bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

43
PRESIOEN R EPLJBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2OO9 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Carah Indonesia melalui penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan dengan mengamankal dan menjamin pemanfaatan dan pelestarian hewan untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian, serta ketahanan pangan dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh ralgrat Indonesia sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa dalam penyelenggaraan petemakan dan kesehatan hewan, upaya pengamanan maksimal terhadap pemasukan dan pengeluaran ternak, hewan, dan produk hewan, pencegahan penyakit hewan dan zoonosis, penguatan otoritas veteriner, persyaratan halal bagi produk hewan yang dipersyaratkan, serta penegakan hukum terhadap pelanggaran kesejahteraan hewan, perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat; bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dipandang tidak sesuai lagi dan perlu disempurnakan untuk dijadikan landasan hukum bagi penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membcntuk Undang-Undang tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OOg tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; d. Mengingat...

Upload: doanliem

Post on 12-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIOENR EPLJBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2OO9

TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara bertanggung jawab untuk melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah CarahIndonesia melalui penyelenggaraan peternakan dankesehatan hewan dengan mengamankal dan menjaminpemanfaatan dan pelestarian hewan untuk mewujudkankedaulatan, kemandirian, serta ketahanan pangan dalamrangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuranseluruh ralgrat Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa dalam penyelenggaraan petemakan dan kesehatanhewan, upaya pengamanan maksimal terhadappemasukan dan pengeluaran ternak, hewan, dan produkhewan, pencegahan penyakit hewan dan zoonosis,penguatan otoritas veteriner, persyaratan halal bagiproduk hewan yang dipersyaratkan, serta penegakanhukum terhadap pelanggaran kesejahteraan hewan, perludisesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhanmasyarakat;

bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan dipandang tidak sesuailagi dan perlu disempurnakan untuk dijadikan landasanhukum bagi penyelenggaraan peternakan dan kesehatanhewan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlumembcntuk Undang-Undang tentang perubahan AtasUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2OOg tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan;

d.

Mengingat...

Page 2: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIOENR EPI-IEIL IK INOONESIA

-2-

Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANGTENTANGUNDANG NOMOR 18 TAHUNDAN KESEHATAN HEWAN.

PERUBAHAN ATAS UNDANG-2OO9 TENTANG PETERNAKAN

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 84,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5015), diubah sebagai berikut:1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 2, angka 12, angka

14, angka 15, angka 19, angka 21, angka 23, angka 24,angka 25, angka 26, angka 28, angka 29, angka 30,angka 34, angka 35, angka 36, angka 39, angka 40,angka 41, angka 46, dan angka 49 diubah, di antaraangka 5 dan angka 6 disisipkan 2 (dua) angka yakniangka 5a dan 5b, di antara angka 37 dan angka 38disisipkan 1 (satu) angka yakni angka 37a, dan angka 9,angka 17, angka 20, angka 33, serta angka 44 dihapus,sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

l. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitandengan sumber daya fisik, Benih, Bibit, Bakalan,Ternak Ruminansia Indukan, Pakan, Alat dan MesinPeternakan, budi daya Ternak, panen, pascapanen,pengolahan, pemasaran, pengusahaan, pembiayaan,serta sarana dan prasarana.

2. Kesehatan...

Page 3: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

.).

FRESIDENREPI,IEILIK INDONESIA

-3-

2. Kesehatan Hewan adalah segala urusan yangberkaitan dengan pelindungan sumber daya Hewan,kesehatan masyarakat, dan lingkungan sertapenjaminan keamanan Produk Hewan,

7.

Kesejahteraan Hewan, dan peningkatan akses pasaruntuk mendukung kedaulatan, kemandirian, danketahanan pangan asal Hewan.

Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruhatau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat,air, dan/atau udara, baik yang dipelihara maupunyang di habitatnya.

Hewan Peliharaan adalah Hewan yang kehidupannyauntuk sebagian atau seluruhnya bergantung padamanusia untuk maksud tertentu.Ternak adalah Hewan peliharaan yang produknyadiperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan bakuindustri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkaitdengan pertanian.

Ternak Ruminansia Betina Produktif adalah Ternakruminansia betina yang organ reproduksinya masihberfungsi secara normal dan dapat beranak.

Ternak Ruminansia Indukan adalah Ternak betinabukan bibit yang memiliki organ reproduksi normaldan sehat digunakan untuk pengembangbiakan.

Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup didarat, air, dan/atau udara yang masih mempunyaisifat liar, baik yang hidup bebas maupun yangdipelihara oleh manusia.

Sumber Daya Genetik adalah material tumbuhan,binatang, atau jasad renik yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifatketurunan, baik yang bernilai aktual maupunpotensial untuk menciptakan galur, rumpun, atauspesies baru.

Benih Hewan yang selanjutnya disebut Benih adalahbahan reproduksi Hewan yang dapat berupa semen,sperma, ova, telur tertunas, dan embrio.Dihapus.

4.

5.

5a.

5b.

6.

8.

9.

10. Bibit...

Page 4: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

10.

12.

15.

16.

11.

PRESIDENR EFLIBL IK INDONESIA

-4-Bibit Hewan yang selanjutnya disebut Bibit adaiahHewan yang mempunyai sifat unggul danmewariskan serta memenuhi persyaratan tertentuuntuk dikembangbiakkan.

Rumpun Hewan yang selanjutnya disebut Rumpunadalah segolongan hewan dari suatu spesies yangmempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapatdiwariskan pada keturunannya.Bakalan Ternak Ruminansia Pedaging yangselanjutnya disebut Bakalan adalah ternakruminansia pedaging dewasa yang dipelihara selamakurun waktu tertentu hanya untuk digemukkansampai mencapai bobot badan maksimal pada umuroptimal untuk dipotong.

13. Produk Hewan adaiah semua bahan yang berasaldari Hewan yang masih segar dan/atau telah diolahatau diproses untuk keperluan konsumsi,farmakoseutika, pertanian, dan/atau kegunaan lainbagi pemenuhan kebutuhan dan kemaslahatanmanusia.

14. Peternak adalah orang perseorangan warga negaraIndonesia atau korporasi yang melakukan usahaPeternakan.

Perusahaan Peternakan adalah orang perseoranganatau korporasi, baik yang berbentuk badan hukummaupun yang bukan badan hukum, yang didirikandan berkedudukan dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia yang mengelola usahaPeternakan dengan kriteria dan skala tertentu.Usaha di bidang Peternakan adalah kegiatan yangmenghasilkan produk dan jasa yang menunjangusaha budi daya Ternak.

Dihapus.

Inseminasi Buatan adalah teknik memasukkan maniatau semen ke dalam alat reproduksi Ternak betinasehat untuk dapat membuahi sel telur denganmenggunakan alat inseminasi dengan tujuan agarTernak bunting.

t7.18.

19. Pemuliaan ...

Page 5: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

19.

PRESIDENR EFI.IBI," IK INDONESIA

-5-

Pemuliaan Ternak yang selanjutnya disebutPemuliaan adalah rangkaian kegiatan untukmengubah komposisi genetik pada sekelompokTernak dari suatu rumpun atau galur gunamencapai tujuan tertentu.

Dihapus.

Usaha di bidang Kesehatan Hewan adalah kegiatanyang menghasilkan produk dan/atau jasa yangmenunjang upaya dalam mewujudkan KesehatanHewan.

Pakan adalah bahan makanan tunggal ataucampuran, baik yang diolah maupun yang tidakdiolah, yang diberikan kepada hewan untukkelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembangbiak.

Bahan Pakan adalah bahan hasll pertanian,perikanan, Peternakan, atau bahan lain serta yanglayak dipergunakan sebagai Pakan, baik yang telahdiolah maupun yang belum diolah.

Kawasan Penggembalaan Umum adalah lahannegara atau yang disediakan Pemerintah atau yangdihibahkan oleh perseorangan atau perusahaan yangdiperuntukkan penggembalaan Ternak masyarakatskala kecil sehingga Ternak dapat leluasaberkembang biak.

Setiap Orang adalah orang perseorangan ataukorporasi, baik yang berbadan hukum maupun yangtidak berbadan hukum serta yang melakukankegiatan di bidang Peternakan dan KesehatanHewan.

Veteriner adalah segala urusan yang berkaitandengan Hewan, Produk Hewan, dan Penyakit Hewan.

Medik Veteriner adalah penyelenggaraan kegiatanpraktik kedokteran hewan.

Otoritas Veteriner adalah kelembagaanPemerintah atau Pemerintah Daerah yangbertanggung jawab dan memiliki kompetensi dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

20.

21.

22.

23.

27.

24.

25.

26.

28.

29. Dokter ...

Page 6: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR ETJURL IK INDONESIA

-6-29. Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di

bidang kedokteran hewan dan kewenangan MedikVeteriner dalam melaksanakan pelayanan KesehatanHewan.

30. Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan yangditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkanjangkauan tugas pelayanannya dalam rangkapenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

31. Medik Reproduksi ada-lah penerapan Medik Veterinerdalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan di bidangreproduksi hewan.

32. Medik Konservasi adalah penerapan Medik Veterinerdalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan di bidangkonservasi Satwa Liar.

33. Dihapus.

34. Penyakit Hewan adalah gangguan kesehatan padaHewan yang disebabkan oleh cacat genetik, prosesdegeneratif, gangguan metabolisme, trauma,keracunan, infestasi parasit, prion, dan infeksimikroorganisme patogen.

35. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yangditularkan antara Hewan dan Hewan, Hewan danmanusia, serta Hewan dan media pembawa PenyakitHewan lain melalui kontak langsung atau tidaklangsung dengan media perantara mekanis sepertiair, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia,atau melalui media perantara biologis seperti virus,bakteri, amuba, atau jamur.

36. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah PenyakitHewan yang dapat menimbulkan angka kematiandan/atau angka kesakitan yang tinggi pada Hewan,dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat,dan/atau bersifat zoonotik.

37. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dariHewan kepada manusia atau sebaliknya.

37a. Wabah...

Page 7: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

37a.Wabah adalah kejadian penyakit luar biasa yangdapat berupa timbulnya suatu Penyakit HewanMenular baru di suatu wilayah atau kenaikan kasusPenyakit Hewan Menular mendadak yangdikategorikan sebagai bencana nonalam,

38. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segalaurusan yang berhubungan dengan Hewan danProduk Hewan yang secara langsung atau tidaklangsung memengaruhi kesehatan manusia.

39. Obat Hewan adalah sediaan yang dapat digunakanuntuk mengobati Hewan, membebaskan gejala, ataumemodifikasi proses kimia dalam tubuh yangmeliputi sediaan biologik, farmakoseutika, premiks,dan sediaan Obat Hewan alami.

40. Alat dan Mesin Peternakan adalah semua peralatanyang digunakan berkaitan dengan kegiatanPeternakan, baik yang dioperasikan dengan motorpenggerak maupun tanpa motor penggerak.

4 I . Alat dan Mesin Kesehatan Hewan adalah peralatankedokteran Hewan yang disiapkan dan digunakanuntuk Hewan sebagai alat bantu dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

42. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yangberhubungan dengan keadaan fisik dan mentalHewan menurut ukuran perilaku alami Hewan yangperlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungiHewan dari periakuan Setiap Orang yang tidak layakterhadap Hewan yang dimanfaatkan manusia.

43. Tenaga Kesehatan Hewan adalah orang yangmenjalankan aktivitas di bidang Kesehatan Hewanberdasarkan kompetensi dan kewenangan MedikVeteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikanformal dan/ atau pelatihan Kesehatan Hewanbersertil-rkat.

44. Dihapus.

45. Pemerintah Fusat yang selanjutnya disebutPemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yangrnemegang kekuasaan pemerintahan NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

46. Menteri ...

Page 8: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2.

3.

PRESIDENR EPUF:LIK INDONESIA

-8-

46. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang Peternakan danKesehatan Hewan.

47. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/ walikota, dan perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah.

48. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraanurusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dandewan perwakilan rakyat daerah menurut asasotonomi dan tugas pembantuan dengan prinsipotonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimanadimaksud daiam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

49. Sistem Kesehatan Hewan Nasional yang selanjutnyadisebut Siskeswanas adalah tatanan KesehatanHewan yang ditetapkan oleh Pemerintah dandiselenggarakan oleh Otoritas Veteriner denganmelibatkan seluruh penyelenggara KesehatanHewan, pemangku kepentingan, dan masyarakatsecara terpadu.

Ketentuan Pasal 6 ayat (21 huruf b, substansi tetap danpenjelasannya tentang uinseminasi buatan" dihapussehingga rumusan penjelasan Pasal 6 adalahsebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal demiPasal Angka 2 Undang-undang ini.

Judul Bagian Kesatu pada Bab IV diubah sehinggaberbunyi sebagai berikut:

Bagian Kesatu

Benih dan Bibit

Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 13...

Page 9: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

FTRESIDENR Ei:IUE I- IK IND ONES IA

-9-

Pasal 13

Penyediaan dan pengembangan Benih dan/atauBibit dilakukan dengan mengutamakan produksidalam negeri.

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuaidengan kewenangannya berkewajiban untukmelakukan Pemuliaan, pengembangan usahapembenihan dan/atau pembibitan denganmelibatkan peran serta masyarakat untuk menjaminketersediaan Benih dan/atau Bibit.

Kewajiban Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerahsesuai dengan kewenangannya untuk melakukanpengembangan usaha pembenihan dan/ataupembibitan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan mendorong penerapan teknologireproduksi.

Dalam hal usaha pembenihan dan/atau pembibitanoleh masyarakat belum berkembang, Pemerintahdan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya membentuk unit pembenihandan / atau pembibitan

Pembentukan unit pembenihan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk pemurnianTernak tertentu atau untuk produksi.

Setiap Benih atau Bibit yang beredar wajib memilikisertifikat Benih atau Bibit yang memuat keteranganmengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya.

Sertihkat Benih atau Bibit sebagaimana dimaksudpada ayat (6) dikeluarkan oleh lembaga sertifikasiBenih atau Bibit yang terakreditasi atau yangditunjuk oleh Menteri.

Setiap Orang dilarang mengedarkan Benih atau Bibityang tidak memiliki sertifikat sebagaimana dimaksudpada ayat (6).

5. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

(1)

(2)

(3)

(4)

(s)

(6)

(7)

(8)

Pasal 15...

Page 10: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EPI'FILIK INOONESIA

-10-

Pasal 15

(1) Pemasukan Benih dan/atau Bibit dari luar negeri kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiadapat dilakukan untuk:a. meningkatkan mutu dan keragaman genetik;

b. mengembangkan ilmu pengetahuan danteknologi;

c. mengatasi kekurangan Benihdalam negeri; dan/atau

d. memenuhi keperluan

dan/atau Bibit di

penelitian danpengembangan.

Pemasukan Benih dan/atau Bibit dari luar negerisebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus:a. memenuhi persyaratan mutu;b. memenuhi persyaratan teknis Kesehatan Hewan;

c. bebas dari Penyakit Hewan Menular yangdipersyaratkan oleh otoritas veteriner;

d. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina Hewan; dan

e. memerhatikan kebijakan pewilayahan sumberBibit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

Setiap Orang yang melakukan pemasukan Benihdan/atau Bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (l)wajib memperoleh izin dari Menteri.Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratanmutu dan persyaratan teknis Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a danhuruf b diatur dengan Peraturan Menteri.

6. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 16

( 1) Pengeluaran Benih dan/ atau Bibit dari wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeridapat dilakukan apabila kebutuhan dalam negeritelah terpenuhi dan kelestarian Ternak 1oka1terjamin.

(21

(3)

(41

(2) Pengeluaran ...

Page 11: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENREPIJRL"IK INDONESIA

- 11-

(2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilarang dilakukan terhadap Benih dan/ atau Bibityang terbaik di dalam negeri.

(3) Setiap Orang yang melakukan kegiatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin dariMenteri.

7. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 18

Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit, TernakRuminansia Betina Produktif diseleksi untukPemuliaan, sedangkan Ternak ruminansia betinayang tidak produktif disingkirkan untuk dijadikanTernak potong.

Penentuan Ternak ruminansia betina yang tidakproduktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh Dokter Hewan Berwenang

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannyamenyediakan dana untuk menjaring TernakRuminansia Betina Produktif yang dikeluarkan olehmasyarakat dan menampung Ternak tersebut padaunit pelaksana teknis di daerah untuk keperluanpengembangbiakan dan penyediaan Bibit Ternakruminansia betina di daerah tersebut.

Setiap Orang dilarang menyembelih Ternakruminansia kecil betina produktif atau Ternakruminansia besar betina produktif.

Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dikecualikan dalam hal:

a. penelitian;

b. Pemuliaan;

c. pengendalian dan penanggulangan PenyakitHewan;

d. ketentuan agama;

e. ketentuan adat istiadat; dan/atauf. pengakhiran penderitaan Hewan.

(1)

(2)

(s)

(4)

(s)

(6) Setiap ...

Page 12: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EPIJEJL IK INDONESIA

-t2-Setiap Orang harus menjaga populasi anakan ternakruminansia kecil dan anakan ternak ruminansiabesar.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyeleksian danpenyingkiran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1),penjaringan Ternak Ruminansia Betina Produktifsebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan populasianakan ternak ruminansia kecil dan anakan ternakruminansia besar sebagaimana dimaksud pada ayat(6) diatur dengan Peraturan Menteri.

8. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 3 1

( 1) Peternak dapat melakukan kemitraan usaha dibidang budi daya Ternak berdasarkan perjanjianyang saling memerlukan, memperkuat,menguntungkan, menghargai, bertanggung jawab,ketergantungan, dan berkeadilan.

(21 Kemitraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dilakukan:

a. antar-Peternak;

b. antara Peternak dan Perusahaan Peternakan;

c. antara Peternak dan perusahaan di bidang lain;dan

d. antara Perusahaan Peternakan dan Pemerintahatau Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya.

(3) Kemitraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dapat berupa:

a. penyediaan sarana produksi;

b. produksi;

c. pemasaran; dan/ataud. permodalan atau pembiayaan.

(6)

(71

(4) Pemerintah ...

Page 13: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EPUBL.IK INDONESIA

_13_

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya melakukan pembinaan kemitraanusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (21 denganmemerhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kemitraan usaha.

9. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 32

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuaidengan kewenangannya berkewajiban mendorongagar sebanyak mungkin warga masyarakatmenyelenggarakan budi daya Ternak sesuai denganpedoman budi daya Ternak yang baik.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya memfasilitasi dan membinapengembangan budi daya yang dilakukan olehPeternak dan pihak tertentu yang mempunyaikepentingan khusus.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya membina dan memberikan fasilitasuntuk pertumbuhan dan perkembangan koperasidan badan usaha di bidang Peternakan.

Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 36

Pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakandan memfasiiitasi kegiatan pemasaran Hewan atauTernak dan Produk Hewan di dalam negeri maupunke luar negeri.

Pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (l)diutamakan untuk membina peningkatan produksidan konsumsi protein hewani dalam mewujudkanketersediaan pangan bergizi seimbang bagimasyarakat dengan tetap meningkatkankesejahteraan pelaku usaha Peternakan.

10.

(1)

(2t

(3) Pemerintah ...

Page 14: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIOENR EFtUi3t.IK INDONESIA

-74-

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya berkewajiban untuk menciptakaniklim usaha yang sehat bagi pemasaran Hewan atauTernak dan Produk Hewan.

11. Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 disisipkan 5 (lima) pasal,yakni Pasal 36A, Pasal 36Et, Pasal 36C, Pasal 36D, danPasal 36E sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36A

Pengeluaran Hewan atau Ternak dan Produk Hewan dariwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke luarnegeri dapat dilakukan apabila produksi dan pasokan didalam negeri telah mencukupi kebutuhan konsumsimasyarakat.

Pasal 368

(1) Pemasukan Ternak dan Produk Hewan dari luarnegeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia dilakukan apabila produksi dan pasokanTernak dan Produk Hewan di dalam negeri belummencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.

(2) Pemasukan Ternak sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus berupa Bakalan.

(3) Pemasukan Ternak ruminansia besar Bakalan tidakboleh melebihi berat tertentu.Setiap Orang yang melakukan pemasukan Bakalansebagaimana dimaksud pada ayat (21 wajibmemperoleh izin dari Menteri.

Setiap Orang yang memasukkan Bakalan dari luarnegeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajibmelakukan penggemukan di da_lam negeri untukmemperoleh nilai tambah dalam jangka waktu palingcepat 4 (empat) bulan sejak dilakukan tindakankarantina berupa pelepasan.

Pemasukan Ternak dari luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus:

(41

(s)

(6)

a. memenuhi ...

Page 15: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

(7\

(8)

(1)

(21

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

_15_

a. memenuhi persyaratan teknis Kesehatan Hewan;

b. bebas dari Penyakit Hewan Menular yangdipersyaratkan oleh Otoritas Veteriner; dan

c. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina Hewan.

Pemasukan Ternak dari luar negeri untukdikembangbiakan di Indonesia harus:

a. memenuhi persyaratan teknis Kesehatan Hewan;

b. bebas dari Penyakit Hewan Menular yangdipersyaratkan oleh Otoritas Veteriner; dan

c. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina Hewan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan Ternakdan Produk Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) serta berat tertentu sebagaimana dimaksud padaayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 36C

Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapatberasal dari suatu negara atau zona dalam suatunegara yang telah memenuhi persyaratan dan tatacara pemasukannya.

Persyaratan dan tata cara pemasukan TernakRuminansia Indukan dari luar negeri ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiaditetapkan berdasarkan analisis risiko di bidangKesehatan Hewan oleh Otoritas Veteriner denganmengutamakan kepentingan nasional.Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yangberasal dari zona sebagaimana dimaksud pada ayat(1), selain harus memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) juga harus terlebih dahulu:a. dinyatakan bebas Penyakit Hewan Menular di

negara asal oleh otoritas veteriner negara asalsesuai dengan ketentuan yang ditetapkan badankesehatan hewan dunia dan diakui oleh OtoritasVeteriner Indonesia;

b. dilakukan...

Page 16: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENREPUBLIK INOONESIA

_16_

b. dilakukan penguatan sistem dan pelaksanaansurveilan di dalam negeri; dan

c. ditetapkan tempat pemasukan tertentu.(4) Setiap Orang yang melakukan pemasukan Ternak

Ruminansia Indukan sebagaimana dimaksud padaayat (l) wajib memperoleh izin dari Menteri.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan TernakRuminansia Indukan ke dalam wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal 36DPemasukan Ternak Ruminansia Indukan yangberasal dari zona sebagaimana dimaksud dalamPasal 36C harus ditempatkan di pulau karantinasebagai instalasi karantina Hewan pengamananmaksimal untuk jangka waktu tertentu.Ketentuan mengenai pulau karantina diatur denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 36EDalam hal tertentu, dengan tetap memerhatikankepentingan nasional, dapat dilakukan pemasukanTernak dan/atau Produk Hewan dari suatu negaraatau zona dalam suatu negara yang telah memenuhipersyaratan dan tata cara pemasukan Ternakdan/atau Produk Hewan.Ketentuan lebih lanjut mengenai dalam hal tertentudan tata cara pemasukannya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan pemerintah.

Pasal 37

(1) Pemerintah membina dan memfasilitasi

(l)

(2t

(1)

(2t

12. Di antara ayat (2) dan ayat (3) pasal 37 disisipkan 1 (satu)ayat yakni ayat (2a), sehingga pasal 37 berbunyi sebagaiberikut:

berkembangnya industri pengolahan produk Hewandengan mengutamakan penggunaan bahan baku daridalam negeri.

(2) Pemerintah ...

Page 17: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

FRESIDENR EPUEJLIK INDONESIA

-17-

(2) Pemerintah membina terselenggaranya kemitraanyang sehat antara industri pengolahan dan Peternakdan/atau koperasi yang menghasilkan Produk Hewanyang digunakan sebagai bahan baku industri.

(2a) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dapat berupa kerja sama:

a. Permodalan atau pembiayaan;

b. pengolahan;

c. pemasaran;

d. pendistribusian; dan/ataue. rantai pasok.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan danfasilitasi berkembangnya industri pengolahan produkHewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang industri, kecuali untuk hal-halyang diatur dalam Undang-Undang ini.

13. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 4 1

Pencegahan Penyakit Hewan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 39 bertujuan untuk:a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari ancaman masuknya penyakit Hewandari luar negeri;

b. melindungi wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia dari ancaman menyebarnya penyakitHewan dari luar negeri, dari satu pulau ke pulau lain,dan antardaerah dalam satu pulau di dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia;

c. melindungi Hewan dari ancaman muncul, berjangkit,dan menyebarnya penyakit Hewan; dan

d. mencegah keluarnya penyakit Hewan dari wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

14. Di antara . . .

Page 18: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EP I.IR I- IK INDONESIA

-18-

14. Di antara Pasal 41 dan Pasal 42yakni Pasal 41A dan Pasalsebagai berikut:

(1)

(21

disisipkan 2 (dua) Pasal,41E} sehingga berbunyi

Pasal 41A

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya bertanggung jawab melakukanpencegahan Penyakit Hewan.

Dalam melaksanakan tanggung jawab pencegahanPenyakit Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuaidengan kewenangannya berkewajiban melakukankoordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintaspemangku kepentingan.

Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,pemantauan, sampai dengan evaluasi kegiatanpencegahan Penyakit Hewan.

Dalam melaksanakan pencegahan Penyakit Hewan,Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya melakukan penyebarluasaninformasi dan peningkatan kesadaran masyarakat.Dalam pencegahan Penyakit Hewan, masyarakatdapat berperan aktif bersama dengan pemerintah danPemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 4 1B

Pencegahan Penyakit Hewan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 41 meliputi:a. pencegahan masuknya Penyakit Hewan dari luar

negeri ke dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia;

b. pencegahan keluarnya penyakit Hewan dariwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. pencegahan menyebarnya penyakit Hewan darisatu pulau ke pulau lain di dalam wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia;

(3)

(4)

(s)

(1)

d. pencegahan...

Page 19: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EI-IUELiK INDONESIA

-19_

d. pencegahan menyebarnya Penyakit Hewan darisatu wilayah ke wilayah lain dalam satu pulau;dan

e. pencegahan muncul, berjangkit, danmenyebarnya Penyakit Hewan di dalam suatuwilayah.

Pencegahan masuk, keluar, dan menyebarnyaPenyakit Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan menerapkan persyaratan teknisKesehatan Hewan.

Pencegahan Penyakit Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran dilakukansesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang karantina hewan.Pencegahan Penyakit Hewan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf d dilakukan dengan pemeriksaandokumen dan Kesehatan Hewan.

Pencegahan muncul, berjangkit, dan menyebarnyaPenyakit Hewan di dalam suatu wilayah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan dengancara tindakan pengebalan, pengoptimalan kebugaranhewan, dan/ atau biosekuriti.

15. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

(21

(3)

(4)

(s)

(1)

Pasal 58

Dalam rangka menjamin produk Hewan yang aman,sehat, utuh, dan ha1al bagi yang dipersyiratkan,Pemerintah dan Pemerintah Daerah

"."ra1 d..rg..,

kewenangannya berkewajiban melaksanakanpengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi,sertifikasi, dan registrasi produk Hewan.P-engawasan, pemeriksaan, dan pengujian produkHewan berturut-turut dilakukan di tempat produksi,pada waktu pemotongan, penampungan, danpengumpulan, pada waktu dalam keadaan segar,sebelum pengawetan, dan pada waktu peredaiansetelah pengawetan.

(2)

(3) Standardisasi ...

Page 20: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EP LIBL IK INDONESIA

-20-

(3) Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi ProdukHewan dilakukan terhadap Produk Hewan yangdiproduksi di dan/atau dimasukkan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untukdiedarkan dan/atau dikeluarkan dari wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

(4) Produk Hewan yang diproduksi di dan/ataudimasukkan ke wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia untuk diedarkan wajib disertai:

a. sertifikat veteriner; dan

b. sertifikat halal bagi Produk Hewan yangdipersyaratkan.

Setiap Orang dilarang mengedarkan Produk Hewanyang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia yang tidakdisertai dengan sertifikat sebagaimana dimaksudpada ayat (4).

Setiap Orang yang memproduksi dan/ataumengedarkan Produk Hewan dilarang memalsukanProduk Hewan dan/atau menggunakan bahantambahan yang dilarang.

Produk Hewan yang dikeluarkan dari wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia wajib disertai sertifikatveteriner dan sertifikat halat jika dipersyaratkan olehnegara pengimpor.

(s)

(6)

(7)

(8) Untuk pangan olahan asal Hewan, selain wajibmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (5) wajib memenuhi ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang pangan.

16. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 59(1) Setiap Orang yang akan memasukkan produk Hewanke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia wajib memperoleh izin pemasukan darimenteri yang menyelenggarakanpemerintahan di bidang perdaganganmemperoleh rekomendasi dari:

urusansetelah

a. Menteri ...

Page 21: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

(2t

(3)

PRESIDENR EF,t]EL IK IN D ONES IA

-21 -

a. Menteri untuk Produk Hewan segar; ataub. pimpinan lembaga bidang pengawasan obat dan

makanan untuk produk pangan olahan asalHewan.

Produk Hewan segar yang dimasukkan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harusberasal dari unit usaha Produk Hewan pada suatunegara yang telah memenuhi persyaratan dantatacara pemasukan Produk Hewan.

Dalam hal produk pangan olahan asal Hewan yangakan dimasukkan ke dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b yang mempunyai risiko penyebaranZoonosis yang dapat mengancam kesehatanmanusia, Hewan, dan lingkungan budi daya, sebelumditerbitkan rekomendasi oleh pimpinan lembagapemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahandi bidang pengawasan obat dan makanan harusmendapatkan persetujuan teknis dari Menteri.Persyaratan dan tata cara pemasukan Produk Hewandari luar negeri ke dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud padaayat (21 dan ayat (3) mengacu pada ketentuanyang berbasis analisis risiko di bidang KesehatanHewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner sertamengutamakan kepentingan nasional.

(4)

17. Ketentuan Pasal 65 di ubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 65

Ketentuan lebih ianjut mengenai Kesehatan MasyarakatVeteriner sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 sampaidengan Pasal 64 diatur dengan Peraturan pemerintah.

18. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu) pasalyakni Pasal 66A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66A ...

Page 22: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENREPI.,BI..IK INOONESIA

_ .).) _

Pasal 66A

Setiap Orang dilarang menganiaya dan/ ataumenyalahgunakan Hewan yang mengakibatkan cacatdan/atau tidak produktif.

Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatansebagaimana dimaksud pada ayat (l) wajibmelaporkan kepada pihak yang berwenang.

19. Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 68

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya menyelenggarakan KesehatanHewan di seluruh wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Dalam menyelenggarakan Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), pemerintahdan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya berkewajiban meningkatkanpenguatan tuga s, fungsi, dan wewenang OtoritasVeteriner.

(1)

(2t

(1)

(21

20. Di antara Pasal 68 dan pasal 69 disisipkan 5 (lima) pasal,yakni Pasal 68A, Pasal 688, pasal 6gC, pasal 6gD, danPasal 68E sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 68A

Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksud dalamPasai 68 ayat (21 mempunyai tugas menyiapkanrumusan dan melaksanakan kebijakan dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dipimpin oleh pejabat Otoritas Veteriner.Pejabat Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksudpada ayat (2) terdiri atas;

(1)

(21

(s)

a. pejabat...

Page 23: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

(1)

(2)

(3)

(41

(s)

PRESIOE NREPUBLIK INOONESIA

-23-

a. pejabat Otoritas Veteriner nasional;

b. pejabat Otoritas Veteriner kementerian;c. pejabat Otoritas Veteriner provinsi; dan

d. pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota.

Pasal 68E}

Pejabat Otoritas Veteriner di tingkat nasionalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 684 ayat (3)huruf a diangkat oleh Menteri.Pejabat Otoritas Veteriner di tingkat kementeriansebagaimana dimaksud dalam Pasal 68A ayat (3)huruf b diangkat oleh menteri.

Pejabat Otoritas Veteriner di tingkat provinsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 68A ayat (3)huruf c diangkat oleh gubernur.

Pejabat Otoritas Veteriner di tingkat kabupaten/kotasebagaimana dimaksud dalam Pasal 68A ayat (3)huruf d diangkat oleh bupati/wali kota.Pejabat Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (21, ayat (3), dan ayat (4) diangkatberdasarkan kompetensinya sebagai Dokter HewanBerwenang.

Pasal 68C

( 1) Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksud dalamPasal 68 mempunyai fungsi:

a. pelaksana Kesehatan Masyarakat Veteriner;b. penyusun standar dan meningkatkan mutu

penyelenggaraan Kesehatan Hewan;c. pengidentifikasi masalah dan pelaksana

pelayanan Kesehatan Hewan;d. pelaksana pengendalian dan penanggulangan

Penyakit Hewan;

e. pengawas dan pengendali pemotongan TernakRuminansia Betina produktif dan/atau TernakRuminansia Indukan;

f. pengawas ...

Page 24: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

q,,DPRESIDEN

R EPUEL IK INDONESIA

- 24'

f. pengawas tindakan penganiayaan danpenyalahgunaan terhadap Hewan serta aspekKesejahteraa n Hewan lainnya;

g. pengelola Tenaga Kesehatan Hewan;

h. pelaksana pengembangan profesi kedokteranHewan;

pengawas penggunaan Alat dan Mesin KesehatanHewan;

pelaksana perlindungan Hewan danlingkungannya;

k. pelaksana penyidikan dan pengamatan PenyakitHewan;

L penjamin ketersediaan dan mutu Obat Hewan;

m. penjamin keamanan Pakan dan bahan Pakanasal Hewan;

n. peny'usun prasarana dan sarana sertapembiayaan Kesehatan Hewan dan KesehatanMasyarakat Veteriner; dan

o. pengelola medik akuatik dan Medik Konservasi.

Otoritas Veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) berwenang mengambil keputusan tertinggi yangbersifat teknis Kesehatan Hewan.

Pengambilan keputusan sebagaimana dimaksudpada ayat (21 dilakukan dengan melibatkankeprofesionalan Dokter Hewan dan denganmengerahkan semua Iini kemampuan profesi.

Keterlibatan keprofesionalan Dokter Hewansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanmulai dari identifikasi masalah, rekomendasikebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan,sampai dengan pengendalian teknis operasionalpenyelenggaraan Kesehatan Hewan di lapangan.

Pasal 68D

(1) Dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewansebagaimana dimaksud dalam pasal 6g ayat (1),Pemerintah menetapkan Siskeswanas.

j.

(21

(3)

(4)

(2) Siskeswanas ...

Page 25: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

(2)

(3)

PRESIDENR EP UBI,.IK INDONESIA

-25-

Siskeswanas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi acuan Otoritas Veteriner dalampenyelenggaraan Kesehatan Hewan.

Dalam pelaksanaan Siskeswanas sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Pemerintah dan PemerintahDaerah sesuai dengan kewenangannya:

a. meningkatkan peran dan fungsi kelembagaanpenyelenggaraan Kesehatan Hewan; dan

b. melaksanakan koordinasi denganmemperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pemerintahan Daerah.

Peningkatan peran dan fungsi kelembagaanpenyelenggaraan Kesehatan Hewan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf a dilaksanakanmelalui:

a. upaya Kesehatan Hewan meliputi pembentukanunit respons cepat di pusat dan daerah sertapenguatan dan pengembangan pusat kesehatanhewan;

b. penelitian dan pengembangan Kesehatan Hewan;

c. sumber daya Kesehatan Hewan;

d. informasi Kesehatan Hewan yang terintegrasi;dan

e. peran serta masyarakat.

Dalam ikut berperan serta mewujudkan KesehatanHewan dunia melalui Siskeswanas, Menterimelimpahkan kewenangannya kepada OtoritasVeteriner.

Otoritas Veteriner bersama organisasi profesikedokteran Hewan melaksanakan Siskeswanasdengan memberdayakan potensi Tenaga KesehatanHewan dan membina pelaksanaan praktikkedokteran Hewan di seluruh wiiayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

(4)

(s)

(6)

Pasal 68E ...

Page 26: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EPUE I- IK INDONESIA

_26_

Pasal 68E

Ketentuan lebih lanjut mengenai Otoritas Veteriner danSiskeswanas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68,Pasal 68A, Pasal 68E}, Pasal 68C, dan Pasal 68D diaturdengan Peraturan Pemerintah.

21. Ketentuan ayat (1) Pasal 85 diubah dan ayat (4) dan ayat(5) dihapus, sehingga Pasal 85 berbunyi sebagai berikut:

pasal 85

Setiap Orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), pasal11 ayat (1), Pasal 13 ayat (8), Pasal 15 ayat (3), Pasal16 ayat (2), Pasal 16 ayat (3), Pasal 18 ayat (4), Pasal19 ayat (1), Pasal 22 ayat (1), Pasal 24 ayat (3), Pasal25 ayat (1), Pasal 29 ayat (3), Pasal 29 ayat (4), Pasal368 ayat (4), Pasal 36E} ayat (5), Pasal 36C ayat (4),Pasal 42 ayat (5), Pasal 43 ayat (4), Pasal 45 ayat (1),Pasal 47 ayat (2), Pasal 47 ayat (3), Pasal 50 ayat (1),Pasal 50 ayat (3), Pasal 51 ayat (2), Pasal 52 ayat (1),Pasal 54 ayat (3), Pasal 55 ayat (3), Pasal 58 ayat (5),Pasal 59 ayat (1), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (1),Pasal 61 ayat (21, Pasal 62 ayat (21, Pasai 62 ayat (3),Pasal 69 ayat l2l, Pasal 72 ayat (1), atau Pasal 80ayat (1) dikenai sanksi administratif.Sanksi administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat berupa:

a. peringatan secara tertulis;b. pengenaan denda;

c. penghentian sementara dari kegiatan, produksi,dan/atau peredaran;

d. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikanObat Hewan, Pakan, alat dan mesin, atau produkHewan dari peredaran; atau

e. pencabutan izin.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengenaan sanksi administratif se.bagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dalam peraturanPemerintah.

(1)

(2t

(3)

22. Ketentuan...

$-,D

Page 27: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

$*DPRESIDEN

R EPUEL IK IN D ONES IA

-27 -

22. Ketentuan Pasal 86 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 86

Setiap orang yang menyembelih:

a. Ternak ruminansia kecit betina produktifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)dipidana dengan pidana kurungan paling singkat I(satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dandenda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu jutarupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima jutarupiah); atau

b. Ternak ruminansia besar betina produktilsebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).

23. Di antara Pasai 91 dan Pasal 92 disisipkan 2 (dua) pasal,yakni Pasal 91A dan Pasal 91B sehingga berbunyisebagai berikut:

Pasal 91A

Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkanProduk Hewan dengan memalsukan produk Hewandan/atau menggunakan bahan tambahan yang dilarangsebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (6), dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danpidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah).

Pasal 9lE} ...

Page 28: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

24.

25.

PRESIDENR EPUBLII( INDONESIA

-28-

Pasal 9 18

(1) Setiap Orang ya1rg menganiaya dan/ ataumenyalahgunakan Hewan sehingga mengakibatkancacat dan/atau tidak produktif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 66A ayat (1) dipidana denganpidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan danpaling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikitRp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyakRp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (1) dantidak melaporkan kepada pihak yang berwenangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (2)dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1

(satu) bulan dan paling lama 3 (tiga) bulan dan dendapaling sedikit Rp1.000.000,0O (satu juta rupiah) danpaling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Ketentuan Pasal 96 dihapus.

Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan I (satu) pasalyakni Pasal 96A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96A

Peraturan Pemerintah mengenai pulau karantinasebagaimana dimaksud dalam Pasal 36D ayat (2)harus telah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahunterhitung sejak Ltndang-Undang ini diundangkan.

Peraturan Pemerintah mengenai Otoritas Veterinerdan Siskeswanas sebagaimana dimaksud dalamPasal 68E harus telah ditetapkan paling lama 2 (dua)tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiundangkan

(1)

(2t

Pasal II

Undang-Undang ini mulaidiundangkan.

pada tanggalberlaku

Agar...

Page 29: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EP LIBL IK IN D ONES IA

-29-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal 17 Oktober 2014PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

rtd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 17 Oktober 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 338

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIADeputi Pemndang-undangan

Perekonomian,

Silvanna Djaman

Page 30: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIOENR EPIBL IK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4l TAHUN 2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2OO9

TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

A. UMUM

Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenapbangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum serta mewujudkankeadilan sosial bagi seluruh ralgrat Indonesia. salah satu bentukperlindungan tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan peternakan danKesehatan Hewan dalam kerangka mewujudkan kemandirian dankedaulatan pangan.

Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan hewan yang telah diaturdalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang peternakan danKesehatan Hewan terkait dengan pemasukan Benih, Bibit, Bakalan, danTernak Ruminansia Indukan, serta pencegahan penyakit Hewan belummencapai hasil yang optimal. Selain itu, beberapa pasal dalam undang_undang tersebut telah diuji materi di Mahkamah Konstitusi. Dalamputusannya, Mahkamah Konstitusi membatalkan beberapa pasal yangterkait dengan pemasukan dan pengeluaran produk Hewan, Otoritasveteriner, serta persyaratan halal bagi produk Hewan yang dipersyaratkan.Atas dasar tersebut serta memenuhi perkembangan dan kebutuhanhukum di masyarakat, Undang-Undang Nomor rg rahun 2oo9 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan perlu diubah.

Perubahan ...

Page 31: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENR EPLIBL IK INOONESIA

-2-Perubahan tersebut dimaksudkan agar penyelenggaraan peternakan

dan Kesehatan Hewan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu:mengelola sumber daya Hewan secara bermartabat, bertanggung jiwab,dan berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat-;-meniukupikebutuhan pangan, barang, dan jasa asal Hewan secara mandiri, berdayasaing, dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan peternak danmasyarakat; melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman yang dapatmengganggu kesehatan atau kehidupan manusia, Hewan, tumbuhan, danlingkungan; mengembangkan sumber daya Hewan; serta memberikepastian hukum dan kepastia' berusaha dalam bidang peternakan danKesehatan Hewan. Tujuan penyelenggaraan peternakan dan KesehatanHewan tersebut harus dilandasi dengan semangat untuk mewujudkankedaulatan, kemandirian, dan ketahan"., p"rrgu..,. Sedangkan asas daripenyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah kemanfaatandan keberlanjutan, keamanan dan kesehatan, keralgzatan dan keadilan,keterbukaan dan keterpaduan, kemandirian, kemitraan, dankeprofesionalan.

Secara umum perubahan Undang-Undang Nomor 1g Tahun 2OO9tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan mencakup pemasukan Benih,Bibit, Bakalan, Ternak Ruminansia Indukan, dan/atau produk Hewan;kemitraan usaha Peternakan; pengaturan mengenai rernak RuminansiaBetina Produktif; pencegahan penyakit Hewan; dan penguatan otoritasVeteriner.

b. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal ICukup jelas.

Angka 2

Pasal 6

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan .dipertahankan keberadaan dankemanfaatannya secara keberlanjutan,, adalah upaya yangperlu dilakukan oleh kabupaten/kota untuk -.-r"rkk^iKawasan Penggembalaan Umum dalam programpembangunan daerah.

Ayat (2) ...

Page 32: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

* E"u,I'1['IREU*..,o-3-

Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bYang dimaksud de ngan ,,kastrasi,, adalah tindakanmencegah berfungsinya testis dengan jalanmenghilangkannya atau menghambat fungsinya.

Huruf cCukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "penetapan lahan sebagai KawasanPenggembalaan Umum" yaitu upaya yang harus dilakukanoleh pemerintah daerah kabupaten/ kota untukmenyediakan lahan penggembalaan umum, antara lain,misalnya tanah pangonan, tanah titisara atau tanah kasdesa.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) ...

Page 33: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

RE"uJ5[=1355*.r,o-4-

Ayat (3)

Teknologi reproduksi untuk mengembangbiakan hewanantara lain melalui alih janin (transfer embrio), kelahirankembar (twinningl, dan pemisahan sperma (sexing) antarakromosom X dan kromosom y.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan "Ternak tertentu" adalah Ternak asliseperti Sapi Bali dan Ternak lokal seperti Sapi Aceh, SapiMadura, Domba Garut, Ayam Sentul, dan Itik Alabio.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan "ciri-ciri keunggulannya,, antara Iainmemiliki kemampuan produksi dan reproduksi yang tinggidan tahan terhadap penyakit.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Angka 5

Pasal 15

Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan "mutu genetik" adalah ekspresikeunggulan sifat individu.Yang dimaksud dengan "keragaman genetik" adalahekspresi keunggulan variasi genetik antarindividu.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan .kekurangan Benih" yaituketidakcukupan jurnlah Benih (semen atau embrio)Ternak bukan asli atau lokal (eksotik) yang digunakanuntuk kebutuhan pemuliaan dalam rangkameningkatkan produktivitas dan/ atau mutu genetik.

Yang.-.

Page 34: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

*."uur.I[t1355*..,o-5-

Yang dimaksud dengan "kekurangan Bibit" yaituketidakcukupan jumlah Bibit Ternak eksotik yangsebelumnya telah dikembangkan atau beradaptasi diIndonesia dalam rangka meningkatkan mutu genetikTernak eksotik.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Angka 6

Pasal 16

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "Ternak lokal" adalah hasilpersilangan antara Ternak asli luar negeri dan Ternak asliIndonesia, yang telah dikembangbiakkan di Indonesiasampai generasi kelima atau lebih yang teradaptasi padalingkungan dan/ atau manajemen setempat.

Ayat (2)

Ketentuan larangan terhadap pengeluaran Benih dan Bibitterbaik dimaksudkan untuk mempertahankan populasi danmutu genetik Ternak asli dan lokal.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 7

Pasal 18

Ayat (1)

Bibit dalam ketentuan ini hanya ternak ruminansia.

Ayat (2) ...

Page 35: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

*Enu;,.5FSi35!*.r,o-6-

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat g)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan "menjaga populasi,, antara lain tidakmenyembelih anakan ternak ruminansia kecil dan anakanternak ruminansia besar.

Yang dimaksud dengan ,,anakan ternak ruminansia kecil,,adalah ternak ruminansia yang berumur kurang dari 6(enam) bulan.

Yang dimaksud dengan ,,anakan ternak ruminansia besar,,adalah ternak ruminansia yang bemmur kurang d,ari 12(dua belas) bulan.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Angka 8

Pasal 3 1

Ayat (1)

Kemitraan usaha misalnya antara lain, inti plasma,subkontrak, keagenan, bagi hasil, atau bentuk iain sesuaidengan budaya lokal dan kebiasaan masyarakat setempat.

Ayat (21

Huruf aCukup je1as.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c ...

Page 36: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

$).)-grc>.€

*.',,J.T['ISS!*.r,o-7 -

Huruf cYang dimaksud dengan "perusahaan di bidang lain"adalah perusahaan di luar bidang Peternakan danKesehatan Hewan, misalnya antara lain perkebunan,perikanan, kehutanan, dan pertambangan.

Huruf dCukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 32

Ayat (l)Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan 'pihak tertentu yang mempunyaikepentingan khusus' adalah pelaku usaha yang bergerak diluar bidang Peternakan yang mempunyai kebutuhanterhadap budi daya Ternak, contoh: pelaku usaha yangmembutuhkan limbah Ternak sebagai penyubur tanah danbio-energi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "pangan bergizi seimbang" adalahkondisi pangan yang komposisi protein, lemak, kaibohidrat,mineral, vitamin, dan serat kasar dalam satu-kesatuanasupan konsumsi sesuai dengan umur, jenis, dan kebutuhanuntuk aktivitas tubuh.

Ayat (3) ...

Page 37: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

o '.u'5IR'1358*.r,o-8-

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 36A

Yang dimaksud dengan "kebutuhan konsumsi masyarakat"adalah kebutuhan menggunakan barang hasil produksi antaralain pakaian, dan makanan, guna memenuhi keperluan hidup.

Pasal 36E}

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan 'nilai tambah" antara lain, beratmaksimal, netralisir residu, dan penyerapan tenaga kerja.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 36C

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "zona dalam suatu negara,, adalahbagian dari suatu negara yang mempunyai batas alam,status kesehatan populasi Hewan, status epidemiologikPenyakit Hewan Menular, dan efektivitas daya kendali.

Ayat (21 ...

Page 38: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

*"rJ5['liS]*..,o-9-

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup je1as.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Pasal 36D

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pulau karantina, adalah suatupulau yang terisolasi dari wilayah pengembangan budi dayaTernak, yang disediakan dan dikelola oleh pemerintah untukkeperluan pencegahan masuk dan tersebarnya penyakitHewan yang dapat ditimbulkan dari pemasukan TernakRuminansia Indukan sebelum dilalulintasbebaskan ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untukkeperluan pengembangan Peternakan.

Yang dimaksud dengan 'langka waktu tertentu, adalahjangka waktu yang dibutuhkan untuk memastikan TernakRuminansia Indukan bebas dari agen penyakit HewanMenular.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 36E

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "dalam hal tertentu,, adalah keadaanmendesak, antara lain, akibat bencana, saat masyarakatmembutuhkan pasokan Ternak dan/atau produk Hewan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 12 ...

Page 39: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

* rr,'ii['1355*.r,o_10_

Angka 12

Pasal 37

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "lndustri pengolahan Produk Hewan"adalah industri yang melakukan kegiatan penanganan danpemrosesan hasil hewan yang ditujukan untuk mencapainilai tambah yang lebih tinggi, dengan memperhatikan aspekproduk yang aman, sehat, utuh, dan halal bagi yangdipersyaratkan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (2a)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 13

Pasal 4 1

Cukup jelas.

Angka 14

Pasal 41A

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Koordinasi pencegahan Penyakit Hewan dilaksanakan antaralain dengan cara penJrusunan bersama rencana strategispencegahan Penyakit Hewan, pengembangan unit ."spon"cepat, pengembangan sistem kendali penyakit, danpersiapan pengembangan rantai komando sebagai antisipasimunculnya penyakit.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) ...

Page 40: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

saQ

$,*PRESiDEN

REPI]IJI-.It<. IN D ONES IA

- 11-

Ayat (5)

Cukup je1as.

Pasal 4 1B

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2\

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Pemeriksaaan dilakukan di pos lalulintas Hewan denganmemerhatikan situasi dan status Penyakit Hewan baik diwilayah penerima maupun di wilayah pengirim.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 58

Ayat (I)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Huruf aYang dimaksud dengan "sertihkat veteriner" adalahsurat keterangan yang dikeluarkan oleh OtoritasVeteriner yang menyatakan bahwa Hewan dan ProdukHewan telah memenuhi persyaratan keamanan,kesehatan, dan keutuhan.

Huruf b ...

Page 41: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

FIRESIDENREErll!i. trl tNDONEStA

-t2-

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup je1as.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup je1as.

Angka 16

Pasal 59

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 65

Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 66A

Cukup jelas.

Angka 19

Pasal 68

Cukup jelas.

Angka 20 ...

Page 42: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PRESIDENREPI.-IBLIK INDONESIA

13-

Angka 20

Pasal 68A

Cukup jelas.

Pasal 68E}

Cukup jelas.

Pasal 68C

Cukup jelas.

Pasal 68D

Cukup jelas.

Pasal 68E

Cukup jelas.

Angka 21

Pasal 85

Cukup jelas.

Angka22

Pasal 86

Cukup jelas.

Angka 23

Pasal 9 1A

Cukup jelas.

Pasal 918

Cukup jelas.

Angka 24

Cukup jelas.

Angka 25 ...

Page 43: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

g).)-ap*4PRESIDEN

R EPL]BL IK INDONESIA

-14-

Angka 25

Pasal 96A

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5619