bahasa indonesia membaca untuk menulis

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam membaca, pembaca membutuhkan bahan bacaan berupa tulisan. Bahan bacaan itu tentunya merupakan hasil dari kegiatan menulis. Sebaliknya, dalam menulis, penulis membutuhkan banyak informasi tertulis yang dapat dijadikan bahan dan referensi untuk menulis. Informasi-informasi tertulis itu tentunya akan diperoleh dari kegiatan membaca. Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk memperkaya wawasan. Selanjutnya, kekayaan wawasan itu akan sangat berguna bagi pengembangan diri dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 1.2. Tujuan Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan terintegrasi yang dilakukan dalam komunikasi tertulis (berbahasa tulis). Oleh karena keduanya dilakukan dalam ragam tulis, pada makalah ini perlu dibahas beberapa hal terkait dengan ragam bahasa, yaitu : a. Perbedaan bahasa ragam lisan dan ragam tulis,

Upload: cool-jonathan-simarmata

Post on 22-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

pengenalan dan tata cara membaca dan menulis

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dalam membaca, pembaca membutuhkan bahan

bacaan berupa tulisan. Bahan bacaan itu tentunya merupakan hasil dari kegiatan

menulis. Sebaliknya, dalam menulis, penulis membutuhkan banyak informasi

tertulis yang dapat dijadikan bahan dan referensi untuk menulis. Informasi-

informasi tertulis itu tentunya akan diperoleh dari kegiatan membaca.

Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh

mahasiswa untuk memperkaya wawasan. Selanjutnya, kekayaan wawasan itu

akan sangat berguna bagi pengembangan diri dan pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

1.2. Tujuan

Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan terintegrasi yang

dilakukan dalam komunikasi tertulis (berbahasa tulis). Oleh karena keduanya

dilakukan dalam ragam tulis, pada makalah ini perlu dibahas beberapa hal terkait

dengan ragam bahasa, yaitu :

a. Perbedaan bahasa ragam lisan dan ragam tulis,

b. Aspek-aspek bahasa ragam tulis,

c. Organisasi gagasan dalam paragraf dan antar paragraf,

d. Membaca referensi yang mencakup bahasan tentang karya ilmiah,

e. Membaca tulisan ilmiah,

f. Membaca tulisan ilmiah populer, dan

g. Mengakses informasi dari internet.

Page 2: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

1.3. Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh pada bahasan kali ini yaitu :

a. Memahami perbedaan bahasa ragam lisan dan ragam tulis,

b. Memahami aspek-aspek bahasa ragam tulis,

c. Memahami organisasi gagasan dalam paragraf dan antar paragraf,

d. Dapat membaca referensi yang mencakup bahasan tentang karya ilmiah,

e. Dapat membaca tulisan ilmiah,

f. Dapat membaca tulisan ilmiah populer, dan

g. Dapat mengakses informasi dari internet.

Page 3: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Membaca dan Menulis

Pada hakikatnya membaca adalah suatu kegiatan memahami informasi

yang disampaikan melalui bahasa tulis, sedangkan menulis adalah suatu kegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai

medianya (Suparno dan Yunus, 2007: 1.3). pesan adalah isi atau muatan yang

terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang

bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam

komunikasi menggunakan bahasa ragam tulis (membaca dan menulis) minimal

terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu penyampai pesan, media dan penerima

pesan.

2.2. Hubungan Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang

disampaikan oleh penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui

lambang bahasa yang dituliskan. Menurut Goodman dkk. (dikutip Suparno dan

Yunus, 2005: 1.7) baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis

sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.

Penulis dapat berperan sebagai pembaca karena ketika aktivitas menulis

berlangsung si penulis membaca tulisannya. Ia membayangkan dirinya sebagai

pembaca untuk melihat dan menilai apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu

yang berarti, apakah ada yang tidak layak saji, serta apakah tulisannya menarik

dan enak dibaca.

Penulis pun melakukan kegiatan membaca lainnya. Penulis membaca

karya penulis lain untuk memperoleh gagasan dan informasi, menemukan,

memperjelas, dan memecahkan masalah, juga mempelajari bagaimana pengarang

menyajikannya dan mengemas tulisannya. Kualitas pengalaman membaca ini

akan sangat mempengaruhi kesuksesannya dalam menulis. Hal ini terjadi karena

ketika membaca secara tidak sadar pembaca seperti menjadi penulis.

Page 4: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Jika penulis dapat berperan sebagai pembaca, sebaliknya pembaca juga

dapat berperan sebagai penulis. Ketika berlangsing kegiatan membaca, pembaca

melakukan aktivitas sebagai penulis. Pembaca menemukan topik, tujuan, gagasan,

hubungan antar gagasan, kejelasan uraian, serta pengorganisasian gagasan dalam

bacaan.

Terkait dengan hal-hal diatas perlu kiranya dipahami perbedaan ragam

lisan dan ragam tulis dan aspek-aspek bahasa dalam ragam tulis, salah satunya

adalah organisasi gagasan. Selain itu perlu juga dipahami beberapa jenis tulisan

(ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah) sebagai pilihan bahan bacaan.

2.3. Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda dalam

pemakaiannya (Jamal, 2009). Berdasarkan medianya, bahasa dibedakan atas

ragam lisan dan ragam tulis. Berdasarkan penuturnya, bahasa dibedakan atas

bahasa ragam daerah dan ragam pendidikan. Berdasarkan sikap penuturnya,

bahasa dapat dibedakan atas bahasa ragam resmi, ragam akrab, dan ragam santai.

Berdasarkan topiknya, bahasa dapat dibedakan atas bahasa ragam agama, ragam

kedokteran, ragam hukum, ragam seni, dan berbagai ragam dalam bidang lainnya

(Adhyaksa, 2008).

Sesuai dengan topik makalah ini, yaitu membaca untuk menulis, pada

bagian berikut pembahasan akan difokuskan pada bahasa lisan dan ragam tulis.

2.3.1. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan

fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa,

kosa kata dan lafal. Dalam ragam lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi

rendahnya suara, air muka, gerak tangan atau isyarat lain untuk mengungkapkan

ide (Adhyaksa, 2008).

Page 5: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

2.3.2. Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan

tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan

dengan ejaan disamping aspek kosakata dan tata bahasa. Dengan kata lain, dalam

ragam tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau

susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam

pengungkapan ide atau gagasan (Adhyaksa, 2008).

2.3.3. Perbedaan Bahasa Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Dalam berkomunikasi sehari-hari, penggunaan bahasa yang utuh atau

lengkap sesungguhnya berlangsung pada tataran wacana. Lubis (1993: 20)

menyatakan bahwa kesatuan bahasa yang lengkap sebenarnya bukanlah kata atau

kalimat melainkan wacana. Menurut wahab (dikup sumadi, 2000: 6) kata

‘wacana’ dapat diartikan sebagai organisasi bahasa diatas tataran kalimat yang

dapat berupa percakapan (wacana lisan) atau wacana tulis. Wacana lisan pada

umumnya berlangsung timbal-balik, sedangkan wacana tulis pada umumnya

berlangsung satu arah (Hayon. 2003: 41). Walaupun demikian, kemajuan

teknologi dapat memungkinkan juga adanya wacana tulis yang berlangsung

timbal-balik, misalnya dalam penggunaan internet (chatting) dan telepon selular

(short message system/sms).

Wacana merupakan satuan bahasa pada tingkatan fungsional (Targian,

1993: 28). Hal ini berarti bahwa dalam wacana terdapat pemakaian bahasa.

Dengan kata lain, anilisis wacana adalah dalam wacana terdapat pemakaiannya

(Lubis, 1993: 3). Pada tingkatan fungsional, bahasa lisan dan bahasa tulis dipakai

dalam fungsi-funsi yang berbeda dalam masyarakat. Bahasa lisan dipakai

terutama untuk menjalin dan memelihara hubungan antar manusia (fungsi

interasional), sedangkan bahasa tulis dipakai terutama untuk menyusun dan

menyampaikan informasi (fungdi transaksional) (Brown dan Yule, 1996: 12-13_.

Secara lebih rinci dapat diuraikan beberapa perbedaan bahasa lisan dan

bahasa tulis sebagai berikut (Brown dan Yule, 1996; Zulfikar, 2009).

Page 6: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

a. Dilihat dari fungsinya, bahasa lisan pada umumnya dipakai untuk

memelihara hubungan antar manusia, sedangkan bahasa tulis pada

umumnya dipakai untuk menyususn dan menyampaikan informasi.

b. Dilihat dari cara produksinya, pembicara dapat membuat segala macam

efek (ekspresi, isyarat, sikap tubuh) pada saat berkomunikasi’ pembicara

harus lebih banyak memiliki perhatian dan kemampuan untuk

memproduksi bahasanya dan memperhatikan lawan bicaranya. Lain

halnya dengan bahasa tulis, bahasa tulis tidak dipengaruhi efek sikap,

isyarat, maupun ekspresi. Pembaca hanya dapat memahami komunikasi

penulis melalui tulisannya.

c. Dilihat dari bentuknya, sintaksis bahasa lisan secara khas kurang terstuktur

dibandingkan dengan sintaksis bahasa tulis.

2.4. Aspek Bahasa dalam Ragam Tulis

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa komunikasi yang

dilakukan dalam ragam tulis tidak tergantung pada ruang dan waktu melainkan

sangat tergantung pada konteks linguistic (teks). Oleh sebab itu, dalam kegiatan

berbahasa tulis, baik membaca maupun menulis, perlu diperhatikan beberapa

aspek bahasa tulis, antara lain, penggunaan ejaan yang tepat, pemilihan kata yang

tepat, penggunaan kalimat yang efektif, dan penataan gagasan yang terorganisasi

dengan baik dalam paragraf dan antar paragraf.

2.4.1. Organisai Gagasan dalam Paragraf dan Antar Paragraf

Untuk menyusun dan menyampaikan informasi, bahasa tulis haruslah

dapat dipahami pembaca sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis, tanpa

tergantung pada waktu dan ruang. Brown dan yule (1996: 13) mengemukakan

bahwa bahasa tulisan memungkinkan komunikasi tanpa tergantung pada waktu

dan ruang. Bahasa yang demikian itu tentunya memerlukan pengorganisasian

gagasan yang baik. Widyamartaya (2003: 10) menyatakan bahwa terungkap dan

dipahami secara sistematis (terstur) dan komunikatif.

Page 7: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Pengoranisasian gagasan yang baik menjadi lebih penting lagi terutama

dalam wacana tulis ilmiah. Hardjodipuro (1982: 34) mengemukakan bahwa dalam

penulisan karya ilmiah harus dicegah adanya pemikiran yang meloncat-loncat

karena hal itu menunjukan kurang matangnya penulis dalam mengemukakan

pendapatnya. Sejalan dengan hal itu, dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Universitas Negeri Malang, 2000: 78) dinyatakan pula bahwa kejelasan dan

ketepatan isi karya ilmiah dapat diwujudkan, salah satunya, dengan struktur

paragraf yang runtut. Paragraf dikatakan runtut apabila gagasan yang

dikemukakan di dalamnya berdasarkan urutan tertentu, tanpa loncatan logika

(lihat Hardjodipuro, 1982; Oshima dan Houge, 1993; Widyamartaya, 2003;

Oregon Department of Education, 20014).

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa karya ilmiah idealnya oleh

paragraf-paragraf yang terorganisasi dengan baik. Paragraf yang baik haruslah

memenuhi syarat 1) kelengkapan, 2) keruntutan, dan 3) kepaduan/koherensi dan

kohesi. Karena paragraf merupakan bagian dari wacana tulis, syarat-syarat itu pun

diberlakukan pada organisasi gagasab abtar paragraf dalam karya ilmiah.

2.4.1.1. Kelengkapan

Kelengkapan adalah asas yang menghendaki agar karangan benar-benar

berbobot. Berbobot maksudnya berisi informasi yang lengkap untuk menjelaskan

gagasan utama. Kita harus menerapkan hukum DM (diterangkan-menerangkan)

dengan sebaik-baiknya dalam membangun paragraf: satu D dengan jumlah M

yang memadai, yang lengkap. Asas ini disebut juga pengembangan yang memadai

(Widyamartaya, 2003: 38). Pengembangan yang memadai adalah dimuatnya

rincian yang dapat membantu pembaca untuk memahami pernyataan yang

dikemukakan sebagai gagasan utama (Sakri, 1992: 6).

2.4.1.2. Keruntutan

Paragraf yang baik haruslah mempunyai susunan/urutan tertentu

(Hardjodipuro, 1982: 15). Gagasan harus dikemukakan dalam urutan yang jelas.

Penyusunan urutan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu 1) urutan

Page 8: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

alamiah, dan 2) urutan logis (Hayon, 2003: 93-104). Urutan alamiah dibedakan

atas (a) urutan waktu, (b) urutan tempat, dan (c) urutan topik. Urutan logis

dibedakan atas (a) urutan sebab-akibat atau sebaliknya, (b) urutan klimaks-

antiklimaks atau sebaliknya, (c)curutan umum-khusus atau sebaliknya, (d) urutan

familiaritas, dan (e) urutan akseptailitas.

2.4.1.3. Kepaduan

Kepaduan berarti bahwa segala sesuatu yan dikemukankan dalam tulisan

harus berkisar pada satu gagasan utama. Segala pikiran yang disajikan harus

bergayutan dan relevan dengan gagasan utama (Widyamartaya, 2003: 38).

Kepaduan ini disebut juga kohesi dan koherensi. Kohesi adalah reaksi antar

bagian yang dinyatakan secara struktural, sedangkan koherensi adalah relasi

antarbagian secara sistematik (Purnomo, 2002: 11). Kohesi dan koherensi sangat

diperlukan baik dalam paragraf (sebagai bagian dari wacana) maupun dalam

wacana sebagai kesatuan bahasa yang lengkap. Hayon (2003: 108) menyatakan

bahwa kepaduan harus terlihat juga dalam hubungan antara satu paragraf dengan

paragraf lain.

Tabel 1 : Kriteria Kelengkapan Gagasan dalam ParagrafKualifikasi Kriteria Kelengkapan Gagasan dalam Paragraf

Lengkap (L)

Dalam satu paragraf terdapat sejumlah kalimat yang dapat memberikan informasi khusus yang lengkap untuk mendukung gagasan utama (tidak ada informasi penting yang ditinggalkan).

Tidak Lengkap (TL)Dalam sayu paragraf tidak terdapat informasi khusus untuk mendukung gagasan utama, atau dalam satu paragraf hanya ada saatu kalimat.

Keterangan :

a. Kalimat yang dimaksudkan dalam kriteria ini dilihat secara ortografis

(yang ditandai dengan huruf awal kapital dan diakhiri dengan tanda titik),

bukan dilihat secara struktur.

b. Informasi khusus adalah informasi rinci yang menjelaskan gagasan utama.

Page 9: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Tabel 2 : Kriteria Keruntutan Gagasan dalam ParagrafKualifikasi Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Runtut (R)Gagasan disusun berdasarkan urutan tertentu, tidak ada loncatan logika.

Tidak Runtut (TR)Gagasan disusun secara tidak runtut, atau terdapat lebih dari satu loncatan logika.

Keterangan :

a. Urutan tertentu yang dimaksudkan dalam kriteria ini dapat berupa urutan

alamiah dan/atau urutan logis.

b. Loncatan logika yang dimaksudkan dalam kriteria ini adalah adanya

gagasan yang muncul secara tiba-tiba, terkait dengan gagasan sebelumnya.

Tabel 3 : Kriteria Kepaduan Gagasan dalam ParagrafKualifikasi Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Padu (P)Dalam satu paragraf terdapat satu gagasan utama dengan sejumlah kalimat pendukung yang berhubungan secara sistematik (koherensi) dan/atau struktural (kohesi).

Tidak Padu (TP)Dalam satu paragraf terdapat satu atau lebih gagasan utama dengan sejumlah kalimat pendukung yang tak relevan. Atau, dalam satu paragraf hanya ada satu kalimat.

Tabel 4 : Kriteria Kelengkapan Gagasan Antar ParagrafKualifikasi Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Lengkap (L)

Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan sejumlah paragraf yang dapat memberikan informasi khusus yang lengkap untuk mendukung topik wacana (tidak ada informasi penting yang ditinggalkan).

Tidak Lengkap (TL)

Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan paragraf yang sedikit sekali memberikan informasi penting untuk mendukung gagasan utama (ada beberapa informasi penting yang ditinggalkan).

Tabel 5 : Kriteria Keruntutan Gagasan Antar ParagrafKualifikasi Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Runtut (R)Dalam wacana paragraf-paragraf disusun berdasarkan urutan tertentu, tidak ada loncatan logika.

Tidak Runtut (TR)Dalam wacana, paragraf-paragraf disusun secara tidak runtut, atau terdapat beberapa loncatan logika.

Page 10: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Tabel 6 : Kriteria Kepaduan Gagasan Antar ParagrafKualifikasi Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Padu (P)Paragraf satu dengan paragraf yang lain memiliki hubungan secara semantik dan/atau struktural untuk mendukung satu topik wacana.

Tidak Padu (TP)

Beberapa paragraf memiliki hubungan semantik dan/atau struktural dengan paragraf lain, tetapi terdapat pula beberapa paragraf yang tidak berhubungan, baik secara semantik maupun struktural dalam membangun wacana.

Berikut ini adalah salah satu contoh analisis organisasi gagasan dalam paragraf.

Mesin pemotong kripik pisang ini digunakan untuk memotong keripik pisang dimana indudtri pembuatan makanan ini banyak terdapat di propinsi lampung dan telah menjadi ciri khas daerah tersebut. Namun dari pengamatan penulis selama ini, bahwa pada proses pembuatan makanan tersebut masih di produksi secara manual.

Paragraf di atas termasuk paragraf yang kurang lengkap. Pada paragraf dimuat

satu gagasan utama, yaitu proses pembuatan keripik pisang yang masih di

produksi secara manual. Dalam paragraf ini secara implisit termuat gagasan

bahwa cara manual dianggap kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan

kata namun. Walaupun demikian, dalam paragraf ini tidak dimuat gagasan

pendukung yang mengungkapkan mengapa cara manual dianggap kurang baik.

2.5. Membaca Referensi

Dalam kegiatan membaca dibutukan bahan bacaan yang tentunya berupa

tulisan. Menurut Tarigan (1983: 22) bahan bacaan (tulisan) pada dasarnya dapat

dibedakan atas dua jenis, yaitu bahan bacaan ilmiah dan bahan bacaan sastra.

Dalam bahasan ini, sesuai dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan, hanya

akan dibahas bahan bacaan sebagai referensi untuk menulis. Bahan bacaan yang

dapat dijadikan referensi untuk menulis, antara lain, adalah bahan bacaan berupa

tulisan ilmiah/karya ilmiah.

Untuk dapat memahami lebih dalam hal-hal mengenai bacaan ilmiah,

berikut ini akan dibahas tentang pengertian karya ilmiah, prinsip-prinsip ilmiah,

Page 11: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

jenis-jenis karya ilmiah ditinjau dari berbagai sudut pandang, membaca tulisan

ilmiah biasa, membaca tulisan ilmiah popular, dan mengakses informasi dari

internet.

2.5.1. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnya yang telah diakui

dalam bidang pengetahuan, teknologi, atau seni yang ditulis atau dikerjakan sesuai

dengan tata cara ilmiah, dan telah mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang

telah disepakati atau ditetapkan (UM, 2000: 1).

2.5.2. Prinsip-prinsip Ilmiah

Untuk dapat membedakan apakah suatu karya tulis tergolong ilmiah atau

nonilmiah, perlu diketahui beberapa prinsip ilmiah sebagai berikut. Pertama,

prinsip objektivitas. Prinsip ini mengharuskan penulis untuk tidak

mengemukakan pendapat pribadinya. Penulis harus bersikap jujur, terbuka, dan

mengesampingkann perasaannya. Segala sesuatu yang dikemukakan harus apa

adanya.

Prinsip ilmiah yang kedua adalah empiris. Prinsip ini adalah bahwa segala

sesuatu yang dikemukakan penulis harus berdasarkan fakta. Selanjutnya, prinsip

ketiga adalah rasional, yaitu prinsip yang menghendaki cara pembahasan sesuatu

harus berdasarkan rasio atau dapat diterima akal sehat, baik proses maupun cara

penulisannya. Terakhir, prinsip deuktif dan induktif. Prinsip ini mengenai

penyimpulan penemuan. Dalam penelitian digunakan hipotesis (sesuatu yang

dianggap benar untuk mengutarakan pendapat, tetapi kebenarannya belum bisa

dibuktikan) untuk menuntun penelitian dalammengumpulkan data (deduktif).

Setelah data terkumpul, peneliti mempelajari datanya satu per satu, peneliti

mengemukakan penenmuannya melalui pendekatan induktif (Hardjodipuro,

1982).

Page 12: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

2.5.3. Jenis-jenis Karya Ilmiah

Pada dasarnya karya ilmiah merupakan bentuk dokumentasi dan publikasi

dari hasil-hasil pemikiran dan penelitian. Karya ilmiah dapat dibedakan atas

beberapa jenis ditinjau dari berbagai sudut pandang. Ditinjau dari pendekatannya,

karya ilmiah dapat dibedakan atas a) karya ilmiah hasil kajian pustaka, b) karya

ilmiah hasil penelitian, dan c) karya ilmiah hasil kerja pengembangan. Ditinjau

dari sudut pandang yang lain, yaitu sudut pandang bentuknya, karya ilmiah dapat

dibedakan atas beberapa jenis, antara lain, adalah a) paper/kertas kerja, b)

makalah, c) laporan, d) skripsi, e) tesis, dan f) disertasi. Ditinjau dari sasarannya

atau pembacanya, karya ilmiah dapat dibedakan atas a) karya ilmiah biasa dan b)

karya ilmiah populer.

2.5.3.1. Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Pendekatannya

Karya ilmiah yang berupa kajian pustaka adalah karya ilmiah hasil telaah

yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang pada dasarnya bertumpu

pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.

Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data

atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara

baru dan untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu

diperlakukan sebagai ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebgai

bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga

kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah

(UM, 2000: 2).

Karya ilmiah yang berupa hasil penelitian pada dasarnya berupaya

mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karya ilmiah yang berupa hasil

penelitian ini pun dapat dihasilkan dengan dua macam pendekatan, yaitu 1)

pendekatan kuantitatif, dan 2) pendekatan kualitatif (UM, 2000: 1).

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang berangkat dari suatu

kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan

pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan

beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran

Page 13: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

(verivikasi) dalam bentuk dukungan data empiris lapangan. Pendekatan kualitatif

adalah pendekatan yang dilakukan dengan induktif. Pendekatan ini berangkat dari

pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai

instrumen kunci (UM, 2000: 1).

Karya ilmiah yang berupa kerja pengembangan adalah karya ilmiah

yang dihasilkan dari kegiatan merancang atau kegiatan menghasilkan produk yang

dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan

pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-

prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah (UM, 2000:

2).

2.5.3.2. Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Bentuknya

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, ditinjau dari bentuknya karya

ilmiah dapat dibedakan atas a) paper/kertas kerja, b) makalah, c) laporan, d)

skripsi, e) tesis, dan f) disertasi. Paper adalah segala jenis tugas kuliah yang harus

diselesaikan secara tertulis, baik sebagai hasil pembahasan buku maupun hasil

studi ilmiah. Paper biasanya terbatas pada pengetahuan yang diajarkan atau sekitar

pokok bahasan yang tercakup dalam satu mata kuliah. Panjang tulisan berkisar

antara 10 – 15 halaman.

Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tenteng suatu

masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dengan disertai analisis

yang logis dan objektif suatu masalah (UM, 2000: 5). Salah satu tujuan pokok

penulisan makalah adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa topik yang ditulis

memang perlu diketahui dan diperhatikan.

Laporan adalah karya ilmiah yang memberitahukan hasil penelitian atau

pekerjaan yang didapat dari laboratorium atau lapangan. Sebuah laporan disusun

atas dasar kenyataan-kenyataan, catatan-catatan, atau hasil dari sesuatu. Laporan

bertujuan meletakkan fakta-fakta yang tepat berhubungan dengan perasaan atau

pandangan pribadi. Laporan haruslah merupakan pernyataan-pernyataan yang

didukung oleh perangkat fakta-fakta yang objektif.

Page 14: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Skripsi adalah karya ilmiah yang memberi gambaran tentang sesuatu

masalah dengan data dari pustaka, laboratorium, atau lapangan yang dibahas

untuk memecahkan masalah. Skripsi harus mengemukakan kenyataan-kenyataan

dengan dasar logika, artinya masalah yang dibahas harus dipandang sebagai

hubungan sebab akibat.

Tesis disebut juga risalah ujian untuk memenuho sebagian persyaratan

menempuh ujian S2. Beda antara tesis, skripsi dan disertasi terletak pada

intensitas (kedalaman) dan ekstensitas (keluasan) jangkauan pandangannya.

Disertasi disebut juga naskah promosi, dalam arti untuk mencapai gelar

Doktor (S3). Penulisan disertasi pada prinsipnya sama dengan tesis, hanya saja

pada disertsi pokok persoalannya lebih luas daripada tesis dan konklusinya pun

harus mempunyai generalisasi yang lebih luas.

2.5.3.3. Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Pembacanya

Ditinjau dari sasarannya atau pembacanya, karya ilmiah dapat dibedakan

atas, a) karya ilmiah biasa dan b) karya ilmiah populer. Karya ilmiah biasa adalah

karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu/profesional, sedangkan

karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat umum disebut karya ilmiah

popular (Amir, 2007: 41).

Membaca Tulisan Ilmiah

Dalam membaca tulisan ilmiah, pembaca perlu memahami unsur-unsur

kebahasaan yang membangun tulisan itu, yaitu huruf, kata, kalimat, dan paragraf.

Kesatuan beberapa huruf membentuk kata, kesatuan beberapa kata membentuk

kalimat, dan kesatuan bebrapa kaliamat membentuk paragraf, dan kesatuan

beberapa paragraf membentuk wacana (dalam hal ini disebut tulisan).

Karena suatu tulisan dibangun dari beberapa paragraf, pembaca perlu

memiliki pengetahuan tentang paragraf. Pada bagian terdahulu telah diuraikan

tentang organisasi gagasan dalam paragraf dan antar paragraf. Maksud utama

membaca paragraf sebuah tulisan adalah untuk mengetahui gagasan/ide pokoknya.

Dengan demikian, pembaca dapat mengikuti alur berpikir penulis. Cara

Page 15: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

menentukan ide pokok dilihat dari kata (yang ada pada kalimat utama) yang

diulang kembali; diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama arti;

diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas.

Membaca Tulisan Populer

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, tulisan ilmiah

yang ditujukan kepada masyarakat umum disebut tulisan popular (Amir, 2007:

41). Melengkapi pendapat Amir, Soeseno (1993: 1) mengemukakan bahwa tulisan

ilmiah populer adalah tulisan ilmiah yang disajikan dengan penuturan yang mudah

dimengerti.

Istilah populer digunakan untuk menyatakan sesuatu yang akrab dan

menyenangkan bagi populus (rakyat/masyarakat) atau disukai oleh orang

kebanyakkan karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, dalam

penuturannya, tulisan ilmiah populer harus lebih sederhana daripada tulisan ilmiah

biasa.

Tulisan ilmiah populer dapat dibedakan atas tiga jenis. Pertama, tulisan

ilmiah populer deskriptif yang membeberkan suatu pengetahuan sebagai

kumpulan fakta begitu saja dengan tujuan meningkatkan pengetahuan umum

pembaca. Tulisan ilmiah populer seperti ini biasanya membeberkan fakta apa

adanya, atau penemuan mutakhir di bidang ilmu tetentu, tanpa banyak

mempersoalkan bagaimana jalan proses penemuan atau hakikat hal yang

dibeberkan itu.

Jenis kedua, tulisan ilmiah populer bentuk deskriptif yang disertai tentang

jalannya proses pembentukan, riwayat penemuan, penjelasan mengapa dan

bagaimana sesuatu bisa terjadi. Jenis ketiga, tulisan ilmiah populer dekriptif yang

disertai proses dan pemecahan masalah itu.

Untuk dapat memahami jenis tulisan ilmiah populer dalam kegiatan

membaca, perlu dipahami hal-hal yang terkait dengan pemahaman gagasan/ide

pokok dalam paragraf sebagaimana tulisan ilmiah.

Page 16: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

2.5.4. Mengakses Informasi dari Internet

Kehadiran dan kecepatan perkembangan teknologi informasi (TI) telah

menyebabkan terjadinya perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan.

Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut

serta dalam memanfaatkannya. TI memungkinkan terjadinya proses komunikasi

yang bersifat global dari dan ke seluruh penjuru dunia.

TI dapat digunsksn untuk mencari beragam sumber belajar yang ada di

jaringan internet. Sumber belajar yang ada di jaringan internet memungkinkan

penggunanya untuk dapat memperoleh informasi dari berbagai bidang

pengetahuan; dari berbagai penjuru dunia; dari berbagai jenis tulisan (buku,

artikel, majalah, surat kabar, iklan, dll); dari informasi terkini (paling mutakhir).

Meskipun dalam lingkup yang sangat luas, pencarian informasi dari internet dapat

dilakukan dengan mudah melauli mesin-mesin pencari informasi (search engine).

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sumber belajar yang tersedia di

jaringan internet belumlah terlalu banyak. Pada umumnya sumber belajar yang

tersedia ditulis dalam bahasa Inggris. Meskipun sebagian besar informasi itu

ditulis dalam bahasa Inggris, dalam peningkatan keterampilan berbahasa

Indonesia, informasi-informasi itu tetap saja sangat berarti dan dapat

dimanfaatkan. Misalnya, informasi tentang peningkatan kemampuan menyimak,

berbicara, membaca dan menulis secara umum. Oleh sebab itu, dalam

pembelajaran dewasa ini, penggunaan internet sangat dianjurkan untuk

memperkaya wawasan pengetahuan sivitas akademika.

2.5.5. Catatan Penting dalam Membaca Referensi

Membaca referensi, baik berupa buku, tulisan ilmiah, maupun tulisan yang

diakses dari internet, perlu dilakukan oleh mahasiswa untuk kegiatan menulis.

Dalam kegiatan membaca untuk menulis ini, pembaca perlu mencatat beberapa

hal penting yang akan memungkinkan diperlukan pada saat menulis.

Hal-hal yang perlu dicatat oleh seorang pembaca dalam kegiatan membaca

referensi adalah a) keterangan lengkap tentang sumber, b) informasi-informasi

Page 17: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

penting terkait dengan topik bacaan, dan c) kutipan-kutipan pernyataan pakar

yang dianggap perlu.

Keterangan lengkap tentang sumber, antara lain, mencakup: nama penulis

(orang atau lembaga), tahun penulisan/tahun terbit, judul tulisan, tempat

terbit/nama kota, nama penerbit (bila diterbitkan), alamat websit/situs dan tanggal

akses (bila tuliasan diakses dari internet). Keterangan lengkap tentang sumber

dipandang perlu dicatat karena dalam kagiatan menulis ilmiah pernyataan-

pernyataan yang dimuat harus dapat dipertanggungjawabkan dengan jalan

mencantumkan sumbernya.

Hal lain yang perlu dicatat dalam membaca referensi adalah informasi-

informasi penting terkait dengan topik bacaan. Informasi-informasi ini akan

berguna untuk melengkapi dan mengembangkan gagasan-gagasan penulis dalam

kegiatan menulis.

Selanjutnya, hal yang perlu dicatat adalah kutipan-kutipan pernyataan

pakar yang dianggap perlu untuk mendukung data. Hal ini dilakukan untuk

memperkuat gagasan-gagasan penulis dalam kegiatan menulis ilmiah dan untuk

menhindari penjiplakan. Untuk lebih memahami penggunaan kutipan, baik dalam

kegiatan membaca untuk menulis maupun menulis karya ilmiah, berikut akan

dibahas tentang kutipan.

2.5.6. Kutipan

Dalam penulisan karya ilmiah kita memerlukan kutipan-kutipan untuk

memperkuat isi uraian atau untuk membuktikan apa yang kita nyatakan. Kutupan

adalah pinjaman kalimat atau pendapat orang lain yang terdapat dalam buku-bulu,

jurnal ilmiah, surat kabar, dsb. Sangatlah membuangkan waktu jika suatu

kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan seseorang (ahli) dan sudah

dipublikasikan harus diselidiki kembali oleh seorang penulis untuk mendapatkan

kesimpulan yang sama. Berikut akan dikemukakan hal-hal yang terkait dengan

kutipan (Keraf, 1990).

Page 18: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

2.5.6.1. Jenis-jenis Kutipan

Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) kutipan langsung

dan 2) kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat orang

lain dengan mengambil secara lengkap kalimat-kalimat dalam teks aslinya.

Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seseorang berupa inti

pendapatnya saja, sedangkan kalimatnya disusun sendiri oleh penulis laporan.

2.5.6.2. Prinsip-prinsip Mengutip

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kuripan

langsung.

a. Jangan mengadakan perubahan

Pada waktu mengutip langsung pengarang tidak boleh mengubah kata-kata

atau teknik teks aslinya. Jika ingin mengadakan perubahan, harus diberi

keterangan dalam tanda kurung siku.

b. Koreksi atas kesalahan

Bila dalam kutipan terdapat kesalahn, pada dasarnya penulis tidak boleh

memperbaikki kesalahan itu. Penulis hanya mengutip apa adanya. Dalam

hal ini, penulis hanya diperbolehkan memberi catatan atas kesalahan

tersebut dengan penulisan kata [sic!] yang menunjukkan bahwa penulis

laporan tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.

c. Menghilankan bagian kutipan

Dalam kutipan kita boleh menghilangkan bagian-bagian tertentu yang

kurang penting dengan syarat tidak mengakibatkan perubahan makna.

Penghilangan bagian-bagian itu ditandai dengan tanda elipsis.

2.5.6.3. Cara-cara Mengutip

Ada dua cara membuat kutipan langsung, yaitu 1) kutipan yang kurang

atau sama dengan empat baris dan 2) kutipan langsung yang lebih dari empat

baris.

Page 19: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

1. Kutipan Langsung ≤ 4 Baris

Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris

ditulis dengan cara-cara berikut:

a. Kutipan diintegrasikan dalam teks;

b. Jarak antarbaris dua spasi;

c. Kutipan diapit tanda petik;

d. Diberi identitas sumber.

2. Kutipan Langsung > 4 Baris

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ditulis dengan cara-

cara berikut:

a. Kutipan dipisahkan dari teks;

b. Jarak antarbaris satu spasi;

c. Kutipan tidak diapit tanda petik;

d. Diberi identitas sumber.

Contoh-contoh Kutipan

1. Kutipan langsung < 4 baris, penulis dalam uraian (format A)

Kriteria pembuktian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

nonstatistik. Arikunto (1990: 250) menyatakan, “Apa yang disebut sebagai

analisis nonstatistik adalah mencari proporsi, presentase, dan rasio.”

2. Kutipan langsung < 4 baris, penulis dalam tanda kurung (format B)

“hipotesis adalah suatu jawaban atau kesimpilan sementara yang harus

dibuktikan kebenarannya” (Surachmad, 1995: 66).

3. Kutipan langsung > 4 baris, penulis dalam uraian (format A)

Apabila kita amati, penggunaan ejaan belum sepenuhnya diterapkan secara

benar berdasarkan ketentuan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya

kesalahan penggunaan ejaan. Badudu (1996: 99) menyatakan

Sampai saat ini masih banyak sekali kita lihat kesalahan yang dibuat orang dalam menuliskan kata atau kalimat. Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil, penggunaan tanda

Page 20: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

koma, tanda titik koma, tanda titik dua, penulisan kata gabung yang terpisah atau serangkai masih saja kacau.

4. Kutipan langsung > 4 baris, penulis dalam tanda kurung (format B)

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

deskritif.

Metode deskritif adalah metode membicarakan tentang beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalissis data dan menginterpretasikan hasil analisis data (Surachmad, 1995: 131).

5. Kutipan dalam kutipan

Lebih lanjut, Macnamara (dikutip Maksum, 2007: 2) mengemukakan

“Presentasi ibarat gunung es yang nampak indah di atas permukaan laut.

Namun keindahan gunung tersebut akan hilang manakala 90% bagian

gunung es yang ada dipermukaan laut tersebut tenggelam. Dengan

demikian, 90% bagian dari presentasi adalah persiapan, sisanya

penyajian”.

6. Kutipan tidak langsung

Kesalahan-kesalahan penggunaan ejaan tidak hanya terdapat pada tulisan

siswa, melainkan terdapat juga pada surst-surat dinas. Arifin (1997: 59)

pernah menyatakan bahwa masih banyak penulis surat yang kurang

memperhatikan ejaan dalam bahasa surat, terutama mengenai pemakaian

tanda baca.

Page 21: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

BAB IIIPENUTUP

Membaca adalah suatu kegiatan memahami informasi yang disampaikan

melalui bahasa tuli. Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Membaca dan menulis merupakan

dua kegiatan yang saling berhubungan karena keduanya menggunakan bahasa

ragam tulis.

Dalam penggunaan ragam tulis perlu diperhatikan berbagai aspek, antara

lain, aspek organisasi gagasan dalam paragraf dan antar paragraf. Gagasan-

gagasan yang dimuat dalam wacana tulis, baik dalam paragraf maupun antar

paragraf, haruslah memenuhi syarat kelengkapan, keruntutan, dan kepaduan.

Gagasan yang tertata dengan baik dalam bacaan akan dapat memudahkan

pembaca dalam memahami isi bacaan.

Terkait dengan bacaan, yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam

penulisan karya ilmiah, antara lain berupa buku, artikel ilmiah, dan artikel ilmiah

populer baik yang didapat dari perpustakaan maupun yang diakses dari internet.

Dalam membaca referensi pembaca perlu membuat catatan penting yang berisi

informasi lengkap tentang sumber dan hal-hal penting dalam bentuk kutipan-

kutipan.

Page 22: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

Lampiran Pertanyaan

A. Pertanyaan dari Nita Alfiyati yaitu :

1. Apakah contoh dari semua tabel untuk tabel kriteria-kriteria dari gagasan

dalam paragraf dan antar paragraf tersebut, beserta apa saja

perbedaannya ?

Jawaban:

B. Pertanyaan dari Sri Nopitasari

1. Apa maksud dari kutipan tidak langsung dengan jangan menggunakan

perubahan ?

Jawaban :

2. Bagaimana contoh paragraf yang baik ?

Jawaban :

Page 23: Bahasa Indonesia Membaca Untuk Menulis

DAFTAR PUSTAKA