bagian awal 1

14
PUPUK ORGANIK DARI JERAMI Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan 2012 Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Tanjungpura Oleh: ADVENTUS RENO . D. H 13112004 DARSINI H 13112068 NURUL HAMSIAH H 13112047 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK i

Upload: kemalakbar

Post on 17-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PUPUK ORGANIK DARI JERAMI

Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan 2012Himpunan Mahasiswa KimiaUniversitas Tanjungpura

Oleh:ADVENTUS RENO . D.H 13112004DARSINIH 13112068NURUL HAMSIAHH 13112047

PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK 2013\

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Pupuk Organik dari JeramiTema: Penerapan Ilmu Kimia dalam Optimalisasi Potensi Alam Kalimantan Barat demi Kesejahteraan Masyarakat Nama: Adventus Reno . D.H13112004 DarsiniH13112068 Nurul Hamsiah H13112047Karya tulis ilmiah ini telah disetujui dan belum pernah dipublikasikanserta karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan 2012 yang diselenggarsakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Tanjungapura Pontianak ,13 Februari 2013Menyetujui,Senior Pembimbing

Eka Supriatin AdventusReno . D.H13110015 H13112004

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Salawat dan salam juga penulis haturkan untuk Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi inspirasi. Karya tulis yang berjudul PUPUK ORGANIK DARI JERAMI ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Angkatan 2012 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Tanjungpura Pontianak.Penyusunan karya tulis ini didasarkan pada semakin meningkatnya limbah yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun rumah tangga, sementara pemanfaatan limbah sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis masih jauh dari pandangan. Hal ini tentu akan membawa dampak buruk bagi masyarakat, karena limbah yang dihasilkan dapat menjadi masalah bagi lingkungan apabila tidak dikelolah atau dimanfaatkan dengan baik sehingga berdampak pada terganggunya ekosistem.Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ini sehingga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermayarakat. Amin.

Pontianak, 22 Februari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iLEMBAR PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viiABSTRAK viiiBAB I PENDAHULUAN 10. Latar Belakang 10. Rumusan Masalah 20. Tujuan 20. Manfaat 3BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4.. 2.1 Limbah 4 2.2 Pengomposan 52.3 Bokasih(Bahan Organik Kaya Akan Hayati) 7 2.4 EM4 (Effective Microorganisme-4) 8 2.5 Jerami 10BAB III METODE PENULISAN 113.1 Metode Penulisan 113.2 Sumber Data 11BAB 1V PEMBAHASAN 124.1 Pembuatan Pupuk Organik dari Jerami 124.2 Cara penggunaan Bokasih atau Pupuk Organik 15

BAB V PENUTUP 165.1 Kesimpulan 165.2 Saran 16DAFTAR PUSTAKA 17LAMPIRAN 19

DAFTAR TABEL

Kandungan Hara Jerami.. 10

DAFTAR GAMBAREM-4 9Diagram pembuatan Bokasih... 14 Bokasih yang telah jadi. 14

RINGKASAN

Budidaya padi sawah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama daerah pedesaan. Konsep yang diterapkan petani saat ini adalah dengan memberikan kebutuhan unsur hara tanaman menggunakan pupuk kimia sintetik menurut dosis yang telah ditentukan. Pemberian pupuk kimia sintetik secara tidak langsung telah menyebabkan degradasi lahan pertanian dan dalam proses produksi pupuk tersebut juga dikeluarkan emisi gas langsung ke udara. Budidaya padi selain menghasilkan beras, juga menghasilkan limbah berupa jerami, sekam, dan gas metana serta non metana. Jerami merupakan limbah potensial yang dihasilkan dari kegiatan budidaya padi dengan potensi 12-15 ton/ha jerami segar. Pada umumnya Jerami dibakar oleh petani untuk mereduksi volume limbah dan kegiatan ini menghasilkan emisi CO2 yang akan meningkatkan pemanasan global sebagai gas rumah kaca dan menimbulkan limbah baru berupa abu (ash) sisa dari pembakaran. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teknik pengomposan jerami yang tepat yang dapat dilakukan oleh petani, menganalisis mutu kompos yang dihasilkan dari jerami dan membandingkan kualitasnya dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7030-2004), menganalisis pengaruh pemberian pupuk terhadap kualitas air irigasi dan lumpur dari sawah, serta menyusun neraca massa limbah-kompos dalam sistem budidaya padi organik. Pengomposan jerami dapat dilakukan dengan metoda aerob dan anaerob. Temperatur merupakan salah satu parameter penting dalam pengomposan. Analisis kompos perlu dilakukan untuk mengukur kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos. Analisis air dan lumpur dari sawah perlu dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian pupuk terhadap kualitas air irigasi dan lumpur dari sawah tersebut. Penyusunan neraca massa limbah-kompos dilakukan untuk melihat ketersediaan kompos yang dihasilkan dengan bahan dasar jerami. Pemanfaatan jerami menjadi kompos diharapkan dapat mengurangi timbulnya polusi dan sekaligus sebagai salah satu upaya dalam zero waste production management sehingga akan terbentuk jalur pendek mata rantai pemanfaatan limbah padi sawah. Penelitian dilaksanakan di rumah kompos Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor yang terletak di Kampung Gardu Dalam, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor. Sawah percobaan budidaya padi organik berada bersebelahan dengan rumah kompos. Pengujian sampel kompos dilakukan diBalai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian di Bogor. Pengujian kualitas air irigasi dan lumpur dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian Bogor. Pada proses pengomposan, kematangan kompos jerami sebagai produk akhir ditandai dengan perubahan bentuk yang menyerupai dan berbau tanah, warna yang berubah menjadi kehitaman dan suhu yang sesuai dengan suhu lingkungan. Pengukuran temperatur pada kompos dilakukan untuk melihat periode biodegradasi bahan organik oleh mikroorganisme. Pengukuran temperatur pada metoda aerobik dilakukan pada sistem tumpukan, aerasi dan silinder. Pada umumnya, proses pengomposan dengan metoda aerobik dan anaerobik berada pada fase mesofilik, yaitu kisaran temperatur 28-45oC. Hanya campuran jerami dengan kotoran ayam sistem tumpukan yang mencapai fase termofilik. Proses pengomposan metoda aerobik juga dipengaruhi oleh pemberian air untuk mempertahankan kelembaban kompos dan juga pembalikan agar campuran kompos lebih merata dalam mendapatkan oksigen. Kompos mengalami dinamika perubahan temperatur dan bergerak stabil mulai hari ke-48 setelah pengomposan pertama pada sitem tumpukan dan aerasi, setelah hari-24 pada sistem silinder, dan setelah hari ke-35 pada pengomposan metoda anaerobik di atas tanah serta dibungkus terpal. Grafik temperatur kompos yang telah stabil menunjukkan bahwa kompos telah matang. Analisis unsur hara kompos menunjukkan bahwa kompos mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dengan nisbah C/N antara 10-20. Pada umumnya kualitas kompos yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan SNI 19-7030-2004. Walaupun unsur C-organik pada kompos berbahan dasar jerami dengan campuran kotoran kambing lebih rendah dari baku mutunya, namun nisbah C/N yang dihasilkan sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Dapat dilihat juga unsur Mg pada kompos berbahan dasar jerami dengan campuran kotoran ayam melebihi baku mutunya, namun angka tersebut masih bisa diterima karena perbedaannya tidak terlalu besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompos jerami memenuhi syarat dan menunjukkan kualitas kompos baik. Hasil analisis kualitas air dan lumpur menjelaskan bahwa kandungan hara yang diberikan diserap oleh tanaman padi, dan juga terjadinya dinamika air tanah termasuk infiltrasi, perkolasi dan kapasitas air yang membawa unsur hara (leaching), serta larut pada air irigasi. Kualitas air irigasi pada sawah percobaan tidak menunjukkan gejala terjadinya pencemaran pada badan-badan air. Hal ini disebabkan konsentrasinya masih berada di bawah baku mutu kualitas air. Nutrisi pupuk terikat secara organik sehingga jauh lebih rentan terhadap pencucian hara dari pada pupuk terlarut dan karena itu sering digunakan sebagai pengkondisian tanah. Dari neraca massa limbah-kompos diperoleh bahwa dengan mengomposkan jerami 14,1 ton ditambah dengan dekomposer, baik kotoran ayam atau kotoran kambing dengan porsi 1:1 dan berkadar air yang sama dihasilkan kompos 11,3 ton dan 16,9 ton atau 60% dari massa kompos keluar dalam bentuk uap air, air lindi, gas berbau, metana (CH4) dan CO2. Dari kompos yang dihasilkan, 7 ton kompos dapat diaplikasikan kembali ke areal persawahan, sedangkan sisa kompos dapat digunakan untuk peruntukan lainnya.

i