bagaimana tingkat komitmen karyawan terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di rs...

Upload: tiena-sahrie

Post on 16-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), tamu, atau orang lain di tempat kerja. (OHSAS 18001:2007).

Di era globalisasi dan pasar bebas Word Trade Organization (WTO) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, K3 merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Dalam undang - undang No. 1 tahun 1970 mengamanatkan bahwa pengurus/pengusaha wajib melaksanakan K3 di tempat kerja. Upaya pelaksanaan kesehatan kerja yang merupakan bagian dari pelaksanaan K3, dituangkan dalam undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam undang undang ini dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan meliputi : pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

Segala bentuk upaya kesehatan wajib dilakukan oleh pengelola tempat kerja dan pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan bagi pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Memperhatikan isi dari pasal tersebut maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya upaya K3 tidak terkecuali RS Kanker Dharmais.

RS Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional yang sekaligus merupakan pusat rujukan tertinggi jaringan pelayanan kanker di Indonesia memiliki misi melaksanakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang bermutu tinggi di bidang penanggulangan kanker. Sejalan dengan misi tersebut, maka dengan mengacu pada Peraturan Perundang-undangan di bidang K3, Direksi Perjan RS Kanker Dharmais telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor: HK. 00.06.1. 036 tanggal 5 Januari 2005 tentang Kebijakan dan Ketentuan Pokok Penyelenggaraan dan Pengelolaan K3 di RS Kanker Dharmais. Kebijakan dan Ketentuan Pokok tersebut menjadi dasar dalam pengelolaan dan pelaksanaan program K3 dan komitmen Direksi untuk melaksanakan program K3 di RS Kanker Dharmais secara konsisten juga merupakan dukungan untuk terselenggaranya kebijakan K3 secara menyeluruh.

Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip K3 secara berhasil guna dan berdaya guna di lingkungan RS Kanker Dharmais, telah ditetapkan Keputusan Direksi Perjan RS Kanker Dharmais No. OT.00-02.1.3954 tanggal 27 Desember 2004 terntang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perjan RS Kanker Dharmais, yang mana di dalamnya antara lain ditetapkan pembentukan:

a. Instalasi Kesehatan Lingkungan sebagai satuan kerja yang mengelola kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang merupakan salah satu komponen dari kegiatan K3;

b. Instalasi K3 dan Keselamatan Pasien (K3KP), sebagai satuan kerja yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan program kegiatan K3 di lingkungan RS Kanker Dharmais.

Instalasi K3KP mempunyai tugas menyusun dan melaksanakan program keselamatan kerja, penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan bencana di RS Kanker Dharmais serta memberikan usulan, saran, dan masukan, baik kepada Direksi maupun kepada satuan-satuan Kerja terkait dalam pelaksanaan kegiatan dan penanggulangan masalah K3 di RS Kanker Dharmais.Berkaitan dengan tugas tersebut Instalasi K3KP berfungsi untuk menghimpun dan mengolah data, menganalisis dan memberikan solusi masalah berkaitan dengan kegiatan K3, serta melakukan pengawasan, pengendalian, penilaian, penyuluhan dan pelatihan di bidang K3.K3 di RS Kanker Dharmais pada dasarnya adalah menjadi tanggung jawab semua pegawai disetiap unit kerja dan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang produktivitas rumah sakit. Pegawai yang bekerja di rumah sakit sehari-harinya sering terpajan oleh berbagai pajanan seperti pajanan fisik, kimia, biologis dan sebagainya. Agar pegawai menjadi tetap sehat, produktif dan mempunyai lingkungan kerja yang sehat serta aman, RS Kanker Dharmais menyelenggarakan program pemeliharaan kesehatan bagi seluruh pegawai secara berkala, mulai pegawai dari awal bekerja sampai purna bakti (pensiun). Program ini diselenggarakan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja, serta untuk menunjang terlaksananya aktivitas pelayanan yang dapat memenuhi peraturan perundangan bidang K3. Program pemeliharaan kesehatan karyawan di RS Kanker Dharmais mengacu pada dasar hukum Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja yaitu Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu program dari Instalasi Kesehatan Keselamatan Kerja dan Keselamatan Pasien (K3KP) RS Kanker Dharmais. Kegiatan yang dilakukan berupa Pelayanan Kesehatan Umum, Pelayanan Kesehatan Gigi dan Pemeriksaan Kesehatan Karyawan. Pemeriksaan kesehatan karyawan dilakukan mulai awal bekerja sampai karyawan purna bakti atau pensiun, sehingga didapat data dan informasi tentang kesehatan karyawan dari awal bekerja sampai purna bakti. Dari Laporan Sasaran Mutu Instalasi K3KP tahun 2010, ditemukan data - data sebagai berikut :Program Pemeriksaan Kesehatan Berkala / Medical Check Up (MCU)DirektoratTarget (orang)Realisasi (orang)Persentase

Medis dan Keperawatan64024839%

SDM dan Penelitian2528%

Umum dan Operasional1255846%

Lain lain (SPI, KEH)9317%

Jumlah799311100%

Sumber : Laporan Sasaran Mutu Instalasi K3KP

Akar masalah tidak tercapainya target program ini dikarenakan antara lain adalah rendahnya kesadaran karyawan tentang K3 khususnya kesehatan kerja.

B. FOKUS PERMASALAHAN

Dari observasi tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Komitmen karyawan terhadap Pelaksanaan K3 di RSKD tahun 2010. Dan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Tingkat Komitmen Karyawan terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di RS Kanker Dharmais Jakarta?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan program K3 di RS Kanker Dharmais Jakarta.

b. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan, kontribusi dan komitmen karyawan terhadap pelaksanaan program K3 di RS Kanker Dharmais Jakarta.2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat terhadap dunia akademik : diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) khususnya tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).b. Manfaat terhadap kepentingan praktisi : diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan sumber data bagi pimpinan RS Kanker Dharmais tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk memperbaiki situasi yang ada saat ini sehingga dapat menjadi lebih baik. Dengan dilakukannya penelitian tentang komitmen terhadap K3 ini, diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi peneliti lain agar lebih sempurna.BAB IIKERANGKA TEORI

1) TINJAUAN TEORI DAN KONSEP KUNCI

1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki potensi sangat strategis dalam organisasi, artinya unsur manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk pencapaian tujuan. Organisasi yang maju tentu dihasilkan oleh pegawai yang dapat mengelola organisasi tersebut kearah kemajuan yang diinginkan organisasi, sebaliknya tidak sedikit organisasi yang hancur dan gagal karena ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya manusia yang berada dalam organisasi. Menurut Mangkunegara (2000:2). Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Hasibuan (2001:10) manajemen sumber daya manusia adalah Ilmu dan seni mengatur hubungaan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien, membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah Ilmu dan seni mengatur proses atau rangkaian kegiatan : perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi secara terpadu dan efisien.SDM di dalam organisasi perlu dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama oraganisasi agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Salah satu kebutuhan pegawai adalah jaminan K3.K3 merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan, karena peranannya sangat penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. jika tingkat kesehatan pekerja terpelihara dengan baik, maka angka kesakitan, absensi, kecacatan, keluar masuk (turn over) dan kecelakaan kerja serta kerugian materi dapat diminimalkan.

2. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Istilah K3 mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu K3 dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Pandangan yang melihat K3 dalam kerangka sebagai suatu pendekatan ilmiah tampak seperti misalnya pada definisi berikut:Occupational Health and Safety concern the application of scientific principles in understanding the nature of risk to the safety of people and property in both industrial & non industrial environments. It is multi disciplinary profession based upon physics, chemistry, biology and behavioral sciences with applications in manufacturing, transport, storage and handling of hazardous material and domestic and recreational activities. (OSHA, USA)Dari definisi tersebut terlihat adanya uraian yang menekankan prinsip ilmiah yang mendasari K3 serta keilmuan dasar yang menjadi pendukungnya. Sedangkan pandangan melihat K3 dalam kerangka sebagai suatu pendekatan praktis atau suatu program dapat dilihat dari definisi K3 menurut ILO & WHO :The promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well being of workers in all occupations; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risks resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological equipment; to summarize: the adaptation of work to man and each man to his job.

K3 sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian - kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa K3 adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hakekat dari K3 adalah tidak berbeda dengan pengertian bagaimana kita mengendalikan risiko (risk management) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.a. Kesehatan KerjaProgram kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Mangkunegara (2000:161) Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen (Ranupandojo dan Husnan, 2002:263) berikut ini :

1) Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja.2) Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal ) secara periodik.3) Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan periodik.4) Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.5) Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan.6) Pemeriksaan sistematis dan periodic terhadap persyaratan-persyaratan sanitasi yang baik.

Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan selama mereka bekerja. Stress yang diderita oleh karyawan selama kerjanya, sumbernya bisa dikelompokkan menjadi empat (Ranupandojo dan Husnan, 2002:264 ) :1) Yang bersifat kimia2) Yang bersifat fisik 3) Yang bersifat biologis4) Yang bersifat social

Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh manusia tetapi juga pikiran manusia. Kalau manusia tidak tahan terhadap ketegangan ini mereka akan menjadi sakit. Karenanya usaha yang perlu dilakukan adalah untuk menghilangkan sumber ketegangan. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengendalikan tekanan di dalam tempat kerja dapat dijalankan dengan cara (Ranupandojo dan Husnan, 2002:264) sebagai berikut:1) Mencari sumber dari tekanan 2) Mencari media yang menjadi alat penyebaran tekanan tersebut. 3) Memberi perawatan khusus pada karyawan yang menderita tekanan tersebut.

Usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga dilakukan (Ranupandojo dan Husnan, 2002:265) yaitu dengan cara:

1) Tersedianya psyichiatrist untuk konsultasi.2) Kerjasama dengan psyichiatrist diluar perusahaan atau yang ada di lembaga-lembaga konsultan. 3) Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental.4) Mengembangkan dan memelihara program-program human relation yang baik.

Dalam bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja, Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2000:162) adalah sebagai berikut:

1) Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. 2) Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

3) Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara , 2000:163 ) yaitu :

1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak). Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

2) Pengaturan Penerangan

Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

3) Pemakaian Peralatan Kerja

Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.b. Keselamatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.Menurut Mangkunegara (2000:161) Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Sedangkan Sumamur (1993:1) mengemukakan bahwa Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.Perusahaan perlu menjaga keselamatan kerja terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja (Sumamur, 1993:1) diantaranya sebagai berikut :

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Perusahaan juga harus memelihara keselamatan karyawan dilingkungan kerja dan syarat-syarat keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.5) Memberikan pertolongan pada kecelakaan.6) Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.10) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.11) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.12) Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.13) Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang.14) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.15) Mencegah terkena aliran listrik.

Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara (Soeprihanto,1996:48) yaitu:1) Usaha preventif atau mencegah Yaitu mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.

Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :

a. Subtitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)

b. Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)

c. Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

d. Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).

e. Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

f. Latihan dan pendidikan K3.

2) Kuratif

Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan utama K3 adalah agar masing-masing karyawan dapat melakukan pekerjaannya kelak lebih efisien, dan mendapat jaminan atas K3 baik secara fisik, sosial dan psikologis. Program K3 memang sangat diperlukan (khususnya pekerja) untuk hidup sehat dan selamat.

Keselamatan kerja bertalian erat dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Kecelakaan kerja ini secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki semula sehingga dapat mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

Menurut Hadiguna (2009), kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total. Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua :

a. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan.

Contohnya : pakaian kerja, penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.

b. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.

Contohnya : penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain.Dasar hukum terkait dengan K3, antara lain:

a. UU No.1 tahun 1970 Tentang K3b. UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan

c. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen K3f. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja

g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman Penanganan Dampak Radiasi

h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite K3 Sektor Kesehatan

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman K3 di Rumah Sakit

j. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatank. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)

Menurut UU No. 44 tahun 2009, yang dimaksud Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Sedangkan harian Sindo (12/11/09) mendefinisikan RS sebagai tempat dimana orang-orang sakit berkumpul dalam suatu area terbatas dan mereka membawa berbagai sumber infeksi, beberapa bahkan sangat serius.Dalam Permenkes No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 dijelaskan bahwa RS merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan RS juga memilik dampak negative terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila RS tersebut tidak melaksanakan prosedur K3.

RS sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, RS juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit dan dalam instrument akreditasi Rumah Sakit.

Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 didalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Ssakit (pasal 17).

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Data dan fakta K3RS di Indonesia (Permenkes, 1087/2010):

a. Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 763.3%. (Instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta 2006).b. 65% petugas pembersih suatu Rumah Skait di Jakarta menderita Dermastitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004).

c. Penelitian dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan.

d. Prevalensi gangguan mental emosional 17.7% pada perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stresor kerja.

e. Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja Rumah sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan (Gun 1983).

Menurut catatan Gun (1983) terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.Bahaya kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung bahkan masyarakat sekitarnya. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik (Kepmenkes 432, 2007).K3 di rumah sakit merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja di rumah sakit dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

a. Bahaya Potensial di RSBahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS umumnya berkaitan dengan :

Faktor biologic Misalnya kuman pathogen, umumnya berasal dari pasien.

Faktor kimia Pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati.

Faktor ergonomi Misalnya : cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang salah, Penataan tata ruang yang kurang tepat, pencahayaan dan suhu yang kurang atau berlebihan dll.

Factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus : misalnya panas pada kulit, tegangan inggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemproduksi darah.

Faktor psikologis ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa.Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS meliputi :NoBahaya PotensialLokasiPekerja yang paling berisiko

1

2

3

4

5

FISIK :

Bising

Getaran

Debu

PanasRadiasi

KIMIA :

Disinfektan Cytotoxics

Ethylene oxide

FormaldehydeMethyl :

Methacrylate, Hg (amalgam)

Solvents

Gas-gas anaestesi

BIOLOGIK :

AIDS, Hepatitis B

dan Non Anon B

Cytomegalovirus

Rubella

Tuberculosis

ERGONOMIK :

Pekerjaan yang dilakukan secara manual

Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan

Pekerjaan yang berulang

PSIKOSOSIAL

Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman secara fisikIPSRS, laundri, dapur, CSSD, gedung genset boiler, IPAL

ruang mesin-mesin dan peralatan yang menghasilkan getaran (ruang gigi dll)

genset, bengkel kerja, laboratorium gigi, gudang rekam medis, incinerator

CSSD, dapur, laundri, incinerator, boilerX-Ray, OK yang menggunakan c-arm, ruang fisioterapi, unit gigi

Semua area Farmasi, tempat

pembuangan limbah, bangsal

Kamar operasi Laboratorium, kamar mayat, gudang farmasi

Ruang pemeriksaan gigiLaboratorium, bengkel

kerja,semua area di RSRuang operasi gigi, OK, ruang

pemulihan (RR)

IGD, OK, ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, laundry

Ruang kebidanan, ruang anak

Ruang ibu dan anakBangsal, laboratorium, ruang isolasi

Area pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)

Semua area

Semua areaSemua area Karyawan yang bekerja di lokasi tsb

Perawat, cleaning service dll

Petugas sanitasi, teknisi gigi, petugas IPS dan rekam medis

Pekerja dapur, pekerja laundry, petugas sanitasi dan IPRS

Ahli radiologi, radioterapist dan radiografer, ahli fisioterapi dan petugas roentgen gigi.

Petugas kebersihan, perawat, pekerja farmasi, perawat, petugas pengumpul sampah

Dokter,perawat Petugas kamar mayat, petugas laboratorium dan farmasi

Petugas/dokter gigi, dokter bedah, perawat

Teknisi, petugas laboratorium, petugas pembersih

Dokter gigi, perawat, dokter

bedah, dokter/perawat anaestesi

Dokter , dokter gigi, perawat, Petugas laboratorium, petugas sanitasi dan laundry

Perawat, dokter yang bekerja di bagian Ibu dan anak

Dokter dan perawat

Perawat, petugas laboratorium, fisioterapisPetugas yang menangani pasien dan barang

Semua karyawanDokter gigi, petugas pembersih, fisioterapis, sopir, operator komputer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis

Semua karyawan

b. Upaya K3 di RS

Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

Yang dimaksud dengan :

a) Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.

b) Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.

c) Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Upaya dan Program K3RS meliputi :

a) Upaya pelayanan kesehatan kerja paripurna bagi pegawai RS

b) Pengembangan dan pembinaan SDM K3RS

c) Upaya kesehatan lingkungan kerja RS

d) Upaya sanitasi rumah sakit

e) Upaya pengelolaan limbah medis & non medis (padat, cair & gas)

f) Upaya pengelolaan, pemeliharaan & sertifikasi sarana, prasarana & peralatan RS

g) Upaya keamanan pasien & pengunjung

h) Upaya pengelolaan jasa, bahan beracun & barang berbahaya

i) Upaya pencegahan & pengendalian kebakaran

j) Upaya kewaspadaan & upaya pencegahan pengendalian bencana

k) Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data & pelaporan Kegiatan Program K3RS (untuk evaluasi).

Upaya pelayanan kesehatan paripurna di RS meliputi :

a) Pemeriksaan kesehatan pra kerja

b) Pemeriksaan kesehatan berkala : 1 kali / 1-2 tahun

c) Pemeriksaan kesehatan khusus :

petugas Radiasi : pemeriksaan darah tepi

petugas Lab, laundry : HbsAg

petugas incenarator : test fungsi paru

d) Pemeriksaan kesehatan pasca kerja / sebelum pensiunHasil pemeriksaan kesehatan petugas/pegawai RS dapat dijadikan bahan :

a) Data dasar kesehatan pegawai RS.

b) Untuk mendeteksi dini bila kemungkinan adanya kelainan (penyakit tertentu)

c) Untuk penanganan yang cepat & tepat bila ditemukan kelainan/ penyakitd) Sebagai bahan perencanaan untuk melakukan promosi kesehatan.e) Pemenuhan perundang-undangan & peraturan pemerintah

Penyelenggaraan K3 di rumah sakit mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit.

Langkah-langkah penyelenggaraan manajemen K3 di RS adalah, sebagai berikut :Gambar 1

SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMAT KERJA (SMK3)

Kepmenkes : 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Sistem Manajemen K3RS4. Komitmen Karyawan dan Budaya KerjaMenurut Steers (1985:50), Komitmen karyawan terhadap organisasi memiliki 3 (tiga) aspek utama, yaitu :a. Identifikasi, merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisasi.

b. Keterlibatan yaitu kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi yang bersangkutan.c. Loyalitas yaitu keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Sementara menurut Porter (Mowday.1982:27) Komitmen Karyawan adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal yaitu :

a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.

c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi

Steers berpendapat bahwa komitmen karyawan merupakan kondisi di mana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen karyawan lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Jadi komitmen karyawan mencakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Di samping itu komitmen karyawan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif melainkan menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasinya.a. Jenis Komitmen Karyawan

Jenis komitmen menurut Allen dan Meyer (Dunham.1994:370) terbagi atas tiga komponen, yaitu :1) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi. Pegawai dengan afektif tinggi masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.2) Komponen normatif merupakan perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban kepada pegawai untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi.

3) Komponen continuance berarti komponen yang berdasarkan persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Pegawai dengan dasar organisasi tersebut disebabkan karena pegawai tersebut membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan pegawai dengan dasar continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk berusaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya pegawai yang terpaksa menjadi anggota organisasi akan menghindari kerugian financial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Menurut Mowdey, Porter dan Steers, komitmen karyawan dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen karyawan memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. b. Sikap untuk bertingkah laku

Sikap mencakup identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana penerimaan ini merupakan dasar komitmen karyawan. Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. Sikap juga mencakup keterlibatan seseorang sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya. Selain itu sikap juga mencakup kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi dari komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.c. Kehendak untuk bertingkah laku

Sedangkan yang termasuk kehendak untuk bertingkah laku adalah kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi. Keinginan juga termasuk kehendak untuk tetap berada dalam organisasi. Pada pegawai yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya dalam waktu lama.Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pegawai dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku yang berusaha ke arah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama.

Bentuk komitmen karyawan bisa diujudkan antara lain sebagai berikut :

1. Komitmen dalam mencapai visi,misi, dan tujuan organisasi.2. Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja standar organisasi.3. Komitmen dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia bersangkutan dan mutu produk.4. Komitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara efektif dan efisien.

5. Komitmen untuk berdedikasi pada organisasi secara kritis dan rasional.Pada dasarnya melaksanakan komitmen sama saja maknanya dengan menjalankan kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi karena sudah punya komitmen maka dia harus mendahulukan apa yang sudah dijanjikan buat organisasinya ketimbang untuk hanya kepentingan dirinya. Di sisi lain komitmen berarti adanya ketaatan seseorang dalam bertindak sejalan dengan janji-janjinya. Semakin tinggi derajad komitmen karyawan semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. Namun dalam prakteknya tidak semua karyawan melaksanakan komitmen seutuhnya. Ada komitmen yang sangat tinggi dan ada yang sangat rendah. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajad komitmen

1. Faktor-faktor intrinsik karyawan dapat meliputi aspek-aspek kondisi sosial ekonomi keluarga karyawan, usia, pendidikan, pengalaman kerja, kestabilan kepribadian, dan gender. 2. Faktor ekstrinsik yang dapat mendorong terjadinya derajad komitmen tertentu antara lain adalah keteladanan pihak manajemen khususnya manajemen puncak dalam berkomitmen di berbagai aspek organisasi. Selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor manajemen rekrutmen dan seleksi karyawan, pelatihan dan pengembangan, manajemen kompensasi, manajemen kinerja, manajemen karir, dan fungsi kontrol atasan dan sesama rekan kerja. Faktor ekstrinsik di luar organisasi antara lain aspek-aspek budaya, kondisi perekonomian makro, kesempatan kerja, dan persaingan kompensasi.Berdasarkan uraian diatas komitmen pegawai terhadap program K3 dapat diidentifikasi menjadi 3 aspek :

1. Kepercayaan terhadap organisasi2. Keikutsertaan dan keterlibatan pegawai terhadap program K3

3. Kontribusi pegawai dalam penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan KerjaB. Model Berpikir

Didalam pedoman penulisan skripsi STIA LAN (2001:20) dijelaskan bahwa :

Model berpikir sebagai penjelasan secara deskriptif naratif yang menggambatkan keterkaitan antara konsep-konsep kunci, yang secara integral merupakan potret (manifestasi) fokus permasalahan. Bila perlu, model berpikir ini digambarkan secara diagfragmatik.

Sesuai dengan judul penelitian, maka obyek penelitian dari komitmen karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengidentifikasi aspek kepercayaan terhadap organisasi, aspek keikutsertaan dan keterlibatan pegawai terhadap program K3 dan aspek kontribusi pegawai dalam penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Kerja.Dengan demikian, model penelitian ini adalah sebagai berikut:MODEL PENELITIANKOMITMEN KARYAWAN TERHADAP K3

C. Pertanyaan PenelitianPertanyaan penelitian yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kepercayaan karyawan terhadap nilai-nilai organisasi ?2. Bagaimana keikutsertaan dan keterlibatan karyawan terhadap program K3?

3. Bagaimana kontribusi karyawan terhadap penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala/Medical Check Up (MCU) di RS Kanker Dharmais Jakarta ?BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed method) dengan pengambilan data melalui survey. Dalam rangka pengambilan data dilakukan dengan perangkat kuisioner dengan model pertanyaan tertutup. Metode Survey digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat komitmen karyawan RSKD terhadap pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan termasuk laboratorium (Nasution, 2003:143). Data primer penelitian ini diperoleh dengan menyebar kuesioner kepada para karyawan RS Kanker Dharmais.2. Data Sekunder adalah data atau sumber yang didapat dari bahan bacaan (Nasution, 2003:143). Data sekunder penelitian ini diperoleh dari dokumentasi RS Kanker Dharmais, buku-buku referensi, dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian.3. Metode Pengumpulan Data

a) Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti (Nasution, 2003:128)b) Library Research Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari literatur atau referensi lain yang berhubungan dengan pokok bahasan sehingga dapat digunakan sebagai acuan analisa untuk memecahkan masalah dalam penelitian.C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen yang hendak dijelaskan oleh peneliti melalui penelitiannya (Irawan,1999:179). Sedangkan menurut Sugiono dalam bukunya tentang Metoda Administrasi (2000:57).Arikunto (1993:102) bahwa populasi adalah Keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan RS Kanker Dharmais Jakarta sebanyak 1.186 orang.2. Sampel

Sehubungan dengan adanya keterbatasan penulis, baik dana, waktu maupun kemampuan untuk meneliti populasi maka dalam penelitian ini penulis menentukan sampel yang akan mewakili jumlah populasi yang ada. Mengenai ukuran sampel, sampai saat ini tidak pernah mendapatkan penjelasan yang memuaskan. Sebagian pakar mangatakan sampel minimal yang diambil 25-30% (Irawan, 1999:183).

Jumlah sampel menurut Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) menyebutkan bahwa :

populasi (N) : 1.100 s/d < 1.200 maka sampel (n) adalah 285

Sedangkan menurut Ibnu Widyanto dalam bukunya yang berjudul Pointers Metodologi Penelitian penerbit Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang (2008), menyebutkan bahwa :

Jika jumlah populasi adalah 1000 orang dan sampling error ditetapkan 10% maka jumlah sampel adalahn = 1000 / { 1 + 1000 (0.1) }

n = 1000 / 11 = 90,90 n = 91

D. Pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari responden mengenai tingkat komitmen karyawan terhadap pelaksanaan K3 dikumpulkan, kemudian data negative di olah menjadi data positif, sehingga didapatkan keseragaman satuan data. Selanjutnya data diberi kode (koding). Kegiatan koding adalah usaha mengklarifikasi jawaban para responden menurut macamnya dengan cara menandai masing masing jawaban itu dengan kode tertentu, lazimnya berbentuk angka dari yang paling tinggi ke paling rendah.

Tahap selanjutnya adalah tabulasi. Tabulasi merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisa data. Pada tahap ini, data dapat dianggap telah selesai diproses dan sudah dapat disusun kedalam suatu pola formal yang telah terancang. Data yang didapat dari hasil kuisioner dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk table-tabel.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan metode penyajian persentase dan rata-rata (mean) dari keseluruhan parameter yang di ukur.Menurut Sugiono (2000:112) statistik deskriptif adalah : Statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum / generalisasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, Moh. Nasir (1988:63) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah :

suatu metode penelitian status sekelompok manusia, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Dalam penelitian ini penulis hanya bermaksud menggambarkan secara umum dari suatu keadaan atau obyek yang diteliti secara logis dan sistematis untuk selanjutnya disimpulkan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RS Kanker Dharmais

1. Sejarah Rumah RS Kanker DharmaisRS Kanker Dharmais dibangun pada tahun 1991-1993 oleh yayasan Dharmais di atas tanah milik pemerintah seluas 38.920 M2 dan diresmikan pada tanggal 30 Oktober 1993. RS Kanker Dharmais merupakan rumah sakit milik pemerintah yang pengelolaannya diserahkan kepada yayasan Dharmais, diselenggarakan oleh Dewan Penyantun dan sehari-harinya dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian Dewan Penyantun RS Kanker Dharmais. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 72/Menkes/SK/I/1993 tanggal 25 Januari 1993 tentang organisasi dan tata kerja. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tersebut ditetapkan pula RS Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional (PKN) yang merupakan pusat rujukan tertinggi jaringan pelayanan kanker di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan pemerintahan di Indonesia, pada tahun 1998 yayasan Dharmais menyerahkan pengelolaan RS Kanker Dharmais sepenuhnya kepada pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI, dan kemudian pada tanggal 13 Juni 2005 pemerintah memberlakukan PP RI nomor 23 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) terhadap 13 Rumah Sakit, dimana salah satunya adalah RS Kanker Dharmais.2. Profil RS Kanker Dharmais

RS Kanker Dharmais adalah rumah sakit khusus kanker milik pemerintah dibawah Kementerian Kesehatan yang terletak di Jl. Letjen S.Parman Kav 84-86 Kelurahan Kota Bambu Selatan Kecamatan Palmerah, Kotamadya Jakarta Barat. Telepon 0215681570.3. Visi, Misi, Motto dan Falsafah RS Kanker Dharmais

a. Visi RS Kanker Dharmais adalah Menjadi Rumah Sakit dan Pusat Kanker Nasional yang menjadi panutan dalam penanggulangan kanker di Indonesia.b. Misi RS Kanker Dharmais adalah Melaksanakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang bermutu tinggi di bidang penanggulangan kanker.

c. Motto RS Kanker Dharmais adalahaTampil lebih baik, ramah, dan professional d. Falsafah RS Kanker Dharmais adalah Rasa kebersamaan menyertai kegiatan terpadu demi mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan

4. Kebijakan mutu, lingkungan dan K3 RS Kanker DharmaisRumah Sakit dan Pusat Kanker Nasional yang melakukan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang bermutu tinggi di bidang kanker melalui aktualisasi SMILE ! & C yaitu :

S = Senyum dan selalu siap melayani.

M = Mengutamakan mutu pelayanan, pencegahan pencemaran dan pengendalian dampak lingkungan,pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk kepentingan dan keselamatan pengunjung, pasien dan karyawan.

I = Ikhlas dalam melaksanakan tugas.

L= Loyal pada pimpinan dan berdedikasi dalam tugas, serta taat pada peraturan perundangan yang berlaku.

E= Excellent dalam pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta disiplin administrasi yang tertib dan efisien.

!= merupakan simbol optimis yang berarti mempunyai sikap selalu optimis menghadapi segala tantangan dan

Continually Improvement, senantiasa melakukan perbaikan mutu pelayanan, lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) secara berkesinambungan.

5. Tujuan RS Kanker DharmaisTujuan didirikannya RS Kanker Dharmais adalah :a. Mendukung terlaksananya program kesehatan nasional Departemen Kesehatan RI dalam rangka meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat melalui penyediaan fasilitas kesehatan.

b. Memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah DKI Jakarta dan daerah sekitarnya dengan menyajikan pelayanan rumah sakit dengan keunggulan penyakit kanker yang berkualitas dengan biaya relative terjangkau. Keunggulan pelayanan penyakit kanker tersebut diwujudkan dengan dijadikannya RS Kanker Dharmais menjadi rujukan nasional penyakit kanker.

6. Tugas dan Fungsi RS Kanker Dharmais

a. Tugas RS Kanker Dharmais adalah menjadi pusat rujukan nasional di bidang penanggulangan kanker di Indonesia dan untuk menyelenggarakan pelayanan penyembuhan dan perawatan penderita secara paripurna, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan kanker secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan dengan berorientasi pada kepentingan masyarakat serta upaya-upaya peningkatan status kesehatan lainnya.

b. RS Kanker Dharmais menyelenggarakan fungsi:

1) Pelaksanaan upaya peningkatan kesehatan

2) Pelaksanaan upaya pencegahan terjadinya penyakit kanker

3) Pelaksanaan penyembuhan terhadap pasien penyakit kanker

4) Pelaksanaan upaya rehabilitasi terhadap pasien penyakit kanker

5) Pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan

6) Pelaksanaan rujukan kesehatan kanker

7) Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

8) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

9) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan10) Pelaksanaan urusan administrasi umum dan keuangan

7. Struktur Organisasi RS Kanker Dharmais

RS Kanker Dharmais dipimpin oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Direktur utama membawahi 4 (empat) Direktorat, yakni : Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Sumber Daya Manusia, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Operasional, serta unit-unit Non Struktural yang terdiri dari Dewan Pengawas, Komite Medik, Komite Etik dan Hukum (KEH), Satuan Pemeriksa lnternal (SPI), Staf Medik Fungsional(SMF), dan Instalasi.a. Direktorat Medik dan Keperawatan. Tugas Direktorat Medik dan Keperawatan adalah melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan serta penyelenggaraan rekam medik. Direktorat Medik dan Keperawatan terdiri dari : Bidang Medik (membawahi 3 seksi : Seksi pelayanan medik, Seksi Penunjang Medik dan Seksi Peningkatan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Medik), Bidang Keperawatan (membawahi 3 seksi yaitu Seksi Keperawatan Rawat Jalan, Seksi Keperawatan Rawat Inap, Seksi Keperawatan Rawat Khusus), Bidang Rekam Medik (membawahi 3 seksi yaitu seksi Catatan Medik, Seksi Admisi, seksi pengkodean dan penyimpanan), Unit Non Struktural (terdiri dari : Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Radioterapi, Instalasi Radiodiagnostik, Instalasi Endoskopi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Patologi Klinik dan Mikrobiologi, Instalasi Patologi Anatomi dan Pemulasaran Jenazah, Instalasi Bank Darah dan Aferesis, Instalasi Farmasi, Instalasi Deteksi Dini dan Onkologi Sosial) dan Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan. Tugas Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan adalah melakukan pengelolaan sumber daya manusia serta pelayanan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan terdiri dari : Bagian Sumber Daya Manusia / SDM (membawahi : Sub bagian Administrasi Kepegawaian, Sub bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia, Sub bagian Perencanaan Sumber Daya Manusia, Bagian Pendidikan dan Pelatihan/Diklat (membawahi : Sub bagian Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan, Sub bagian Pengelolaan Sarana Pendidikan dan Pelatihan, Sub bagian Perpustakaan dan Dokumentasi), Bagian Penelitian dan Pengembangan/Litbang (membwahi : Sub bagian Penelitian, Sub bagian Pengembangan Sarana Penelitian, Sub bagian Registrasi Kanker).c. Direktorat Keuangan. Tugas Direktorat Keuangan adalah melakukan pengelolaan keuangan rumah sakit yang meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, dan mobilitas dana serta akuntansi dan verifikasi.

Direktorat Keuangan terdiri dari: Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran (membawahi : Sub bagian Penyusunan Anggaran, Sub bagian Evaluasi Anggaran), Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana (membawahi : Sub bagian Perbendaharaan, Sub bagian Mobilisasi Dana), Bagian Verifikasi dan Akuntansi (membawahi : Sub bagian Akuntansi Keuangan dan Sub bagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi). d. Direktorat Umum dan OperasionalTugas Direktorat Umum dan Operasional adalah melaksanakan pengelolaan layanan umum, perencanaan, dan pemasaran.Direktorat Umum dan Operasional terdiri dari : Bagian Umum (membawahi Sub Sub bagian Tata Usaha Sub bagian Rumah Tangga dan Hubungan Masyarakat Sub bagian Perlengkapan), Bagian Program dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit/SIMRS (membawahi : Sub bagian Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit, Sub bagian Penyusunan Program, Sub bagian Data dan Laporan), Bagian Pelayanan Pelanggan (membawahi : Sub bagian Promosi, Sub bagian Pengembangan Usaha, Sub bagian Pemasaran), Unit-Unit Non Struktural (terdiri dari : Instalasi Pemeliharaani Sarana, Instalasi Gizi dan Tata Boga, Instalasi Kesehatan Lingkungan, Instalasi Logistik, Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu).e. Dewan PengawasDi lingkungan RS Kanker Dharmais dibentuk Dewan Pengawas, pembentukan tugas, fungsi, tata kerja, dan keanggotaannya ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlakuf. KomiteKomite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite di RS Kanker Dharmais terdiri dari : Komite Medik, Komite Etik dan Hukum dan Komite Mutu.g. Satuan Pemeriksa Intern (SPI) Satuan Pemeriksa Intern merupakan Satuan Kerja Fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan internal rumah sakit. h. Staf Medis Fungsional (SMF)Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional dan bertugas untuk melaksanakan diagnosa, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, Diklat,, penelitian dan pengembangan.

8. Ketenagaan di RS Kanker DharmaisData ketenagaan di RS Kanker Dharmais tahun 2010, diketahui :

Tabel 1

Komposisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja dan Status Ketenagaan

Unit KerjaPNSCPNSHONORKONTRAKTotal

Direksi55

Medik dan Keperawatan5505870129807

Umum dan Operasional169391518241

Keuangan45712064

SDM38041658

SPI5016

Komite50005

Total ..8171041011641186

Sumber : Bagian SDM RSKD tahun 2010

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010, karyawan terbanyak RS Kanker Dharmais adalah di Direktorat Medik dan Keperawatan kemudian diikuti oleh Direktorat Umum dan Operasional. Hal ini dikarenakan RS Kanker Dharmais sebagai tempat penyedia jasa pelayanan kesehatan maka yang menjadi prioritas adalah tenaga medis dan keperawatan serta tenaga penunjang medis, kemudian ditunjang oleh tenaga penunjang non medis dan tenaga lainnya. Sedangkan status karyawan terbanyak adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dilihat dari sejarah RS Kanker Dharmais, banyaknya jumlah karyawan yang berstatus PNS ini disebabkan oleh status RS Kanker Dharmais yang merupakan rumah sakit milik pemerintah sehingga karyawannya adalah PNS.

9. Sarana RS Kanker DharmaisRS Kanker Dharmais terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan utama, bangunan asrama dan litbang, bangunan auditorium, bangunan penunjang, bangunan teknik dan umum, bangunan genset, bangunan rumah duka, serta Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan incenerator, dan IPAL/STP.

Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai basement. Saat ini lantai yang sudah dioperasikan adalah lantai basement, lantai 1, 2, 3, 4, 5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih dalam tahap persiapan pengembangan fisik.

10. Kesehatan Kerja di RS Kanker DharmaisPemeliharaan kesehatan karyawan di RS Kanker Dharmais mengacu pada dasar hukum Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja yaitu Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980. a. Tujuan Kesehatan Kerja

1) Tujuan UmumMenyerasikan kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, agar setiap pegawai dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, serta diperoleh produktivitas kerja yang optimal. 2) Tujuan Khusus a) memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di semua satuan kerja yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. b) mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pegawai yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi lingkungan kerjanya. c) memberikan perlindungan bagi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan-nya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. d) menempatkan dan memelihara pegawai di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pegawainya. e) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

b. Sasaran

Sasaran pelaksanaan kesehatan kerja adalah seluruh pegawai dan lingkungan kerja di RS Kanker Dharmais.

c. Target

Target yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja adalah Nil kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja di RS Kanker Dharmais.d. Kegiatan

1) Pelayanan Kesehatan Umum Memberikan pelayanan kesehatan umum setiap hari kerja bagi karyawan Rumah Sakit Kanker Dahrmais dan keluarganya, yaitu: pemeriksaan fisik, pengobatan, rujukan, pemeriksaan penunjang, pemberian surat keterangan sakit/sehat.2) Pelayanan Kesehatan Gigi memberikan pelayanan kesehatan gigi pada setiap hari kerja bagi karyawan dan keluarganya, yaitu: pencabutan, penambalan, perawatan caries gigi, dll.3) Pemeriksaan Kesehatan Pegawai Melaksanakan program pemeriksaan kesehatan bagi seluruh pegawai sesuai dengan ketentuan Permenaker No.Per-02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja, yaitu :a) Pemeriksaan Kesehatan Awal/Pra Kerja, adalah pemeriksaan kesehatan calon pegawai kontrak sebelum bekerja dan merupakan salah satu tahap dalam proses rekruitment pegawai.Tujuannya adalah untuk mendapatkan calon pegawai yang sehat, tidak mempunyai penyakit menular dan sesuai untuk jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Jenis pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan yaitu :

(1) Tenaga medis

(a) pemeriksaan fisik lengkap(b) foto rontgen dada (c) laboratorium : darah rutin 1, fungsi hati, fungsi ginjal, dan HBsAg. (2) Tenaga paramedis keperawatan(a) pemeriksaan fisik lengkap(b) foto rontgen dada(c) laboratorium : darah rutin 1, fungsi hati, fungsi ginjal, dan HBsAg.(3) Tenaga paramedis non keperawatan

(a) pemeriksaan fisik lengka(b) foto rontgen dada(c) laboratorium : darah rutin 1, fungsi hati, fungsi ginjal

(4) Tenaga administrasi(a) pemeriksaan fisik lengkap(b) foto rontgen dadab) Pemeriksaan Kesehatan Peningkatan Status (calon pegawai tetap), adalah pemeriksaan kesehatan pegawai kontrak yang sudah bekerja minimal 3 tahun yang akan ditingkatkan statusnya menjadi pegawai tetap. Tujuannya adalah untuk mendapatkan calon pegawai tetap yang sehat, tidak mengidap penyakit menular dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah :

(1) pemeriksaan fisik lengkap

(2) foto rontgen dada

(3) laboratorium : darah rutin 2, fungsi hati, fungsi ginjal, urin rutinc) Pemeriksaan Kesehatan Berkala, adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pegawai lama, diprioritaskan untuk pegawai yang bekerja di tempat yang berisiko, dilakukan minimal satu kali dalam setahun.Tujuannya adalah untuk mempertahankan derajat kesehatan pegawai setelah bekerja dan untuk mendeteksi dini adanya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah :

(1) Tenaga pekerja radiasi (Instalasi Radiodiagnostik dan Radioterapi), mengikuti ketentuan pemeriksaan dari BAPETEN (Peraturan BAPETEN No.01/Ka BAPETEN/V-1999), yaitu : pemeriksaan fisik lengkap, foto rontgen dada, mata, EKG, dan laboratorium: darah rutin 2, fungsi hati, funsi ginjal, lemak darah, gula darah, urin rutin.(2) Tenaga laboratorium (Instalasi Patologi Klinik dan Patologi Anatomi)

(a) pemeriksaan fisik lengkap, dan foto rontgen dada(b) laboratorium : darah rutin 2, fungsi hati, fungsi ginjal, urin rutin(3) Tenaga farmasi(a) pemeriksaan fisik lengkap, dan foto rontgen dada(b) laboratorium : darah rutin 2, fungsi hati, fungsi ginjal, urin rutinKhusus untuk pegawai yang bertugas sebagai pelaksana handling obat kemoterapi, pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap 6 bulan meliputi: darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, urin rutin.(4) Petugas Lingkungan dan Laundry(a) pemeriksaan fisik lengkap, foto rontgen dada

(b) laboratorium: darah rutin 2, fungsi hati, fungsi ginjal, urin rutin

(5) Tenaga Perawat(a) pemeriksaan fisik lengkap dan foto rontgen dada(b) laboratorium : darah rutin 2. fungsi hati, funsi ginjal, urin rutin

d) Pemeriksaan Kesehatan Khusus, adalah pemeriksaan secara khusus terhadap pegawai tertentu, bertujuan untuk menilai adanya pekerjaaan tertentu terhadap pegawai atau golongan pegawai tertentu, yaitu :

(1) Pegawai yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu.

(2) Pegawai yang berusia diatas 40 tahun atau pegawai wanita dan pegawai cacat.

(3) Pegawai yang diduga mendapat gangguan kesehatan tertentu.(4) Pegawai yang mengalami keluhan gangguan kesehatan saat bekerja.Jenis pemeriksaan yang dilakukan :(1) pemeriksaan fisik lengkap (2) pemeriksaan fisik khusus pada organ tubuh yang terganggu (3) EKG bagi pegawai diatas 40 tahun (4) pemeriksaan penunjang khusus wanita : mammografi, paps smear(5) pemeriksaan laboratorium rutin dan lainnya yang dianggap perlu

4) Imunisasi, adalah kegiatan memberikan kekebalan tubuh pada pegawai, terutama pegawai yang bekerja di tempat yang berisiko untuk penularan suatu penyakit.

Jenis imunisasi yang diberikan:

a) Imunisasi Hepatitis A pada food handlers (Instalasi Gizi, petugas kantin) diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 6 sampai 12 bulan.b) Imunisasi Hepatitis B pada dokter, perawat, pramuhusada, pembantu orang sakit, diberikan dalam 3 dosis dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian booster. Dilakukan skrinning HBsAg terlebih dahulu dengan menggunakan strip test, dengan kategori hasil:

(1) HBsAg (-) anti HBsAg (-) : dapat diimunisasi

(2) HBsAg (+) anti HBsAg (-) : tidak dapat diimunisasi

(3) HBsAg (-) anti HBsAg (+) : tidak dapat diimunisasi

c) Imunisasi Influenza pada dokter, perawat, pegawai front liner, sebaiknya diberikan setiap tahun.d) Imunisasi Tifoid pada food handlers (Instalasi Gizi, petugas kantin), diberikan setiap 3 tahun.5) Pemantauan Alat Pelindung Diri (APD) adalah kegiatan pemantauan cara pemakaian APD yang benar, inventarisasi APD yang tersedia dan pemantauan ke unit kerja yang berisiko. 6) Pemantauan tempat kerja dan kondisi kerja, meliputi pemantauan dan penilaian faktor fisik, biologis, ergonomis dan psikososial, melakukan upaya pengendalian tehnis dan administratif.

Pemantauan dilakukan terhadap:

(1) faktor fisik: bising, cahaya, suhu, radiasi

(2) faktor biologis: bakteri, parasit, virus, jamur

(3) faktor kimia: gas anestetik, formaldehid, merkuri dan debu

(4) faktor ergonomi: pembebanan kerja fisik, sikap tubuh dalam bekerja, mengangkat dan mengangkut, pola kerja gilir

(5) faktor psikososial: stress7) Penyelidikan dan identifikasi bahaya risiko ke tempat kejadian kecelakaan kerja membuat laporan penyelidikan, melakukan upaya perbaikan dan pencegahan.8) Peninjauan dan identifikasi bahaya risiko ke tempat kerja pegawai yang diduga menderita Penyakit Akibat Kerja, membuat laporan kejadian, dan melakukan upaya pengendalian tehnis dan administrative.9) Sosialisasi dan pelatihan K3Sosialisasi untuk seluruh pegawai tentang Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja, Pelatihan Dasar-dasar K3 untuk seluruh perwakilan setiap satuan kerja.10) Laporan dan evaluasi

Membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan serta evaluasi kegiatan/program dengan rapat bulanan dan setiap triwulan. 11. Keselamatan Kerja di RS Kanker Dharmais

Risiko bahaya yang terjadi di rumah sakit adalah akibat faktor-faktor lingkungan kerja yang bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam suatu proses produksi, hasil produksi, sisa produksi serta peralatan dan sarana dalam melakukan pekerjaan serta keadaan cuaca ditempat kerja.

Faktor-faktor lingkungan kerja di RS Kanker Dharmais terdiri dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi. Faktor-faktor lingkungan kerja yang nilainya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), maka kemungkinan dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan kerja, gangguan kesehatan bahkan dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja.Pengendalian bahaya fisik

Pengendalian bahaya fisik akibat iklim kerja di RS Kanker Dharmais dilakukan sebagai berikut:a) Terhadap lingkungan kerja : Menyempurnakan sistem ventilasi, Menyediakan tempat istirahat yang cukup, Memberikan warna yang cerah pada peralatan yang memberikan sumber panas, Memasang shielding (penyekat) antara sumber panas dan tenaga kerja b) Terhadap tenaga kerja (1) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat artinya cukup dan mudah dicapai dari lokasi kerja(2) Pada lingkungan kerja yang mempunyai suhu radiasi rendah dianjurkan dengan pakaian kerja ringan, sedang untuk radiasi tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja dengan tertutup seluruh permukaan kulit dan berwarna putih(3) Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan panas apabila berbadan gemuk sekali dan menderita penyakit cardio-vasculer

c) Terhadap lingkungan kerja yang bersuhu dingin

(1) Disediakan intermediate room dengan perubahan suhu yang tidak terlalu besar sebelum masuk ke tempat kerja bersuhu dingin

(2) Mencegah pengeluaran panas dari tubuh dengan pakaian pelindung

(3) Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui pem-berian makanan tambahan dan dalam hal-hal tertentu meningkatkan aktivitasPengendalian bahaya fisik akibat kebisingan dengan mengurangi tingkat dan atau lamanya pemaparan. Mengurangi kebisingan pada sumbernya, misalnya memasang peredam pada tempat-tempat sumber bising

a) Merawat mesin-mesin secara teraturb) Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada yang goyangc) Pengaturan secara administratif dilakukan dengan mengatur waktu pemaparan yaitu tidak berada dilingkuan kerja yang mempunyai kebisingan dengan intensitas melampaui Nilai Ambang Batas (NABd) Pengendalian secara medis : Pemeriksaan sebelum bekerja, Pemeriksaan berkalae) Penggunaan alat pelindung diri : Ear muff (tutup telinga), Ear plug (sumbat telinga)

Pengendalian bahaya fisik akibat Intensitas cahaya dengan cara : Membersihkan secara rutin instalasi penerangan termasuk lampunya, Secepatnya mengganti dan memperbaiki instalasi penerangan dan lampu-lampu yang rusak, jika memakai penerangan alami atau sinar matahari diupayakan agar jendela tempat jalannya masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup, penambahan penerangan lokal apabila penerangan umum tidak mencukupi untuk jenis pekerjaan-pekerjaan tertentu

Pengendalian bahaya fisik akibat Getaran : Isolasi sumber getaran, bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote control, mengurangi waktu pemaparan terhadap getaran, diselingi dengan waktu istirahat yang cukup, melengkapi peralatan mekanis yang dapat menahan atau menyerap getaran, merawat mesin secara rutinPengendalian bahaya fisik akibat Radiasi : Isolasi sumber radiasi, bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote control, mengurangi waktu pemaparan terhadap radiasi, diselingi waktu istirahat yang cukup, menggunakan alat pelindung diri, merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan.Pengendalian bahaya kimia di lingkungan Rumah sakit

Pada dasarnya bahan kimia berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan atau penyakit. Bahan kimia penyebab kecelakaan pada umumnya bersifat mudah terbakar (flammable); atau mudah meledak (eksplosive); atau cepat bereaksi dengan bahan lain (reaktif); atau berupa senyawa asam yang kuat dan pekat (korosif) atau senyawa basa kuat (kaustik); atau bisa juga berupa gas asphyxiant yaitu gas yang sangat banyak memenuhi suatu ruangan membuat kadar oksigen menjadi sangat rendah (kurang dari 9 %) sehingga orang sulit bernapas dan lemas.

Bahan kimia yang dapat menimbulkan penyakit umumnya bersifat irritant terhadap kulit/mata dan sistem pernapasan; atau menyebabkan radang/ infeksi; atau menimbulkan efek sistemik yaitu tidak menimbulkan efek lansung pada bagian tubuh yang terpapar(kulit,mata atau saluran pernapasan) melainkan memberi efek pada organ-organ yang berada di dalam tubuh, seperti System Syaraf Pusat (SSP), ginjal, alveoli, darah, janin dll. Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja telah diatur dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Nomor : SE 01 /MEN/1997 tanggal 16 Oktober 1997. Faktor kimia dilingkungan kerja rumah sakit terdapat banyak diruang ruang seperti :

a) Laboratorium (bahan kimia, gas untuk pemeriksaan)

b) Ruang Operasi (Gas Anastesi,cairan pencuci hama dll)

c) Ruang Intensive Care (Cairan anti septic, Gas dll)

d) Bagian Pemeliharaan Sarana (Cat, Gas untuk mengelas, Cairan pembersih alat)

e) Bagian Farmasi (bahan kimia, obat dll)

f) Ruang Sterilisasi (Gas, Cairan anti septic dll)

g) Ruang Pencucian (Bahan kimia untuk mencuci)Pengendalian bahaya kimia

a) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan.

b) Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan dengan baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api, mempunyai ventilasi yang cukup baik untuk mencegah terjadinya akumulasi gas-gas yang berbahaya. Suhu ruang penyimpanan juga harus disesuaikan, setiap kali harus diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih, tidak ada bocoran atau tumpahan zat kimia.

c) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.

d) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga harus diperhatikan.

e) Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar pekerja

f) Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart Operating Prosedur (SOP) yang berlaku.

g) Penggunaan alat pelindung diri

h) Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus terhadap pekerja

Pengendalian bahaya faktor-faktor biologis di lingkungan Rumah sakit

Dalam lingkungan rumah sakit terdapat berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh agent biologi atau Mikro organisme.

Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :

a) Kelompok Bakteri , misalnya: Streptococcus, Salmonella, Staphylococcus

b) Kelompok Virus, misalnya: HIV, HBV

c) Kelompok Jamur, misalnya: Blastomycetes, Actinomycetes

d) Kelompok Parasit, misalnya: Ancylostoma, Ascaris

e) Kelompok Ricketsia dan Chlamydia, misalnya: LGV, Psittacosis

Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi dengan berbagai cara, misalnya:

a) Melalui saluran pernapasan

b) Melalui kontak kulit

c) Melalui saluran pencernaan

d) Melalui peredaran darah

Bagian-bagian tubuh penderita yang dapat menjadi sumber penularan antara lain adalah : Urine, Tinja, Keringat, dan Sputum

Pengendalian bahaya biologi

a) Peningkatan pengetahuan dan kepedulian petugas kesehatan terhadap penyakit infeksi nosokomial

b) Protap untuk setiap pekerjaan dan tindakan

c) Prosedur pengelolaan spesimen (darah, urine, tinja, sputum, dan lainnya)

d) Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi peralatan medis, meja, lantai dan sebagainya

e) Isolasi pasien (penyakit khusus)

f) Sanitasi lingkungan Rumah Sakit

g) Pemeriksaan kesehatan berkala untuk petugas

h) Melaksanakan pengelolaan limbah rumah sakit

i) Pelatihan pengendalian Infeksi Nosokomial

j) Penggunaan alat pelindung diriB. Data hasil penelitian

1. Data Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan RS Kanker Dharmais (RSKD). Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling terhadap karyawan RSKD dengan mengacu pada tabel Uma Sekaran (1992) dimana untuk populasi (N) : 1100 -