bahan bangunan2 modul1
DESCRIPTION
Membantu Anda Dalam Mencari MateriTRANSCRIPT
ASPAL
1. Aspal / Bitumen
Definisi :
a. Menurut ASTM D8 ( Aspal )
Adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat yang akan melembek dan meleleh bila
dipanaskan, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya.
b. Menurut The Asphalt Institute ( Bitumen )
Adalah suatu campuran dari senyawa – senyawa hidrokarbon yang berasal
dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari kedua proses
tersebut. Kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam yang
dapat bersifat gas, cairan, setengah padat atau padat, yang campuran itu dapat
larutan dalam karbondisulfida ( CS2 )
2. Terdapatnya Aspal
a. Aspal digunakan sejak ribuan tahun yang lalu di Mesopotamia siria dan mesir.
Jenis aspal yang dipakai itu dari jenis yang langsung terdapat di alam berupa
batuan aspal, atau dari minyak bumi yang keluar dipermukaan lalu menguap
minyaknya dan mengeras.
b. Disamping endapan-endapan yang terdapat dipermukaan bumi itu terdapat juga
endapan aspal yang ada dalam batuan, biasanya batuan kapur disebut batuan
aspal. Penggunaan batuan aspal ini dapat secara langsung dengan
menghamparkan batuan itu diatas jalan lalu digilas. Jenis ini di Indonesia terdapat
di Pulau Buton dan disebut aspal buton dengan kadar bitumen murni 10 % - 35 %,
Sisanya adalah butiran halus yang sebagian besar adalah partikel batuan kapur.
c. Aspal yang banyak di dapat saat ini adalah sebagian besar merupakan bahan hasil
tembahan dari penyulingan minyak bumi.
d. Minyak mentah yang dikeluarkan dari bumi ini dipanaskan pada suhu lebih
kurang 290o C, kemudian di dinginkan secara bertingkat akan dapat beberapa
jenis minyak, sisa endapannya disebut residu misalnya aspal.
e. Aspal buatan inilah yang akan diuraikan pada perkuliahan ini karena sifatnya
dapat dikontrol, sedangkan aspal alam dapat diterima sebagai apa adanya.
f. Minyak mentah yang diproses dengan penyulingan ( pertama-tama ) akan didapat
5 Fraksi minyak Yaitu :
1. Jenis minyak gas ( Minyak ringan dan mudah Menguap )
2. Kerosen atau minyak bakar ringan
3. Diesel
4. Minyak lumas
5. Sisa residu berupa minyak berat.
g. Blown Asphalt
Adalah aspal yag dibuat dengan cara menyemburkan udara ke dalam
bejana berisi aspal panas dengan suhu 200oC – 260oC. Karena peristiwa ini maka
akan terjadi Polimerisasi pada aspal itu dan akan terbentuk aspal yang lebih berat
atau lebih keras.
3. Klasifikasi dan kegunaan Ter
1. RT-1 : Jenis yang terencer, dipakai terutama untuk penangkap debu
Misal : Kreosot
2. RT-2&RT-3 : Dipakai sebagai bahan penutup / pelapis ( Laburan Permukaan )
3. RT-4 : Dipakai juga untuk pelapis permukaan atau laburan permukaan
Jalan
4. RT-5,6,7 : Dipakai sebagai pelapis permukaan jalan dan campuran lapisan
Permukaan
5. RT-8,9 : Dipakai sebagai pelapis permukaan, campuran unutk permukaan
Jalan / Lapisan penutup / Lapisan pelindung
6. RT-10,11 : Dipakai sama seperti RT-8 & RT- 9, ditambah untuk perbaikan-
Perbaikan dalam campuran panas
7. RT-12 : Dipakai untuk lapisan penetrasi macadam, ter beton dan
Perbaikan dengan campuran panas
Jenis RT-1 s/d RT-6 dipakai dalam suhu sampai ± 65oC. RT-7 s/d RT-12 dapat
dipakai pada suhu yang lebih tinggi. Jenis RT-12 Adalah jenis Ter batubara yang
paling keras, dan disebut Pek Atau PITCH.
Cutback Road Ter ( RTCB ), Yaitu dengan mencampur Ter dengan minyak
ringan, misalnya RTCB-5, RTCB-8, dibuat dari RT-10, 11 dan 12 di campur
dengan minyak ringan hasil penyulingan.
a. Aspal padat / Ac
Adalah jenis aspal yang cocok untuk di pakai sabagai bahan pelapis
jalan,mempunyai angka penetrasi 40 – 300.
b. Rc
Adalah campuran aspal semen dengan bahan pelarut yang mudah
menguap ( Bensin ).
c. Mc
Adalah campuran aspal semen dengan bahan pelarut yang menguapnya
sedang ( Kerosin/minyak tanah ).
d. Sc
Adalah campuran aspal semen dengan bahan pelarut yang menguapnya
lambat ( diesel / solar ).
e. Aspal emulsi
Adalah cempuran aspal semen dengan air dan bahan pembentuk emulsi.
f. Emulsi Anion : Rs- 1,Ms-2,Ss-1,Ss-1.
Adalah aspal emulsi yang memiliki muatan elektron negatip. Aspal ini
cocok dipakai dengan campuran agregat yang banyak mengandung muatan
positip seperti agregat yang terbentuk dari logam / basa yaitu batu kapur
(dolomit).
g. Emulsi Kation : Rs – K, Ms – K, Ss – K.
Adalah aspal emulsi yang memiliki muatan elektron positip. Aspal ini
cocok dipakai dengan campuran agregat yang banyak mengandung muatan
negatip seperti agregat / batuan yang bersifat asam yaitu dari jenis silikat.
4. Sifat – sifat Aspal
4.1. Sifat Kimia
Seperti dikemukakan terdahulu, bahwa aspal merupakan suatu campuran antara
terutama bitumen, serta bahan mineral lainnya, sehingga sifat yang paling menentukan
didalam aspal adalah sifat bitumennya itu. Aspal merupakan suatu campuran Kolioid,
dimana butiran – butiran yang merupakan bagian yang padat disebut asphalthene yang
berada didalam massa cair yang disebut maltene.
Maltene itu sendiri terdiri dari senyawa – senyawa : basa nitrogen, acidafin satu,
acidafin dua dan parafin.
Senyawa basa nitrogen merupakan jenis damar (resin) yang reaktif sehingga dapat
mendispersikan asphaltene.
Acidafin satu, merupakan senyawa hydrocarbon yang juga bersifat damar yang
dapat melarutkan dispersi dari asphaltene, sedangkan Acidafin dua merupakan senyawa
hydrocarbon yang agak kurang jenuh, yang juga dapat melarutkan dispersi dari
asphaltene.
Parafin merupakan senyawa hydrocarbon jenuh, yang berfungsi sebagai penyebab
terjadinya semacam gel bagi aspal.
Senyawa – senyawa pembentuk asphaltene dan maltene, terutama juga merupakan
senyawa aromatis (dengan rantai melingkar) dari naphtha, tercampur alkana. Perbedaan
dari asphaltene dan maltene ditinjau dari sifat senyawanya terutama ialah : senyawa
hydrokarbn dalam asphaltene, memiliki berat molekul yang tinggi (103 sampai 105) yang
memiliki perbandingan berat antara C/H = 0,3 – 0,9. senyawa hydrocarbon didalam
maltene, berat molekulnya lebih rendah sehingga perbandingan antara C/H kurang dari
8,8 (yang merupakan campuran dari senyawa hydrocarbon bersifat damar dimana
perbandingan C/H antara 0,8 – 0,6 dan hydrocarbon jenis minyak, yang perbandingan
C/H k.I.0,4 atau lebih rendah ). Jadi dengan kata lain, dapat juga dimengertikan bahwa
aspal merupakan suatu bahan terbentuk dari senyawa hydrocarbon yang berbentuk
suspensi colloidal dari asphaltene didalam media minyak, dimana mengandung senyawa
damar yang menengah terjadinya pengumpulan dari asphaltene itu sendiri.
Maka sifat – sifat dari bahan campuran yang ada didalam aspal atau bitumen itu
ialah :
Asphaltene merupakan bahan utama memiliki sifat kekerasan. Damar (resin)
menyebabkan adanya sifat lekat serta liat (ductile).
Minyak menyebabkan sifat plastis sampai cair, sehingga aspal atau bitumen
memiliki sifat viskositet dan kelembekan. Berdasarkan hasil penelitian Roster dan White,
perpaduan senyawa- senyawa dalam maltene, ternyata penting bagi sifat ketahanan lama
terhadap sifat aspal sebagai perekat.
Dari penelitian itu dikenal suatu perbandingan yang disebut “ perbandingan
distribusi maltene “ atau “maltene – distribution – ratio “, yaitu perbandingan antara
jumlah senyawa basa nitrogen + acidafi1 dibagi jumah paraffin +acidafin2. perbandingan
ini disingkat N + A1/P +A2. dimana
N = % senyawa basa nitrogen
A1 = % Acidafin 1
P = % Parafin
A2 = % Acidafin 2
Percobaan / penelitian yang dibuat dengan :
2 bagian berat aspal semen
100 bagian berat pasir Ottawa antara 20 a 30 mesh dicetak berbentuk pallet ø 0,5
inci dan tinggi 0,4 inci dibentuk dengan tekanan 1000 psi, kemudian dibiarkan ½ jam lalu
dimasukkan dalam bejana dan diputar 500 putaran, hasilnya kemudian ditimbang, dan di
hitung bagian berat yang hilang, kemudian diklasifikasikan :
Kelas 1. bila tidak ada bagian yang hilang ( aus )
Kelas 2. Kehilangan Sebesar 0 – 10 %
Kelas 3. Kehilangan Sebesar 10 – 20 %
Dst sampai Kelas 9, dengan angka persentasi hilang dengan kenaikan 10 %.
Semen Asphalt dengan memiliki Kelas 1 Sampai 3, dianggap cukup baik, sedang yang
masuk kelas 4 atau lebih tinggi, dianggap kurang baik daya lekatnya. Hasil-hasil tersebut
di atas dihubungkan dengan angka perbandingan distribusi maltene ( Maltene-
distribution-ratio ), ternyata dapat diambil kesimpulan, bahwa Asphalt Cement dengan
penetrasi 85 – 100 yang memiliki ketahanan aus, baik mempunyai Ratio-maltene
distribusi = 1,14. Pada umumnya kehilangan karena ausan akan tinggi, bila aspal banyak
mengandung senyawa gas nitrogen, sebagai senyawa yang reaktif. Aspal yang demikian
memiliki m.d.r. lebih dari 1.5.
Disamping kadar senyawa basa nitrogen yang kurang baik pengaruhnya itu
didalam aspal atau bitumen, kadar parafin dan kadar karbon bebas juga berpengaruh
terhadap sifat aspalnya.
Karbon bebas yang terkandung, tidak dapat larut dalam Carbon Tetra Chlorida
(CCl4). Aspal yang banyak mengandung karbon bebas akan tidak homogen sifatnya.
Benda ini dapat dipisahkan dengan cara melarutkan aspal dengan CCl4 lalu disaring.
Parafin dalam aspal bila terlalu banyak akan mempengaruhi kepekaan aspal
terhadap suhu serta menurunkan daya lekat ( Karena daya lekat adalah sifat kohesi dan
adhesi ). Bila sifat kohesi aspal kurang, maka sifat liat ( ductile ) juga berkurang,
sehingga kepekaan terhadap suhu meningkat, sehingga penetrasi index ( PI ) turun. Oleh
karena itu kadar parafin didalam aspal perlu dibatasi.
4.2 Sifat Fisis
Sifat Fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan ialah :
1. Kepekaan atau konsistensi
Peranan kepekaan / konsistensi bahan-bahan aspal untuk memilih dan memakainya,
Ada 2 hal :
a. Pertimbangan terhadap sifat kepekaan untuk suhu yang tertentu yang akan
membagi-bagi berapa macam bahan.
b. Pengaruh suhu terhadap konsistensi
Karena hal yang kedua tersebut diatas ini lebih ada pengertian yang sama serta
penting hubungannya dengan sifat konsistensi maka hal ini akan dibicarakan terlebih
dahulu.
a. Hubungan antara suhu dan kepekaan / Konsistensi
Bila ada dua macam aspal yang satu adalah Blown Asphalt dan satu lagi adalah
aspal biasa untuk jalan ( paving asphalt ). Keduanya memiliki angka penetrasi
yang sama pada suhu 25oC. Kalau masing-masing dari padanya itu dipanasi pada
suhu 45oC dan diuji lagi angka penetrasinya, maka akan terlihat perbedaan bahwa
aspal untuk jalan akan memberikan angka penetrasi yang lebih tinggi karena lebih
lembek pada suhu itu, sedang Blown Asphalt masih lebih keras. Pada suhu k.1.
121oC paving asphalt akan menjadi cair, sedang Blown Asphalt belum demikian,
dan asphalt ini baru cair pada suhu k.l. 177oC atau suhu 0oC paving asphalt
menjadi lebih keras daripada Blown Asphalt. Jadi dari keadaan tersebut terlihat
bahwa paving asphalt lebih terpengaruh oleh suhu dibandingkan dengan Blown
Asphlat. Sifat demikian itu disebut “kepekaan Suhu” (temperature susceptibility ).
Kepekaan suhu bagi aspal dari bahan minyak mentah yang berbeda akan berbeda
pula, tetapi perbedaan kepekaan suhu itu kecil bila dibandingkan dengan
perbedaan kepekaan suhu antara blown asphalt dan paving asphalt.
b. Pengukuran kepekatan / konsistensi
Jarak ukur (range) terhadap sifat kepekatan aspal, mulai dari keadaan cairan yang
tipis, sedikit lebih pekat daripada air, sampai keadaan kaku setengah padat,
sepadat lilin untuk penambal ( blown asphalt cement). Karena jarak ukur ( range )
yang demikian lebar, tidak ada satu alatpun yang dapat dipakai untuk pengukuran
konsistensi dengan memuaskan bagi bahan – bahan aspal.
Dikenal ada 4 cara pengukuran kepekatan / konsistensi, yang biasa dipakai, yaitu :
Cara Uji Viskositet Furol
Cara Uji Penetrasi
Cara Uji Kambangan ( float test )
Cara Uji Viskositet Kinematik
Viskositet, merupakan suatu pengertian yang agak luas mengenai sifat kepekatan /
konsistensi daripada suatu cairan. Ia adalah suatu ukuran terhadap kemampuan
suatu benda cair untuk mengalir, Pada suatu keadaan karena ada tahanan. Jadi
makin besar viskositas suatu bahan cair, maka makin mendekati benda itu pada
suatu keadaan yang hampir padat kepekatannya.
1. Viskositet menurut Furol
Cara ini disebut “ Furol Viskosity “ adalah suatu cara uji yang spesifik untuk
mengukur viskositet bahan – bahan aspal. Angka viskositet Furol, adalah
suatu angka dalam detik, yang diperlukan bagi 60 cm3 bahan aspal untuk
melalui suatu lobang pipa sempit yang ukurannya tertentu. Lihat bagan
gambar alat viskositet Furol) . Gb.1.2a.
Jadi makin tinggi angka viskositet Furol pada suatu suhu tertentu, makin pekat
bahannya.
2. Viskositet Kinematik
Karena perbedaan kepekatan suhu dari jenis – jenis semen aspal untuk jalan
maka ada tambahan cara untuk viskositet, yang dilakukan pada suhu 1350C
( 2750 F ). Cara uji ini dapat dilakukan dengan alat Furol viscometer atau
dengan suatu alat viscometer tertentu, yaitu ada 2 macam alat lain, yang satu
adalah “ Zitfuchs cross – arm viscometer “ dan satunya lagi adalah “ Cannon –
Manning Viskometer “. ( Gb. 1.2b dan 1.2c ). Cara penentuan kinematik
viscosity ini dengan menggunakan gaya berat cairan yang mengalir melalui
viscometer. Alat viscometer ini ditempatkan dalam suatu cairan media yang
suhunya dapat diatur pada suhu 1350C ( 2750 F ).
Dengan alat Zeitfuchs cross – arm viscometer, aspal yang akan ditentukan
viskositasnya, diisikan dalam tabung besar, sampai batas pengisian. Setelah
suhunya mencapai 1350C, diberikan sedikit tekanan pada mulut tabung besar
itu, atau diberikan sedikit isapan pada ujung tabung kecil. Maka aspal cair
akan mengalir melalui lobang sempit dalam tabung itu, yang jarak alirannya
ditentukan. Waktu aliran dalam garis pertama ( dibagian bawah ) sampai garis
di atasnya dicatat, dalam detik.
Pembacaan waktu yang didapat dikalikan dengan suatu faktor kalibrasi bagi
alat itu, dan hasilnya dinyatakan dalam angka, dengan satuan “Centistokes “.
Sebagai media pengisi alat, dipakai minyak ringan jernih yang cocok untuk
itu.
Selanjutnya cara uji mengenai viskostet ini dapat dilihat lebih terperinci dalam
ASTM D 445.
3. Pengujian Penetrasi
Telah dipakai sejak lama, untuk mengukur kepekatan aspal biasanya dipakai
cara uji penetrasi, yang caranya ialah mengukur kedalaman masuknya suatu
jarum yang ukurannya tertentu, dengan berat 100 gram, dalam waktu 5 detik.
Angka kedalaman masuknya jarum itu, diukur dari permukaan dinyatakan
dengan satuan 1/100 cm ( atau 0,1 mm ).
Jadi bila suatu aspal memiliki angka penetrasi di atas 100, berarti kedalaman
masuknya jarum ( dengan berat 100 gr. Selama 5 detik, pada suhu 250C )
adalah 1 cm. jadi hubungan antara penetrasi dan konsistensi, sebenarnya
merupakan angka kebalikan, sebab makin tinggi angka penetrasi, makin
lembek aspalnya.
p