ibadah dalam gereja sampai jemaat membubarkan diri. Begitu juga

jemaat gereja yang menghadiri acara gereja tidak terlihat di antara mereka yang

menunjukkan berusaha mengamati mungkin ada teman atau koleganya dari jamaah

masjid yang terlihat atau melintas di sekitar gereja atau masjid. Semua berjalan secara

wajar dan alamiah tanpa ada sesuatu yang dapat dikategorikan ada hubungan antara

mereka dengan amaah masjid.

109Drs. Marsuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 137: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

131

Hubungan mereka berlangsung sebagaimana biasanya warga masyarakat

perkotaan yang diwarnai dengan ciri-ciri yang kurang akrab, menegur seperlunya, agak

cuek dan cenderung individualistik. Tidak ada sedikitpun tanda-tanda mereka merasa

ada warga yang berbeda prinsip hidup karena berbeda keyakinan dengan mereka.

Begitu juga seolah-olah tidak ada dalambenak mereka rasa bahwa ada rumah ibadah

yang selalu melakukan aktivitas peribadatan yang berbeda di dekat mereka.

Begitu juga, setelah ditelusuri ternyata penampakan sikap mereka itu sudah

dianggap sebagai suatu yang wajar dan berjalan sudah sekian lama. Sikap jamaah

masjid memahami bahwa kita berbeda dengan jemaat gereja, yang perbedaan itu tidak

bisa sama-sekali dipertemukan sehingga masing-masing jalan sesuai keadaan mereka

dan tidak perlu ’memperdulikan’ yang lain. Sikap yang dapat dikategorikan kepedulian

jamaah masjid terhadap jemaat gereja adalah mereka begitu berlapang hati membiarkan

aktivitas keagamaan di gereja berjalan sesuai aturannya dan tidak mengurusi urusan

gereja dan kegiatan mereka.

Sikap membiarkan inilah yang sesungguhnya merupakan poin inti dari toleransi

sebagaimana pengertian dasarnya, yakni membiarkan, menghormati dan menjauhi

sikap-sikap kekerasan, paksaan, intimidasi dan semisalnya.110

Sikap toleran jamaah masjid terhadap keberadaan pemeluk Kristen protestan termasuk

gereja di lingkungan mereka sepertinya masih mengkonfirmasi temuan penelitian tentang sikap

agama tokoh agama Islam di Kendari yang dilakukan oleh La Malik Idris pada tahun 2007.

Namun, sikap toleran yang terlihat dari jamaah masjid pada umumnya tidak dapat

dikatakan persis seperti yang dikemukakan dalam penelitian tersebut sebagai suatu

pemahaman yang berdiri di atas pemahaman yang didasarkan oleh rasa saling hormat

dan menghargai.111

Sikap toleran jamaah masjid dapat dikatakan cenderung bersifat pasif dan

tertutup. Artinya, mereka bersikap membiarkan keberadaan jemaat dan gereja di sekitar

mereka, tetapi sesungguhnya penerimaan mereka terhadap keberadaan gereja dan

jemaat kristen di sekitar mereka lebih disebabkan karena sudah demikian adanya dan

tidak mungkin dicegah apalagi ditolak karena telah diizinkan oleh penguasa.

110HM. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan (Cet. 1; Jakarta:Bulan Bintang, 1988), h. 13.

111La Malik Idris, “Dakwah dan Harmoni Sosial”, al-Izzah, Jurnal Penelitian STAIN Kendari(Vol. 1, No. 2, Desember 2007), h. 115.

Page 138: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

132

Karena itu, mereka tetap menghormati dan berlapang dada terhadap keberadaan

umat lain dan pelaksanaan ibadah agama lain di sekitar mereka, tetapi mereka

menganggap tidak perlu untuk menjalin komunikasi lebih jauh, apalagi untuk

mendiskusikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah agama dan

keyakinan. Kalaupun terjadi komunikasi, pada umumnya secara kebetulan. Komunikasi

seperti ini pun tidak membekas karena hanya bersifat sepintas.

Toleransi pasif tertutup ini sebenarnya kurang bagus karena berpeluang terjadi

gesekan jika terdapat pemicu dari luar. Namun, selama ini tidak terdapat kendala berarti

di lokasi penelitian karena jemaat gereja tidak tinggal menetap di sekitar jamaah

masjid.

Agak sedikit berbeda dengan para jamaah pada umumnya yang cenderung pasif

dan tertutup sebagaimana disebutkan di atas, justru pengurus masjid menampakkan

sikap yang agak terbuka. Pada dasarnya pengurus masjid bersifat toleran secara pasif,

tetapi dalam hal-hal tertentu mereka bersifat terbuka. Maksudnya, mereka tetap

membiarkan, menghormati, bahkan tidak mau tau urusan gereja dan jemaatnya, tetapi

terbuka untuk berdialog jika ada masalah yang perlu dibicarakan. Bahkan dalam hal

yang dapat mengganggu ketenangan pelaksanaan ibadah di masjid, pengurus bersifat

aktif untuk mengkomunikasikannya dengan pihak gereja.

Indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran sikap keterbukaan pengurus

masjid adalah beberapa bentuk aktivitas yang menunjukkan kesediaan mereka

melibatkan pihak gereja dalam perwujudannya, yakni: kesediaan berbagi dengan pihak

gereja, kesediaan berkomunikasi, dan kesediaan bekerja sama.

a. Kesediaan Berbagi

Kesediaan berbagi adalah sebuah sikap yang dapat menerima dan dapat

memberi dengan pihak lain di luar dirinya atau di luar pihaknya. Kesediaan berbagi

yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah bentuk keterbukaan hati untuk menerima

pemberian orang lain, dalam bentuk materi seperti uang, benda-benda, peralatan atau

bahan-bahan material lain yang diperlukan dalam kehidupan.

Keterbukaan jamaah masjid untuk berbagi terlihat ketika di awal penggunaan

masjid untuk pelaksanaan ibadah jumat. Waktu itu, pihak masjid belum dapat

menyediakan air yang mencukupi untuk keperluan wudhu’ para jamaah pada hari

jumat. Maka jika jamaah kekurangan air untuk wudhu, maka pihak gereja bersedia

Page 139: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

133

mengalirkan air dari sumurnya untuk digunakan oleh jamaah yang akan menuaikan

sahalat jumat di masjid.112 Ini adalah bukti sederhana kesediaan pihak jamaah masjid

untuk menerima kehadiran bantuan dari pihak gereja. Sekaligus merupakan bukti

kesediaan pihak gereja untuk memberi kepada pihak masjid.

Lebih dari itu, pengurus masjid juga bersedia menerima sumbangan yang

tergolong besar dari pihak gereja. Pada tahun 1995, pengurus masjid menerima

sumbangan seekor sapi dari pihak gereja untuk dijadikan sebagai hewan qurban atas

nama jamaah masjid.113 Setelah diqurbankan, dagingnya dibagikan kepada jamaah

masjid.

Sumbangan berupa sapi kepada jamaah masjid berawal dari ungkapan

kepedulian untuk memeliharan hubungan baik dari pihak gereja dengan jamaah masjid.

Pdt. Agus menuturkan bahwa pada waktu itu adalah tahun 1995 musim hujan, terdapat

ujung atap gereja yang ketika hujan airnya menetes dan mengenai lantai masjid, bahkan

sampai membasahi karpet masjid. Kondisi itu sempat dibiarkan oleh jamaah masjid

selama satu minggu tanpa ada seorang pun yang berusaha memberitahu pihak gereja.

Mungkin dengan maksud agar pihak gereja mengetahui sendiri keadaan itu lalu

memperbaiki ujung atap gerejanya. Namun, karena musim hujan berlanjut, dan setiap

hujan karpet masjid selalu basah, maka salah seorang jamaah dengan ringan setengah

bercanda menyampaikan kepada pihak gereja bahwa sudah satu minggu karpet masjid

basah karena percikan air dari atap gereja. Tanpa menunggu waktu, segera Pdt. John

San Lumangkun (mertua Pdt. Agus) memerintahkan untuk membetulkan atap gereja

dimaksud. Beberapa waktu setelah itu kebetulan umat Islam memasuki hari raya

Qurban. Mungkin dengan maksud untuk mengobati sedikit kekecewaan jamaah masjid

atas keteledoran pihak gereja, maka pihak gereja berinisiatif untuk smenyumbangkan

seekor sapi kepada jamaah masjid yang kemudian hewan tersebut dijadikan sebagai

hewan qurban.114

112Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

113Drs. Marsuki, Ketua I Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020,Wawancara, di Kendari pada tanggal 18 Mei 2016.

114Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

Page 140: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

134

Itulah sumbangan pertama yang diberikan atas nama gereja kepada jamaah

masjid Da’wah Wanita Kendari. Sejak saat itu, hubungan antara pengurus masjid

dengan pengurus gereja terjalin dengan baik.

Selain itu, pernah juga pengurus masjid menerima sumbangan dari pihak gereja

berupa uang tunai yang kemudian sumbangan itu ditambahkan untuk pembangunan

menara masjid.115 Sebenarnya sumbangan itu adalah bantuan dari Pemda untuk gereja

sebesar Rp 4.000.000 (empat juta rupiah). Awalnya, Pa Marzuki mendapatkan

informasi dari pihak pemerintah daerah jika ada sumbangan pemerintah untuk gereja.

Informasi itu disampaikan kepada pihak gereja melalui Pdt. Agus. Karena mengetahui

Pdt. Agus masih baru di Kendari dan belum mengetahui seluk-beluk pengurusan dana

bantuan itu, maka Pa Marzuki menawarkan bantuannya. Ia hanya meminta Pdt. Agus

menyiapkan proposal sesuai persyaratan yang diminta lalu dikirimkan ke Pemda melalu

Pa Marzuki. Tidak perlu menunggu lama, hanya beberapa hari dana bantuan pun

dicairkan pihak berwenang dan langsung diserahkan ke Pa Marzuki berupa uang tunai

sejumlah Rp 4.000.000 (empat juta rupiah). Uang sejumlah itu langsung diantarkan ke

gereja dan diserahkan ke Pdt. Agus. Sebagai ungkapan terima kasih, Pdt. Agus

menyerahkan Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) ke masjid lewat Pa Marzuki selaku

pengurus masjid.116

Ternyata bukan hanya sumbangan dari pihak gereja yang biasa diterima oleh

pengurus masjid. Sesuai penuturan pengurus masjid, masjid juga sering menerima

sumbangan berupa uang tunai dari beberapa pemilik toko yang nonmuslim yang ada di

sekitar masjid. Meskipun penyumbang tersebut bukan bagian dari jemaat Gereja

Pantekosta Bukit Zaitun, tetapi mereka juga ingin turut berpartisipasi dalam membantu

pembangunan masjid.117

Kesediaan pengurus masjid dan jamaah menerima sumbangan dari pihak gereja,

termasuk sumbangan dari pihak nonmuslim lainnya merupakan indikasi adanya sikap

115Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

116Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

117Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 141: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

135

keterbukaan jamaah masjid –paling tidak yang diperlihatkan oleh pengurus masjid–

terhadap nonmuslim.

Meskipun pihak masjid menganggap tidak ada masalah menerima sumbangan

dari pihak gereja untuk masjid, tetapi mereka menganggap tidak perlu turut

menyumbang untuk gereja dan aktivitas nonmuslim lainnya.118

Dalam hal ini, sebenarnya mereka memahami bahwa sebenarnya tidak perlu ada

campur tangan dalam masalah ibadah dan rumah ibadah, termasuk masalah memberi

sumbangan untuk rumah ibadah agama lain. Akan tetapi, mereka juga tidak sampai hati

menolak jika pihak gereja atau nonmuslim lain ingin memberikan sumbangannya,

meskipun sesungguhnya terhadap sumbangan seperti itu mereka tidak

mengharapkannya.

Terlepas dari sikap positif secara sosio-emosional yang diperankan oleh

pengurus masjid dengan kesediannya menerima sumbangan dari non muslim untuk

digunakan di masjid, ada hal lain yang juga patut untuk dicermati. Hal itu adalah terkait

dengan status sumbangan non muslim untuk digunakan di masjd. Sebenarnya terdapat

perbedaan antara status sumbangan dari non muslim antara individu dengan individu

sebagai muamalah murni dengan sumbangan untuk digunakan dalam pembangunan

masjid atau untuk aktivitas yang terkait dengan masjid sebagai bait Allah (rumah Allah)

yang dipergunakan untuk beribadah kepada Allah Swt, Zat Yang Maha Suci.

Menerima bantuan dalam bentuk sumbangan, baik berupa uang, peralatan,

bahkan makanan adalah suatu pemberian atau hadiah yang secara syar’i mubah (boleh)

hukumnya diterima oleh individu muslim termasuk pemberian dari nonmuslim.

Kebolehan menerima pemberian dari nonmuslim sama statusnya dengan kebolehan

memberi kepada nonmuslim. Argumennya adalah bahwa pemberian adalah salah satu

bentuk mu’amalah umum sesama manusia yang tidak memandang agama, sebagaimana

jual beli, pinjam meminjam, tukar menukar, utang piutang dan semisalnya. Semua itu

termasuk kategori berbuat baik kepada sesama manusia yang dibolehkan dalam Islam,

sepanjang transaksi muamalah itu tidak menyalahi syariat dan benda transaksi itu dari

benda yang tidak diharamkan oleh syariat Islam.

118H. Jamaluddin, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal3 Juni 2016.

Page 142: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

136

Adapun yang mengecualikan pemberian atau hadiah dengan pandangan bahwa

tidak boleh menerima pemberian, hadiah dan semacamnya dari nonmuslim karena

anggapan bahwa mereka banyak memperoleh harta dengan secara tidak halal,

berangkat dari kehati-hatian mereka terhadap harta yang pertanggungjawabannya berat

di akhhirat. Namun, sesungguhnya menerima atau memberi kepada nonmuslim,

kondisinya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Suatu harta benda dapat menjadi haram karena dua keadaan, yakni karena

zatnya haram dan karena di luar zatnya. Harta yang zatnya haram, maka tidak boleh

dikonsumsi atau digunakan baik orang yang memiliki, pemberi maupun penerima.

Sedangkan haram karena sebab yang lain di luar zatnya, kondisinya dapat dibedakan

menjadi dua, yakni: pertama, haram karena harta tersebut hal orang lain yang diperoleh

dengan cara merampas, memaksa atau mencuri. Harta yang demikian haram bagi

pencuri atau perampas dan haram pula bagi yang diberi. Dengan kata lain, jika

seseorang diberikan harta hasil curian atau rampasan, maka tidak boleh diterima.

Bahkan harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya. Kedua, harta yang haram

karena diperoleh dengan cara muamalah yang batil, seperti harta atau uang hasil judi

dan hasil riba. Harta seperti ini hanya haram bagi orang yang melakukan mumamalah

secara batil tersebut, tetapi tidak haram bagi orang yang diberi olehnya.119

Karena itu, tidak ada halangan sedikitpun bagi kaum muslimin untuk menerima

pemberian atau hadiah dari nonmuslim, meskipun diduga bahwa mereka bermuamalah

secara batil menurut syariat Islam. Artinya, tidak ada dosa bagi orang yang menerima

pemberian dari pihak manapun sepanjang harta atau pemberian tersebut bukan dari

benda yang zatnya diharamkan dalam Islam.

وازرة وزر أخرىولا تكسب كل نفس إلا علیھا ولا تزر ...Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembalikepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa oranglain... (TQS. al-An’am/ 6: 164).

Lain halnya jika dengan sumbangan yang diberikan oleh nonmuslim itu dapat

menjadi sarana bagi mereka untuk menyebarkan kekufuran dan syiar-syiar mereka,

119Atha’ bin Khalil, Fatwa-fatwa Syaikh Atha’ bin Khalil, penerjemah: Abu Faiz (Cet. 2; Bogor:al-Azhar Press, 2014), h. 363-365.

Page 143: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

137

apalagi untuk maksud menarik orang Islam ke agamanya, maka menerima sumbangan

seperti itu tidak boleh. Dalam hal ini, berlaku kaidah fiqh yang menyebutkan:

الوسیلة الى الحرام حرامWasilah, sarana, perantara kepada yang haram hukumnya haram.120

Karena itu, aktivitas menerima pemberian dari nonmuslim secara umum adalah

boleh. Saling memberi tersebut merupakan bentuk berbuat baik yang dicakup dalam

ayat al-Qur’an berikut:

وھم ن دیاركم أن تبر ین ولم یخرجوكم م عن الذین لم یقاتلوكم في الد وتقسطوا لا ینھاكم ا

یحب المقسطین إلیھم إن اAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu darinegerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS. al-Mumtahanah/60: 8).

Kata tabarruu dalam ayat ini berasal dari akar kata barra ( بر ) yang secara

bahasa artinya taat, berbakti, bersikap baik dan sopan.121 Sedangkan tuqshituu yang

berasal dari kata qasatha ( قسط ) berarti berlaku adil dan taqassatha berarti membagi

dengan sama.122

Kandungan ayat di atas merupakan prinsip umum dan mendasar bagi umat

Islam dalam menjalin hubungan dengan nonmuslim. Selama nonmuslim bersikap baik

dan ingin bergaul secara baik dengan muslim, maka umat Islam wajib berbuat baik dan

bergaul secara baik dengan mereka. Dengan kata lain, boleh mengadakan hubungan

baik dengan nonmuslim, selama pihak nonmuslim melakukan yang demikian pula.123

Gabungan antara berbuat baik dan berlaku adil merupakan kumpulan perilaku

yang meliputi pemenuhan hak dan penunaian kewajiban kepada pihak lain. Ketika al-

Qur’an membolehkan berbuat baik dan berlaku adil kepada nonmuslim menunjukkan

120Taqiyuddin al-Nabhani, al-Syakhshiyah al-Islamiyah juz III, h. 440.121Ahmad Warson Munawwar, al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Cet. 14; Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), h. 73.122Ahmad Warson Munawwar, al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, h. 1117-1118.123Zaini Dahlan, dkk., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid X, Juz 28,29,30 (Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Wakaf Universitas Islam Indonesia, 1990), h. 110.

Page 144: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

138

bahwa hubungan antara muslim dengan nonmuslim harus berjalan secara alamiah

sebagai sesama manusia.

Bukan hanya sekadar membolehkan untuk memberikan bantuan kepada warga

negara, bahkan Islam mewajiban kepada negara untuk memberikan santunan (subsidi)

kepada rakyatnya yang membutuhkan dan menerima santunan tersebut merupakan hak

sebagai warga negara tanpa perbedaan muslim maupun nonmuslim. Santunan atau

pemberian negara tersebut merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh negara

kepada rakyatnya sebagaimana kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pokok individu

berupa pangan, sandang dan papan, serta kebutuhan pokok publik lainnya, yakni

pendidikan dan kesehatan.124 Ketika negara wajib menunaikan kewajibannya itu, Islam

mewajibkan juga untuk melakukannya secara adil, tidak membedakan dari segi agama,

sebagaimana dikenal dalam kaidah:

لھم ما للمسلمین من الانصاف وعلیھم ما على المسلمین من الانتصافMereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin secaraadil.125

Adapun sumbangan nonmuslim kepada masjid, baik untuk keperluan

pembangunan pisik maupun untuk kepentingan kegiatan keagamaan di masjid, maka

terdapat perbedaan di kalangan umat Islam. Sebagian ulama mengatakan tidak boleh

menerima sumbangan untuk pembangunan masjid sebagian lagi membolehkan.

Golongan yang berpendapat bahwa menerima sumbangan dari nonmuslim untuk masjid

hukumnya boleh dengan ketentuan sumbangan tersebut tidak mengikat dan tidak

terdapat maksud-maksud lain yang dapat mempengaruhi kepengurusan masjid. Selain

itu, nonmuslim tersebut tidak boleh turut dalam pengaturan penggunaan dana

sumbangan apalagi menjadi pengurus masjid.126

Sedangkan pendapat yang melarang menerima sumbangan dari nonmuslim

untuk keperluan masjid beralasan, bahwa masjid adalah sebagai sebuah simbol akidah

dan ibadah tertinggi dalam Islam. Masjid sejatinya hanya dibangun, dibiayai dan

124Farid Wadjdi, “Khilafah Mewujdukan Islam Rahmatan Lil Alamin”, al-Wa’ie, Media Politikdan Dakwah (No. 189 Tahun XVI, 1-31 Mei 2016), h. 4.

125Yoyok Rudianto, “Bersikap Adil terhadap ahl Zimmah”, al-Wa’ie, Media Politik dan Dakwah(No. 183 Tahun XV, 1-30 november 2015), h. 63.

126Fatwa MUI DKI Jakarta tanggal 12 Dzulqaidah 1421 H/15 Februari 2001. Dapat dilihat dihttp://www.muidkijakarta.or.id. Diakses tanggal 23 Mei 2016.

Page 145: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

139

dimakmurkan oleh kaum muslimin sendiri atau oleh pemerintah muslim sendiri tidak

melibatkan umat agama lain atau negara nonmuslim lainnya.127 Begitu juga sebaliknya,

rumah ibadah nonmuslim tidak boleh diberikan sumbangan oleh umat Islam termasuk

oleh negara yang menerapkan Islam. Mereka beralasan dengan firman Allah dalam

surah al-Taubah ayat 17-18 berikut:

ركین أن یعمروا مساجد الله شاھدین على أنفسھم بالكفر أولئك حبطت أعمالھم ما كان للمش

والیوم الآخر وأقام الصلاة وآتى .النار ھم خالدون وفي من آمن با إنما یعمر مساجد ا

ك فعسى أولـئك أن یكونوا من المھتدین الز اة ولم یخش إلا اTidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah,sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yangsia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanya yangmemakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allahdan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidaktakut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yangdiharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (TQS. al-Tawbah/9: 17-18).

Memakmurkan masjid dalam ayat ini dipahami secara umum, yakni setiap

bentuk mengurus, membiayai, dan membantu membiayai pembangunan masjid. Karena

itu, sumbangan apapun bentuknya termasuk ke dalam makna memakmurkan atau

membantu memakmurkan masjid.

Lebih dari itu, secara filosofis, membangun masjid sebagai sarana untuk

aktivitas yang semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak dicampuri

dengan dana yang sumbernya tidak jelas apalagi dari nonmuslim yang bermuamalah

tidak sesuai dengan Islam.

Dikecualikan dalam hal ini adalah pemberian dari nonmuslim yang telah masuk

menjadi harta atau kas negara yang diperoleh dari mereka berupa jizyah128, harta orang

127Muhammad Shiddiq al-Jawi, “Menerima Sumbangan Nonmuslim”, dapat dilihat dalamhttps://konsultasi.wordpress.com. Diakses 23 mei 2016.

128Jizyah adalah hak yang Allah berikan kepada kaum muslimin dari orang-orang kafir yangbermukim dalam negara Islam sebagai tanda bahwa mereka tunduk kepada Islam. Abdul Qadim Zallum,al-Amwal fi Dawlat al-Khilafah, diterjemahkan oleh Ahmad S., dkk dengan judul Sistem KeuanganNegara Khilafah (Cet. 3; Jakarta: HTI Press, 2004), h. 74. Dalam al-Qur’an, jizyah disebutkan dalamsurah al-Taubah ayat 29: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNyadan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaantunduk” (QS. al-Tawbah/9: 29).

Page 146: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

140

murtad129 atau harta lainnya yang sah berdasarkan syariat. Kondisi harta seperti ini

telah menjadi harta milik negara sehingga jika negara menyalurkannya untuk

kepentingan pembangunan dan pemakmuran masjid, maka hal itu tentu tidak menjadi

masalah.

Meskipun terdapat pandangan berbeda tentang hukum menerima sumbangan

nonmuslim untuk digunakan di masjid, tetapi seharusnya pengurus masjid bersikap

bijak dalam memandang hal tersebut. Bahwa memelihara hubungan baik dengan pihak

nonmuslim adalah perkara yang telah terang sebagai suatu yang penting, tetapi

memelihara kesucian, keberkahan, indepensi pengelolaan tempat ibadah juga perkara

yang penting.

Karena itu, keduanya tidak layak untuk dicampuraduk dengan alasan untuk

melaksanakan keduanya. Masing-masing dari kedua hal yang penting itu bisa

terlaksana dalam hubungan antara muslim dengan nonmuslim. Artinya, pengurus dan

jamaah masjid tetap dapat menjalin komunikasi, interaksi, saling membantu dalam

perkara muamalah sehari-hari, tetapi tetap bersikap bijak dengan tidak menerima

sumbangan dari mereka untuk keperluan pembangunan masjid. Agar hubungan dapat

terjaga dengan baik, justru pengurus masjid mesti bersikap terbuka mengungkapkan hal

tersebut kepada pihak gereja agar mereka memahami dan dapat memaklumi ajaran

Islam dalam masalah ini.

b. Keterbukaan dalam Berkomunikasi

Keterbukaan berkomunikasi sebenarnya dimiliki oleh jamaah masjid, begitu

juga jemaat gereja. Dari pristiwa yang terjadi pada tahu 1995 dimana bersamaan

perayaan natal dengan pelaksanaan ibadah tarwih di masjid. Dari dialog antara jemaat

gereja yang diwakili oleh pendeta dengan jamaah masjid yang menghasilkan

kesepakatan untuk mengatur waktu pelaksanaan aktivitas di gereja, diketahui adanya

kesediaan berkomunikasi pihak jemaat gereja dengan pihak jamaah masjid. Terbukti

setelah pristiwa itu sampai sekarang, pihak gereja sudah menyesuaikan aktivitasnya

129Dalam Islam, orang muslim yang keluar dari agamanya dinamakan murtad. Orang murtadharus disadarkan kembali agar bertaubat dan kembali kepada Islam. Jika orang tersebut menolak setelahdiberikan hujjah kebenaran Islam, maka hukumannya adalah dibunuh dan hartanya menjadi hak negara.(QS. al-Baqarah/2: 217).

Page 147: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

141

agar tidak berbenturan dengan aktivitas masjid. Minimal jika tidak bisa dihindari, maka

volume suara di gereja diusahakan agar tidak mengganggu aktivitas di masjid.

Memang, model komunikasi yang dapat terlaksana tidak secara langsung,

melainkan melalui perwakilan oleh pengurus gereja. Hanya komunikasi tidak langsung

itu yang dapat berlangsung mengingat antara kedua komunitas tersebut memang sulit

terjadi karena jemaat gereja tidak tinggal berdekatan dengan jamaah masjid di sekitar

dua rumah ibadah itu.

Komunikasi langsung yang aktif terjadi hanya antara pengurus masjid dengan

pengurus gereja yang kebetulan keduanya tinggal menetap dalam kompleks kedua

rumah ibadah tersebut. Lebih dari itu, kedua pengurus rumah ibadah itu sama-sama

memiliki wawasan keagamaan secara akademik130 sehingga lebih dewasa dan terbuka

untuk menjalin komunikasi dengan orang atau pihak yang berbeda bahkan bertolak

belakang secara keyakinan.

Keterbukaan dalam berkomunikasi ditunjukkan antara lain adalah kesediaan

pengurus masjid menyampaikan pelaksanaan ibadah yang terganggu akibat suara musik

yang dibunyikan di gereja bersamaan dengan pelaksanaan shalat tarwih sebagaimana

telah dikemukakan pada bagian terdahulu, yakni pada tahun 1998 hari natal bertepatan

dengan bulan Ramadhan 1419 H.131

Menerima informasi dari pengurus masjid, maka pihak gereja bersedia untuk

membicarakannya dan melakukan penyesuaian, yakni menunggu selesainya

pelaksanaan shalat tarwih di masjid baru kegiatan persiapan natal di gereja dilanjutkan.

Itu terkait dengan pelaksanaan hari raya natal yang bertepatan dengan bulan puasa.

Adapun untuk aktivitas ibadat rutin yang bertepatan waktunya dengan pelaksanaan

shalat tarwih di masjid, maka penyesuaian dilakukan dengan memajukan jadwal

kebaktian sebelum pelaksanaan shalat tarwih di masjid.132

Bentuk komunikasi lain yang terjalin antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja adalah kesediaan jamaah pengurus masjid untuk memberikan informasi kepada

130Drs. Marsuki adalah alumni Fakultas Dakwah IAIN Alauddin Makassar tahun 1992. AdapunPdt. Ir. David Agus Setiawan, M.Th. adalah sarjana teologi di salah satu perguruan tinggi di Jawa.

131Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016.

132Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

Page 148: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

142

pihak gereja tentang adanya hak yang semestinya diterima oleh pihak gereja, yakni

terkait adanya dana sumbangan gereja di Pemerintah Daerah yang belum diketahui oleh

pihak gereja lalu disampaikan oleh pengurus masjid. Bukan hanya itu, tetapi sikap pro

aktif pengurus masjid untuk menguruskan sampai pencairan dana lalu diserahkan

kepada pihak gereja.

Dari berbagai pristiwa yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa pada

dasarnya sikap jamaah masjid, terutama pengurusnya dalam menjalin komunikasi

dengan pihak gereja cenderung terbuka. Hal itu terlihat paling tidak pada waktu Pak

Marsuki masih tinggal di lingkungan masjid. Saat ini ketika Pak Marsuki yang aktif

berkomunikasi dengan pihak gereja tidak lagi tinggal di masjid, meskipun masih pernah

dikunjungi oleh Pak Agus, tetapi tidak seperti sebelumnya.

Namun, tidak berarti bahwa selama puluhan tahun perjalanan aktivitas kedua

rumah ibadah ini tidak pernah terjadi gesekan. Menurut penuturan salah seorang

mantan pengurus remaja Masjid Da’wah Wanita, pernah terjadi hubungan yang kurang

harmonis antara jamaah masjid dengan pihak gereja sekitar tahun 1994 atau 1995.

Waktu itu, jamaah masjid sedang melaksanakan shalat jamaah di masjid. Sementara di

gereja juga beberapa orang jemaat sedang bernyanyi dan bermain alat musik yang

suaranya sampai mengganggu pelaksanaan shalat di masjid. Kondisi ini membuat

sebagian jamaah merasa terganggu, sehingga dengan spontan beberapa orang remaja

masjid sampai melempar benda keras ke arah atap gereja. Mendengar ada suara

lemparan di atap gereja, beberapa orang yang sedang memainkan alat musik kemudian

berhenti tanpa menanggapi perlakuan yang kurang menyenangkan dari remaja

masjid.133

Pristiwa pelemparan atap gereja oleh sebagian remaja masjid tersebut, menurut

penuturan beberapa pengurus masjid tidak pernah disinggung oleh pihak gereja pada

waktu-waktu setelahnya. Juga tidak ada upaya dari pengurus masjid untuk

mengkomunikasikan ulang kejadian tersebut kepada pengurus gereja. Begitu juga pihak

pengurus gereja justru mengambil sikap mediamkan saja perlakuan tidak wajar yang

diterimanya. Pengurus gereja malah berusaha memaklumkan kepada para jemaatnya

133Drs. Marzuki, MA., Mantan Pengurus Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara,di Kendari pada tanggal 24 Mei 2016.

Page 149: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

143

bahwa sebagai minoritas yang hidup di tengah umat Islam yang mayoritas hendaknya

banyak mengalah dan memahami.134

Mencermati sikap pengurus gereja yang terkesan dingin menanggapi pristiwa

pelemparan atap gereja itu sebenarnya dapat dimengerti bahwa hubungan mereka pada

saat itu dalam bentuk komunikasi yang tertekan dari pihak yang mayoritas, sehingga

mereka merasa tidak perlu menyampaikan keberatan atas perlakuan tersebut. Hal ini

menjadi salah satu tanda bahwa bagi umat Islam di sekitar wilayah tersebut sebenarnya

belum sepenuhnya terdapat ketulusan yang murni atas keberadaan gereja dan pemeluk

agama lain di sekitar mereka.

Adapun konflik antara pemuda dan remaja masjid dengan pemuda gereja,

menurut penuturan pengurus remaja masjid, belum pernah terjadi selama ini (selama

masa kepengurusannya). Mereka menambahkan, bagaimana mungkin bisa terjadi

konflik sementara antara pemuda dan remaja dua rumah ibadah tidak pernah ketemu,

bahkan tidak saling mengenal. Ketika ditanya mengapa bisa tidak saling mengenal

padahal rumah ibadahnya saling bedempetan? Remaja masjid menjawab, bahwa

meskipun rumah ibadah berdempetan, tetapi aktivitas remaja gereja bisa dibilang tidak

ada kecuali pada waktu-waktu tertentu, misalnya ketika ada acara keagamaan. Tidak

pernah datang di waktu-waktu lain sebagaimana remaja masjid yang setiap hari datang

ke masjid. Kalau ketemu saja jarang bahkan nyaris tidak pernah, maka menurutnya

tidak mungkin terjadi konflik antara keduanya.135

c. Bekerja Sama

Kerja sama antara dua pihak dapat dilihat dari dua bentuk, yakni secara individu

dan secara kolektif. Secara individu, kerja sama terjadi antara dua orang. Sedangkan

secara kolektif terjadi lebih dari dua orang. Kerja sama yang dimaksud dalam

pembahasan ini adalah kerja sama yang melibatkan banyak orang, yakni lebih dari tiga

orang.

Dalam aspek kerja sama antara jamaah masjid dengan jemaat gereja, dapat

terlihat misalnya dalam aktivitas pemeliharaan kerja bakti untuk menjaga kebersihan,

134Pdt. David Agus Setiawan, Wawancara, di Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, padatanggal 21 Mei 2016.

135Faisal Makmur, Ketua Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari padatanggal 8 April 2016.

Page 150: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

144

kerapihan dan keindahan rumah ibadah. Telah diberitakan oleh media, bahwa biasa

dilakukan kerja bakti bersama antara jamaah masjid dengan jemaat gereja dalam bentuk

pemeliharaan kebersihan rumah ibadah. Jika pihak jamaah masjid yang melakukan

kerja bakti, maka pihak jemaat gereja turut melakukan kerja bakti di lingkungan masjid.

Sebaliknya, jika pihak jemaat gereja yang melakukan kerja bakti, maka pihak jamaah

masjid turut juga melakukan kerja di lingkungan gereja.136

Berita yang dimuat di media tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi

mungkin juga tidak seluruhnya salah. Namun, menurut hemat penulis, apa yang

dikemukakan di media terkesan dilebih-lebihkan sehingga tidak sesuai dengan fakta di

lapangan. Meskipun disadari bahwa pemberitaan itu sesungguhnya memiliki

kepentingan untuk terus melestarikan keharmonisan hubungan kedua rumah ibadah

yang berdempetan.

Berdasarkan penuturan pengurus masjid, belum pernah diadakan kerja bakti

bersama-sama dengan pihak jemaat gereja, baik yang dilakukan di masjid maupun

yang dilakukan di gereja. Kerja bakti yang dilakukan selama ini adalah masing-masing

pemilik rumah ibadah melakukannya di tempat rumah ibadah masing-masing. Pengurus

masjid mengemukakan bahwa kebersihan rumah ibadah semestinya mejadi tanggung

jawab pihak pemilik rumah ibadah untuk dijaga masing-masing oleh pemilik rumah

ibadah yang bersangkutan, sehingga tidak perlu melibatkan umat beragama lain. Tidak

perlu jamaah masjid turut kerja bakti di gereja atau jemaat gereja turut kerja bakti di

masjid.137 Begitu juga sebaliknya, kebersihan gereja menjadi tanggung jawab jemaat

gereja sehingga tidak perlu melibatkan jamaah masjid dan jemaat gereja juga tidak

perlu turut kerja bakti di masjid.138

Penuturan pengurus masjid ini dibenarkan oleh Laode Maerdi (80 tahun), salah

seorang jamaah yang sudah menetap di sekitar masjid sejak tahun 1960. Menurutnya, ia

sudah tinggal di wilayah itu sebelum masjid dibangun. Sampai saat ini ia tidak

136Berita tentang kerja bakti bersama ini dapat dilihat misalnya dihttp://sultra.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=273388. Berita yang sama juga pernah dimuat dihttp://regional.kompas.com/read/2015/07/21/14505321.

137Drs. Marsuki, Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode 2015-2020, Wawancara, diKendari pada tanggal 18 Mei 2016; H. Jamaluddin, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara,di Kendari pada tanggal 3 Juni 2016.

138Pdt. David Agus Setiawan, Pendeta GPdI Bukit Zaitun Kendari, Wawancara, di Kendari,pada tanggal 21 Mei 2016.

Page 151: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

145

mengetahui adanya kerja bakti bersama yang dilakukan oleh jamaah masjid dan jemaat

gereja.139

Memang belum pernah dilakukan kegiatan kerja bakti membersihkan rumah

ibadah yang dilakukan secara bersama-sama antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja di dua rumah ibadah, tetapi bekerja pada waktu yang bersamaan biasa dilakukan.

Artinya pihak jamaah masjid melakukan kerja bakti di areal masjid sendiri dan

pengurus gereja melakukan kerja bakti di areal gereja sendiri, tetapi pernah dilakukan

pada waktu yang bersamaan. Karena waktunya bersamaan, maka seolah-olah kerja

bakti itu dilakukan bersama antara jamaah masjid dengan jemaat gereja.

Pemandangan inilah mungkin yang diamati sehingga diberitakan bahwa biasa

terjadi kerja bakti bersama. Padahal, yang benar adalah kerja bakti dilakukan oleh

masing-masing pemilik rumah ibadah, hanya waktunya bersamaan. Itupun kerja bakti

itu tidak dengan direncanakan terlebih dahulu dengan pihak gereja atau pihak masjid,

melainkan terjadi secara kebetulan.

Ketika pengurus gereja melihat jamaah masjid melakukan pembersihan halaman

masjid, maka sebagai bentuk tenggang rasa, maka pengurus gereja yang juga tinggal

dalam gereja turut membersihkan halaman gereja, membetulkan letak pot-pot bunga

yang terdapat di halaman gereja.140

Kebersihan dalam masjid biasanya dilakukan oleh remaja masjid dengan

petunjuk pengurus masjid. Begitu juga kebersihan halaman dan sekitar masjid juga

dilakukan oleh pengurus masjid dan remaja masjid sendiri dan tidak pernah berkeja

sama dengan permuda gereja. Ketika remaja masjid melakukan kerja bakti untuk

kebersihan di luar masjid, mereka membesihakan seluruh lahan dan halaman masjid

yang terdapat di sebelah barat masjid sampai ke jalan. Di bagian timur masjid yang

berbatasan dengan gereja mereka hanya membersihkan bagian yang jelas merupakan

bangunan dan lahan milik masjid yang berbatasan dengan gereja.141

139Laode Maerdi, Jamaah Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal8 April 2016.

140Pdt. David Agus Setiawan, Pendeta GPdI Bukit Zaitun Kendari, Wawancara, di Kendari,pada tanggal 21 Mei 2016.

141Aslan, Pengurus Remaja Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Masjid Da’wahWanita Kendari, 8 April 2016.

Page 152: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

146

Dan ketika diperhatikan kondisi halaman masjid dan gereja, memang tidak

terdapat peluang untuk dikotori secara berlebihan, baik oleh sampah-sampah maupun

rumput yang tumbuh karena pondasi kedua bangunan sekitar 3 meter saja dari jalan

raya yang beraspal. Sementara kebersihan jalan dan trotoar secara umum ditangani oleh

petugas kebersihan kota.

Jadi, kerja sama yang dimaksud terjalin antara jemaat gereja dengan masjid

adalah bersama-sama bertanggung jawab terhadap kebersihan, keindahan dan

keamaanan rumah ibadah masing-masing. Ketika pihak lain melihat ada sesuatu dari

rumah ibadah tetangga yang butuh dibenahi, maka cukup menyampaikannya kepada

pengurus atau pemilik rumah ibadah bersangkutan.

Nampaknya, belum ditemukan adanya kerja sama yang lebih dalam antara

jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari

sebagaimana ditemukan di berbagai daerah142 dimana telah dilakukan kerja sama yang

bersifat terencana yang melibatkan penganut agama secara aktif.

Dari fakta terkait kerja sama antara jamaah masjid dengan jemaat gereja,

tampaknya jamaah masjid memandang bahwa kerja sama dalam hal memelihara

kebersihan, keindahan dan ketertiban rumah ibadah termasuk aktivitas yang tidak perlu

dilakukan secara bersama-sama atau melibatkan jemaat gereja. Artinya, mereka

menganggap bahwa kerja sama dalam aspek dimaksud merupakan bagian dari yang

dicakup oleh pengertian ayat berikut:

لكم دینكم ولي دین Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku (TQS. al-Kafirun/109: 6).

Dari penuturan pengurus masjid, diketahui bahwa mereka masih berpegang

pada prinsip yang dikandung oleh ayat di atas. Mereka tidak bersedia jika urusan

kebersihan masjid dilibatkan pihak nonmuslim untuk mengurusinya.

Tampaknya ada perbedaan sikap jamaah masjid terkait dengan kerja bakti

bersama dengan menerima sumbangan dari pihak nonmuslim. Jamaah masjid

142Kerja sama lebih mendalam antara muslim dengan nonmuslim biasanya dilakukan dalambentuk program kerja sama sosial kemasyarakatan yang pertama kali dirintis tahun 1970-an di Jakartadan Medan. Bentuk kegiatan itu antara lain: training dan dharma bakti kemasyarakatan yang diikuti olehgenerasi muda, camping bersama antara pemuda muslim dengan nonmuslim, dan sebagainya. LihatAlpizar, “Toleransi terhadap Kebebasan Beragama di Indonesia (Perspektif Islam)”, Toleransi, MediaKomunikasi Umat Beragama (Vol. 7, No. 2, Juli-Desember 2015), h. 135.

Page 153: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

147

menganggap tidak masalah menerima pemberian dari pihak gereja, tetapi menganggap

tidak perlu pihak gereja turut kerja bakti di masjid, begitu juga sebaliknya.

Pendirian pengurus masjid yang demikian bisa dipahami, bahwa jika pihak

nonmuslim hadir di sekitar masjid atau bahkan dalam masjid dalam rangka bekerja

bersama dengan jamaah masjid sangat kelihatan secara kasat mata adanya unsur

campur tangan pihak gereja terhadap urusan rumah ibadah kaum muslimin. Sedangkan

jika menerima sumbangan dari pihak gereja tidak terlihat adanya campur tangan

sepanjang sumbangan itu tidak disertai dengan pembicaraan yang mengandung unsur-

unsur mengikat.

4. Analisis Sikap Jamaah Masjid terhadap Jemaat dan Gereja

Dari keseluruhan sikap jamaah masjid dari sisi menjalin berkomunikasi,

kesediaan untuk berbagi dan bekerja sama dengan jemaat gereja, dapat diketahui bahwa

secara umum sikap jamaah masjid –paling tidak yang ditunjukkan oleh pengurus masjid

dalam kaitannya dengan jemaat gereja masih cenderung bersikap toleran meskipun

masih bersifat pasif. Toleransi tersebut tumbuh secara alamiah dengan berbagai faktor

yang telah mendasari hubungan mereka selama ini.

Sikap toleran belum sulit untuk meningkat menjadi aktif –dalam aspek yang

telah dijelaskan, yakni: melakukan komunikasi, berbagi dan kerja sama dengan jemaat

gereja. Hal itu di antaranya karena keberadaan rumah ibadah yang berdekatan memang

tidak murni muncul dari keinginan mereka. Selain itu, penghatan terhadap ajaran agama

jamaah masjid yang masih rendah, terutama terkait ajaran Islam yang mengatur

masalah hubungan dengan nonmuslim.

Sikap pasif jamaah masjid tersebut dalam kaitannya dengan jemaat gereja jika

dicermati lebih jauh dapat dijelaskan dengan tiga bentuk, yakni: bersifat terbuka,

bersifat tertutup, dan ada yang bersifat pragmatis.143

143Pragmatis sebenarnya bermula dari sebuah aliran filsafat Barat yang menitikberakan ukurankebenaran sesuatu pada keadaannya sendiri, dari segi fungsi dan kegunaannya. Dasar pragmatism adalahlogika pengamatan, dimana apa yang ditampilkan oleh individu di dunia ini bersifat nyata dan kongkritdengan fakta yang berbeda-beda dan mesti diterima sesuai dengan keadaannya. Lihat Harun Hadiwijono,Seri Sejarah Filsafat Barat 2 dalam https://id.wikipedia.org. diakses tanggal 8 Juni 2016. Seorang yangbersikap pragmatis akan memandang sebuah ide sebagai sesuatu yang baik dan benar tergantungkemanfaatannya.

Page 154: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

148

a. Sikap Terbuka dalam Berkomunikasi

Sikap terbuka terlihat ketika jamaah masjid bersedia untuk menjalin komunikasi

dengan pihak jemaat gereja, tetapi tidak berinisiatif untuk memulai jalinan komunikasi.

Sehingga komunikasi jamaah masjid dengan pihak jemaat gereja terkesan formil, tidak

hangat kecuali yang ditunjukkan oleh beberapa orang pengurus masjid saja.

Komunikasi seperti ini meskipun kurang baik untuk kelanggengan hubungan

antara kedua pemilik rumah ibadah. Seharusnya komunikasi keduanya dilakukan dalam

suasana terbuka dan tulus. Akan tetapi, komunikasi tersebut dilakukan dalam perkara

yang bersifat teknis dan bersifat hubungan kemanusiaan, bukan dalam rangka dialog

agama.

Dialog agama sebagaimana yang dikehendaki dalam wacana pluralisme tentu

bertentangan dengan Islam, bahkan bertentangan dengan konsep toleransi itu sendiri.

Toleransi bukan mendialogkan agama, apalagi kebenaran teologi agama. Toleransi

menghendaki adanya sikap lapang dada membiarkan orang lain dengan agamanya,

tanpa memaksa untuk memasuki agama orang lain.

Sebab itu, usulan dialog antar iman (interfaith dialog) yang banyak menjadi

rekomendasi penelitian tentang hubungan antara pemeluk agama, hemat penulis tidak

perlu dilakakukan. Dialog semacam itu akan justru mengarah para reduksi teologis

yang mengakibatkan pada pelemahan pondasi agama.144

b. Sikap Tertutup untuk Kerja Bersama di Rumah Ibadah

Sikap tertutup terlihat dalam aspek kerja sama, dimana jamaah masjid tidak

bersedia untuk melakukan kerja sama terkait dengan urusan masjid, baik dari segi

pemeliharaan kebersihan, kerja bakti di lingkungan masjid dan semisalnya.

Anggapannya, bahwa jika mereka menerima kehadiran nonmuslim untuk turut

bersama-sama melakukan pembersihan masjid, maka secara kasat mata berarti telah

menerima campur tangan pihak lain untuk mengurusi agama mereka. Demikian pula

sebaliknya, jika turut bekerja sama dalam kerja bakti di areal gereja dianggap

mencampuri urusan agama orang lain.

144Sebagian orang mengusulkan dialog agama sebagai wadah untuk mengubah konsep teologimasing-masing agama yang berdialog. Lihat misalnya Abdul Halim, “Pluralisme Agama dan DialogAntar Ummat Beragama”, Tajdid (Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015), h. 374.

Page 155: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

149

Sikap seperti ini didasari oleh pemahaman tentang tidak perlunya mencampuri

urusan agama orang lain, termasuk dalam kaitannya dengan rumah ibadah.

c. Pragmatis

Sikap pragmatis terlihat ketika mereka menjelaskan bagaimana hukum

menerima sumbangan untuk pembangunan masjid. Dalam memberikan

argumentasinya, mereka tidak merujuk bagaimana Islam memandang perkara

menerima sumbangan untuk masjid, termasuk dari pendapat ulama yang menyatakan

kebolehannya. Bahkan di antara pengurus masjid ada yang dengan enteng

mengemukakan bahwa tidak ada masalah menerima sumbangan dalam bentuk apapun

dari pihak nonmuslim, karena mereka juga termasuk berbuat baik dan berpahala

menurut agamanya jika membantu pembangunan masjid.145

Padahal seharusnya setiap umat Islam –apalagi sebagai pengurus masjid– paling

tidak, secara umum mesti memiliki pengetahuan dasar terhadap perkara-perkara praktis

terkait dengan hukum-hukum seputar memakmurkan masjid. Pengurus masjid

seharusnya menjadi rujukan bagi jamaah masjid terkait bagaimana ajaran Islam

diaplikasikan dalam kehidupan praktis, khususnya terkait hubungan dengan

nonmuslim.

5. Motivasi Sikap Jamaah Masjid

Kondisi toleransi pasif ini tentu merupakan sebuah karakteristik yang tidak

berdiri sendiri, sebagaimana model toleransi yang ada di daerah lain. Terdapat berbagai

hal yang secara umum menjadi latar belakang terbentuknya sikap toleransi antara

pemeluk agama dalam berbagai coraknya.

Dengan mempelajari kondisi jamaah masjid dan penuturan jamaah masjid,

diketahui paling tidak terdapat faktor yang berpengaruh sehingga mendorong

terbentuknya toleransi pasif tersebut, yakni: faktor historis keberadaan pemeluk agama

dan rumah ibadahnya, faktor sosial dan politik.146

145H. Jamaluddin, Imam Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, di Kendari pada tanggal3 Juni 2016.

146Karwadi, “Motivasi Agama secara Toleran Masyarakat Dusun Sosowajan BanguntapanBantul Yogyakarta”, Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama (Vol. V, No. 1, Juni 2004), h. 7.

Page 156: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

150

a. Faktor Sejarah

Faktor sejarah yang dimaksud di sini adalah keberadaan umat Islam di Kendari

yang secara historis belum begitu mengakar dibandingkan daerah-daerah lain. Hal ini

disebabkan Islam masuk ke daerah ini terbilang agak terlambat bila dibandingkan

dengan daerah lain di Sulawesi Tenggara seperti Buton. Islam masuk ke Konawe pada

abad ke-16 M. pada masa Kerajaan Mokole Tabawo (Sangia Inato) yang dari arah barat

dibawa oleh pedagang muslim dari Sulawesi Selatan dan dari arah timur dibawa oleh

pedagang muslim dari Ternate dan Buton.147 Sebagian ahli sejarah menyebutkan

Islamisasi daratan Konawe baru terjadi pada pertengahan abad ke-18 M. Saat itu Islam

mulai menyebar pada abad ke-19 M.148

Artinya, Islam masuk ke Kendari pada saat Islam dalam kondisi lemah, baik

secara regional maupun dunia. Islam yang dalam keadaan sudah lemah ang dibawa oleh

para pedaganag berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter Islam

yang diterima oleh masyarakat.149

Jadi, dari segi waktu yang relatif masih baru, Islam di daerah ini terbilang belum

begitu mengakar. Boleh dikata bahwa kedatangan Islam di wilayah ini kebanyakan

disebarkan oleh para pedagang dibandingkan dengan para ulama. Dari segi ini, maka

wajar saja jika perkembangan Islam dan pemahaman keislaman masyarakat setempat

belum begitu mengakar. Khususnya bagi umat Islam dari kalangan suku Tolaki, secara

umum masyarakat tidak begitu fanatik dalam menjalankan agamanya.150

Realitas historis ini tentu berpengaruh terhadap pemahaman dan sikap

keberagamaan masyarakat di Kendari. Perpaduan antara pemahaman Islam yang relatif

kurang mengakar dengan fenomena keragaman yang etnis dan agama yang dihadapi

oleh umat Islam, telah membentuk sikap tersendiri bagi umat Islam di wilayah ini.

147Aswati M, “Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Kerajaan Konawe”, Selami IPS (Ed.No. 34, Vol. 1, Tahun XVI, Desember 2011), h. 96.

148B. Bhurhanuddin, Dkk. Sejarah kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara dalamIdaman dan Rusland, “Islam dan Pergeseran Pandangan hidup Orang Tolaki”, Jurnal Al-Ulum (Volume12, Nomor 2, Desember 2012), h. 273.

149Secara umum Islam masuk ke Indonesia ketika dunia Islam telah melemah di antaranyaakibat pengaruh tasawuf. Tentu berbeda ketika Islam masu ke negeri ini ketika Islam berada pada puncakkekuatannya, pasti umat Islam di negeri ini akan memiliki karakter progresif dan optimis. MujamilQomar, “Ragam Identitas Islam di Indonesia Dari Perspektif Kawasan”, Episteme (Vol. 10, No. 2,Desember 2015), h. 324.

150Idaman dan Rusland, “Islam dan Pergeseran Pandangan hidup Orang Tolaki”, Jurnal Al-Ulum (Volume 12, Nomor 2, Desember 2012), h. 275.

Page 157: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

151

b. Faktor Sosiologis

Faktor sosiologis yang dimaksud di sini adalah keberadaan pendudukan di

wilayah penelitian bahkan Kota Kendari pada umumnya yang secara etnis cukup

beragam. Penduduk Kelurahan Dapu-dapura terdiri dari 6 (enam) etnis besar yang

sudah tinggal menetap di wilayah tersebut, yakni: Suku Bugis 680 jiwa (17,89 %),

Muna 550 (14,47 %), Makassar 535 (14.07 %), Tolaki 450 (11.84 %), Buton 355 (9.34 %),

Jawa 220 (5.79 %), dan lain-lain 1012 (26.62 %).151

Begitu juga keragaman dari segi agama, meskipun pemeluk Islam lebih

dominan, tetapi hampir seluruh agama yang ada di Kendari juga terdapat di wilayah

kelurahan tersebut. Dari data demografi kelurahan diketahui bahwa penganut Islam

terdapat 3.625 jiwa (95,34 %), Kristen 30 jiwa (0,79 %)Protestan 40 jiwa (1,05 %), Hindu 72

jiwa (1,89 %), Budha jiwa 32 (0,84 %), dan lainnya 3 jiwa (0,08 %).152

Dari data monografi tersebut, diketahui bahwa komposisi penduduk Keluarahan

Dapu-dapura terdiri dari banyak etnis yang dominan dengan jumlah yang hampir

berimbang. Kondisi ini menunjukkan bahwa warga kelurahan ini sudah terbiasa dengan

keragaman sehingga tidak lagi merasa asing dengan keberadaan orang lain di sekitar

mereka. Hal ini tentu merupakan faktor sosial yang mendukung tumbuhnya benih-benih

toleransi.

Selain itu, secara ekonomi, penduduk wilayah kelurahan Dapu-dapura

mayoritas bermata pencaharian lebih 90 % sebagai pengusaha, yakni: pedagang,

tukang, jasa dan nelayan, selebihnya kurang dari 10 % sebagai pegawai negeri dan

TNI.153

Latar belakang mata pencaharian warga yang mayoritas sebagai pedagang

membuat keluarahan Dapu-dapura sebagai pusat perdagangan, dimana pasar sentral

kota juga berada di dalamnya, sehingga kesibukan bisnis mendominasi kehidupan

warga.

Kondisi keragaman etnis dan agama serta kesibukan bisnis kota inilah yang

membuat model toleransi jamaah masjid khususnya dan umat Islam pada umumnya

cenderung pasif.

151Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat Tahun 2016.152Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat Tahun 2016.153Monografi Kelurahan Dapu-dapura Kecamatan Kendari Barat Tahun 2016.

Page 158: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

152

c. Faktor Politik

Faktor politik yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah penerapan aturan,

kebijakan dan usaha-usaha yang bersifat sistemik yang ditempuh oleh pemerintah

dalam kaitannya dengan hubungan umat beragama. Faktor kebijakan politik yang

dijalankan pemerintah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap masyarakat.

Telah disinggung di awal bahwa pendirian dua rumah ibadah yang saling

berdempetan tidak terlepas dari keterlibatan unsur pemerintah daerah. Brigjen (Purn)

Madjid Yoenoes yang ketika itu menjabat sebagai anggota DPR Provinsi Sulawesi

Tenggara telah memprakarsai perintisan masjid yang diawali dengan pembentukan

pengajian atau majlis ta’lim yang dijalankan oleh istrinya, yakni Ny. Hj. Hilda Yoenoes

Boekoesoe (lebih dikenal oleh ibu-ibu majlis ta’lim dengan nama Ibu Madjid).

Motivasi politik yang mendorong pembentukan pengajian ibu-ibu ini dituturkan

oleh pengurus masjid berikut:

Setelah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI) pada

tahun 1965 berhasil diatasi, pemerintah selanjutnya gencar melakukan pembersihan

terhadap sisa-sisa pengikutnya yang ternyata juga terdapat di Sulawesi Tenggara.

Terjaringlah beberapa warga yang terindikasi terlibat dalam gerakan PKI dan ditahan

oleh aparat. Istri-istri warga yang telah ditahan ini dikumpulkan oleh Ny. Hj. Hilda

Yoenoes Boekoesoe (Ibu Madjid) untuk dibina dan diberikan pencerahan tentang

bahaya PKI. Kegiatan pembinaan ibu-ibu inilah yang menjadi cikal bakal Majlis Ta’lim

Da’wah Wanita Kendari.154

Begitu juga kebijakan pemerintah tampak nyata sebelumnya ketika

pembangunan GPdI Bukit Zaitun. Pembangunan gereja yang meskipun digagas sendiri

oleh pihak gereja yang dipimpin oleh Pdt. John San Lumangkun, tetapi penempatan

lokasi pembangunan gereja di tempat tersebut atas pengetahuan dan izin dari

pemerintah. Terlihat jelas keterlibatan pemerintah dalam pembangunan gereja, terutama

pada tahun 1983 ketika dilakukan peresmian atau pentahbisan oleh Gubernur Sulawesi

Tenggara, Kol. Inf. H. Z.A. Soegianto pada tanggal 2 April 1983.155

154M. Arief Tangke, BA., Penasihat Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari, Wawancara, diKendari pada tanggal 13 Agustus 2016.

155Pdt. David Agus Setiawan, “Asal-usul (Sejarah) GPdI Bukit Zaitun Kendari”, Skrip tidakterpublikasi, h. 2.

Page 159: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

153

Ketika pemerintah telah menggagas berdirinya dua rumah ibadah yang

dibangun berdempetan tersebut, tentu tidak ada pihak yang berani mempersoalkannya.

Apalagi pada waktu itu merupakan masa Orde Baru dimana kepemimpinan pemerintah

dikenal cukup ditakuti oleh masyarakat. Maka meskipun pemerintah melanggar

ketentuan perundang-undangan yang dibuatya sendiri, tetapi tidak ada rakyat yang mau

mengambil inisiatif untuk menyampaikan keberatan, karena dianggap akan menuai

resiko. Apalagi jika kebijakan itu secara kasat mata kebijakan itu dianggap berpihak

kepada umat beragama dengan membangun rumah ibadah.

Itulah sebabnya, semua informan yang dimintai komentarnya tentang

keberadaan masjid di berdempetan dengan gereja, mengatakan bahwa sebenarnya hal

itu tidak perlu terjadi. Akan tetapi, semua sudah terlanjur terjadi. Mereka memang tidak

sepenuhnya menerima keberadaan gereja di sekitar mereka, tetapi mereka lebih tidak

dapat menerima lagi jika terjadi masalah yang lebih besar ketika salah satu rumah

ibadah itu diungkit kembali apalgi jika ingin dibongkar.

Akan tetapi, seandainya pemerintah mengambil keputusan untuk memindahkan

gereja ke tempat yang berjauhan dengan masjid, mungkin bisa saja diterima oleh pihak

Kristen asalkan ditunjukkan lokasi dan gerejanya dibangun seperti sedia kala.156

Namun, hal ini kelihatan agak sulit untuk dilakukan oleh pemerintah. Sejumlah

faktor yang bukan sekedar kesiapan finansial pemerintah, seperti ketersediaan lahan

yang berada dalam kota, dampak emosi sosial pengguna rumah ibadah, dan efek ikutan

lainnya yang dapat terjadi terhadap gereja dan masjid yang berdekatan.

Selain itu, masjid dan gereja yang berdekatan di Kota Kendari bukan hanya

masjid dan gereja yang ada di Kelurahan Dapu-dapura, tetap masih terdapat sejumlah

masjid di kelurahan dan kecamatan lainnya dalam Kota Kendari, bahkan beberapa

masjid dan gereja di wilayah Sulawesi Tenggara.

Tampaknya satu-satunya cara yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah

dengan membiarkan keduanya tetap berdempetan sembari terus mewacanakan

pemahaman toleransi yang bernuangsa pluralisme. Pilihan ini tentu merupakan

alternatif paling mudah dan nihil resiko, meskipun harus membebankan resiko spiritual

berkepanjangan bagi umat Islam di daerah ini.

156Sariono A. Tanjing, S.Ag., Ketua Seksi Dakwah Masjid Da’wah Wanita Kendari,Wawancara, di Kendari pada tanggal 10 Agustus 2016.

Page 160: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

154

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Masjid Da’wah Wanita Kendari adalah satu-satunya masjid yang terdapat di Sulawesi

Tenggara yang berdempetan dengan gereja, yakni GPdI Bukit Zaitun Kendari. Meskipun

gagasan pembangunan masjid di samping gereja itu lebih dominan berasal dari pemerintah di

daerah ini, tetapi keduanya telah menjadi pewarta bisu akan adanya kondisi rukun antara

jamaah masjid dan jemaat gereja. Kerukunan itu terlihat dalam relasi dan sikap jamaah masjid

terhadap jemaat gereja sebagai berikut:

1. Relasi antara jamaah Masjid Da’wah Wanita dengan Jemaat GPdI Bukit Zaitun Kendari

terjadi antara sebagian jamaah masjid dengan pengurus yang tinggal dalam lingkungan

gereja. Relasi dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam bentuk pertemuan dan kunjungan

pribadi antara sebagian jamaah masjid dengan pengurus gereja, baik di rumah maupun di

lingkungan gereja dan sedikit dalam aspek muamalah individu. Adapun relasi dalam

bentuk asosiasional terjalin dalam bentuk berbagi informasi dan bantuan secara material

dari pihak gereja kepada pihak masjid. Kerja sama tidak terjalin kecuali dalam bentuk

komitmen masing-masing untuk menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan rumah

ibadah masing-masing. Terkait dialog antara jamaah masjid dengan jemaat gereja, jamaah

masjid menganggapnya tidak perlu kecuali terdapat suatu masalah yang dianggap

mengganggu pelaksanaan aktivitas dalam rumah ibadah khususunya di masjid. Secara

umum, hubungan kedua pihak berjalan tanpa gesekan dan konflik berarti. Hal ini

didukung oleh beberapa hal, yakni: pertama, jemaat gereja secara umum tidak berdomisili

di sekitar gereja mereka yang mayoritas muslim. Kedua, kondisi jamaah masjid dan kaum

muslimin di daerah ini yang low profile. Ketiga, secara sosiologis telah terjadinya

pembauran dengan etnis dan agama yang berbeda di lokasi penelitian yang berlangsung

sejak lama.

2. Sikap jamaah Masjid Da’wah Wanita terhadap Jemaat Gereja Pantekosta Kendari secara

umum toleran yang bersifat pasif. Sikap toleran ditunjukkan dengan kesiapan mereka

berdampingan selama lebih 40 tahun tanpa mempersoalkan keberadaan gereja di samping

masjid. Pada aspek berkomunikasi, jamaah masjid cenderung pasif terbuka, yakni tidak

berinisiatif untuk menjalin komunikasi dengan pihak jemaat gereja, tetapi tetap terbuka

untuk berkomunikasi jika pihak jemaat gereja memulainya. Pada aspek kesediaan berbagi,

jamaah masjid bersifat pragmatis, yakni mereka pada dasarnya tidak siap untuk memberi

Page 161: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

155

dan menerima bantuan material dengan pihak jemaat gereja, tetapi ketika diberi mereka

dapat menerima tanpa mempersoalkan lebih jauh pemberian itu. Sementara pada aspek

kerja sama, jamaah masjid bersifat pasif tertutup, yakni mereka tidak bersedia untuk

bekerja secara bersama-sama dalam hal yang terkait dengan urusan rumah ibadah yang

bagi mereka tidak perlu dicampuri oleh penganut agama lain. Terkait keberadaan gereja

yang berdempetan dengan masjid, jamaah masjid pada dasarnya tidak setuju. Meskipun

demikian, mereka tidak mempersoalkannya dengan pertimbangan bahwa hal itu justru

akan menimbulkan masalah baru. Selain itu, mereka enggan untuk mengambil resiko

berhadapan dengan pemerintah, sehingga mereka lebih memilih untuk mendiamkannya

sambil berharap semoga tidak terjadi masalah dengan pihak gereja.

B. Rekomendasi

Dengan berdasar pada kesimpulan penelitian ini sebagaimana dikemukakan di atas,

maka peneliti menganggap perlu untuk mengajukan beberapa hal sebagai rekomendasi terkait

hubungan dan sikap jamaah Masjid Da’wah Wanita terhadap jemaat Gereja Pantekosta Bukit

Zaitun Kendari, sebagai berikut:

1. Kepada jamaah masjid yang telah menjalin hubungan dengan pihak jemaat gereja,

sebaiknya melakukannya dengan tetap berpedoman kepada ajaran Islam yang mengatur

hubungan dengan nonmuslim. Islam adalah ajaran sempurna yang telah meletakkan aturan

menjalin hubungan dengan nonmuslim yang akan menjamin eksisten, kedamaian,

kenyamanan dan ketertiban. Islam mengajarkan menjalin hubungan dan berbuat kepada

siapa saja tanpa memandang agama, tetapi hubungan dan perbuatan baik itu menurut

perspektif Islam, bukan berdasarkan dugaan, dan bukan pula berdasarkan nilai-nilai

budaya yang berkembang di tengah masyarakat yang lepas dari ajaran Islam.

2. Kepada pengurus masjid, hendaknya bijak dalam bersikap dan menjalin kerja sama

dengan pihak gereja. Dalam kasus menerima sumbangan dari pihak nonmuslim untuk

keperluan pembangunan dan aktivitas masjid, meskipun terdapat pandangan sebagian

kecil ulama yang membolehkannya, tetapi yang lebih terjaga adalah tidak menerima

sumbangan dalam bentuk apapun untuk keperluan masjid. Sikap seperti ini penting untuk

menjaga kesucian masjid dan independensi kepengurusan masjid sebagai simbol dan pusat

kemuliaan umat Islam. Hendaknya pengurus masjid menggalakkan aktivitas ilmu di

masjid untuk mengisi kekurangan akan pemahaman agama jamaah masjid, kususnya

terkait ajaran Islam yang mengatur relasi dan sikap terhadap nonmuslim.

3. Kepada pemerintah daerah, kiranya terus memperhatikan perkembangan dan memeliharan

hubungan baik antara jamaah Masjid Da’wah Wanita dan jemaat GPdI Bukit Zaitun,

Page 162: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

156

termasuk hubunan antara jamaah masjid lainnya yang juga berdekatan dengan gereja.

Pemerintah hendaknya aktif untuk mendengarkan berbagai ungkapan hati jamaah Masjid

Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun untuk mengetahui realitas sesungguhnya sikap

mereka terhadap keberadaan rumah ibadah yang berdempetan. Kedepan, pemerintah

hendaknya mempertimbangan secara bijaksana pemberian izin pembangunan rumah

ibadah agar tidak lagi terjadi bangunan rumah ibadah berdekatan apalagi berdempetan

dengan rumah ibadah agama lain. Karena sebenarnya, keberadaan gereja di tengah-tengah

komunitas muslim –seperti kasus Gereja Panteksota Bukit Zaitun, dimana jemaat gereja

bersangkutan tergolong kurang di tempat itu akan melukai perasaan umat Islam. Tentu

tidak selayaknya dengan alasan pencitraan akan kerukunan beragama, lalu mengorbankan

hal mendasar dalam kehidupan beragama. Keberadaan rumah ibadah yang berdekatan

sesungguhnya sulit untuk dihindari saling ganggu dalam pelaksanaan berbagai kegiatan

kedua rumah ibadah.

Page 163: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

157

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Abdullah, Muhammad Husain. Dirasaat fi al-Fikr al-Islamiy. Diterjemahkan olehZamroni, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam. Cet. 5; Bogor: Pustaka ThariqulIzzah, 2011.

Abdurrahman, Hafiz. “Mendirikan Tempat Ibadah Non Muslim di Negeri Islam”.Tabloid Media Umat. Ed. Januari 2011.

--------. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Cet. 3; Bogor: Al-Azhar Press, 2010.

Ahmad, Haidlor Ali (ed.). Survey Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.Ed. 1, Cet. 1; Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang danDiklat Kementerian Agama, 2013.

Ahmad, Nur. “Pesan Dakwah dalam menyelesaikan Konflik Pembangunan RumahIbadah, Kasus Pembangunan Rumah Ibadah antara Islam dan Kristen di DesaPayaman”. Fikrah. Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2013.

Ali, Mukti. Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer. dalam Malik Idris,“Dakwah dalam Masyarakat Plural, Peran Tokoh Agama dalam MemeliharaHubungan Antarumat Beragama di Kendari”. Disertasi. Makassar: UINAlauddin Makassar, 2008.

Ali, Yasin bin. Daulat al-Khilafah wa Maa Yusamma bi al-Aqalliyat. Diterjemahkanoleh Abu Fuad. Negara Khilafah dan Kaum Minoritas. Cet. 1; Bogor: PustakaThariqul Izzah, 2015.

Alpizar. “Toleransi terhadap Kebebasan Beragama di Indonesia (Perspektif Islam)”.Toleransi, Media Komunikasi Umat Beragama. Vol. 7, No. 2, Juli-Desember2015

Al-Anshari, Syaikh Ismail bin Muhammad. “Hukm Bina' al-Kana'is wa al-Ma'abid as-Syirkiy-yah fi Bilad al-Muslimin”, diulas kembali oleh Hafiz Abdurrahman.“Mendirikan Tempat Ibadah non Muslim di Negeri Islam”. Tabloid MediaUmat. Ed. Januari 2011.

Arif, Syamsuddin. “Interfaith Dialogue dan Hubungan Antaragama Perspektif Islam”.Jurnal Tsaqafah. Vol. 6, No. 1; Gontor, Ponorogo: Universitas DarussalamGontor, April 2010.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Cet. 9; Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1993.

ASP, HM. Jazir. “Sejarah Kebangkitan Remaja Masjid Indonesia”. Makalah.dipresentasikan pada Pertemuan Pengurus DPW BKPRMI DIY, 20 Mei 2009,dalam www.bkprmi-diy.blogspot.co.id. Diakses tanggal 22 Juni 2016.

Page 164: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

158

Asry, M. Yusuf (Ed.). Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia (Pelaksanaan PeraturanBersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8Tahun 2006). Ed. 1, Cet. 1; Jakarta: Badan Litbang dan Diklat KementerianAgama, 2011.

Aswati M. “Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Kerajaan Konawe”. SelamiIPS. Ed. No. 34, Vol. 1, Tahun XVI, Desember 2011.

Basri, Hasan. “Pola Dakwah Dalam Rangka Peningkatan Pengamalan Ajaran Agamadi Panti Sosial Tresna Werda Minaula Kendari”. Laporan Penelitian. Kendari:PPPM STAIN Kendari.

Budhiwibowo, Satrijo. “Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan tentangRelativisme Kultural dalam Perspektif Filsafat Moral”. Premiere Educondum.Vol. 2, No. 1, 2012.

Burhanuddin. “Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara” dalam Basrin Melamba dan AbdulAziz, Peradaban Mekongga Kolaka, Sejarah Sosial, Politik dan Ekonomi. Cet.1; Yogyakarta: PD. Aneka Usaha Kolaka bekerjasama Penerbit Rona PancaranIlmu, 2012.

Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan. Fiqhu al-Sirah, Dirasat Manhaj Ilmiyah liSirat al-Musthafa Alaihi al-Shalat wa al-Salam, diterjemahkan Ainur RafiqShaleh Tamhid. Sirah Nabawiyah:Analisis Ilmiah Manhaj Sejarah PergerakanIslam di Masa Rasulullah Saw. Cet.1; Jakarta: Robbani Press, 1999

Cawidu, Harifuddin. “Konsep Kufr dalam al-Qur’an”, dalam Islah Gasmian.Khazanah Tafsir Indonesia, Dari Hermeneutika Hingga Ideologis. Cet. 1;Jakarta: Teraju, 2003.

Chandra, Xaverius (ed.). Menanggapi Relativisme. Ed. 1; Surabaya: Fakultas FilsafatUniversitas Katolik Widya Mandala, 2012.

Dahlan, Zaini dkk. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid X, Juz 28,29,30. Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf Universitas Islam Indonesia, 1990.

Darmansyah M. “Pemuda dan Sosialisasi, dalam Darmansyah M, dkk. Ilmu SosialDasar. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Cet. 9; Jakarta: PT. Ichtiar BaruVan Hoeve, 2001.

Al-Dimasqy, Syaikh al-‘Allamah Muihammad bin Abdurrahman. Rahmah al-Ummahfi Ikhtilaf al-Aimmah. Diterjemahkan oleh Abdullah Zaki al-Kaf. Fiqih EmpatMazhab. Cet. 3; Bandung: Hasyimi, 2010.

Direktorat Agama dan Pendidikan, Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, PeranLembaga Sosial Keagamaan dalam Pengembangan WawasanMultikulturalisme

Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Cet. 29; Jakarta: PT.Gramedia, 2007.

Page 165: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

159

Faruqi, Ismail Raji (ed.). Trialogue of the Abrahmic Faith. Diterjemahkan oleh Jokosulistyo Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Tiga Agama Besar, Yahudi-Kristen-Islam. Cet. 1; Surabaya:Pustaka Progresif, 1994.

Fatwa MUI DKI Jakarta tanggal 12 Dzulqaidah 1421 H/15 Februari 2001 dalamhttp://www.muidkijakarta.or.id..

Fauzi, Ihsan Ali, dkk. Demi Toleransi Demi Pluralisme, Esay-esay untuk Merayakan65 Tahun M. Dawam Rahadjo. Cet. 1; Jakarta: Paramadina, 2007.

Hadiwijono, Harun. Seri Sejarah Filsafat Barat 2 dalam https://id.wikipedia.org.

Halim, Abdul. “Pluralisme Agama dan Dialog Antar Ummat Beragama”. Tajdid. Vol.XIV, No. 2, Juli-Desember 2015.

Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal danLaporan Penelitian. Ed. 1, Cet. 3; Malang: Universitas MuhammadiyahMalang, 2005.

Hamka. Studi Islam. Cet. 1; Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1982.

Hamzah, Alirman. “Hubungan Antarumat Beragama (Pengalaman Rukun dan Konflikdi Indonesia)”. Tajdid. Vol. 17, No.2, November 2014.

Handono, Irena, et.al. Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion KaryaRobert Moorey. Cet. 5; Kudus: Bima Rodheta, 2004.

Hasan, Moh. Abdul Khaliq. “Merajut Kerukunan dalam Keragaman Agama diIndonesia, Perspektif Nilai-nilai al-Qur’an”. PROFETIKA, Jurnal Studi Islam .Vol. 14, No. 1, Juni 2013.

Hawari, Muhammad. Reideologi Islam, Membumikan Islam sebagai Sistem. Cet. 3;Bogor: Al-Azhar Press, 2011.

Hitti, Philip K. The Histoey of the Arab, diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasindan Dedi Slamet Riadi. Ed. Baru, Cet. 1; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,2014.

HS., Ali Imron. “Kearifan Lokal Hubungan Antarumat Beragama di Kota Semarang”.Riptek. Vol.5, No.I, Tahun 2011.

Idaman dan Rusland. “Islam dan Pergeseran Pandangan hidup Orang Tolaki”. JurnalAl-Ulum. Volume 12, Nomor 2, Desember 2012

Ido, Sarini. “Cerita Harmonis 30 cm Bangunan Masjid dan Gereja”. Rubrik BeritaSultra Terkini, ed. 7, Agustus 2015, http://www.sultrakini.com

Idris, La Malik. “Peran Tokoh Agama dalam Memelihara Harmoni HubunganAntarumat Beragama di Kendari”. Disertasi. Makassar: UIN Makassar, 2008.

Irwansyah. “Interaksi Sosial Muslim-Kristen di Sumatera Utara (Studi tentangHubungan Keduanya di Pemukiman”. Jurnal Tsaqafah. Vol. 10, No. 2; Medan:UIN Sumatera Utara, November 2014.

Page 166: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

160

Iskandar, Arif B. Materi Dasar Islam, Islam Mulai dari Akar Hingga Daunnya. Cet. 4;Bogor: Al-Azhar Press, 2010.

Jamrah, Suryan A. “Toleransi Antarumat Beragama Perspektif Islam”. JurnalUshuluddin. Vol. 23, No 2 Juli-Desember 2015.

Al-Jawi, Muhammad Shiddiq. “Menerima Sumbangan Nonmuslim” dalamhttps://konsultasi.wordpress.com..

Kahmad, Dadang. Sosisologi Agama. Cet. 2; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Karwadi. “Motivasi Agama secara Toleran Masyarakat Dusun SosowajanBanguntapan Bantul Yogyakarta”. Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmuAgama. Vol. V, No. 1, Juni 2004.

Katsir, Ibnu. Lubabut Tafsir min Ibni Katsir. Pentahqiq Abdullah bin Muhammad bnAbdurrahman bin Ishaq Alu al-Syaikh, diterjemahkan oleh M. Abdul GhoffarE.M, dkk., Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8. Cet. 5; Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i,2008.

Al-Khalil, Atha bin. Taisir al-Wushul ila al-Ushul. Diterjemahkan oleh Yasin as-Siba’i. Ushul Fiqih, Kajian Ushul Fiqih Mudah dan Praktis. Cet. 4; Bogor:Pustaka Thariqul Izzah, 2011.

--------. Fatwa-fatwa Syaikh Atha’ bin Khalil. Penerjemah: Abu Faiz. Cet. 2; Bogor:al-Azhar Press, 2014.

Khallaf, Abdal Wahab. ‘Ilm Ushul al-Fiqh, dalam Harun Nasution, Islam Ditinjau dariBerbagai Aspeknya. Jilid II. Cet. 6; Jakarta: UI Press, 1986.

Khotimah. “Studi terhadap Komunitas Gereja HKBP Kota Pekanbaru”. Toleransi.Media Komunikasi Umat Beragama. Vol. 7, No. 2, Juli-Desember 2015.

Lisungan, Joni. “Interasi Orang hina dengan Penduduk Lokal di Kota Kendari”.Walasuji. Vol. 6, No. 1, Juni 2015.

Lutfianto, Anjar Tri dan Muhammad Turhan Yani. ”Pola Interaksi antara Umat Islamdengan Kristen di Desa Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo KabupatenSidoarjo”, e-Journal Unesa, Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02,Nomor 03; Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015.

Maftukhah, Umi. “Kerukunan Antarumat Beragama dalam Masyarakat Plural, StudiKerukunan Antarumat Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Buddha di DusunLosari, Kelurahan Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang”. Skripsi.Yogyakarta: UIN Suka Yogyakarta, 2014. http://digilib.uin-suka.ac.id/14903/2/10520029_bab-i_iv-atau-v_daftar-pu

Mahmud, Basri. Jihad Perspektif Sayid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an. Cet. 1;Samata-Gowa: Gunadarma Ilmu, 2014.

Al-Maliki, Abdurrahman dan Ahmad Da’ur. Nidzam al-‘Uqubat wa Ahkam al-Bayyinat fi al-Islam. Diterjemahkan oleh Syamsuddin Ramadhan. Sistem

Page 167: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

161

Sanksi dan Hukum Pembuktian dalam Islam. Cet. 4; Bogor Pustaka ThariqulIzzah, 2011.

Al-Mawardi, Imam. al-Ahkam al-Sultaniyah fi al-Wilayah al-Diniyyah, diterjemahkanoleh Fadhli Bahri. Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Islam. Cet.4; Bekasi: Darul Falah, 2012.

Al-Muafiri, Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam. al-Sirah al-Nabawiyah li IbniHisyam, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, JilidI. Cet. 7; Jakarta: Darul Falah, 2009.

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyurrahman. al-Rahiq al-Makhtum, Bahtsu fi Sirat al-Nabawiyah ‘ala Shahibiha Afdhal al-Shalat wa al-Salam. Diterjemahkan olehHanif yahya, et.al., Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Saw.,Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Ed. Revisi; Jakarta: Darussalam,2001.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. 4; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Al-Munawar, Said Agil Husin. Fikih Hubungan Antar Agama. Cet. 1; Jakarta: CiputatPress, 2003.

Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia. Cet. 4; Surabaya:Pustaka Progresif, 1997.

Al-Mundziri, Hafidz ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyuddin. Muktashar ShahihMuslim, diterjemahkan oleh Achamd Zaidun. Ringkasan Shahih Muslim. Cet.2; Jakarta: Pustaka Amani, 2003.

Muttakin, Ahmad. “Rekonstruksi Gagasan Pluralisme Agama, (Telaah atas BukuPluralisme Agama, Musuh Agama-agama Karya Adian Husaini)”. Jurnal al-Adyan. Vol. IX, No. 1, Januari-Juni 2014.

Nabhani, Taqiuddin. al-Dawlat al-Islamiyyah. Cet. 6; Bogor: Pustaka Fikrul Mustanir,2002.

--------. al-Tafkir. diterjemahkan oleh Taqiyuddin al-Siba’i. Hakekat Berpikir. Cet. 5;Bogor: Putaka Thariqul Izzah, 2010.

--------. Nizām al-Islāmiyyah. Cet. 6; Bogor: Pustaka Fikrul Mustanir, 2001.

Nada, Abdul ‘Aziz bin Fathi al-Sayyid. Mausu’at al-Adab al-Islamiyyah,diterjemahkan oleh Abu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur’an dan al-Sunnah. Cet. 2; Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2009.

Naim, Ngainun. “Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk, TelaahPemikiran Nurcholis Madjid”. Harmoni, Jurnal Multikultural danMultireligius. Vol. 12, No. 2, Mei-Agustus 2013.

Nasution, HM. Yunan. Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan. Cet. 1;Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Page 168: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

162

Natsir, Mohammad. Fiqhud Da’wah, Jejak Risalah dan Dasar Da’wah. Cet. 12;Jakarta: Media Da’wah, 2003.

Nawiy, Fathiy Syamsuddin Ramadhan. “Kebijakan Khilafah terhadap Non-muslim’al-Wa’ie, Ed. Oktober 2014, dalam http://hizbut-tahrir.or.id/2014/10/06/kebijakan-khilafah-terhadap-non-muslim/ diakseskembali 8 Maret 2016.

Novianti, Kurnia. “Kebudayaan, Perubahan Sosial dan Agama dalam PerspektifAntropologi”. HARMONI, Jurnal Multikultural dan Multirelgius. Vol. 12, No.2, Mei-Agustus 2013.

Nuh, Nuhrison M. dan Kustini. Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai DaerahIndonesia,

Nuh, Nuhrison M. dkk. Direktori Paham, Aliran dan Tradisi Keagamaan diIndonesia, Jilid 2. Cet. 2; Jakarta: Kementerian Agama Badan Litbang danDiklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2014.

Nuriyanto, Lilam Kadarin. Integrasi Sosial Pengelolaan Rumah Ibadah Islam DanKristen Di Surakarta. Analisa. Journal of Social Science and Religion, Volume22 No. 01 June 2015.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil KepalaDaerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pembedayaan ForumKerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat.

Pribadi, Khelmy Kalam. “Relasi muslim dan kristen (studi interpretatif tentangkonstruksi sosial toleransi jamaah Masjid Al Hikmah dan Jemaat GerejaKristen Jawa Joyodiningratan Surakarta)”. Skripsi. Surakarta: UNS-FISIP,2011.

Pulungan, J. Suyuthi. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjaudari Pandangan al-Qur’an. Cet. 2; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Pulungan, Lihat J. Suyuthi. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam MadinahDitinjau dari Pandangan al-Qur’an. Cet. 2; Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 1996.

Putri, Nindya Kartika. “Pola Komunikasi Antar Umat Beragama, Studi Kasus PolaKomunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam MenumbuhkanKerukunan Antarumat di Purwokerto. Purwokerto: Universitas JenderalSoedirman, 2012.

Qodir, Zuly. “Kontestasi Penyiaran Agama di Ruang Publik: Relasi Kristen dan Islamdi Kota Jayapura”, HARMONI, Jurnal Multikultural dan Multireligius. Vol.14, No. 1, Januari-April 2015.

Qomar, Mujamil. “Ragam Identitas Islam di Indonesia Dari Perspektif Kawasan”.Episteme. Vol. 10, No. 2, Desember 2015.

Page 169: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

163

Quthb, Sayyid. Fi Dzilal al-Qur’an. Diterjemahkan oleh As’ad Yasin, dkk. Fi ZilalilQur’an, Di Bawah Naungan al-Qur’an. Jilid 11. Cet. 2; Jakarta: Gema Insani,2008.

Rachman, Budhy Munawar. Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Orang Beriman. Cet.1; Jakarta: PT. RajaGrafindo Pesada, 2004.

--------. Islam dan Pluralisme Nurcholis Madjid. Cet. 1; Jakarta: UniversitasParamadina, 2007.

Rachman, Rasid. “Hari Raya Liturgi”. dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Pentakosta.

Rakhmat, Jalaluddin. Islam dan Pluralisme, Akhlak al-Qur’an Menyikapi Keragaman.Cet. 2; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Razi, al-Tafsir al-Kabir dalam Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatu al-Tafasir, Jilid 5, Penerjemah KH. Yasin. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011.

Redaksi Islam Center, “Hukum Membangun Tempat Ibadah Non Islam diSemenanjung Arab” dalam http://www.islam-center.net/id/fatwas/215-hukum-membangun-gereja-di-jazirah-arab-.html. Diakses 20 April 2016.

Rudianto, Yoyok. “Bersikap Adil terhadap ahl Zimmah”. al-Wa’ie, Media Politik danDakwah. No. 183 Tahun XV, 1-30 november 2015.

Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah, Merencanakan, Membangun dan MengelolaMasjid, Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral danSpiritual. Cet. 1; Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002.

Sabiq, Sayyid. Fiqhu Sunnah. Penerjemah Nor Hasanuddin, dkk. Jilid 4, Cet. 2;Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007.

Sanuri. “Dinamika Wacana Pluarlisme Keagamaan di Indonesia”. Religio, JurnalStudi Agama-agama. Vol. 2, No. 1, Maret 2012.

Schuon, Frithjof. Islam and the Perenial Philosophy, diterjemahkan oleh RahmaniAstuti dengan judul Islam dan Filsafat Perenial. Cet. 1; Bandung: PenerbitMizan, 1993.

Seksi Integrasi Pengolahan dan Deseminasi Statistik Badan Pusat Statistik KotaKendari. Kota Kendari dalam Angka 2015. Kendari: BPS Kota Kendari, 2015.

Shabuni, Syaikh Muhammad Ali. Shafwatu al-Tafasir. Jilid 5. Penerjemah KH. Yasin;Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011.

Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Al-Islam, jilid 2. Cet.1, Ed. 2; Semarang: PTPustaka Rizki Putra, 1998.

Shihab, Alwi. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dan Beragama. Cet. 5; Bandung:Penerbit Mizan, 1999.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalamKehidupan Masyarakat. Cet. 29; Jakarta: Mizan, 2006.

Page 170: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

164

Sirry, Mun’im A. Membendung Militansi Agama: Iman dan Politik dalam MasyarakatModern. Jakarta; Erlangga, 2003.

Smart, Ninian. “Pluralism” dalam Donal W. Musser dan Joseph L. Price, A NewHandbook of Cristian Theology, dalam Malik Idris, “Dakwah dalamMasyarakat Plural, Peran Tokoh Agama dalam Memelihara HubunganAntarumat Beragama di Kendari”. Disertasi. Makassar: UIN AlauddinMakassar, 2008.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BidangKesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. 3; Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 1999.

Sudarta (1999), Konflik Islam-Kristen, Menguak Akar Masalah Hubungan AntarumatBeragama di Indonesia, dalam Muhammadong, Pluralitas Agama dan DialogAntarumat Beragama,unm-digilib-unm-drmuhammad-341-1-pluralit-a.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cet. 3; Bandung:Alfabeta, 2007.

Suprayogo, Imam dan M. Zainuddin. Potret Kerukunan Hidup Antarumat Beragamadi Malang Selatan. Jakarta: Mediacita, 2002.

al-Suyuthi, Imam. Tarikh al-Khulafa’, Sejarah Para Penguasa Islam diterjemahkanoleh Samson Rahman. Cet. 7; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.

Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Penerjemah Mukhtar Yahya). Jakarta: PT.Pustaka Al-Husna, 2003.

Syalthout, Syaikh Mahmoud. al-Islam, Aqidah wa Syari’ah. Diterjemahkan olehBustami A. Gani dan B. Hamdany Ali. Islam, Aqidah dan Syariah, Jilid 2. Cet.3; Jakarta; Bulan Bintang, 1985.

Syamhudi, Kholid. Apakah Semua Orang Kafir Sama, dalamhttp://almanhaj.or.id/content/2569/slash/0/apakah-semua-orang-kafir-sama/

Tim Penyusun Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3, Cet. 3; Jakarta:Balai Pustaka, 2005.

W.A.Gerungan. Psikologi Sosial. Cet. 11; Bandung: Eresco, 1988.

Wadjdi, Farid. “Khilafah Mewujdukan Islam Rahmatan Lil Alamin”. al-Wa’ie, MediaPolitik dan Dakwah. No. 189 Tahun XVI, 1-31 Mei 2016.

Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Lamhah min Tarikh al-Da’wah, asbab al-Da’fi fi alUmmat al-Islamiyyah, diterjemahkan oleh Fadhli Bahri dengan judul Wajah Dunia Islam, Daribani Umayyah Hingga Imperialisme Modern. Cet. 5; Jakarta: Pustaka al-Kautsar,2005

Varshney. Ethnic Conflict and Civic Life, dalam Fu Xie. Hubungan antara OrangKristen dan Islam dalam Masyarakat Sipil: Studi di Kota Sukabumi dan KotaBandung. Prosiding The 5th International Conference on Indonesian

Page 171: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

165

Studies:“Ethnicity and Globalization, icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

Wikipedia, The Free Ensiklopedia pada https://en.wikipedia.org.

Xie, Fu.”Hubungan antara Orang Kristen dan Islam dalam Masyarakat Sipil: Studi diKota Sukabumi dan Kota Bandung”. Prosiding. The 5th InternationalConference on Indonesian Studies: “Ethnicity and Globalization,icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Ed. 1, Cet. 21; Jakarta: Rajawali Press, 2008.

Yin, Robert K. Case Study, Research Design and Methods. Diterjemahkan oleh M.Djauzi Mudzakir, Studi Kasus, Desain dan Metode. Cet. 2; Jakarta:RajaGrafindo, Persada, 1997.

Yunus, Abd. Rahim. “Membangun Budaya Toleransi di Tengah Pluralitas Agama diIndonesia”. Jurnal Rihlah. Vol. 1, Nomor 1, 2013.

Zallum, Abdul Qadim. al-Amwal fi Dawlat al-Khilafah. Diterjemahkan oleh AhmadS., dkk dengan judul Sistem Keuangan Negara Khilafah. Cet. 3; Jakarta: HTIPress, 2004.

Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh. Jilid 8. Penerjemah Abdul Hayyieal-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2011.

Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam. Ed. 2, Cet. 8; Jakarta:Haji Masagung, 1994.

Sumber online:

KBRN, www.rri.co.id.

http://hizbut-tahrir.or.id/2014/10/06/kebijakan-khilafah-terhadap-non-muslim/

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/17/nrmprs-ini-kronologis-pembakaran-masjid-di-tolikara

http://regional.kompas.com/read/2015/07/21/14505321.

http://simas.kemenag.go.id

http://sketsanews.com

http://sultra.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=273388.

http://www.dprd-sultraprov.go.id/p/sejarah-dprd.html.

http://www.sultrakini.com.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jazirah_Arab. diakses 28 Maret 2016.

https://beritagar.id/artikel/berita/kronologi-pembakaran-gereja-di-singkil-aceh

Page 172: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Harmoni Masjid-Gereja, Pola Hubungan Jamaah Masjid Da’wah Wanitadengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kota Kendari

Peneliti : Hasan Basri

INFORMAN : KRISTIANIIdentitas informan

Nama :

Jabatan :

PERTANYAAN PENDAHULUAN

1. Apakah Bapak/Ibu berkunjung ke rumah tetangga yang beragama Islam (pada hari-

hari biasa, hari raya umat Islam, perjamuan)?

2. Apakah Bapak/Ibu memiliki hubungan bisnis (bekerja sama, berutang-piutang,

berjual-beli, dsb) dengan jamaah Masjid Da’wah Wanita?3. Berapa jumlah jemaat GPdI Bukit Zaitun yang tinggal di dekat gereja?

PERTANYAAN INTI

4. Bagaimana sejarah pendirian GPdI Bukit Zaitun?

5. Apakah pengurus masjid biasa menyampaikan kepada pihak gereja ketika ada

kegiatan, perayaan, rencana renovasi bangunan masjid, dll?

6. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai keberadaan masjid yang dibangun di

samping gereja?

7. Apakah biasa dilakukan kerja bakti bersama antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja?

8. Apakah jemaat gereja biasa memanfaatkan sarana/fasilitas milik masjid (seperti

halaman, air, listrik, dll.)?

9. Apakah Bapak/Ibu pernah berdiskusi tentang agama dengan tetangga/jamaah

masjid?

10. Menurut Bapak/Ibu, faktor apa yang bisa menjadi sebab paling potensial terjadinya

gesekan atau konflik antara jemaat gereja dengan jamaah masjid?

11. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus dilakukan agar hubungan jemaat gereja dengan

jamaah masjid tetap terpelihara?

12. Sebagai agama yang diyakini kebenarannya, bagaimana cara Bapak/Ibu

menyampaikannya kepada orang lain termasuk kepada orang Islam agar mereka

tertarik memeluk Kristen?

Page 173: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Harmoni Masjid-Gereja, Pola Hubungan Jamaah Masjid Da’wah Wanitadengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kota Kendari

Peneliti : Hasan Basri, Dosen IAIN Kendari

INFORMAN : TOKOH MUSLIMIdentitas informan

Nama :

Jabatan :

PERTANYAAN PENDAHULUAN

1. Apakah Bapak/Ibu berkunjung ke rumah tetangga yang beragama Kristen (pada

hari-hari biasa, hari raya, perjamuan, dsb)?

2. Apa yang menjadi topik pembicaraan Bapak/Ibu ketika bertemu/berkunjung ke

tetangga/jemaat gereja?

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki hubungan bisnis (bekerja sama, berutang-piutang,

berjual-beli, dsb) dengan jemaat gereja?

4. Sepengetahuan Bapak/Ibu, berapa banyak jemaat GPBZ yang tinggal di sekitar

masjid/gereja?

PERTANYAAN INTI (dikebangkan dalam proses wawancara)

5. Mengapa MDW dibangun berdempetan dengan GPBZ?

6. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai keberadaan masjid yang dibangun di

samping gereja?

7. Bagaimana hubungan antara jamaah masjid dengan jemaat gereja selama ini?

8. Apakah pengurus GPBZ biasa menyampaikan kepada pihak masjid ketika ada

kegiatan, perayaan di gereja, rencana renovasi bangunan gereja, dll?

9. Apakah biasa dilakukan kerja bakti bersama antara jamaah masjid dengan jemaat

gereja?

10. Apakah jamaah masjid biasa memanfaatkan sarana/fasilitas milik gereja (seperti

halaman parkir, air, listrik, dll.)?

11. Apa yang harus dilakukan agar hubungan jamaah masjid dengan jemaat gereja tetap

terpelihara?

12. Faktor apa yang bisa menjadi sebab paling potensial terjadinya gesekan atau konflik

antara jamaah masjid dengan jemaat gereja?

13. Sebagai agama yang diyakini kebenarannya, bagaimana cara terbaik Bapak/Ibu

menyampaikannya kepada orang lain termasuk kepada orang Kristen agar mereka

tertarik memeluk Islam?

Page 174: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Harmoni Masjid-Gereja, Pola Hubungan Jamaah Masjid Da’wah Wanitadengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kota Kendari

Peneliti : Hasan Basri, Dosen IAIN Kendari

INFORMAN : APARAT PEMERINAH (KELURAHAN DAN KECAMATAN)

Identitas informan

Nama :

Jabatan :

1. Peran dan kontribusi aparat pemerintah dalam pembangunan masjid dan gereja2. Hubungan sosial informan dengan kedua pemilik rumah ibadah3. Pengaruh informan terhadap kepengurusan masjid dan gereja4. Keuntungan dan kerugian bagi pemerintah dengan adanya masjid dan gereja yang

berdempetan5. Hambatan informan sebagai aparat dalam menjalin hubungan dengan jamaah masjid

dan jemaat gereja.6. Ada tidaknya perlakuan khusus terhadap informan selaku aparat terkait aktivitas

rumah ibadah yang melibatkan aparat daerah.7. Ada atau tidaknya penyampaian kepada aparat pemerintah ketika akan dilakukan

renovasi bangunan rumah ibadah8. Ada atau tidaknya keinginan informan untuk mepertahankan kondisi dua rumah

ibadah yang berdempetan.9. Pernah atau tidaknya aparat pemerintah terlibat dalam penyelesaian ketika terjadi

gesekan atau konflik antara pemilik rumah ibadah yang berdempetan.

Page 175: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

PEDOMAN DOKUMENTASI

Judul Penelitian : Harmoni Masjid-Gereja, Pola Hubungan Jamaah Masjid Da’wah Wanitadengan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kota Kendari

Peneliti : Hasan Basri, Dosen IAIN Kendari

No Nama Dokumen Ada Tidak ada Ket.

1 Peta lokasi: Kecamatan Kendari Barat,

kelurahan Dapu-dapura

2 Gambar masjid dan gereja

3 Dokumen sejarah masjid

4 Dokumen sejarah gereja

5 Data jumlah penduduk Kecamatan

Kendari Barat Kelurahan Dapu-dapura

6 Jumlah rumah ibadah di Kendari Barat

7 Jumlah jamaah masjid

8 Jumlah jemaat gereja

9 Data program kegiatan masjid

10 Data program kegiatan gereja

11 Data konflik yang pernah terjadi

12 Lainnya...

Page 176: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

Lampiran 2: Daftar Informan

DAFTAR KEY INFORMAN

No N a m a Jabatan/Pekerjaan Alamat1 M. Arief Tangke, BA. Penasihat Pengurus

Masjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Konggoasa Kel.Dapudapura Kec.Kendari Barat KotaKendari

2 Sukarman, STP.AK Ketua Pengurus MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Simbo Kel.Watubangga Kec.Baruga Kota Kendari

3 Drs. Marsuki Ketua I Pengurus MasjidDa’wah Wanita Kendari

Kel. Kambu Kec.Kambu Kota Kendari

4 M. Yusuf Latif, SE Sekretaris PengurusMasjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec.Kendari Barat KotaKendari

5 H. Tamanking Imam Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapu-dapura Kec.Kendari Barat KotaKendari

6 Sariono A. Tanjing, S.Ag. Ketua Seksi DakwahMasjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Tekaka Kel. KandaiKec. Kendari

7 Dra. Hasmira Said, M.Pd. Ketua Majlis Ta’limMasjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Tekaka Kel. KandaiKec. Kendari

8 Faisal Makmur Ketua Remaja MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Kongoasa Kel.Kandai Kec. KendariKota Kendari

9 Pdt. Ir. David AgusSetiawan,M.Th

Pendeta GPdI BukitZaitun Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec.Kendari Barat KotaKendari

Page 177: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

DAFTAR INFORMAN BIASA

No N a m a Jabatan/Pekerjaan Alamat1 H. Jamaluddin Imam II Masjid Da’wah

Wanita KendariJl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

2 Makmur, S.Sos., M.Pd. Sekretaris KecamatanKendari Barat

Kecamatan Kendari Barat

3 Makmur Dg. Kulle, B.Sc, Sekretaris I PengurusMasjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Kongoasa Kel. KandaiKec. Kendari Kota Kendari

4 Abdullah Jamaah Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Kandai Kec. Kendari KotaKendari

5 Drs. Marzuki, MA Mantan PengurusRemaja Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Melati DesaKotabangun Kec.Ranomeeto Kab. KonaweSelatan

6 Yahsam Jamaah Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Kandai Kec. Kendari KotaKendari

7 Laode Maerdi Jamaah Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Tekaka Kel. KandaiKec. Kendari

8 Drs. Zulkifli Lurah Kandai Kec.Kendari

Kel. Tipulu Kec. KendariBarat

9 Rustam Pedagang MakananJadi/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

10 La Ali, SH. Sekretaris Lurah Dapu-dapura

Tipulu Kendari Barat KotaKendari

11 Aslan Ketua Seksi KebersihanRemaja Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel. Dapu-dapura Kec. Kendari BaratKota Kendari

12 Dg. Ngai Seksi KebersihanPengurus MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel. Dapu-dapura Kec. Kendari BaratKota Kendari

13 Hj. Hatma Pemilik toko alat rumahtangga/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

14 Umi Pengusaha BengkelMotor/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

15 Anton Security/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

16 Mulwi PengusahaSalon/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

Page 178: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

17 Hasmira Pedagang makananjadi/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

18 Fatma Pedagang makananjadi/Jamaah MasjidDa’wah Wanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

19 Dedi Remaja Masjid Da’wahWanita Kendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Dapudapura Kec. KendariBarat Kota Kendari

20 Murni Pedagang/JamaahMasjid Da’wah WanitaKendari

Jl. Ir. Soekarno Kel.Kandai Kec. Kendari KotaKendari

Page 179: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

Lampiran 2: Pengurus Masjid Da’wah Wanita

SUSUNAN PENGURUS MASJID DA’WAH WANITA KENDARIPERIODE TAHUN 2015-2020

Pelindung : 1. Walikota Kendari2. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kendari3. Kepala Wilayah Kecamatan Kendari Barat4. Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Kendari Barat5. Lurah Daupu-dapura Kec. Kendari Barat

Penasihat : 1. Ny. Hj. Hilda Yoenoes Boekoesoe2. H. Sahabuddin Said3. Sulfakri Sidik, SE., M.Pd4. Andi Tawakkal5. M. Arief Tangke, BA

PengurusKetua : Sukarman, AK.STP.Ketua I : Drs. MarsukiKetua II : Ali Hamzah, S.SosSekretaris : M. Yusuf Latif, SE.Sekretaris I : Arman, S.Sos.Sekretaris II : Makmur Dg. Kulle, B.Sc.Bendahara : H. Sangkala AmarWakil Bendahara : Makmur Tamangking

10. Seksi pembangunanKetua : Brusly S. Herman, S.SosAnggota : Ir. H. Dody Koeshariandi

Ir. Muchdar AssegafRusdi Elyas Syah

2. Seksi pendanaanKetua : Makmur TamangkingAnggota : Ashari Umar, SE.

H. Muhammad, S.Sos.H. Abdul RaufNasrun

3. Seksi perlengkapanKetua : Muh. Kudus KasimAnggota : Abdullah Rachim

Dg. AmirRamang Sahaka

Page 180: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

4. Seksi dakwahKetua : Sariono A. Tanjing, S.Ag.Anggota : H. Fadly

Muh. Asfar Dahlan, Lc., MAIr. Ibrahim DahlanSuardi

5. Seksi ibadah/imam masjidKetua : H. Tamangking

H. JamaluddinH. Abdul KarimLa Ninsafu, S.Ag

6. Seksi pemberdayaan wanitaKetua : Dra. Hasmira Said

Hasnia Aras, S.EIHj. NurniatiHj. St.SuaraHj. MarlinaSugiani Makmur

7. Seksi kepemudaan/protokolKetua : Hamka, S.Pd.I

Faisal MakmurDhany Makmur TamangkingAyu Sulfiani Makmur

8. Seksi kebersihanKetua : M. Riski Dahlan, SKM

Asrib Abullah SahabuddinDg. Ngai

11. Seksi keamananKetua : AIPDA La Hanisi

Arifuddin CammingHamja Delallah

Sumber: Surat Keputusan Nomor 001/KEP-P.MDW/2015 tentang Pembentukan danKelengkapan Pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari Periode Tahun 2015 s.d 2020

Page 181: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

PENGURUS REMAJA MASJID DA’WAH WANITA KENDARIPERIODE TAHUN 2015-2016

Ketua : Faizal Makmur

Wakil Ketua : Ilham

Sekretaris : Tober

Bendahara : Haslan

1. Seksi Dakwah : Aldi

2. Seksi perpustakaan : Jefri

3. Seksi perlengkapan : Syawal

4. Seksi Kebersihan : Edi

Page 182: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

Lampiran 4: Foto Dokumentasi

Gambar 1Masjid Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun dilihat dari arah utara (Jl. Ir. Soekarno)

Gambar 2 dan 3Masjid Da’wah Wanita dan GPdI Bukit Zaitun dilihat dari arah Selatan (Jl. Konggoasa)

Page 183: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

Gambar 4Ibu Madjid (Ny. Hj. Hilda Yoenoes Boekoesoe)

Penggagas Majlis Ta’im (cikal-bakal) Masjid Da’wah Wanita Kendari

Gambar 5Ny. Hj. Hilda Yoenoes Boekoesoe dan Brigjen. Abdul Madjid

Page 184: BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF MANDIRI IAIN ...akreditasi.iainkendari.ac.id/2018/AIPT/LAMPIRAN STANDAR 7...merupakan dua kasus yang menciderai hubungan antarumat beragama di Indonesia

BIOGRAFI PENULIS

HASAN BASRI, lahir di Kuala Lemang, 10 Pebruari 1975 darikeluarga petani perantau dari Bone Provinsi Sulawesi Selatan keIndragiri Hilir Provinsi Riau. Anak kedua dari dua bersaudara,Ayahnya bernama Baddu bin Rahmani (di ijazah: Hidek), ibunyaHj. Huda binti Rukkeng. Pekerjaan sebagai dosen tetap IAINKendari. Alamat rumah Jl. Bukit Mekar RT/RW 04/01 DesaKotabangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan,Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pendidikan dasar ditamatkan di Sekolah Dasar Negeri 014 Kuala Lemang,Kecamatan Keritang Tahun 1988 dan di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Nurul WathanPasar Kembang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir-Riau Tahun 1991.Pendidikan menengah ditamatkan di Madrasah Aliyah Negeri I Watampone KabupatenBone, Sulawesi Selatan Tahun 1994. Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) diperoleh dariJurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin UjungpandangTahun 1998 dan Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) pada Program Studi DirasahIslamiyah Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun 2008.

Menikah dengan Nursiah binti Abd. Malik Saleh pada tahun 2001 dan barudikaruniai tiga orang anak, yakni: Al-Lailah Nur Muthmainnah HB. (perempuan, 15tahun), Al-Amin Abdullah Hasan (laki-laki, 13 tahun), Muhammad Ibnu Hasan (laki-laki, 7 tahun).

Sebelum diangkat sebagai dosen tetap pada IAIN Kendari, pernah mengajar dibeberapa lembaga pendidikan, seperti: Modern English College of Macassar (MECCA)di Makassar tahun 1997-1999, Bekasi English Student (BEST) di Bekasi Utara tahun1999-2000, Victory English Course Bekasi Utara Jawa Barat tahun 2000, Basic EnglishSchool of Training (BEST) Kendari dan BMS English Course Anduonohu, Kendaritahun 2002.

Karya ilmiah dan penelitian: Pendidikan Islam: Pewarisan Nilai Budaya diPesantren Ummusshabri Kendari (Tesis, 2008), Pola Dakwah dalam RangkaMeningkatkan Pengamalan Agama Lanjut Usia di PSTW Minaula Kendari (Penelitian,2013), Filsafat Pendidikan Islam (Buku, terbit 2008), Sejarah Pendidikan Islam (Buku,terbit 2008), Pengantar Manajemen, Pendekatan Baru (Buku Ajar, terbit 2009), Pesantrendi Indonesia, Dilema dan Prospek (jurnal, 2008), Konsep Pendidikan Ibnu Taymiyah,Tujuan Pendidikan dan Metode Pembelajaran (jurnal, 2009), Manajemen Dakwah,Pembentukan dan Aktivitas Kelompok Dakwah (jurnal, 2010), Dakwah MelanjutkanKehidupan Islam (jurnal, 2011), Dakwah Membentur Peradaban (jurnal, 2012),Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Dakwah (jurnal, 2013),Manajemen Dakwah Rasul di Mekkah (jurnal, 2014), Manajemen Modern (Jurnal,2014), Manajemen Dakwah Nabi Saw. di Madinah (jurnal, 2015), ManajemenMultikulturalisme dalam Islam (jurnal, 2015), Manajemen Organisasi Dakwah (jurnal,2016).