baja mangan

4
2. Baja Paduan (Alloy steel) Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu: Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya) Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi) Untuk membuat sifat-sifat spesial Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi: Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 % Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 % High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 % Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy steel) &high speed steel. Baja Paduan Khusus (special alloy steel) Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel). High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel Jenis Lainnya : Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus: Baja tahan garam (acid-resisting steel) Baja tahan panas (heat resistant steel) Baja tanpa sisik (non scaling steel)

Upload: halimah-dunkz

Post on 04-Dec-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

non

TRANSCRIPT

Page 1: Baja Mangan

2. Baja Paduan (Alloy steel)

Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:

Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)

Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah

Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)

Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:

Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %

Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %

High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %

Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy steel)

&high speed steel.

Baja Paduan Khusus (special alloy steel)

Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese,

molybdenum,       tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja

paduan tersebut            akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat

dan ulet bila dibandingkan                terhadap baja karbon (carbon steel).

High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel

Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers,

countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat

dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel.

Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel

Jenis Lainnya :

Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:

Baja tahan garam (acid-resisting steel)

Baja tahan panas (heat resistant steel)

Baja tanpa sisik (non scaling steel)

Electric steel

Magnetic steel

Non magnetic steel

Baja tahan pakai (wear resisting steel)

Baja tahan karat/korosi

Page 2: Baja Mangan

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia maka diperoleh

lima kelompok baja yaitu:

Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)

Baja karbon perkakas (carbon tool steel)

Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)

Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)

Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)

Baja sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dan tidak lepas dari kebutuhan manusia

seperti alat-alat dapur, transportasi, generator sampai kerangka gedung. Pada baja terdapat komposisi

Mangan yang tentu berbeda-beda pada setiap alat-alat tersebut.

 Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambing Mn dan nomor atom 25.

Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara

kimiawi, dan terurai dengan air

dingin perlahan-lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang

penting. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi

kekuatan, kekerasan,dankemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan bismut,

khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat

ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan.

Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah

satunya,jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis

gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah

dipotong dan ditempa.

Titrasi permanganometri ialah titrasi menggunakan larutan baku KMnO4

( kalium permanganat ). Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks, KMnO4

bertindak sebagai oksidator dan zat yang dititrasi sebagai reduktor.

Reaksi KMnO4 ;

1.Dalam suasana Asam kuat.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + H2O

2.Dalam suasana Alkali, netral dan Asam lemah.

MnO4- + 4H+ + 3e → MnO2 + H2O

Page 3: Baja Mangan

Untuk menunjukan akhir titrasi, ditandai dengan timbulnya warna merahmuda yang disebabkan kelebihan

permanganat. Sumber-sumber kesalahan padatitrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan

pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada

buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada

titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya

adalah larutan berwarna merah rosa.

Penentuan mangan dalam bijih besi merupakan salah satu penggunaan yang

terpenting dalam titrasi permanganat. Suatu larutan standar KMnO4 dapat

digunakan secara tidak langsung dalam penentuan pereaksi oksidasi terutama

oksida – oksida lebih tinggi dari logam – logam seperti timbal dan mangan.

Oksida demikian sukar dilarutkan dalam suasana asam dan basa tanpa mereduksi

logamnya menjadi keadaan oksidasi yang lebih rendah.