bagian 3 penyelesaian persoalan perancangan
TRANSCRIPT
102 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
BAGIAN 3
PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penyelesaian persoalan
perancangan terkait dengan hasil yang diperoleh dari bagian latar belakang maupun
kajian pustaka. Pada bagian ini akan dibagi menjadi 3 paparan yaitu tata ruang,
fasad, dan lanskap yang selanjutnya akan dibahas untuk kemudian di aplikasikan
pada bangunan rancangan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga
di kawasan cagar budaya Kotabaru.
3.1 TATA RUANG
Tata ruang berikut ini akan membahas hal yang berkaitan dengan kebutuhan
ruang pengguna, besaran ruang, sifat dan hubungan ruang, klasifikasi hingga
organisasi ruang yang nantinya akan menjadi program ruang untuk
diaplikasikan pada museum rancangan.
3.1.1 Pelaku dalam Rancangan
Pengguna dalam museum dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
pengelola dan pengunjung yang secara rinci dipaparkan pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Pelaku dalam Rancangan
Pengelola
Bagian administrasi
Relawan
Tenaga konservasi
Tenaga preparasi
Tenaga bimbingan
Pengunjung Anak-anak
Dewasa
Servis
Petugas kebersihan
Petugas keamanan
Petugas parkir
Petugas restaurant
Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012
3.1.2 Aktifitas dalam Museum
Aktivitas dalam bangunan museum rancangan mengacu pada
pendekatan tematis yang diajukan dalam proyek akhir sarjana ini yang
berupa kegiatan edu-interaktif dilengkapi dengan kegiatan pada museum
103 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Kolong Tangga sebelumnya yang tidak dapat dihilangkan mengingat
kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari museum Kolong Tangga.
Aktivitas museum Kolong Tangga pada tahun 2016 terdiri dari kunjungan
dan pameran, belajar bersama, membuat mainan, melakukan permainan,
expo dan seminar.
Untuk menemukan aktivitas apa saja yang akan diterapkan pada
bangunan museum maka, perlu adanya pertimbangan aktivitas antara
kegiatan edukasi interaktif dan kegiatan museum Kolong Tangga
sebelumnya sehingga pada akhirnya akan ditemukan aktivitas yang paling
optimal untuk dibahas selanjutnya sebagai kebutuhan ruang yang menjadi
bagian dari rancangan museum. Adapun aktivitas Kolong Tangga
rancangan yang merupakan hasil dari komparasi dengan aktivitas edukasi
interaktif yaitu :
1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum berupa demonstrasi dan
dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Selain kegiatan di atas, terdapat kegiatan pengguna internal yaitu
bagian pengelola dan servis museum yang juga perlu dipertimbangkan.
Adapun skenario aktivitas pengguna internal tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3.1 Skenario Aktivitas Pengguna Internal
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
104 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Berdasarkan aktivitas di atas maka, disimpulkan aktivitas yang akan
digunakan untuk menemulkan ruang yang dibutuhkan adalah
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.2 Aktivitas Museum Rancangan
Pengunjung
1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum
berupa demonstrasi dan dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Pengelola dan
Servis
1. Parkir kendaraan
2. Persiapan
3. Kerja
4. Istiirahat
5. Sholat
6. Makan
Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012
3.1.3 Kebutuhan Ruang
3.1.3.1 Ruang Museum Rancangan
Berdasarkan kesimpulan persoalan desain pada bagian sebelumnya
maka ruang-ruang museum yang dibutuhkan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.3 Kebutuhan Ruang Museum Berdasarkan Hasil Persoalan Desain Jenis Ruang yang diperlukan dalam rancangan
Ruang Pokok
Ruang pamer
Ruang bermain dan Workshop
Ruang audiovisual
Perpustakaan
Ruang Orientasi
Teater
Kantor dan administrasi
Penyimpanan koleksi
Ruang transit koleksi
Ruang reparasi
Toko souvenir dan cafetaria
Ruang Penunjang
Ruang tiket
Lobi
Toilet umum, karyawan, difabel, Ruang penitipan barang
Parkir dan Taman
Ruang petugas keamanan
Ruang Komputer dan CCTV
Sumber : Analisis Penulis 2016
Sedangkan berdasarkan aktivitas pengguna museum, ruang yang
dibutuhkan dalam rancangan museum sebagaimana yang tertera dalam
tabel berikut.
105 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Pengunjung
1. Kunjungan dan pemanduan dalam
museum berupa demonstrasi dan
dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Ruang Orientasi
Ruang Pameran
Perpustakaan
Workshop
Ruang bermain
Teater
Ruang audiovisual
Aula
Ruang tunggu
Pengelola dan
Servis
1. Parkir kendaraan
2. Persiapan
3. Kerja
4. Istiirahat
5. Sholat
6. Makan
Area parkir
Ruang Ganti dan Loker
Kantor
Ruang Rapat
Ruang keamanan dan CCTV
Ruang Jaringan Komputer
Ruang petugas keamanan
Pantry
Mushola
Ruang Janitor
Gudang
Sumber : Analisis Penulis 2016
Tahap selanjutnya, berdasarkan kedua tabel diatas, diperlukan
adanya ruang MEE yang menunjang kegiatan museum yang terdiri dari
ruang genset dan panel, ruang water treatment dan ruang pompa sehingga,
ruang pada museum rancangan terdiri dari :
Tabel 3.5 Kebutuhan Ruang Museum Rancangan Ruang berdasar hasil
persoalan desain
Ruang berdasarkan
aktivitas pengunjung
Kebutuhan Ruang dalam
Museum Rancangan
Ruang pamer
Ruang bermain dan
Workshop
Ruang audiovisual
Perpustakaan
Ruang Orientasi
Teater
Kantor dan administrasi
Penyimpanan koleksi
Ruang transit koleksi
Ruang reparasi
Toko souvenir dan
cafetaria
Ruang tiket
Lobi
Toilet umum, karyawan,
difabel, Ruang Penitipan
barang
Parkir dan Taman
Ruang petugas keamanan
Ruang Komputer dan
CCTV
Ruang Orientasi
Ruang Pameran
Perpustakaan
Workshop
Ruang bermain
Teater
Ruang audiovisual
Aula
Area parkir
Ruang Ganti dan Loker
Kantor
Ruang Rapat
Ruang keamanan dan
CCTV
Ruang Jaringan Komputer
Ruang petugas keamanan
Pantry
Mushola
1. Ruang Orientasi
2. Ruang Pameran
3. Perpustakaan
4. Workshop
5. Ruang bermain
6. Teater
7. Ruang audiovisual
8. Aula
9. Area parkir
10. Ruang Ganti dan Loker
11. Kantor
12. Ruang Rapat
13. Ruang keamanan dan CCTV
14. Ruang Jaringan Komputer
15. Ruang petugas keamanan
16. Pantry
17. Mushola
18. Tempat wudhu
19. Penyimpanan koleksi
20. Ruang transit koleksi
21. Ruang reparasi
22. Toko souvenir dan cafetaria
23. Ruang tiket
24. Lobi
25. Toilet umum, karyawan, difabel
26. Ruang penitipan barang
27. Ruang ibu dan anak
28. Ruang Genset dan Panel
29. Ruang Pompa dan Water
Treatment.
30. Ruang Janitor
31. Gudang
Sumber : Analisis Penulis 2016
106 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
A. Tata Ruang Pamer Pada Museum
Untuk mewujudkan aktivitas edukasi interaktif pada
museum rancangan, kebutuhan ruang pamer perlu
diperhatikan. Aspek yang dipertimbangkan terkait pameran
dalam museum antara lain, tata pameran, pencahayaan,
pewarnaan ruang, penghawaan dalam ruang serta zonasi
museum rancangan yang masing-masing akan dibahas sebagai
berikut ini.
Tata dan Zonasi Pameran
Pada ruang pamer museum, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya akan dibagi menjadi 7 klasifikasi yaitu
berdasarkan Alat Musik, Material, Kehidupan, Dunia Pria,
Dunia Wanita, Daerah Asal dan Keseharian. Pembagian
zonasi pada ketujuh ruang pamer ini dapat menggunakan
beberapa alternatif sebagaimana gambar berikut beserta
kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif yang
dipaparkan pada tabel.
Gambar 3.2 Alternatif Pembagian Ruang
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
107 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.6 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Ruang Tipe Kelebihan Kekurangan
A Seluruh koleksi dapat langsung di
akses dalam satu lantai museum.
Membutuhkan ruang yang luas
namun lokasi rancangan terbatas.
B
Kategorisasi pada museum sangat
jelas perbedaannya
Bangunan untuk konteks kawasan
kotabaru terlalu tinggi sehingga
dikhawatirkan tidak merespon
kawasan
C
Kategorisasi pada museum sangat
jelas perbedaannya.
Ketinggian bangunan dapat
disesuaikan dengan bangunan
sekitar sehingga merespon
kawasan.
Sirkulasi dapat menggunakan ramp
menerus dari lantai 7 hingga ke
lantai GF.
Sirkulasi antara sisi kanan dan kiri
harus menyesuaikan standar
kemiringan tangga dan ramp bagi
pengguna difabel maupun anak-
anak.
D
Ketinggian bangunan dapat
menyesuaikan ketinggian
bangunan pada kawasan.
Kategorisasi koleksi pada museum
cukup jelas.
Sirkulasi vertikal membutuhkan
lebih banyak tangga dan ramp.
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan alternatif
pada tabel, maka, tipe C sebagai tata pameran museum.
Pada tipe ini, jarak antar lantai dirancang dengan
ketinggian 5 meter, sehingga mezanin memiliki jarak 2,5
meter dari ketinggian lantai acuan.Dikembangkan
selanjutnya bahwa sirkulasi pengunjung museum dapat terjadi
secara 2 hal sebagaimana gambar berikut beserta kelebihan
dan kekurangan masing-masing alternatif.
Gambar 3.3 Alternatif Sirkulasi
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
108 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.7 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Sirkulasi Tipe Kelebihan Kekurangan
A
Pengunjung museum dapat secara
bebas bergerak dari satu lantai ke
lantai lainnya.
Membutuhkan sirkulasi vertikal
dalam jumlah lebih banyak.
Bagian atas museum cenderung
sepi.
Sirkulasi kurang efektif
Keamanan museum perlu dijaga
secara ketat dikarenakan akses
keluar masuk lebih mudah.
B
Sirkulasi ini lebih efektif
dikarenakan pengunjung tidak
harus naik turun untuk keluar dari
bangunan museum.
Pengunjung berjumlah relatif sama
pada setiap lantainya.
Keamanan museum lebih terjamin
dikarenakan pengunjung tidak
dapat sembarangan mengakses
ruang.
Pengunjung ditekankan untuk
mengikuti alur sirkulasi museum.
Alat sirkulasi vertikal diperlukan
untuk mengangkut pengunjung
dari lantai dasar menuju lantai
paling atas untuk memulai alur
pameran.
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan pertimbangan di atas maka sirkulasi
yang dipilih adalah tipe B. Pemilihan ini didasari dengan
kemudahan akses pengunjung terutama pengunjung difabel
yang perlu diberi perhatian khusus terkait dengan akses
vertikal.
Sirkulasi dalam sebuah museum membutuhkan skenario
waktu tertentu sebagaimana berdasarkan observasi penulis
terhadap salah satu museum di Yogyakarta yaitu Ullen Sentalu
yang menerapkan sesi kunjungan selama-lamanya 1 jam untuk
menghabiskan waktu di kawasan museum. Berdasarkan hasil
observasi ini, penulis memiliki pendapat bahwa kunjungan
dalam sebuah bangunan museum tidak boleh terlalu cepat
namun juga sebaiknya dengan jangka waktu tertentu sehingga,
bangunan museum tidak terkesan sepi maupun sangat padat
agar aktivitas edukasi interaktif dapat terwujud.
Mengatasi hal tersebut, pada bangunan museum akan
ditambahkan layar-layar interaktif yang menayangkan
proses pembuatan mainan maupun film dokumenter yang
menampilkan permainan pada suatu daerah tertentu yang
tersebar di sepanjang ruang-ruang pamer museum dan
terletak bersamaan dengan ruang bermain, perpustakaan,
ruang pamer dan ruang workshop. Selain itu, layar
109 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
interaktif pada bangunan museum dapat menjadi point of
interet pada bangunan museum. Layar interaktif ini
digunakan untuk menampilkan karya seni audiovisual
dengan durasi tertentu sehingga pengunjung dapat
menyaksikan dari berbagai sisi. Selain layar interaktif, cara
yang dilakukan untuk membentuk skenario pengunjung
lainnya adalah dengan cara sebagaimana poin di bawah ini.
1. Sesi story telling dan workshop membuat mainan dan
kerajinan tangan, serta melukis.
2. Permainan dengan media interaktif dalam ruang
pamer museum.
Tata Fasilitas Penunjang
Jalannya suatu pameran pada bangunan museum
sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti
fasilitas keamanan, akses ke dalam bangunan museum.
Sebagaimana hasil analisis zonasi museum terdapat 2 area
yang dapat digunakan sebagai entrance museum yaitu pada
bagian Utara dan Barat lokasi rancangan.
Keduanya dapat digunakan untuk meletakkan entrance
museum mengingat bangunan museum sendiri berdasarkan
hasil analisis membutuhkan 2 entrance yaitu untuk pengunjung
serta untuk pengelola dan servis. Alternatif peletakan entrance
pada site dan bangunana dalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.8 Alternatif Entrance dan Exit Kawasan dan Bangunan Pengguna Entrance Exit Tipe Alternatif
Pengunjung
Utara Utara A
Utara Barat B
Barat Utara C
Barat Barat D
Pengelola
Utara Utara A
Utara Barat B
Barat Utara C
Barat Barat D
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan alternatif tersebut untuk entrance dan
exit pengunjung dipilih tipe alternatif B sedangkan untuk
pengelola dipilih tipe alternatif D. Hal ini berdasarkan
110 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
pertimbangan kapasitas kendaraan pengunjung beserta
sirkulasi jalan utama di sekitar kawasan. Jalan pada bagian
Utara relatif ramai khususnya menjelang waktu libur sehingga,
apabila entrance dan exit difokuskan pada bagian tersebut
dikhawatirkan akan mengganggu lalu lintas. Sedangkan untuk
pengelola dikarenakan dalam bangunan museum terdapat
ruang pengelola yang bersifat privat sehingga, untuk
menghindari akses pengunjung maka, entrance secara khusus
diletakkan pada bagian Barat lokasi rancangan.
Yang tidak kalah penting dari sebuah bangunan museum
adalah perlindungan dari bahaya pencurian, bahaya kebakaran
serta bahaya air yang dapat merusak benda koleksi sehingga,
untuk mengatasi hal itu, perlindungan yang akan digunakan
dalam museum rancangan adalah sebagaimana poin-poin
berikut.
1. CCTV terletak di setiap lantai bangunan, pada area
sirkulasi, area khusus seperti tiketing, ruang pamer,
ruang orientasi dan pada bagian entrance bangunan
dan kawasan.
2. Sistem pemadam kebakaran seperti APAR terletak
di setiap 15 meter, sedangkan sprinkler akan
diletakkan di area sirkulasi dan menghindari benda
koleksi. Peletakan smoke detektor pada masing-
masing ruang museum dan kamar mandi.
3. Peletakan metal dan infrared detector pada pintu
keluar dan pintu masuk bangunan museum untuk
menghindari pencurian.
Pencahayaan
Pencahayaan pada sebuah bangunan museum merupakan
bagian yang inheren. Pada ruang pamer, menghindari
kerusakan koleksi maka bukaan dirancang seminim mungkin.
111 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Untuk pencahayaan dalam bangunan museum sendiri
akan digunakan lampu sorot dengan kuat cahaya 200 lux
untuk menerangi koleksi dalam vitrine, lukisan, dan panel.
Beberapa panel pada museum juga berfungsi sebagai
pencahayaan dan penggunaan media seperti layar
interaktif dan mainan interaktif juga dapat memberikan
pencahayaan pada ruang dalam museum.
Pewarnaan Ruang
Dikarenakan ruang dalam museum dipenuhi dengan
media interaktif maka, untuk memaksimalkan pencahayaan
dalam ruang warna yang digunakan sebaiknya adalah warna-
warna netral. Pada langit-langit museum warna gelap akan
diaplikasikan bersamaan dengan penggunaan finishing
kasar atau yang bersifat matte untuk menghindari
pantulan berlebih dari pencahayaan dalam ruang pamer.
Sedangkan pada dinding museum akan digunakan
warna crème atau putih tulang untuk memberikan kesan
luas. Berbeda dengan lantai museum berwarna gelap
dengan menggunakan finishing matte agar cahaya dalam
ruang tidak seluruhnya dipantulkan. Dengan komposisi
pewarnaan ruang secara demikian, Ernst Neufert (1996)
mengatakan bahwa ruang museum dapat lebih luas secara
visual.
Penghawaan
Seperti halnya pencahayaan, penghawaan merupakan
bagian yang inheren dalam desain. Pada bangunan museum,
penghawaan dalam ruang pamer sangat berpengaruh terhadap
keawetan benda pamer. Untuk menjaga suhu dan
kelembaban ruang maka diperlukan adanya fasilitas
pendukung seperti air conditioner dan dehumidifier.
112 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Sedangkan pameran benda koleksi yang menggunakan
vitrine terletak paling rendah 70 cm dari permukaan
lantai dasar sehingga terhindar dari kapilaritas air tanah yang
mungkin terjadi pada lantai dasar bangunan.
B. Tata Ruang Terkait Dimensi Museum
Untuk menjawab permasalahan desain tentang
bagaimana dimensi pengguna dan bangunan indis
mempengaruhi tata ruang maka didapatkan dari hasil analisis
bahwa, ketinggian vitrine maksimum adalah 70cm
mengacu pada dimensi standar pameran museum yang
ditetapkan oleh Depdikbud dan dimensi anak-anak maksimum
yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan untuk ukuran
ketinggian vitrine optimum adalah 120cm berdasarkan dari
kesimpulan hasil analisis. Dimensi pameran dengan vitrine
yang akan digunakan dalam pameran sebagaimana gambar
berikut.
Gambar 3.4 Dimensi Pameran dengan Vitrine
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
Sedangkan untuk merespon dimensi bangunan yang ada
di kawasan Kotabaru, grid struktur yang dipilih adalah
minimum 3m. Selain itu terkait dengan sirkulasi
pengunjung museum, selasar museum yang memiliki lebar
minimum 2 meter dan terdapat fasilitas sirkulasi vertikal
berupa tangga dan ramp yang memiliki dimensi
sebagaimana tabel berikut.
113 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.9 Sirkulasi Vertikal Terkait dengan Tata Ruang
Tangga
Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.
Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.
Lebar pijakan minimum adalah 21 cm
Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.
Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210 cm.
Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.
Ramp
Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan pada outdoor yaitu sebesar 1:15
dengan kemiringan 10o.
Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..
Ramp dengan rasio 1:12.
bordess dengan lebar minimal 120cm.
Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar dan lebar 150 cm untuk memutar
kursi roda.
Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban kursi roda setinggi 10 cm.
Handrail pada ramp setinggi 85 cm.
Sumber : Analisis Penulis
3.1.4 Besaran Ruang
Besaran ruang pada museum rancangan berkaitan dengan 3 hal yaitu
berdasarkan pelaku, berdasarkan aktifitas, berdasarkan furniture. Besaran
ruang terhadap pelaku diprediksi dengan besaran antropomorfik (besaran
tubuh) dan jumlah pengguna ruangan (Auyudi, 2016). Besaran ruang juga
terkait dengan ketinggian ruang museum yang berdasarkan hasil analisis
sebelumnya bahwa ketinggian ruang museum berdasarkan antropometri
didapatkan hasil minimum setinggi 1.9m untuk ruang yang mewadahi
kegiatan pameran. Namun ketinggian bangunan pada rancangan akan
dirancang dengan ketinggian minimum 5m.
3.1.4.1 Besaran Ruang Berdasarkan Pelaku
Dalam menentukan besaran ruang terhadap pelaku dapat
dihitung berdasarkan kebutuhan ruang, jumlah pelaku dan dimensi
pelaku di masing-masing ruangnya. Dimensi yang digunakan
mengacu pada hasil kajian bahwa dimensi pengguna maksimum
adalah selebar 1.8 meter per individu yang dalam hal ini berarti
masing-masing individu memiliki luasan maksimum sebesar
3.2m2 sehingga berdasarkan perhitungan dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 3.10 Besaran Ruang Berdasarkan Pelaku
No. Nama Ruang Pelaku Jumlah Luas
individu (m2)
Luas total
(m2)
Luas Tiap
Ruang
(m2)
1 Ruang Orientasi Pengunjung 15 3.2 48
51.2 Karyawan 1 3.2 3.2
2 Lobby
Pengunjung 15 3.2 48
54.4 Karyawan 1 3.2 3.2
Petugas Keamanan 1 3.2 3.2
3 Ruang workshop
Pengunjung 25 3.2 80
89.6
Karyawan 1 3.2 3.2
Relawan 2 3.2 6.4
114 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
No. Nama Ruang Pelaku Jumlah Luas
Individu (m2)
Luas Total
(m2)
Luas Tiap
Ruang
(m2)
4 Teater
Pengunjung 25 3.2 80
92.8 Karyawan 2 3.2 6.4
Relawan 2 3.2 6.4
5 Perpustakaan Pengunjung 50 3.2 160
169.6 Relawan 3 3.2 9.6
6 Toko souvenir Karyawan 2 3.2 6.4
86.4 Pengunjung 25 3.2 80
7 Ruang pameran
Karyawan 1 3.2 3.2
86.4 Relawan 1 3.2 3.2
Pengunjung 25 3.2 80
8 Ruang audiovisual Pengunjung 25 3.2 80 80
9 Ruang rapat Karyawan 1 3.2 3.2
6.4 Relawan 1 3.2 3.2
10
Ruang
Penyimpanan
Koleksi + transit
Karyawan 2 3.2 6.4 12.8
Relawan 2 3.2 6.4
11 Ruang Reparasi Karyawan 2 3.2 6.4
22.4 Relawan 5 3.2 16
12 Gudang barang Karyawan 2 3.2 6.4
12.8 Relawan 2 3.2 6.4
13 Kantor Karyawan 10 3.2 32
80 Relawan 15 3.2 48
14 Ruang petugas
keamanan
Karyawan 2 3.2 6.4 19.2
Petugas Keamanan 4 3.2 12.8
15 Ruang Janitor Petugas Kebersihan 2 3.2 6.4 6.4
16 Pantry
Karyawan 2 3.2 6.4
25.6 Relawan 2 3.2 6.4
Petugas keamanan 2 3.2 6.4
Petugas kebersihan 2 3.2 6.4
17 Ruang kontrol
CCTV
Karyawan 2 3.2 6.4 12.8
Petugas keamanan 2 3.2 6.4
18 Ruang Jaringan
Komputer Karyawan 4 3.2 12.8 12.8
19 Ruang MEE petugas keamanan 2 3.2 6.4
12.8 karyawan 2 3.2 6.4
20 Toilet
Karyawan
4 3.2 12.8 25.6
Relawan
Petugas Keamanan
Petugas restaurant
Petugas Kebersihan
Petugas parkir
Pengunjung 4 3.2 12.8
21 Mushola
Karyawan
25 3.2 80 80
Relawan
Petugas Keamanan
Petugas restaurant
Petugas Kebersihan
Petugas parkir
Pengunjung
22 Ruang wudhu
Karyawan
10 3.2 32 32
Relawan
Petugas Keamanan
Petugas restaurant
Petugas Kebersihan
Petugas parkir
Pengunjung
23 Ruang nursery Pengunjung 6 3.2 19.2 19.2
24 Cafetaria Petugas restaurant 10 3.2 32
352 Pengunjung 100 3.2 320
25 Ruang Parkir Petugas parkir 2 3.2 6.4
326.4 Pengunjung 100 3.2 320
26 Shelter dan ruang
tunggu
Petugas parkir 2 3.2 6.4 22.4
Supir pribadi 5 3.2 16
27 Ruang bermain
indoor
Pengunjung 100 3.2 320
342.4 Petugas keamanan 2 3.2 6.4
Pengelola 5 3.2 16
28 Aula Pengunjung 100 3.2 320
336 Pengelola 5 3.2 16
29 Ruang Ganti dan
Loker
Pengelola 15 3.2 48 64
Servis 5 3.2 16
30 Loket Pengelola 2 3.2 6.4
19.2 Pengunjung 4 3.2 12.8
LUAS TOTAL AKTIVITAS MUSEUM (m2) 2569.6
Sumber : Analisis Penulis 2016
115 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Dari hasil perhitungan besaran ruang didapatkan luasan
ruang museum keseluruhan berdasarkan dimensi pelaku
adalah 2.570m2.
3.1.4.2 Besaran Ruang Berdasarkan Furniture
Besaran ruang berdasarkan furniture mengacu pada jumlah
furniture dan luas permukaan alas karena berpengaruh pada luasan
permukaan lantai bangunan yang akan ditempati. Perhitungan
besaran ruang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.11 Besaran Ruang Berdasarkan Furniture
No. Nama Ruang Furniture Jumlah
Luas
Alas
(m2)
Luas
Total
(m2)
Luas Tiap
Ruang
(m2)
1 Ruang Orientasi
Metal detector door frame 2 0.4 0.8
6.98 Meja 3 1.22 3.66
Kursi 6 0.42 2.52
2 Lobby Sofa 16 0.56 8.96
12.32 Meja Kaca 8 0.42 3.36
3 Ruang workshop
Meja 24 0.54 12.96
30.54
Kursi 30 0.42 12.6
Rak Barang 1 1.5 1.5
Vitrin 2 1.5 3
Container Box 2 0.24 0.48
4 Ruang teater
Kursi teater 5 seat 4 2.38 9.52
16 Kursi teater 4 seat 4 1.62 6.48
Screen 1 0 0
5 Perpustakaan
Meja 2 0.54 1.08
6.84 Kursi 4 0.42 1.68
Rak buku 30 0.12 3.6
Container Box 2 0.24 0.48
6 Toko souvenir
Buffet 1 0.48 0.48
13.59
Rak barang 40 0.18 7.2
Vitrin 2 1.5 3
lemari es 3 0.25 0.75
ice cream Vitrine 1 2.16 2.16
7 Ruang pameran
Vitrinkast 600 1.5 900
940.98
Meja Vitrin 12 0.54 6.48
Museum Vitrine 30 0.25 7.5
Table game 5 1.4 7
Game Corner 10 1 10
Panggung Pamer 25 0.4 10
8 Ruang audiovisual
Screen 1 0 0
3.96 Proyektor 1 0 0
Rak Sepatu 1 0.36 0.36
Speaker 4 0.9 3.6
9 Ruang rapat
Conference Table 1 12 12
23.82
Kursi 27 0.42 11.34
Proyektor 1 0 0
Buffet 1 0.48 0.48
Screen 1 0 0
10 Ruang Penyimpanan
Koleksi
Rak Barang 10 0.18 1.8
2.76 Meja 1 0.54 0.54
Kursi 1 0.42 0.42
11 Ruang Reparasi
Rak Barang 10 0.18 1.8
5.24
Meja 1 0.54 0.54
Kursi 1 0.42 0.42
Meja kayu 1 2 2
Container Box 2 0.24 0.48
12 Gudang barang Rak barang 1 0.18 0.18
0.66 Container Box 2 0.24 0.48
13 Kantor
Sofa 1 0.56 0.56
2.55 Buffet 1 0.48 0.48
Loker 3 0.45 1.35
Galon air 1 0.16 0.16
116 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
No. Nama Ruang Furniture Jumlah
Luas
Alas
(m2)
Luas
Total
(m2)
Luas Tiap
Ruang
(m2)
14 Ruang petugas
keamanan
Sofa 1 0.56 0.56
2.55 Buffet 1 0.48 0.48
Loker 3 0.45 1.35
Galon air 1 0.16 0.16
15 Ruang Janitor
Kursi 2 0.42 0.84
3.37
Buffet 1 0.48 0.48
Loker 3 0.45 1.35
Galon air 1 0.16 0.16
Meja 1 0.54 0.54
16 Pantry
Lemari es 1 0.25 0.25
0.89 Galon air 1 0.16 0.16
Buffet 1 0.48 0.48
17 Ruang kontrol CCTV
Meja Komputer 1 1.8 1.8
4.85
Kursi 3 0.42 1.26
LCD 12 0 0
Meja 1 0.54 0.54
Buffet 1 1.25 1.25
18 Ruang Jaringan
Komputer
Meja Komputer 10 0.54 5.4 9.6
Kursi 10 0.42 4.2
19 Ruang MEE
Fire Extinguisher 50 0.2 10
24.695
Plumbing 1 0.4 0.4
Panel 3 0.125 0.375
Lift Manusia 2 4 8
Lift Barang 1 4 4
Meja 2 0.54 1.08
Kursi 2 0.42 0.84
20 Toilet
Kloset 6 0.28 1.68
2.82 Sanitary Trash 6 0.09 0.54
Tissue Trash 6 0.09 0.54
Water drain 6 0.01 0.06
21 Mushola
Sajadah 20 0.5 10
10.81 Loker 1 0.45 0.45
Rak sepatu 1 0.36 0.36
22 Ruang wudhu Water drain 1 1.5 1.5 1.5
23 Ruang ibu dan anak
Meja 1 0.54 0.54
2.21 Sofa 1 0.42 0.42
Buffet 1 1.25 1.25
24 Cafetaria
Dining Table Set 20 4 80
104.91
Sofa 8 0.56 4.48
Meja kayu 4 0.72 2.88
Buffet (Cashier) 1 1.62 1.62
Bar Table 1 1.8 1.8
Kursi bar 7 0.3 2.1
Buffet 1 0.48 0.48
Lemari es 2 0.25 0.5
Kompor-oven 2 0.77 1.54
Buffet 2 0.48 0.96
Rak Alat makan 1 0.45 0.45
Washing Table 2 1.5 3
Meja Aluminium 3 1.5 4.5
Refrigerator Freezer 1 0.6 0.6
25 Ruang Parkir Motor 50 0.9 45
670 Mobil 50 12.5 625
26 Shelter dan ruang
tunggu
Kursi Panjang 3 0.96 2.88
4.165 Buffet 1 1.125 1.125
Galon air 1 0.16 0.16
27 Ruang bermain indoor
Media Interaktif 100 1 100
174.52
Rak 50 0.18 9
Panel 42 1 42
Sofa 15 0.56 8.4
meja 21 0.72 15.12
28 Aula
Kursi 100 0.42 42
86.4 Meja 20 0.72 14.4
Panggung 1 30 30
29 Ruang Ganti dan
Loker
Loker 3 0.72 2.16 5.04
Meja 4 0.72 2.88
30 Ruang transit koleksi Meja 2 0.72 1.44
3.12 Kursi 4 0.42 1.68
31 Loket
Meja 4 0.72 2.88
6.18 Kursi 4 0.42 1.68
Buffet 1 1.62 1.62
LUAS TOTAL FURNITURE (m2) 2183.87
Sumber : Analisis Penulis 2016
117 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Dari hasil perhitungan besaran ruang didapatkan luasan
ruang museum keseluruhan berdasarkan dimensi pelaku
adalah 2.184m2.
3.1.4.3 Besaran Ruang Berdasarkan Aktifitas
Besaran ruang berdasarkan aktifitas diambil sebanyak 20%
dari jumlah luasan aktivitas pelaku dan luasan furniture.
Persentase 20% diambil dari efisiensi ruang berdasarkan faktor
ekonomi konstruksi (Auyudi, 2016). Sehingga besaran ruang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.12 Besaran Ruang Berdasarkan Aktivitas No. Nama Ruang Besaran Ruang
1 Ruang Orientasi 11.636
2 Lobby dan Loket 18.424
3 Ruang workshop 24.028
4 Ruang teater 21.76
5 Perpustakaan 35.288
6 Toko souvenir 19.998
7 Ruang pameran 205.476
8 Ruang audiovisual 16.792
9 Ruang rapat 6.044
10 Ruang Penyimpanan Koleksi dan Ruang transit koleksi 4.200
11 Ruang Reparasi 5.528
12 Gudang barang 2.692
13 Kantor 16.51
14 Ruang petugas keamanan 4.35
15 Ruang Janitor 1.954
16 Pantry 5.298
17 Ruang kontrol CCTV 3.53
18 Ruang Jaringan Komputer 4.48
19 Ruang MEE 7.499
20 Toilet 10.059
21 Mushola 16.564
22 Ruang wudhu 8.562
23 Ruang ibu dan anak (nursery) 4.14
24 Cafetaria 91.382
25 Ruang Parkir 199.28
26 Shelter dan ruang tunggu 5.313
27 Ruang bermain indoor 103.384
28 Aula 84.48
29 Ruang Ganti dan Loker 13.808
LUAS TOTAL MUSEUM RANCANGAN (m2) 955.191
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan tabel, didapatkan luas total ruang
berdasarkan aktivitas sebesar 956m2 yaitu setara dengan 13.9%
dari luasan lokasi rancangan yang dapat dibangun.
3.1.4.4 Besaran Ruang Total pada Museum Rancangan
Besaran ruang total pada museum rancangan didapatkan
dengan menjumlahkan luasan aktivitas pelaku, luas permukaan
alas furniture dan luasan aktivitas berdasarkan presentase efisiensi
118 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
ruang. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.13 Besaran Ruang Total
No. Nama Ruang Pelaku
(m2)
Furniture
(m2)
Aktivitas
(20% x
(p+f))
TOTAL LUAS
(p+f+a) (m2)
1 Ruang Orientasi 51.2 6.98 11.636 69.816
2 Lobby 54.4 12.32 13.344 80.064
3 Ruang workshop 89.6 30.54 24.028 144.168
4 Ruang teater 92.8 16 21.76 130.56
5 Perpustakaan 169.6 6.84 35.288 211.728
6 Toko souvenir 86.4 13.59 19.998 119.988
7 Ruang pameran 86.4 940.98 205.476 1232.856
8 Ruang audiovisual 80 3.96 16.792 100.752
9 Ruang rapat 6.4 23.82 6.044 36.264
10 Ruang Penyimpanan
Koleksi 12.8 2.76 3.112 18.672
11 Ruang Reparasi 22.4 5.24 5.528 33.168
12 Gudang barang 12.8 0.66 2.692 16.152
13 Kantor 80 2.55 16.51 99.06
14 Ruang petugas keamanan 19.2 2.55 4.35 26.1
15 Ruang Janitor 6.4 3.37 1.954 11.724
16 Pantry 25.6 0.89 5.298 31.788
17 Ruang kontrol CCTV 12.8 4.85 3.53 21.18
18 Ruang Jaringan Komputer 12.8 9.6 4.48 26.88
19 Ruang MEE 12.8 24.695 7.499 44.994
20 Toilet 25.6 2.82 10.059 38.479
21 Mushola 80 10.81 16.564 107.374
22 Ruang wudhu 32 1.5 8.562 42.062
23 Ruang ibu dan anak
(nursery) 19.2 2.21 4.14 25.55
24 Cafetaria 352 104.91 91.382 548.292
25 Ruang Parkir 326.4 670 199.28 1195.68
26 Shelter dan ruang tunggu 22.4 4.165 5.313 31.878
27 Ruang bermain indoor 342.4 174.52 103.384 620.304
28 Aula 336 86.4 84.48 506.88
29 Ruang Ganti dan Loker 64 5.04 13.808 82.848
30 Ruang transit koleksi 16 3.12 3.824 22.944
31 Loket 19.2 6.18 5.076 30.456
LUAS TOTAL MUSEUM RANCANGAN (m2) 5708.661
Sumber : Analisis Penulis
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya didapatkan hasil
bahwa, ruang pamer minimum di tiap isi pameran seluas
6.3m2 yang berarti luas minimum tiap kategori 39.7m2 dan
luas Ruang pamer total minimum 278m2 untuk 17.000 koleksi
mainan. Namun hasil ini masih jauh lebih sedikit
dibandingkan hasil perhitungan besaran ruang sehingga,
dipilih luasan sebesar 1.233m2 untuk dapat diaplikasikan pada
ruang pamer museum rancangan. Dari perhitungan, total
besaran ruang museum minimum sebesar 5.708,7m2 atau
sebesar 89% dari total lahan yang boleh dibangun (6900m2)
secara keseluruhan.
Besaran ruang total juga mencakup 3 poin yang terkait
dengan sirkulasi kawasan museum rancangan yaitu dengan
119 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
mempertimbangkan grid antar struktur minimum selebar 3
meter, lebar minimum jalur sirkulasi horizontal sebesar 2
meter dan dimensi jalur sirkulasi vertikal sebagaimana yang
tertera pada tabel berikut.
Tabel 3.14 Besaran Sirkulasi Vertikal
Tangga
Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.
Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.
Lebar Pijakan minimum adalah 21 cm.
Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.
Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210 cm.
Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.
Ramp
Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan
pada outdoor yaitu sebesar 1:15 dengan kemiringan 10o.
Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..
Ramp dengan rasio 1:12.
bordess dengan lebar minimal 120cm.
Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar
dan lebar 150 cm untuk memutar kursi roda.
Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban
kursi roda setinggi 10 cm.
Handrail pada ramp setinggi 85 cm.
Sumber : Analisis Penulis
120 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
3.1.5 Klasifikasi Ruang
Dalam sub-bab ini, penulis mengklasifikasikan museum
berdasarkan privasi dan frekuensi aktivitas edukasi dan interaktif
dikarenakan penekanan desain museum yang ingin diraih adalah untuk
mewujudkan aktivitas sehingga, klasifikasi ruang museum dipaparkan
berikut ini.
3.1.5.1 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Privasi
Pada bagian ini, ruang museum terbagi menjadi 3 jenis yaitu
ruang publik, privat dan semi-privat sebagaimana yang tertera
pada skema berikut.
Gambar 3.5 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Privasi
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
3.1.5.1 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Frekuensi Aktivitas
Pada bagian ini, ruang museum akan dibagi berdasarkan
frekuensi aktivitas edukasi interaktif sebagaimana yang tertera
pada skema berikut.
121 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Gambar 3.6 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Frekuensi Aktivitas
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
Kedua klasifikasi ini yang dijadikan pertimbangan dalam
merancang zonasi ruang dalam museum yang selanjutnya akan didukung
dengan hubungan ruang yang akan dibahas kemudian.
3.1.6 Hubungan Ruang
Pada bagian ini akan dijelaskan hubungan ruang berdasarkan
pertimbangan aktivitas pengguna museum rancangan. Hubungan ruang
akan dijelaskan melalui skema berikut dan dilanjutkan dalam matriks
Activity Relationship Diagram yang akan dipaparkan berikut ini.
Gambar 3.7 Skema Hubungan Ruang
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
122 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Ga
mb
ar
3.8
Ma
trik
s R
ua
ng
Su
mb
er:
Ilu
stra
si P
enu
lis
201
6
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa seluruh ruang dapat
diakses melalui lobby museum. Ruang-ruang museum dikelompokkan
menjadi 5 bagian besar yaitu ruang edukasi interaktif dan ruang fasilitas
dan servis yang dapat diakses oleh pengunjung dan pengelola, ruang
pengelola, ruang pendukung dan ruang utilitas yang hanya dapat diakses
oleh pengelola museum. Kedekatan antar ruang-ruang museum yang
kemudian akan digambarkan pada matriks ruang yang berfungsi sebagai
dasar organisasi ruang. Matriks ruang museum dapat dilihat dalam gambar
berikut ini.
123 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
3.1.7 Organisasi Ruang
Gambar 3.9 Organisasi Ruang
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
3.1.8 Tata Ruang Berdasarkan Zonasi dan Organisasi Ruang
Pada tahap selanjutnya, untuk mendapatkan ruang yang merespon
kondisi sekitar yang mencakup matahari, iklim dan sirkulasi maka
diperlukan adanya penggabungan antara kondisi zonasi tapak eksisting
yang telah digambarkan pada gambar 2.40 dengan organisasi ruang yang
telah dipaparkan pada gambar 3.9 sehingga, didapatkan tata ruang yang
menyesuaikan kondisi fisik sekitar.
Langkah ini perlu dilakukan mengingat, ruang museum ingin
dirancang secara terintegrasi mulai dari kawasan Kotabaru secara luas
yang merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki konsep bangunan
dan lanskap sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, kawasan
museum rancangan yang merespon lanskap kawasan Kotabaru dan
menunjang kegiatan edukasi interaktif serta bangunan rancangan yang
merespon gaya bangunan pada kawasan Kotabaru dan aktivitas edukasi
interaktif sebagai pendekatan dalam rancangan museum. Adapun hasil dari
penggabungan kedua aspek tersebut dapat dilihat pada gambar 3.10
berikut ini yang menjadi zonasi dasar perancangan museum.
124 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Gambar 3.10 Tata Ruang Berdasarkan dengan Zonasi dan Organisasi Ruang
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
Ruang pengelola dan ruang pendukung pada museum rancangan
terletak pada sisi terluar bangunan yang menghadap kearah jalan utama
dikarenakan tidak terhalang bayangan pada bangunan di sekelilingnya.
Peletakan ini sebagaimana pertimbangan kebutuhan intensitas cahaya
yang tinggi untuk bekerja dan tempat yang dapat dirancang dengan
bukaan maksimum. Sedangkan ruang orientasi dan aula merupakan
ruangan yang di dukung dengan media audio visual sehingga, ada baiknya
ruangan ini dibuat agak tertutup agar meminimalisir pantulan sinar
matahari. Zonasi di atas, apabila dibagi menurut zona publik (hijau),
privat (merah) dan servis (kuning), akan terbagi sebagaimana gambar
berikut.
Gambar 3.11 Tata Ruang Berdasarkan dengan Sifat Zonasi
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
125 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Berdasarkan zonasi pada gambar 3.10 maka pemisahan zonasi
ruang utama dan pendukung dilakukan secara horizontal sehingga,
gubahan massa yang dipilih adalah berjumlah 2 massa dengan
pertimbangan pemisahan aktivitas antara ruang edukasi interaktif
dengan ruang penunjang sekaligus untuk merespon konsep kawasan
Kotabaru sebagai lokasi rancangan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, massa museum
yang berjumlah 2 massa memiliki respon terhadap bangunan dalam
kawasan Kotabaru yang mengusung tema indis sebagaimana berikut :
1. Massa utama memiliki bentuk dasar segi empat simetris atau
asimetris dan terletak pada bagian tengah lokasi rancangan.
2. Terdapat selasar yang menghubungkan 2 massa.
3. Massa penunjang terletak di sisi kiri bangunan yang berbentuk
memanjang atau menyiku berdasarkan zonasi pada gambar 3.10.
3.2 FASAD
3.2.1 Fasad Terkait Rancangan Museum
Merespon persoalan fasad museum rancangan, maka penulis
menggunakan komponen fasad yang merupakan kombinasi dari
selubung bangunan, material precast, fasad statis, curtain wall dan
finishing dengan warna netral untuk merespon kawasan. Untuk
menambah elemen interaktif pada fasad, diperlukan pencahayaan
khususnya pada sore hingga malam hari, fasad pada museum
rancangan nantinya akan disorot dengan lampu LED berwarna warni
sehingga, bidang fasad juga dapat berganti seiring dengan warna
lampu yang dimainkan. Penggunaan lampu LED pada fasad museum di
malam hari ditujukan untuk mengkomunikasikan keberadaan kegiatan
pertunjukan yang dilakukan dalam lingkungan museum seperti
pertunjukan wayang maupun pameran kesenian temporer misalnya.
Adapun yang harus dipertimbangkan dalam fasad museum terkait dengan
konsep kawasan antara lain adalah:
1. Fasad menggunakan ornamen bidang 3D dan ornamen garis
126 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
linear seminimal mungkin dengan menghindari kesan masiv
salah satunya dengan memecah bidang fasad menjadi 2 bagian.
Garis linear dapat berupa garis linear diagonal, vertikal maupun
horizontal. Penerapan garis linear pada fasad dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti memberikan ornamen linear tersendiri seperti
penambahan shading maupun sirip atau dapat juga menyatu dengan
fasad museum secara keseluruhan.
2. Dinding pada bagian bawah fasad diberikan permukaan bebatuan.
Dari hasil observasi penulis, pada bangunan di sekitar kawasan
rancangan, penggunaan material kasar pada bangunan dilakukan
dengan memberikan bebatuan alami yang terletak dari atas
permukaan tanah. Pada bangunan rancangan, respon dinding fasad
pada bangunan indis akan diadaptasi dengan memberikan bebatuan
sebagai bagian dari elemen fasad.
3. Material pada bangunan rancangan menggunakan beton
bertulang sebagai struktur utama. Penggunaan material pada
bangunan museum menyesuaikan dengan bangunan pada kawasan
yaitu dengan material struktur beton bertulang dan dinding utama
menggunakan batu bata dengan pertimbangan durabilitas struktur
museum yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama.
4. Pada bagian muka museum dirancang dengan teras terbuka
yang memiliki perbedaan level dan area drop off bagi
pengunjung museum.
3.3 LANSKAP
Berdasarkan pemaparan pada bagian sebelumnya bahwa lanskap museum
juga tidak akan lepas dari pertimbangan perancangan terutama untuk
mempertimbangkan respon terhadap kawasan serta mewadahi aktivitas edu
interaktif maka, perwujudannya akan dipaparkan pada poin berikut ini.
127 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
3.3.1 Tata Lanskap Berdasarkan Konsep Kawasan
Seperti yang dijelaskan pada bab berikutnya bahwa lanskap pada
kawasan rancangan akan digunakan sebagai tempat hiburan untuk
mendukung kegiatan edukasi interaktif. Namun tak lepas dari fungsi yang
ditujukan lanskap, perlu adanya respon terkait kawasan Kotabaru. Respon
terhadap kawasan dilakukan dengan aplikasi terhadap poin dibawah ini
yaitu:
1. Menggunakan pola cincin radial yang dihubungkan oleh garis linear.
Pola ini dipilih sehingga lanskap pada kawasan museum rancangan
dapat diakses dengan variatif.
2. Zonasi yang terdiri dari ruang parkir, ruang terbuka (tempat
bermain), dan perletakan massa museum dengan menggunakan
ruang yang bersifat publik pada kawasan rancangan.
3. Terdapat pohon peneduh yang disusun dengan jarak berirama.
Dalam hal ini, pohon peneduh yang dipilih pada kawasan
adalah pohon flamboyan dikarenakan warna bunganya dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak untuk mengunjungi
museum. Berdasarkan observasi penulis pada vegetasi kawasan,
jarak antar pohon yang mungkin diaplikasikan pada kawasan
museum adalah 10 meter dengan fungsi sebagai pembatas jalan
utama dengan halaman museum. Sehingga, dari poin-poin
tersebut didapatkan bentukan dasar sebagaimana berikut.
4.
Gambar 3.11 Penyelesaian Lanskap Berdasarkan Konsep Garden City
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
128 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
3.3.3 Tata Lanskap Berdasarkan Aktivitas Edukasi Interaktif
Dijelaskan sebelumnya bahwa lanskap pada bangunan museum
akan digunakan sebagai aktivitas aktif dan pasif maka, berdasarkan
fungsinya sebagai museum mainan, pada lanskap museum akan
diaplikasikan taman bermain dan ruang tunggu yang memiliki bentukan
dasar sebagaimana penyelesaian berikut.
Gambar 3.12 Penyelesaian Lanskap Berdasarkan Aktivitas Edu Interaktif
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
129 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
3.4 KESIMPULAN PENYELESAIAN PERSOALAN RANCANGAN
Berdasarkan hasil di atas maka di dapatkan pedoman untuk menemukan
konsep dalam rancangan bangunan museum. Persoalan yang akan diselesaikan
kembali terkait dengan permasalahan khusus proyek akhir sarjana yaitu :
1. Bagaimana mewujudkan tata ruang yang mewadahi kegiatan edukasi
interaktif pada rancangan museum namun juga mempertimbangkan
dimensi pengguna termasuk anak-anak dan dimensi bangunan indis di
kawasan Kotabaru?
2. Bagaimana merancang fasad museum yang merespon bentuk dan pola
fasad pada kawasan Kotabaru namun juga berperan sebagai komponen
yang interaktif pada museum rancangan?
3. Bagaimana menata lansekap pada kawasan museum rancangan yang
mewadahi kegiatan edukasi dan interaktif namun juga merespon kawasan
konservasi khususnya konsep kawasan yang terdapat di Kotabaru?
Dari hasil analisis maka di dapatkan hasil persoalan desain berdasarkan
permasalahan di atas yaitu sebagaimana yang tertera berikut ini.
Tabel 3.15 Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan Sintesis Perancangan Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan
Tata ruang terkait
pengguna dan dimensi
banguanan di Kotabaru.
1. Ruang Pamer terbagi menjadi 7 kategori yang dibagi secara vertical dan
horizontal.
2. Susunan ruang pamer dibuat zig-zag (dengan penggunaan mezanin) antara satu
kategori dengan kategori lainnya untuk efisiensi ruang dan meminimalisir
ketinggian.
3. Sirkulasi ruang pamer satu arah dimulai dari bagian paling atas menuju ke
bawah.
4. Penggunaan layar interaktif sebagai pendukung kegiatan pameran yang tersebar
di setiap kategori tata pamer.
5. Ruang edukasi interaktif saling berbaur.
6. Bagian utara terdapat entrance pengunjung sedangkan pada bagian barat terdapat
entrance pegawai dan exit pengunjung dan pegawai.
7. Pencahayaan di dominasi lampu sorot dengan kekuatan 200 lux dan berasal dari
koleksi museum.
8. Penggunaan warna gelap dan matte pada langit-langit dan lantai sedangkan
warna terang pada dinding.
9. Dimensi vitrine 120 cm dengan ketingian 70 cm dari permukaan lantai dasar.
10. Grid struktur minimum memiliki bentangan 3 meter.
11. Ketinggian minimum lantai bangunan adalah 5 meter.
12. Lebar sirkulasi ruang edukasi interaktif minimum 2 meter.
13. Dimensi tangga sebagaimana berikut :
Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.
Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.
Lebar pijakan minimum adalah 21 cm
Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.
Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210
cm.
Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.
14. Dimensi ramp sebagaimana berikut :
Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan
pada outdoor yaitu sebesar 1:15 dengan kemiringan 10o.
Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..
Ramp dengan rasio 1:12.
130 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Sintesis Perancangan Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan
Tata ruang terkait
pengguna dan dimensi
banguanan di Kotabaru.
bordess dengan lebar minimal 120cm.
Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar
dan lebar 150 cm untuk memutar kursi roda.
Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban
kursi roda setinggi 10 cm.
Handrail pada ramp setinggi 85 cm.
15. Sistem keamanan museum dilengkapi dengan CCTV, system pencegah
kebakaran seperti APAR, smoke detector dan sprinkler serta, infrared dan metal
detector pada akses masuk dan keluar museum.
16. Terdapat penghawaan menggunakan dehumidifier dan air conditioner.
17. Ruang pengelola dan ruang pendukung pada museum rancangan terletak pada
sisi terluar bangunan yang menghadap kearah jalan utama tepatnya disisi kiri
massa inti dengan bangunan penunjang menyiku atau memanjang.
Massa museum berjumlah 2 massa sehingga dihubungkan dengan selasar dan
bangunan utama memiliki bentuk dasar segi empat simetris atau asimetris yang
terletak di tengah lokasi rancangan.
Fasad yang merespon
kawasan dan interaktif
1. Menggunakan elemen fasad interaktif seperti, curtain wall, precast dan double
skin facade dilengkapi dengan fasad statis dan LED.
2. Finishing fasad berwarna netral.
3. Elemen garis linear dan bidang 3 dimensi..
4. Memecah fasad menjadi 2 bagian dengan menggunakan elemen bebatuan pada
fasad bagian bawah
5. Material beton bertulang dan bata untuk dinding maupun struktur yang terekspos
pada fasad.
6. Pada area entrance museum dilengkapi dengan teras terbuka dan drop off area
serta perbedaan level ketingian antara permukaan tanah dan lantai.
Lanskap yang mewadahi
aktivitas Edu interaktif
dan merespon kawasan.
1. Sirkulasi menggunakan pola cincin radial yang terhubung dengan sirkulasi
linear.
2. Titik pusat kawasan rancangan pada lanskap merupakan ruang terbuka.
3. Terdapat sarana bermain.
4. Terdapat ruang kegiatan pasif
5. Penyusunan pohon flamboyan (pohon peneduh) dengan jarak satu dan lainnya
sebesar 10m yang berfungsi sebagai pembatas lokasi rancangan dengan jalan
utama.
6. Zonasi lanskap terbagi 3 yaitu zona publik, zona servis di sisi Selatan lokasi dan
zona privat diantara zona publik dan servis.
Sumber : Analisis Penulis 2016