bahasa hukum menurut eyd

20
1 PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN Oleh: Drs. ABDUL AZIZ, MHI A. PENDAHULUAN Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan- ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo. Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya yakni tata cara penulisan yang baku. Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya; --- Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan pemikiran dari para pembaca.

Upload: c5h4rpd

Post on 02-Jan-2016

87 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa Hukum Menurut EYD

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Hukum Menurut EYD

1

PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN

Oleh: Drs. ABDUL AZIZ, MHI

A. PENDAHULUAN

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya

merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-

ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia

pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan

ejaan Malindo.

Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya

yakni tata cara penulisan yang baku.

Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD,

baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka

pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti

ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan

diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga

pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi

kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya; ---

Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih

belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa

menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang

Disempurnakan).

Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam

kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini

dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua

lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan

pemikiran dari para pembaca.

Page 2: Bahasa Hukum Menurut EYD

2

A. MATERI PEMBAHASAN

Penulis akan membahas secara berturut-turut tehnik penulisan/pengetikan

yang terdiri dari :

I. Judul dan Nomor perkara

� Judul putusan ditulis dengan huruf kapital semua.

Contoh : P U T U S A N

� Tidak perlu menggunakan titik dua (:) setelah kata Nomor

Contoh : Nomor : 02/Pdt.G/2010/PA Bkt

Catatan :

- Kaidah EYD hanya membolehkan menggunakan titik dua (:) dalam

6 (enam) hal yaitu;

1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau

pemerian.

Contoh : Kita sekarang memerlukan alat-alat kantor : Laptop, buku-

buku perpustakaan dan lemari

3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

Contoh :

- Ketua majelis : Drs.Abdul Aziz, M.H.I

- Hakim anggota : Drs.Mahyuda, M.H

- Hakim anggota : Dra.Hj.Erni Mutiara

3. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam

percakapan

Page 3: Bahasa Hukum Menurut EYD

3

Contoh :

− Ibu : “jangan lupa. Letakkan baik-baik kopor ini“

(duduk di kursi besar)

4. Di antara jilid atau nomor dan halaman

Contoh :

− Tempo, 1 (1971), 34 : 7

- Di antara bab dan ayat dalam kitab suci

Contoh :

− Surah Yasin : 9

5. Di antara judul dan anak judul suatu karangan

Contoh :

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah studi,

sudah terbit

6. Nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan

Contoh :

Durrah Baraja, Inner Beauty, Jakarta, Balqis Queen : 1968

� Nomor perkara tidak perlu diawali dengan angka “0”

Contoh : Nomor 02/Pdt.G/2010/PA Bkt

Catatan :

− Kaidah EYD mengenal kata bilangan dalam 2 (dua) bentuk;

1. Kata bilangan takrif yang terdiri dari ;

Page 4: Bahasa Hukum Menurut EYD

4

a. Kata bilangan penuh

Kata bilangan yang menyatakan jumlah tertentu dan berdiri

sendiri secara penuh (tanpa angka nol)

Contoh : 1, 2, 3, 4, 10, 100, 1000 dan seterusnya

b. Kata bilangan pecahan

Kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang

dibubuhi partikel per

Contoh :

1/2 = satu perdua (boleh dibaca setengah)

2/3 = (dua pertiga)

1/6 = satu perenam (boleh dibaca seperenam)

1/4 = satu perempat (boleh dibaca seperempat)

1/8 = satu perdelapan (boleh dibaca seperdelapan)

c. Kata bilangan tingkat

Kata bilangan yang melambangkan urutan dalam jumlah.

Struktur kata bilangan tingkat adalah ke + kata bilangan.

Contoh : kesatu, kedua, ketiga, keseratus

2. Kata bilangan tidak takrif

Kata bilangan tidak takrif ialah kata bilangan yang menyatakan

jumlah tidak tentu

Contoh : beberapa, berbagai, sebagian, seluruh, banyak.

Page 5: Bahasa Hukum Menurut EYD

5

− Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

− Menolak selebihnya

− Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian

(kurang tepat)

− Menolak selain dan selebihnya (kurang tepat)

− Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya

� Setelah angka Nomor perkara ditulis dengan garis miring, setelah jenis perkara G atau

P ditulis dengan garis miring dan setelah tahun takwin ditulis dengan garis miring

Catatan :

Kaidah EYD menggunakan garis miring dalam 5 (lima) bentuk ;

1. Dipakai di dalam nomor surat ( nomor perkara )

Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA .Bkt

2. Dipakai di dalam alamat

Contoh : Jalan Sudirman II/3, Bukik Canggang, Bukittinggi

3. Dipakai di dalam masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun

takwin

Contoh : DIPA, PTA Padang tahun anggaran 2009/2010

4. Dipakai sebagai pengganti kata “ atau “

Contoh : dikirim lewat darat/laut

5. Dipakai sebagai pengganti kata “ tiap “

Page 6: Bahasa Hukum Menurut EYD

6

Contoh : harganya Rp. 100/lembar

� Setelah singkatan kata Pdt ( Perdata ) ditulis titik

Contoh : Pdt. G/2010

Catatan :

Kaidah E Y D menggunakan tanda titik dalam ( tujuh ) bentuk, antara

lain ;

1. Dipakai pada singkatan kata atau uangkapan yang sudah sangat

umum dan pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih

Contoh :

Pdt . G = Perdata Gugatan

Tgl. = Tanggal

dkk. = dan kawan – kawan

dsb. = dan sebagainya

2. Di pakai pada akhir singkatan nama orang

Contoh : R.A Kartini

Muh. Bisri

A . R. Hartono

3. Di pakai untuk memisahkan angka jenis, menit, dan detik untuk

menunjukkan waktu

Contoh : Pukul 07.34.15 (pukul 7 lewat 34 menit 15 detik)

� Setelah tahun perkara ditulis Pengadilan Agama dengan menggunakan

Page 7: Bahasa Hukum Menurut EYD

7

singkatan

Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA BKT

− Penulisan singkatan PA BKT, tidak perlu memakai tanda titik ----- PA BKT

Catatan :

Kaidah EYD tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri

dari huruf-huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya

atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh

masyarakat

Contoh :

1. MA = Mahkamah Agung

2. PTA = Pengadilan Tinggi Agama

3. PA BKT = Pengadilan Agama Bukittinggi

4. RT = Rukun Tetangga

5. RW = Rukun Warga

II. Kepala putusan

Kepala putusan khusus Pengadilan Agama diawali dengan kata “Basmalah”

dilanjutkan dengan kalimat Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Cara penulisannya : BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM (tidak tepat)

HURUF ARAB (tidak tepat)

Page 8: Bahasa Hukum Menurut EYD

8

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dasar hukumnya : Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.

III. Identitas para pihak

Identitas para pihak baik penggugat/pemohon, tergugat/termohon, turut tergugat

hanya meliputi : nama, umur, dan tempat kediaman.

Pasal 67 huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, tidak menyebutkan pekerjaan

dan pendidikan.

Penulisan nama para pihak menurut kaidah EYD tidak perlu menggunakan

huruf kapital semua, tetapi cukup pada awal nama seseorang, untuk

memperjelas nama orang cukup ditebalkan ketikannya.

Catatan :

Penulisan huruf kapital pada awal kalimat hanya dipakai dalam 15 hal,

antara lain;

1. Pada huruf pertama kata awal kalimat

Contoh : Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara

dalam tingkat banding dan seterusnya,…..

2. Pada petikan langsung

Contoh : Hakim memberi nasihat, “Upayakan perdamaian melalui proses

mediasi”

3. Dalam ungkapan yang berhubungan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata

ganti untuk Tuhan

Contoh :

− Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih.

Page 9: Bahasa Hukum Menurut EYD

9

− Alkitab, Al Quran, Islam, Kristen, Weda

− Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat

4. Nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh :

− Maha putra Yamin

− Sultan Hasanuddin

− Haji Sidqi Gazali

− Imam Syafii

− Nabi Ibrahim

Catatan :

− Bila tidak diikuti nama orang, nama gelar tidak perlu huruf kapital

Contoh :

− Dia baru saja diangkat menjadi sultan

− Tahun ini ia pergi haji

5. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat

Contoh :

1. Wakil Presiden Budiono

2. Ketua Pengadilan Tinggi Agama

3. Gubernur DKI Jakarta

6. Nama orang

Page 10: Bahasa Hukum Menurut EYD

10

Contoh :

− Haripin Tuppa (menopang)

− Abd. Kadir Mappong (menyatu)

− Ahmad Kamil (menyempurnakan)

− Rum Nessa (memperjelas)

7. Nama bangsa

Contoh :

− bangsa Indonesia

− suku Jawa

− bahasa Inggris

8. Nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah

Contoh :

− tahun Hijrah

− bulan Agustus

− hari Jumat

− hari Lebaran, hari Natal

− Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9. Nama geografi

Contoh : Asia Tenggara, Cirebon, Danau Toba, Jalan Dipenogoro, Selat

Sunda, Kali Malang

Page 11: Bahasa Hukum Menurut EYD

11

Catatan : Huruf kapital tidak dipakai untuk sesuatu jenis benda (barang)

Contoh : garam inggris, gula jawa, kue bugis, kacang bogor, pisang ambon.

10. Nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan dan dokumen resmi

Contoh :

− Republik Indonesia

− Pengadilan Tinggi Agama

− Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972

atau Kepres R.I No. 57 Tahun 1972

− Berita Acara Sidang

11. Nama badan, dokumen resmi, peraturan perundang-undangan

Contoh :

− Perserikatan Bangsa-Bangsa

− Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

− Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

− Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

12. Nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan

Contoh :

− Hukum Acara Perdata

− Baca majalah Tempo

− Baca surat kabar Kompas

Page 12: Bahasa Hukum Menurut EYD

12

13. Singkatan nama gelar, sapaan dan pangkat.

Contoh :

− S.H., M.H., M.B.A.

− Sdr.

− Ny

− Tn

14. Hubungan kekerabatan

Contoh :

− Besok Ayah datang

− Silahkan duduk, Dik

− Para ibu mengunjungi Ibu Mukti Arto

15. Kata ganti Anda

Contoh :

− Sudahkah Anda tahu?

− Apakah Saudara lihat?

− Apakah Saudara pernah mendengar?

Catatan :

Kata ganti ketiga (dia)

Contoh : “penggugat “ atau “tergugat” tidak diatur dalam EYD dalam

menggunakan huruf kapital tetapi dalam kaidah bahasa arab

dikenal dengan istilah ma’rifah dan nakirah.

Page 13: Bahasa Hukum Menurut EYD

13

� Penulisan kata “melawan” tidak ditulis dengan huruf kapital, karena

“melawan” bukan merupakan sub judul tetapi satu rangkaian kata dengan

kalimat sebelumnya, yaitu yang selanjutnya disebut Penggugat.

Kata “lawan” lebih bermakna ke arah, ada benturan pisik, sedangkan

kata “melawan” tidak ada benturan pisik, akan tetapi hanya dalam makna

berhadapan dalam sengketa

Contoh kata “lawan”, PSM lawan PSP, Moh. Ali lawan Joes Freizer

IV. Duduk perkara

Penulisan duduk perkara dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu;

1. TENTANG DUDUK PERKARA

2. TENTANG DUDUKNYA PERKARA

3. TENTANG DUDUK PERKARANYA

Kata “NYA” bukan dimaksudkan kedudukan para pihak, tetapi yang

dimaksudkan adalah perkaranya sehingga yang tepat penulisannya adalah :

TENTANG DUDUK PERKARANYA

atau tidak menggunakan “NYA”, cukup ditulis TENTANG DUDUK PERKARA.

Penulisan TENTANG DUDUK PERKARA ditulis semua dengan huruf kapital,

karena merupakan sub judul.

V. Pertimbangan hukum

Penulisan pertimbangan hukum dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu;

1. TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

2. TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Page 14: Bahasa Hukum Menurut EYD

14

3. TENTANG HUKUMNYA

Kata “NYA”, yang dimaksudkan adalah hukumnya perkara yang disidangkan.

Sehingga penulisan yang tepat apabila menggunakan kata ganti “NYA” adalah

poin 2 dan 3. Akan tetapi jika tidak menggunakan kata ganti “NYA”, maka

cukup ditulis seperti pada poin 1.

Penulisan TENTANG HUKUMNYA ditulis dengan huruf kapital, karena merupakan sub

judul.

VI. Amar putusan

Amar putusan diawali dengan kata M E N G A D I L I ditulis dengan huruf kapital

tanpa garis bawah, karena kata M E N G A D I L I adalah merupakan sub judul.

Di bawah kata M E N G A D I L I ditulis secara berturut-turut isi amar

putusan yang diawali dengan kalimat;

− Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya

Atau

− Mengabulkan gugatan penggugat sebagian

− Menolak selebihnya atau

− Tidak menerima selebihnya

VII. Penutup putusan

Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari ……….tanggal …………

− Kalimat ini tidak tepat, karena kata “dijatuhkan” bermakna diputuskan.

Kalau digabung dengan kata sebelumnya “putusan” ini, berarti putusan

diputuskan.

Page 15: Bahasa Hukum Menurut EYD

15

− Demikian diputuskan dalam permusyawaratan majelis hakim Pengadilan

Agama Bukittinggi pada hari ….. tanggal …….. 2010 M.,

bertepatan dengan tanggal ………………1431 H., oleh Drs.

ABDUL AZIZ, M.H.I, sebagai ketua majelis, Drs. MAHYUDA., M.H., dan

Dra.Hj. ERNI MUTIARA , masing-masing sebagai hakim anggota, pada

hari itu juga putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

oleh ketua sidang dengan dihadiri oleh hakim-hakim anggota tersebut

dan dengan dibantu oleh RAHMAD MULYADI, S.H.., selaku

panitera pengganti dengan tanpa dihadiri oleh para pihak yang

berperkara.

VIII. Susunan majelis

Hakim anggota,

Drs. MAHYUDA., M.H.

Ketua majelis,

Drs. ABDUL AZIZ, M.H.I

Hakim anggota,

Dra.Hj. ERNI MUTIARA

Panitera pengganti,

RAHMAD MULYADI, S.H.

B. Glosarium kata baku

BEBERAPA KATA YANG SUDAH BAKU DAN TIDAK BAKU

Baku Tidak Baku

Akta Akte

Autentik Otentik

Februari Pebruari

Formal Formil

Fotokopi Foto copy

Hakikat Hakekat

Page 16: Bahasa Hukum Menurut EYD

16

Hipotek Hipotik

Idah Iddah

Istri Isteri

Ideal Idial

Jurisdiksi Yurisdiksi

Juriprudensi Yurisprudensi

Kaidah Kaedah

Karier Karir

Karunia Kurnia

Konvensi Konpensi

Kualitas Kwalitas

Lahiriah Lahiriyah

Maskawin Mas kawin

Meterai Materai

Muharam Muharram

Nasihat Nasehat

Nonpribumi Non pribumi

Primer Primair

Pasfoto Pas foto

Pikir Fikir

Putra Putera

Putri Puteri

Quran Qur'an

Ramadan Ramadhan

Rasional Rasionil

Rekonvensi Rekopensi

Salat Shalat

Safar Shafar

Sekunder Sekundair

Setan Syetan

Syakban Sya'ban

Sistem Sistim

Susider Subsidiair

Talak Talaq

Tipe Type

Verset Verzet

Zulkaidah Zulqaiddah

Page 17: Bahasa Hukum Menurut EYD

17

Zulhijah Zulhijjah

Jumadilawal Jumadil Awal

Jumadilakhir Jumadil Akhir

Rabiulawal Rabiul Awal

Rabiulakhir Rabiul Akhir

Akidah Aqidah

Akta Akte

Aktivitas Aktifitas

Aliah Aliyah

Amin Amien

Assalamualaikum Assalamu’alaikum

Autentik Otentik

Advokat Adpokat

Batil bathil

Berahi birahi

Baliq baligh

Cenderamata cinderamata

Cengkerama cengkrama

Daripada dari pada

Eks ex

Fikhi fiqhi

Fardu fardhu

Februari Pebruari

Finansial finansiil

Fondasi pondasi

Formal formil

Fotokopi foto copy / photo copy

Fukaha fuqaha

Hadis hadist

Hafiz hafidz

Hakikat hakekat

Halalbihalal Halal bi halal

Harfiah Harfiyah

Hipotek hipotik

Idah iddah

Ideal idial

Ihwal ikhwal

Ijmak ijma’

Page 18: Bahasa Hukum Menurut EYD

18

Ijtihad ijetihad

Insaf insyaf

Istikamah istiqamah

Istri isteri

Iuran iyuran

Jurisdiksi yurisdiksi

jurisprudensi yurisprudensi

Jamaah jemaah

Juri yuri

Kaidah kaedah

Kalaupun kalau pun

Kalbu qalbu

Kamariah qamariah

Karier karir

Karunia kurnia

Kiai kyai

Kias qiyas

Konklusi kongklusi

Kualitas kwalitas

Kualitatif kwalitatif

Lahiriah lahiriyah

Maaf ma’af

Magrib maghrib

Majelis majlis

Maskawin mas kawin

Meterei materei

Napas nafas

Narasumber nara sumber

Nasihat nasehat

Nonpribumi non pribumi

nonpemerintah non pemerintah

Primer primair

Pasfoto pas foto

Periode priode

Personal personil

pertanggungjawaban pertanggungan jawab

Pikir fikir

Prasyarat pra syarat

Page 19: Bahasa Hukum Menurut EYD

19

Provinsi propinsi

Putra putera

Putri puteri

Quran qur’an

Ramadan Ramadhan

Rasional rasionil

Referensi refrensi

Rekonvensi rekonpensi

Ruhani rohani

Restoran restauran

Sahdu syahdu

Salat shalat

Safar Shafar

Sekunder sekundiair

Setan syetan

Silakan Silahkan

Silaturahmi silaturrahmi

Sistem Sistim

Subsider subsidiair

Syahwat Sahwat

Surga Syurga

Takabur Takabbur

Takhyul Tahyul

Talak Talaq

Tawakal Tawakkal

Temperamen tempramen

Tipe Type

tobat Taubat

Tradisional tradisionil

Urine Urin

Ustaz Ustadz

Uzur udzur

Verset verzet

Wakaf waqaf

Zulkaidah Zulqaiddah

Zulhijah Zulhijjah

jumadilawal jumadil Awal

jumadilakhir jumadil Akhir

Page 20: Bahasa Hukum Menurut EYD

20

Rabiulawal Rabiul Awal

Rabiulakhir Rabiul Akhir

Syakban Sya’ban

Konvensi konpensi

C. KESIMPULAN

Sudah saatnya semua orang harus mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD

(Ejaan Yang Disempurnakan) termasuk aparat pengadilan, khususnya hakim dan

panitera/panitera pengganti yang mengikuti proses persidangan di pengadilan, terutama

dalam pembuatan berita acara persidangan dan pembuatan putusan hakim.

Pedoman yang ada selama ini yang menyimpang dari kaidah EYD harus

ditinggalkan karena pedoman seperti itu hanya mengacaukan, bahkan merusak

perkembangan bahasa Indonesia di tanah air. Pedoman ataupun petunjuk teknis

dalam penulisan berita acara persidangan ataupun pembuatan putusan dapat

dipergunakan sepanjang pedoman tersebut disepakati oleh berbagai pihak yang

tentu saja diharapkan melibatkan sebagian kalangan ahli bahasa Indonesia dan yang

tidak kalah penting bagi mereka yang memahami bahasa hukum.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat buat kita, terutama dalam teknis

penulisan dan penyusunan Berita Acara dan Putusan yang dibuat sebagai bagian

dari tugas pokok kita.