bahan ajar perpajakan ke 2 050211
TRANSCRIPT
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 1/14
Oleh :
Dr. Yayat Wiatmana, MM. MSi. Ak
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 2/14
Tarif PPh WP Badan
Sampai dengan 31 desb 2008
10% sd Rp 50 juta
15% di atas Rp 50 juta sd Rp 100 juta
30% di atas Rp 100 juta
Mulai 1 januari 2009 Tarif tunggal 30%
Diturunkan :
- jadi 28% pada tahun 2009
- jadi 25% pada tahun 2010
Untuk WP yang masuk bursa diberikan tarif 5% lebihrendah dari ketentuan yang berlaku
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 3/14
ASPEK PERPAJAKAN INTERNASIONAL UU PPh
Setiap UU perpajakan selalu mempunyai aspekinternasional, baik mengenai subyek pajak maupun obyekpajak. Aspek internasional dari suatu perundang-undangan pajak mencerminkan sejauh mana suatu negaramenentukan hak pemajakannya di luar wilayahnya
Aspek internasional ini biasanya menyangkut :
Definisi subyek pajak luar negeri (non resident taxpayer)
Definisi Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Penentuan penghasilan dari BUT tsb
Metode penghindaran pajak berganda
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 4/14
DEFINISI SUBYEK PAJAK LUAR NEGERI
Sesuai pasal 2 ayat 4 UU PPh
1. Orang pribadi yg tidak bertempat di indonesia atauberada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, dan badan yg tidak didirikan dan tidakbertempat kedudukan di indonesia yg menjalankan usahaatau melakukan kegiatan melalui BUT di ind
2. Orang pribadi yg tidak bertempat tinggal di ind atauberada di ind tidak lebih dari 183 hari dalam jangka wkt 12bulan, dan badan yg tidak didirikan dan tidakberkedudukan di ind yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari ind bukan darimenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melaluisuatu BUT
Definisi di atas merupakan kebalikan dari subyek pajak DN
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 5/14
Pengertian BUT (Bentuk Usaha Tetap) Istilah BUT dalam perpajakan indonesia dapat disetarakan dengan
“permanen establishment” pada model perjanjian OECD 1963 sd 2003dan UN 1995.
Konsep BUT diperkenalkan untuk menentukan hak pemajakan darisuatu negara sumber (mitra perjanjian) atas laba yang diperolehperusahaan penduduk negara mitra perjanjian lainnya.
Penghasilan usaha dari suatu perusahaan yang bertempat kedudukandi suatu negara hanya dapat dikenakan pajak (atas penghasilan usaha)oleh negara lain (sumber) apabila di negara lain tsb perusahaan (milik
WPLN) menjalankaan usaha melalui suatu BUT
Namun pengenaan pajak tsb hanya sebatas pada penghasilan yang
dapat didistribusikan kepada BUT dimaksud.
Dengan demikian, laba usaha hanya dikenakan pajak di negara tempatkedudukan perusahaan, kecuali kegiatan usaha untuk mendapatkanlaba di negara sumber tsb telah mencapai level BUT (negara sumberdapat mengenakan pajak)
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 6/14
Pengertian lainnya mengenai BUT
Adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi ygtidak bertempat tinggal di ind atau berada di ind tidaklebih 183 hari dalam jangka wkt 12 bulan, atau badan ygtidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di ind, danmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan di ind.
Bentuk usaha dapat berupa :
Tempat kedudukan manajemen
cabang perush, kantor perwk, gedung kantor, pabrik,bengkel,pertambangan dan penggalian sumber alam.
proyek konstruksi, instalasi, pemberian jasa dlm bentukapa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukanlebih dari 60 hari dlm jk wkt 12 bln
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 7/14
METODE PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Metode penghindaran pajak berganda secara unilateral yg
dipakai UU PPh adalah metode pengkreditan secaraterbatas atau ordinary credit. Artinya , besarnya pajak ygdibayar di LN tidak boleh melebihi perhitungan pajak yg terhutang berdasarkan UU PPh
Kerugian yang diderita di LN tidak boleh digabungkandalam menghitung penghasilan kena pajak .
Jika jumlah PPh yang dibayar atau terutang di LN melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, kelebihan tsbtidak dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang
dalam tahun berikutnya, dan tidak boleh dibebankansebagai biaya atau pengurang penghasilan serta tidak dapatdimintakan restitusi
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 8/14
Study kasus :
PT Galaxy Gibol yang berkedudukan di Jakarta pada tahun
2010 memperoleh penghasilan neto dari beberapa negaradengan rincian sbb :
Di negara X, ia memperoleh penghasilan neto sebesar Rp. 1milyar dengan tarif pajak 40 % (Rp 400 juta)
Di negara Y, ia memperoleh penghasilan neto sebesar Rp. 3milyar dengan tarif pajak 25 % (Rp 750 juta)
Di negara Z, ia menderita kerugian sebesar Rp. 2,5 milyar.
Penghasilan usaha di dalam negeri Rp 4 milyar.
Diminta :
Menyusun Perhitungan kredit pajak luar negeri nya
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 9/14
Solving :
Penghasilan LN
Laba di negara X Rp. 1.000.000.000
Laba di negara Y Rp. 3.000.000.000
Laba di negara Z Rp. -
---------------------- Jumlah penghasilan LN Rp. 4.000.000.000
Penghasilan DN Rp. 4.000.000.000
---------------------
Jumlah penghasilan LN & DN Rp .8.000.000.000=============
Jumlah PPh yang terutang yang dihitung berdasarkanpasal 17 adalah Rp. 2 M
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 10/14
Batas maksimum kredit pajak LN untuk masing-masing negara adalah :
Untuk negara X : 1 M/8 M x Rp 2 M = Rp 250 juta
dengan demikian pajak yg dibayar di negara X sebesarRp. 400 jt tidak dapat seluruhnya dikreditkan di
indonesia. Untuk negara Y : 3 M/8 M x Rp. 2 M = Rp. 750 juta
batas kredit pajak untuk negara Y ternyata samadengan pajak yang dibayar. Karena itu seluruh pajak yang dibayar di negara Y dapat dikreditkan semua
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 11/14
Penghasilan penduduk LN
yang dikenai pemotongan
Beberapa jenis penghasilan yang dibayarkan oleh pendudukindonesia kepada penduduk LN dikenai pemotongan PPHsebesar 20 % dari jumlah bruto, yaitu :
Dividen Bunga, diskonto dan imbalan sehubungan dengan
pengembalian hutang
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 12/14
Selain itu premi asuransi yang dibayarkan kepadaperusahaan asuransi Luar Negeri juga dipotong PPh
sebesar 20 % dari perkiraan npenghasilan neto yangdiatur dengan Kepmen
Beberapa jenis usaha yang dilakukan BUT di indonesiadikenai pajak dengan cara norma (deemed profit),
yaitu :1. 6% dari peredaran bruto terhadap wajib pajak LN yang
melakukan kegiatan usaha pelayaran dan penerbangan dalam jalur internasional
2. 1% dari nilai ekspor terhadap perusahaan perwakilan dagangasing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia
3. 14% dari jumlah bruto penerimaan terhadap perusahaan luarnegeri yang melakukan kegiatan pengeboran minyak bumi lepaspantai
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 13/14
Diskusi :
Sampai dengan 31 desb 2008 indonesia menggunakantarif progresif, jelaskan apa yang dimaksud dengantarif progresif ?
Setelah itu (mulai 1 januari 2009) digunakan tarif tunggal, apa itu tarif tunggal ?
Kenapa indonesia menggunakan tarif tunggal ? jelaskan
5/10/2018 Bahan Ajar Perpajakan Ke 2 050211 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ajar-perpajakan-ke-2-050211 14/14
Solusi
Tarif tunggal lebih menyederhanakan sistem
perpajakan dan melibatkan badan sebagai instrumenusaha pengusaha, untuk melaksanakan kegiatanekonominya daripada sebagai subyek pajak mandiri yang perlu diberikan keadilan vertikal dengan
pemberlakuan tarif progresif. Hal ini juga sesuai dengan pandangan Madeo, 1995
yang menganggap bahwa yang dapat merasakankeadilan perpajakan itu hanya orang pribadi yang
bernyawa dan berdarah daging, bukan orang badanhukum dan kelompoknya