bahan referensi oncom
DESCRIPTION
OncomTRANSCRIPT
1. Pengertian Oncom
Oncom merupakan produk makanan fermentasi yang unik. Karena sedemikian
jauh Neurospora sitophila tidak pernah dipergunakan orang dalam pembuatan
suatu jenis makanan, kecuali pada oncom. Oncom merah merupakan makanan
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena dapat menjadi sumber energi
dan protein. Oncom merah dibuat dari ampas tahu yang diperkirakan masih
mengandung senyawa-senyawa isoflavon seperti genistein dan daidzein. Jika
kandungan genistein dan daidzein pada oncom merah cukup tinggi, maka oncom
merah sangat baik digunakan sebagai makanan, karena proses pembuatannya
lebih mudah dibandingkan dengan produk olahan kedelai yang lain. Dengan
demikian, ampas tahu dapat lebih bermanfaat bagi manusia daripada hanya
digunakan sebagai makanan ternak.
2. Jenis-Jenis Oncom
Saat ini dikenal dua jenis oncom, yaitu :
a. Oncom merah
Oncom merah dihasilkan oleh kapang Neurospora sitophila yang mempunyai
strain jingga, merah, merah muda, dan warna peach dan biasanya
menggunakan bahan baku bungkil tahu atau ampas tahu. Bungkil tahu yaitu
kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu.
b. Oncom hitam
Oncom hitam dihasilkan oleh kapang Rhizopus oligosporus dengan bahan
baku bungkil kacang tanah atau kulit kacang kedelai yang dicampur dengan
onggok (ampas), singkong atau tepung singkong (tapioka). Bungkil kacang
tanah adalah ampas yang berasal dari kacang tanah yang telah diambil
minyaknya dengan proses pemerasan mekanis atau proses ekstraksi.
Walaupun kedua bahan substrat tersebut berupa limbah, kandungan gizinya
sesungguhnya masih cukup tinggi untuk dapat dimanfaatkan manusia.
Pencampuran antara bungkil kacang tanah dan onggok dimaksudkan agar
oncom mempunyai tekstur yang lebih baik dan lebih lunak.
Perbedaan kedua jenis oncom tersebut terletak pada jenis kapang serta bahan baku
yang digunakan. Perbedaan warna pada oncom ditentukan oleh warna pigmen
yang dihasilkan oleh kapang yang digunakan dalam proses fermentasi.
3. Proses Pembuatan Oncom
Pada saat pembuatan oncom, sangat penting untuk memperhatikan masalah
sanitasi dan higiene untuk mencegah timbulnya pencemaran dari mikroba-
mikroba lain, terutama kapang Aspergillus flavus yang mampu memproduksi
racun aflatoksin. Oncom yang baru jadi hanya dapat bertahan selama 1-2 hari
pada suhu ruang, setelah itu oncom akan rusak. Kerusakan tersebut disebabkan
oleh enzim proteolitik yang mendegradasi protein sehingga terbentuk ammonia,
yang menyebabkan oncom tidak layak lagi dikonsumsi.
4. Mikroba dalam Proses Fermentasi dan Perannya
Pertumbuhan jamur ini yang sangat pesat, warna jingganya khas, serta bentuk
spora (konidia) yang berbentuk seperti tepung merupakan ciri-ciri khas kapang
ini. Dalam kehidupan sehari-hari kapang Neurospora sitophila telah memegang
peranan penting terutama dalam pengolahan makanan fermentasi. Kapang
Neurospora sitophila telah dimanfaatkan untuk membuat oncom yang sangat
populer bagi masyarakat Jawa Barat. Nama Neurospora berasal dari kata neuron
(= sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson.
Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk filamen).
Jamur oncom ini masuk ke dalam golongan Ascomycota. Neurospora sitophila
merupakan sumber beta karoten pada fermentasi tradisional. Oncom terbuat dari
ampas tahu, yaitu ampas kedelai dengan bantuan jamur Neurospora sitophila.
Jamur ini dapat menghasilkan zat warna merah atau orange yang merupakan
pewarna alami.
Kacang tanah direndam dalam air bersih selama 3-4 jam
Setelah masak, adonan diratakan di atas tatakan dari bambu, dan ditaburi dengan ragi setelah dingin
Campuran antara kacang tanah dan tepung tapioka dikukus
Kacang tanah ditiriskan, diayak, dan kemudian dicampur dengan tepung tapioka
Inkubasi dilakukan setelah ditutup dengan daun pisang bersih dalam suhu ruang yang hangat (25-300oC) dan
kelembaban tinggi selama 2-3 hari
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak
menghasilkan enzim protease, R. oligosporus banyak ditemui di tanah, buah, dan
sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama. R. oligosporus termasuk
dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam proses fermentasi kacang
kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang memecah
fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro
sehingga oncom lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh.
Fungi ini juga dapat memfermentasi substrat lain, memproduksi enzim, dan
mengolah limbah. Salah satu enzim yang diproduksi tersebut adalah salah satu
dari golongan protease.
Rhizopus oligosporus dan Neurospora sitophila telah berperan sebagai mikoflora.
Kapang Aspergillus flavus biasanya tumbuh pada kacang-kacangan dan biji-bijian
yang sudah jelek mutunya sehingga sangat dianjurkan menggunakan bahan baku
yang baik mutunya untuk mencegah terbentuknya racun aflatoksin. Tidak perlu
khawatir dengan racun aflatoksin, karena kapang Neurospora sitophila dan
Rhizopus oligosporus mampu berperan sebagai penekan produksi aflatoksin.
5. Perubahan Selama Fermentasi
Selama proses fermentasi oncom kapang akan menghasilkan enzim α-
galaktosidase yang dapat nenguraikan rafinosa dan stakhiosa kedelai sampai pada
level yang sangat rendah, sehingga tidak berdampak pada terebntuknya gas.
Kandungan karbohidrat dan protein tercena cukup tinggi pags oncom dari bungkil
kacang tanah. Selain itu populasi kapang diketahui dapatt menekan produksi
aflatoksin dari Aspergillus flavus yang telah mencemari substrat (bungkil).
Degradasi yang dilakukan oleh kapang menyebabkan beberapa oligosakarida
sederhana seperti sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa menurun pesat kandungannya
akibat aktivitas enzim α-galaktosidase yang dihasilkan kapang terutama (terutama
Neurospora sitophila).
Kapang oncom dapat mengeluarkan enzim amilase, lipase, dan protease yang
aktif selama proses fermentasi dan memegang peranan penting dalam penguraian
pati menjadi gula, penguraian bahan-bahan dinding sel kacang, penguraian lemak,
serta pembentukan sedikit alkohol dan berbagai ester yang memunculkan aroma
sedap dan harum. Protein juga tergedradasi namun tidak penuh dan berakibat
meningkatnya daya cerna. Kapang oncom merah (Neurospora sitophila) dapat
mereduksi (mengurangi) kandungan aflatoksin selama proses fermentasi bungkil
tahu sebesar 50% dan oncom yang terbuat dari ampas tahu ini tidak mengandung
aflatoksin. Sedangkan penggunaan kapang Rhizopus oligosporus dapat
mengurangi aflatoksin bungkil sebesar 60%. Jamur ini juga mempunyai
kemampuan untuk mengubah kedelai menjadi asam amino dan protein lain yang
cepat larut kalau memasuki perut pemakannya.
6. Faktor Dalam Proses Fermentasi
Salah satu faktor untuk membuat oncom yang baik adalah kualitas raginya, yaitu
kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus. Ragi oncom yang baik
mampu menguraikan struktur-struktur kimia dalam kacang tanah atau kedelai
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana melalui proses fermentasi,
sehingga lebih mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh. Selain itu, citarasa,
tekstur, serta aroma dari oncom juga sangat dipengaruhi oleh kualitas dari
raginya, namun ragi oncom belum begitu dikembangkan di negara lain maupun
Indonesia sendiri, yang merupakan negara tempat oncom berasal, sehingga belum
ditemukan metode yang tepat untuk menghasilkan ragi oncom dengan kualitas
bagus, baik ditinjau dari segi kualitatif maupun dari segi kuantitatifnya seperti
kenaikan kadar protein, karbohidrat, dan serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan.
Faktor lainnya yang mempengaruhi yaitu kadar air, temperatur, dan pertukaran
gas. Kadar optimum tergantung pada substrat, organisme dan tipe produk akhir.
Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volume gas,
tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri. Temperatur berpengaruh
pada laju reaksi biokimia selama proses fermentasi. Pertukaran gas antara fase gas
dengan substrat padat mempengaruhi proses fermentasi.