bank syariah mulai kelebihan muatan

6
Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan Written by Muhammad Iqbal Gifari Saturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08 PADA tanggal 7 Februari 2004, Kompas Biro Jawa Timur menyelenggarakan diskusi terbatas tentang perkembangan bank syariah dan bank-bank konvensional. Diskusi tersebut menampilkan Wakil Pemimpin Bank Indonesia Surabaya Bidang Perbankan, Joni Swastanto, Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supariyanto, Pemimpin Divisi Usaha Syariah Bank BNI Rizqullah, dan Pimpinan Cabang Bank Syariah Mandiri Surabaya Sugiharto. SUATU waktu, unit usaha syariah Bank Negara Indonesia (Bank BNI) didatangi seorang biarawati yang hendak menyimpan uangnya. Kemudian seorang petugas pelayanan nasabah memberitahukan bahwa di Bank Syariah BNI berlaku sistem syariah yang agak berbeda dengan bank umum. Tanpa dinyana, biarawati itu menjawab bahwa dirinya sudah mengetahui perihal bank yang menggunakan sistem syariah. Hal yang sama terjadi di Bank Syariah Mandiri (BSM) Surabaya. Nasabah yang datang ke bank tersebut sebagian besar adalah para pengusaha keturunan Tionghoa yang ada di Kota Pahlawan. Bagi mereka, yang terpenting dalam menginvestasikan dana di bank adalah seberapa besar keuntungan yang akan mereka peroleh. Karakteristik nasabah bank memang berbeda-beda, ada nasabah rasional dan ada pula nasabah emosional. Kini bank-bank syariah ibarat sebuah biduk. Laju perbankan syariah walau tidak semantap dulu. Saat ini perahu perbankan syariah tampak tidak pernah kelebihan muatan air. Air yang masuk begitu deras untuk mendinginkan mesin ternyata tidak terlalu sulit untuk dikeluarkan secara seimbang sehingga beban pun tidak semakin berat. Ternyata, biduk kecil perbankan syariah tidak terjangkiti penyakit yang diduga lebih dulu kronis menggerogoti kapal induk perbankan konvensional yang ada di depannya, yaitu sama-sama sulit mengucurkan kredit, atau pembiayaan dalam istilah perbankan syariah. Kondisi itu tercerminkan seolah-olah tidak sebanding lagi pertumbuhan antara dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan di mana pertumbuhan DPK terlihat lebih cepat sementara pembiayaan lebih lambat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per November 2003, total DPK perbankan syariah secara nasional sebesar Rp 5,16 triliun, tumbuh 76,7 persen dibandingkan dengan Desember 2002 sebesar Rp 2,92 triliun. Adapun pembiayaan pada periode yang sama hanya tumbuh sekitar 67 persen, dari Rp 3,28 triliun menjadi Rp 5,47 triliun. 1 / 6

Upload: muhammad-asmi

Post on 19-Jun-2015

137 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

PADA tanggal 7 Februari 2004, Kompas Biro Jawa Timur menyelenggarakan diskusi terbatastentang perkembangan bank syariah dan bank-bank konvensional. Diskusi tersebutmenampilkan Wakil Pemimpin Bank Indonesia Surabaya Bidang Perbankan, Joni Swastanto,Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supariyanto, Pemimpin Divisi Usaha Syariah Bank BNIRizqullah, dan Pimpinan Cabang Bank Syariah Mandiri Surabaya Sugiharto.

SUATU waktu, unit usaha syariah Bank Negara Indonesia (Bank BNI) didatangi seorangbiarawati yang hendak menyimpan uangnya. Kemudian seorang petugas pelayanan nasabahmemberitahukan bahwa di Bank Syariah BNI berlaku sistem syariah yang agak berbedadengan bank umum. Tanpa dinyana, biarawati itu menjawab bahwa dirinya sudah mengetahuiperihal bank yang menggunakan sistem syariah.

Hal yang sama terjadi di Bank Syariah Mandiri (BSM) Surabaya. Nasabah yang datang ke banktersebut sebagian besar adalah para pengusaha keturunan Tionghoa yang ada di KotaPahlawan. Bagi mereka, yang terpenting dalam menginvestasikan dana di bank adalahseberapa besar keuntungan yang akan mereka peroleh. Karakteristik nasabah bank memangberbeda-beda, ada nasabah rasional dan ada pula nasabah emosional.

Kini bank-bank syariah ibarat sebuah biduk. Laju perbankan syariah walau tidak semantap dulu.Saat ini perahu perbankan syariah tampak tidak pernah kelebihan muatan air. Air yang masukbegitu deras untuk mendinginkan mesin ternyata tidak terlalu sulit untuk dikeluarkan secaraseimbang sehingga beban pun tidak semakin berat.

Ternyata, biduk kecil perbankan syariah tidak terjangkiti penyakit yang diduga lebih dulu kronismenggerogoti kapal induk perbankan konvensional yang ada di depannya, yaitu sama-samasulit mengucurkan kredit, atau pembiayaan dalam istilah perbankan syariah.

Kondisi itu tercerminkan seolah-olah tidak sebanding lagi pertumbuhan antara dana pihakketiga (DPK) dan pembiayaan di mana pertumbuhan DPK terlihat lebih cepat sementarapembiayaan lebih lambat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per November 2003, totalDPK perbankan syariah secara nasional sebesar Rp 5,16 triliun, tumbuh 76,7 persendibandingkan dengan Desember 2002 sebesar Rp 2,92 triliun. Adapun pembiayaan padaperiode yang sama hanya tumbuh sekitar 67 persen, dari Rp 3,28 triliun menjadi Rp 5,47 triliun.

1 / 6

Page 2: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

Hal yang sama juga terjadi di bank syariah yang terdapat di daerah. Di Jawa Timur, misalnya,DPK bank syariah per akhir tahun 2003 sebesar Rp 359,7 miliar, naik 87,25 persendibandingkan dengan tahun 2002. Namun, dalam periode yang sama, pembiayaan hanyatumbuh 71,15 persen dari Rp 258,74 miliar menjadi Rp 442,8 miliar.

Akibat pertumbuhan yang seolah-olah tidak seimbang, karena rasio pembiayaan terhadap DPK(financing to deposits ratio/FDR, sama dengan loan to deposits ratio/LDR dalam perbankankonvensional) perbankan syariah juga seperti terus merosot. Per November 2003 FDR sebesar106 persen, turun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2002 sebesar 112persen.

Ketidakseimbangan antara penyerapan DPK dan penyaluran pembiayaan jelas bukan masalahsepele bagi perbankan syariah. Menurut Eko, karena perbankan syariah menganut sistem bagihasil, beban berat yang kini ditanggung pihak bank juga otomatis akhirnya menjadi beban pihakdeposan. Artinya, imbal hasil yang diperoleh deposan bank syariah cenderung mengecil secaraekonomi tetapi cenderung selalu bertambah baik dari segi hukum, sumber daya insan danpedidikannya ...

***

EKO menjelaskan, sebenarnya ketidakseimbangan DPK dan pembiayaan pada perbankansyariah bukan semata disebabkan kesulitan mengucurkan pembiayaan, namun juga karenapesatnya pertumbuhan DPK bank syariah akhir-akhir ini.

Nurdin Hasibuan, Direktur BSM, pekan lalu di Surabaya, mengatakan, dengan imbal hasil(return) yang lebih menarik ketimbang bunga bank konvensional, masyarakat memang lebihtertarik menanamkan dananya di perbankan syariah.

Sebagai contoh, untuk deposito, imbal hasil yang diterima deposan bank syariah saat ini masihsekitar 8 persen. Padahal, di bank konvensional, bunga deposito untuk jangka waktu satu bulanrata-rata hanya berkisar 6 persen.

2 / 6

Page 3: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

Sugiharto menceritakan, akibat imbal hasil yang lebih menarik, banyak masyarakat yangakhirnya mengalihkan depositonya dari bank konvensional ke bank syariah.

"Awal Februari lalu BSM Cabang Surabaya mendapat pengalihan dana sekitar Rp 25 miliar darisejumlah pengusaha Tionghoa," katanya.

Selain itu, Sugiharto juga mengakui, munculnya fatwa Sidang Ijma Komisi Fatwa Majelis UlamaIndonesia (MUI) yang mengharamkan bunga bank juga turut memberi andil terhadappercepatan pertumbuhan DPK di bank syariah. Sejak fatwa tersebut dikeluarkan, BSM CabangSurabaya telah menerima pengalihan rekening dari perbankan konvensional dengan total nilaisekitar Rp 1 miliar.

"Akibat kondisi tersebut, tidak heran saat ini hampir seluruh bank syariah memiliki dana idleatau dalam posisi kelebihan DPK," kata Sugiharto. Sebagai contoh, di BSM Cabang Surabayaterdapat dana idle sebesar Rp 32 miliar. Dana tersebut sampai saat ini masih belum bisadisalurkan dalam bentuk pembiayaan.

Hal yang sama juga terjadi di Bank BNI Unit Syariah. Menurut Rizqullah, secara nasional, BankBNI Unit Syariah sekarang ini memiliki dana menganggur sebesar Rp 100 miliar. Ekomenambahkan, menumpuknya dana menganggur jelas menjadi beban karena kinerja banksyariah sangat tergantung terhadap pembiayaan.

Hal ini mengingat penyimpanan kelebihan dana dalam Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, atausimpanan antarbank syariah, memberikan imbal hasil jauh di bawah imbal hasil yang diperolehdari pembiayaan. Kondisi ini berbeda dengan perbankan konvensional, di mana kelebihan danadianggap wajar karena masih dapat disimpan dalam Sertifikat Bank Indonesia yang bunganyamasih lebih tinggi dari deposito.

Dampak lebih jauh, karena menganut sistem bagi hasil di mana imbal hasil yang diperolehdeposan bisa naik-turun tergantung keuntungan bank, nisbah bagi hasil untuk deposan punakhirnya semakin mengecil.

3 / 6

Page 4: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

Sugiharto mencontohkan, di BSM, pada tahun 2003, rata-rata nisbah bagi hasil untuk bank dandeposan adalah 49 berbanding 51. Namun, saat ini nisbah tersebut berubah menjadi 55 untukbank dan 45 untuk deposan. Artinya, nisbah bagi hasil yang diterima deposan saat ini menurundibandingkan dengan sebelumnya.

KETIDAKSEIMBANGAN antara DPK dan pembiayaan semakin besar karena, menurutRizqullah, saat ini perbankan syariah juga semakin sulit memperoleh debitor yang dianggaplayak. "Mencari debitor yang baik semakin sulit karena diperebutkan oleh semua pihak, baikbank konvensional maupun bank syariah," katanya.

Apalagi, selama ini perbankan syariah juga masih mengandalkan pembiayaan murabahah (jualbeli) dan belum banyak menyentuh pembiayaan yang bersifat bagi hasil, seperti mudharabahdan musyarakah.

Contohnya di Bank BNI Unit Syariah, dari total pembiayaan per tahun 2003 sebesar Rp 481,2miliar, porsi pembiayaan mudharabah hanya sekitar 8 persen, atau sebesar Rp 42,9 miliar.Adapun sisanya sebesar Rp 438,3 miliar disalurkan sebagai pembiayaan murabahah.

Hal yang sama juga berlaku secara nasional. Dari total pembiayaan sebesar Rp 5,47 triliun,porsi pembiayaan murabahah mencapai 71,2 persen. Adapun pembiayaan musyarakah danmudharabah hanya sekitar 20,3 persen.

"Memang pembiayaan ideal bagi bank syariah adalah mudharabah dan musyarakah. Namun,hal itu tidak bisa dilakukan secara cepat karena masyarakat butuh edukasi mengenai haltersebut," katanya.

Eko menambahkan, umumnya pengusaha enggan mengajukan pembiayaan mudharabah kebank syariah karena adanya tuntutan atas keterbukaan kinerja keuangan. Bisa jadi, sebenarnyamargin keuntungan pengusaha bersangkutan sangat besar sehingga lebih menguntungkan jikamenggunakan kredit bank konvensional.

Dengan kondisi tersebut, Eko menyimpulkan, sebenarnya dari sisi penyerapan dana

4 / 6

Page 5: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

masyarakat, bank syariah tidak mendapatkan kesulitan apa pun. "Dana akan terus mengucurderas ke perbankan syariah," katanya.

Akan tetapi, dari sisi penyaluran pembiayaan, perbankan syariah harus waspada. "Faktorpembiayaan inilah yang akan menjadi kunci perkembangan bank syariah di masa mendatang.Jika bank syariah tidak mampu melakukan terobosan dalam pembiayaan maka akan menjadibumerang bagi perbankan syariah sendiri," katanya.

Menurut data Riset Infobank, selama setahun terakhir ini, yaitu posisi akhir tahun 2002 sampaiNovember 2003, aset total perbankan syariah mengalami peningkatan dari Rp 4,045 triliunmenjadi Rp 7,441 triliun, atau naik 77 persen. Jumlah aset total tersebut jika dibandingkandengan aset perbankan nasional, yang mencapai Rp 1.147 triliun, porsi aset perbankansyariahnya hanya 0,64 persen, atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan awaltahun 2002 yang perannya hanya 0,25 persen.

Sementara dari sisi penyaluran dana (kredit), perbankan syariah mampu meningkatkan posisikredit (pembiayaan) menjadi Rp 5,366 triliun, atau masih berkisar pada angka 1,15 persen darikredit yang dikucurkan perbankan nasional. Posisi ini mengalami peningkatan dibandingkandengan akhir tahun 2002 yang hanya Rp 4,105 triliun, atau hanya lebih kurang 1 persen.

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun perbankan syariah (Oktober 2003) sebesar Rp 4,16triliun, atau 0,58 persen, dari dana pihak ketiga perbankan. Seperti halnya aset dan kredit,peran perbankan syariah semakin bertambah dari waktu ke waktu. Sementara dari sisi kualitasaktiva yang tercermin dari NPF berada pada angka 3,67 persen. Sementara itu, kreditbermasalah (NPL) gross perbankan 7,7 persen dan NPL net 1 persen.

Sedangkan dari sisi Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE), perbankan syariahrelatif baik, yaitu sebesar 1,45 persen dan 10,45 persen. Jumlah kantor bank syariah sebanyak253 unit, terdiri dari 86 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, 6 Unit Usaha Syariah dengan kantorsebanyak 38 unit dan 129 cabang dari dua bank syariah. Selama setahun ini telah terjadipenambahan kantor bank syariah sebanyak 54 unit.

EKO memperkirakan, dengan adanya fatwa MUI tentang bunga bank haram, secara langsungakan mempercepat pertumbuhan bank syariah. Paling tidak, bank-bank akan mempercepat

5 / 6

Page 6: Bank Syariah Mulai Kelebihan Muatan

Bank Syariah Tidak Pernah Kelebihan Muatan

Written by Muhammad Iqbal GifariSaturday, 18 April 2009 11:55 - Last Updated Thursday, 23 April 2009 13:08

proses pembentukkan unit syariah. Pertimbangannya karena kebutuhan di masyarakat tentangproduk-produk syariah meningkat dan dipercepat dengan adanya fatwa MUI tersebut.

"Namun, sebenarnya, tanpa ada fatwa MUI sekalipun, perbankan syariah akan mengalamipertumbuhan karena banyak didukung oleh infrastruktur kelembagaan dan komitmen dari BI.Selain itu, banyaknya bank umum yang membuka unit syariah menandakan potensi untukberkembang masih tetap terbuka lebar," ujar Eko.

Kecenderungan bank syariah mengeluarkan obligasi syariah yang diminati banyak investormenandakan bahwa ekspansi bank syariah dapat memperbaiki struktur modal dan strukturpendanaan jangka panjang. Persoalan modal menjadi sangat krusial bagi bank-bank syariahsebab dengan membanjirnya dana pihak ketiga ke bank-bank syariah, otomatis dibutuhkankekuatan modal yang cukup.

Pada tahun 2004 kinerja perbankan syariah akan tergantung pada pemberian pembiayaankepada nasabah. Namun, harus diakui bahwa bank-bank syariah, seperti halnya bankkonvensional lainnya, tidak mudah mencari nasabah yang potensial, apalagi pasar yang dibidikoleh bank syariah hampir sama dengan bank konvensional, terutama yang bergerak di pasarritel. Untuk itu, bank-bank syariah harus lebih mempercepat distribusi kredit dengan kualitasyang baik.

Pada tahun ini diperkirakan akan banyak bank-bank konvensional yang mempercepatpembukaan unit syariah. Hal itu bukan hanya karena ketakutan terhadap kemungkinan larinyadana pihak ketiga pascakeluarnya fatwa MUI, tetapi perbankan juga dituntut untuk bisamemberikan keragaman kepada para nasabahnya. (FAJAR MARTA/TJAHJA GUNAWAN)

6 / 6