bagian 3 penyelesaian persoalan perancangan

29
102 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga Kotabaru, Yogyakarta Dewi Retno Prameswari | 12 512 064 BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penyelesaian persoalan perancangan terkait dengan hasil yang diperoleh dari bagian latar belakang maupun kajian pustaka. Pada bagian ini akan dibagi menjadi 3 paparan yaitu tata ruang, fasad, dan lanskap yang selanjutnya akan dibahas untuk kemudian di aplikasikan pada bangunan rancangan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga di kawasan cagar budaya Kotabaru. 3.1 TATA RUANG Tata ruang berikut ini akan membahas hal yang berkaitan dengan kebutuhan ruang pengguna, besaran ruang, sifat dan hubungan ruang, klasifikasi hingga organisasi ruang yang nantinya akan menjadi program ruang untuk diaplikasikan pada museum rancangan. 3.1.1 Pelaku dalam Rancangan Pengguna dalam museum dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pengelola dan pengunjung yang secara rinci dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.1 Pelaku dalam Rancangan Pengelola Bagian administrasi Relawan Tenaga konservasi Tenaga preparasi Tenaga bimbingan Pengunjung Anak-anak Dewasa Servis Petugas kebersihan Petugas keamanan Petugas parkir Petugas restaurant Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012 3.1.2 Aktifitas dalam Museum Aktivitas dalam bangunan museum rancangan mengacu pada pendekatan tematis yang diajukan dalam proyek akhir sarjana ini yang berupa kegiatan edu-interaktif dilengkapi dengan kegiatan pada museum

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

102 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

BAGIAN 3

PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penyelesaian persoalan

perancangan terkait dengan hasil yang diperoleh dari bagian latar belakang maupun

kajian pustaka. Pada bagian ini akan dibagi menjadi 3 paparan yaitu tata ruang,

fasad, dan lanskap yang selanjutnya akan dibahas untuk kemudian di aplikasikan

pada bangunan rancangan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga

di kawasan cagar budaya Kotabaru.

3.1 TATA RUANG

Tata ruang berikut ini akan membahas hal yang berkaitan dengan kebutuhan

ruang pengguna, besaran ruang, sifat dan hubungan ruang, klasifikasi hingga

organisasi ruang yang nantinya akan menjadi program ruang untuk

diaplikasikan pada museum rancangan.

3.1.1 Pelaku dalam Rancangan

Pengguna dalam museum dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu

pengelola dan pengunjung yang secara rinci dipaparkan pada tabel

berikut.

Tabel 3.1 Pelaku dalam Rancangan

Pengelola

Bagian administrasi

Relawan

Tenaga konservasi

Tenaga preparasi

Tenaga bimbingan

Pengunjung Anak-anak

Dewasa

Servis

Petugas kebersihan

Petugas keamanan

Petugas parkir

Petugas restaurant

Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012

3.1.2 Aktifitas dalam Museum

Aktivitas dalam bangunan museum rancangan mengacu pada

pendekatan tematis yang diajukan dalam proyek akhir sarjana ini yang

berupa kegiatan edu-interaktif dilengkapi dengan kegiatan pada museum

Page 2: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

103 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Kolong Tangga sebelumnya yang tidak dapat dihilangkan mengingat

kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari museum Kolong Tangga.

Aktivitas museum Kolong Tangga pada tahun 2016 terdiri dari kunjungan

dan pameran, belajar bersama, membuat mainan, melakukan permainan,

expo dan seminar.

Untuk menemukan aktivitas apa saja yang akan diterapkan pada

bangunan museum maka, perlu adanya pertimbangan aktivitas antara

kegiatan edukasi interaktif dan kegiatan museum Kolong Tangga

sebelumnya sehingga pada akhirnya akan ditemukan aktivitas yang paling

optimal untuk dibahas selanjutnya sebagai kebutuhan ruang yang menjadi

bagian dari rancangan museum. Adapun aktivitas Kolong Tangga

rancangan yang merupakan hasil dari komparasi dengan aktivitas edukasi

interaktif yaitu :

1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum berupa demonstrasi dan

dialog edukasi.

2. Pameran tetap koleksi mainan

3. Belajar bersama

4. Membuat mainan

5. Melakukan permainan

6. Bermain peran

7. Display tactile

8. Pameran audio visual

9. Expo dan Seminar.

Selain kegiatan di atas, terdapat kegiatan pengguna internal yaitu

bagian pengelola dan servis museum yang juga perlu dipertimbangkan.

Adapun skenario aktivitas pengguna internal tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 3.1 Skenario Aktivitas Pengguna Internal

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 3: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

104 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Berdasarkan aktivitas di atas maka, disimpulkan aktivitas yang akan

digunakan untuk menemulkan ruang yang dibutuhkan adalah

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.2 Aktivitas Museum Rancangan

Pengunjung

1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum

berupa demonstrasi dan dialog edukasi.

2. Pameran tetap koleksi mainan

3. Belajar bersama

4. Membuat mainan

5. Melakukan permainan

6. Bermain peran

7. Display tactile

8. Pameran audio visual

9. Expo dan Seminar.

Pengelola dan

Servis

1. Parkir kendaraan

2. Persiapan

3. Kerja

4. Istiirahat

5. Sholat

6. Makan

Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012

3.1.3 Kebutuhan Ruang

3.1.3.1 Ruang Museum Rancangan

Berdasarkan kesimpulan persoalan desain pada bagian sebelumnya

maka ruang-ruang museum yang dibutuhkan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.3 Kebutuhan Ruang Museum Berdasarkan Hasil Persoalan Desain Jenis Ruang yang diperlukan dalam rancangan

Ruang Pokok

Ruang pamer

Ruang bermain dan Workshop

Ruang audiovisual

Perpustakaan

Ruang Orientasi

Teater

Kantor dan administrasi

Penyimpanan koleksi

Ruang transit koleksi

Ruang reparasi

Toko souvenir dan cafetaria

Ruang Penunjang

Ruang tiket

Lobi

Toilet umum, karyawan, difabel, Ruang penitipan barang

Parkir dan Taman

Ruang petugas keamanan

Ruang Komputer dan CCTV

Sumber : Analisis Penulis 2016

Sedangkan berdasarkan aktivitas pengguna museum, ruang yang

dibutuhkan dalam rancangan museum sebagaimana yang tertera dalam

tabel berikut.

Page 4: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

105 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang

Pengunjung

1. Kunjungan dan pemanduan dalam

museum berupa demonstrasi dan

dialog edukasi.

2. Pameran tetap koleksi mainan

3. Belajar bersama

4. Membuat mainan

5. Melakukan permainan

6. Bermain peran

7. Display tactile

8. Pameran audio visual

9. Expo dan Seminar.

Ruang Orientasi

Ruang Pameran

Perpustakaan

Workshop

Ruang bermain

Teater

Ruang audiovisual

Aula

Ruang tunggu

Pengelola dan

Servis

1. Parkir kendaraan

2. Persiapan

3. Kerja

4. Istiirahat

5. Sholat

6. Makan

Area parkir

Ruang Ganti dan Loker

Kantor

Ruang Rapat

Ruang keamanan dan CCTV

Ruang Jaringan Komputer

Ruang petugas keamanan

Pantry

Mushola

Ruang Janitor

Gudang

Sumber : Analisis Penulis 2016

Tahap selanjutnya, berdasarkan kedua tabel diatas, diperlukan

adanya ruang MEE yang menunjang kegiatan museum yang terdiri dari

ruang genset dan panel, ruang water treatment dan ruang pompa sehingga,

ruang pada museum rancangan terdiri dari :

Tabel 3.5 Kebutuhan Ruang Museum Rancangan Ruang berdasar hasil

persoalan desain

Ruang berdasarkan

aktivitas pengunjung

Kebutuhan Ruang dalam

Museum Rancangan

Ruang pamer

Ruang bermain dan

Workshop

Ruang audiovisual

Perpustakaan

Ruang Orientasi

Teater

Kantor dan administrasi

Penyimpanan koleksi

Ruang transit koleksi

Ruang reparasi

Toko souvenir dan

cafetaria

Ruang tiket

Lobi

Toilet umum, karyawan,

difabel, Ruang Penitipan

barang

Parkir dan Taman

Ruang petugas keamanan

Ruang Komputer dan

CCTV

Ruang Orientasi

Ruang Pameran

Perpustakaan

Workshop

Ruang bermain

Teater

Ruang audiovisual

Aula

Area parkir

Ruang Ganti dan Loker

Kantor

Ruang Rapat

Ruang keamanan dan

CCTV

Ruang Jaringan Komputer

Ruang petugas keamanan

Pantry

Mushola

1. Ruang Orientasi

2. Ruang Pameran

3. Perpustakaan

4. Workshop

5. Ruang bermain

6. Teater

7. Ruang audiovisual

8. Aula

9. Area parkir

10. Ruang Ganti dan Loker

11. Kantor

12. Ruang Rapat

13. Ruang keamanan dan CCTV

14. Ruang Jaringan Komputer

15. Ruang petugas keamanan

16. Pantry

17. Mushola

18. Tempat wudhu

19. Penyimpanan koleksi

20. Ruang transit koleksi

21. Ruang reparasi

22. Toko souvenir dan cafetaria

23. Ruang tiket

24. Lobi

25. Toilet umum, karyawan, difabel

26. Ruang penitipan barang

27. Ruang ibu dan anak

28. Ruang Genset dan Panel

29. Ruang Pompa dan Water

Treatment.

30. Ruang Janitor

31. Gudang

Sumber : Analisis Penulis 2016

Page 5: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

106 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

A. Tata Ruang Pamer Pada Museum

Untuk mewujudkan aktivitas edukasi interaktif pada

museum rancangan, kebutuhan ruang pamer perlu

diperhatikan. Aspek yang dipertimbangkan terkait pameran

dalam museum antara lain, tata pameran, pencahayaan,

pewarnaan ruang, penghawaan dalam ruang serta zonasi

museum rancangan yang masing-masing akan dibahas sebagai

berikut ini.

Tata dan Zonasi Pameran

Pada ruang pamer museum, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya akan dibagi menjadi 7 klasifikasi yaitu

berdasarkan Alat Musik, Material, Kehidupan, Dunia Pria,

Dunia Wanita, Daerah Asal dan Keseharian. Pembagian

zonasi pada ketujuh ruang pamer ini dapat menggunakan

beberapa alternatif sebagaimana gambar berikut beserta

kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif yang

dipaparkan pada tabel.

Gambar 3.2 Alternatif Pembagian Ruang

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 6: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

107 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Tabel 3.6 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Ruang Tipe Kelebihan Kekurangan

A Seluruh koleksi dapat langsung di

akses dalam satu lantai museum.

Membutuhkan ruang yang luas

namun lokasi rancangan terbatas.

B

Kategorisasi pada museum sangat

jelas perbedaannya

Bangunan untuk konteks kawasan

kotabaru terlalu tinggi sehingga

dikhawatirkan tidak merespon

kawasan

C

Kategorisasi pada museum sangat

jelas perbedaannya.

Ketinggian bangunan dapat

disesuaikan dengan bangunan

sekitar sehingga merespon

kawasan.

Sirkulasi dapat menggunakan ramp

menerus dari lantai 7 hingga ke

lantai GF.

Sirkulasi antara sisi kanan dan kiri

harus menyesuaikan standar

kemiringan tangga dan ramp bagi

pengguna difabel maupun anak-

anak.

D

Ketinggian bangunan dapat

menyesuaikan ketinggian

bangunan pada kawasan.

Kategorisasi koleksi pada museum

cukup jelas.

Sirkulasi vertikal membutuhkan

lebih banyak tangga dan ramp.

Sumber : Analisis Penulis 2016

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan alternatif

pada tabel, maka, tipe C sebagai tata pameran museum.

Pada tipe ini, jarak antar lantai dirancang dengan

ketinggian 5 meter, sehingga mezanin memiliki jarak 2,5

meter dari ketinggian lantai acuan.Dikembangkan

selanjutnya bahwa sirkulasi pengunjung museum dapat terjadi

secara 2 hal sebagaimana gambar berikut beserta kelebihan

dan kekurangan masing-masing alternatif.

Gambar 3.3 Alternatif Sirkulasi

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 7: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

108 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Tabel 3.7 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Sirkulasi Tipe Kelebihan Kekurangan

A

Pengunjung museum dapat secara

bebas bergerak dari satu lantai ke

lantai lainnya.

Membutuhkan sirkulasi vertikal

dalam jumlah lebih banyak.

Bagian atas museum cenderung

sepi.

Sirkulasi kurang efektif

Keamanan museum perlu dijaga

secara ketat dikarenakan akses

keluar masuk lebih mudah.

B

Sirkulasi ini lebih efektif

dikarenakan pengunjung tidak

harus naik turun untuk keluar dari

bangunan museum.

Pengunjung berjumlah relatif sama

pada setiap lantainya.

Keamanan museum lebih terjamin

dikarenakan pengunjung tidak

dapat sembarangan mengakses

ruang.

Pengunjung ditekankan untuk

mengikuti alur sirkulasi museum.

Alat sirkulasi vertikal diperlukan

untuk mengangkut pengunjung

dari lantai dasar menuju lantai

paling atas untuk memulai alur

pameran.

Sumber : Analisis Penulis 2016

Berdasarkan pertimbangan di atas maka sirkulasi

yang dipilih adalah tipe B. Pemilihan ini didasari dengan

kemudahan akses pengunjung terutama pengunjung difabel

yang perlu diberi perhatian khusus terkait dengan akses

vertikal.

Sirkulasi dalam sebuah museum membutuhkan skenario

waktu tertentu sebagaimana berdasarkan observasi penulis

terhadap salah satu museum di Yogyakarta yaitu Ullen Sentalu

yang menerapkan sesi kunjungan selama-lamanya 1 jam untuk

menghabiskan waktu di kawasan museum. Berdasarkan hasil

observasi ini, penulis memiliki pendapat bahwa kunjungan

dalam sebuah bangunan museum tidak boleh terlalu cepat

namun juga sebaiknya dengan jangka waktu tertentu sehingga,

bangunan museum tidak terkesan sepi maupun sangat padat

agar aktivitas edukasi interaktif dapat terwujud.

Mengatasi hal tersebut, pada bangunan museum akan

ditambahkan layar-layar interaktif yang menayangkan

proses pembuatan mainan maupun film dokumenter yang

menampilkan permainan pada suatu daerah tertentu yang

tersebar di sepanjang ruang-ruang pamer museum dan

terletak bersamaan dengan ruang bermain, perpustakaan,

ruang pamer dan ruang workshop. Selain itu, layar

Page 8: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

109 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

interaktif pada bangunan museum dapat menjadi point of

interet pada bangunan museum. Layar interaktif ini

digunakan untuk menampilkan karya seni audiovisual

dengan durasi tertentu sehingga pengunjung dapat

menyaksikan dari berbagai sisi. Selain layar interaktif, cara

yang dilakukan untuk membentuk skenario pengunjung

lainnya adalah dengan cara sebagaimana poin di bawah ini.

1. Sesi story telling dan workshop membuat mainan dan

kerajinan tangan, serta melukis.

2. Permainan dengan media interaktif dalam ruang

pamer museum.

Tata Fasilitas Penunjang

Jalannya suatu pameran pada bangunan museum

sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti

fasilitas keamanan, akses ke dalam bangunan museum.

Sebagaimana hasil analisis zonasi museum terdapat 2 area

yang dapat digunakan sebagai entrance museum yaitu pada

bagian Utara dan Barat lokasi rancangan.

Keduanya dapat digunakan untuk meletakkan entrance

museum mengingat bangunan museum sendiri berdasarkan

hasil analisis membutuhkan 2 entrance yaitu untuk pengunjung

serta untuk pengelola dan servis. Alternatif peletakan entrance

pada site dan bangunana dalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.8 Alternatif Entrance dan Exit Kawasan dan Bangunan Pengguna Entrance Exit Tipe Alternatif

Pengunjung

Utara Utara A

Utara Barat B

Barat Utara C

Barat Barat D

Pengelola

Utara Utara A

Utara Barat B

Barat Utara C

Barat Barat D

Sumber : Analisis Penulis 2016

Berdasarkan alternatif tersebut untuk entrance dan

exit pengunjung dipilih tipe alternatif B sedangkan untuk

pengelola dipilih tipe alternatif D. Hal ini berdasarkan

Page 9: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

110 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

pertimbangan kapasitas kendaraan pengunjung beserta

sirkulasi jalan utama di sekitar kawasan. Jalan pada bagian

Utara relatif ramai khususnya menjelang waktu libur sehingga,

apabila entrance dan exit difokuskan pada bagian tersebut

dikhawatirkan akan mengganggu lalu lintas. Sedangkan untuk

pengelola dikarenakan dalam bangunan museum terdapat

ruang pengelola yang bersifat privat sehingga, untuk

menghindari akses pengunjung maka, entrance secara khusus

diletakkan pada bagian Barat lokasi rancangan.

Yang tidak kalah penting dari sebuah bangunan museum

adalah perlindungan dari bahaya pencurian, bahaya kebakaran

serta bahaya air yang dapat merusak benda koleksi sehingga,

untuk mengatasi hal itu, perlindungan yang akan digunakan

dalam museum rancangan adalah sebagaimana poin-poin

berikut.

1. CCTV terletak di setiap lantai bangunan, pada area

sirkulasi, area khusus seperti tiketing, ruang pamer,

ruang orientasi dan pada bagian entrance bangunan

dan kawasan.

2. Sistem pemadam kebakaran seperti APAR terletak

di setiap 15 meter, sedangkan sprinkler akan

diletakkan di area sirkulasi dan menghindari benda

koleksi. Peletakan smoke detektor pada masing-

masing ruang museum dan kamar mandi.

3. Peletakan metal dan infrared detector pada pintu

keluar dan pintu masuk bangunan museum untuk

menghindari pencurian.

Pencahayaan

Pencahayaan pada sebuah bangunan museum merupakan

bagian yang inheren. Pada ruang pamer, menghindari

kerusakan koleksi maka bukaan dirancang seminim mungkin.

Page 10: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

111 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Untuk pencahayaan dalam bangunan museum sendiri

akan digunakan lampu sorot dengan kuat cahaya 200 lux

untuk menerangi koleksi dalam vitrine, lukisan, dan panel.

Beberapa panel pada museum juga berfungsi sebagai

pencahayaan dan penggunaan media seperti layar

interaktif dan mainan interaktif juga dapat memberikan

pencahayaan pada ruang dalam museum.

Pewarnaan Ruang

Dikarenakan ruang dalam museum dipenuhi dengan

media interaktif maka, untuk memaksimalkan pencahayaan

dalam ruang warna yang digunakan sebaiknya adalah warna-

warna netral. Pada langit-langit museum warna gelap akan

diaplikasikan bersamaan dengan penggunaan finishing

kasar atau yang bersifat matte untuk menghindari

pantulan berlebih dari pencahayaan dalam ruang pamer.

Sedangkan pada dinding museum akan digunakan

warna crème atau putih tulang untuk memberikan kesan

luas. Berbeda dengan lantai museum berwarna gelap

dengan menggunakan finishing matte agar cahaya dalam

ruang tidak seluruhnya dipantulkan. Dengan komposisi

pewarnaan ruang secara demikian, Ernst Neufert (1996)

mengatakan bahwa ruang museum dapat lebih luas secara

visual.

Penghawaan

Seperti halnya pencahayaan, penghawaan merupakan

bagian yang inheren dalam desain. Pada bangunan museum,

penghawaan dalam ruang pamer sangat berpengaruh terhadap

keawetan benda pamer. Untuk menjaga suhu dan

kelembaban ruang maka diperlukan adanya fasilitas

pendukung seperti air conditioner dan dehumidifier.

Page 11: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

112 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Sedangkan pameran benda koleksi yang menggunakan

vitrine terletak paling rendah 70 cm dari permukaan

lantai dasar sehingga terhindar dari kapilaritas air tanah yang

mungkin terjadi pada lantai dasar bangunan.

B. Tata Ruang Terkait Dimensi Museum

Untuk menjawab permasalahan desain tentang

bagaimana dimensi pengguna dan bangunan indis

mempengaruhi tata ruang maka didapatkan dari hasil analisis

bahwa, ketinggian vitrine maksimum adalah 70cm

mengacu pada dimensi standar pameran museum yang

ditetapkan oleh Depdikbud dan dimensi anak-anak maksimum

yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan untuk ukuran

ketinggian vitrine optimum adalah 120cm berdasarkan dari

kesimpulan hasil analisis. Dimensi pameran dengan vitrine

yang akan digunakan dalam pameran sebagaimana gambar

berikut.

Gambar 3.4 Dimensi Pameran dengan Vitrine

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Sedangkan untuk merespon dimensi bangunan yang ada

di kawasan Kotabaru, grid struktur yang dipilih adalah

minimum 3m. Selain itu terkait dengan sirkulasi

pengunjung museum, selasar museum yang memiliki lebar

minimum 2 meter dan terdapat fasilitas sirkulasi vertikal

berupa tangga dan ramp yang memiliki dimensi

sebagaimana tabel berikut.

Page 12: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

113 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Tabel 3.9 Sirkulasi Vertikal Terkait dengan Tata Ruang

Tangga

Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.

Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.

Lebar pijakan minimum adalah 21 cm

Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.

Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210 cm.

Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.

Ramp

Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan pada outdoor yaitu sebesar 1:15

dengan kemiringan 10o.

Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..

Ramp dengan rasio 1:12.

bordess dengan lebar minimal 120cm.

Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar dan lebar 150 cm untuk memutar

kursi roda.

Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban kursi roda setinggi 10 cm.

Handrail pada ramp setinggi 85 cm.

Sumber : Analisis Penulis

3.1.4 Besaran Ruang

Besaran ruang pada museum rancangan berkaitan dengan 3 hal yaitu

berdasarkan pelaku, berdasarkan aktifitas, berdasarkan furniture. Besaran

ruang terhadap pelaku diprediksi dengan besaran antropomorfik (besaran

tubuh) dan jumlah pengguna ruangan (Auyudi, 2016). Besaran ruang juga

terkait dengan ketinggian ruang museum yang berdasarkan hasil analisis

sebelumnya bahwa ketinggian ruang museum berdasarkan antropometri

didapatkan hasil minimum setinggi 1.9m untuk ruang yang mewadahi

kegiatan pameran. Namun ketinggian bangunan pada rancangan akan

dirancang dengan ketinggian minimum 5m.

3.1.4.1 Besaran Ruang Berdasarkan Pelaku

Dalam menentukan besaran ruang terhadap pelaku dapat

dihitung berdasarkan kebutuhan ruang, jumlah pelaku dan dimensi

pelaku di masing-masing ruangnya. Dimensi yang digunakan

mengacu pada hasil kajian bahwa dimensi pengguna maksimum

adalah selebar 1.8 meter per individu yang dalam hal ini berarti

masing-masing individu memiliki luasan maksimum sebesar

3.2m2 sehingga berdasarkan perhitungan dapat dilihat dalam tabel.

Tabel 3.10 Besaran Ruang Berdasarkan Pelaku

No. Nama Ruang Pelaku Jumlah Luas

individu (m2)

Luas total

(m2)

Luas Tiap

Ruang

(m2)

1 Ruang Orientasi Pengunjung 15 3.2 48

51.2 Karyawan 1 3.2 3.2

2 Lobby

Pengunjung 15 3.2 48

54.4 Karyawan 1 3.2 3.2

Petugas Keamanan 1 3.2 3.2

3 Ruang workshop

Pengunjung 25 3.2 80

89.6

Karyawan 1 3.2 3.2

Relawan 2 3.2 6.4

Page 13: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

114 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

No. Nama Ruang Pelaku Jumlah Luas

Individu (m2)

Luas Total

(m2)

Luas Tiap

Ruang

(m2)

4 Teater

Pengunjung 25 3.2 80

92.8 Karyawan 2 3.2 6.4

Relawan 2 3.2 6.4

5 Perpustakaan Pengunjung 50 3.2 160

169.6 Relawan 3 3.2 9.6

6 Toko souvenir Karyawan 2 3.2 6.4

86.4 Pengunjung 25 3.2 80

7 Ruang pameran

Karyawan 1 3.2 3.2

86.4 Relawan 1 3.2 3.2

Pengunjung 25 3.2 80

8 Ruang audiovisual Pengunjung 25 3.2 80 80

9 Ruang rapat Karyawan 1 3.2 3.2

6.4 Relawan 1 3.2 3.2

10

Ruang

Penyimpanan

Koleksi + transit

Karyawan 2 3.2 6.4 12.8

Relawan 2 3.2 6.4

11 Ruang Reparasi Karyawan 2 3.2 6.4

22.4 Relawan 5 3.2 16

12 Gudang barang Karyawan 2 3.2 6.4

12.8 Relawan 2 3.2 6.4

13 Kantor Karyawan 10 3.2 32

80 Relawan 15 3.2 48

14 Ruang petugas

keamanan

Karyawan 2 3.2 6.4 19.2

Petugas Keamanan 4 3.2 12.8

15 Ruang Janitor Petugas Kebersihan 2 3.2 6.4 6.4

16 Pantry

Karyawan 2 3.2 6.4

25.6 Relawan 2 3.2 6.4

Petugas keamanan 2 3.2 6.4

Petugas kebersihan 2 3.2 6.4

17 Ruang kontrol

CCTV

Karyawan 2 3.2 6.4 12.8

Petugas keamanan 2 3.2 6.4

18 Ruang Jaringan

Komputer Karyawan 4 3.2 12.8 12.8

19 Ruang MEE petugas keamanan 2 3.2 6.4

12.8 karyawan 2 3.2 6.4

20 Toilet

Karyawan

4 3.2 12.8 25.6

Relawan

Petugas Keamanan

Petugas restaurant

Petugas Kebersihan

Petugas parkir

Pengunjung 4 3.2 12.8

21 Mushola

Karyawan

25 3.2 80 80

Relawan

Petugas Keamanan

Petugas restaurant

Petugas Kebersihan

Petugas parkir

Pengunjung

22 Ruang wudhu

Karyawan

10 3.2 32 32

Relawan

Petugas Keamanan

Petugas restaurant

Petugas Kebersihan

Petugas parkir

Pengunjung

23 Ruang nursery Pengunjung 6 3.2 19.2 19.2

24 Cafetaria Petugas restaurant 10 3.2 32

352 Pengunjung 100 3.2 320

25 Ruang Parkir Petugas parkir 2 3.2 6.4

326.4 Pengunjung 100 3.2 320

26 Shelter dan ruang

tunggu

Petugas parkir 2 3.2 6.4 22.4

Supir pribadi 5 3.2 16

27 Ruang bermain

indoor

Pengunjung 100 3.2 320

342.4 Petugas keamanan 2 3.2 6.4

Pengelola 5 3.2 16

28 Aula Pengunjung 100 3.2 320

336 Pengelola 5 3.2 16

29 Ruang Ganti dan

Loker

Pengelola 15 3.2 48 64

Servis 5 3.2 16

30 Loket Pengelola 2 3.2 6.4

19.2 Pengunjung 4 3.2 12.8

LUAS TOTAL AKTIVITAS MUSEUM (m2) 2569.6

Sumber : Analisis Penulis 2016

Page 14: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

115 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Dari hasil perhitungan besaran ruang didapatkan luasan

ruang museum keseluruhan berdasarkan dimensi pelaku

adalah 2.570m2.

3.1.4.2 Besaran Ruang Berdasarkan Furniture

Besaran ruang berdasarkan furniture mengacu pada jumlah

furniture dan luas permukaan alas karena berpengaruh pada luasan

permukaan lantai bangunan yang akan ditempati. Perhitungan

besaran ruang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Besaran Ruang Berdasarkan Furniture

No. Nama Ruang Furniture Jumlah

Luas

Alas

(m2)

Luas

Total

(m2)

Luas Tiap

Ruang

(m2)

1 Ruang Orientasi

Metal detector door frame 2 0.4 0.8

6.98 Meja 3 1.22 3.66

Kursi 6 0.42 2.52

2 Lobby Sofa 16 0.56 8.96

12.32 Meja Kaca 8 0.42 3.36

3 Ruang workshop

Meja 24 0.54 12.96

30.54

Kursi 30 0.42 12.6

Rak Barang 1 1.5 1.5

Vitrin 2 1.5 3

Container Box 2 0.24 0.48

4 Ruang teater

Kursi teater 5 seat 4 2.38 9.52

16 Kursi teater 4 seat 4 1.62 6.48

Screen 1 0 0

5 Perpustakaan

Meja 2 0.54 1.08

6.84 Kursi 4 0.42 1.68

Rak buku 30 0.12 3.6

Container Box 2 0.24 0.48

6 Toko souvenir

Buffet 1 0.48 0.48

13.59

Rak barang 40 0.18 7.2

Vitrin 2 1.5 3

lemari es 3 0.25 0.75

ice cream Vitrine 1 2.16 2.16

7 Ruang pameran

Vitrinkast 600 1.5 900

940.98

Meja Vitrin 12 0.54 6.48

Museum Vitrine 30 0.25 7.5

Table game 5 1.4 7

Game Corner 10 1 10

Panggung Pamer 25 0.4 10

8 Ruang audiovisual

Screen 1 0 0

3.96 Proyektor 1 0 0

Rak Sepatu 1 0.36 0.36

Speaker 4 0.9 3.6

9 Ruang rapat

Conference Table 1 12 12

23.82

Kursi 27 0.42 11.34

Proyektor 1 0 0

Buffet 1 0.48 0.48

Screen 1 0 0

10 Ruang Penyimpanan

Koleksi

Rak Barang 10 0.18 1.8

2.76 Meja 1 0.54 0.54

Kursi 1 0.42 0.42

11 Ruang Reparasi

Rak Barang 10 0.18 1.8

5.24

Meja 1 0.54 0.54

Kursi 1 0.42 0.42

Meja kayu 1 2 2

Container Box 2 0.24 0.48

12 Gudang barang Rak barang 1 0.18 0.18

0.66 Container Box 2 0.24 0.48

13 Kantor

Sofa 1 0.56 0.56

2.55 Buffet 1 0.48 0.48

Loker 3 0.45 1.35

Galon air 1 0.16 0.16

Page 15: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

116 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

No. Nama Ruang Furniture Jumlah

Luas

Alas

(m2)

Luas

Total

(m2)

Luas Tiap

Ruang

(m2)

14 Ruang petugas

keamanan

Sofa 1 0.56 0.56

2.55 Buffet 1 0.48 0.48

Loker 3 0.45 1.35

Galon air 1 0.16 0.16

15 Ruang Janitor

Kursi 2 0.42 0.84

3.37

Buffet 1 0.48 0.48

Loker 3 0.45 1.35

Galon air 1 0.16 0.16

Meja 1 0.54 0.54

16 Pantry

Lemari es 1 0.25 0.25

0.89 Galon air 1 0.16 0.16

Buffet 1 0.48 0.48

17 Ruang kontrol CCTV

Meja Komputer 1 1.8 1.8

4.85

Kursi 3 0.42 1.26

LCD 12 0 0

Meja 1 0.54 0.54

Buffet 1 1.25 1.25

18 Ruang Jaringan

Komputer

Meja Komputer 10 0.54 5.4 9.6

Kursi 10 0.42 4.2

19 Ruang MEE

Fire Extinguisher 50 0.2 10

24.695

Plumbing 1 0.4 0.4

Panel 3 0.125 0.375

Lift Manusia 2 4 8

Lift Barang 1 4 4

Meja 2 0.54 1.08

Kursi 2 0.42 0.84

20 Toilet

Kloset 6 0.28 1.68

2.82 Sanitary Trash 6 0.09 0.54

Tissue Trash 6 0.09 0.54

Water drain 6 0.01 0.06

21 Mushola

Sajadah 20 0.5 10

10.81 Loker 1 0.45 0.45

Rak sepatu 1 0.36 0.36

22 Ruang wudhu Water drain 1 1.5 1.5 1.5

23 Ruang ibu dan anak

Meja 1 0.54 0.54

2.21 Sofa 1 0.42 0.42

Buffet 1 1.25 1.25

24 Cafetaria

Dining Table Set 20 4 80

104.91

Sofa 8 0.56 4.48

Meja kayu 4 0.72 2.88

Buffet (Cashier) 1 1.62 1.62

Bar Table 1 1.8 1.8

Kursi bar 7 0.3 2.1

Buffet 1 0.48 0.48

Lemari es 2 0.25 0.5

Kompor-oven 2 0.77 1.54

Buffet 2 0.48 0.96

Rak Alat makan 1 0.45 0.45

Washing Table 2 1.5 3

Meja Aluminium 3 1.5 4.5

Refrigerator Freezer 1 0.6 0.6

25 Ruang Parkir Motor 50 0.9 45

670 Mobil 50 12.5 625

26 Shelter dan ruang

tunggu

Kursi Panjang 3 0.96 2.88

4.165 Buffet 1 1.125 1.125

Galon air 1 0.16 0.16

27 Ruang bermain indoor

Media Interaktif 100 1 100

174.52

Rak 50 0.18 9

Panel 42 1 42

Sofa 15 0.56 8.4

meja 21 0.72 15.12

28 Aula

Kursi 100 0.42 42

86.4 Meja 20 0.72 14.4

Panggung 1 30 30

29 Ruang Ganti dan

Loker

Loker 3 0.72 2.16 5.04

Meja 4 0.72 2.88

30 Ruang transit koleksi Meja 2 0.72 1.44

3.12 Kursi 4 0.42 1.68

31 Loket

Meja 4 0.72 2.88

6.18 Kursi 4 0.42 1.68

Buffet 1 1.62 1.62

LUAS TOTAL FURNITURE (m2) 2183.87

Sumber : Analisis Penulis 2016

Page 16: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

117 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Dari hasil perhitungan besaran ruang didapatkan luasan

ruang museum keseluruhan berdasarkan dimensi pelaku

adalah 2.184m2.

3.1.4.3 Besaran Ruang Berdasarkan Aktifitas

Besaran ruang berdasarkan aktifitas diambil sebanyak 20%

dari jumlah luasan aktivitas pelaku dan luasan furniture.

Persentase 20% diambil dari efisiensi ruang berdasarkan faktor

ekonomi konstruksi (Auyudi, 2016). Sehingga besaran ruang

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.12 Besaran Ruang Berdasarkan Aktivitas No. Nama Ruang Besaran Ruang

1 Ruang Orientasi 11.636

2 Lobby dan Loket 18.424

3 Ruang workshop 24.028

4 Ruang teater 21.76

5 Perpustakaan 35.288

6 Toko souvenir 19.998

7 Ruang pameran 205.476

8 Ruang audiovisual 16.792

9 Ruang rapat 6.044

10 Ruang Penyimpanan Koleksi dan Ruang transit koleksi 4.200

11 Ruang Reparasi 5.528

12 Gudang barang 2.692

13 Kantor 16.51

14 Ruang petugas keamanan 4.35

15 Ruang Janitor 1.954

16 Pantry 5.298

17 Ruang kontrol CCTV 3.53

18 Ruang Jaringan Komputer 4.48

19 Ruang MEE 7.499

20 Toilet 10.059

21 Mushola 16.564

22 Ruang wudhu 8.562

23 Ruang ibu dan anak (nursery) 4.14

24 Cafetaria 91.382

25 Ruang Parkir 199.28

26 Shelter dan ruang tunggu 5.313

27 Ruang bermain indoor 103.384

28 Aula 84.48

29 Ruang Ganti dan Loker 13.808

LUAS TOTAL MUSEUM RANCANGAN (m2) 955.191

Sumber : Analisis Penulis 2016

Berdasarkan tabel, didapatkan luas total ruang

berdasarkan aktivitas sebesar 956m2 yaitu setara dengan 13.9%

dari luasan lokasi rancangan yang dapat dibangun.

3.1.4.4 Besaran Ruang Total pada Museum Rancangan

Besaran ruang total pada museum rancangan didapatkan

dengan menjumlahkan luasan aktivitas pelaku, luas permukaan

alas furniture dan luasan aktivitas berdasarkan presentase efisiensi

Page 17: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

118 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

ruang. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 3.13 Besaran Ruang Total

No. Nama Ruang Pelaku

(m2)

Furniture

(m2)

Aktivitas

(20% x

(p+f))

TOTAL LUAS

(p+f+a) (m2)

1 Ruang Orientasi 51.2 6.98 11.636 69.816

2 Lobby 54.4 12.32 13.344 80.064

3 Ruang workshop 89.6 30.54 24.028 144.168

4 Ruang teater 92.8 16 21.76 130.56

5 Perpustakaan 169.6 6.84 35.288 211.728

6 Toko souvenir 86.4 13.59 19.998 119.988

7 Ruang pameran 86.4 940.98 205.476 1232.856

8 Ruang audiovisual 80 3.96 16.792 100.752

9 Ruang rapat 6.4 23.82 6.044 36.264

10 Ruang Penyimpanan

Koleksi 12.8 2.76 3.112 18.672

11 Ruang Reparasi 22.4 5.24 5.528 33.168

12 Gudang barang 12.8 0.66 2.692 16.152

13 Kantor 80 2.55 16.51 99.06

14 Ruang petugas keamanan 19.2 2.55 4.35 26.1

15 Ruang Janitor 6.4 3.37 1.954 11.724

16 Pantry 25.6 0.89 5.298 31.788

17 Ruang kontrol CCTV 12.8 4.85 3.53 21.18

18 Ruang Jaringan Komputer 12.8 9.6 4.48 26.88

19 Ruang MEE 12.8 24.695 7.499 44.994

20 Toilet 25.6 2.82 10.059 38.479

21 Mushola 80 10.81 16.564 107.374

22 Ruang wudhu 32 1.5 8.562 42.062

23 Ruang ibu dan anak

(nursery) 19.2 2.21 4.14 25.55

24 Cafetaria 352 104.91 91.382 548.292

25 Ruang Parkir 326.4 670 199.28 1195.68

26 Shelter dan ruang tunggu 22.4 4.165 5.313 31.878

27 Ruang bermain indoor 342.4 174.52 103.384 620.304

28 Aula 336 86.4 84.48 506.88

29 Ruang Ganti dan Loker 64 5.04 13.808 82.848

30 Ruang transit koleksi 16 3.12 3.824 22.944

31 Loket 19.2 6.18 5.076 30.456

LUAS TOTAL MUSEUM RANCANGAN (m2) 5708.661

Sumber : Analisis Penulis

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya didapatkan hasil

bahwa, ruang pamer minimum di tiap isi pameran seluas

6.3m2 yang berarti luas minimum tiap kategori 39.7m2 dan

luas Ruang pamer total minimum 278m2 untuk 17.000 koleksi

mainan. Namun hasil ini masih jauh lebih sedikit

dibandingkan hasil perhitungan besaran ruang sehingga,

dipilih luasan sebesar 1.233m2 untuk dapat diaplikasikan pada

ruang pamer museum rancangan. Dari perhitungan, total

besaran ruang museum minimum sebesar 5.708,7m2 atau

sebesar 89% dari total lahan yang boleh dibangun (6900m2)

secara keseluruhan.

Besaran ruang total juga mencakup 3 poin yang terkait

dengan sirkulasi kawasan museum rancangan yaitu dengan

Page 18: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

119 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

mempertimbangkan grid antar struktur minimum selebar 3

meter, lebar minimum jalur sirkulasi horizontal sebesar 2

meter dan dimensi jalur sirkulasi vertikal sebagaimana yang

tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.14 Besaran Sirkulasi Vertikal

Tangga

Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.

Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.

Lebar Pijakan minimum adalah 21 cm.

Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.

Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210 cm.

Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.

Ramp

Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan

pada outdoor yaitu sebesar 1:15 dengan kemiringan 10o.

Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..

Ramp dengan rasio 1:12.

bordess dengan lebar minimal 120cm.

Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar

dan lebar 150 cm untuk memutar kursi roda.

Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban

kursi roda setinggi 10 cm.

Handrail pada ramp setinggi 85 cm.

Sumber : Analisis Penulis

Page 19: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

120 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

3.1.5 Klasifikasi Ruang

Dalam sub-bab ini, penulis mengklasifikasikan museum

berdasarkan privasi dan frekuensi aktivitas edukasi dan interaktif

dikarenakan penekanan desain museum yang ingin diraih adalah untuk

mewujudkan aktivitas sehingga, klasifikasi ruang museum dipaparkan

berikut ini.

3.1.5.1 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Privasi

Pada bagian ini, ruang museum terbagi menjadi 3 jenis yaitu

ruang publik, privat dan semi-privat sebagaimana yang tertera

pada skema berikut.

Gambar 3.5 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Privasi

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

3.1.5.1 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Frekuensi Aktivitas

Pada bagian ini, ruang museum akan dibagi berdasarkan

frekuensi aktivitas edukasi interaktif sebagaimana yang tertera

pada skema berikut.

Page 20: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

121 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Gambar 3.6 Klasifikasi Ruang Berdasarkan Frekuensi Aktivitas

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Kedua klasifikasi ini yang dijadikan pertimbangan dalam

merancang zonasi ruang dalam museum yang selanjutnya akan didukung

dengan hubungan ruang yang akan dibahas kemudian.

3.1.6 Hubungan Ruang

Pada bagian ini akan dijelaskan hubungan ruang berdasarkan

pertimbangan aktivitas pengguna museum rancangan. Hubungan ruang

akan dijelaskan melalui skema berikut dan dilanjutkan dalam matriks

Activity Relationship Diagram yang akan dipaparkan berikut ini.

Gambar 3.7 Skema Hubungan Ruang

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 21: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

122 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Ga

mb

ar

3.8

Ma

trik

s R

ua

ng

Su

mb

er:

Ilu

stra

si P

enu

lis

201

6

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa seluruh ruang dapat

diakses melalui lobby museum. Ruang-ruang museum dikelompokkan

menjadi 5 bagian besar yaitu ruang edukasi interaktif dan ruang fasilitas

dan servis yang dapat diakses oleh pengunjung dan pengelola, ruang

pengelola, ruang pendukung dan ruang utilitas yang hanya dapat diakses

oleh pengelola museum. Kedekatan antar ruang-ruang museum yang

kemudian akan digambarkan pada matriks ruang yang berfungsi sebagai

dasar organisasi ruang. Matriks ruang museum dapat dilihat dalam gambar

berikut ini.

Page 22: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

123 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

3.1.7 Organisasi Ruang

Gambar 3.9 Organisasi Ruang

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

3.1.8 Tata Ruang Berdasarkan Zonasi dan Organisasi Ruang

Pada tahap selanjutnya, untuk mendapatkan ruang yang merespon

kondisi sekitar yang mencakup matahari, iklim dan sirkulasi maka

diperlukan adanya penggabungan antara kondisi zonasi tapak eksisting

yang telah digambarkan pada gambar 2.40 dengan organisasi ruang yang

telah dipaparkan pada gambar 3.9 sehingga, didapatkan tata ruang yang

menyesuaikan kondisi fisik sekitar.

Langkah ini perlu dilakukan mengingat, ruang museum ingin

dirancang secara terintegrasi mulai dari kawasan Kotabaru secara luas

yang merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki konsep bangunan

dan lanskap sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, kawasan

museum rancangan yang merespon lanskap kawasan Kotabaru dan

menunjang kegiatan edukasi interaktif serta bangunan rancangan yang

merespon gaya bangunan pada kawasan Kotabaru dan aktivitas edukasi

interaktif sebagai pendekatan dalam rancangan museum. Adapun hasil dari

penggabungan kedua aspek tersebut dapat dilihat pada gambar 3.10

berikut ini yang menjadi zonasi dasar perancangan museum.

Page 23: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

124 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Gambar 3.10 Tata Ruang Berdasarkan dengan Zonasi dan Organisasi Ruang

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Ruang pengelola dan ruang pendukung pada museum rancangan

terletak pada sisi terluar bangunan yang menghadap kearah jalan utama

dikarenakan tidak terhalang bayangan pada bangunan di sekelilingnya.

Peletakan ini sebagaimana pertimbangan kebutuhan intensitas cahaya

yang tinggi untuk bekerja dan tempat yang dapat dirancang dengan

bukaan maksimum. Sedangkan ruang orientasi dan aula merupakan

ruangan yang di dukung dengan media audio visual sehingga, ada baiknya

ruangan ini dibuat agak tertutup agar meminimalisir pantulan sinar

matahari. Zonasi di atas, apabila dibagi menurut zona publik (hijau),

privat (merah) dan servis (kuning), akan terbagi sebagaimana gambar

berikut.

Gambar 3.11 Tata Ruang Berdasarkan dengan Sifat Zonasi

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 24: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

125 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Berdasarkan zonasi pada gambar 3.10 maka pemisahan zonasi

ruang utama dan pendukung dilakukan secara horizontal sehingga,

gubahan massa yang dipilih adalah berjumlah 2 massa dengan

pertimbangan pemisahan aktivitas antara ruang edukasi interaktif

dengan ruang penunjang sekaligus untuk merespon konsep kawasan

Kotabaru sebagai lokasi rancangan.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, massa museum

yang berjumlah 2 massa memiliki respon terhadap bangunan dalam

kawasan Kotabaru yang mengusung tema indis sebagaimana berikut :

1. Massa utama memiliki bentuk dasar segi empat simetris atau

asimetris dan terletak pada bagian tengah lokasi rancangan.

2. Terdapat selasar yang menghubungkan 2 massa.

3. Massa penunjang terletak di sisi kiri bangunan yang berbentuk

memanjang atau menyiku berdasarkan zonasi pada gambar 3.10.

3.2 FASAD

3.2.1 Fasad Terkait Rancangan Museum

Merespon persoalan fasad museum rancangan, maka penulis

menggunakan komponen fasad yang merupakan kombinasi dari

selubung bangunan, material precast, fasad statis, curtain wall dan

finishing dengan warna netral untuk merespon kawasan. Untuk

menambah elemen interaktif pada fasad, diperlukan pencahayaan

khususnya pada sore hingga malam hari, fasad pada museum

rancangan nantinya akan disorot dengan lampu LED berwarna warni

sehingga, bidang fasad juga dapat berganti seiring dengan warna

lampu yang dimainkan. Penggunaan lampu LED pada fasad museum di

malam hari ditujukan untuk mengkomunikasikan keberadaan kegiatan

pertunjukan yang dilakukan dalam lingkungan museum seperti

pertunjukan wayang maupun pameran kesenian temporer misalnya.

Adapun yang harus dipertimbangkan dalam fasad museum terkait dengan

konsep kawasan antara lain adalah:

1. Fasad menggunakan ornamen bidang 3D dan ornamen garis

Page 25: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

126 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

linear seminimal mungkin dengan menghindari kesan masiv

salah satunya dengan memecah bidang fasad menjadi 2 bagian.

Garis linear dapat berupa garis linear diagonal, vertikal maupun

horizontal. Penerapan garis linear pada fasad dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti memberikan ornamen linear tersendiri seperti

penambahan shading maupun sirip atau dapat juga menyatu dengan

fasad museum secara keseluruhan.

2. Dinding pada bagian bawah fasad diberikan permukaan bebatuan.

Dari hasil observasi penulis, pada bangunan di sekitar kawasan

rancangan, penggunaan material kasar pada bangunan dilakukan

dengan memberikan bebatuan alami yang terletak dari atas

permukaan tanah. Pada bangunan rancangan, respon dinding fasad

pada bangunan indis akan diadaptasi dengan memberikan bebatuan

sebagai bagian dari elemen fasad.

3. Material pada bangunan rancangan menggunakan beton

bertulang sebagai struktur utama. Penggunaan material pada

bangunan museum menyesuaikan dengan bangunan pada kawasan

yaitu dengan material struktur beton bertulang dan dinding utama

menggunakan batu bata dengan pertimbangan durabilitas struktur

museum yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama.

4. Pada bagian muka museum dirancang dengan teras terbuka

yang memiliki perbedaan level dan area drop off bagi

pengunjung museum.

3.3 LANSKAP

Berdasarkan pemaparan pada bagian sebelumnya bahwa lanskap museum

juga tidak akan lepas dari pertimbangan perancangan terutama untuk

mempertimbangkan respon terhadap kawasan serta mewadahi aktivitas edu

interaktif maka, perwujudannya akan dipaparkan pada poin berikut ini.

Page 26: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

127 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

3.3.1 Tata Lanskap Berdasarkan Konsep Kawasan

Seperti yang dijelaskan pada bab berikutnya bahwa lanskap pada

kawasan rancangan akan digunakan sebagai tempat hiburan untuk

mendukung kegiatan edukasi interaktif. Namun tak lepas dari fungsi yang

ditujukan lanskap, perlu adanya respon terkait kawasan Kotabaru. Respon

terhadap kawasan dilakukan dengan aplikasi terhadap poin dibawah ini

yaitu:

1. Menggunakan pola cincin radial yang dihubungkan oleh garis linear.

Pola ini dipilih sehingga lanskap pada kawasan museum rancangan

dapat diakses dengan variatif.

2. Zonasi yang terdiri dari ruang parkir, ruang terbuka (tempat

bermain), dan perletakan massa museum dengan menggunakan

ruang yang bersifat publik pada kawasan rancangan.

3. Terdapat pohon peneduh yang disusun dengan jarak berirama.

Dalam hal ini, pohon peneduh yang dipilih pada kawasan

adalah pohon flamboyan dikarenakan warna bunganya dapat

menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak untuk mengunjungi

museum. Berdasarkan observasi penulis pada vegetasi kawasan,

jarak antar pohon yang mungkin diaplikasikan pada kawasan

museum adalah 10 meter dengan fungsi sebagai pembatas jalan

utama dengan halaman museum. Sehingga, dari poin-poin

tersebut didapatkan bentukan dasar sebagaimana berikut.

4.

Gambar 3.11 Penyelesaian Lanskap Berdasarkan Konsep Garden City

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 27: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

128 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

3.3.3 Tata Lanskap Berdasarkan Aktivitas Edukasi Interaktif

Dijelaskan sebelumnya bahwa lanskap pada bangunan museum

akan digunakan sebagai aktivitas aktif dan pasif maka, berdasarkan

fungsinya sebagai museum mainan, pada lanskap museum akan

diaplikasikan taman bermain dan ruang tunggu yang memiliki bentukan

dasar sebagaimana penyelesaian berikut.

Gambar 3.12 Penyelesaian Lanskap Berdasarkan Aktivitas Edu Interaktif

Sumber: Ilustrasi Penulis 2016

Page 28: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

129 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

3.4 KESIMPULAN PENYELESAIAN PERSOALAN RANCANGAN

Berdasarkan hasil di atas maka di dapatkan pedoman untuk menemukan

konsep dalam rancangan bangunan museum. Persoalan yang akan diselesaikan

kembali terkait dengan permasalahan khusus proyek akhir sarjana yaitu :

1. Bagaimana mewujudkan tata ruang yang mewadahi kegiatan edukasi

interaktif pada rancangan museum namun juga mempertimbangkan

dimensi pengguna termasuk anak-anak dan dimensi bangunan indis di

kawasan Kotabaru?

2. Bagaimana merancang fasad museum yang merespon bentuk dan pola

fasad pada kawasan Kotabaru namun juga berperan sebagai komponen

yang interaktif pada museum rancangan?

3. Bagaimana menata lansekap pada kawasan museum rancangan yang

mewadahi kegiatan edukasi dan interaktif namun juga merespon kawasan

konservasi khususnya konsep kawasan yang terdapat di Kotabaru?

Dari hasil analisis maka di dapatkan hasil persoalan desain berdasarkan

permasalahan di atas yaitu sebagaimana yang tertera berikut ini.

Tabel 3.15 Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan Sintesis Perancangan Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan

Tata ruang terkait

pengguna dan dimensi

banguanan di Kotabaru.

1. Ruang Pamer terbagi menjadi 7 kategori yang dibagi secara vertical dan

horizontal.

2. Susunan ruang pamer dibuat zig-zag (dengan penggunaan mezanin) antara satu

kategori dengan kategori lainnya untuk efisiensi ruang dan meminimalisir

ketinggian.

3. Sirkulasi ruang pamer satu arah dimulai dari bagian paling atas menuju ke

bawah.

4. Penggunaan layar interaktif sebagai pendukung kegiatan pameran yang tersebar

di setiap kategori tata pamer.

5. Ruang edukasi interaktif saling berbaur.

6. Bagian utara terdapat entrance pengunjung sedangkan pada bagian barat terdapat

entrance pegawai dan exit pengunjung dan pegawai.

7. Pencahayaan di dominasi lampu sorot dengan kekuatan 200 lux dan berasal dari

koleksi museum.

8. Penggunaan warna gelap dan matte pada langit-langit dan lantai sedangkan

warna terang pada dinding.

9. Dimensi vitrine 120 cm dengan ketingian 70 cm dari permukaan lantai dasar.

10. Grid struktur minimum memiliki bentangan 3 meter.

11. Ketinggian minimum lantai bangunan adalah 5 meter.

12. Lebar sirkulasi ruang edukasi interaktif minimum 2 meter.

13. Dimensi tangga sebagaimana berikut :

Sudut kemiringan tangga maksimum adalah 35o.

Tinggi 1 anak tangga maksimum 23 cm.

Lebar pijakan minimum adalah 21 cm

Lebar sirkulasi pada tangga minimum 120 cm.

Jarak tangga dengan langit-langit maupun tangga di atasnya minimum 210

cm.

Ketinggian railing minimum adalah 96.5 cm.

14. Dimensi ramp sebagaimana berikut :

Rasio ramp yang dianjurkan terdapat pada indoor area adalah 1:12 sedangkan

pada outdoor yaitu sebesar 1:15 dengan kemiringan 10o.

Lebar ramp minimum adalah 95cm dengan permukaan ramp yang kasar..

Ramp dengan rasio 1:12.

Page 29: BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN

130 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta

Dewi Retno Prameswari | 12 512 064

Sintesis Perancangan Hasil Penyelesaian Persoalan Rancangan

Tata ruang terkait

pengguna dan dimensi

banguanan di Kotabaru.

bordess dengan lebar minimal 120cm.

Pada awal dan akhir ramp terdapat free area yang memiliki permukaan kasar

dan lebar 150 cm untuk memutar kursi roda.

Pada pinggir ramp terdapat low curb yang berfungsi sebagai pembatas ban

kursi roda setinggi 10 cm.

Handrail pada ramp setinggi 85 cm.

15. Sistem keamanan museum dilengkapi dengan CCTV, system pencegah

kebakaran seperti APAR, smoke detector dan sprinkler serta, infrared dan metal

detector pada akses masuk dan keluar museum.

16. Terdapat penghawaan menggunakan dehumidifier dan air conditioner.

17. Ruang pengelola dan ruang pendukung pada museum rancangan terletak pada

sisi terluar bangunan yang menghadap kearah jalan utama tepatnya disisi kiri

massa inti dengan bangunan penunjang menyiku atau memanjang.

Massa museum berjumlah 2 massa sehingga dihubungkan dengan selasar dan

bangunan utama memiliki bentuk dasar segi empat simetris atau asimetris yang

terletak di tengah lokasi rancangan.

Fasad yang merespon

kawasan dan interaktif

1. Menggunakan elemen fasad interaktif seperti, curtain wall, precast dan double

skin facade dilengkapi dengan fasad statis dan LED.

2. Finishing fasad berwarna netral.

3. Elemen garis linear dan bidang 3 dimensi..

4. Memecah fasad menjadi 2 bagian dengan menggunakan elemen bebatuan pada

fasad bagian bawah

5. Material beton bertulang dan bata untuk dinding maupun struktur yang terekspos

pada fasad.

6. Pada area entrance museum dilengkapi dengan teras terbuka dan drop off area

serta perbedaan level ketingian antara permukaan tanah dan lantai.

Lanskap yang mewadahi

aktivitas Edu interaktif

dan merespon kawasan.

1. Sirkulasi menggunakan pola cincin radial yang terhubung dengan sirkulasi

linear.

2. Titik pusat kawasan rancangan pada lanskap merupakan ruang terbuka.

3. Terdapat sarana bermain.

4. Terdapat ruang kegiatan pasif

5. Penyusunan pohon flamboyan (pohon peneduh) dengan jarak satu dan lainnya

sebesar 10m yang berfungsi sebagai pembatas lokasi rancangan dengan jalan

utama.

6. Zonasi lanskap terbagi 3 yaitu zona publik, zona servis di sisi Selatan lokasi dan

zona privat diantara zona publik dan servis.

Sumber : Analisis Penulis 2016