bahan ajar fisika atom
DESCRIPTION
fisikaTRANSCRIPT
BAB I
TERORI ATOM KLASIK
PENDAHULUAN
Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang
bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak
memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama
bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda
bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah
proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur
kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak
dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai
komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan
Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini
dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi
menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para
fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom,
membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang digunakan pada fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Relatif terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang sangat kecil
dengan massa yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau menggunakan peralatan
khusus seperti mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope). Lebih
dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa
hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil
yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi yang
mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron yang terikat pada atom mengandung
sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras
tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi
antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan
mempengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.
Teori atom telah lama berkembang mulai pada beberapa abad sebelum masehi.
Teori ini telah menjadi pertanyaan besar dikalangan ahli filsuf Yunani. Demokritus
(464 SM) berpendapat bahwa suatu matari bersifat “ diskontinu”, artinya jika suatu
materi jika dibelah secara terus-menerus , akan diperoeh materi terkecil yang tidak
dapat dibelah lagi. Generasi penerusnya seperti Plato dan Aristoteles tidak
meneruskan pemikiran ini. Menurut mereka materi bersifat kontinu, yang berarti akan
terus –menerus akan dapat dibelah. Perbedaan pendapat ini terus berkembang hingga
muncul teori Atom Dalton yang mula berpijak pada penemuan secara eksperimen.
1. TEORI ATOM MENURUT DEMOKRITUS
Demokritus adalah salah seorang filosof Yunani . ia mengemukakan bahwa
alam semesta in terdiri dari ruang hampa dan partikel-partikel yang tak dapat dilihat
dengan mata, tak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagan yang lebih kecil dan
jumlahnya tak terbatas. Partikel-partikel tersebut pada dasarnya sama. Bla ada
perbedaan maka perbedaanya hanyalah dalam bentuk kedudukan dan susunannya
saja. Selanjutnya mengenai materi yang tak dapat dibagi-bagi lagi ini dinamakan
Atom; berasal dar kata “atomos” yang berarti a= tidak, dan tomos=dibagi-bagi.
Diantara atom-atom terseut terdapat ruang hampa yang memberikan kemungkinan
kepada atom-atom tersebut untuk bergerak.
Pendapat demokritus tersebut ditentang oleh Aristoteles dengan
argumentasinya sebagai berikut “ if then, some one of the things which are is
constantly dissapering, why has not whole of what is bean used up long ago and
vanshed away?” yang artinya; bila pendapat demokrtus itu benar, maka benda-benda
yang telah lama dan tak berguna lagi tidak perlu dihancurkan sebab tidak kelihatan,
yang berarti tidak menimbulkan masalah.
Akbat tantangan ini, teori atom menjadi tidak berkembang selama lebih dari
2000 tahun.
2. TEORI ATOM MENURUT JOHN DALTON
John Dalton adalah seorang guru berkebangsaan Inggris. Ia mengemukakan
teori atom berdasarkan Hukum Kekekalan Massa (dikemukakan oleh Antonie
Lavoiser) dan Hukum Perbandingan Tetap (dikemukakan oleh Joseph Proust).
Teori atom Dalton melputi 4 hal sebagai berikut.
1. Tiap-tiap unsure kimia disusun atas partkel-partikel yang tidak dapat dipecah lagi
yang disebut atom. Atom tidak dapat dicptakan atau dimusnahkan selama peubahan
kimia. Atom-atom berbentuk bulat seperti bola.
2. Atom-atom penyusun suatu unsure adalah sama dalam massa(berat) dan sifat-sifat
tertentu. Namun, atom-atom suatu unsure berbeda dengan atom-atom unsure lainnya.
3. Ketika membentuk senyawa-senyawanya, unsure-unsur yang berbeda bergbung
dengan perbandingan yang sederhana.
4. Suatu reaksi kimia semata-mata merupakan pemindahan atom-atom dari suatu set
kombinasi ke kombinasi yang lainnya. Atom-atom itu secara individual selalu tetap
dan tidak berubah.
Teori atom Dalton memberikan rncian dan penjelasan yang lebih lengkap
daripada pernyataan Demokritus.
3. TEORI ATOM MENURUT J.J.THOMSON
Teori atom Dalton cukup lama dianut oleh para ahli saat itu hingga
ditemukannya electron yang bermuatan negatif oleh J.J. Thomson pada tahun 1897.
Penemuan electron ini mematahkan teori atom Dalton bahwa atom merupakan materi
terkecil. Oleh karena electron bermuatan negatif, maka Thomson berpikir bahwa ada
muatan positif sebagai penyeimbang. Dengan demikian atom bersifat netral.
Model atom Thomson menggambarkan bahwa atom merupakan suatu bola
yang bermuatan positif. Sementara itu, electron (bagian atom yang bermuatan negatif)
tersebar merata didalam bola tersebut. Muatan-muatan negatif tersebut tersebut
tersebar seperti kismis pada roti kismis. Jumlah muatan positif sama dengan muatan
negatif sehingga atom bersifat netral.
4. TEORI ATOM MENURUT ERNEST RUTHERFORD
Pada tahun 1911, Rutherford bersama kedua mahasiswanya(Geiger dan Ernest
Marsden) melakukan percobaan dengan menembak lapisan tips emas dengan
menggunakan partikel- . Hasil eksperimen ini berhasil menyempurnakan teori atom
guru Rutherford, yaitu J.J. Thomson. Rutherford mengemukakan model atomnya
sebagai berikut.
1. Sebagian besar massa dan seluruh muatan positif yang terdapat dalam atom yang
berpusat diwilayah yang sangat kecil yang disebut int atom. Atom itu sendiri
merupakan ruang kosong.
2. Besarnya muatan positif adalah berbeda antara satu atom dengan atom lainnya.
3. Banyaknya electron di sekitar inti atom sama banyaknya dengan muatan posiif pada
inti atom. Atom itu sendiri secara keseluruhan bersifat netral.
proton
electron
FZ
Fc
gambar di atas memperkenalkan sebuah electron bermuatan –e dan memiliki massa m
, berputar mengelilngi inti atom dengan kecepatan v serta radius kelling r
menimbulkan sesuai hukum mekanika klasik sebuah gaya sentrifugal sebesar
…………………………….. 1
Electron yang diatas mengalami gaya lemparan sentrifugal Fz itu sekaligus
mengalami juga gaya tarik antara int atom dan electron yang disebut gaya coulomb Fc
sebesar:
…………………………. 2
Fz dan Fc saling mengimbangi sehingga didapatkan
…………………………… 3
Energinya terdri dari energy knetik dan energy potensial
…………………… 4
Energy kinetic yang sudah dikenal berupa
………………………………. 5
Bila sekarang rumus terakir ini dikaitkan dengan rumus ke 3 maka persamaan akan
menjadi
…………… 6
Sedangkan energy potensial sendri dihtung melalui gaya Fc
atau ……………… 7
Akhirnya energy total sebuah electron adalah
…………………… 8
Disin, adalah permeabilitas di hampa udara dan c adalah sebuah konstanta.
Energi Atom Hidrogen
Energi atom hidrogen terdiri dari tenaga kinetik K dabn tenaga potensial V.
............................................(ii)
Tanda (-) menyatakan bahwa gaya pada elektron berada dalam arah –r. Berdasarkan
persamaan diatas dapat dikatakan bahwa energi total elektron negatif. Hal ini berlaku untuk
setiap elektron atomik dan mencerminkan bahwa elektron terikat oleh inti. Jika E lebih besar
dari nol maka elektron tidak akan mengikuti orbit tertutup disekeliling inti.
Berdasarkan persamaan (ii) nampak berkurangnya energi elektron tersebut akan
menyebabkan jari-jari orbit elektron mengecil dan akhirnya jatuh ke inti. Selain itu,
berkurangnya energi tersebut menyebabkan frekuensi gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan secara kontinu, yang berarti bahwa atom tersebut menghasilkan spektrum yang
kontinu. Hal ini bertentangan dengan, kenyataan yang ada yaitu bahwa tiap atom
menghasilkan deretan frekuensi gelombang elektromagnetik yang diskrit berupa spektrum
garis.
r
-E
E = energi total
e =muatan electron
r =jari-jari orbit elektron
Analisis yang dilakukan di atas merupakan penerapan langsung dari hukum gerak
Newton dengan hukum Coulumb mengenai gaya listrik dan sesuai dengan pengamatan
bahwa atom tersebut mantap. Namun keadaan ini tidak sesuai dengan teori elektromagnetik
yang menyatakan bahwa muatan listrik yang dipercepat akan memancarkan energi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik. Sebuah elektron yang melintasi lintasan lengkung
merupakan partikel yang dipercepat, jadi harus kehilangan energi terus-menerus membentuk
lintasan berbentuk spiral menuju inti.
Ketika teori ini di uji secara langsung, ramalan teori elektromagnetik selalu cocok dengan
eksperimen, namun teori atom tetap berlaku. Kontradiksi ini hanya mungkin karena hukum
fisika yang berlaku dalam dunia makroskopis tidak berlaku dalam dunia mikroskopis atom.
Penyebab kegagalan fisika klasik untuk mengasilkan analisis struktur atomik yang berarti
ialah kenyataan fisika klasik untuk menghasilkan analisis struktur menghampiri alam secara
eksklusif dalam konsep abstrak partikel murni atau gelombang murni.
Namun, teori atom Rutherford juga mempunyai kelemahan dimana elektron yang
mengelilingi inti akan memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik
sehingga lintasannya berbentuk spiral mendekati inti dan akhirnya jatuh ke inti. Selain itu,
teori ini tidak dapat menerangkan spektrum atom dan struktur stabil pada inti atom.
Kelemahan Model Atom Rutherford
a. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan
energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu
akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti.
b. Model Atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan cara
rotasinya terhadap ini atom.
c. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi tidak stabil.
d. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).
Kelemahan dari atom Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke
dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai
pemancaran energi sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya
makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti. Ambilah seutas tali dan salah satu
ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang. Putarkan tali
tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama kelamaan putarannya akan
pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah dan Anda pegal memegang
tali tersebut. Karena Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang
nanti disebut dengan kulit
Satu – satunya model atom yang di dapatkan Rutherford yang bisa menerangkan
hamburan partikel alfa ialah model dengan inti kecil yang bermuatan positif yang merupakan
tempat terkonsentrsinya hampir seluruh massa atom dengan elektron – elektronnya terdapat
pada jarak yang agak jauh. Dengan memandang sebuah atom sebagai sesuatu yang terdiri dari
bagian besar ruang hampa, sehingga dengan mudah melihat mengapa sebagian besar dari
partikel alfa dapat menembus selaput logam. Namun bila partikel alfa mendekati inti partikel
itu akan mengalami medan listrik yang kuat dan mempunyai peluang besar untuk di hambur
dengan sudut yang besar. Elektron atom tersebut yang sangat ringan hampir tidak
mempengaruhi gerak partikel alfa yang datang.
Perkiraan numerik intensitas medan listrik dalam model Thomson dan Rutherford
menunjukkan secara jelas perbedaan dari kedua model itu. Anggapan Thomson muatan
positif dalam atom emas tersebar merata keseluruh volume dan kita mengabaikan elektron
sepenuhnya, maka intesitas listrik pada permukaan atom (pada tempat itu intensitasnya
maksimum) ialah sekitar 1013 V/ m. Sebaliknya jika mengikuti anggapan Rutherford
bahwa muatan positif dalam atom emas terkonsentrasi dalam inti kecil pada pusatnya
maka insentensitas listrik pada permukaan inti melebihi 1021 V/ m – suatu faktor 108 lebih
besar. Medan sekuat itu dapat mendefleksi bahkan membalik arah partikel alfa energetik
yang datang dekat pada inti, sedangkan medan lemah model atom Thomson tidak dapat.
DAFTAR PUSTAKA
Beser ; Arthur. KONSEP FISIKA MODERN. Edisi 4.Erlangga.1987
E. Rutherford. The Scattering of α and β Particles by Matter and the Structure of the Atom. April 1911, Philos. Mag, 21:669-688,
Soedjono. ASAS – ASAS FISIKA MODERN. Jilid 4 universitas Gadja Mada. Jogja .2001
BAB II
TEORI ATOM SEMI KUANTUM
TEORI ATOM NIELS BOHR dan TEORI ATOM SOMMERFEED
A. Latar Belakang
Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan
elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung
campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral
(terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron
pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian
pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah
molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama
bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang
berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan
berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton
pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron
menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω),
yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-
bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi
pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17
dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan
menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi
menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah
tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang
digunakan pada fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Relatif terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang
sangat kecil dengan massa yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat
dipantau menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop penerowongan
payaran (scanning tunneling microscope). Lebih dari 99,9% massa atom
berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir
sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak
stabil yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada
inti. Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi,
ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras
tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan
perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat
kimiawi sebuah unsur dan mempengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. Teori atom Bohr
Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak Einstein
menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum atom
hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori
atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom dari
Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila
elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi, elektron akan meloncat keluar
menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum
energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom.
Gagasan Kunci Model atom Bohr
1. Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momentum yang
terkuantisasi, dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini berarti tidak setiap
orbit, melainkan hanya beberapa orbit spesifik yang dimungkinkan ada yang berada
pada jarak yang spesifik dari inti.
2. Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan sebagaimana
mereka bergerak di dalam orbit, melainkan akan tetap stabil di dalam sebuah orbit yang
tidak meluruh.
Postulat Dasar Model Atom Bohr
Ada empat postulat yang digunakan untuk menutupi kelemahan model atom
Rutherford, antara lain :
1. Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar
berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom ; gerak elektron tersebut dipengaruhi oleh
gaya coulomb sesuai dengan kaidah mekanika klasik.
2. Lintas edar elektron dalam hydrogen yang mantap hanyalah memiliki harga momentum
angular L yang merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi dengan 2π.
dimana n = 1,2,3,… dan disebut sebagai bilangan kuantum utama, dan h adalah
konstanta Planck.
3. Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan
energi elektromagnetik, dalam hal ini energi totalnya E tidak berubah.
4. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energi tinggi EU ke keadaan energi lebih
rendah EI, sebuah foton dengan energi hυ=EU-EI diemisikan. Jika sebuah foton diserap,
atom tersebut akan bertransisi ke keadaan energi rendah ke keadaan energi tinggi.
Model Atom Bohr
”Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit tertentu
disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari suatu nilai
kuantum dasar. (John Gribbin, 2002)”
Model Bohr dari atom hidrogen menggambarkan elektron-elektron bermuatan negatif
mengorbit pada kulit atom dalam lintasan tertentu mengelilingi inti atom yang bermuatan
positif. Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya selalu disertai dengan
pemancaran atau penyerapan sejumlah energi elektromagnetik hf.
Menurut Bohr :
” Ada aturan fisika kuantum yang hanya mengizinkan sejumlah tertentu elektron dalam
tiap orbit. Hanya ada ruang untuk dua elektron dalam orbit terdekat dari inti. (John Gribbin,
2005)”
Gambar 1. Model Atom Bohr
Model ini adalah pengembangan dari (1904), model Saturnian (1904), dan model
Rutherford (1911). Karena model Bohr adalah pengembangan dari model Rutherford,
banyak sumber mengkombinasikan kedua nama dalam penyebutannya menjadi model
Rutherford-Bohr.
Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan formula Rydberg mengenai
garis-garis emisi spektral atom hidrogen, walaupun formula Rydberg sudah dikenal
secara eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan teoritis sebelum
model Bohr diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr menjelaskan alasan untuk
struktur formula Rydberg, ia juga memberikan justifikasi hasil empirisnya dalam hal
suku-suku konstanta fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai sebuah
teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama dari atom hidrogen
menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dan dengan demikian dapat
dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena
kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr
tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.
Gambar 2. Model Bohr untuk atom hydrogen
Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst. Bilangan ini
dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga digunakan untuk menamakan
lintasan
Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu dengan jari-
jari minimum a0 = 0,53 Å
Jika elektron tertarik ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan dan energi
elektron menjadi lebih rendah sebesar
Gambar 3. Tingkat-tingkat energi atom Hydrogen
Tingkatan energi elektron dalam atom hidrogen
Model Bohr hanya akurat untuk sistem satu elektron seperti atom hidrogen atau
helium yang terionisasi satu kali. Penurunan rumusan tingkat-tingkat energi atom
hidrogen menggunakan model Bohr.
Penurunan rumus didasarkan pada tiga asumsi sederhana:
1) Energi sebuah elektron dalam orbit adalah penjumlahan energi kinetik dan energi
potensialnya:
dengan k = 1 / (4πε0), dan qe adalah muatan elektron.
2) Momentum sudut elektron hanya boleh memiliki harga diskret tertentu:
dengan n = 1,2,3,… dan disebut bilangan kuantum utama, h adalah konstanta Planck, dan
.
3) Elektron berada dalam orbit diatur oleh gaya coulomb. Ini berarti gaya coulomb sama
dengan gaya sentripetal:
Dengan mengalikan ke-2 sisi persamaan (3) dengan r didapatkan:
Suku di sisi kiri menyatakan energi potensial, sehingga persamaan untuk energi
menjadi:
Dengan menyelesaikan persamaan (2) untuk r, didapatkan harga jari-jari yang
diperkenankan:
Dengan memasukkan persamaan (6) ke persamaan (4), maka diperoleh:
Dengan membagi kedua sisi persamaan (7) dengan mev didapatkan
Dengan memasukkan harga v pada persamaan energi (persamaan (5)), dan
kemudian mensubstitusikan harga untuk k dan , maka energi pada tingkatan orbit
yang berbeda dari atom hidrogen dapat ditentukan sebagai berikut:
Dengan memasukkan harga semua konstanta, didapatkan,
Dengan demikian, tingkat energi terendah untuk atom hidrogen (n = 1) adalah -
13.6 eV. Tingkat energi berikutnya (n = 2) adalah -3.4 eV. Tingkat energi ketiga (n =
3) adalah -1.51 eV, dan seterusnya. Harga-harga energi ini adalah negatif, yang
menyatakan bahwa elektron berada dalam keadaan terikat dengan proton. Harga
energi yang positif berhubungan dengan atom yang berada dalam keadaan terionisasi
yaitu ketika elektron tidak lagi terikat, tetapi dalam keadaan tersebar.
Dengan teori kuantum, Bohr juga menemukan rumus matematika yang dapat
dipergunakan untuk menghitung panjang gelombang dari semua garis yang muncul dalam
spektrum atom hidrogen. Nilai hasil perhitungan ternyata sangat cocok dengan yang
diperoleh dari percobaan langsung. Namun untuk unsur yang lebih rumit dari hidrogen, teori
Bohr ini ternyata tidak cocok dalam meramalkan panjang gelombang garis spektrum.
Meskipun demikian, teori ini diakui sebagai langkah maju dalam menjelaskan fenomena-
fenomena fisika yang terjadi dalam tingkatan atomik. Teori kuantum dari Planck diakui
kebenarannya karena dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai fenomena fisika yang saat
itu tidak bisa diterangkan dengan teori klasik.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Bohr
o Keberhasilan teori Bohr terletak pada kemampuannya untuk meeramalkan
garis-garis dalam spektrum atom hidrogen
o Salah satu penemuan adalah sekumpulan garis halus, terutama jika atom-atom
yang dieksitasikan diletakkan pada medan magnet
Kelemahan
Struktur garis halus ini dijelaskan melalui modifikasi teori Bohr tetapi teori ini
tidak pernah berhasil memerikan spektrum selain atom hydrogen
Belum mampu menjelaskan adanya stuktur halus(fine structure) pada
spectrum, yaitu 2 atau lebih garis yang sangat berdekatan
Belum dapat menerangkan spektrum atom kompleks
Itensitas relatif dari tiap garis spektrum emisi.
Efek Zeeman, yaitu terpecahnya garis spektrum bila atom berada dalam
medan magnet.
B. MODEL ATOM SOMMERFELD
Kekurangan yang terasa pada model atom Bohr dicari penyempurnaannya oleh ilmuwan lain
seperti dalam hal ini seorang ilmuwan Fisika yang bernama Sommerfeld. Kalau Bohr beranggapan
lintas orbital electron keliling inti atom berupa lingkaran, maka Sommerfeld berpegang pada prinsip
mekanika klasik yang mengatakan massa yang dipengaruhi oleh suatu pusat gaya akan berputar
secara elipstis.
Sebuah elips itu seperti diketahui memiliki setengah sumbu besar an dan setengah sumbu kecil bn dan
eksentrisitas :
ε : √ 1- ( bn/an)2
Seperti diketahui tiap radius lingkaran tertentu rn hanya identik dengan sebuah lingkaran
saja. Sedangkan elips dengan setengah sumbu besar an dapat menggambarkan sejumlah elips,
sehingga untuk menentukan satu bentuk tertentu membutuhkan tambahan data yakni nilai an dan ε
tadi.
Gambar berikut menggambarkan elips – elips yang memiliki sumbu besar dan titik pusat
yang sama namun memiliki angka eksentrisitas yang berbeda.
ENERGI
Untuk menghitung energi dari electron yang berputar elipstis itu, kita harus dapat
menggambarkan terlebih dahulu jalannya sebuah electron di orbit elips dan untuk itu ada baiknya
diterapkan disini dasar koordinat yang lebih mudah yaitu kordinat sistem polar. Koordinat polar
seperti yang kita lihat pada gambar di bawah
Dalam gambar tersebut diperlihatkan bagaimana elemen jarak kurva elips ds dikaitkan dengan
elemen dr dan sudut dφ dan disampng itu berhubungan sudut φ dianggap sangat kecil sehingga r
sinφ = r.φ dan oleh karena itu elemen garis elips ds dapat dipandang garis lurus :
r
r.dφ ds
r+dr dr
Sebuah electron keliling orbit elips dengan muatan –e, kecepatan v dan memiliki jari – jari r
bersudut φ. Gambar sebelah kanan merupakan gambar detail dimana karena sudut φ sangat kecil
sehingga berlaku :
ds2 : dr2 + r2dφ2
dalam koordinat polar dr disebut bagian radial dan dφ adalah bagian asimutal. Disamping itu
kecepatan electron bergerak diorbit elips itu dapat ditulis :
v : ds/dt dan dengan demikian dapat sekarang dihitung energi kinetik dalam koordinat
polar sebagai berikut :
Ekin = ½ mv2 = ½ [m(dr/dt)2 + mr2(dφ/dt)2]
Diketahui bahwa implus Lr dan Lφ dapat diperoleh bila energi kinetik di diferensialkan secara
parsial kecepatan, sehingga koordinat implus orbital radialnya menjadi :
δEk/δ(dr/dt) = Lr = m (dr/dt)
sedangkan koordinat Impuls orbital asimul menjadi :
δEk/δ(dφ/dt) = Lr = m r2 (dφ/dt)
dan dengan demiikian energi kinetic menjadi :
Ek : ½ m (Lr2+ 1/r2 Lφ
2)
Dengan diketahui energi potensial
Ep : -ze2/4πε0r
Maka energi total menjadi :
Et = Ep + Ek = (-ze2/4πε0r)+ (½ m (Lr2+ 1/r2 Lφ
2))
Disini perlu ditambahkan uraian tanpa detailnya, khususnya mengenai kecepatan luas
mengatakan bahwa kecepatan bidang dalam elips adalah konstan dA/dt = konstan (A : bidang
luas)membawa kesimpulan :
Lφ/2m : konstan
Selanjutnya untuk semua itu dapat dikaitkan dengan persyaratan maka Sommerfeld dengan
memperhitungkan rumus terakhir menetapkan kondisi kuantumnya sebagai berikut : persyaratan
kuantum radial :
∫Lrdr : nrh
Persyaratan untuk kuantum asimutal :
2π
∫Lφdφ : 2πLφ : konstan - nφh
0
Lφ : nφ ћ : konstan
Dimana seperti yang telah disampaikan sebelumnya ћ = h/2π
Disini bilangan kuantum radial nr : 0,1,2,3,…,sedangkan bilangan kuantum asimutal,
nφ: 1,2,3,….n, dan bila ini disubstitusikan pada rumus energi diatas menjadi :
En = - Z2e4m / 8εo2h2(nr+nφ)2
Atau En = - Z2e4m / 32π2 ε02 (nr+nφ)2
Disini berlaku kenyataan bahwa bilangan kuantum utama n pada energi versi teori Bohr
terurai menjadi :
n : nr + nφ
dalam hal ini besarnya energi Bohr – Sommerfeld itu betul - betul tergantung pada bilangan
kuantum n saja dan tidak pada masing –masing besaran dari n r dan nφ. Disamping itu orbit elips itu
ditentukan oleh perbandingan :
n/nφ = an/bn
dimana an dan bn adalah sumbu besar dan kecil sebuah elips ini berarti bahwa bila pada kondisi n r : 0,
dimana Lφ : 0 atau an =bn sehingga n/nφ = 1, maka disini didapat orbit berbentuk lingkaran sesuai
dengan versi model atom Bohr.
Selanjutnya untuk setiap nilai n akan didapatkan n kali orbit elips dimana salah satu
diantaranya berupa orbit lingkaran seperti dapat dilihat pada tabel berikut :
N nφ Εnr+nφ an Bn+nφ Orbit
1 1 0 r1 1r1=a Lingkaran
2 1
2
1/2√3
0
4r1 2r1
4r1
Elips
Lingkaran
3 1
2
3
2/3√3
1/3√5
0
9r1 3r1
6r1
9r1
Elips
Elips
Lingkaran
4 1
2
3
4
1/4√17
1/2√3
1/4√7
0
16r1 4r1
8r1
12r1
16r1
Elips
Elips
Elips
Lingkaran
Jadi jelas sekarang bahwa sebuah electron dapat menempatkan dirinya pada posisi kuantum
n= nr + nφ tertentu katakan n = 3, maka electron ini akan memiliki energi E3 yang sama berlaku untuk
semua orbit yang tersedia yakni n = 3 buah. Perlu dipertegas sekali lagi bahwa impuls orbital elips itu
harus terkuantum dengan persyaratan bilangan kuantum nr dan nφ yang telah ditetapkan.
Selanjutnya untuk memudahkan pembahasan berikutnya, maka ada baiknya nφ diganti dengan
bilangan kuantum yang lebih layak dikenal yakni ℓ dengan korelasi :
ℓ : nφ – 1 dan ℓ:0,1,2,3,…..n-1dan rumus orbital elips menjadi
Lφ : ℓћ
Hasil dari teori Bohr – Sommerfeld ditinjau dari struktur spectrum dapat dilihat pada gambar
berikut dimana dari kenyataannya spectrum Na dibandingkan dengan spectrum atom H. Sebelah
kanan dari gambar diperlihatkan tingkatan – tingkatan energi pada elemen hydrogen sedangkan
yang sebelah kiri gambaran spectrum lengkap dari atom alkali Na.
Seperti sudah dijelaskan tadi bahwa teori Bohr hanya dapat menggambarkan cara tepat
untuk atom dengan 1 inti dan 1 elektron, sedangkan untuk menggambarkan spectrum atom alkali
untuk sementara ini hanya dapat dijelaskan oleh teori Bohr – Sommerfeld. Pertanyan mengapa
tingkat – tingkat energi atom alkali tidak tepat sama kedudukannya seperti atom H. Ini dijelaskan
karena atom alkali disamping memiliki 1 elektron valensi juga masih memiliki electron – electron inti
yang berorbit didalamnya sedangkan atom H hanya ada 1 elektron saja yang juga sekaligus
merupakan electron valensinya.
Khusus pada orbit lintasan d dan f dimana ini terjadi pada bilangan kuantum yang tinggi yang
berarti orbitnya lebih besar sehingga jarak antara inti atom dan electron valensi tambah jauh akan
mengakibatkan berkurangnya pengaruh electron inti dan sebaliknya ini mengakibatkan tingkat
energi yang hampir sama tingginya dengan apa yang ada pada atom H dan ini terlihat pada gambar
diatas.
Kecocokan penggunaan teori Bohr – Sommerfeld dapat diperlihatkan dibawah ini dengan
sebuah perbandingan data cara kualitatif dengan bantuan tabel;
Skema tingkat energi dari spectrum
atom alkali secara eksperimen
perhitungan teori model atom Bohr – Sommerfeld
Tiap bilangan n terdiri dari n tingkat
energi
N = 1 1s
N = 2 2s 2p
N = 3 3s 3p 3d
N = 4 4s 4p 4d 4f
Tiap bilangan utama n memiliki n orbit
N = 1 {= nφ =1
N = 2 {= nφ =1 {= nφ =2
N = 3 {= nφ =1 {= nφ =2 {= nφ =3
N = 4 {= nφ =1 {= nφ =2 {= nφ =3 {= nφ =4
Bila di bandingkan tingkat – tingkat energi dari spectrum Na (data pada table sebelah kiri),
dengan teori Bohr – Sommerfeld (data pada table sebelah kanan), maka nampak ada 2 hal khusus
yang memiliki kesamaan dan ini bukan hal yang kebetulan.
1. Pada gambar spectrum nampak bahwa untuk tiap bilangan kuantum n
terdapat banyak n tingkatan energi dengan nama urut s, p, d, f.
Begitu juga pada model atom Bohr – Sommerfeld untuk bilangan kuantum n terjadi orbit
electron sebanyak n juga yang ditetapkan oleh bilangan kuantum arah (sampingan) ℓ (atau
nφ).
2. Seperti sudah diketahui pada atom H orbit – orbitnya berupa lingkaran, oleh
karena itu pada atom alkali tingkatan – tingkatan energinya akan sama atau mendekati
serupa atom H bila orbit – orbit elektronnya makin mendekati bentuk bulat. Dan rupanya
disini bilangan – bilangan s, p, d, dan f telah terakomodasi ke dalam bilangan kuantum n =
1,2,3 dan 4 sebagai sub orbit.
Dapat di tarik kesimpulan bahwa dengan teori Bohr dapat dijelaskan hanya untuk spectrum
atom H saja, sedangkan untuk atom berikutnya atom alkali seperti Na rupanya masih dapat
dijangkau oleh teori Bohr – Sommerfeld. Sedangkan pada elemen – elemen lainnya ini sama sekali
tidak memungkinkan lagi.
Melihat hasil – hasil di atas tersebut maka sekali lagi dapat dipastikan bahwa teori yang
terakhir itu yakni teori atom Bohr – Sommerfeld sudah cukup memuaskan untuk dapat menjelaskan
fenomena – fenomena pada unsur elemen alkali, yang oleh teori Bohr tidak dapat dijelaskan.
Namun sayangnya rumus –rumus di atas tidak dapat menjelaskan efek Zeeman. Pada efek
Zeeman dalam eksperimen terliht bahwa bila percobaan spectral analisis dilakukan dalam
lingkungan medan magnet maka garis – garis spectrum itu akan terpecah lagi atau juga disebut
“degenerates” dalam tingkatan – tingakatan lebih lanjut. Misalkan pada tingkat 2s akan terpecah
dalam 3 garis spektrum yang lebih lembut. Ini menunjukkan bahwa teori diatas belum sempurna dan
masih dibutuhkan tambahan bilangan kuantum yang erat hubungannya dengan sifat magnet.
Sebenarnya sebagian besar dari gejala tersebut sekarang ini oleh teori klasik secara umum sudah
dapat terjangkau meskipun tidak sesempurna seperti penjelasan dengan teori mekanika kuantum
modern. Sekaligus efek Zeeman ini merupakan batasan dimana teori klasik dan modern saling
bersentuhan.
Kerjakan Soal berikut ini :
1. Jika terjadi transisi elektron dari n = 5 ke n = 1 dan konstnta R = 1,097 x 107 m –
a) hitung panjang gelombang yang dipancarkannya. b) Termasuk dalam deret apa?
2. Garis-garis spektrum Paschen dihasilkan bila dalam atom hidrogen terjadi transisi elektron dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat n = 3. Jika R = 1,097 x 107 m – 1 , hitung panjang terbesar dari deret Paschen .
3. Jika konstanta R = 1,097 x 107 m – 1 hitung panjang gelombang a) terpanjang dari deret Balmerb) terpendek dari deret Balmer
4. Energi elektron atom hidrogen pada lintasan dasar adalah E. Energi maksimum foton yang dipancarkan atom hidrogen berdasarkan deret Balmer adalah .......E
5. Dalam model atom Bohr energi yang dibutuhkan oleh elektron hidrogen untuk pindah dari orbit dengan bilangan kuantum 1 ke 3 adalah .... ( energi dasar = - 13,6 eV)
6. Jika energi pada tingkat dasar ( n = 1) = - 13,6 eV , maka berapa besar energi yang diserap atom hidrogen ketika elektron atom hidrogen tereksitasi dari tingkat dasar ke kulit N ( n = 4)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori atom Bohr menyatakan bahwa elektron harus mengorbit di sekeliling inti
seperti planet mengorbit Matahari.
Model Bohr disambut sebagai langkah maju yang penting karena dengan cara
memberi jarak pada orbit elektron,dapat menjelaskan spektrum cahaya dari sebuah
atom.
Elektron dapat berpindah dari satu orbit ke orbit lain dengan cara lompatan
kuantum, dan lompatannya selalu melibatkan emisi atau absorpsi kuantum utuh
dengan jumlah energi ekuivalen dengan hf atau kelipatannya,tapi tidak pernah ada
nilai diantaranya.
Bohr masih memakai hukum newton disamping beberapa postulat lain, nilai teori
bohr tidaklah pada prediksi yang dapat dihasilkan tetapi pada pengertian dan hukum
yang baru di ungkapkan.
Sommerfeld berpegang pada prinsip mekanika klasik yang mengatakan massa yang
dipengaruhi oleh suatu pusat gaya akan berputar secara elipstis.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Gribbin, John. 2003. Fisika Kuantum. Jakarta : Erlangga
------. 2005. Bengkel Ilmu : Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Krane, Kenneth. 1988. Fisika Modern. Jakarta : UI Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Model_Bohr
Elektro Indonesia no. 31/VI (Mei 2000)