bahan - definisi dan manfaat kerjasama kelompok

Upload: gusti-siahaan

Post on 10-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

DEFINISI DAN MANFAAT KERJASAMA KELOMPOK / TEAM WORKKarakter kerja yang perfeksionis sangatlah baik, karena selalu ingin menampilkan hasil pekerjaan yang terbaik. Tantangannya, banyak juga orang yang tidak memiliki jiwa untuk menjadi pekerja yang perfeksionis. Oleh karena itu, saat mereka berada di bawah kepemimpinan seorang perfeksionis, yang menuntut sebuah kesempurnaan dari hasil pekerjaan, mereka pasti akan merasa tertekan hidupnya. Setiap pekerjaan haruslah memiliki standar yang tinggi, dan bila perfeksionis diri Anda hanya menuntut pencapaian hasil kerja sesuai standar kerja perusahaan, maka seharusnya sikap perfeksionis Anda ini harus dimanfaatkan untuk menghasilkan kualitas terbaik dan mengurangi hal-hal buruk. Manfaatkan kepribadian dan karakter perfeksionis Anda untuk mengarahkan staf-staf, agar mereka bisa termotivasi untuk memberikan hasil pekerjaan yang tepat sesuai dengan harapan Anda dan perusahaan. Fokuskan energi perfeksionisAnda dalam ruang lingkup pekerjaan, tanpa pernah masuk ke ruang lingkup kehidupan pribadi staf-staf Anda. Tingkatkan kesadaran diri untuk memahami orang lain dengan menggunakan kekuatan empati, lalu kenali perilaku kerja dan kepribadian dari masing-masing staf. Kemudian, pastikan Anda mampu mengenali kemampuan dari masing-masing staf untuk mengikuti energi perfeksionis Anda dalam memenuhi standar kerja tertinggi, melalui perilaku kerja yang berbudaya untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Walaupun Anda seorang manajer yang perfeksionis, tapi biasakan diri Anda untuk meminta umpan balik dari para staf. Jangan pernah menggunakan energi perfeksionis Anda untuk mendominasi kehidupan orang lain dengan kemauan Anda sendiri, tanpa memiliki empati dan toleransi. Jadilah pribadi yang perfeksionis dengan tetap memahami orang lain dalam kerendahanhati, untuk menerima dan memberikan umpan balik buat mencapai hasil kerja terbaik. Keberadaan tim dimaksudkan agar semua anggotanya saling tolong menolong melalui cara kerja yang berkolaborasi, bersinergi, berkomunikasi, berkoordinasi, dan meminimalkan perbedaan yang dapat merusak kekompakkan tim. Oleh karena itu, perdebatan secara tidak rasional adalah hal yang tidak etis dalam kerja sama tim. Bila para anggota tim saling bersikeras secara tidak rasional, maka keadaan ini akan melemahkan kekuatan kerja sama diantara para anggotanya. Perlu dipahami bahwa sikap tidak rasional selalu akan menjadi hal yang tidak masuk akal, sehingga bila hal yang tidak masuk akal ini diperdebatkan, maka pastilah kinerja tim akan terus merosot. Oleh karena itu, diperlukan kepemimpinan tim yang tegas dan berpengaruh, untuk menemukan titik temu atas semua perdebatan dalam tim. Sikap proaktif dari pemimpin tim untuk menemukan sumber perdebatan, dan memotivasi kembali para anggota tim untuk menjadi solid dalam kerja sama, akan menjadi hal yang dapat mengatasi masalah perdebatan tersebut. Akar Permasalahan Dari Sikap Karyawan Biasa Yang Suka Memboskan Dirinya Sendiri Di Tempat Kerja, Adalah Tidak Berjalannya Etika Kerja Dan Sistem Kerja, Dalam Kepemimpinan Yang Mematuhkan Semua OrangUntuk Taat Struktur Organisasi. Djajendra Kehidupan di tempat kerja selalu unik dengan perilaku kerja individu yang sangat tidak mudah untuk dipahami, dan kadang-kadang menciptakan kisah-kisah yang kurang etis yang terkesan sangat lucu. Sistem dan manajemen yang berkualitas untuk mengontrol dan mengelola orang-orang di tempat kerja, agar selalu patuh kepada etika dan tata kelola perusahaan yang sehat, adalah hal yang wajib dijalankan oleh kepemimpinan di perusahaan. Beberapa waktu yang lalu saya mendengarkan keluhan dari seorang karyawan, yang merasa rekan kerjanya sudah sangat keterlaluan dengan sikap dan perilaku yang kurang etis. Menurut karyawan yang curhat ini, perilaku kerja dari rekan kerjanya ini melebihi bos, dan suka mengatur-ngatur pekerjaan dari karyawan lain. Padahal, dia tidak memiliki kewenangan untuk itu, tapi perilaku dirinya yang selalu mendominasi teman-teman sesama karyawan membuat dirinya selalu tampil seperti bos. Akar permasalahan dari sikap karyawan biasa yang suka memboskan dirinya sendiri di tempat kerja, adalah tidak berjalannya etika kerja dan sistem kerja, dalam kepemimpinan yang mematuhkan semua orang untuk taat struktur organisasi. Bila saja perusahaan bersama keunggulan manajemen, kepemimpinan, dan sistem kerja yang profesional dapat menegakkan integritas setiap orang di tempat kerja; untuk menjalankan etika kerja secara adil, terbuka, dan penuh tanggung jawab; maka semua keluhan dan curhat dari karyawan tersebut tidak akan pernah terjadi. Bahaya dari sikap karyawan yang suka memboskan dirinya di tempat kerja adalah akan menciptakan konflik batin dan kemarahan di dalam hati karyawan lain, sehingga karyawan-karyawan lain yang merasa tidak suka dengan perilaku dari rekannya yang memboskan diri itu, berpotensi kehilangan kualitas etos kerja dan kinerja. Bila hal ini terjadi, maka perusahaan akan mengalami kerugian atas turunnya motivasi kerja karyawan oleh ketidakharmonisan hubungan kerja. Kepemimpinan dan sistem kerja di perusahaan harus memiliki kemampuan, untuk mengawasi dan menormalkan kembali perilaku dominan, dari karyawan-karyawan yang suka ngeboskan dirinya terhadap rekan-rekan selevelnya. Bila perilaku-perilaku dominan yang kurang etis dibiarkan ataupun dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat kepemimpinan dan manajemen, maka hasilnya akan menciptakan lingkungan kerja yang penuh konflik batin dalam ketidakcerdasan emosional kerja karyawan.Perusahaan yang cerdas pasti akan melatih dan mengarahkan semua karyawannya, untuk bekerja dalam kolaborasi dan sinergi yang harmonis, di bawah kepemimpinan yang tegas dan cerdas dalam mengkoordinasikan semua kekuatan dan keunggulan sumber daya perusahaan, buat kesuksesan pencapaian tujuan dan visi perusahaan. Membiarkan perilaku karyawan yang terlalu dominan untuk mengendalikan pekerjaan dari karyawan lain yang satu level, hanya berpotensi untuk menimbulkan stres tambahan dalam ketegangan hubungan di tempat kerja. Termasuk, sangat berpotensi untuk menurunkan semangat kerja, mengurangi produktifitas kerja, mengurangi efektifitas kerja, dan meningkatkan keluar-masuk atau perputaran karyawan di tempat kerja. Kelemahan Seorang Anggota Tim Dengan Sangat Mudah Dapat Diseimbangkan Melalui Kekuatan Anggota Tim Yang Lainnya. Tetapi, Saat Para Anggota Tim Memiliki Kekuatan Yang Sama Kuat, Maka Mereka Akan Bersikap Dominan Untuk Bersaing, Bukan Untuk Bekerja Sama. Djajendra Sudahkah tim melakukan tugas untuk mencapai tujuan dengan sepenuhnya? Sudahkah setiap anggota tim diberikan peran, tanggung jawab, dan motivasi yang jelas? Mungkin Anda merasa telah memberikan segala keperluan tim untuk meningkatkan kinerja, tapi tim belum memberikan potensi penuh untuk kinerja terbaik. Salah satu tantangan yang selalu muncul dalam kerja tim, adalah, adanya anggota tim yang tidak tekun untuk menyelesaikan tugas seperti yang diharapkan oleh tim. Kenapa hal ini bisa terjadi, padahal semua keperluan tim telah diberikan secara baik? Biasanya, titik kelemahan dalam kerja tim adalah tidak semua anggota tim diberikan gambaran jelas dan luas tentang visi tim, sehingga visi anggota tim hanya sebatas tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Bila visi dan wawasan anggota tim hanya sebatas tugas dan tanggung jawab; maka anggota tim akan berperilaku, berkontribusi dan saling berhubungan sebatas visi dan wawasan yang dia miliki. Dan hal ini akan berdampak kurang efektif saat tim membutuhkan seluruh anggota tim untuk bekerja sesuai arah visi dan wawasan dari organisasi atau pun sesuai misi tim secara utuh. Karena, sebagian besar dari anggota tim telah terbiasa melalui rutinitas untuk hanya bekerja dan menguasai sebatas tugas dan tanggung jawabnya saja. Peran anggota tim harus terlihat melalui perilaku yang dapat diamati, khususnya tentang peran kontribusi anggota tim yang sesuai dengan harapan dan keinginan tim. Bila pimpinan tim cerdas melihat perilaku dari peran anggota tim, maka setiap kekurangan dari anggota dapat diatasi melalui komunikasi dan panduan yang membimbing para anggota tim untuk bekerja sesuai visi besar tim atau organisasi. Hal ini dapat mendorong para anggota tim untuk tidak membatasi kontribusi mereka sebatas tugas dan tanggung jawab, tapi dapat membuka wawasan dan pengetahuan mereka untuk tidak mengorbankan gambaran besar tim dalam kerja sama yang lebih besar. Pimpinan tim harus dapat memainkan perannya sebagai motivator yang selalu menjaga keseimbangan dari gaya, peran, cara kerja, perilaku, komunikasi, dan kontribusi para anggota tim. Kelemahan seorang anggota tim dengan sangat mudah dapat diseimbangkan melalui kekuatan anggota tim yang lainnya. Tetapi, saat para anggota tim memiliki kekuatan yang sama kuat, maka mereka akan bersikap dominan untuk bersaing, bukan untuk bekerja sama. Bila para anggota tim mulai saling bersaing oleh kekuatan dan keunggulan masing-masing, maka pimpinan tim tidak boleh berdiam diri dalam melihat adanya kelemahan di dalam kekuatan individu anggota tim untuk kerja sama. Jika Anda Bekerja Di Sebuah Tim Lintas Fungsional, Anda Harus Selalu Berkontribusi Melalui Sikap Rendah Hati Untuk Kesuksesan Bersama, Tanpa Berpikir Bahwa FungsiPekerjaan Anda Lebih Istimewa. Djajendra Organisasi masa depan akan menuntut setiap karyawan dan pimpinan untuk dapat bekerja sama atau pun berkolaborasi secara lintas fungsional. Keunggulan masing-masing unit kerja atau individu harus menjadi satu peran dalam multi fungsi pekerjaan. Bekerja efektif dengan fungsi lain akan menjadi sebuah kebutuhan yang harus dapat dijawab oleh setiap orang untuk membuat organisasi menjadi lebih fleksible. Hal ini, sama seprti praktik tim sepak bola yang mewajibkan semua pemain untuk siap dimainkan diposisi mana pun. Seorang back harus mampu menjadi penyerang, seorang penyerang juga harus siap dimainkan diposisi sesuai strategi pelatih. Artinya, setiap orang di dalam tim harus bisa memainkan fungsi dan peran apa saja sesuai kebutuhan strategi tim untuk mencapai kemenangan. Mungkin Anda sudah sering terlibat dalam sebuah tim lintas fungsional di tempat kerja Anda. Biasanya, tim lintas fungsional terdiri dari orang-orang dari berbagai fungsi atau departemen dalam suatu organisasi, yang dibentuk untuk tujuan menyelesaian sebuah proyek atau pun untuk menyelesaikan sebuah tantangan. Dalam tim lintas fungsional, setiap orang harus memiliki keahlian untuk memecahkan tantangan, atau untuk mengeksplorasi solusi potensial buat berkontribusi terhadap proyek atau misi yang ditetapkan. Di masa depan, cara kerja tim lintas fungsional akan menjadi sebuah keharusan dalam rutinitas kerja seharian. Pemimpin akan memainkan peran pelatih seperti di dalam tim sepak bola saat ini. Di mana, semua sumber daya manusia harus dapat digunakan sesuai kebutuhan strategi organisasi dan strategi bisnis. Oleh karena itu, setiap individu di dalam organisasi wajib memiliki multi keterampilan dan wawasan yang luas tentang pekerjaan di tempat kerja. Termasuk, memiliki keterampilan negosiasi yang baik, serta memiliki kecerdasan emosional yang berkualitas untuk berkomunikasi secara efektif dengan para stakeholder kunci.Kepemimpinan dan karyawan dengan keahlian yang berbeda harus duduk bersama-sama untuk menciptakan karya besar sesuai misi organisasi. Kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik harus menjadi perilaku kerja bersama. Efisiensi, efektifitas, dan produktifitas harus menjadi hal yang diutamakan dalam semua perilaku kerja lintas fungsional. Bekerja dalam tim lintas fungsional tidak hanya membutuhkan keahlian teknis dari setiap orang, tapi juga keahlian untuk mengendalikan kepribadian diri sendiri, agar diri sendiri mampu melebur dan menyatu di dalam satu kekuatan besar untuk satu tujuan bersama yang utuh dan solid. Setiap orang dalam cara kerja tim lintas fungsional harus dapat menjadi lebih bertoleransi terhadap fungsi kerja lain. Tidak boleh dipelihara pikiran dan perasaan yang meremahkan fungsi pekerjan orang lain. Bila sudah menjadi satu tim, maka semua jenis fungsi pekerjaan harus berada dalam satu level bersama, tidak boleh ada yang menganggap fungsi pekerjaannya lebih tinggi dari yang lain. Bila ada pihak yang menganggap fungsi pekerjaannya lebih bergengsi dan lebih penting, maka kerja sama dalam tim lintas fungsional akan menjadi tidak efektif. Nilai-Nilai Kolaborasi Dan Sinergi Harus Diinternalisasikan Ke Dalam Pikiran Dan Perasaan, Karena Hal Ini Akan Membuat Tim Anda Solid Selamanya.-Djajendra Hampir semua pekerjaan di perusahaan harus diselesaikan melalui kerja tim, meskipun karyawan harus menjadi bagian dari tim yang terpisah berdasarkan unit kerja dan departemen yang beda fungsi dan peran. Tetapi, untuk mengejar tujuan besar perusahaan, setiap perbedaan dari fungsi dan peran itu harus berkolaborasi, berkoordinasi, berkomunikasi, bersinergi, dan menyatu dalam satu persepsi untuk kinerja terbaik. Sudah menjadi rahasia bahwa persoalan kerja sama diantara semua unit kerja dalam perusahaan bukanlah persoalan mudah dan sederhana. Diperlukan komitmen dan keikhlasan dari masing-masing individu untuk menghapus ego dan kepentingan pribadi buat sebuah tujuan besar perusahaan. Secara konsep dan teori sangat gampang untuk berbicara tentang kerja sama dalam tim, tapi dalam realitas akan menjadi sangat sulit, dan membutuhkan sangat banyak pengetahuan lain di luar pengetahuan tim building itu sendiri. Karyawan biasanya sangat memahami bahwa pekerjaan mereka akan menjadi semakin berkualitas dan berkinerja, jika pekerjaan itu dikerjakan secara bersama-sama melalui proses kerja yang melibatkan semua fungsi dan peran kerja secara berkualitas dalam integritas yang tinggi. Tetapi, karyawan biasanya kurang mampu untuk melakukan pengendalian diri buat kerja sama yang berkualitas. Sekarang ini di era yang penuh dengan kompetisi, semua bisnis membutuhkan kerja tim, dan semakin mengandalkan keterlibatan setiap individu karyawan dan pimpinan untuk menyatu dalam kerja sama buat produktivitas dan kualitas terbaik di semua aspek pelayanan perusahaan kepada stakeholders. Kemampuan perusahaan dalam membangun kerja sama tim tidak boleh berhenti ditahap konsep dan impelementasi, tapi harus ditindaklanjuti dengan memberikan pencerahan untuk pengembangan kepribadian individu dalam melakukan kerja sama secara ikhlas dan penuh tanggung jawab. Bekerja dalam tim merupakan bagian dari setiap proses kerja di perusahaan, tetapi hal itu tidak berarti secara otomatis akan menciptakan kerja sama tim yang solid dan kuat, diperlukan perencanaan, manajemen, komitmen, tanggung jawab, dan ketulusan dari setiap individu dan unit kerja untuk membangun dan menangani semua proses pekerjaan dengan efektif. Sebuah tim kerja akan memberikan manfaat yang signifikan kepada perusahaan, bila di dalam tim itu setiap orang bisa saling memahami kepribadian yang berbeda, dan memfokuskan perhatian pada kekuatan dari masing-masing anggota tim, serta menghindarkan diri untuk melihat kekurangan orang lain. Perusahaan harus secara proaktif dalam niat tulus dan ikhlas untuk membangun kekuatan kerja sama tim melalui pengembangan bakat dan potensi setiap individu.Termasuk, bakat dan potensi individu mampu disesuaikan, direncanakan dan ditindaklanjuti untuk visi dan misi perusahaan. Masing-Masing Fungsi Pekerjaan Harus Terintegrasi Ke Dalam Satu Kekuatan Yang Tak Terpisahkan Oleh Hal Apa Pun, Agar Bisa Membangun Keunggulan Bersama Untuk Menghasilkan Kinerja Yang Maksimal. Djajendra Secara rasional seorang pemimpin pasti berharap seluruh fungsi dan peran kerja mampu menyatu menjadi satu kekuatan untuk menghasilkan tujuan dengan tepat waktu dan tepat jumlah. Tantangannya, manusia yang menjadi pelaku utama dari fungsi dan peran kerja, tidak semuanya mampu menyatu dan menjadi orang-orang dalam satu rasional dan satu persepsi, untuk menjalankan fungsi dan peran masing-masing secara profesional dalam integritas dan etika. Oleh karena itu, pimpinan harus secara proaktif mengkoordinasikan nilai-nilai kebersamaan untuk menyatukan hal-hal yang belum bersatu dalam sebuah kolaborasi kerja yang saling memperlancar interaksi di dalam organisasi. Kolaborasi dalam pekerjaan selalu dimulai dari pikiran dan perasaan yang mampu mengalir ke dalam emosional mana pun, dan selalu memiliki kebesaran hati untuk bersatupadu dan berjuang bersama, untuk tujuan tertinggi organisasi. Pikiran dan perasaan yang terlatih untuk terkendali dalam perilaku tegar dan sabar pasti mampu menyatu dalam perbedaan dan keragaman fungsi dan peran organisasi. Bila setiap pelaku dari peran dan fungsi organisasi dapat diyakinkan dan dikoordinir untuk bekerja sama secara total dalam mencapai tujuan besar organisasi, melalui keunggulan masing-masing fungsi dan peran; maka organisasi akan menjadi sangat kuat dan dinamis untuk memberikan kinerja, karya, dan prestasi yang luar biasa buat semua stakeholdernya. Dalam proses menyatukan hal-hal yang belum bersatu, setiap pelaku dari peran dan fungsi kerja harus berada dalam kondisi pikiran dan perasaan positif untuk bersatu, dan merasa lebih positif bila menyatu daripada tidak menyatu. Kesadaran dari masing-masing pelaku sangat menentukan keberhasilan penyatuan terhadap hal-hal yang belum bersatu. Dalam tahap ini, peran pemimpin sangat menentukan integrasi dari setiap pelaku untuk bersatu demi tujuan utama organisasi. Untuk itu, seluruh potensi dan energi harus disadarkan melalui filosofi bersatu kita kuat, tidak bersatu kita kalah. Kerendahan hati dalam jiwa besar yang penuh toleransi adalah sebuah kekuatan yang mampu membuat semua fungsi dan peran organisasi untuk saling berkolaborasi, dan mempersembahkan sebuah maha karya buat para stakeholdernya. Bila semua fungsi dan peran kerja saling bersepakat dalam batas tanggung jawab, etika, dan integritas demi sebuah loyalitas kepada organisasi; maka tidaklah sulit untuk menyatukan hal-hal yang belum bersatu. Sebab, melalui kesadaran masing-masing pelaku dari peran dan fungsi kerja di dalam organisasi, akan muncul budaya kolaborasi dalam kebanggaan untuk memberikan pengabdian total kepada organisasi, tanpa memiliki kepentingan untuk diri sendiri atau kelompok eksklusif dari masing-masing pihak. Bila Saja Kolaborasi Membudaya Dan Menjadi Kebiasaan Kerja, Maka Sinergi Secara Otomatis Akan Menguat Dan Menciptakan Keunggulan Kompetitif Organisasi. DjajendraSalah satu perilaku dominan sumber daya manusia yang membuat organisasi unggul adalah kerjasama dalam wujud kolaborasi dan sinergi. Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk mencapai tujuan kolektif. Walaupun secara individu sering sekali peran kolaborasi tidak kelihatan manfaatnya atau tidak nyambung hubungannya. Tapi, untuk sebuah tujuan besar yang sifatnya kolektif, setiap individu dan kelompok harus berjiwa besar untuk berkontribusi melakukan kolaborasi demi misi yang ada dalam gambaran besar organisasi. Sinergi adalah beberapa fungsi yang saling tergantung dan harus bekerja sama untuk bisa menghasilkan sebuah kinerja. Artinya, setiap fungsi yang saling tergantung itu harus berkemampuan menggabungkan keunggulan masing-masing untuk hasil yang tidak mungkin dapat dicapai secara individu atau satu fungsi. Bila kolaborasi dan sinergi bisa menjadi sebuah mindset dalam perilaku dan kebiasaan kerja dalam organisasi, maka organisasi tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif. Kolaborasi dan sinergi harus dibiasakan dan dijadikan sebagai energi positif untuk menghadirkan perasaan senang di dalam organisasi. Untuk itu, organisasi harus menciptakan ritual dan seremonial secara rutin untuk memperkuat interaksi dan komunikasi dari hati ke hati, agar setiap pelaku kolaborasi dan sinergi bisa menyatu secara batin. Bila setiap jiwa di dalam organisasi memiliki niat yang kuat untuk menunjukkan perilaku kerja sama melalui kolaborasi dan sinergi, maka setiap jiwa di dalam organisasi pasti akan mampu berkembang melalui komunikasi yang saling menghargai untuk menuju puncak kinerja tertinggi. Peran kepemimpinan puncak untuk memotivasi atau memfasilitasi semua fungsi di dalam organisasi untuk sebuah mindset dan perilaku kolaborasi akan sangat menentukan keberhasilan kolaborasi dan sinergi. Bila saja kolaborasi membudaya dan menjadi kebiasaan kerja, maka sinergi secara otomatis akan menguat dan menciptakan keunggulan kompetitif organisasi. Untuk ini semua, tidak boleh diabaikan peran dan fungsi kepemimpinan dalam melakukan koordinasi untuk terciptanya kolaborasi dan sinergi yang luas di dalam organisasi. Kerja sama dalam bentuk kolaborasi dan sinergi akan menjadikan organisasi sangat unggul dan berdaya tahan kuat dalam menghadapi kompetisi dari sudut atau sisi manapun. Bila kepemimpinan dan organisasi mampu menyatukan nilai-nilai untuk sebuah komitmen kolaborasi dan sinergi, maka semua kelompok individu dari berbagai fungsi akan tergerak hatinya, untuk bersama-sama bekerja sama satu sama lain berdasarkan seperangkat tujuan dan nilai-nilai inti yang disepakati oleh kepemimpinan dan organisasi. Kepemimpinan yang baik akan membawa organisasinya menjadi tempat berkarya yang menguntungkan semua pihak. Termasuk, menciptakan kecerdasan kolektif secara terintegrasi untuk mengembangkan organisasi menuju kinerja tertinggi melalui kolaborasi, sinergi, dan inovasi. Perilaku kerja yang saling percaya dan saling berkontribusi untuk sebuah maha karya melalui kolaborasi dan sinergi, sesungguhnya tidaklah sulit dilaksanakan. Asal, semua pihak bersikap rendah hati dan semua hal diatur secara jujur, terbuka, adil, dan menguntungkan semua pihak. Bila Setiap Orang Di Perusahaan Berinisiatif Untuk Berkolaborasi Secara Konsisten, Untuk Meningkatkan Kinerja Mereka Dan Perusahaan, Maka Perusahaan Akan Bergerak Dengan Sangat Cepat Menuju Pusat Kinerja Tertinggi. Djajendra Bila Setiap Karyawan Dan Pimpinan Patuh Pada Budaya Organisasi Dan Panduan Etika Bisnis, Maka MerekaAkan Menjadi Energi Terbaik Untuk Mengimplementasikan Praktek-Praktek Terbaik Organisasi Dan Bisnis. Djajendra Mengatur dan menyuruh karyawan untuk berkolaborasi mungkin bukanlah persoalan yang sulit, tapi menyuruh pemimpin-pemimpin atau para petinggi organisasi untuk berkolaborasi bukanlah persoalan mudah. Saat seseorang punya kekuasaan dan jabatan di dalam organisasi, maka biasanya dia akan memproteksi dirinya untuk dihormati dan disegani oleh orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, dia akan berusaha semaksimal mungkin menjaga harga diri atas kekuasaan dan jabatan yang dimiliki. Hal ini akan mengakibatkan dirinya sulit melakukan kolaborasi dengan pihak lain dengan jiwa besar dan hati yang tulus. Kolaborasi diantara kepemimpinan di dalam sebuah organisasi sangatlah penting untuk dilakukan, agar organisasi tersebut bisa meningkatkan produktifitas dan efektifitas kerja yang lebih berkualitas di semua tingkatan struktur organisasi. Setiap orang yang memiliki kekuasaan dan jabatan di perusahaan harus menyadari bahwa mereka memiliki kekuasaan dan jabatan tersebut sesungguhnya bertujuan untuk mewakili kepentingan organisasi untuk melakukan fungsi kepemimpinan, koordinasi, motivasi, dan kolaborasi untuk menghasilkan kinerja individu, unik kerja, kepemimpinan, dan organisasi yang tinggi. Oleh karena itu, setiap pemimpin melalui inisiatif yang proaktif harus mau meninggalkan peran dan kekuasaan saat menjalankan fungsi kolaborasi dengan pemimpin pemimpin yang lain di dalam organisasi. Organisasi dengan tata kelola yang baik pasti akan menyiapkan infrastruktur kolaborasi yang kuat dengan panduan kolaborasi yang jelas, sehingga semua pemimpin atau manajemen senior dapat membiasakan dirinya untuk saling berinteraksi tanpa terbebani oleh gengsi dan harga diri yang berlebihan atas kekuasaan dan jabatan yang dimiliki. Bila seluruh kepemimpinan dan karyawan mampu berkolaborasi untuk tujuan memaksimalkan kinerja organisasi, maka organisasi akan bergerak dengan sangat cepat menuju sasaran tertinggi. Kolaborasi harus dilakukan melalui sebuah perencanaan dan infrastruktur bisnis yang masuk akal untuk ukuran dan ruang lingkup dari yang ditargetkan. Artinya, semua kerjasama yang dilakukan di dalam internal organisasi harus dalam batas-batas rencana dan target. Organisasi juga harus melihat potensi sumber daya yang dimiliki. Bila potensi sumber daya tidak memiliki kekuatan untuk mengejar sebuah sasaran, maka sebaiknya disesuaikan dengan sasaran yang wajar. Bila tidak, tim dalam kolaborasi akan frustasi dan merasakan yang di kerjakan itu tidak sesuai dengan dukungan dari organisasi. Keunggulan organisasi untuk menggunakan proses kolaborasi diantara para pemimpinnya di internal organisasi, untuk dapat saling bekerja sama secara bersinergi, berpotensi meningkatkan energi organisasi untuk menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Kolaborasi akan mengakumulasi semua kekuatan tunggal menjadi kekuatan kolektif yang akan menjadi sumber keunggulan dan kekuatan organisasi yang luar biasa. Setiap pemimpin di dalam organisasi haruslah bersikap lentur dan mau berbagi kekuatan dan menghapus kelemahan agar dapat menciptakan kinerja bersama yang optimal. Budaya Kolaborasi Adalah Bagian Dari Strategi Organisasi Untuk Menciptakan Lingkungan Dari Dua Atau Lebih Organisasi, Agar Dapat Saling Bekerja Sama Dengan TujuanUntuk Memaksimalkan Kinerja Keseluruhan. Djajendra Membangun budaya kolaborasi diantara perusahaan di dalam satu kelompok perusahaan induk sangat ditentukan oleh aspek kebijakan, prosedur, sistem, kinerja, teknologi, efisiensi, nilai, interaksi, komitmen, motivasi, loyalitas, persepsi, integritas, etika, kepemimpinan, karyawan, dan komunikasi. Bila semua aspek di atas dapat dipenuhi dengan sempurna oleh organisasi induk dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah, maka perilaku kolaboratif diantara individu atau kelompok dapat diimplementasikan melalui praktik terbaik organisasi untuk menghasilkan kinerja kelompok usaha secara keseluruhan yang optimal. Secara bisnis, legalitas, dan akuntansi sangatlah mudah untuk menyatukan dan mengatur kolaborasi diantara semua anak perusahaan dalam satu kelompok usaha sebagai unit bisnis yang menjadi hak milik dari perusahaan induk. Tetapi, dari sisi kepemimpinan, karyawan, prestasi, gengsi, kinerja, dan wilayah kekuasaan organisasi; sangatlah tidak mudah untuk mengharapkan semua pihak dengan ikhlas melakukan kolaborasi tanpa memikirkan kepentingan masing-masing. Setiap pemimpin dan karyawan di setiap anak perusahaan pasti memiliki obsesi dan mimpi untuk menjadi yang terbaik. Kompetisi yang lebih mengedepankan peran daripada visi besar kelompok akan menciptakan politik kantor yang berpotensi mengaburkan nilai-nilai budaya kolaborasi. Padahal, setiap anak perusahaan harus meningkatkan nilai bisnis dan reputasi untuk dikontribusikan ke dalam perusahaan induk. Oleh sebab itu, diperlukan peran kepemimpinan dan karyawan dalam kerendahan hati untuk berkontribusi dalam loyalitas dan integritas yang tinggi untuk kepentingan visi besar perusahaan induk. Membangun budaya kolaborasi memerlukan pengembangkan mindset, perilaku, kebiasaan, dan kepribadian kepemimpinan dan karyawan; untuk bersama-sama mengelola dan meningkatan nilai perusahaan melalui kolaborasi yang profesional. Termasuk, mengembangkan nilai-nilai budaya kerja yang menuju pada kepemimpinan kolaboratif yang saling mendukung dalam mencapai kinerja perusahaan secara total; memahami kaitan antara kolaborasi dan produktifitas karyawan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kolaborasi; merumuskan strategi untuk membangun kolaborasi dilingkungan masing-masing; serta mengimplementasikan kerangka kerja kolaborasi untuk tujuan mengelola dan mengukur kolaborasi. Mengembangan budaya kolaborasi dilingkungan kelompok usaha berarti melibatkan seluruh kepemimpinan dan karyawan melalui lingkungan budaya kerja yang saling percaya satu sama lain untuk melakukan tugas dan tanggung jawab dalam batas-batas yang ditentukan oleh organisasi induk.Komunikasi yang efektif, beretika, dan terbuka akan membuat setiap pihak bisa saling percaya dan saling mendengarkan untuk menghasilkan hal-hal luar biasa buat organisasi induk. Setiap kepemimpinan dan karyawan dari anak perusahaan mana pun harus memiliki sikap positif dan tidak boleh saling menyalahkan satu sama lain; tapi berjiwa besar untuk saling memotivasi, menghormati, mendukung, dan secara bersama-sama mengelola perbedaan dan keragaman dengan bijak melalui wawasan dan gambaran besar perusahaan induk. Setiap kontribusi kepemimpinan dilingkungan perusahaan induk harus dihargai dan diakui secara tepat waktu oleh organisasi induk, agar setiap pemimpin di dalam tim kolaborasi dapat memiliki motivasi yang kuat untuk bekerjasama sesuai komitmen dan fokus pada kebutuhan peningkatan kinerja organisasi induk.DJAJENDRASekarang ini sudah diketahui secara umum bagaimana perilaku para penggila sepak bola terhadap pujaan team sepak bolanya. Begitu cintanya, begitu antusiasnya dan begitu tidak masuk akalnya bagi orang lain yang kurang paham. Inilah dunia sepak bola yang banyak dicintai dan disukai banyak orang dan terlebih lagi, kelompok pencinta ini tidak hanya ada di dalam negeri saja tetapi di luar negeri seperti club-club pencinta sepak bola di negara Argentina, Brazil, ataupun Inggris.Namun demikian, bukan tentang sepak bola yang akan kita bahas tetapi ini berkaitan dengan team atau kelompok yang kita bisa melihat secara nyata dan faktual bahwa team yang terbentuk dari rasa cinta yang sama terhadap olah raga ternyata menghasilkan kelompok yang solid dan powerful. Ada satu benang merah yang bisa ditarik disini bahwasanya memiliki satu tujuan adalah dasar dari terbentuknya satu kelompok yang dahsyat. Selain itu, dengan ditunjang oleh rasa suka yang sama atau bisa dikatakan sehobi adalah satu sumbu motivasi yang kuat untuk membentuk secara tidak disuruh kelompok-kelompok. Dan dengan kondisi ini, kelompok yang terbentuk bisa tanpa dikomando bergerak mendukung para pemain favoritnya dimanapun mereka berada. Luar biasa.Berkaitan dengan ini jelas sebetulnya bahwa kita bisa mengambil pelajaran dari kelompok-kelompok pencinta olahraga bola sepak tersebut. Pertama, satu tujuan. Dengan konsep ini, semua anggota kelompok memiliki kesamaan fokus dalam bergerak. Tanpa dikomando sekalipun akan berdampak hebat, terlebih bila ada satu figur pemimpin yang mereka percaya untuk mengarahkan para kelompok tersebut. Kedua, dari rasa suka melahirkan pengorbanan yang bisa disebut tanpa diminta. Kesadaran diri tinggi akan dukungan yang diberikan dan ini sangatlah sukar bila dalam kelompok-kelompok yang terbentuk secara setengah-setengah. Misalnya, setengah kompak, setengah berkorban, setengah yakin, dan setengah suka. Yang lebih parah, apabila setengah minat ditambah serba suport setengah.Hasil jelas akan mudah ditebak.Menjadi sesuatu yang setengah seperti pepatah mengatakan akan menghasilkan hasil nol besar. Berbeda dengan melakukan sesuatu dengan kebulatan. Hasilnya, ada yang bisa diraih dan bisa menjadi patokan dalam prestasi keberhasilan. Belum lagi, setengah hanya berlaku ketika kita pada kondisi yang dismotivasi sedangkan bagi orang yang ingin sukses, kondisi bulat penuh dnegan keyakinan adalah satu elemen sukses yang cukup besar bagi seseorang. Begitu juga pada keyakinan bulat per masing-masing individu. Dengan dukungan yang full dari per individu, hasilnya bisa ditebak, kekuatan bersama yang dipenuhi keyakinan akan menjadi satu syarat pembentukan team yang unggul. Dalam bidang kinerja apapun.Inilah yang menjadi dasar dari pembahasan mengenai team building dan team building yang bisa dilihat dengan mudah adalah pembentukan team building di ruang bola sepak dimana penggemarnya berada di seluruh dunia. Dimana klub-klub komunitas penggemarnya pun terkadang tanpa disuruh bisa menjadi alat penggerak dalam mendukung prestasi pemain dan clubnya. Dahsyat bukan. Namun, tidak serta merta ini bisa dijadikan copy paste 100%, jiplak mentah-mentahan agar bisa sesukses team bola sepak. misalnya. Bagaimanapun, satu kondisi yang ada sekarang bisa disolusikan salah satunya adalah dengan mencontoh formasi atau strategi bola sepak.Seperti yang dicontohkan dalam formasi sepak bola Eropa yang mampu menjadi total team footbal. Apa istimewanya? Adalah kemampuan untuk sehati serasa, sama-sama suka, juga sama-sama duka. Dengan dibarengi kekuatan kekompakan dalam berikhtiar maka hasil akhir adalah urusan Nya. Dan bila ini bisa dijalankan serentak dan kompak, hasil akhir sebetulnya bisa agak yakin ditebak seperti apa ke depannya. Yang pasti kekuatan berusaha akan hadir seiring dengan sikap ingin berprestasi bersama dan ini tidak hanya berbentuk lisan tetapi teraplikasikan dalam satu sikap maju bersama di antara team. Bila ini mampu dimiliki, maka satu elemen syarat terbentuknya team building bisa dicapai yakni kekompakan visi yang terealisasi dalam sikap individu teamnya.Vini Vidi Vici Adventure Camp Temukan Out Bound, Outbound Training, Pengembangan SDM, Vini Vidi Vici Adventure Camp / Trivi Camp adventure outboundProgram Outbound hanya di Out Bound / Outbound Training: Pengembangan SDM & Program Outbound Vini Vidi Vici Adventure Camp / Trivi Camp adventure outbound. Tags : Vini Vidi Vici Adventure Camp / Trivi Camp adventure outbound, games outbound, list outbound, Vini Vidi Vici Adventure Camp operator outbound, outbound company, outbound management, outbound team, outbound tours, outbound traffic, provider outbound, paket outbound, Vini Vidi Vici Adventure Camp cara memilih operator outbound, provider outbound di Bandung, provider outbound di Puncak, Kerjasama tim dalam bentuk permainan outbound, Vini Vidi Vici Adventure Camp tips dan trik memilih operator outbound, list outbound, operator outbound, outbound company, outbound management, outbound team, outbound tours, outbound traffic, provider outbound, paket outbound, hal apa saja yang perlu diperhatikan didalam permainan dan simulasi dalan outbound, Vini Vidi Vici Adventure Camp / Trivi Camp adventure outboundalur pelatihan outbound, memilih operator outbound yang tepat di Jakarta, memilih operator outbound yang tepat di Bandung, Temukan Out Bound, Outbound Training, Pengembangan SDM, Vini Vidi Vici Adventure Camp Program Outbound hanya di Out Bound / Outbound Training: Pengembangan SDM & Program Outbound, cara memilih operator outbound, provider outbound di Bandung, provider outbound di Puncak.