balai pelestarian cagar budaya provinsi...
TRANSCRIPT
Rencana Strategis (Renstra)Balai Pelestarian Cagar Budaya
Provinsi Aceh
Tahun 2020-2024
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
PROVINSI ACEH
TAHUN 2020-2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayahNya
Rencana Strategis (Renstra) Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh Periode Tahun 2020 -
2024 dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Dokumen Renstra ini disusun dengan mengacu pada Renstra Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, dan memuat visi, misi, tujuan, arah kebijakan dan strategi, serta
kegiatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh selama 5 (lima) tahun ke depan.
Dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk dapat melaksanakan rencana yang telah tersusun.
Semoga Renstra ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah dalam upaya mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan Renstra ini,
diucapkan terima kasih. Semoga upaya dan partisipasi tersebut menjadi salah satu wujud nyata
pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Aceh Besar, 10 Oktober 2020
Kepala BPCB Provinsi Aceh,
Nurmatias
NIP. 196912261997031001
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .......................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Landasan Hukum .................................................................................................1
1.3 Kondisi Umum Pelestarian di Wilayah Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya
Provinsi Aceh .......................................................................................................3
1.4 Potensi dan Permasalahan Pelestarian di Wilayah Kerja Balai Pelestarian
Cagar Budaya Provinsi Aceh ...............................................................................4
1.5 Tantangan Pelestarian di Wilayah Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya
Provinsi Aceh .......................................................................................................7
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
2.1 Visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ...........................................8
2.2 Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ...........................................8
2.3 Tujuan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh .......................................8
2.4 Sasaran Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh.......................9
2.5 Tata Nilai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ..................................10
BAB III ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ...12
3.2 Kerangka Regulasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ...................13
3.3 Kerangka Kelembagaan ......................................................................................14
3.4 Reformasi Birokrasi .............................................................................................19
iii
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja ......................................................................................................22
4.2 Kerangka pendanaan ............................................................................................22
BAB V Penutup .......................................................................................................24
Lampiran ..................................................................................................................26
iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 2.1 Sasaran Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ............9
Tabel 3.1 Arah dan Strategi Kebijakan ......................................................................12
Tabel 3.2 Kerangka Regulasi .....................................................................................14
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Pelestarian Cagar Budaya .............................15
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Jabatan Pelaksana Balai Pelestarian
Cagar Budaya Provinsi Aceh .....................................................................................16
Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Kelompok Jabatan Fungsional Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh................................................................................................17
Tabel 3.5 Jumlah Pegawai Non ASN Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh................................................................................................17
Tabel 3.6 Proyeksi Kebutuhan Pegawai Pada Akhir Periode Renstra 2020-2024 ....17
Tabel 3.7 Proyeksi kebutuhan jabatan Fungsional ....................................................18
Tabel 4.1 Kebutuhan Pendanaan Tahun 2020 ...........................................................23
Tabel 4.2 Kerangkan Pendanaan Rencana Strategis Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh................................................................................................23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menyebutkan bahwa Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh merupakan
salah unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pelestarian
cagar budaya yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
Kebudayaan, yang mempunyai tugas melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan
pemanfaatan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya di wilayah kerja Provinsi Aceh dan
Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
juga menerapkan akuntabilitas kinerja yang merupakan salah satu dari delapan program yang
wajib dijalankan dalam reformasi birokrasi internal. Penerapan akuntabilitas kinerja ini
dilakukan mulai dari perencanaan (rencana strategis dan perjanjian kinerja), pengukuran
kinerja, pengelolaan kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi kinerja berdasarkan Peraturan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam hal ini Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh berkewajiban untuk menyusun rencana strategis
sebagai pedoman dalam perencanaan kinerja tahunan, pelaksanaan kegiatan, maupun untuk
evaluasi kegiatan, dan akuntabilitas kinerja.
1.2. Landasan Hukum
Rencana strategis ini disusun berdasarkan:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
4. Undang-Undang Republik Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
2
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan
Aceh;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 9 Tahun 2016 Tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan
Kebudayaan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2019 Tentang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
14. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga Tahun 2020-2024;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2020-2024;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
46 Tahun 2019 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan.
3
1.3. Kondisi Umum Pelestarian di Wilayah Kerja Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Provinsi Aceh
Kondisi umum organisasi dan wilayah kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh saat ini tidak dapat dilepaskan dari capaian program pelestarian budaya pada periode
yang telah lalu. Jenis-jenis kegiatan yang mengutamakan pelibatan publik tetap menjadi agenda
prioritas dalam program pelestarian budaya tahun 2020-2024. Pelibatan publik dalam
pelestarian budaya saat ini diwujudkan dalam jenis kegiatan yang interaktif dan menarik minat
publik dari segmen yang lebih luas, misalnya virtual tour, pemutaran film, dan berbagai jenis
lomba. Pemberdayaan komunitas yang telah terbentuk di dalam masyarakat juga meningkat,
seperti pelibatan komunitas pecinta sejarah dalam kegiatan kajian pelestarian, komunitas
otomotif dalam kegiatan touring cagar budaya, komunitas fotografi dalam rally foto cagar
budaya dan lain-lain.
Selain itu juga publik saat ini telah mulai mengenal lebih dekat dan memanfaatkan cagar
budaya dalam berbagai kegiatan yang positif seperti Pramuka dan perayaan Waisak di
Kawasan Percandian Padang Lawas, pemanfataan Tamansari Gunongan di Banda Aceh
sebagai latar belakang pentas tarian unit kegiatan kesenian mahasiswa, pemanfaatan kompleks
makam Sultan Iskandar Muda sebagai lokasi kegiatan keagamaan, dan berbagai jenis kegiatan
lainnya.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh mendorong pemerintah daerah dalam wilayah
kerjanya untuk melakukan proses registrasi budaya yang mencakup tahapan pendaftaran,
pengkajian, penetapan, pencatatan, pemeringkatan, dan penghapusan. Selain itu juga
bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam membentuk Tim Ahli Cagar Budaya untuk
mengkaji setiap warisan budaya yang didaftarkan dari tingkat kabupaten/kota. Hasil registrasi
warisan budaya tersebut selanjutnya akan diseleksi dan ditetapkan sebagai cagar budaya.
Dengan dua wilayah kerja yang meliputi Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh terus
berkembang seiring dengan perkembangan di tiap-tiap daerah. Karakter dan ciri khas yang
berbeda di masing-masing wilayah memerlukan perencanaan yang efektif dan efisien dalam
pelestarian cagar budaya, yang dikembangkan dalam bentuk kegiatan pelestarian yang meliputi
pemeliharaan, pelindungan, pemugaran, dokumentasi dan bimbingan/penyuluhan, penyidikan
dan pengamanan baik cagar budaya bergerak maupun tidak bergerak guna pencapaian tujuan
yang dituangkan rencana strategis.
4
1.4. Potensi dan Permasalahan Pelestarian Di Wilayah Kerja Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh
a. Potensi
- Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 merupakan dasar hukum yang kuat untuk
menetapkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan pelestarian di lingkungan Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh;
- Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh memiliki Sumber Daya Manusia
(SDM), anggaran, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas yang
didukung oleh komitmen seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh;
- Wilayah kerja yang meliputi Provinsi Aceh dan Sumatera Utara memiliki potensi
yang cukup besar dalam pelestarian cagar budaya. Potensi pelestarian cagar budaya
di dua provinsi tersebut didukung oleh variasi tinggalan budaya yang beragam
mulai dari masa prasejarah, masa klasik, masa Islam, dan masa kolonial;
- Memiliki cagar budaya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
b. Kelemahan
- Belum adanya Peraturan Pemerintah sebagai turunan dari undang-undang tentang
cagar budaya menyebabkan upaya pelestarian situs budaya belum dapat berjalan
maksimal. Upaya pelestarian cagar budaya hingga saat ini belum memiliki dasar
hukum yang lebih rinci bila dibanding dengan undang-undang organiknya yang
mengatur ketentuan pelestarian cagar budaya secara garis besar;
- Meskipun didukung oleh berbagai sarana, prasarana, dan komitmen seluruh SDM,
kualitas dan kuantitas SDM pelestari di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh belum seimbang bila dibandingkan dengan luasan wilayah kerja, keragaman
cagar budaya, maupun disiplin ilmu yang dibutuhkan;
- Masih kurangnya koordinasi dan kerjasama antar instansi, pemerintah daerah,
maupun komunitas atau kelompok masyarakat dalam pelestarian cagar budaya.
c. Peluang
- Keberadaan komunitas atau kelompok masyarakat yang peduli akan kelestarian
cagar budaya baik di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara merupakan peluang yang
potensial untuk dikembangkan. Keberadaannya dalam upaya pelestarian warisan
5
budaya merupakan salah satu prioritas yang harus dicapai dalam setiap kegiatan
pemanfaatan cagar budaya yang berwawasan pelestarian;
- Peran pemerintah daerah dalam menciptakan produk hukum daerah memastikan
penyelenggaraan peran pemerintah daerah dalam usaha pelestarian dan pengelolaan
cagar budaya merupakan urgensi yang mutlak;
- Memperbanyak bimbingan teknis dan diklat baik dari internal Kemendikbud
ataupun dari luar Kemendikbud untuk peningkatan kompetensi SDM;
- Pesatnya perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi pelestarian cagar
budaya, termasuk pemanfaatan media baru.
d. Permasalahan
1) Pelindungan Cagar Budaya
a. Banyak situs atau kawasan cagar budaya yang belum dibuatkan kajian delineasi
dan zonasi;
b. SDM dalam bidang pemugaran yang terbatas menyebabkan percepatan
penyelesaian pekerjaan pemugaran menjadi terhambat;
c. Cagar budaya yang berada di lokasi yang memiliki resiko atau potensi ancaman
yang tinggi (berada di wilayah rawan banjir atau longsor) dan sulit dijangkau;
d. Belum optimalnya sistem pendataan dan penyimpanan data cagar budaya yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan pengambilan
kebijakan;
e. Kompetensi dan kualifikasi SDM untuk pelestarian cagar budaya yang masih
terbatas;
f. Minimnya peran aktif masyarakat dalam pelestarian cagar budaya;
g. Kesiapan pemerintah daerah dalam berbagai kegiatan pelindungan baik dari sisi
SDM maupun penganggarannya, termasuk produk hukum berupa peraturan
daerah;
h. Kewenangan yang terbatas untuk melakukan pelindungan terhadap cagar
budaya yang dimiliki perorangan atau lembaga organisasi;
i. Banyaknya permintaan dari pemerintah daerah dan stakeholder lainnya terkait
bantuan tenaga teknis pelestarian cagar budaya;
j. Belum optimalnya koordinasi serta kerjasama antar instansi dalam pelindungan
cagar budaya;
6
k. Belum ada Prosedur Operasional Standar (POS) dalam setiap kegiatan
pelindungan cagar budaya;
l. Status kepemilikan lahan cagar budaya banyak yang masih dimiliki oleh
masyarakat.
2) Pengembangan Cagar Budaya
a. Masih kurangnya program yang berkaitan dengan pengembangan cagar budaya
yang meliputi penelitian, revitalisasi, dan adaptasi cagar budaya;
b. Pengembangan cagar budaya yang dilakukan oleh orang atau lembaga lain
belum sesuai dengan prinsip pelestarian;
c. SDM yang masih terbatas kompetensinya dalam pengembangan cagar budaya;
d. Belum optimalnya koordinasi serta kerjasama antar instansi dalam
pengembangan cagar budaya;
e. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap potensi pengembangan wilayah di
sekitar cagar budaya;
f. Belum ada POS dalam setiap kegiatan pengembangan cagar budaya.
3) Pemanfaatan Cagar Budaya
a. Pemanfaatan cagar budaya belum dapat dilakukan secara optimal karena belum
tercukupinya kompetensi SDM;
b. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap potensi pemanfaatan cagar budaya
yang ada di sekitarnya;
c. Kurangnya publikasi melalui media cetak, dan media elektronik;
d. Belum adanya indikator peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pelestarian
cagar budaya;
e. Belum optimalnya koordinasi serta kerjasama antar instansi dalam pemanfaatan
cagar budaya;
f. Belum ada POS dalam setiap kegiatan pemanfaatan cagar budaya.
7
1.5 Tantangan Pelestarian Cagar Budaya di Wilayah Kerja Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh
Dalam periode 2020-2024 Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh dihadapkan
pada tantangan pendukungan manajemen dan tata kelola di bidang cagar budaya. Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut
dengan melakukan optimalisasi pendokumentasian data, menghasilkan naskah kajian yang baik
sehingga mampu memenuhi informasi yang tepat guna kepentingan pendidikan dan
kebudayaan, dan pengelolaan arsip yang sesuai standar.
Tata kelola kelembagaan juga membutuhkan fasilitasi dan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan pegawai, dan pemberian dukungan peralatan, perangkat dan administrasi kepada
seluruh pegawai guna pelaksanaan e-office, e-skp, dan lain-lainnya;
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki
program Jalur Rempah Nusantara sebagai salah satu Warisan Dunia. Tahun 2020 ditetapkan
sebagai tahap untuk memperoleh kesadaran masyarakat terhadap Jalur Rempah Nusantara
dengan didukung dengan kegiatan sosialisasi. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya kegiatan
akan fokus pada kajian untuk melengkapi dokumen yang dibutuhkan sehingga diharapkan pada
tahun 2024 atau 2025 Jalur Rempah Nusantara sudah dapat ditetapkan sebagai Warisan Dunia
oleh UNESCO;
Pandemi virus corona yang juga membawa dampak terhadap pelaksanan tugas-tugas
pelestarian. Sejak merebaknya wabah virus corona aktivitas pelestarian juga mengalami
berbagai kendala. Kondisi kenormalan baru (New Normal) dengan protokol kesehatan juga
mengharuskan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh diharapkan dapat menjawab
tantangan itu dengan ikut beradaptasi termasuk dalam kegiatan pelestarian.
8
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI ACEH
2.1 Visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2020-2024, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh telah merumuskan
visi yang akan dicapai hingga tahun 2024. Adapun visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh tahun 2020-2024 adalah:
“Mewujudkan ketahanan dan pemajuan kebudayaan melalui pelestarian cagar budaya
berbasis pengelolaan cagar budaya secara menyeluruh dan terpadu di Provinsi Aceh dan
Sumatera Utara”
2.2 Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Dalam rangka mencapai visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh, maka misi Balai
Pelestarian Cagar Budaya di Provinsi Aceh tahun 2020-2024 yaitu:
1. Pengelolaan cagar budaya secara prioritas menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan;
2. Berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang tangkas dan tanggap;
3. Memperkuat ekosistem ketahanan budaya Indonesia untuk pemajuan kebudayaan di bidang
cagar budaya agar mampu mengoptimalkan peran kebudayaan dalam pembangunan;
4. Kemitraan dan sinergitas dengan seluruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan cagar
budaya.
2.3 Tujuan Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Sesuai dengan visi dan misinya, maka tujuan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
tahun 2020-2024 yaitu:
1. Mewujudkan pengelolaan cagar budaya yang menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan;
2. Mendorong peran aktif tenaga profesional dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang
tangkas dan tanggap;
9
3. Menciptakan jaringan kerja di bidang cagar budaya yang memperkuat ekosistem ketahanan
budaya Indonesia untuk pemajuan kebudayaan agar mampu mengoptimalkan peran
kebudayaan dalam pembangunan;
4. Memperkuat kemitraan dan sinergitas dengan seluruh pemangku kepentingan dalam
pengelolaan cagar budaya.
2.4 Sasaran Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan strategis pembangunan kebudayaan di bidang cagar
budaya, maka diperlukan sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang akan dicapai pada
tahun 2024, selanjutnya ditetapkan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) untuk mengukur
apakah sasaran strategis dapat mengkonfirmasi tujuan strategis yang akan di capai pada masa
depan (tahun 2024). Sasaran strategis untuk tingkat ketercapaian tujuan strategis adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Sasaran Strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Kode Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis
SSI
Pelindungan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Cagar Budaya
Jumlah acara internalisasi cagar budaya
Jumlah cagar budaya yang dilestarikan (cagar
budaya yang dilindungi,
dikembangkan dan dimanfaatkan)
Jumlah naskah hasil kajian pelestarian cagar
budaya
Dukungan Manajeman Jumlah dukungan manajemen satuan kerja
Sasaran strategis ini berorientasi pada kegiatan yang berwujud pada pelestarian cagar
budaya. Pengukuran ketercapaian sasaran strategis ini diantaranya melalui acara internalisasi cagar
budaya yang sudah ditetapkan dan dilestarikan dalam artian berfokus pada cagar budaya peringkat
nasional dan jejak warisan budaya jalur rempah.
10
2.5 Tata Nilai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan tata nilai yang sesuai dan mendukung.
Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam
menjalankan tugas. Tata nilai yang diutamakan dalam Rencana Strategis Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh Tahun 2020-2024 mengacu pada tata nilai yang berlaku di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu sebagai berikut:
1. Integritas
Memiliki keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pegawai Balai Pelestarian
Cagar Budaya Provinsi Aceh konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan keyakinan, terutama dalam hal kejujuran dan kebenaran dalam tindakan dan mengemban
kepercayaan.
2. Kreatif dan Inovatif.
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh memiliki kemampuan untuk
menciptakan hal yang baru dan berbeda dari yang sudah ada atau dikenal sebelumnya. Hal
tersebut dapat berupa gagasan, metode, atau alat.
3. Inisiatif
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh melakukan sesuatu hal tanpa
menunggu perintah terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil
pekerjaan, dan menciptakan peluang baru atau menghindari timbulnya masalah.
4. Pembelajaran
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh selalu berusaha mengembangkan
kompetensi dan profesionalisme. Pegawai memiliki keinginan dan berusaha untuk selalu
menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan pengalaman, serta mampu
mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian.
5. Menjunjung Meritrokasi
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh memiliki pandangan yang
memberikan peluang kepada orang untuk maju berdasarkan kelayakan dan kecakapannya.
6. Terlibat Aktif
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh berusahan mencapai tujuan bersama
serta memberikan dorongan agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
11
7. Tanpa Pamrih
Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh selalu bekerja dengan tulus ikhlas dan
penuh dedikasi. Selalu bekerja tanpa pamrih, tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk
memenuhi keinginan dan memperoleh keuntungan pribadi.
12
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Arah kebijakan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh dilaksanakan berdasarkan
arah dan kebijakan Direktorat Jenderal Kebudayaan, dimana arah dan kebijakan Direktorat
Jenderal Kebudayaan dilaksanakan berdasarkan arah kebijakan nasional. Pelaksanaan arah
kebijakan ini juga sangat berkaitan erat dengan tugas dan fungsi dari Balai Pelestarian Cagar
Budaya sebagai unit pelaksana teknis dalam lingkup pelestarian cagar budaya. Adapun arah
kebijakan serta strategi pencapaian antara lain:
Tabel 3.1 Arah dan Strategi Kebijakan
No.
Agenda
Pembangunan
Nasional
Arah Kebijakan
Ditjen Kebudayaan
Arah Kebijakan
Balai
Pelestarian
Cagar Budaya
Provinsi Aceh
Strategi
1 Revolusi mental dan
pembangunan
kebudayaan
Meningkatkan
pemajuan dan
pelestarian kebudayaan
untuk memperkuat
karakter serta jati diri
bangsa dan
meningkatkan
kesejahteraan rakyat
sehingga
mempengaruhi arah
perkembangan
peradaban dunia
Peningkatan
pelestarian cagar
budaya
Pelaksanaan
pelindungan,
pengembangan,
dan pemanfaatan
cagar budaya
2 Meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman
masyarakat
terhadap
pelestarian cagar
budaya
Melaksanakan
sosialisasi dan
publikasi informasi
terkait dengan
pelestarian cagar
budaya
13
3 Meningkatkan
kapasitas SDM
Melaksanakan
kegiatan
bimbingan teknis,
diklat, workshop,
dan atau seminar
4 Meningkatkan
penguasaan
teknologi
informasi
Melaksanakan
pelatihan teknologi
informasi dan
pengadaan sarana
prasarana yang
menunjang
5 Meningkatkan
pelayanan
terhadap
stakeholder dan
pemangku
kepentingan
Melaksanakan
kegiatan kemitraan
kepada
masyarakat,
komunitas, instansi
pemerintah, serta
stakeholder dan
pemangku
kepentingan
lainnya
3.2 Kerangka Regulasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan, diperlukan beberapa regulasi-regulasi yang
mendukung dalam pencapaian tersebut. Beberapa regulasi yang diperlukan antara lain:
14
Tabel 3.2 Kerangka Regulasi
No. Kerangka Regulasi Urgensi Keperluan
1 Peraturan Pemerintah tentang
Pelestarian Cagar Budaya
Belum adanya peraturan pemerintah terkait
pelestarian cagar budaya hingga saat ini.
Pelaksanaan pelestarian cagar budaya hanya
didasarkan pada Undang-Undang No 11 Tahun
20210 tentang Cagar Budaya.
2 Peraturan Daerah untuk
Kabupaten/Kota
Pelaksanaan Undang-Undang No 11 tahun
2010 tentang Cagar Budaya memerlukan
dukungan yang lebih dari pemerintah daerah
melalui peraturan daerah yang secara spesifik
mengatur pelestarian cagar budaya di daerah
masing-masing.
3.3 Kerangka Kelembagaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh sebagai unit pelaksana teknis bidang
pelestarian cagar budaya, tugas dan fungsinya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kelola Balai Pelestarian Cagar
Budaya. Adapun tugas dan fungsi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh meliputi:
a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar
budaya;
b. Pelaksanaan zonasi cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar budaya;
c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar
budaya;
d. Pelaksanaan pengembangan cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar budaya;
e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar budaya;
f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar
budaya;
g. Pelaksanaan kemitraan di bidang pelestarian cagar budaya dan yang diduga sebagai cagar
budaya;
15
h. Fasilitasi pelaksanaan pelestarian dan pengembangan tenaga teknis di bidang pelestarian
cagar budaya;
i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan balai pelestarian cagar budaya.
Secara kelembagaan Balai Pelestarian Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 9 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebduayaan Nomor 26 tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Struktur organisasi Balai Pelestarian Cagar Budaya yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Pelestarian Cagar Budaya
Struktur organisasi Balai Pelestarian Cagar Budaya sesuai dengan Permendikbud No 26
Tahun 2020, terdiri dari:
Kepala
Kasubbag Tata Usaha
Jabatan Fungsional
Adapun tugas dari Sub Bagian Tata Usaha yaitu melaksanakan urusan perencanaan,
keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, hubungan masyarakat, persuratan dan kearsipan, barang
Kepala
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Sub. Bagian
Tata Usaha
16
milik negara dan kerumahtanggaan. Sedangkan tugas dari jabatan fungsional adalah sesuai dengan
uraian jabatan masing-masing.
Di dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, SDM sangat dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan. Kondisi pegawai yang ada di dalam satuan kerja sangat mempengaruhi pencapaian
dalam kinerja. Adapun kondisi pegawai yang ada di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Jabatan Pelaksana
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala 1
2 Ka. Sub Bag. Tata Usaha 1
3 Penyusun Program Anggaran dan Pelaporan 2
4 Pengkaji Pelestari Cagar Budaya 3
5 Bendahara 1
6 Pengadministrasi BMN 1
7 Pengelola BMN 1
8 Verifikator Keuangan 1
9 Pengadministrasi Keuangan 1
10 Pengelola Data Organisasi dan Tata Laksana 1
11 Pengelola Data Cagar Budaya dan Koleksi Museum 2
12 Penyusun Dokumentasi dan Publikasi 2
13 Pengadministrasi Kepegawaian 1
14 Teknisi Sarana dan Prasarana 1
15 Pengadministrasi Persuratan 1
16 Pengadministrasi Perpustakaan 1
17 Teknisi Pelestari Cagar Budaya 11
18 Juru Pelihara 16
Jumlah 48
17
Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Kelompok Jabatan Fungsional
No. Jabatan Jumlah
1 Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Cagar Budaya 3
2 Pamong Budaya Ahli Pertama Bidang Cagar Budaya 2
Jumlah 5
Tabel 3.5 Jumlah Pegawai Non ASN
No. Jabatan Jumlah
1 Juru Pelihara 140
2 Satuan Pengamanan 11
3 Tenaga Teknis 1
4 Tenaga Administrasi 4
5 Pengemudi 2
6 Pramubakti 7
Jumlah 5
Adapun proyeksi kebutuhan pegawai hingga periode tahun 2024 berdasarkan analisis beban
kerja dan peta jabatan yang ada di Balai pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.6 Proyeksi Kebutuhan Pegawai Pada Akhir Periode Renstra 2020 – 2024
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala 1
2 Ka. Sub Bag. Tata Usaha 1
3 Penyusun Program Anggaran dan Pelaporan 0
4 Pengkaji Pelestari Cagar Budaya 2
5 Bendahara 0
6 Pamong Budaya Mahir 7
7 Konservator 1
8 Analis Tata Laksana 1
18
9 Analis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan 1
10 Arsiparis Pelaksana Lanjutan 1
11 Pamong Budaya Terampil 8
12 Arsiparis Pelaksana 1
13 Pengelola Barang Milik Negara 0
14 Pengadministrasi Barang Milik Negara 0
15 Penata Laksana Barang Milik Negara Mahir 1
16 Verifikator Keuangan 0
17 Pengadministrasi Keuangan 0
18 Pengelola Data Organisasi dan Tata Laksana 0
19 Pengelola Data Cagar Budaya dan Koleksi Museum 1
20 Penyusun Dokumentasi dan Publikasi 0
22 Pengadministrasi Kepegawaian 0
23 Teknisi Sarana dan Prasarana 1
24 Pengadministrasi Persuratan 1
25 Pengadministrasi Perpustakaan 0
26 Pustakawan Pelaksana 1
27 Teknisi Pelestari Cagar Budaya 2
28 Juru Pelihara 0
30 Registar 1
31 Polisi Khusus 5
Jumlah 37
Tabel 3.7 Proyeksi Kebutuhan Jabatan Fungsional
No. Jabatan Jumlah
1 Analisis Pengelolaan Keuangan APBN Pertama 3
2 Pranata Keuangan APBN Mahir 2
3 Analis Anggaran Pertama 2
4 Penata Laksana Barang Milik Negara Penyelia 1
5 Pamong Budaya Ahli Pertama 4
19
6 Pamong Budaya Ahli Penyelia 6
Pamong Budaya Ahli Muda 4
Pamong Budaya Ahli Madya 3
Jumlah 23
3.4 Reformasi Birokrasi
Untuk menuju pembangunan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) Balai Pelestarian Cagar
Budaya Provinsi Aceh menyusun program kerja dengan fokus arah pembangunan pada 6 (enam)
komponen perubahan. Keenam komponen tersebut antara lain:
a. Manajemen Perubahan
Pelaksanaan manajemen perubahan diawali dengan membentuk tim reformasi
birokrasi sebagai agen perubahan di lingkungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh. Agen perubahan ini diharapkan mampu untuk pola pikir dan budaya kerja yang
semakin baik serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Selain
perubahan pola pikir dan budaya kerja, agen perubahan juga diharapkan dapat mampu
membentuk lingkungan yang kondusif dalam bekerja, sehingga kondisi yang diharapkan
dapat tercapai.
b. Penataan Tata Laksana
Penataan Tata Laksana mempunyai tujuan untuk mewujudkan pelaksanaan sistem,
proses, prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur. Adapun bentuk kegiatan
penataan tata laksana yang dilakukan adalah dengan menyusun standar operasional
prosedur (POS), pemanfaatan teknologi dan informasi dalam bidang tata laksana seperti
penggunaan aplikasi e-office atau Sistem Naskah Dinas Elektronik (SINDE).
c. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
Penataan sistem manajemen SDM memiliki tujuan agat setiap aparatur sipil negara
memiliki kedisiplinan dan etos kerja tinggi, memiliki kinerja yang baik dan profesional
dalam melaksanakan tugasnya. Manajemen SDM atau manajemen pegawai di lingkungan
satuan kerja dapat dilakukan dengan cara:
1. Penyusunan rencana kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan satuan kerja;
20
2. Rotasi pegawai secara internal dengan tetap memperhatikan tugas dari jabatan yang
diemban;
3. Pengembangan pegawai berbasis kompetensi. Artinya adalah setiap pegawai dapat
memperoleh hak untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi keilmuannya sesuai
dengan tugas jabatannya;
4. Pemanfaatan sistem informasi pegawai (SIMPEG) secara maksimal.
d. Penguatan Akuntabilitas
Akuntabilitas kinerja dapat menunjukkan bahwa program kerja yang telah disusun
oleh instansi berhasil atau tidak. Pengukuran pencapaian kinerja diukur berdasarkan
capaian volume output dan serapan anggaran yang telah diperjanjikan pada awal tahun
anggaran. Keberhasilan pelaksanaan program kerja dapat menunjukkan keberhasilan dari
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja pada
satuan kerja, dapat dilakukan dengan penguatan terhadap implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Beberapa contoh kegiatan terhadap
penguatan SAKIP itu sendiri antara lain:
1. Penyusunan rencana strategis, rencana jangka menengah, dan rencana kinerja tahunan
dengan memperhatikan arah dan kebijakan kementerian dan melihat pencapaian pada
periode renstra sebelumnya;
2. Penguatan pemantauan dan evaluasi dengan cara pengukuran rutin bulanan, tiga
bulanan, semesteran serta penguatan pelaporan kinerja secara akuntabel.
e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan diharapkan mampu mewujudkan instansi pemerintah yang
bersih dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Bidang yang pada umumnya
dijadikan sebagai daerah pengawasan adalah bidang keuangan dan pengelolaan barang
jasa. Kondisi yang hendak dicapai yaitu terciptanya mekanisme dan alur pengelolaan
keuangan yang efektif, efisien, dan akuntabel sesuai dengan peraturan pengelolaan
keuangan negara. Penguatan pengawasan ini dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan
fungsi dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai kepanjangan 20 tangan
yang melaksanakan tugas pengawasan di dalam lingkup internal satuan kerja, agar dalam
21
pelaksanaan program dan anggaran terbebas dari gratifikasi dan bebas dari Korupsi Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
f. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan terus menerus agar
kebutuhan dari masyarakat dapat terpenuhi. Kualitas pelayanan yang prima tetap harus
dijaga oleh tiap instansi pemerintah, agar masyarakat dapat terpuaskan. Walaupun bukan
sebagai instansi yang bergerak dalam bidang pelayanan, tetapi pelayanan secara umum
tetap dilakukan sesuai dengan bagiannya. Salah satu bentuk pelayanan yang senantiasa
diberikan adalah pelayanan informasi akan kebutuhan masyarakat terkait cagar budaya.
Salah satu contohnya adalah kemudahan pelayanan perpustakaan dan akses pustaka
keilmuan. Selain tidak harus datang ketempat, masyarakat sekarang dapat dengan mudah
mengakses melalui internet.
Selain itu fasilitasi kemitraan juga diberikan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya
Provinsi Aceh kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah fasilitas laporan dari
masyarakat terkait objek diduga cagar budaya. Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh berusaha untuk cepat tanggap dalam menindaklanjuti setiap laporan dari masyarakat.
22
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Rencana strategis di bidang penyusunan target kinerja adalah evaluasi menyeluruh
terhadap setiap komponen perencanaan. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan
setiap usulan kegiatan teknis telah disusun dengan prinsip sasaran yang terukur, berwawasan
pelestarian cagar budaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan
baik dari sisi adminsitrasi, teknis, dan akademis. Keluaran yang dihasilkan selain jumlah
masyarakat yang mengapresiasi cagar budaya yang merupakan wujud pelayanan publik, juga
jumlah rekomendasi kebijakan pelestarian yang dihasilkan dari kajian pelestarian serta jumlah
cagar budaya yang dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan.
Setiap berakhir satu tahun anggaran akan diadakan rapat koordinasi internal yang
digunakan sebagai sarana evaluasi terhadap hasil kegiatan, dimana masing-masing kelompok
kerja saling memberikan umpan balik terhadap kelompok kerja lainnya. Dengan cara ini
diharapkan akan tercipta iklim yang kondusif dalam bekerja dan munculnya gagasan kegiatan
baru, dengan tetap mengacu pada visi dan misi organisasi.
Adapun kerangka pendanaan mengacu pada mekanisme penyusunan anggaran rutin yaitu
penentuan pagu indikatif hingga disahkannya pagu definitif dalam bentuk dokumen Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh setiap tahunnya.
Target kinerja yang disusun untuk 5 (lima) tahun kedepan disajikan dalam bentuk tabel
(Terlampir).
4.2 Kerangka Pendanaan
Upaya untuk mencapai tujuan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh dan sasaran-sasaran
strategis yang telah ditetapkan, diperlukan dukungan berbagai macam sumber daya, dukungan
dan prasarana yang memadai, dukungan regulasi, dan tentunya sumber pendanaan yang cukup.
Sehubungan dengan dukungan pendanaan, indikasi kebutuhan pendanaan untuk mencapai tujuan
dan sasaran strategis Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh dibagi ke dalam dua periode yakni
periode tahun 2020 dan periode tahun 2021-2024 berdasarkan restrukturisasi program yang
dilaksanakan mulai tahun 2021 di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh.
23
Kebutuhan pendanaan periode pertama tahun 2020 sebagaimana tertuang pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kebutuhan Pendanaan Tahun 2020
No Program Indikasi Kebutuhan
Pendanaan (Rp Miliar)
1 Program Pemajuan dan Pelestarian
Bahasa dan Kebudayaan 2.032.379
2 Program Dukungan Manajemen 8.016.642
Adapun kebutuhan pendanaan pada tahun 2021-2024, mengikuti restrukturisasi program
yang dilaksanakan mulai tahun 2021 di Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, tertuang pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kerangka Pendanaan Rencana Strategis
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh Tahun 2021-2024
No Program
Indikasi Kebutuhan Pendanaan (Rp Miliar)
Jumlah 2021 2022 2023 2024
1 Program Pemajuan
dan Pelestarian
Bahasa dan
Kebudayaan
5.890.837 7.900.837 9.950.837 11.975.837 35.718.348
2 Program Dukungan
Manajemen
9.744.300 10.844.300 11.944.300 12.994.000 45.526.900
24
BAB V
PENUTUP
Renstra Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh Tahun 2020 - 2024 disusun
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Penyusunan Renstra ini mempertimbangkan
seluruh capaian kinerja pelestarian cagar budaya di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara hingga
saat ini. Renstra Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh 2020 - 2024 mengakomodasi
seluruh tugas dan fungsi yang menjadi tanggungjawab Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh,
yakni melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan serta fasilitasi pelestarian
cagar budaya di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Renstra Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh 2020 - 2024 menjabarkan visi
misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh beserta sasaran nasional yang tertera dalam
Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020 - 2024. Dokumen Renstra Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh 2020 - 2024 menjabarkan secara jelas arah kebijakan
serta target kinerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh untuk lima tahun mendatang
sehingga segala usulan teknis kegiatan pelestarian cagar budaya di Provinsi Aceh dan Sumatera
Utara mendatang dapat mengacu pada dokumen renstra ini sesuai dengan prinsip sasaran yang
terukur, berwawasan pelestarian cagar budaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akuntabel dan transparan. Adapun kerangka pendanaan mengacu pada mekanisme penyusunan
anggaran rutin yaitu penentuan pagu indikatif hingga disahkannya pagu defenitif dalam bentuk
dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh setiap tahunnya. Dokumen Renstra ini merupakan dasar dan acuan dalam menyusun
rencana kerja dan RKA-KL, laporan tahunan, serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Evaluasi berjalannya Renstra Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh 2020 - 2024
tentunya perlu dilakukan setiap tahun. Rapat koordinasi internal merupakan sarana evaluasi
terhadap hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi
Aceh. Kegiatan evaluasi juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu keluaran (output) dan
hasil (outcome) guna mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pemanfaatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Renstra Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh ini diharapkan dapat dipahami
serta dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan kebudayaan di Provinsi Aceh dan Sumatera
Utara maupun seluruh masyarakat umum. Dengan demikian, banyak pihak dapat terlibat aktif
secara efektif dan konstruktif dalam kegiatan pembangunan bidang kebudayaan, termasuk
25
memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan publik secara lebih aktif dan terintegrasi
diharapkan mampu meningkatkan hasil pembangunan bidang kebudayaan selama 5 (lima)
tahun mendatang.
26
Lampiran 1
Formulir Rencana Strategis BPCB Aceh Tahun 2020 s/d 2024
Visi Misi Tujuan
Strategis
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Baseline
(Tahun ke-
1)1
Target Kinerja Rencana Anggaran
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Mewujudkan
ketahanan dan
pemajuan kebudayaan
melalui pelestarian
cagar budaya berbasis
pengelolaan cagar
budaya secara
menyeluruh dan
terpadu di Provinsi
Aceh dan Sumatera
Utara
Pengelolaan cagar
budaya secara
prioritas menyeluruh,
terpadu dan
berkelanjutan;
Mewujudkan
pengelolaan cagar
budaya yang
menyeluruh, terpadu
dan berkelanjutan;
Pelindungan,
Pengembangan
dan
Pemanfaatan
Cagar Budaya
Jumlah
Masyarakat
yang
mengapresiasi
Cagar Budaya
2.800
orang
2.800
orang
1.600
orang
1.800
orang
2.000
orang
2.200
orang
250 jt 630 jt 630 jt 630 jt 650 jt
Berperan aktif dalam
mewujudkan tata
kelola organisasi
yang tangkas dan
tanggap;
Mendorong peran
aktif tenaga
profesional dalam
mewujudkan tata
kelola organisasi
yang tangkas dan
tanggap;
Jumlah Naskah
Hasil Kajian
Pelestarian
Cagar Budaya
4
Rekomendasi
4
Rekom
endasi
14
Reko
mend
asi
15
Reko
mend
asi
16
Reko
mend
asi
16
Reko
mend
asi
75 jt 2,1 M 2,1 M 2,2 M 2,2 M
27
Memperkuat
ekosistem ketahanan
budaya Indonesia
untuk pemajuan
kebudayaan di bidang
cagar budaya agar
mampu
mengoptimalkan
peran kebudayaan
dalam pembangunan;
Menciptakan jaringan
kerja di bidang cagar
budaya yang
memperkuat
ekosistem ketahanan
budaya Indonesia
untuk pemajuan
kebudayaan agar
mampu
mengoptimalkan
peran kebudayaan
dalam pembangunan;
Jumlah Cagar
Budaya yang
dilestarikan
20 unit 20 unit 23
unit
25
unit
25
unit
30
unit
800 jt 5,2 M 5,2 M 5,2 M 5,3 M
Kemitraan dan
sinergitas dengan
seluruh pemangku
kepentingan dalam
pengelolaan cagar
budaya
Memperkuat
kemitraan dan
sinergitas dengan
seluruh pemangku
kepentingan dalam
pengelolaan cagar
budaya;