bahasa indonesia ii

14
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Tulisan Ilmiah Tulisan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karya tulis ilmiah adalah karya pemikiran yang ditulis atas hasil penelitian/kajian dan didukung dengan sajian fakta/data/bukti empiris dan ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Bentuk tulisan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis tulisan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Suatu karya tulis akan lebih bermakna jika dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang membacanya, serta jila memungkinkan tersebar secara lebih meluas sesuai dengan sasaran atau target pembacanya. Kualitas suatu karya tulis dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama, kualitas karya tulis tersebut ditentukan oleh topik materi tulisan atau pokok bahasannya. Hal ini sangat berperan terhadap upaya menarik minat pembaca. Kedua, menarik minat pembaca saja belum cukup jika tidak diiringi bahasan yang ingin diungkapkan oleh penulis. Untuk memudahkan pemahaman

Upload: feby-amalia

Post on 07-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Indonesia II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tulisan Ilmiah

Tulisan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan

pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan kepada orang lain untuk

dipahami. Sedangkan karya tulis ilmiah adalah karya pemikiran yang ditulis atas

hasil penelitian/kajian dan didukung dengan sajian fakta/data/bukti empiris dan

ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Bentuk tulisan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.

Sedangkan jenis tulisan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar

atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya merupakan produk dari

kegiatan ilmuwan.

Suatu karya tulis akan lebih bermakna jika dapat dibaca dan dipahami oleh orang

lain yang membacanya, serta jila memungkinkan tersebar secara lebih meluas

sesuai dengan sasaran atau target pembacanya.

Kualitas suatu karya tulis dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama, kualitas

karya tulis tersebut ditentukan oleh topik materi tulisan atau pokok bahasannya.

Hal ini sangat berperan terhadap upaya menarik minat pembaca. Kedua, menarik

minat pembaca saja belum cukup jika tidak diiringi bahasan yang ingin

diungkapkan oleh penulis. Untuk memudahkan pemahaman tersebut sehingga

tidak menimbulkan berbagai persepsi dan interpretasi yang saling berbeda, baik

oleh berbagai ragam pembaca maupun oleh berbagai bentuk karya tulis tentunya

penulisan tersebut harus dapat memenuhi persyaratan seperti bentuk format, gaya,

maupun sistematika penulisan tertentu yang sudah baku.

2.2. Ciri-ciri Tulisan Ilmiah

Tulisan ilmiah mempunyai beberapa ciri-ciri, diantaranya:

a. Sistematis, artinya mengikuti pola pengembangan tertentu secara

konseptual dan prosedural, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas,

dan sebagainya.

b. Objektif, artinya pembahasan suatu hasil penelitian  sesuai dengan yang

diteliti.

Page 2: Bahasa Indonesia II

c. Cermat, tepat, dan benar.

d. Tidak persuasif. Meskipun pada banyak kejadian ditemui tujuan dari

tulisan ilmiah itu sendiri adalah untuk membuat pembaca merubah

pendapat, itu tidak lantas menjadikan karya ilmiah sebagai ajang bujukan

dan penuh dengan argumentasi untuk membujuk pambaca, namun yang

menjadi tujuan dari tulisan ilmiah adalah agar pembaca mampu mengubah

mindsetnya dengan menelaah fakta-fakta yang disajikan.

e. Tidak argumentatif

f. Tidak emotif, artinya tidak menonjolkan perasaan.

g. Netral, artinya tidak mengejar keuntungan sendiri dan tidak memihak

suatu pihak.

h. Tidak melebih-lebihkan sesuatu.

2.3. Bentuk Tulisan Ilmiah

Tulisan ilmiah terbagi beberapa jenis, berikut adalah jenis-jenis tulisan ilmiah:

a. Makalah

Menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti tulisan.

Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah

atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertai

analisis yang logis dan objektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas

terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri

untuk disajikan dalam forum ilmiah.

b. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program

sarjana (S1) sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi yang

ditempuhnya. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan dan

hasil kajian pustaka.

c. Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada

skripsi. Tesis ditulis oleh mahasiswa program Magister (S2) sebagai syarat

penyelesaian studi. Bobot akademis tesis lebih tinggi dibandingkan skripsi.

Karena biasanya selain ditulis berdasarkan hasil kajian pustaka dan

Page 3: Bahasa Indonesia II

penelitian lapangan, tesis juga ditulis berdasarkan hasil pengembangan

proyek.

d. Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang

dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih

dengan analisis yang terinci. Disertasi ditulis oleh mahasiswa program

Doktor (S3) sebagai syarat akhir menyelesaikan program studi yang

ditempuhnya. Bobot akademis disertasi lebih tinggi daripada tesis dan jauh

lebih tinggi dibandingkan skripsi. Berbeda denga skripsi dan tesis, sebuah

disertasi ditulis dengan kualitas yang mampu memberikan sumbangan

untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

2.4. Teknik Menulis Ilmiah

Secara umum, sistematika tulisan ilmiah terdiri dari:

a. Judul, berisi judul dan nama penulis, serta lembaga yang menaungi.

b. Abstrak dan kata kunci (pada artikel ilmiah)

c. Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan batasan makalah.

d. Dasar teori

e. Metode penelitian

f. Hasil penelitian

g. Pembahasan (analisa perbandingan terhadap hipotesa/ dasar teori)

h. Kesimpulan dan saran

i. Daftar rujukan

2.5. Langkah-langkah Menulis Ilmiah

Langkah-langkah pokok untuk membuat tulisan ilmiah adalah sebagai berikut:

a. Memilih sebuah pokok topik yang ditulis sesuai dengan minat penulis,

minat pembaca, dan kesempatan.

b. Mencari sumber yang terpercaya.

c. Membatasi pokok soal yang akan dibicarakan agar pengumpulan data,

informasi, dan fakta serta pengolahannya terfokus dan agar tulisan dapat

Page 4: Bahasa Indonesia II

dikembangkan secara memadai, yaitu pernyataan-pernyataan pendirian

didukung dengan hal-hal yang konkret dan spesifik.

d. Menentukan suatu tesis percobaan/garis besar acuan sementara yang

menjadi arah umum dan tujuan yang hendak dicapai.

e. Mencari di perpustakaan judul-judul buku dan artikel yang membicarakan

topik yang telah dipilih dan dibatasi.

f. Mengumpulkan/meminjam buku-buku dan bacaan yang lain yang akan

dipakai sebagai sumber.

g. Mencatat tiap judul buku/bacaan pada sebuah kartu bibliography, lengkap

dengan data tentang nama pengarang dan publikasinya. Kartu-kartu

bibliography ini diperlukan untuk menyusun catatan kaki, catatan akhir

dan daftar pustaka.

h. Membaca buku-buku sumber dengan membuat catatan-catatan. Catatan ini

dapat berupa kutipan, ringkasan atau komentar pribadi.

i. Menata bahan-bahan yang terkumpul berupa catatan-catatan menjadi suatu

garis besar. Dalam hal terakhir ini, anda harus membaca buku-buku lain

lagi serta mengadakan pengamatan, wawancara dan sebagainya.

j. Menyusun kerangka tulisan akhir.

k. Menulis konsep pertama tulisan. Pengantar tidak selalu yang pertama kali

disusun. Mungkin saja batang tubuh tulisan ditulis terlebih dahulu,

kemudian penutupnya berupa kesimpulan. Setelah itu baru disusun

pengantarnya. Dalam menulis tulisan sementara ini, kutipan, catatan

kaki/catatan akhir hendaknya diletakan pada tempatnya dan ditulis dengan

jelas dan setepat-tepatnya. Baris-baris tulisan sementara ini sebaiknya

cukup longgar untuk memberi tempat kepada koreksi-koreksi perbaikan.

Dalam membuat draft pertama, berikut adalah petunjuk yang perlu

diperhatikan.

1) Selalu berpegang teguh pada topik.

2) Kata-kata dan susunan kalimat sederhana.

3) Menggunakan pernyataan-pernyataan positif.

4) Tiap kata digunakan dengan sadar akan arti dan maknanya (denotasi

dan konotasi).

Page 5: Bahasa Indonesia II

5) Menggunakan tanda baca dan cara penulisan menurut ejaan yang

resmi dan berlaku.

6) Membaca kembali segala sesuatu yang telah dituliskan, dam

memperbaiki rumusan-rumusan yang kurang jelas, kurang tepat.

7) Selalu mengusahakan dan dipenuhinya asas-asas kesatupaduan antar

kalimat.

2.6. Bahasa Tulisan Ilmiah

Secara umum, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia baku. Ciri-

ciri ragam bahasa Indonesia baku diantaranya:

a. Menggunakan awalan ber- dan me- secara eksplisit.

b. Menggunakan kata tugas secara eksplisit dan konsisten serta sesuai dengan

fungsinya.

c. Menggunakan struktur logika yang tidak rancu.

d. Menggunakan struktur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.

e. Menghindari pemendekan bentuk kata atau kalimat.

f. Menghindari unsur gramatikal dan leksikal yang berbau kedaerahan.

g. Menggunakan pola urutan aspek + pelaku + kata kerja pangkal pada

kalimat pasif berpelaku.

h. Menggunakan sistem tulis resmi, yakni EYD.

Ragam bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam

bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri:

a. kosakata yang digunakan dipilih secara cermat.

b. pembentukan kata dilakukan secara sempurna.

c. kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap.

d. paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren).

e. hubungan antar gagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis.

Sedangkan ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas, formal,

objektif, dan konsisten. Paparan berikut akan mengupas ciri-ciri tersebut dengan

pijakan ciri bahasa ilmiah.

Page 6: Bahasa Indonesia II

a. Cendekia

Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu

digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa

yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama

sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat

oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian

yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi

logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk

mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas,

dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam

kalimat yang mewadahinya. Berikut ini merupakan contoh kalimat yang

menggunakan kecendekiaan bahasa.

“Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan

terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama

pengayuh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang

dimungkinkan tidak sesuai dengan  nilai-nilai budaya dan moral

bangsa Indonesia.”

Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan kata. Karena  itu, kata

yang dipilih harus disesuaikan dengan  muatan isi pesan yang akan

disampaikan. Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan

kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat agar kata itu

tidak mubazir, tidak rancu, dan idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa

pada contoh dibawah ini termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut

perlu dihilangkan sebagaimana yang tertera pada contoh selanjutnya.

“Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak

langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat

otak yang paling rumit.”

Page 7: Bahasa Indonesia II

“Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.

Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling

rumit.”

Kerancuan pilihan kata dalam tulisan  ilmiah perlu  dihindari. Kerancuan

pilihan kata pada umumnya terjadi karena  dua struktur kalimat yang

digabung menjadi  satu. Untuk membperbaikinya perlu  dikembalikan

pada struktur asal.

b. Lugas

Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara

jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara

langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah

makna lugas. Dengan  paparan yang lugas, kesalahpahaman dan kesalahan

menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan  yang bernada sastra

perlu dihindari. Penulisan  yang bernada sastra cenderung tidak

mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas). Berikut ini adalah

contoh penggunaan bahasa yang tidak lugas dan bahasa yang lugas.

“Para pendidik  yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya

oleh  ulah sebagian anak-anak, mempunyai  tugas yang tidak bisa

dikatakan ringan.” (Tidak lugas)

“Para pendidik  yang kadang-kadang atau bahkan sering  terkena

akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai  tugas yang berat.”

(Lugas)

c. Jelas

Tulisan ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada

pembaca. Sehubungan dengan  hal tersebut, kejelasan gagasan yang

disampaikan perlu  mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami

apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Ketidakjelasan pada

Page 8: Bahasa Indonesia II

umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat

panjang, hubungan antargagasan menjadi  tidak jelas. Oleh sebab  itu,

dalam tulisan  ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu

panjang. Contoh di bawah merupakan kalimat yang panjang dan kalimat

yang sudah disunting hingga tidak lagi terlalu panjang.

“Penanaman  moral di sekolah  sebenarnya  merupakan kelanjutan

dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata

pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran

paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Pancasila,

juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama,

IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.”

“Penanaman moral di sekolah sebenarnya  merupakan kelanjutan dari

penanaman  moral di rumah. Penanaman  moral di Sekolah

dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang

merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung

menyangkut tentang moral Pancasila. Di samping itu, penanaman

moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata

pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.”

Contoh (1) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain

karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu menyebabkan

kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda

dengan contoh (2), kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu

mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam

menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang. Kalimat

panjang boleh digunakan asalkan penulis mampu membuat kalimat yang

panjang tersebut menjadi mudah dimengerti.

d. Formal/Resmi

Page 9: Bahasa Indonesia II

Tulisan ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikasi ilmiah. Bahasa

yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat

keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosakata,

bentukan kata, dan kalimat.

e. Objektif

Bahasa ilmiah bersifat objektif. Upaya yang dapat ditempuh adalah

menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan

menggunakan kata-kata serta struktur kalimat yang mampu

menyampaikan gagasan secara objektif. Kata-kata yang menunjukkan

sikap ekstrim dapat member kesan subjektif dan emosional. Kata-kata

seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.

f. Ringkas dan Padat

Ciri ringkas dalam bahasa ilmiah perlu direalisasikan dengan tidak adanya

unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan. Sementara itu, ciri padat

merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur

bahasa itu. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai

dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan

sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah tidak

hanya ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan dalam

tulisan ilmiah.

g. Konsisten

Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara

konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan

istilah digunakan, maka semua itu harus tetap konsisten digunakan sesuai

kaidah.