bagian audit evidence

9
Audit Evidence Nature of Audit Evidence Bukti audit adalah informasi yang didapat auditor internal melalui kondisi observasi atau pengamatan suatu kondisi, wawancara orang, dan pemriksaan catatan. Bukti audit harus menyediakan fakta untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bentuk bukti audit terdiri dari bukti fisik, bukti testimonial atau pengakuan, bukti dokumentasi, dan bukti analitis. Menurut Herbert (1979:141) Mengatakan bahwa bukti audit adalah sesuatu yang terlihat jelas yang bisa dilihat oleh indera kita yang berupa fakta-fakta dan informasi untuk membuat suatu kesimpulan pada tujuan audit. Fakta atau informasi tersebut direncanakan, dikumpulkan, dan dianalisis sebelum membuat kesimpulan. Bukti tersebut harus berkaitan dengan kriteria dari tujuan audit (relevan) dan harus signifikan (material) sebelum dinyatakan sebagai bukti. Menurut IIA Practice Advisory 2100-14: Audit Evidence Requirement Ketika merencanakan pekerjaan audit, auditor harus mempertimbangkan jenis bukti audit, penggunaannya dalam memenuhi tujuan audit, dan berbagai tingkat keandalan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk independensi dan kualifikasi penyedia bukti audit, mengamati proses dan keberadaan barang-barang fisik, dan penggunaan bukti audit dokumenter, representasi, dan analisis. Mengamati proses dan keberadaan barang-barang fisik dapat mencakup pengamatan kegiatan, properti, dan fungsi sistem informasi, seperti: A. Media persediaan di lokasi penyimpanan diluar perusahaan. B. Ruang keamanan komputer. C. Catatan transaksi. D. Program Listings E. Faktur F. Kegiatan dan control logs G. Dokumentasi pengembangan sistem

Upload: iwan-putra

Post on 03-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Audit Evidence

Nature of Audit EvidenceBukti audit adalah informasi yang didapat auditor internal melalui kondisi observasi atau pengamatan suatu kondisi, wawancara orang, dan pemriksaan catatan. Bukti audit harus menyediakan fakta untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bentuk bukti audit terdiri dari bukti fisik, bukti testimonial atau pengakuan, bukti dokumentasi, dan bukti analitis.

Menurut Herbert (1979:141)Mengatakan bahwa bukti audit adalah sesuatu yang terlihat jelas yang bisa dilihat oleh indera kita yang berupa fakta-fakta dan informasi untuk membuat suatu kesimpulan pada tujuan audit. Fakta atau informasi tersebut direncanakan, dikumpulkan, dan dianalisis sebelum membuat kesimpulan. Bukti tersebut harus berkaitan dengan kriteria dari tujuan audit (relevan) dan harus signifikan (material) sebelum dinyatakan sebagai bukti.

Menurut IIA Practice Advisory 2100-14: Audit Evidence RequirementKetika merencanakan pekerjaan audit, auditor harus mempertimbangkan jenis bukti audit, penggunaannya dalam memenuhi tujuan audit, dan berbagai tingkat keandalan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk independensi dan kualifikasi penyedia bukti audit, mengamati proses dan keberadaan barang-barang fisik, dan penggunaan bukti audit dokumenter, representasi, dan analisis. Mengamati proses dan keberadaan barang-barang fisik dapat mencakup pengamatan kegiatan, properti, dan fungsi sistem informasi, seperti:A. Media persediaan di lokasi penyimpanan diluar perusahaan.B. Ruang keamanan komputer.C. Catatan transaksi.D. Program ListingsE. FakturF. Kegiatan dan control logsG. Dokumentasi pengembangan sistem

Bukti audit harus cukup, handal, relevan, dan berguna untuk membentuk opini atau mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Jika, dalam pertimbangan auditor, bukti audit yang diperoleh tidak memenuhi kriteria ini, auditor harus memperoleh bukti audit tambahan.

Menurut SAS No.106 - Audit EvidenceSemua informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan di mana opini audit didasarkan, dan termasuk informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya. Auditor tidak diharapkan untuk memeriksa semua informasi yang mungkin ada. Bukti audit termasuk pemeriksaan bukti yang diperoleh dari prosedur audit yang dilakukan selama proses audit dan termasuk bukti audit yang diperoleh dari sumber lain, seperti dari kegiatan audit sebelumnya dan prosedur pengendalian mutu suatu perusahaan untuk penerimaan klien dan keberlanjutan.

Bentuk Bukti AuditA. Physical EvidenceBukti fisik didapat melalui observasi terhadap orang, properti, dan peristiwa. Bukti fisik dapat berupa laporan observasi dari pengamat, atau berupa foto-foto, grafik, chart, pemetaan, dan representasi gambar lainnya. Bukti grafik adalah persuasif.Gambaran dari kondisi yang tidak aman jauh lebih lengkap dibandingkan menuliskan deskripsi. Semua observasi harus, jika memungkinkan, didukung oleh contoh dokumen. Ketika observasi adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan bukti, lebih baik untuk memiliki dua atau lebih auditor yang melakukan pengamatan fisik. Jika memungkinkan, perwakilan dari klien harus mendampingi auditor dalam proses observasi tersebut.

B. Testimonial EvidenceBukti testimonial dapat berbentuk surat atau pernyataan dalam menanggapi pertanyaan atau wawancara. Bukti testimonial berdiri sendiri, tidak konklusif, dan harus didukung oleh dokumentasi jika memungkinkan. Laporan klien bisa sangat penting karena bukti testimonial tidak selalu dapat diperoleh melalui pengujian audit independen.

C. Documentary EvidenceBukti dokumentasi merupakan bentuk yang paling umum dari bukti audit. Bukti ini dapat eksternal maupun internal. Bukti dokumentasi eksternal termasuk surat atau memorandum yang didapat dari klien, invoices pemasok, dan packing sheets. Bukti dokumentasi internal berasal dari perusahaan klien, termasuk pencatatan akuntansi, salinan dari korespondensi yang sedang berlangsung, laporan penerimaan e-mail, dan sejenisnya.Sumber dari bukti dokumentasi akan mempengaruhi tingkat keandalannya. Dokumen eksternal yang didapat langsung dari sumbernya seperti konfirmasi lebih dapat diandalkan daripada dokumen yang didapat dari klien. Selalu ada kemungkinan bahwa dokumen internal dapat diubah, misalnya dengan program komputer secara sembunyi-sembunyi. Hal-hal lain yang mempengaruhi keandalan meliputi peredaran dokumen melalui pihak luar (cek yang dibatalkan, kajian prosedur internal yang memuaskan, dan pembuktian dengan bukti lain).

D. Analytical EvidenceBukti analitis didapat dari analisis dan verifikasi. Sumber bukti tersebut berupa perhitungan, perbandingan dengan standar yang ditetapkan, kegiatan operasional sebelumnya, kegiatan operasional serupa, dan undang-undang atau peraturan.

Standards of Audit EvidenceSemua bukti audit harus memenuhi standar kecukupan (Sufficiency), kompeten (Competence), dan relevan (Relevance)A. SufficiencyBukti audit sudah cukup jika bukti tersebut faktual, memadai, dan menyakinkan sehingga bukti tersebut bisa menuntun orang lain yang memiliki sifat hati-hati mencapai kesimpulan yang sama dengan auditor. Ini tentu saja adalah masalah pertimbangan, namun pertimbangan (judgement) harus objektif. Karena itu, sampel yang digunakan harus sampel yang merupakan hasil dari metode pengambilan sampel yang dapat diterima. Sampel yang dipilih akan memberikan keyakinan memadai bahwa sampel tersebut mewakili populasi darimana sampel tersebut diambil. Bukti harus cukup, oleh karena itu, auditor perlu mengetahui berapa banyak bukti yang dibutuhkan untuk membentuk kesimpulan pada tujuan audit.

B. CompetenceBukti yang kompeten adalah bukti yang dapat diandalkan. Bukti ini harus menjadi yang terbaik yang dapat diperoleh secara wajar. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan dokumen salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan akan lebih kompeten dibandingkan pernyataan lisan biasa. Bukti direct lebih kompeten dibandingkan bukti yang tidak pasti atau desas-desus (hearsay evidence). Aturan untuk sebuah bukti yang baik berlaku juga untuk bukti-bukti dalam audit. Bukti-bukti yang dihasilkan dari operasi komputer harus di evaluasi dengan hati-hati.

Menurut Herbert (1979)Agar bukti kompeten, maka bukti tersebut harus didapat dari sumber yang terpercaya dan harus akurat. Berikut adalah pedoman yang tepat untuk menentukan bukti tersebut kompeten:1. Bukti didapat dari sumber yang independen yang memberikan lebih besar jaminan kepercayaan atas organisasi yang diaudit.2. Bukti dari suatu sistem pengendalian internal yang baik akan lebih dipercaya dibandingkan dari pengendalian internal yang lemah3. Bukti didapat oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, perhitungan, dan inspeksi akan lebih terpercaya daripada bukti yang diperoleh secara tidak langsung. 4. Dokumen asli lebih dapat dipercaya daripada duplikatnya

C. RelevanceRelevan mengacu pada kepada penggunaan sebuah informasi. Fakta dan opini yang digunakan untuk membuktikan atau menyangkal sebuah persoalan harus masuk akal. Contohnya dokumen pesanan pembelian yang asli (sudah disetujui dan diterbitkan) tidak memiliki relevansi dengan apakah barang yang telah dibeli telah diterima.

Menurut Herbert (1979)Relevansi adalah informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki hubungan yang logis pada kriteria tujuan audit. Faktor ini berarti bukti harus berkaitan dengan tujuan audit. Contohnya jika tujuan audit adalah menentukan keberadaan persediaan, maka auditor dapat memperoleh bukti dengan mengobservasi perhitungan fisik persediaan.

Setiap kali sebuah bukti audit tidak memenuhi standar kecukupan, kompeten, dan relevan, maka pekerjaan seorang auditor belum selesai. Melakukan penguatan dengan menggunakan bukti tambahan mungkin diperlukan. Ketika auditor internal mengungkapkan pendapat, itu harus berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan atau bukti yang yelah memenuhi standar.

Audit Procedures for Obtaining Audit Evidence (SAS No.106)Auditor harus memperoleh bukti audit untuk menarik kesimpulan yang masuk akal yang akan menjadi dasar dalam opini audit dengan melakukan prosedur audit untuk:a. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material di laporan keuangan dan tingkat penegasan yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk tujuan ini disebut sebagai prosedur penilaian risiko)b. Bila perlu, atau ketika auditor telah berkeinginan untuk melakukannya, uji efektivitas pengendalian operasi dalam mencegah atau mendeteksi salah saji pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit dilakukan untuk tujuan ini disebut sebagai pengujian pengendalian)c. Mendeteksi salah saji material pada tingkat asersi yang relevan (prosedur audit yang dilakukan untuk tujuan ini disebut sebagai prosedur substantif dan termasuk tes rincian golongan transaksi, saldo rekening, dan pengungkapan, dan prosedur analitis substantif).Auditor harus melakukan prosedur penilaian risiko untuk memberikan dasar yang memuaskan untuk penilaian risiko di laporan keuangan dan tingkat pernyataan yang relevan. Prosedur penilaian risiko sendiri tidak memberikan kecukupan bukti audit yang tepat yang menjadi dasar dalam opini audit dan harus dilengkapi dengan prosedur audit lebih lanjut dalam bentuk tes kontrol ketika relevan atau diperlukan, dan prosedur substantif.Pengujian pengendalian diperlukan dalam dua situasi. Ketika penilaian risiko auditor mencakup ekspektasi efektivitas kontrol operasional, auditor harus menguji kontrol mereka untuk mendukung penilaian risiko. Selain itu, ketika prosedur substantif tidak memberikan bukti audit yang mencukupi dan sesuai, auditor harus melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti audit tentang efektivitas operasi mereka.

Audit Techniques (SAS No.106)A. Inspection of Records or DocumentsPemeriksaan terdiri dari memeriksa catatan atau dokumen, baik internal atau eksternal, dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lainnya. Pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit di berbagai tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumber, dan (dalam kasus catatan dan dokumen internal), pada efektivitas kontrol atas produksi mereka. Contoh inspeksi digunakan sebagai tes kontrol adalah pemeriksaan catatan atau dokumen untuk bukti otorisasi.

B. Inspection of Tangible AssetsPemeriksaan aset berwujud terdiri dari pemeriksaan fisik aset. Pemeriksaan aktiva berwujud dapat memberikan bukti audit yang tepat sehubungan dengan keberadaan aktiva, tetapi belum tentu tentang hak-hak entitas dan kewajiban atau penilaian aset. Pemeriksaan individu item persediaan biasanya disertai pengamatan penghitungan persediaan. Sebagai contoh, ketika mengamati perhitungan persediaan, auditor dapat memeriksa individu persediaan (seperti kontainer, termasuk dalam hitungan persediaan untuk memastikan bahwa mereka tidak kosong) untuk memverifikasi keberadaan mereka.

C. ObservationPengamatan terdiri dari melihat suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain. Contohnya termasuk pengamatan terhadap penghitungan persediaan oleh personel entitas dan pengamatan kinerja kegiatan pengendalian. Pengamatan memberikan bukti audit tentang proses kinerja atau prosedur, tetapi terbatas pada titik waktu dimana tempat pengamatan dilakukan dan oleh fakta bahwa tindakan yang diamati dapat mempengaruhi bagaimana proses atau prosedur dilakukan.

D. InquiryTerdiri dari mencari informasi dari orang-orang berpengetahuan, baik keuangan dan non keuangan, dari dalam atau luar entitas. Inquiry (pertanyaan) merupakan prosedur audit yang yang digunakan secara luas di seluruh proses audit dan sering merupakan pelengkap untuk melakukan prosedur audit lain. Pertanyaan (inquiries) dapat berbentuk formal (tertulis) atau berbentuk informal (lisan). Mengevaluasi tanggapan terhadap pertanyaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses inquiry. Inquiry biasanya melibatkan: Mempertimbangkan pengetahuan, objektivitas, pengalaman, tanggung jawab, dan kuaifikasi dari individu yang akan ditanyakan. Mengajukan pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan. Menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup dengan tepat. Mendengarkan secara aktif dan efektif. Mengingat reaksi dan tanggapan dan mengajukan pertanyaan yang berkelanjutan. Mengevaluasi respon.

E. ConfirmationSewaktu menggunakan teknik ini, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak ketiga mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan. Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstensif. Jadi, pihak ketiga darimana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana yang sedang diaudit.

F. RecalculationPerhitungan terdiri dari memeriksa akurasi perhitungan matematika dari dokumen atau catatan. Perhitungan dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi, misalnya, dengan memperoleh data elektronik dari entitas dan menggunakan CAATs untuk memeriksa keakuratan ringkasan dari data.

G. ReperformanceEksekusi independen auditor atas prosedur atau kontrol yang awalnya dilakukan sebagai bagian dari pengendalian internal entitas, baik secara manual atau melalui penggunaan CAATs, misalnya, reperforming laporan umur piutang.

H. Analytical ProceduresProsedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan yang dibuat oleh sebuah studi hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis juga mencakup penyelidikan identifikasi fluktuasi dan hubungan yang tidak sesuai dengan informasi yang relevan lainnya atau menyimpang secara signifikan dari jumlah yang diperkirakan.

The Handling of Sensitive EvidenceHarus ada rencana yang dikembangkan untuk penanganan dan keamanan dari bukti audit yang sensitif. Rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas dokumen yang diambil dari kertas kerja normal dan harus disimpan dalam lemari terkunci atau kotak penyimpanan yang aman atau brankas. mungkin tepat untuk menyimpannya dalam lokasi diluar perusahaan. Diperlukan juga untuk mengamankan informasi-informasi dari bukti audit yang terkomputerisasi sehingga dapat menolak akses yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memliki wewenang.Database dari bukti audit harus diatur melalui penggunaan sistem manajemen dokumen, dan sebaiknya berbentuk komputerisasi yang secara jelas mencatat atau merekam mengenai kronologis dari suatu bukti audit. Jenis database ini bukan hanya dapat memberikan bantuan yang besar dalam mendukung laporan audit, tapi juga bisa membuktikan kronologi kegiatan yang merupakan subjek dari laporan audit. Situasi yang sangat sensitif pada akhirnya dapat mengakibatkan aktivitas hukum, disini pihak perusahaan harus konsultasi dengan penasihat hukum mengenai bukti-bukti yang sensitif ini dan konsultasi mengenai tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan. Situasi sensitif ini harus diketahui semua pihak dalam semua pertemuan dan kegiatan. Nasihat mengenai hukum dan keamanan juga harus diperoleh dalam prosedur penanganan situasi sensitif ini.

Working PapersKertas kerja audit mengandung substansi dasar dari pekerjaan yang dilakukan oleh auditor selama proses audit terutama selama fase field work (pekerjaan lapangan). Kertas kerja adalah fondasi dimana bukti-bukti dibangun. ada beberapa karakteristik utama dari kertas kerja, diantaranya adalah:1. Mengambil kutipan dari sumber yang otoritatif untuk kriteria dan standar2. Ringkasan dari wawancara, pertemuan, dan percakapan3. Detil yang dihasilkan dari pengamatan, termasuk diagram, foto-foto, dan flowhchart4. Substansi dari verifikasi dan vouching. Yang merupakan perbandingan antara dokumen klien dengan standar5. Analisis temuan dari kertas kerja maupun pengamatan6. Perhitungan analisis yang berkaitan dengan auditKertas kerja adalah substansi audit. Kertas kerja harus diawasi dan diperiksa secara hati-hati untuk menentukan bahwa kertas kerja tersebut benar dan tidak meninggalkan pertanyaan=pertanyaan mengenai informasi yang terkandung di dalamnya.