bahan ajar komunikasi kebidanan

123

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan
Page 2: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

BAHAN AJAR

Komunikasi

Dalam Praktik

Kebidanan

Page 3: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

BAHAN AJAR

Komunikasi

Dalam Praktik Kebidanan

PENULIS

ISRAINI SURIATI

YUSNIDAR

LEMBAGA PENERBITAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

(LPPI) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO

Jl. Jend. Sudirman Km. 03 Binturu

Kec. Wara Selatan Kota Palopo

Telp. (0471)-327429 Fax. (0471)-327429

E-mail: [email protected]

Page 4: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis,

termasuk memfotocopy, merekam atau dengan system penyimpanan

lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.

BAHAN AJAR

Komunikasi

Dalam Praktik Kebidanan Penulis :

Israini Suriati dan Yusnidar

Editor :

Harmita Sari

Tata letak dan Desain Sampul :

Rahmawati Nur Annisa

ISBN :

978-623-91725-9-6

Penerbit :

LPPI UM Palopo

Kantor :

Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Universitas Muhammaadiyah

Palopo

Lt.2 Gedung MCC Universitas Muhammadiyah Palopo Jl. Jenderal

Sudirman Km. 3 Binturu, Palopo, Telp. 0471-327429, e-mail:

[email protected]

Cetakan pertama, 2020

Hak Cipta©2020 pada Penulis

Page 5: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

PRAKATA

uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Karena berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan

penulisan buku Ajar dengan judul Komunkasi Dalam Praktik

Kebidanan. Didalam penyusunan Buku ajar ini penulis telah

berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis demi

penyelesaian buku ajar ini. Tetapi sebagai manusia biasa, penulis tak luput

dari kesalahan ataupun kekhilafan baik pada segi teknik penulisan ataupun

tata bahasa itu sendiri.

Kami menyadari tanpa suatu arahan dari pihak –pihak yang telah

memberikan masukan – masukan dan membantu, Mungkin kami tidak

bisa menyelesaikan buku ajar ini. Buku Ajar ini dibuat sedemikian rupa

semata-mata hanya untuk membangkitkan kembali minat baca mahasiswa

dan bisa menjadikan referensi dalam konteks komunikasi dalam praktik

kebidanan sebagai motivasi dalam berkarya khususnya pada karya tulis.

Maka dengan kerendahan hati penulis hanya bisa menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses

penyelesaian ini.

Sekian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan mudah

dipahami bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Palopo, Maret 2020

Penulis

P

Page 6: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAN KONSELING ............... 1

A. Pengertian Komunikasi ................................................................ 2

B. Unsur Komunikasi ....................................................................... 3

C. Komponen Komunikasi ............................................................... 7

D. Proses Komunikasi ...................................................................... 8

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ....................... 10

F. Bentuk Komunikasi ................................................................... 12

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUBUNGAN ANTAR MANUSIA ............. 18

A. Pengertian Hubungan antar manusia ......................................... 19

B. Tujuan hubungan antar manusia ................................................ 21

C. Hubungan antar pribadi ............................................................. 22

D. Konsep diri teori Johary Windows ............................................ 26

BAB III KOMUNIKASI EFEKTIF .......................................................... 30

A. Pengertian Komunikasi efektif ................................................... 31

Page 7: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

B. Proses komunikasi efektif .......................................................... 32

C. Unsur-unsur komunikasi efektif ................................................. 33

D. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif ............................................. 34

E. Bentuk Komunikasi Efektif ........................................................ 36

BAB IV MEMPRAKTIKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

TERMASUK KONSELING ..................................................................... 38

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Konseling ................ 39

B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal dan Konseling .. 43

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal

dan Konseling ............................................................................ 48

BAB V STRATEGI DALAM MEMBANTU PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KLIEN .............................................................................. 53

A. Teori inti pengambilan keputusan klien ..................................... 54

B. Factor yang mempengaruhi tipe pengambilan keputusan .......... 56

C. Elemen dasar pengambilan keputusan ....................................... 62

D. Pemberian Informasi Keputusan Efektif .................................... 65

E. Saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K kesulitan saat konseling

.................................................................................................... 66

F. Upaya untuk mengatasi kesulitan............................................... 68

BAB VI KETERAMPILAN INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

/KONSELING ........................................................................................... 71

A. Pengertian KIP/K ....................................................................... 72

B. Faktor penghambat KIP ............................................................. 72

C. Pengaruh pemahaman diri terhadap proses KIP/K .................... 73

Page 8: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

D. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal ........................... 74

E. Membina hubungan baik ............................................................ 75

F. Teknik mendengar aktif, bertanya dan refleksi isi dan perasaan 75

BAB VII KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN

KELOMPOK ............................................................................................. 78

A. Pengantar kegiatan kelompok .................................................... 79

B. Kepemimpinan dalam Kelompok .............................................. 81

C. Ciri-ciri Kelompok yang Kompak ............................................. 81

D. Pengorganisasian Kegiatan kelompok ....................................... 85

E. Membangun Tim atau Kelompok / Team bulding ..................... 86

F. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif Sesuai

Tipe Kelompok .......................................................................... 89

BAB VIII KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ............................ 92

A. Pengertian ................................................................................... 93

B. Teori-Teori Pengambilan Keputusan ......................................... 93

C. Model Pengambilan Keputusan Model Pengambilan Keputusan

.................................................................................................... 95

LATIHAN SOAL KASUS ........................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 109

TENTANG PENULIS ............................................................................. 113

Page 9: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

BAB I

BAB

I

KONSEP DASAR

KOMUNIKASI DAN

KONSELING

A. Tujuan Umum

Untuk memahami konsep dasar komunikasi dan konseling

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi

2) Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur komunikasi

3) Untuk mengetahui dan memahami komponen komunikasi

4) Untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi

5) Untuk mengetahui dan memahami faktor yang

mempengaruhi komunikasi

6) Untuk mengetahui dan memahami bentuk komunikasi

Page 10: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi

Pada kehidupan sehari-hari kita tidak pernah luput dari kata

komunikasi. Komunikasi merupakan media kita untuk berinteraksi.

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau

lebih, communico yang artinya memberi. Komunikasi adalah suatu proses

interaksi manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk menyampaikan

informasi atau tujuan tertentu . Komunikasi adalah penyampaian informasi

dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi adalah

pernyataan manusia, pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata

tertulis ataupun lisan di samping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat-

isyarat atau simbol-simbol. Dalam perilaku manusia, komunikasi

merupakan proses khusus dan bermakna. Pada profesi kebidanan

komunikasi menjadi penting karena merupakan metode utama dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Beberapa ahli menyampaikan pengertian atau definisi komunikasi.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang

menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi

terjadi penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan penerima

informasi sehingga mendapatkan pengetahuan. Komunikasi adalah proses

penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan

kepada penerima pesan. Hal ini berarti penelusuran informasi dari

pengirim pesan pada penerima pesan dalam komunikasi. Komunikasi

termasuk kegiatan yang mengajukan pengertian yang diinginkan pengirim

informasi pada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang

diinginkan penerima informasi.

Dari beberapa kesimpulan diatas initnya adalah komunikasi

merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, atau gagasan)

Page 11: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta

membentuk perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap,

pandangan, dan pemahamannya) kepada dan pemahaman yang

dikehendaki bersama (Dalami, 2012).

B. Unsur Komunikasi

Adapun unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam

proses/berlangsungnya komunikasi menurut Tyastuti (2010) sebagai

berikut:

1. Pihak yang Mengawali Komunikasi/Sumber/Komunikator

Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut

sender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengirim yang

dimaksud disini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan,

baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang

lain dalam kelompok kecil atau dalam kelompok besar.

2. Pesan yang Dikomunikasikan/Message/Content/Information

Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim

kepada penerima. Dalam komunikasi kepada pasien sebaiknya

diperhatikan bahwa pesan yang akan disampaikan sesuai dengan

kebutuhan klien, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti

dengan mudah oleh klien dan diusahakan dapat menarik minat

klien. Pesan yang disampaikan kepada klien dapat berupa nasihat,

bimbingan, dorongan, petunjuk, dan sebagainya

3. Media atau saluran yang digunakan untuk komunikasi dan

gangguan-gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi

dilakukan. Media merupakan alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan.

Setelah dikemas pesan yang disampaikan melalui saluran

Page 12: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

(channel) atau media. Media dapat berupa lisan (oral), tertulis atau

elektronik.

a. Media lisan

Dapat dilakukan dengan menyampaikan sendiri pesan

secara lisan (oral), baik melalui telepon atau saluran yang

lainnya kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar,

atau masa. Keuntungannya adalah si penerima pesan

mendengar langsung tanggapan atau pertanyaan,

memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-gerik

tubuh atau raut wajah, dan dapat dilakukan dengan cepat.

b. Media Tertulis

Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat,

memo, handout, gambar dan lain-lain. Keuntungannya adalah

ada catatannya sehingga data dan informasi tetap utuh untuk

tidak dapat berkurang atau tambah seperti informasi lisan,

member waktu untuk dipelajari isinya, cara penyusunannya

dan rumusan kata-katanya.

c. Media Elektronik

Disampaikan melalui faksimili, email, radio, televisi.

Keuntungannya adalah prosesnya cepat, data bisa disimpan.

Penggunaan media dalam penyampaian pesan tentunya

dapat mengalami gangguan atau masalah sehingga dapat

menghambat komunikasi.

Page 13: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

4. Lingkungan/Situasi Ketika Komunikasi Dilakukan

Lingkungan atau situasi (tempat, waktu, cuaca, iklim, keadaan alam

dan psikologis) adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

komunikasi. Oleh karena itu pada waktu berkomunikasi dengan orang

lain perlu memperhatikan situasi. Faktor ini diklasifikasikan menjadi

empat:

a. Lingkungan Fisik

Keadaan geografi, ini dapat menyebabkan kesulitan dalam

komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak yang jauh,

dimana tidak terdapat fasilitas komunikasi seperti telepon,

faksimili, kantor pos, dan lain-lain.

b. Lingkungan Sosial Budaya

Menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik bisa

menjadi hambatan untuk komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,

orang yang punya bahasa yang berbeda dan tidak saling

memahami bahasa yang digunakan maka dapat menimbulkan

macetnya suatu komunikasi. Kepercayaan masyarakat setempat

atau ada istiadat dan status sosial juga mempengaruhi kelancaran

komunikasi.

c. Lingkungan Psikologi

Dimensi psikologi adalah pertimbangna kejiwaan yang digunakan

dalam komunikasi. Misalnya menghindari kritik yang

menyinggung orang lain menyajikan materi yang sesuai dengan

usia khalayak.

d. Dimensi Waktu

Menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan

komunikasi.

Page 14: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

5. Pihak yang Menerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi

sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut juga

khalayak, sasaran, komunikan, atau audience/receiver. Penerima

pesan bisa perorangan, atau suatu kelompok, organisasi atau Negara.

Satu kunci keberhasilan komunikasi adalah mengenal karakteristik

dari penerima pesan, dengan mengetahui siapa yang akan menjadi

penerima pesan maka kita dapat merancang suatu pesan sebaik

mungkin sesuai karakteristik penerima sehingga tujuan komunikasi

kita tercapai.

6. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang

diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa reaksi secara verbal

maupun non verbal. Umpan balik ini dapat berupa umpan balik positif

atau negatif.

Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan

kesediaan menerima atau mengerti pesan dengan baik, serta memberi

tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim. Umpan balik negatif

adalah umpan balik yang menunjukkan penerima pesan tidak dapat

menerima dengan baik pesan yang diterimanya.

7. Pengaruh atau Dampak

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan

tingkah laku seseorang.

Page 15: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

C. Komponen Komunikasi

Demi terselennggaranya komunikasi yang efektif dan efesien

menurut Yulifah & Yuswanto (2009) perlu diperhatikan hal-hal

dibawah ini:

1. Komponen komunikan

Seorang akan dapat menerima pesan kalau terdapat empat

kondisi berikut:

a. Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima

pesan.

b. Keputusan diambil secara sadar untuk mencapai tujuan.

c. Keputusan diambil secara sadar untuk kepentingan pribadinya.

d. Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik.

e. Komponen komunikator

2. Faktor penting dalam diri komunikator yakni :

a. Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) dalam

hal ini ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya dia

dipercaya.

b. Daya tarik komunikator (source attractiviness), bahwa

seseorang akan mempunyai kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik.

3. Komponen pesan

Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi

dan lain-lain. Pesan dapat disampaikan secara lisan atau non

verbal.

4. Umpan Balik

Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap

pesan yang diterimanya. Umpan balik ini berguna untuk mengukur

Page 16: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

besar informasi yang diterima dibandingkan dengan yang

diberikan.

D. Proses Komunikasi

Proses komunikasi merupakan bagaimana komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan

suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses

komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif

(sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi

termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke

pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi

dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung

dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa latin

communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau

communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi

dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang

yang menerima pesan.

Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang

efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses

komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada

penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui

komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat

dipahami oleh pihak lain.

Secara ringkas proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan

seperti berikut:

a. Komunikator (sender), mempunyai maksud berkomunikasi dengan

orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud.

Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk

Page 17: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua

pihak.

b. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media

atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya

berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

c. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari

komunikator ke komunikan.

d. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan

menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang

dimengerti oleh komunikan itu sendiri.

e. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau

tanggapan atau pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti

atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi bisa dilihat dari

beberapa perspektif antara lain:

1. Perspektif Psikologis

Ketika komunikator berniat akan menyampaikan pesan dalam

dirinya akan terjadi proses encoding (proses mengemas dan

membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator),

hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan kepada

komunikan. Kemudian komunikan terlibat dalam proses komunikasi

intrapersonal. Proses dalam diri komunikan ini

disebut decoding (seolah-olah membuka kemasan atau bungkus

pesan yang diterima dari komunikator).

Page 18: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

2. Perspektif Mekanis

Ini berlangsung saat komunikator menstransfer dengan bibir atau

tangan, pesan sampai tertangkap komunikan. Ini dapat dilakukan

dengan indera telinga atau indera lainnya. Komunikasi secara

mekanis menurut Wulandari (2009) dibedakan atas:

a) Proses Komunikasi Primer

Proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada

komunikan menggunakan lambang (symbol) sebagai media atau

saluran. Lambang verbal maupun non verbal.

b) Proses Komunikasi Sekunder

Penyampaian pesan dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Biasanya karena jauh tempatnya.

c) Proses Komunikasi Linier

Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan

sebagai titik terminal. Biasanya terjadi pada komunikasi

bermedia kecuali telepon.

d) Proses Komunikasi Sirkular

Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke

komunikator.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Salah satu kasus yang biasanya terjadi adalah komunikan kurang

memperhatikan faktor ataupun kendala yang akan mempengaruhi pada

saat proses komunikasi berlangsung. Berikut faktor-faktor yang akan

mempengaruhi komunikasi menurut Lestari (2010) yaitu:

1. Latar Belakang Kebudayaan

Bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu pesan

berdasarkan latar belakang kebudayaannya. Akan terbentuk pola-

Page 19: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar

belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka

komunikasi akan semakin efektif.

2. Ikatan dengan Kelompok atau Grup

Kecenderungan mengidentifikasikan diri dengan kelompok

tertentu dan cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima

norma kelompok tersebut. Nilai-nilai yang dianut oleh kelompok

akan sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.

3. Harapan

Bila suatu komunikasi tidak sesuai dengan harapan maka biasanya

penerima pesan akan apatis, cuek atau bahkan memutuskan

komunikasi. Harapan akan berpengaruh pada penerimaan pesan

dan pada akhirnya dia akan menerima suatu yang diharapkan.

4. Pendidikan

Pendidikan formal maupun non formal akan mempengaruhi

penerimaan pesan. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang

maka semakin kompleks sudut pandangnya dalam menyikapi

materi komunikasi.

5. Situasi

Tempat atau saat terjadinya komunikasi akan berpengaruh pada

usaha untuk menginterpretasikan pesan, ketakutan, kecemasan,

akan mempengaruhi cara orang menyerap pesan. Situasi bisa

diakibatkan oleh penyampai pesan, lingkungan atau bahkan dari

penerima pesan sendiri. Misalnya orang yang menyampaikan

pesan tidak ramah, maka dapat menimbulkan ketegangan dan

kecemasan, situasi yang penuh ketegangan ini dapat mengganggu

penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Page 20: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

F. Bentuk Komunikasi

Hidup dengan bermasyarakat tentunya setiap hari kita sering

melakukan komunikasi, baik komunikasi yang dilakukan di rumah

bersama dengan anggota keluarga, dan di lingkungan kita sehari-hari

sehingga perlu kita ketahui bersama tentang adanya bentuk dari

komunikasi . Di antaranya sebagai berikut:

1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi

melalui media massa modern yang meliputi surat kabar, siaran

radio dan televisi. Komunikasi masa menyiarkan informasi,

gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah

yang banyak menggunakan media.

a. Karakteristik Komunikasi Massa

1) Bersifat umum (terbuka untuk semua orang)

2) Heterogen

3) Menimbulkan keserempakan (serempak kontak dengan

sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dan dalam

keadaan terpisah).

4) Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi

b. Model Komunikasi Massa

1) Model jarum hipodemik (hypodermic needle model).

Media masa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera

dan langsung.

2) Model komunikasi satu tahap (one step flow model).

Saluran media massa langsung ke massa komunikan tanpa

melalui orang lain, meskipun pesan tidak mencapai tidak

menimbulkan efek yang sama bagi komunikan.

Page 21: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

3) Model komunikasi dua tahap (two step flow model).

Menyatakan bahwa ide atau pesan dari radio atau surat

kabar diterima pemuka pendapat, baru disampaikan ke

penduduk/pengikutnya.

4) Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)

Merupakan gabungan dari beberapa model yang lain.

Page 22: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

2. Komunikasi Interpersonal

a. Menurut sifatnya komunikasi interpersonal dibedakan menjadi dua

yaitu:

1) Komunikasi diadik (dyadic communication)

Komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka

dalam bentuk percakapan, dialog dan wawancara dalam

situasi yang lebih intim, akrab, lebih personil, sedang

wawancara lebih serius.

2) Komunikasi triadic (triadic communication)

Komunikais antar pribadi yang pelakunya lebih dari tiga

orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan,

berlangsung secara dialogis sehingga memungkinkan

interaksi dan dianggap komunikasi yang paling ampuh

dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku

komunikan, karena dilakukan secara tatap muka.

b. Ada 3 perilaku dalam komunikasi interpersonal yaitu:

1) Perilaku spontan (spontaneous behavior) adalah perilaku

berdasarkan desakan emosi dan dilakukan tanpa sensor serta

revisi secara kognisi.

2) Perilaku menurut kebiasaan (script behavior) adalah

perilaku berdasarkan kebiasaan kita.

3) Perilaku sadar (contrived behavior) adalah perilaku yang

dipilih berdasarkan situasi yang ada.

c. Kompetensi dan Kecakapan Komunikasi Interpersonal

Tingkat perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan

cocok dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan

komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain.

Page 23: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

3. Komunikasi Intrapersonal/Intrapribadi/ Intrapersonal Communication

Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah

penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator

sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan

keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan

simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim

sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya

sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi

intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.

Komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan

komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir,

melakukan penalaran, menganalisis dan merenung (Devito, 1997).

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri

manusia, meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan

berpikir (Nina, 2011). Komunikasi intrapersonal atau komunikasi

intrapribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri

seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun

sebagai komunikan, Ia berbicara kepada dirinya sendiri, Ia berdialog

dengan dirinya sendiri, Ia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab

oleh dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal adalah suatu proses

pengolahan informasi, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir

(Rosmawaty, 2010).

Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses

psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat

berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk

memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka

seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.

Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada

Page 24: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan,

bukan pada suatu ungkapan ataupun objek.

4. Komunikasi Kelompok atau Group Communication

Komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang, jumlahnya

bisa sedikit atau banyak. Jika komunikasi dalam kelompok kecil maka

disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication). Jika

jumlahnya banyak maka disebut komunikasi kelompok besar (large

group communication). Yang membedakan bukanlah jumlahnya secara

matematis tetapi berdasarkan kualitas proses komunikasi.

Karakteristik yang membedakan kelompok kecil dan besar adalah:

a. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi yang ditunjukkan kepada kognisi komunikan

dan prosesnya berlangsung secara dialogis (umpan balik

secara verbal). Pesannya pada benak komunikan misalnya

kuliah, ceramah, diskusi rapat, dan lain-lain. Komunikasi

kelompok kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap

muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk

mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu

sama lain. Inti dari definisi ini adalah bahwa masyarakat

berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling

mempengaruhi. Komunikasi kelompok kecil (small/micro

group communication) ialah komunikasi yang:

1) Ditujukan kepada kognisi komunikan

2) Prosesnya berlangsung secara dialogis

Ciri-ciri komunikasi kelompok kecil yaitu:

1) Prosesanya berlangsung secara dialogis

2) Tidak linear melainkan sirkular

3) Umpan balik (feed back) terjadi secara verbal

Page 25: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

b. Komunikasi Kelompok Besar

Komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan

(hatinya atau perasaannya) dan prosesnya berlangsung linier.

Bersifat heterogen dari jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan

tingkat pendidikan, agama dan lain-lain. endiri, berdialog

sendiri bertanya dan dijawab sendiri (MNH, 2002).

Page 26: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

PRINSIP-PRINSIP

HUBUNGAN ANTAR

MANUSIA

A. Tujuan Umum

Untuk memahami prinsip-prinsip hubungn antar manusia

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami hubungan antar manusia

2) Untuk mengetahui dan memahami tujuan hubungan antar

manusia

3) Untuk mengetahui dan memahami teknik-teknik hubungan

antar manusia

BAB II

Page 27: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Hubungan Antarmanusia

Hakikat dari hubungan antarmanusia adalah komunikasi antarpribadi.

Hubungan antarmanusia sebenarnya dilandaskan pada adanya

kepentingan-kepentingan individual. Hubungan antarmanusia diartikan

sebagai suatu proses interaksi antar individu untuk mempertahankan

keseimbangan agar tercipta suatu keserasian, keselarasan, dan kebahagiaan

dalam tatanan kehidupan manusia.

Kualitas hubungan antar manusia ditentukan oleh model individu

dalam menerapkannya. Teori (model) dan kualitas hubungan antar

manusia digolongkan menjadi tiga yaitu tradisional (pertukaran sosial),

peran, dan permainan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori Tradisional

Teori ini merupakan suatu proses komponen-komponennya saling

terkait dan masing-masing personalnya bereaksi sebagai suatu

kesatuan atau keseluruhan. Kaidah dari teori tradisional selalu

dikaitkan dengan hubungn antar manusia yang harus didasarkan

pada pertimbangan untung dan rugi.

2. Teori Peran

Teori ini lebih menekan dapa suatu pergaulan sosial dengan

scenario yang sudah disusun dimasyarakat. Setiap hubungan antar

manusia diatur oleh tatanan kehidupan yang ada di masyarakat dan

masyarakat tersebut mengatur bagaimana setiap manusia harus

berperan dalam pergaulan sehari-hari. Teori peran

mempertimbangkan keselarasan (harmonisasi) dalam kehidupan

sehari-hari. Apabila manusia sebagai individu dapat mematuhi

tatanan tersebut, maka kehidupannya akan menuju pada suatu

keadaan yang harmonis. Sebaliknya, apabila menyalahi atau tidak

sesuai, maka akan dicemooh.

Page 28: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

3. Teori Permainan

Memperhatikan fase manusia sepanjang siklus kehidupannya,

dimulai sejak masa kanak-kanak, dewasa, sampai tua. Pada masa

kanak-kanak, hubungan cenderung bersifat manja. Pada masa

dewasa, pergaulan atau hubungan antar manusia menjadi suatu

kesadaran, tanggung jawab, dan lugas. Di masa ini, manusia akan

menyadari akibat dan risiko dari suatu hubungan. Sedangkan pada

masa tua, manusia akan memaklumi kesalahan orang lain dan

hubungan diartikan sebagai suatu perasaan saling menyayangi.

HAM dalam arti luas yaitu komunikasi persuasif yang dilakukan

oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala

situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga

menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah

pihak. Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human

Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan,

menghargai, dan menghormati orang lain. Human Relations ini

dilakukan di mana saja seperti di rumah, pasar, kampus, toko,

dalam bus, kereta api, dan sebagainya. Menurut beberapa pakar

yang dikutip oleh Tyastuti (2010) hubungan antar manusia dibagi

menjadi yaitu:

a. Cabot dan Kahl (1967): HAM adalah suatu sosiologi yang

konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah

interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi

mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara

timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian

dengan situasi baru.

b. H. Bonner (1975): interaksi adalah hubungan antara dua atau

lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu

Page 29: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu

lain atau sebaliknya.

c. Menurut Keith Davis, “Human Relation at Work” adalah

interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi

kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari

kepimpinannya, yang bertanggungj awab dalam suatu

kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi

kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif,

sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.

d. Ferdinand Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam

bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu: (1)

Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan

sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya

yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2)

Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan

ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok

tersebut. Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yang

diucapkan dalam komunikasi, mencerminkan perasaan dan

sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara

luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan

membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah.

B. Tujuan Hubungan Antarmanusia

Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan

yang harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan

menyesuaikan diri terhadap satu dengan yang lain, dan memanfaatkan

pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis. Dalam penyesuaian diri

manusia sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri ini terjadi dengan

serasi dan selaras, dengan ketegangan dan pertentangan sedikit mungkin.

Page 30: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Hal ini disebabkan karena di dalam masyarakat/lingkungan sosial, setiap

orang mempunyai kepentingan dan harapan yang berbeda-beda atau

bersaing satu sama lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat

tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat menghormati dan

menghargai orang lain dan faktor etika. Hubungan antar manusia yang

baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi, mencegah salah

pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia yang

dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan serta mengurangi kesepian,

mendapat rangsangan, mendapat pemahaman diri (self-knowledge), serta

memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan (Priyanto, A.

2009).

Tujuan HAM lainnya adalah:

Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis

dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan

keserasian, dengan konflik seminimal mungkin.

1) Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.

2) Memperoleh pengetahuan dan informasi baru.

3) Menumbuhkan sikap kerjasama.

4) Menghilangkan sikap egois/paling benar.

5) Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk

homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang

lain serta memberikan bantuan (Priyanto, 2009).

C. Hubungan Antarpribadi

Dalam membina hubungan antar manusia ada lima kualitas atau

ancaman umum yang harus dipertimbangkan yaitu keterbukaan

Page 31: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

(openness), empati (empathy), sikap mendukung (suppotiveness), sikap

positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1) Keterbukaan

Mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar

pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak

berinteraksi. Hal ini bukanlah berarti bahwa seseorang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya kepada

orang lain. Sebaliknya, harus ada kesediaan membuka diri atau

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Aspek

keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan seseorang untuk

bereaks secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang

diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya akan

menjenuhkan apabila melakukan hubungan dengan orang lain.

Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran

(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah

mengakui bahwa perasan dan pikiran merupakan milik individu

dan harus dipertanggungjawabkan.

2) Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa

yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut

pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Jadi dapat

dikatakan, berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang

mengalaminya, berada di kondisi yang sama, merasakan perasaan

yang sama, dengan cara yang sama. Bersimpati, dipihak lain,

adalah merasakan bagi orang lain, misalnya ikut larut dalam

kesedihan orang lain. Orang yang empati mampu memahami

motifasi, pengalaman, perasaan, sikap, harapan, dan keinginan

orang lain. Dengan empati yang tinggi maka seseorang akan

Page 32: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

mampu melakukan hubungan antar manusia dengan baik. Langkah

pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk

mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Kedua,

semakin banyak seseorang mengenal orang lain (keinginan,

pengalaman, kemampuan, ketakutan, dan sebagainya) maka

semakin mampu ia melihat apa yang dilihat dan merasakan seperti

apa yang dirasakan orang lain. Ketiga, cobalah merasakan apa

yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.

Mendalami peran orang lain tersebut dalam pikiran, dapat

membantu melihat dunia lebih dekat dengan apa yang dilihat

orang tersebut (Backrac, 1976).

Empati dapat dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal.

Secara nonverbal, kita dapat mengomunikasikan empati dengan

memperlihatkan keterlibatan aktif orang lain melalui ekspresi

wajah dan gerak gerik yang sesuai; konsentrasi terpusat melalui

kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan

fisik; serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Sedangkan

secara verbal, empati dapat dilakukan dengan merefleksi,

membuat pertanyaan tentatif, mempertanyakan pesan yang

berbaur, dan melakukan pengungkapan diri.

3) Sikap Mendukung

Hubungan antar manusia yang efektif adalah hubungan yang

terdapat sikap mendukung (supportiveness). Hubungan yang

terbuka dan empati tidak dapat terbina dalam suasana yang tidak

mendukung. Sikap mendukung dapat dilakukan dengan deskriptif

bukan evaluatif, spontanitas bukan strategis dan provisional bukan

sangat yakin. Deskriptif bukan evaluatif membantu terciptanya

sikap mendukung hubungan antar manusia. Sikap deskriptif dapat

dilakukan dengan menjelaskan apa yang terjadi, perasaan, dan

Page 33: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

bagaimana suatu hal terkait dengan pihak lain. Spontanitas

membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan

dalam berkomunikasi dan berterusterang serta terbuka dalam

mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang

sama pula (terus terang dan terbuka). Sebaliknya, apabila

seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan

mempunyai rencana tersembunyi, maka pihak lain akan bereaksi

defensive. Provisional artinya bersikap pentatif dan berpikir

terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan

bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisional

artinya terbuka, dengan kesadaran penuh, serta bersedia mengubah

sikap dan pendapat.

4) Sikap Positif

Sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaiitu

menyatakan sikap positif dan secara positif mendukung orang

untuk melakukan hubungan antar manusia. Sikap positif mengacu

pada dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,

komunikassi interpesonal terbina jika seseorang memiliki sikap

positif terhadap dirinya sendiri. Kedua, perasaan positif sangat

pennting untuk melkukan hubungan antar manusia secara efektif.

Dorongan (stroking) atau dukungan berkapoitan dengan sikap

positif. Perilaku mendukung akan menunjukan penghargaan,

keberadaan, dan pentingnya seseorang dalam melakukan

hubungan dengan orang lain. Dukungan positif biasanya dilakukan

dengan memberi pujian atau penghargaan serta akan mendukung

citra pribadi seseoran dan jauh dari rasa kebencian.

5) Kesetaraan

Hubungan antarmanusia akan lebih efektif apabila berada

dalam suasana setara, artinya harus ada pengakuan secara diam-

Page 34: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan

bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan. Dalam hubungan antar manusia, kesetaraan

akan menghindarkan diri dari ketidak-sependapatan dan konflik.

Konflik dianggap sebagai suatu upaya untuk memahami

perbedaan. Kesetaraan tidak berarti harus menerima dan

menyetujui semua perilaku verbal dan nonverbal orang lain.

Kesetaraan berarti menerima pihak lain dan memberikan

penghargaan positif secara tidak bersyarat kepada orang lain

(Tyastuti, dkk., 2010).

D. Konsep Diri Teori Johary Windows

Adapun konsep diri menurut Stuart dan Laraia (2001), konsep diri

adalah semua nilai, ide, perasaan, pikiran, dan keyakinan yang kuat

tentang diri sendiri yang mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

Sedangkan, Keliat (1992) mengemukakan bahwa konsep diri adalah

persepsi individu tentang karakteristik dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungannya, serta nilai yang berkaitan dengan

pengalaman.

MODEL JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )

Model jendela Johari (Johari Window) menggambarkan tentang

perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang melalui gambar berikut

:Text Box: JOHARI WINDOWS

(Jendela Johari) Diri Terbuka (diketahui diri sendiri dan orang lain)

Diri Buta (tidak diketahui diri sendiri, tapi diketahui orang lain) Diri

Tersembunyi/Rahasia (diketahui diri sendiri, tapi tidak diketahui

orang lain) Diri Gelap (tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain)

Kuadran 1 (diri terbuka-open) adalah kuadran yang terdiri atas

perilaku, pikiran, dan perasaan yang diketahui oleh individu dan

Page 35: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

orang lain disekitarny. Kuadran 2 (diri buat – blind) disebut kuadran

buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 (diri

tersembunyi atau rahasia – hidden) disebut rahasia karena hanya

diketahui oleh individu tersebut. Kuadran 4 (diri gelap – unknown)

disebut kuadran yang tidak diketahui atau gelap karena berisi aspek-

aspek diri yang tidak diketahui oleh individu tersebut dan orang lain.

Tiga prinsip yang dapat diambil dari Johari Window adalah sebagai

berikut :

a. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang

lain.

b. Jika kuadran 1 adalah yang paling kecil, berarti

komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang.

c. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai

kesadaran diri tinggi.

Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan konsep

Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan

dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’

tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan

daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.

Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah

tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan

gambar ke 4 sel tersebut. Johari Window memandang konsep diri

sebagai komunikasi yg digunakan dalam kegiatan sehari-hari yg

dilaksanakan individu berhubungan erat dengan prilaku itu sendiri.

Komunikasi jg berkaitan dengan asumsi manusia. Johari Window

memiliki 4 konsep dalam teorinya yang dijabarkan oleh (Romauli,

2013):

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh

orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan

Page 36: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan

menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama

maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal

sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin

produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi

tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai

atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak

berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat

dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi

tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi

tingkat kepercayaan orang.

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu

tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi gerogi,

bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan

mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang.

Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui

orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita

tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu

hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita

bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng

sama orang lain selain anggota keluarga kita.

Page 37: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 38: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

BAB III

KOMUNIKASI EFEKTIF

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami tentang komunikasi efektif

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi

efektif

2) Untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi efektif

3) Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur dalam

membangun komunikasi efektif

4) Untuk mengetahui dan memahami prinsip dasar komunikasi

efektif

5) Untuk mengetahui dan memahami bentuk komunikasi efektif

Page 39: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi efektif

Setiap manusia tentunya menginginkan apa yang di

komunikasikan dengan orang lain bisa efektif. Adapun pengertian

dari komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan

perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam

komunikasi. Komunikasi efektif memungkinkan seseorang dapat

saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara

dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk

menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam

komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan

dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan

penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan

balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa nonverbal secara

baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif,

antara lain:

a. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008: 13)

menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya

pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,

meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya

menimbulkan suatu tidakan.

b. Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar

komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif

dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing,

diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang

relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif

untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini

adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara

dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

Page 40: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

c. Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa

komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan

ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator

dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih

efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan

dalam pengertian, sikap dan bahasa.

Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam

memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima

pesan. Sehingga tercipta feed back yang baik antara pemberi dan

penerima pesan (Anggrowati, dkk., 2017).

B. Proses Komunikasi Efektif

Suksesnya proses komunikasi yang dilakukan sehingga dapat

menghasilkan komunikasi yang efektif tentu saja dipengaruhi oleh banyak

faktor baik itu faktor komunikator maupun dari komunikan. Faktor akan

mempengaruhi antara lain:

1. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan

yang dapat menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator

harus mencari tahu dulu karakteristik orang yang akan kita beri

pesan. Selain itu komunikator harus mempunyai kemampuan

sebagai penyampai pesan yang menarik dan mudah dipahami.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,

sehingga sama-sama mengerti. Sebaiknya pesan disampaikan

dengan beberapa metode dan tidak hanya secara lisan. Pesan yang

disampaikan dengan melibatkan beberapa panca indra misalnya

Page 41: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

dapat dilihat, didengar, diraba akan lebih mudah dimengerti

daripada pesan itu hanya disampaikan secara lisan.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan

tersebut. Jadi pesan harus sesuai harapan atau sesuai kebutuhan

penerima pesan. Pesan yang disampaikan akan terasa

membosankan dan tidak ada arti bagi penerima pesan apabila

pesan itu tidak dibutuhkan.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh

kebutuhan dimana komunikan digerakkan untuk memberikan

tanggapan sesuai yang dikehendaki. Solusi pemecahan masalah

harus dikemukakan untuk dapat membantu klien keluar dari

masalahnya.

5. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan

yang dapat menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator

harus mencari tahu dulu karakteristik orang yang akan kita beri

pesan. Selain itu komunikator harus mempunyai kemampuan

sebagai penyampai pesan yang menarik dan mudah dipahami.

Menurut Wahyunigrum (2010) komunikasi dapat dikatakan efektif

apabila memenuhi 3 hal berikut:

a) Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana

yang dimaksud oleh pengirimnya.

b) Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh

penerima dan tindak lanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh

pengirim.

c) Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang

seharusnya dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.

C. Unsur-unsur Komunikasi Efektif

Page 42: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif

perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu:

1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan

mimik yang menarik, simpati dan empati dari komunikannya)

2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan

diminati oleh komunikan)

3. Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai

dengan kebutuhan komunikan)

4. Perhatikan gangguan-gangguan yang mungkin akan menghambat

proses komunikasi

5. Komunikan (latar belakang dan lain-lain)

6. Pengaruh atau umpan balik (yang diharapkan atau tujuan

penyampaian pesan)

Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam

menyampaikan pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.

D. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif menurut DKRI (2002) memiliki prinsip

diantaranya sebagai berikut:

1. Respect (respek)

Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada

lawan bicara. Anda menghargai lawan bicara sama halnya

menghargai diri sendiri. Prinsip menghormati ini harus selalu anda

pegang dalam berkomunikasi.

2. Empaty (empati)

Empaty adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi

atau kondisi yang tengah dihadapi orang lain. Anda mampu

merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sehingga

Page 43: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai dengan kondisi

psikologis lawan bicara anda.

3. Audible (dapat didengar)

Audible mengandung makna pesan yang harus dapat

didengarkan dan dapat dimengerti. Dalam hal ini ada beberapa hal

yang harus anda perhatikan, yaitu :

a) Pertama, pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa

yang baik dan benar. Hindari bahasa yang tidak dipahami oleh

lawan bicara.

b) Kedua, sampaikan yang penting.pastikan yang penting.

Sederhanakan pesan anda. Langsung saja pada inti persoalan

c) Ketiga, gunakan bahasa tubuh anda. Mimik wajah, kontak

mata, gerakan tangan dan posisi badan bisa dengan mudah

terbaca oleh lawan bicara anda. Tunjukan kesejatian anda

dengan mengoptimalkan bahasa tubuh dan pesan.

d) Keempat, gunakan ilustrasi atau contoh, karena analogi sangat

membantu dalam menyampaikan pesan.

4. Clarity (kejelasan)

Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Salah

satu penyebab munculnya salah paham antara satu orang dengan

yang lain adalah informasi yang tidak jelas yang mereka terima.

5. Humble (rendah hati)

Sikap rendah hati anda rendah diri, rendah hati memberi

kesempatan kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu, dan

anda menjadi pendengar yang baik bentuk.

Page 44: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

E. Bentuk Komunikasi Efektif

Kita tidak hanya membahas tentang pengertian dari komunikasi

efektif, tetapi disini juga telah dijelaskan bentuk dari komunikasi efektif.

Di antaranya sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal efektif

a) Berlangsung secara timbal balik

b) Makna pesan ringkas dan jelas

c) Bahasa mudah dipahami

d) Cara penyampaian mudah diterima

e) Disampaikan secara tulus

f) Mempunyai tujuan yang jelas

g) Memperlihatkan norma yang berlaku

h) Disertai dengan humor

2. Komunikasi Nonverbal

Yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi nonverbal

adalah:

a) Penampilan fisik

b) Sikap tubuh dan cara berjalan

c) Ekspresi wajah

d) Sentuhan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif menurut

Uripni, C.L. (2012):

1. Berkomunikasi pada suasana yang menguntungkan

2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat

dipihak komunikan

4. Pesan dapat menggugah dipihak komunikan yang dapat

menguntungkannya

Page 45: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward

dipihak komunikan.

Page 46: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

BAB IV

MEMPRAKTIKAN

KOMUNIKASI

INTERPERSONAL

TERMASUK KONSELING

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mampu mempraktikan komunikasi

interpersonal termasuk konseling.

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi

interpersonal dan konseling

2) Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat

komunikasi interpersonal dan konseling

3) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh pemahaman diri

terhadap komunikasi interpersonal dan konseling

Page 47: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Konseling

Komunikasi interpersonal merupakan inti dari semua hubungan

antara manusia. Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang

pengertian komunikasi interpersonal:

1) Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh

2 atau 3 orang dengan jarak fisik diantara mereka yang sangat

dekat, bertatap muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang

berlangsung cepat, adaptasi pasien bersifat khusus serta memiliki

tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur (Liliweri, 2007).

2) Komunikasi Interpersonal adalah pertukaran informasi, perasaan

atau pemikiran antar manusia (individu) secara tatap muka (face to

face), individu dengan individu (person to person), verbal non-

verbal (Depkes RI, 2002).

3) Komunikasi interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua

arah, verbal dan non verbal (Saraswati dan Tarigan, 2002).

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian

informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu

proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi

efektivitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi,

latihan, manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi

ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang

tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini

dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi

dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita

memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan

berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan

menegosiasikan realitas sosial. Sementara komunikasi interpersonal

Page 48: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam

konteks lain seperti kelompok dan organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan

penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat

mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,

membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi.

Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan

komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang

komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin ada sejumlah besar

individu yang terlibat dalam tindak komunikatif menyatakan:

“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73).

Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal

berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi.

Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi dengan anggota

keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin berbeda dari

jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan

komunikatif dengan teman atau penting lainnya. Secara keseluruhan,

komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan baik dan tidak

langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi,

serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses mengasumsikan

bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan

dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti

makna dan implikasi.

Tujuan komunikasi boleh jadi memberikan keterangan tentang

sesuatu kepada penerima, mempengaruhi sikap penerima,

memberikan dukungan psikologis kepada penerima, atau

Page 49: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

mempengaruhi penerima. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai

penyampaina informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi

merupakan suatu proses yanh vital dalam organisasi karena

komunikasi diperlukan bagi efektivitas kepemimpinan,

perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen

konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh

komunikasi ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan

peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah

bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau

individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini

membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang

berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk

membangun dan menegosiasikan realitas sosial. Sementara

komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri

studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan

organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman

dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat

mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,

membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi.

Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada

tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak

seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin

ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak

komunikatif dan menyatakan “komunikasi antarpribadi

(interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-

orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

Page 50: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73).

Secara garis besar komunikasi interpersonal dapat

disimpulkan sebagai proses tatapan muka penyampaian informasi

dan saling pengertian antara dua atau lebih individu. Sedangkan

konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,

dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan

komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasa

pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang

mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan

menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah

tersebut (Saifudin, Abdul Bari., 2001: 39).

Konseling adalah sebagai hubungan timbal balik antara dua

individu, yaitu antara seorang (yaitu konselor) berusaha membantu

yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya

sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi

pada waktu yang akan datang (Rochman Natawidjaja, 1987: 32).

Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang

lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu

melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan

perasaan-perasaan klien (Saraswati dan Tarigan, 2002). Proses

konseling menggambarkan adanya kerjasama antar bidan selaku

konselor dengan klien dalam mencari tahu tentang masalah yang

dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan dari klien dan

bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.

Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien

dalam mengenal masalah, merumuskan alternatif, memecahkan

masalah dan memiliki pengalaman dalam pemecahan masalah

secara mandiri.

Page 51: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Proses Konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan :

a. Pembinaan hubungan baik (rapport).

b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan ,

perasaan, kekuatan diri) dan pemberian informasi (sesuai

kebutuhan).

c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.

d. Menindaklanjuti pertemuan.

Jalannya proses konseling sangat tergantung pada alur percakapan

konselor-klien/konseling (Deddy Mulyana, 2005)

B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal dan Konseling

Pada Prinsipnya bahwa komunikasi interpersonal dan konseling

yang kita lakukan, tidak semua berjalan degan baik, adapun faktor

penghambat komunikasi interpersonal dan konseling dapat dibedakan

menjadi:

1. Faktor Individual

Orientasi kultural (ketertarikan budaya) merupakan faktor

individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi.

Orientasi ini merupakan gabungan dari sebagai berikut.

a. Faktor fisik (kepekaan pancaindra, seperti kemampuan untuk

menilai dan mendengar).

b. Sudut pandang (seperti nilai-nilai, keyakinan seseorang tentang

nilai suatu ide atau tingkah laku (Potter & Perry (1987) dalam

Arwani, 2002) Nilai yang dimiliki seseorang akan mencerminkan

kebutuhan atau keinginan yang dimiliki).

c. Faktor sosial (seperti sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial,

peran dalam masyarakat, status sosial, peran sosial)

d. Bahasa

2. Faktor yang Berkaitan dengan Interaksi

Page 52: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi,

b. Sikap terhadap interaksi,

c. Pembawaan diri (seperti kehangatan, perhatian, dukungan),

d. Sejarah hubungan.

3. Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti,

lingkungan fisik dan non-fisik atau mental-psikologis. Proses

komunikasi akan menjadi lebih efektif jika dilakukan pada kondisi

yang nyaman dan kondusif. Kebisingan atau gangguan pembatasan

hak pribadi kemungkinan dapat menyebabkan kebingungan, tekanan

dan ketidaknyamanan dalam komunikasi.

4. Kompetensi dalam melakukan percakapan (agar efektif suatu

ineraksi harus menunjukkan prilaku kompoten dari kedua belah

pihak (Depkes RI, 2002):

a. Kegagalan menyampaikan informasi penting,

b. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar,

c. Salah pengertian.

Ada juga yang mepaparkan tentang faktor-faktor penghambat

komunikasi interpersonal dan cara mengatasinya adalah sebagai

berikut.

1) Tidak Mengenal Audiens

Banyak orang gagal berkomunikasi karena tidak mengenal

komunikasi yang menjadi sasaran komunikasi. Jika kita tidak

mengenal karakteristik komunikasi, komunikasi yang kita lakukan

tidak efektif. Maka, kenalilah audiens Anda.

2) Tidak Tahu Bagaimana Penerimaan Menyerap Komunikasi

Selain komunikator tidak mengenal komunikan, faktor lain yang

menyebabkan gagalnya komunikasi adalah kita tidak mengetahui

Page 53: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

bagaimana cara komunikan menyerap informasi yang kita

kirimkan.

3) Tidak Tahu Pola Komunikasi Budaya

Periksalah diri anda melalui self-concept, keterampilan mana yang

paling banyak dibutuhkan kalau anda melakukan komunikasi

kesehatan di desa jika dibandingkan di kota? Jika anda berhadapan

dengan orang yang datang dari latar belakang Low Context

Culture, sementara anda sendiri datang dari High Context Culture,

anda tidak perlu menguraikan pesan secara terinci.

Keterampilan anda sangat ditentukan oleh bagaimana anda

menyampaikan pesan secara ringkas, tak perlu bertele-tele,

sehingga maknanya mudah diterima tanpa ada perasaan bosan.

Mereka yang berasal dari kebudayaan Low Context Culture tak

terlalu suka dengan rincian pesan. Mereka lebih suka kalau pesan

yang disampaikan itu hanya garis besarnya saja. Sebaliknya

mereka yang berasal dari High Context Culture sangat

membutuhkan rincian pesan. Maka, pelajarilah pola-pola

komunikasi budaya.

4) Jarang Melakukan Evaluasi Respon Komunikasi

Setiap kali anda berkomunikasi, evaluasilah selalu kecepatan

respons anda terhadap pesan atau tampilan orang lain. apakah

mungkin anda makin mudah berkomunikasi ataukah sulit

memahami orang lain. Apakah anda mudah percaya pada isi pesan

atau pada orang yang mengemukan suatu gagasan atau informasi.

Maka, lakukanlah evaluasi atas respon komunikasi anda.

5) Tidak Tahu Kebiasaan Berkomunikasi Lisan

Kebanyakan komunnikasi antarpersonal dalam budaya kita

dilakukan secara lisan.

Page 54: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

a. Pengaruh status senioritas dalam komunikasi lisan, apakah

orang tua dibiarkan lebih banyak bicara daripada yang muda.

b. Perhatikan syarat apa yang boleh dikatakan dan tidak boleh

dikatakan.

c. Bagaimana cara anda mengatakan (langsung ketujuan, atau

berputar-putar.

d. Perhatikan dengan siapa anda berkomunikasi antar budaya (to

whom you want to say it; to whom are you talking) Maka

pelajarilah kebiasaan berkomunikasi lisan.

6) Tidak Terbiasa Mendengarkan

Berbagai penelitian tentang kebiasaan mendengarkan

menunjukkan bahwa lebih dari separuh perhatian dalam

berkomunikasi dicurahkan untuk mendengarkan (53%), 17%

untuk membaca, 16% untuk berbicara dan 14% untuk menulis.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Periksalah sikap mendengarkan

Anda apakah termasuk dalam kategori poor listening habits atau

active listening habits. Yang dimaksud dengan kebiasaan “miskin

mendengarkan” adalah perilaku komunikasi yang tak suka

mendengarkan percakapan orang lain. Akibat miskin

mendengarkan, maka miskin pula pesan yang dikirim dan

diterima, yang dampaknya kita tak memahami makna pesan yang

menghasilkan komunikasi kesehatan yang tidak efektif. Maka,

biasakan diri mendengarkan dengan aktif.

7) Tidak Bisa Membuka Diri dalam Percakapan

Ada dua jenis percakapan: aggressive talk (percakapan agresif)

dan regrettable talk (percakapan yang sebetulnya tidak perlu

terjadi). Kedua taktik percakapan ini bertujuan untuk membuka

diri, namun hal ini sangat tergantung dari asumsi bahwa semua

relasi atau komunikasi antarpersonal dibentuk oleh peran

Page 55: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

komunikator sebagaimana yang diharapkan oleh komunikan

(audiens).

Ada beberapa hal-hal penting (key point) dalam hubungan

interpersonal adalah sebagai berikut.

a. Ada berbagai sisi dalam suatu interaksi individu, verbal atau

nonverbal. Bidan hendaknya menaruh perhatian betul tidak

saja terhadap tanda-tanda verbal, tetapi juga terhadap perilaku

nonverbal.

b. Tanda-tanda verbal dan nonverbal yang bidan tunjukan kepada

klien dapat mempunyai efek panjang terhadap apa yang kita

ingin capai.

c. Jika kita mengharapkan klien kembali untuk melakukan

pemeriksaan, melahirkan dan mendapat asuhan kesehatan

lainnya, kita pertama-tama harus mendapat kepercyaan klien

dan menunjukkan perhatian terhadap klien.

8) Bidan Perlu Introspeksi Terhadap Perilaku Sendiri Maupun Klien.

Indikator hubungan interpersonal yang positif adalah sebagai

berikut.

a. Menyambut klien dengan cara yang dapat diterima mereka.

b. Ramah dan terbuka.

c. Menyediakan waktu untuk mendengarkan mereka.

d. Menjawab semua pertanyaan dengan benar/ memuaskan.

e. Tetap sabar meskipun klien menanyakan hal yang sama

berulang-ulang.

f. Sikap lain-lain yang memungkinkan untuk lebih

berpartisipasi dalam asuhannya, adalah: percaya,

memperhatikan, pengertian, saling menghormati, dan

kesediaan untuk membantu.

Page 56: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal

dan Konseling

Dalam melakukan komunikasi dan konseling dengan orang lain

secara interpersonal, penting bagi komunikator memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Memahami Diri Sendiri

Pemahaman diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal

siapakah diri Anda, apakah persepsi Anda dengan orang lain

terhadap diri sendiri sama. Misalnya, Anda merasa ramah, namun

menurut orang lain belum. Pemahaman diri meliputi pengetahuan

tentang siapa saya, apa kelemahan saya, bagaimana perasaan saya

dan apa keinginan saya. Pentingnya pemahaman diri, terutama

bagi seorang Bidan, dimana pekerjaan ini dihadapkan dengan

berbagai pengalaman dan kondisi biologis, psikologis, sosiologis

dari klien.

2. Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang Dimiliki

Konselor.

Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai

komunikator maupun konselor dipengaruhi 3 hal, yaitu: Aspek

Kognitif (pengetahuan), Psikomotorik (keterampilan), dan Afektif

(sikap).

a. Pengetahuan (Kognitif)

Meliputi pengetahuan tentang :

1) Kesehatan

2) Ilmu kebidanan dan kandungan

3) Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan

pasca persalin dan upaya pencegahan serta penatalaksanaannya.

4) Keyakinan akan adat istiadat dan norma tertentu.

Page 57: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

5) Alat dan metode kontrasepsi.

6) Hubungan antar manusia.

7) Komunikasi interpersonal dan konseling.

8) Psikologi

b. Keterampilan (Psikomotorik)

1) Membantu proses persalinan dan berbagai masalah kesehatan.

2) Menggunakan alat-alat pemeriksaan tubuh klien.

3) Melakukan komunikasi interpersonal dan konseling.

4) Menggunakan alat bantu visual untuk pemberian informasi pada

klien.

5) Mengatasi situasi genting yang dihadapi klien.

6) Membantu klien dalam membuat keputusan.

Selain itu, seorang bidan juga harus memiliki dan menguasai

kompetensi yang meliputi :

1) Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari

ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etika.

2) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluru

di masyarakat.

3) Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Meliputi, deteksi

dini, pengobatan atau rujukan.

4) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan (persalinan bersih, aman

dan menangani situasi kegawatdaruratan).

5) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui

6) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi baru

lahir sehat sampai dengan 1 bulan

Page 58: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

7) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi dan

balita (1 bulan – 5 tahun).

8) Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif

pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya

setempat.

9) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan

gangguan system reproduksi.

c. Sikap (Afektif)

1) Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain

2) Bersikap ramah, sopan dan santun

3) Menerima klien apa adanya

4) Empati terhadap klien

5) Membantu dengan tulus

6) Terbuka terhadap pendapat orang lain.

ada 3 kualitas diri (sikap) yang perlu dimiliki oleh seorang

konselor agar konseling efektif menurut Carl Rogers, yaitu:

1) Empati, yaitu memandang dengan kerangka berpikir klien,

berusaha memahami dan berpikir bersama klien.

2) Autheticity/otentik/kongktruen, yaitu konselor tahu

perasaannya sendiri, memahami diri sendiri, yang dialami

dan dirasakan tidak selaras, tidak pura-pura.

3) Unconditional Positif Regard atau acceptance, yaitu

menerima klien apa adanya, tanpa syarat dan menghormati

serta menghargai klien.

Seorang bidan perlu memahami bagaiman menghadapi

kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan

harus tahu bagaimana dirinya harus bersikap. Bidan yang tidak

memahami dirinya sendiri akan mengalami kesulitan memahami

persoalan yang dialami klien (Lindawati, 2014).

Page 59: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 60: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 61: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

STRATEGI DALAM

MEMBANTU

PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KLIEN

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami strategi dalam membantu

pengambilan keputusan klien

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami teori inti pengambilan

keputusan klien

2) Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi

tipe pengambilan keputusan

3) Untuk mengetahui dan memahami elemen dasar pengambilan

keputusan

4) Untuk mengetahui dan memahami pemberian informasi

keputusan efektif

5) Untuk mengetahui dan memahami saat-saat sulit dalam

penerapan KIP/K kesulitan saat konseling

6) Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk mengatasi

kesulitan

BAB V

Page 62: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

emampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting

bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan

terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam

konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien,

bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.

Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan:

a. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya. beri

kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternatif

pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.

b. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan,

dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan

kerugiannya atau konsekuensi negatif.

c. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan

pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.

d. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan

A. Teori Inti Pengambilan Keputusan Klien

Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:

a. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi

pertanyaan “apa yg terjadi?”.

b. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-

akibat.

c. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola

berpikir mengambil pilihan.

d. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis):

didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin &

dapat terjadi. Inti pengambilan keputusan berarti memilih

alternatif, alternatif yang terbaik (the best alternative).

K

Page 63: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai

alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan

dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan

tersebut dilakukan setelah evaluasi/penilaian mengenai

efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki

pengambil keputusan. Lingkungan situasi keputusan: Lingkungan

eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam

dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “kuota”.

Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya

promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/agen

tidak bergairah. Pengambilan keputusan yang baik harus

mempertimbangkan: kondisi, kehendak, konsekuensinya.

Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik:

1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.

2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.

3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF

dan NEGATIF)

Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan

menurut Fitramaya (2003):

a. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan

karena berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa

nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi

secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.

b. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan

saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi

dan situasi.

c. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.

d. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah

konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan

Page 64: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan

kondisi klien dan kebutuhannya.

B. Faktor yang Mempengaruhi Tipe Pengambilan Keputusan

Untuk menentukan pilihan dari berbagai teori pengambilan

keputusan baik itu rasional, inkremental atau pengamatan terpadu

dengan beberapa alternatif pilihan yang tersedia. Tentu masing-

masing harus mempunyai dasar (nilai-nilai, norma-norma, atau

pedoman tertentu) yang digunakan sebagai landasan dalam

menentukan pilihan teori yang tepat. Menurut Terry (1989) dalam

blog Komunitas Diamond faktor-faktor yang harus diperhatikan

dalam mengambil keputusan sebagai berikut:

a. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional

maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan

keputusan

b. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk

mencapai tujuan organisasi

c. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,

perhatikan kepentingan orang lain

d. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;

e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan

mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;

f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu

yang cukup lama;

g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk

mendapatkan hasil yang baik

h. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui

apakah keputusan yang diambil itu betul; dan

Page 65: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

i. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari

serangkaian kegiatan berikutnya.

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi

pengambilan keputusan:

a. Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak

nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari

tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya

memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

b. Emosional

Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada

suatu situasi secara subjektif.

c. Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan

informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

d. Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan

melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan

kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.

e. Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan

antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan

individual

f. Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan

mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik

suatu tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D. Miller dalam Imam Murtono

(2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam

Page 66: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita,

peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh

tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan

kecenderungan dalam pengambilan risiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan

keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan

pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-

nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari

lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan

individu bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai

keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua

variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan

yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional

versus objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu

orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh

suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu

pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya

pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya

secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk

meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat

harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena

keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.

Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan,

sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan

menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan

Page 67: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih

sulit membuat keputusan di bawah ketidakpastian dibanding di

bawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil

keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu

strategi atas strategi lainnya.

Selanjutnya, dalam judul skripsi pengambilan keputusan

yang tepat yang disusun Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri

Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor

yang mempengaruhi, antara lain:

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi

pengambilan keputusan:

1. Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa

tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan

menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak

senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan

kesenangan.

2. Emosional

Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi

pada suatu situasi secara subyektif.

3. Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan

informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan

melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan

kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.

5. Interpersonal

Page 68: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan

antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi

tindakan individual.

6. Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.

Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau

mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D. Miller dalam Imam Murtono

(2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam

pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita,

peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh

tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan

kecenderungan dalam pengambilan risiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan

keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan

pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-

nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari

lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan

individu bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai

keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua

variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan

yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional

versus objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu

orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh

suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu

pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya

Page 69: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya

secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk

meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat

harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena

keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.

Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan,

sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan

menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan

hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih

sulit membuat keputusan di bawah ketidakpastian dibanding di

bawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil

keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu

strategi atas strategi lainnya.

Selanjutnya dalam judul skripsi pengambilan keputusan yang

tepat yang disusun Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri

Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan menurut K.M.,

Rochmah (2002) ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara

lain:

1. Posisi Kedudukan

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan

seseorang dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan

(decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah

staff (staffer).

2. Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang

untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan

daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki

dan harus diselesaikan. Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat

Page 70: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

dikenal dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada

pula yang bahkan memerlukan riset tersendiri.

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang

berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama

memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak

kita perbuat. Situasi ini ada yang bersifat tetap dan ada juga

yang berubah-ubah.

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara

bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau

kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut

merupakan sumber daya.

5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan

unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada

umumnya telah tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang telah

ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan

antara atau objektif.

C. Elemen Dasar Pengambilan Keputusan

Ada 5 elemen dasar pengambilan keputusan menurut Lestari (2010),

yaitu:

a. Menetapkan Tujuan

Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan

mengarahkan tujuannya, apakah spesifik yang dapat diukur

hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum. Tanpa penetapan

tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau

memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan

Page 71: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai

seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan

ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok,

konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam

proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa

tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat

harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat

keinginan, yang mana masih bisa ditawar.

b. Mengidentifikasi Permasalahan

Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah

permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi

adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa

yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa

rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya

operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien,

dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan

adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika

penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi

dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat

diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi

dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan

permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan

bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta

melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.

c. Mengembangkan sejumlah alternatif Setelah permasalahan

diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif

untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji

berbagai informasi baik interen maupun eksteren untuk

mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat

Page 72: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah

alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat

keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin

pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan

yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji

semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi

dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian

alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.

d. Penilaian dan pemilihan alternatif Setelah berbagai alternatif

diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-

masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah

alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan

dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah

dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik

adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang

hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan

model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah

dikembangkan.

e. Melaksanakan keputusan jika salah satu dari alternatif yang

terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus

diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering

kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena

tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan

yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab

dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk

melaksanakannya juga memegang peranan yang penting. Dalam

mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya

juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan

tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan

Page 73: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya.

Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan

yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan

operasionalnya.

D. Pemberian Informasi Keputusan Efektif

Tentunya kita sebagai pemberi informasi mengharapkan informasi yang

kita sampaikan kepada seseorang itu efektif dan efesien. Pemberian

informasi dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sabagai berikut:

a. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam

mengambil keputusan.

b. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.

c. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)

2) Menggunakan bahasa sederhana

3) Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan

4) Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang

hal-hal penting.

Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau

penyuluhan pada klien menurut Priyanto (2009):

a. memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata,

mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut,

menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.

b. Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat

di beri salep mata, menyiapkan sumbu untuk

mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus

oralit dalam air yang benar, cara membubuhi gention

violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan

Page 74: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di

rumah.

c. Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara

membubuhi salep pada mata bayi, mencampur dan

melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik.

E. Saat-saat Sulit dalam Penerapan KIP/K Kesulitan saat Konseling

Saat proses komunikasi berlangsung tentunya harapan kita adalah

menginginkan proses komunikasi berjalan dengan baik, tanpa ada

kendala. Tetapi ada saja saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K

mengalami kesulitan saat memberikan konseling menurut Wiryanto

(2006) sebagai berikut:

a. Diam, makna “diam” (tidak bersuara) antara lain:

1) Penolakan atau kebingungan klien.

2) Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-

mata ragu mengatakan apa selanjutnya.

3) Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.

4) Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.

5) Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.

6) Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.

7) Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi

emosional sebelumnya.

b. Klien Menangis, tenangkan klien dengan menyentuh badan

(menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.

c. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien,

biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu

menyelesaikan masalah seperti harapan klien. Misalnya pada kasus

remaja putri yang ingin aborsi. Konselor dapat mengatakan pada klien

Page 75: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien menghadapi

saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.

d. Konselor melakukan kesalahan, hal terpenting untuk menciptakan

hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor salah dan

minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.

e. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien, Konselor dapat

mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi

akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.

f. Klien menolak bantuan konselor, ditunjukkan dengan klien enggan

bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang dan

berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan

kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.

g. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor, konselor

sebaiknya mengatasi dengan mengatakan: “orang kadang awalnya

merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis

kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin

tidak penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita

coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya”, biasanya klien

menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor

bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.

h. Waktu yang dimiliki konselor terbatas. Konselor memberikan

informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf,

menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan

konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.

i. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik. Konselor meminta

pendapat kepada teman sesama petugas klinik untuk mengamati

pertemuan dan melihat letak kesulitannya, apakah ada sikap klien

yang membuat konselor merasa ditolak klien.

Page 76: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

j. Klien dan konselor sudah saling mengenal. Konselor melayani seperti

pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga,

jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap

diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.

k. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai topik. Potong

pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus

mengulang pembicaraannya.

l. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor. Nyatakan pada klien

bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien,

oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.

m. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.

Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara

emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.

n. Keadaan kritis. Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan

darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas

langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi

keadaan.

F. Upaya untuk mengatasi kesulitan

a. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri

maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.

b. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk

mempermudah penerimaan klien.

c. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling

pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan

mereka.

d. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.

Kearifan merupakan satu perangkat ciri kognitif dan afektif tertentu

Page 77: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

yang secara langsung pada keterampilan dan pemahaman hidup.

Karakteristik dari kearifan menurut Tyastuti (2010) meliputi:

1) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian,

pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan

kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan

kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).

2) Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks,

situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat)

Page 78: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 79: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

KETERAMPILAN INTI

KOMUNIKASI

INTERPERSONAL

/KONSELING

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami tentang keterampilan inti

komunikasi interpersonal/konseling

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian KIP/K

2) Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat

KIP/K

3) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh pemahaman

diri terhadap proses KIP/K

4) Untuk mengetahui dan memahami observasi tingkah laku

verbal dan non verbal

5) Untuk mengetahui dan memahami membina hubungan

baik

6) Untuk mengetahui dan memahami teknik mendengar aktif,

bertanya dan refleksi isi dan perasaan

BAB VI

Page 80: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian KIP/K

Komunikasi interpesonal sangatlah dibutuhkan dalam keadaan

tertentu. Komunikasi interpersonal selalu kita terapkan dalam

pelayanan kebidanan. Komunikasi interpersonal merupakan proses

penyebaran dan berbagi informasi yang dilakukan oleh minimal dua

orang secara langsung, tatap muka dan bersifat dua arah. Aspek

komunikasi interpersonal meliputi komunikasi satu arah versus dua

arah, komunikasi verbal versus non verbal, cara bertanya dan

mendengar efektif, serta membuat kesimpulan (Lindawati, 2014)

B. Faktor Penghambat KIP

Pada saat proses komunikasi berlangsung, biasanya terjadi berbagai

hambatan-hambatan yang akan mempengaruhi jalannya komunikasi.

Adapun faktor penghambat KIP yang dipaparkan oleh MNH (2002),

sebagai berikut:

1) Faktor individual

Orientasi budaya (keterkaitan budaya) merupakan faktor individual

yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini

merupakan gabungan dari: faktor fisik, sudut pandang, faktor sosial

dan bahasa.

2) Faktor yang berkaitan dengan interaksi

Faktor ini meliputi tujuan dan harapan yang ingin dicapai dengan

komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri individu

terhadap orang lain yang di tunjukkan melalui kehangantan, perhatian

dan dukungan serta sejarah hubungan.

9) Faktor situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan

kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi

Page 81: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

percakapan antara polisi dengan orang-orang yang melanggar lalu

lintas.

10) Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten

dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya

komunikasi adalah: kegagalan menyampaikan informasi

penting,perpindahan bicara/topik yang tidak lancar dan salah

pengertian.

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K

Proses KIP/K tidak berjalan efektif bila individu/konselor kurang

memahami diri sendiri, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

tidak cukup serta bertambah sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Karenanya disarankan untuk membuka

diri terhadap pengetahuan diri dan teknologi terkini. Berikut adalah

beberapa saran dari IBI (2003) untuk meningkatkan pemahaman diri

terhadap proses KIP/K:

1. Klarifikasi Nilai

Seperti diketahui bahwa hubungan bidan dengan klien adalah

hubungan timbal balik, karenanya kebutuhan klien harus dibutuhkan.

Bidan sebaiknya mempunyai sumber kepuasaan dan rasa aman yang

cukup, sehingga tidak memnggunakan klien untuk kepuasan dan

keamanannya, jika bidan mempunyai konflik dan ketidakpuasan,

maka sebaiknya bidan menyadari dan mengklarifikasi agar tidak

memengaruhi keberhasilan hubungan bidan-klien.

2. Eksplorasi Perasaan

Dalam kondisi ini, bidan perlu terbuka dan sadar terhadap

perasaannya dan mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya

secara teraupetik, jika bidan terbuka dengan perasaannya, maka ia

Page 82: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

mendapatkan dua informasi penting; yaitu bagaimana responnya pada

klien dan bagaimana penampilannya pada klien.

3. Kemampuan Menjadi Model

Alasan penting pemahaman diri adalah karena bidan bekerja

berhadapan dengan berbagai pengalaman dan kondisi biologis,

psikologis, dan sosiologis darikliennya.

Bidan perlu memahami menghadapi kecemasan, kemarahan,

kesedihan, dan kegembiraan klien. Bidan harus tau bagaimana dirinya

sendiri bersikap, apakah mudah cemas, atau mudah tersinggung,

sehingga bidan tau keterbatasan diri sewaktu melayani klien.

D. Observasi Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal

Observasi tingkah laku baik dalam verbal maupun nonverbal sangat

diperlukan oleh seorang bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan. Menurut Nurmala (2016), observasi tingkah laku

verbal dan nonverbal meliputi:

1) Keterampilan Observasi

Praktik kebidanan memerlukan kecermatan dalam melakukan

pengamatan dan penilaian terhadap pasien, dasar penilaian inilah

maka tindakan akan dilakukan. Ketetapan tindakan sangat

ditentukan oleh kemampuan bidan melakukan observasi

menyeluruh baik langsung ataupun tidak langsung kepada pasien.

2) Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal Pengamatan dan Penafsiran

Tingkah laku verbal merupakan perbuatan atau perilaku yang

ditunjukkan melalui bahasa atau kata-kata baik secara lisan

maupun tulisan.

3) Perbendaharaan Kata-kata (vocabulary)

Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu

menerjemahkan kata dan ucapan.

Page 83: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

4) Kecepatan (racing)

Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara

dan tempo bicara yang tepat. Tingkah laku nonverbal adalah pesan

yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk

nonverbal tanpa kata-kata.

E. Membina Hubungan Baik

Keterampilan membina hubungan baik sikap dan perilaku dasar yang

dibutuhkan keterampikan merupakan dasar dari proses KIP/K atau

dengan kata lain merupakan dasar dalam memberikan bantuan. Agar

dapat membina hubungan baik, pertama sekali harus menunjukkan

sikap yang hangat, menghormati klien, menerima klien apa adanya,

empati dan tulus membantu klien. Menurut Priyanto (2009) ada tiga

cara yang membantu klien merasa aman setelah membuka informasi

pribadinya, yaitu:

a) Mengakhiri pembicaraan secara halus

b) Memperhatikan kelangsungan hubungan di masa yang akan

datang

c) Menunjuk konselor yang lebih kompeten.

F. Teknik Mendengar Aktif, Bertanya dan Refleksi Isi dan Perasaan

Dalam proses komunikasi, tentunya kita sebagai konselor harus

memperhatikan berbagai teknik yang digunakan dalam

menyempurnakan serta menunjang jenis konseling yang kita

sampaikan. Teknik-teknik yang diperlukan menurut Sunarni (2016),

yaitu:

1. Mendengar aktif

Adalah sebuah sikap memperhatikan dan mendengarkan

setiap perkataan atau perbincangan orang lain. Mendengarkan

aktif merupakan sebuah proses yang kompleks, melibatkan

Page 84: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

semua panca indra dan bagian-bagian tubuh lain secara aktif

sehingga pesan yang disampaikan menjadi bermakna.

a. Diam (mendengar pasif)

b. Tanggapan meng-‘iya’-‘kan’

c. Pembuka pintu atau ajakan

d. Mendengar aktif

2. Keterampilan mendasar

Adalah suatu kemampuan dan kapasitas yang diperoleh

melalui usaha yang disengaja, sistematis, dan berkelanjutan

untuk secara lancar dan adaptif melaksanakan aktivitas yang

kompleks atau fungsi pekerjaan yang melibatkan ide-ide, hal-

hal, dan orang-orang.

3. Jenis pertanyaan

Pertanyaan tertutup bertujuan untuk menanyakan riwayat

kesehatan, data diri, dan informasi lain yang dibutuhkan.

Contoh: berapa jumlah anak ibu? Apakah ibu bekerja?

4. Bertanya efektif

a. Tentukan yang anda inginkan dari pertanyaan anda

b. Hindari bertanya pertanyaan tertutup

c. Gali lebih dalam

d. Bertanya dengan lantang dan jelas.

Page 85: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 86: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

KETERAMPILAN

KOMUNIKASI DALAM

KEGIATAN KELOMPOK

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami keterampilan komunikasi dalam

kegiatan kelompok

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengantar kegiatan

kelompok

2) Untuk mengetahui dan memahami kepemimpinan dalam

kelompok

3) Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri kelompok yang

kompak

4) Untuk mengetahui dan memahami pengorganisasian kegiatan

kelompok

5) Untuk mengetahui dan memahami membangun tim atau

kelompok/team building

6) Untuk mengetahui dan memahami strategi bidan untuk

membantu kelompok yang negatif sesuai tipe kelompok

BAB VII

Page 87: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengantar Kegiatan Kelompok

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yang dalam

kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan

komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan

manusia, apapun statusnya di masyarakat. Sebagai makhluk sosial,

kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya

pemenuhan kebutuhan hidup. Angka kematian di Indonesia masih

tinggi. Setiap tahun sejumlah 18.000 ibu meninggal dunia, dua nyawa

melayang setipa satu jam, karena kehamilan dan atau persalinan.

Kematian ibu ternyata tidak hanya diikuti oleh tingginya angka

kematian bayi tetapi juga meninkatkan jumlah balita yang piatu baru (±

36.000 setiap tahun).

Risiko kematian ibu akibat kehamilan, persalinan, dan nifas serat

bayi, dapat dikurangi bila ada upaya persiapan persalinan dan

kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Salah satu ujung

otmbak pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan bayi adalah bidan.

Namun, pada kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan

antenatal datang pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong

oleh dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu lebih percaya

kepada dukun beranak dibandingkan dengan bidan.

Salah satu penyebab keadaan tersebut di atas adalah rendahnya

kualitas keterampilan komunikasi dan konseling tenaga kesehatan

(bidan). Penelitian di Jawa Barat menyimpulkan bahwa keterampilan

teknis medis semata tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang

memuaskan ibu. Kualitas komunikasi bidan yang rendah akan

berdampak terhadap transfer pesan kepada klien yang kurang baik,

bidan menjadi kurang peka dan kurang mampu menggali kebutuhan

dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak

puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan tersebut

Page 88: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

diragukan. Dari penelitian di Indonesia dua provinsi yaitu Jabar dan

Jateng tentang interaksi bidan-klien menunjukkan bahwa banyak bidan

yang tidak menggunakan keterampilan konseling yang baik, misalnya:

Para bidan cenderung mendominasi sesi konseling (63% ucapan

didominasi oleh bidan), kurang memberi kesempatan kepada klien

untuk berbicara panjang lebar atau mengungkapkan keinginan dan

perasaannya. Para bidan lebih banyak mengajukan pertanyaan tertutup

(pertanyaan yang sifatnya mengarahkan pada jawaban ya dan tidak).

23% ucapan bidan adalah pengulangan kata-kata bidan itu sendiri.

Pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K)

untuk bidan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bidan dalam

bidang komunikasi interpersonal dan konseling sehingga kualitas

pelayanan pada ibu hamil dan melahirkan lebih baik.

Definisi

Komunikasi kelompok adalah suatu bentuk komunikasi antara

dua atau lebih orang yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk

satu tujuan. Orang-orang yang terlibat biasanya mengisi peran-peran

dan mentaati peraturan-peraturan serta norma-norma yang secara

implisit disetujui para anggotanya (Singgsih, 2003). Komunikasi

kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lain dan memandang mereka sebagi bagian dari

kelompok tersebut. Contohnya kelompok keluarga, kelompok studi

dan kelompok diskusi (Kelompok Sarjana Komunikasi Amerika,

1980)

Kegunaan berdasarkan batasan tersebut diatas, kegunaan dalam

bidang kebidanan tentulah sangat menunjang tujuan bagi kesehatan

ibu dan anak. Utamanya ketika dilakukan suatu kegiatan-kegiatan

bagi para bidan dalam sistem komunikasi kelompok tersebut, selama

Page 89: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

melalui forum tersebut dimanfaatkan seefektif mungkin dalam

berbagai bentuk dan tujuan, yakni berfokus pada kesehatan ibu dan

anak tersebut (Handy, 1985). Dalam hal ini, Romlah (2016)

memberikan pengertian mengenai pentingnya kegunaan komunikasi

kelompok, yakni:

a. Memenuhi kebutuhan sosial

b. Membentuk konsep diri

c. Memberi/menerima dukungan dan bantuan

d. Berbagai dengan orang lain.

B. Kepemimpinan dalam Kelompok

Ciri-ciri kepemimpinan dalam kelompok harus mengacu untuk

kepentingan bersama. Untuk itu harus menurut Tyastuti (2008), harus

memenuhi beberapa persyaratan berikut:

1. Berorientasi pada tugas

2. Menggunakan waktu secara efektif, menentukan prioritas

secara jelas dan sering membuat keputusan eksekutif

3. Berorientasi pada orang

4. Lebih peduli pada perasaan-perasaan dan masalah-masalah

anggota kelompok.

C. Ciri-ciri Kelompok yang Kompak

Kemudian setelah kita mengenal ciri-ciri kepemimpinan seperti di

atas, maka kita harus tahu bagaimana ciri-ciri kelompok yang kompak

itu, ciri-ciri kelompok yang kompak adalah:

1) Organisasi yang baik

2) Hubungan yang baik

3) Riwayat keberhasilan yang baik

Page 90: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Adapun salah satu bentuk ketiga ciri tersebut di atas ialah bagaimana

cara menyelesaikan masalah dalam kelompok itu dimulai dengan

kelompok pembuat keputusan, ada personal atau tim yang ditunjuk

oleh manajer untuk menyelesaikan masalah tertentu. Anggota

kelompok yang lain memberikan sumbang saran, cepat, agar terjadi

pemahaman dalam penyelesaian masalah. Itulah tanda adanya ciri-ciri

kelompok kompak dan prakteknya. Di samping itu, pada kelompok

yang kompak memiliki empat dasar pelaksanaan sumbang saran yang

harus ditaati, yakni:

1) Tidak boleh dilakukan penilaian pada ide-ide sampai acara selesai

2) Kelompok harus menganggap dirinya sebagai penghasil sejumlah

besar ide dan tidak mengkhawatirkan kualitas dari ide-ide

3) Anggota kelompok harus dibiarkan untuk berfikir dengan bebas

Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan

dikembangkan oleh anggota kelompok lain. Gaya kepemimpinan

dalam suatu kelompok komunikasi ada dua yakni:

1) Gaya tunggal yaitu berdasarkan pencapaian tugas yang telah

ditentukan bagi kelompok

2) Gaya eklektik yaitu berdasarkan gaya-gaya yang berpusat pada

anggota kelompok atau berdasarkan pembagian pada tugas

Karakteristik kelompok menurut Hargreavest (1975) adalah:

1) Anggotanya memiliki hubungan tatap muka

2) Terdapat lebih dari satu anggota

3) Anggotanya memiliki tujuan atau maksud bersama

4) Anggotanya dibeda-bedakan kedalam struktur

5) Anggotanya menganut sekumpulan norma-norma

Sekarang bagaimana kekompakan sutu kelompok didasarkan besar

kecilnya kelompok?

Page 91: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

a. Kekompakan kelompok besar lebih lemah jika dibandingkan

dengan kelompok kecil

b. Kekompakan kecil mempunyai karakteristik kekompakan yang

unik diantar anggotanya

Kekompakan besar cenderung lebih resmi

Apa kemudian fungsi-fungsi organisasi yang dapat dicapai oleh

kelompok agar kelompok tetap kompak? Handy (1985) membagi 10

fungsi fungsi organisasi yang dapat dicapai oleh kelompok yang kompak,

yakni:

a. Pembagian kerja

b. Penyesuaian masalah dan pengambilan keputusan

c. Pengolahan informasi

d. Pengumpulan informasi dan ide

e. Pengelolaan dan pengendalian kerja

f. Menguji dan meratifikasi keputusan

g. Koordinasi dan penghubung

h. Meningkatkan komitmen dan keterlibatan

i. Penyelesaian konflik

j. Penyelidikan ke masa lalu

Sifat dari kelompok Charles H. Cooley membuat penggolongan kelompok

sosial dalam penggolongan utama yaitu:

1) Primary Group: kelompok primer lebih intensif dan lebih intensif

dan lebih erat antara anggotanya (Face to Face)

Kelompok primer penting, karena di sinilah manusia pertama-tama

dididik dan berkembang menjadi manusia sosial, memperoleh

kerangka untuk mengembangkan sifat-sifat sosial: mengindahkan

norma-norma, melepaskan kepentingan diri demi kepentingan

kelompok sosialnya, ingin belajar dan bekerja sama dengan orang

Page 92: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

lain. Sifat komunikasi kelompok bercorak kekeluargaan dan

berdasarkan simpati.

2) Secondary Group: kelompok sekunder

Komunikasi dalam kelompok sekunder merupakan komunikasi

dalam hubungan yang tidak langsung, tidak akrab, kurang bersifat

kekurangan dan bersifar formal, lebih objektif. Dalam

berkomunikasi kelompok ini ada beberapa prinsip agar efektif:

a. Suasana: hendaknya memberi kesan kepada semua anggota

bahwa mereka dianggap setaraf.

b. Rasa aman atau thred reduction: berkomunikasi dengan rasa

aman tanpa ancaman dari anggota yang lain. Kecurigaan dari

anggota yang lain akan menghambat produktivitas, oleh

karena kecurigaan dan ketakutan menyebabkan seseorang

tidak ikut serta dengan seluruh kemmapuannya.

c. Kesadaran berkelompok: komunikasi dalam kelompok

dengan menimbulkan pengertian akan kebutuhan anggota

kelompok masing-masing dalam perannya pada kelompok itu,

dan akan memahami kebutuhan teman-temannya, serta

dirinya sendiri dalam timbal baliknya hubungan anggota

kelompok. Saling pengertian dan saling merasa keperluan

anggota lainnya merupakan syarat penting agar tercapai

kerjasama yang produktif antara anggota kelompok. Jadi

anggota kelompok harus belajar mengerti dan merasakan

keperluan anggota lainnya, apabila ingin bekerja secara

efektif.

Agar kegiatan kelompok bisa efektif bidan perlu mencermati materi

yang akan disampaikan sesuai kebutuhan dan bermanfaat bagi anggota

kelompok. Para anggota kelompok baik itu ibu-ibu, dukun bayi, toma,

kader sdb mereka termasuk orang dewasa. Selain penjelasan yang masuk

Page 93: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

akal orang dewasa juga sudah berpengalaman dan cenderung menganalisa

sesuatu berdasarkan pengalaman mereka. Hal-hal ini perlu disadasari oleh

Bidan agar kegiatan berjalan efektif dan diterima kelompok (S Astrid,

1977).

D. Pengorganisasian Kegiatan Kelompok

Langkah-langkah penyelenggaran kegiatan kelompok:

1) Merencanakan pengorganisasian kegiatan kelompok

2) Evaluasi kegiatan

3) Mempersiapkan tempat

4) Mempersiapkan ruangan dan perlengakapan

5) Persiapan alat tulis, alat bantu visual, materi cetak dalam jumlah

yang cukup

6) Pengeras suara baik

7) Meletakkan alat bantu sesuai keinginan

8) Melaksanakan kegiatan

Sebuah kegiatan kelompok yang baik harus mempunyai struktur

berkesinambungan. Oleh karena itu, menurut Tyastuti (2010), setiap

kegiatan kelompok mempunyai bagian-bagian sbb:

a. Pembukaan yang Efektif

1) Pembukaan akan menentukan jalannya presentasi/diskusi

kelompok pembukaan dapat membuat sukses atau

menggagalkan kegiatan tersebut, pembukaann yang baik akan

menarik perhatian segera

2) Membina hubungan baik dengan peserta

3) Memperkenalkan topik, tujuan kegiatan dan mengapa penting

untuk dibahas

4) Mengantisipasi kelanjutan presentasi/diskusi

b. Bagian Utama Kegiatan

Page 94: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Mencakup materi-materi utama yang perlu diberikan selama

kegiatan

c. Bagian Penutup

Merupakan bagian terpenting dari seluruh kegiatan. Biasa

dilakukan dengan meringkas. Keterampilan mengakhiri

merupakan teknik dalam proses konseling. Mengakhiri ini dapat

dilakukan dengan cara:

1) Mengatakan bahwa waktu sudah habis

2) Merangkum isi pembicaraan

3) Menunjukkan pada peretemuan yang akan datang

4) Berdiri

5) Isyarat gerak tangan

6) Menunjukkan catatan-catatan singkat

7) Memberikan tugas-tugas tertentu

d. Mengevaluasi Kegiatan

Evaluasi terjadi pada setiap tahap dari kegiatan kelompok.

Merupakan bagian penting dalam komunikasi karena dapat:

1) Mengetahi kebutuhan peserta untuk memeprsiapkan

2) Menganalisa kebutuhan para peserta untuk mempersiapkan

pembicaraan di masa mendatang

3) Memperbaiki pelaksanaan kegiatan yang akan datang

4) Mengetahui dampak kegiatan yang akan datang

5) Mengetahui dampak kegiatan kelompok dan menentukan

apakah tujuan telah dicapai.

E. Membangun Tim atau Kelompok/Team bulding

Pengertian

1. Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk

mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi.

Page 95: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

2. Perlunya membangun tim/team building

Pada prinsipnya kita memerlukan team building untuk memperbaiki

kinerja kelompok yang kita miliki, namun ada beberapa kondisi yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan team building antara lain:

a. Kondisi kelompok yang memerlukan peningkatan moralitas

dan hasil kerja tim

b. Puncak pimpinan yang jarang berfikir dan bertindak sebagai

bagian sebuah kelompok

c. Terjadi kurang pengertian antara sesama anggota kelompok,

tidak ada arahan dan semangat kerja yang timbul dalam suatu

kelompok sehingga kelompok kehilangan arah kerja

d. Dalam kelompok baru terdapat beberapa individu yang

menonjol tapi tidak dapat bekerja bersama dalam kelompok

e. Kurangnya rasa percaya diri antara sesama tim dan adanya

ketidaktahuan akan kemungkinan peluang yang dapat

dilakukan oleh anggota tim.

3. Manfaat Membangun Tim/Team Building

Team building yang dilakukan secara benar dan berkesinambungan

akan memberikan hasil perubahan yang sering kali jauh lebih baik dari

dugaan semula. Adapun manfaat team building menurut Wiryanto

(2006), sbb:

A. Bagi Pimpinan Tim/Kelompok

a. Pimpinan tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif

b. Pimpinan tim utama menyesuaikan gaya kepemimpinannya,

dengan lebih memperhatikan kepentingan dan tanggung

jawab kelompok dibandingkan kepentingan pribadi

c. Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim

terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam tim

Page 96: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

d. Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi secara

langsung kepada anggota tim sehingga terjadi hubungan

pengertian yang lebih baik antara pimpinan dan anggota tim

e. Pimpinan tim memiliki inisiatif untuk lebih memahami

prakasa anggotanya

f. Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap

sasaran kerja dan memiliki harapan yang lebih besar.

B. Bagi Individu Anggota Tim/Kelompok

a. Sebagai besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasif,

toleransi menjadi lebih tinggi dan memiliki kepercayaan untuk

mengajukan argumentasi tanpa terikat oleh hierarki

b. Komunikasi dan dialog antar sesama anggota kelompok menjadi

lebih bebas dan terbuka, yang selama ini menjadi salah satu

hambatan utama dalam perkembangan kelompok

c. Terdapat ‘ruang’ yang lebih terbuka untuk mengakui beberapa

kelemahan-kelemahan pribadi, bahkan kadang kala tidak jarang

yang mengundurkan diri karena kesadaran sendiri.

d. Banyak masalah antara pribadi sesama anggota tim/kelompok

selama ini mengganjal dapat dipecahkan dengan lebih mudah

karena keterbukaan semua anggota tim

C. Bagi Pelaksana Kerja Tim/Kelompok

a. Pertemuan tim/kelompok menjadi lebih struktur dan efektif

b. Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi dengan

baik kepada sesama peserta

c. Terjadi perbaikan kerja dalam mencapai sasaran, peningkatan

kemampuan dalam mengevaluasi individu dan kelompok dengan

cara yang lebih profesional

Page 97: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

d. Tingkat komunikasi dalam dan antara kelompok menjadi lebih

komprehenshif dan efektif, walaupun dalam kondisi lingkungan

yang kurang menguntungkan

e. Komitmen yang lebih kuat terdapat sasaran-saran baru

f. Terciptanya otonomi yang lebih besar pada tingkat manajemen

g. Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja untuk bekerja sama

dengan kolega dan bekerja sama dalam mencapai tujuan.

F. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif Sesuai

Tipe Kelompok

Adapun pendapat para ahli tentang strategi bidan untuk membantu

kelompok yang negatif sesuai tipe kelompok adalah sebagai berikut:

1. Menurut Smith dan Bass (1982)

a. Menciptakan perasaan yang dimiliki

b. Menciptakan lingkungan yang peka

c. Mendorong partisipasi dan kontribusi

d. Menghargai pendapat yang berbeda

e. Menciptakan perasaan komitmen

2. Menurut Tarigan (2002):

a. Tipe Pasif

Strategi bidan adalah: mengajukan pertanyaan langsung

pada peserta; meminta berbagi perasaan dengan

pasangannya; meminta untuk menulis komentar;

memberikan insentif; mengubah metode penyampaian.

b. Tipe Agresif

Strategi bidan adalah: mengajukan pertanyaan tentang

penyebab agresif; memberi kesempatan untuk

mencurahkan perasaan dirinya; tidak menggangap orang

tersebut sebagai wakil kelompok; mempresentasikan data;

memprakarsai diskusi secara pribadi.

Page 98: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

c. Tipe Banyak Bicara

Strategi bidan adalah: memberi tanggung jawab tertentu

dan memberikan kesempatan berperan sebagai pemimpin

kelompok; menghindarkan pandangan atau menghadapkan

tubuh pemandu ke arah peserta lain; beritahu dengan cara

yang halus; memberi tugas secara tertulis.

d. Tipe Pesimis

Strategi bidan adalah: menjadi pendengar yang aktif;

memberi jawaban yang positif; menanyakan pendapat

anggota lainnya tentang pendapat orang tersebut.

Proses Pengorganisasian

Langkah-langkah dalam proses pengorganisasian menurut Stoner (1996)

dan Deddy Mulyana (2005) terdiri dari lima langkah:

a. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk

mencapai tujuan organisasi

b. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara

logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh

sekelompok orang.

c. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang

logis dan efisien

d. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota

organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis

e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah

penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan

efektivitas.

Page 99: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 100: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

KONSEP PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami konsep pengambilan keputusan

B. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari

pengambilan keputusan

2) Untuk mengetahui dan memahami teori-teori pengambilan

keputusan teori pengambilan keputusan teori pengambilan

keputusan

3) Untuk mengetahui memahami dan mempraktikan model

pengambilan keputusan model pengambilan keputusan

BAB VIII

Page 101: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian

Proses pengambilan keputusan bisa juga diartikan sebagai pemilihan

alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Proses

pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam

praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan

menentukan tindakan selanjutnya. Menurut Terry, pengambilan keputusan

adalah memilih alternatif yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan

klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan sangat menentukan

kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi

mengikuti suatu proses yang sistematis, logis, dan jelas. Proses

pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan, dan dipraktikkan

secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada

pengumpulan informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk

menyusun, menafsirkan, dan mengambil tindakan atas dasar informasi

yang didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan

klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan, dan

latihan/praktik. Beberapa faktor ini nantinya akan sangat berpengaruh

dalam pengambilan keputusan klinis yang dibuat sehingga menentukan

tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien (Deddy

Mulyana, 2005).

B. Teori-Teori Pengambilan Keputusan

Akhir dari proses konseling akan menemukan titik permasalahan dan

mempertimbangkan pengambilan keputusan yang tidak merugikan

pihak manapun. Sehingga menurut Suryani (2005), hadirlah berbagai

teori dalam pengambilan keputusan di antaranya:

Page 102: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

1. Teori Utilitarisme

Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,

meminimalkan ketidaksenangan. Kebenaran ataupun kesalahan

tindakan semata-mata berdasar pada konsekuensi dari perbuatan

itu. Prinsip dari teori ini adalah kegunaan, bahwa tindakan moral

yang benar adalah tindakan yang menghasilkan hasil terbaik

sebagai penentu perspektif. Ini memberi hasil yang seimbang pada

setiap kelompok. Contohnya: pembunuhan, aborsi ataupun

infanticide, mungkin disebarkan jika dalam kondisi tertentu.

2. Teori Deontology

Menurut Kant, sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Nilai

dari teori Deontology adalah mengingatkan kita pentingnya

rasional dalam pertimbangan dan standar moral bebas dari

konsekuensi. Contoh: bila berjanji ditepati, bila pinjam harus

dikembalikan

3. Teori Hedonisme

Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari

kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Menurut

kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan. Kesenangan disini

tidak hanya inderawi tapi juga bebas dari nyeri dan keresahan

jiwa. Tujuan akhir manusia adalah kesenangan. Baik akan

meningkatkan kesenangan, sedangkan jahat mengurangi

kesenangan.

4. Teori Eudemonisme

Menurut Filsuf Yunani Aristoteles, dalam setiap kegiatannya

manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik

bagi dirinya. Setiap kegiatan, manusia mengejar tujuan, dan tujuan

akhir manusia adalah kebahagiaan.

Page 103: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

5. Teori Kebaikan

Teori kebaikan berisi gagasan bahwa kebenaran atau kesalahan

dari tindakan didasari dari motif seseorang melakukan tindakan.

Kebaikan yang dibahas mengacu pada kemampuan untuk

mencapai moral dan sifat yang baik yaitu moral yang bernilai

seperti kejujuran, integritas lemah lembut serta ketajaman.

C. Model Pengambilan Keputusan

Adapun model pengambilan keputusan keputusan yang baik

adalah yang berdasarkan kepentingan klien dan pada saat yang

bersamaan juga menunjukkan integritas orang-orang yang terlibat.

Bidan mempunyai kewajiban moral terhadap klien mereka, terhadap

pimpinan mereka, dan kepada penyedia pelayanan primer, sehingga

bidan harus menentukan faktor tantangan ketika membuat keputusan.

Tanggung jawab logika etika adalah rasional dan sistemik. Ini harus

berdasarkan pada prinsip etika dan kode etik dari pada emosi, intuisi,

kebijakan yang telah ada atau preseden.

Ada beberapa model pengambilan keputusan ketika bidan akan

memutuskan suatu masalah klien.

1. Model Thompson and Thompson Menurut Thompson and

Thompson (1985), dalam pengambilan keputusan suatu masalah

harus memenuhi prinsip-prinsip seperti di bawah ini:

a. Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan

b. Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral

c. Klarifikasi dan terapkan nilai personal

d. Pahami teori dan prinsip etika

e. Gunakan sumber komponen interdisiplin

f. Ajukan alternatif tindakan

Page 104: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

g. Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan

h. Partisipasi aktif dalam memecahkan isu

i. Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada

j. Evaluasi tindakan yang telah ditentukan

2. Model Cassells and Redman

Bidan dalam pengambilan keputusan juga bisa menggunakan

langkah seperti berikut ini:

a. Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan

b. Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral.

c. Klarifikasi dan teraspkan nilai personal

d. Pahami teori dan prinsip etika

e. Gunakan sumber komponen interdisiplin

f. Ajukan alternatif tindakan.

g. Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan.

h. Partisipasi aktif dalam memecahkan isu

i. Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada

j. Evalusi tindakan yang telah ditentukan.

3. Model Single

Pada model ini, dalam pemecahan masalah melalui 6 tahapan, yaitu:

a. Clearly state the problem (menyatakan masalah dengan jelas/tepat)

b. Get the facts (mencari fakta)

c. Consider the four priinciples (mempertimbangkan 4 prinsip)

dalam prinsip etika yaitu otonomi, benefisien, non-malefisien dan

keadilan.

d. Identify ethical conflicts (identiikasi konflik etika)

e. Consider the law (mempertimbangkan hukum)

f. Making the ethical decision (membuat keputusan etik).

Page 105: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

4. Moral “Model”

Model yang dikembangkan oleh Halloran dan diberkenalkan di

Amerika Utara yang digunakan untuk mendisiplinkan dalam

kelompok pengambilan keputusan.

5. Pendekatan Tradisional dalam Pengambilan Keputusan

Pendekatan yang biasanya bidan atau tenaga kesehatan gunakan

dalam penerapan pengabilan keputusan, di antaranya:

a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.

b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa

lalu dan sekarang.

c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.

d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.

e. Mengevaluasi pilihan tersebut.

f. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

6. Proses Untuk Memecahkan Masalah Etika

Mendapatkan solusi dari masalah yang dialami oleh pasien, tentunya

hal yang menjadi prioritas pertama bagi bidan atau tenaga

kesehatan. Dalam pemecahan masalah terkait dengan nilai etika,

Juliane (2010) memaparkan beberapa proses, di antaranya:

a. Kenali dilema etika

b. Kumpulkan informasi yang faktual dan relevan

c. Klarifikasi kontek individu dari dilema etika

d. Identifikasi dan klarifikasi konsep etika

e. Bangun dan evaluasi argumen untuk tiap isu

f. Buat keputusan/tindakan.

Page 106: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

LATIHAN SOAL KASUS

PETUNJUK SOAL.

1. Bacalah soal dengan cermat.

2. Saudara harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kehamilan

3. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan

memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D dan E pada lembar

jawaban yang sudah disediakan.

Seorang perempuan berumur 27 tahun datang kebidan praktek swasta,

untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, ini kehamilan yang

pertamanya dan sudah menikah selama 2 tahun dan tidak pernah

melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya sampai umur

kehamilannya sekarang yang sudah 36 minggu. Ibu ini datang dengan

keluhan bayinya tidak bergerak selama satu hari dan merasa cemas tentang

keadaan bayinya.

1. Dari kasus di atas yang dimaksud dengan “komunikasi efektif bidan-

pasien” adalah....

Page 107: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

a. Hubungan yang berlangsung antara bidan dengan pasiennya

selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di

ruang praktik perorangan/poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas

dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan

pasien.

b. Pengembangan hubungan bidan secara efektif yang berlangsung

secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi dalam

rangka membangun kerja sama antara bidan dengan pasien

c. Pengetahuan dan keterampilan mengenai komunikasi yang

mengikuti langkah-langkah komunikasi, mulai dari memberi

perhatian sampai menyimpulkan hasilnya.

d. Konsultasi masalah kesehatan antara bidan dan pasien yang

dapat menghasilkan satu kesimpulan

e. Konsultasi masalah kesehatan antara bidan dan pasien

Hubungan antara klien dan bidan hanya sebatas pemebrian konseling saja.

Seorang ibu datang kebidan praktek swasta bersama suaminya, hamil anak

kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya, umur kehamilannya

sekarang sudah 37 minggu 2 hari, keluhan yang dirasakan sakit perut

tembus belakang dan sudah ada pelepasan lendir darah sejak 2 hari yang

lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi 100x/mnt, suhu 37ºC, Pernapasan

24x/mnt, suami klien merasa panik dan memukul meja meminta bidan

untuk merujuk istinya ke rumah sakit secepatnya.

2. Dari kasus diatas perbuatan atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh

suaminya melalui bahasa atau kata-kata dan dicerminkan dengan

intonasi, kecepatan bicara merupakan?

a. Pengamatan objektif

b. Penafsiran

c. Tingkah laku verbal

Page 108: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

d. Tingkah laku non verbal

e. Tingkah laku verbal dan non verbal

Pasangan suami istri datang ke puskesmas terdekat untuk memeriksa

kandungan sang istri. Istri pak Suwarto sedang hamil anak pertama dan

berusia 5 bulan dan tiba di puskesmas pasutri tersebut disambut dengan

baik oleh bidan. Kemudian terjadi percakapan antara istri dengan bidan

tersebut tentang masalah yang dialami Pasutri tersbut?

3. Jenis komunikasi dan konseling mengenai apakah yang terjadi pada

kasus diatas?

a. Konseling tanda kehamilan

b. Konseling istri pak Suwarto

c. Konseling memeriksa kandungan

d. Konseling Pra nikah

e. Konseling ibu hamil

Seorang perempuan bekerja sebagai manager disalah satu hotel ternama di

Samarinda yang berusia 27 tahun datang dengan keluhan ingin mengganti

alat kontrasepsi dengan tujuan ingin menunda kehamilan (mengatur jarak

usia anak). Ibu tersebut mempunyai 1 orang anak yang berusia 1 tahun

dengan riwayat kehamilan.

4. Konseling apakah yang terjadi pada kasus di atas?

a. Mengganti KB alat kontrasepsi

b. Mengubah keinginan untuk berhenti ber KB

c. Mengeluh karena KB

d. Merasa sedih dengan KB tersebut

e. Tetap menggunakan KB yang sekarang

Page 109: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Sebelum memeriksa pasien dan melakukan pengobatan terhadap pasien

tenaga medis harus memberikan: pengertian pertanyaan yang diajukan

adalah diagnosis yang tepat, memberikan informasi mengenai keadaan

pasien, menggunakan bahasa yang sederhana, tidak menutupi informasi.

5. Termasuk kasus apakah yang terjadi di atas?

a. Konseling antara klien dan konselor

b. Langkah seorang kesehatan berkomunikasi

c. Komunikasi efektif sebelum melakukan pengobatan

d. Komunikasi yang edukatif

e. Komunikasi kooperatif

Seorang suami datang ke puskesmas untuk memeriksa bagian matanya

yang mengalami kesakitan. Lalu konselor melayani klien yaitu pak

Ridwan tersebut dengan cara memberi penjelasan, misalnya memberi salap

mata, lalu mencontohkan cara pemberian salap pada mata, lalu

mencontohkan cara pemberian salap mata yang mengalami kesakitan dan

memberi kesempatan kepada pak Ridwan untuk mempraktikkan yang telah

diajarkan konselor.

6. Termasuk Kasus apakah di atas?

a. Komunikasi efektif konselor dengan klien

b. Bimbingan perawatan mata

c. Penerapan dan pengobatan

d. Pencegahan penyakit mata

e. Langkah dasar memberikan nasehat atau penyuluhan pada klien

Seorang perempuan berumur 35 tahun datang ke klinik perempuan

tersebut. Memiliki masalah tentang KB yang ingin dipakainya. Dia

bingung KB apa yang cocok untuk dirinya karena belakangan ini banyak

KB yang memiliki efek samping yang luar biasa.

Page 110: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

7. Bagaimana cara konselor menyikapi kasus pada perempuan tersebut?

a. Menyuruhnya untuk mengganti KB

b. Menyarankan untuk meminum pil KB

c. Melakukan suntik KB 1 bulan

d. Menyarankan agar tidak melakukan KB

e. Melakukan komunikasi efektif

Di dalam suatu kelompok yang sedang melakukan kerjasama ada seorang

teman kelompoknya tidak aktif dalam melakukan kerjasama bersama

teman kelompoknya yang lain

8. Apakah solusi yang anda lakukan kepada teman kelompok yang tidak

ikut bekerja sama…

a. Mengeluarkannya dari kelompok

b. Memarahinya

c. Tidak mengannggapnya sebagai teman lagi

d. Tidak menulis namanya di dalam kelompok

e. Bertanya kepadanya “apa yang sedang kepada anda sehingga tidak

mengikuti kerjasama dalam kelompok.

Seorang siswi SMP berinisial MR menjadi korban pengoroyokan oleh

siswi Smp dari sekolah yang berbeda di Palopo. Kasus ini berawal dari

masalah sindir-menyindir di facebook. Siswi SMP yang dikeroyok

mengalami sejumlah luka di tubuhnya. Akibatnya siswi tersebut harus

menjalani perawatan di rumah sakit. Dari contoh di atas seorang siswi

tersebut pasti akan mengalami gangguan pada mentalnya.

9. Cara apakah yang digunakan Konselor untuk menyelesaikan kasus

tersebut?

a. Komunikasi verbal

b. Komunikasi non verbal

Page 111: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

c. Komunikasi efektif

d. Komunikasi rasional

e. Komunikasi teraupetik

Seorang perempuan di puskesmas dengan kondisi pusing, mual-mual,

lemas. Perempuan tersebut sedang hamil 2 bulan dan ini merupakan

kehamilan pertama baginya. Perempuan tersebut datang berkonsultasi

dengan bidan mengapa dia sering mengalami pusing disertai mual-mual di

kehamilan pertamanya.

10. Apakah respon bidan/konselor terhadap perempuan tersebut?

a. Konselor merespon dengan cara “ini adalah hal yang wajar dan

umum terjadi kepada ibu yang sedang mengalami kehamilan

pertama

b. Mengabaikan perempuan tersebut

c. Menyuruhnya untuk pulang

d. Tidak melayani/meresponnya

e. Menyuruh perempuan tersebut untuk meminum obat mual

Seorang perempuan berumur 38 tahun memiliki 5 anak dengan riwayat

keguguran 2 kali. Datang ke bidan praktik swasta untuk menjadi akseptor

KB. Seorang wanita ini bingung ingin memilih KB yang dianggap paling

cocok untuknya, karena takut hamil kembali.

11. Sikap bidan sebagai konselor dalam membantu klien untuk

memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang benar yaitu?

a. Langsung memberi klien jenis suntikan KB.

b. Menyiapkan beberapa jenis kontrasepsi dan menjelaskan efek

sampingnya.

c. Menyuruh klien memilih jenis KB yang harganya mahal.

d. Menyarankan klien memilih jenis KB pil saja

Page 112: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

e. menyarankan klien memilih kontrasepsi hormonal.

Seorang perempuan nonverbal berumur 29 tahun, datang ke bidan praktik

untuk konsultasi mengenai pemakaian susuk KB yang sudah terpasang

selama 3 tahun. Selama pemakaian pertama klien merasa nyaman, tetapi

setelah 2 bulan terakhir ini klien merasa sering nyeri pada daerah yang

terpasang susuk. Klien merasa bingung dan ingin melepas susuk tersebut

tapi disisi lain klien juga merasa khawatir jika melepas susuk tersebut akan

hamil lagi.

12. Bentuk komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh bidan dalam

kasus diatas, agar klien mengerti tentang letak susuk dan posisi nyeri

yang dialami ibu adalah kecuali?

a. Bahasa Tubuh

b. Tanda

c. Tindakan/Perbuatan

d. Perkataan secara tertulis

e. Kode

Seorang perempuan berumur 27 tahun datang ke bidan praktik swasta

untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, ini kehamilan pertamanya

dan sudah menikah sudah selama 2 tahun dan tidak pernah melakukan

pemeriksaan kehamilan sebelumnya sampai umur kehamilannya sekarang

yang sudah 36 minggu. Ibu ini datang dengan keluhan bayinya tidak

bergerak selama satu hari dan merasa cemas tentang keadaan bayinya.

13. Berikut ini yang tidak merupakan contoh hasil komunikasi efektif

adalah….

a. Pasien merasa bidan menjelaskan keadaan sesuai tujuan

pengobatannya.

Page 113: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

b. Pasien merasa bidan mendengar keluahannya dan mau memahami

keterbatasan kemampuannya dan bersama mencari alternative

sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya.

c. Pasien mau bekerja sama dengan bidan dalam menjalankan upaya

pengobatan.

d. Pasien merasa dirinya kurang puas dengan pelayanan yang bidan

berikan, dan memilih untuk berobat ke dokter.

e. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau

komplementer atau menyembuhkan sendiri.

Seorang perempuan datang ke bidan praktik swasta bersama suaminya. Ibu

itu sedang hamil anak kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya,

umur kehamilannya sekarang sudah memasuki usia 37 minggu 2 hari,

keluhan yang dirasakan sakit perut tembus belakang dan sudah ada

pelepasan lender darah sejak dua hari yang lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi

100x/menit, suami klien merasa panik dan memukul meja meminta bidan

untuk merujuk istrinya ke rumah sakit secepatnya

14. Kepekaan dalam observasi bidan terhadap kejadian diatas merupakan

hal yang paling mendasar dalam membina?

a. Komunikasi Bijaksana

b. Komunikasi Efektif

c. Komunikasi Terpadu

d. Komunikasi Teraupetik

e. Komunikasi Interpersonal

Seorang ibu datang ke bidan praktek swasta bersama suaminya hamil anak

kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya umur kehamilannya

sekarang sudah 37 minggu 2 hari keluhan yang dirasakan sakit perut

tembus belakang dan sudah ada pelepasan lendir darah sejak 2 hari yang

Page 114: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi 100 kali/menit, suhu 37C, pernafasan 24

kali permenit, suami klien panik dan memukul meja meminta bidan untuk

merujuk istrinya ke rumah sakit secepatnya.

15. Dari kasus diatas perbuatan atau tigkah laku yang ditunjukkan

suaminya melalui bahasa atau kata-kata dan dicerminkan dengan

intonasi, kecepatan bicara merupakan...

a. Pengamatan objektif

b. Penafsiran

c. Tingkah laku verbal

d. Tingkah laku non verbal

e. Tingkah laku verbal dan non verbal

Seorang wanita berumur 28 tahun memiliki anak 5, riwayat keguguran 2

kali datang kebidan praktik swasta untuk menjadi akseptor KB, wanita ini

bingung ingin memilih KB yang dianggap paling cocok untuknya, karena

takut hamil kembali.

16. Sikap bidan sebagai konselor dalam membantu klien untuk memilih

dan memutuskan jenis kontrasepsi yang benar adalah...

a. Langsung memberi klien jenis suntikan KB

b. Menyiapkan beberapa jenis kontrasepsi dan menjelaskan efek

sampingnya

c. Menyuruh klien memilih jenis KB yang harganya mahal

d. Menyarankan klien untuk KB pil saja

e. Menyarankan klien memilih kontrasepsi hormonal

Seorang perempuan umur 17 tahun baru menikah satu bulan bersama

suaminya datang kebidan bermaksud menunda kehamilan 6 bulan dengan

ikut KB saat ini Ny. S haid hari ke 4

Page 115: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

17. Untuk menentukan alakon pasangan tersebut bidan perlu melakukan

konseling tentang?

a. Cara kerja alat kontrasepsi

b. Efek samping alat kontrasepsi

c. Lama menggunakan alat kontrasepsi

d. Pemasangan alat kontrasepsi

e. Macam-macam alat kontrasepsi

Seorang perempuan usia 35 tahun sudah memiliki 2 orang anak, 3 tahun

dan 1 tahun datang ke puskesmas untuk ber KB hasil pengkajian pasien

belum pernah ber KB pada dokumentasi bidan menggaris bawahi usia

pasien

18. Apakah alasan bidan menganggap usia penting di perhatikan pada

kasus tersebut....

a. Usia 35 tahunan batas resiko

b. Pasien terlambat ber KB

c. Pasien belum pernah ber KB

d. Karena pasien sudah memiliki 2 anak

e. Untuk penentuan alternatif KB yang dipilih

Page 116: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

KUNCI JAWABAN

NO KET NO KET

1 B 11 B

2 C 12 D

3 E 13 E

4 A 14 B

5 C 15 C

6 E 16 B

7 E 17 E

8 E 18 E

9 E

10 A

Page 117: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggorowati, Rokhmah, A.N. 2017. “Komunikasi Efektif Dalam

Praktek Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan

Kualitas Pelayanan”. Journal of Health Studies. 1(1). 65-71.

2. Dalami. 2012. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik

Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Komunikasi

Efektif. Jakarta: Depkes RI

4. Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.

Bandung: Remaja Rosdakarya

5. Fitramaya, Uripmi. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

6. IBI, 2003. 9 Modul Kebidanan (Modul Pelatihan Konseling Bagi

Bidan Pada Klinik IBI).Jakarta

7. Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

8. K.M., Rochmah. 2002. Komunikasi & Konseling dalam Asuhan

Kebidanan. Jakarta : EGC

9. Lindawati, Rita Dwi. 2014. “Komunikasi Intrapersonal Sebagai

Pondasi Komunikasi Interpersonal” (Online)

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-

bea-dan-cukai/19683komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-

komunikasi-interpersonal. (diakses 18 Maret 2016).

Page 118: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

10. Lestari, A. 2010. Buku Saku Kominikasi Dan Konseling Dalam

Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

11. M.Taufik Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik Dan Konseling

Dalam Praktik kebidanan. Jakarta selatan: Salemba Medika

12. MNH. 2002. Bab Pelatihan Keterampilan Komunikasi

Interpersonal/konseling. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

13. Nurmala, Rina, Syarif Maulana & Arie Prasetio. 2016.

Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Proses Kegiatan Belajar

Mengajar, jurnal . Universitas Telkom, Fakultas Komunikasi dan

Bisnis. Vol.3 No.1 April 2016,

https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/107361/jurn

al_eproc/komunikasi-verbal-dan-nonverbal-dalam-proseskegiatan-

belajar-mengajar-studi-kasus-padaproses-kegiatanbelajarmengajar-

di-rumah-bintang-gangnangkasuniwastukencana-bandung.

14. Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam

Sarana Pelayanan kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta:

Salemba Medika

15. Rakhmat, Jalaudin.1966.Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja

Rosdakarya.

16. Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi

Aksara.

17. Romauli, Suryati. 2013. Komuniksi Kebidanan. Jakarta: Trans Info

Media

18. Romlah, Tatiek. 2016. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok.

Malang

19. Sunarni Neli, D Tina, Judistiani, dkk. 2016. “Hubungan

Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh

Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik

Mandiri”. Jurnal IJEMC. 3(2).

20. S Astrid. 1977. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung :

Binacipta

Page 119: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

21. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta:

EGC

22. Tyastuti, S., Kusmiyati, Y., & Handayani, S. 2010. Komunikasi

dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta:

23. Uripni, C.L. 2012. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

24. Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan

Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.

25. Wahyunigrum, Ema dan Yogi Andhi Lestari. 2010. Buku Saku

Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media.

26. Wulandari. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik

Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

27. Yulifah & Yuswanto, Y. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Page 120: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Page 121: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

TENTANG PENULIS

Israini Suriati, S.ST., M.Keb. Lahir di Cilellang,

20 Februari 1989. Merupakan dosen Prodi DIII

Kebidanan Universitas Muhammadiyah Palopo.

Penulis saat ini tinggal di Lorong Toangkajang,

Desa Saluparemang Selatan, RT. 01 RW. 01. Kec.

Kamanre, Kab. Luwu, Sul-Sel. Penulis

menempuh pendidikan formal di SD Negeri 249

Turangan Datu (996-2001), SLTP Negeri 1,

Cilallang (2001 – 2004), SMA Neg.1 Belopa

(2004-2007), D-3 Kebidanan AKBID Muhammadiyah Palopo

(2007 – 2010), D-4 Bidan Pendidik STIKES Mega Buana , Palopo ( 2010

– 2011). Pada tahun 2012 penulis menjadi Laboran AKBID

Muhammadiyah Palopo hingga tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis

melanjutkan Studi Magister Ilmu Kebidanan di Universitas Hasanuddin

Makassar dan lulus pada tahun 2018. Pernah menjabat Sekretaris UPM

AKBID Muh.Palopo pada tahun 2017-2019. Penulis menjabat sebagai

sekretaris LPM UM Palopo pada tahun 2019 hingga sekarang.

Pengalaman Organisasi penulis, sejak 2011- sekarang telah

terdaftar sebagai anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Cab. Kota Palopo.

Tahun 2010 hingga 2014 penulis masuk di divisi kesehatan PD. Nasiyatul

Aisyiyah, kemudian di tahun 2014-2018 sebagai Anggota Majelis

Kesehatan PD. Aisyiyah Kota Palopo

Penulis sering mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu Pelatihan Perseptor

/ Mentor Clinical Instructur (CI), Palopo, Workshop Nasional Peningkatan

Mutu Dosen Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Program Riset

Terapan di Makassar. Pelatihan Kegawatdaruratan dan Resusitasi di

Page 122: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan

Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan Israini Suriati.& Yusnidar

Palopo. Penerapan Standar Asuhan Kebidanan di Makassar. Metodologi

Penelitian di Palopo. Pelatihan dasar etik peneitian kesehatan dan cara uji

klinik yang baik, UNHAS di Makassar. Penulisan Proposal Penelitian

KEMENRISTEK DIKTI.

Untuk menghubungi penulis dapat melai alamat Email

[email protected].

Yusnidar, S.ST., M.Keb, lahir di Kandoa, 12

Februari 1990. Merupakan dosen Prodi DIII

Kebidanan Universitas Muhammadiyah

Palopo. Penulis saat ini tinggal Dsn.

Malenggang, RT/RW 002/001, Desa Puty,

Kec. Bua, Kab. Luwu, Sulsel.

Penulis menempuh pendidikan formal

di SDN 63 Kandoa (1996-2002), SMP Negeri

2 Bua (2002 – 2005), SMAN 1 Bua (2005-

2008), D-3 Kebidanan AKBID

Muhammadiyah Palopo (2008 –2011), D4

Bidan Pendidik Stikes Mega Reski Makassar (2013 – 2014). S2 Kebidanan

Universitas Hasanuddin (2016-2018). Pada tahun 201-2014 penulis

menjadi Bidan di UPTD Puskesmas Cenrana. Telah menjadi dosen di DIII

kebidanan AKBID Muhammadiyah Palopo pada tahun 2014 – 2018.

Pengalaman Organisasi penulis pernah menjadi sekertaris Remaja

Mesjid Nurul Ilmi. Merupakan Anggota Karang Taruna Desa Puty. Penulis

meupakan Anggota Palang Merah Indonesia. Penulis terdaftar sebagai

anggota IBI cabang Palopo dan penulis merupakan Anggota Aisyiyah Kota

Palopo.

Penulis juga telah mengkuti kegiatan-kegiatan pelatihan seperti

Pelatihan Perseptor/Mentor Clinical Instructur (CI) di Palopo . Workshop

Rahasia Menulis Buku Ilmiah Populer di Universitas Muhammadiyah

Palopo. Pelatihan dasar etik peneitian kesehatan dan cara uji klinik yang

baik, UNHAS Makassar dan Pelatihan Penulisan Soal Uji Kompetensi

Bidan Di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 123: BAHAN AJAR Komunikasi Kebidanan