badan pusat statistik 1... · penopang (selain pertanian ... masing daerah menjadi target utama....
TRANSCRIPT
BADAN PUSAT STATISTIK
SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2017 TAHUNAN
(VIMK17-TAHUNAN)
BUKU 1 :
PEDOMAN TEKNIS BPS PROVINSI DAN BPS KABUPATEN/KOTA
Pedoman Teknis BPS ProvinsI dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
iii
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota disusun dalam
rangka kegiatan Survei Industri Mikro dan Kecil 2017 (VIMK17) Tahunan. Penyusunan
buku ini dimaksudkan menjadi acuan BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota pelaksanaan
VIMK17 Tahunan.
Buku pedoman ini memuat uraian tentang tujuan, jadwal, jenis dan alur
dokumen, metodologi, organisasi lapang, persyaratan petugas, tata cara pengiriman
dokumen serta informasi lain yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan VIMK17
Tahunan. Kegiatan VIMK17 ini mencakup unit usaha/perusahaan industri skala mikro dan
kecil di seluruh kabupaten/kota dalam batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepada semua jajaran baik di tingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota
agar membaca dan memahami serta menggunakan buku pedoman ini secara sungguh-
sungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal
sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada seluruh
jajaran BPS RI, BPS Propinsi, BPS Kabupaten/Kota dan segenap petugas pendataan atas
peran serta dalam pelaksanaan VIMK17 Tahunan.
Jakarta, July 2017 Direktur Statistik Industri
Marlina Kamil
Pedoman Teknis BPS ProvinsI dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
I.1. Umum ........................................................................................................................................ 1
I.2. Landasan Hukum ................................................................................................................... 2
I.3. Tujuan ....................................................................................................................................... 2
I.4. Lingkup dan Cakupan ........................................................................................................... 3
I.5. Data yang Dikumpulkan ...................................................................................................... 3
I.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK17 Tahunan ................................................. 3
I.7. Jenis Dokumen yang Digunakan ....................................................................................... 4
I.8. Alur Dokumen Pelaksanaan VIMK17 Tahunan ............................................................ 5
I.9. Pembiayaan VIMK17 Tahunan .......................................................................................... 6
I.10. Statistik yang dihasilkan ...................................................................................................... 6
BAB II METODOLOGI ............................................................................................................................. 7
II.1. Kerangka Sampel ................................................................................................................... 7
II.2. Stratifikasi Blok Sensus ........................................................................................................ 7
II.3. Prosedur Penarikan Sampel ............................................................................................ 12
BAB III ORGANISASI LAPANGAN ............................................................................................... 27
III.1. Organisasi Lapangan .......................................................................................................... 27
III.2. Tugas dan Tanggung Jawab ............................................................................................. 28
III.3. Syarat Petugas ................................................................................................................... 33
BAB IV TATA CARA PENGIRIMAN DOKUMEN ..................................................................... 35
IV.1. Pengiriman Dokumen dari BPS-RI ke BPS Provinsi ........................................... 35
IV.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kabupaten/Kota ke BPS Provinsi .............. 35
IV.3. Pengiriman File Hasil Entri dari BPS Provinsi ke BPS RI. ............................... 36
LAMPIRAN .................................................................................................................................................... 37
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan VIMK17 Tahunan ................................................................... 4
Tabel 2. Jenis Dokumen VIMK17 Tahunan ............................................................................. 4
Tabel 3. Skema Sampling Survei IMK Tahunan 2017 ..................................................... 13
Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Usaha/Perusahaan Industri Mikro dan Kecil menurut KBLI Per Blok Sensus di Kabupaten/Kota ....................................... 16
Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Usaha/Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut KBLI di Kabupaten/Kota Hasil Pendaftaran IMK ......................... 19
Tabel 6. Alokasi Sampel Usaha/Perusahaan Industri Mikro per Blok Sensus Menurut KBLI di Kabupaten/Kota......................................................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Distribusi Sampel IMK 2017 Tahunan Menurut Provinsi ............................ 38
Lampiran 2. Contoh Rekapitulasi Sampel Berdasarkan Kabupaten/Kota Survei IMK 2017 Tahunan ................................................................................................................ 39
Lampiran 3. Contoh Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS Survei IMK 2017 Tahunan ... 40
Lampiran 4. Contoh Lembar Kerja Penarikan Sampel (LKPS) Survei IMK 2017 Tahunan ............................................................................................................................ 41
Lampiran 5. Contoh Lembar Kerja PCS Survei IMK 2017 Tahunan ................................. 42
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Umum
Peran sektor industri masih cukup penting di Indonesia. Menurut BPS pada Berita
Resmi Statistik bulan Februari 2017 terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2016, produk domestik bruto (PDB) sektor industri masih memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap perekonomian Indonesia. Sektor industri memberikan kontribusi 20,51
persen lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
berkontribusi sebesar 13,45 persen ataupun sektor kontruksi yang berkontribusi sebesar
10,38 persen.
Sektor industri tidak saja memberikan kontribusi dalam perekonomian melalui
peningkatan nilai tambah produksi, tetapi juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja.
Hasil Sensus Ekonomi Tahun 2016 menunjukkan bahwa sektor industri menyerap tenaga
kerja sekitar 16 juta orang dan 57 persen tenaga kerja tersebut bekerja di subsektor industri
mikro dan kecil (kelompok industri dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang).
Berdasarkan data Sensus Ekonomi 2016, sekitar 60 persen industri mikro dan kecil di
Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ketimpangan ini mendorong komitmen
pemerintah untuk menumbuhkan perekonomian nasional yang inklusif dan berkualitas. Salah
satu kebijakan yang diambil adalah, pemerintah dengan 13 paket kebijakan ekonomi. Paket
kebijakan jilid 4 yang telah diluncurkan pemerintah ini mencakup bunga kredit usaha rakyat
(KUR) yang lebih murah dan meluas, serta peningkatan kesejahteraan pekerja. Mengambil
peran dan dukungan penciptaan sektor ekonomi lain (sektor industri diantaranya) sebagai
penopang (selain pertanian dan pertambangan) di wilayah Kalimantan, Sulawesi hingga
Papua.
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
2
Kementerian Perindustrian yang berkompeten terhadap pembangunan di sektor
industri juga mengarahkan fokus ke pembangunan ekonomi inklusif. Pemerataaan
pembangunan industri dan kawasan industri sesuai potensi sumber daya alam masing-
masing daerah menjadi target utama. Selain sebarannya, prioritas pengembangan sektor
industri dilakukan berdasarkan kontribusi terhadap produk domestik bruto. Serangkaian
kebijakan di sektor industri pengolahan membutuhkan data dan informasi yang akurat.
Terkait dengan penyediaan data industri pengolahan mikro dan kecil, Badan Pusat
Statistik menyelenggarakan Survei Industri Mikro dan Kecil 2017 (VIMK17) Tahunan. Survei
ini diharapkan dapat memberikan profil dan data sektor industri mikro dan kecil baik secara
nasional atau menurut provinsi.
I.2. Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan VIMK17 Tahunan :
a. Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.
c. Peraturan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.
I.3. Tujuan
Secara umum VIMK17 Tahunan bertujuan untuk mengetahui profil industri Mikro
dan Kecil (IMK) daerah potensi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. VIMK17 Tahunan akan mengumpulkan dan
menyajikan data tentang kegiatan usaha/perusahaan berskala mikro dan kecil yang rinci dan
mutakhir menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 digit pada tingkat
nasional dan provinsi.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
3
I.4. Lingkup dan Cakupan
VIMK17 Tahunan ini dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota potensi IMK di
seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah blok sensus terpilih sebanyak 13.681 blok
sensus dan mencakup 90.231 usaha/perusahaan. Sasaran pencacahan meliputi
usaha/perusahaan industri mikro dengan banyaknya tenaga kerja 1 s.d. 4 orang dan industri
kecil dengan banyaknya tenaga kerja 5 s.d. 19 orang termasuk pengusaha/ pemilik.
I.5. Data yang Dikumpulkan
Data dan keterangan yang dikumpulkan usaha/perusahaan mikro dan kecil dalam
VIMK17 Tahunan yaitu :
a. Keterangan perusahaan meliputi kegiatan utama usaha/perusahaan, keterangan
pengusaha (nama, jenis kelamin, umur, dan pendidikan), bentuk badan hukum/badan
usaha/perijinan, tahun mulai beroperasi/berproduksi secara komersial.
b. Pekerja, hari kerja, jam kerja usaha/perusahaan, dan balas jasa pekerja.
c. Biaya/pengeluaran selama satu bulan (Oktober 2017 atau bulan terakhir berproduksi).
d. Pendapatan selama satu bulan (Oktober 2017 atau bulan terakhir berproduksi).
e. Investasi dan modal usaha/perusahaan.
f. Kesulitan, kemitraan, dan sertifikasi produk.
g. Pelayanan dan bimbingan usaha/perusahaan.
h. Sumber Air, internet, distribusi, dan alokasi pemasaran (selama November 2016 –
Oktober 2017).
I.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK17 Tahunan
Manajemen waktu sangat penting dalam sebuah kegiatan. Jadwal kegiatan dan
pelaksanaan VIMK17 Tahunan disusun sebagaimana tabel di bawah ini:
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
4
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan VIMK17 Tahunan
No. Kegiatan P/D Waktu Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4)
1 Pengiriman VIMK17 DSBS Tahunan terpilih ke BPS Provinsi P 10 Mei 2017
2 Pengecekan VIMK17 DSBS di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
D 15 Mei - 23 Juli 2017
3 Pengiriman Dokumen dari BPS RI ke BPS Provinsi P 10 Juli – 31 Agustus 2017
4 Listing D 1 - 20 Oktober 2017
5 Penentuan Alokasi Sampel di BPS Provinsi D 23 - 24 Oktober 2017
6 Penyerahan Alokasi Sampel ke BPS Kabupaten/Kota D 25 - 27 Oktober 2017
7 Pencacahan Sampel (Daftar-VIMK17 S-2) D 1 - 28 November 2017
8 Pemeriksaan D 6 - 30 November 2017
9 Editing dan Coding D 8 November - 4 Desember 2017
10 Data Entri dan Evaluasi di BPS Provinsi D 13 November - 22 Desember 2017
11 Batas akhir penerimaan data hasil pengolahan di BPS RI D 29 Desember 2017
I.7. Jenis Dokumen yang Digunakan
Jenis daftar (kuesioner) dan buku pedoman yang digunakan untuk VIMK 2017 Tahunan
serta kegunaannya dari masing-masing disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Jenis Dokumen VIMK17 Tahunan
No Nama dokumen Kegunaan Pengguna
(1) (2) (3) (4)
1. Peta Blok Sensus SE2016/
SP2010
Mengetahui batas-batas blok
sensus terpilih.
Pengawas/Pencacah
2. Daftar VIMK17-DSBS (Daftar
Sampel Blok Sensus)
Mengetahui identitas blok
sensus terpilih
Pengawas/Pencacah
3. Daftar VIMK17-L2
(Listing)
Pendaftaran usaha/ perusahaan
dalam blok sensus terpilih
Pengawas/Pencacah
4. Daftar VIMK17-DS2
(Daftar Sampel)
Pengisian daftar sampel usaha/
perusahaan terpilih
Pengawas/Pencacah
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
5
BPS RI BPS PROVINSI BPS KAB/KOTA PENGAWAS PENCACAH
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. BUKU 1 6. BUKU 2 7. BUKU 3 8. BUKU 4 9. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS 6. BUKU 1 7. BUKU 2 8. BUKU 3 9. BUKU 4 10. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS 6. BUKU 1 7. BUKU 2 8. BUKU 3 9. BUKU 4 10. SKETSA PETA HASIL SCAN 11. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS 6. BUKU 2 7. BUKU 3 8. SKETSA PETA HASIL SCAN 9. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. BUKU 2 6. SKETSA PETA HASIL SCAN 7. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS 6. SKETSA PETA HASIL SCAN 7. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS 6. SKETSA PETA HASIL SCAN 7. VIMK17-LPCS
1. VIMK17-DSBS 2. VIMK17-L2 3. VIMK17-DS2 4. VIMK17-S2 5. VIMK17-LKPS
DATA VIMK17_pp00.krm
No Nama dokumen Kegunaan Pengguna (1) (2) (3) (4)
5. Daftar VIMK17-S2
(Sampel)
Pada saat pencacahan sampel
usaha/perusahaan
Pengawas/Pencacah
6. VIMK17-LPCS
(Lembar Kerja PCS)
Monitoring pendataan listing dan pencacahan sampel usaha/ perusahaan
Pencacah
7. Daftar VIMK17-LKPS
(Lembar Kerja Penarikan Sampel)
Penentuan no urut sampel Pengawas
8. Buku 1 Pedoman Teknis BPS Provinsi
dan BPS Kabupaten/Kota
BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota
9. Buku 2 Pedoman Pencacah Pengawas/Pencacah
10. Buku 3 Pedoman Pengawas Pengawas
11. Buku 4 Pedoman Pengolahan Petugas entri, Kasie
Integrasi Pengolahan
Data, dan Kasie
Industri
I.8. Alur Dokumen Pelaksanaan VIMK17 Tahunan
Distribusi dokumen VIMK17 Tahunan mulai dari BPS RI hingga ke petugas seperti pada
gambar di bawah ini:
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
6
Gambar 1. Alur Dokumen Pelaksanaan VIMK17 Tahunan
I.9. Pembiayaan VIMK17 Tahunan
Biaya kegiatan VIMK17 Tahunan dibebankan pada anggaran BPS RI. Rincian biaya BPS
RI terdapat dalam POK Sub Direktorat Statistik Industri Kecil dan Rumah Tangga, Direktorat
Statistik Industri. Rincian biaya VIMK17 Tahunan daerah terdapat dalam DIPA BPS Provinsi
dan BPS Kabupaten/Kota.
I.10. Statistik yang dihasilkan
Statistik yang dihasilkan dari kegiatan VIMK17 Tahunan berupa profil IMK antara lain
terdiri dari:
a. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil
b. Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan Industri Mikro dan Kecil
c. Nilai Input Industri Mikro dan Kecil
d. Nilai Output Industri Mikro dan Kecil
e. Nilai Tambah Industri Mikro dan Kecil
f. Pengeluaran Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
7
BAB II METODOLOGI II.1. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) 2017
Tahunan ada dua jenis, yaitu:
1. Kerangka sampel blok sensus, digunakan untuk pemilihan sampel blok sensus. Kerangka
sampel ini merupakan daftar blok sensus yang dilengkapi dengan informasi jumlah usaha
industri mikro dan kecil hasil pencacahan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Blok sensus ini
memuat usaha industri mikro atau industri kecil dengan KBLI 2 digit 10 s.d. 33 (blok
sensus eligible).
2. Kerangka sampel usaha/perusahaan IMK, digunakan untuk pemilihan sampel usaha
industri mikro dan kecil. Kerangka sampel ini merupakan daftar usaha hasil pendaftaran
usaha industri mikro dan kecil dengan Daftar VIMK17-L2. Kerangka sampel usaha ini
dibedakan menurut usaha industri kecil dan usaha industri mikro.
II.2. Stratifikasi Blok Sensus
Stratifikasi mencakup seluruh blok sensus pada kerangka sampel blok sensus dengan
tujuan membentuk strata konsentrasi usaha berdasarkan jumlah relatif usaha industri mikro
dan kecil menurut jenis golongan pokok Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (2 digit
KBLI) 2015. Untuk setiap jenis usaha (2 digit KBLI), strata konsentrasi adalah sekelompok blok
sensus dengan komposisi usaha didominasi oleh jenis usaha tertentu. Stratifikasi blok sensus
ini dilakukan pada level kabupaten.
II.2.1 Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus, berikut
ini notasi-notasi yang digunakan:
h : menyatakan blok sensus (h = 1, 2, …, k)
i : menyatakan jenis usaha sesuai 2 digit KBLI (i = 1, 2, 3, …, 24)
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
8
i = 1 : Industri Makanan,
i = 2 : Industri Minuman,
i = 3 : Industri Pengolahan Tembakau,
i = 4 : Industri Tekstil,
i = 5 : Industri Pakaian Jadi,
i = 6 : Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki,
i = 7 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur), dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya,
i = 8 : Industri Kertas dan Barang dari Kertas,
i = 9 : Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman,
i = 10 : Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi,
i = 11 : Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia,
i = 12 : Industri Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional,
i = 13 : Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik,
i = 14 : Industri Barang Galian Bukan Logam,
i = 15 : Industri Logam Dasar,
i = 16 : Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya,
i = 17 : Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik,
i = 18 : Industri Peralatan Listrik,
i = 19 : Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL,
i = 20 : Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer,
i = 21 : Industri Alat Angkutan lainnya,
i = 22 : Industri Furnitur,
i = 23 : Industri Pengolahan Lainnya,
i = 24 : Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan.
Nhi : jumlah usaha IMK dengan KBLI i dalam blok sensus h.
N.i : jumlah usaha IMK dengan KBLI i.
Ai : jumlah blok sensus yang paling sedikit memuat satu usaha IMK dengan KBLI i.
Bi : rata-rata jumlah usaha IMK dengan KBLI i pada blok sensus usaha.
Ihi : indeks konsentrasi usaha IMK dengan KBLI i dalam blok sensus h.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
9
Rhi : peringkat dari indeks konsentrasi usaha IMK dengan KBLI i dalam blok sensus h.
II.2.2 Proses Stratifikasi
Proses stratifikasi blok sensus dilakukan dengan tahapan berikut:
1. Menghitung Nhi, N.i, dan Ai.
2. Menghitung rata-rata jumlah usaha IMK dengan KBLI i pada blok sensus usaha dengan
rumus:
.
3. Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dan jenis usaha IMK dengan
rumus:
.
4. Membuat peringkat (Rhi) dari indeks konsentrasi Ihi di antara seluruh Ihi (i = 1, 2, …, 24)
untuk setiap blok sensus dengan ketentuan:
Rhi = 1 untuk nilai Ihi terbesar pertama,
Rhi = 2 untuk nilai Ihi terbesar kedua, dst.
Rhi = 0 untuk i dengan Nhi = 0.
Jika pada suatu blok sensus terdapat lebih dari satu nilai indeks konsentrasi tertinggi
sehingga terdapat lebih dari satu peringkat pertama, maka peringkat pertama blok
sensus ditetapkan berdasarkan jumlah jenis usaha (i) yang paling sedikit menjadi
peringkat pertama blok sensus pada level provinsi. Iterasi dilakukan setiap kali
mengeksekusi satu blok sensus.
5. Menentukan peringkat pertama indeks konsentasi usaha blok sensus h (R1h = i), yaitu
jenis usaha IMK dengan KBLI i untuk Rhi = 1 dalam blok sensus h. Jika N.h = 0 maka R1h =
0.
6. Menentukan peringkat kedua indeks konsentrasi usaha blok sensus h (R2h = i), yaitu jenis
usaha IMK dengan KBLI i untuk Rhi = 2 dalam blok sensus h. Jika N.h = 0 maka R2h = 0.
7. Menentukan strata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h. Jika Nhi = 0 untuk semua i
maka blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata non usaha.
Skema pembentukan blok sensus konsentrasi menurut jenis usaha IMK sesuai
dengan KBLI i sebagai berikut:
i
ii
A
NB .
i
hihi
B
NI
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
10
BS Jumlah Usaha
(Nhi)
Indeks Konsentrasi (Ihi)
Peringkat Indeks Konsentrasi (Rhi) R1h R2h Strata
i=1 … i … i=24 i=1 … i … i=24 i=1 … i … i=24
1
…
h Nh1 …. Nhi …. Nh24 Ih1 … Ihi … Ih24 Rh1 … Rhi … Rh24
…
k
N.i N.1 …. N.i …. N.24 Ai A1 …. Ai …. A24 Bi B1 …. Bi …. B24
Contoh:
R1h = 1 dan R2h = 0, adalah blok sensus dengan komposisi jenis usaha industri makanan.
R1h = 1 dan R2h = 2, adalah blok sensus dengan komposisi jenis usaha industri makanan
sebagai peringkat pertama indeks konsentrasi dan jenis usaha industri minuman sebagai
peringkat keduanya.
II.2.3 Evaluasi
Proses stratifikasi blok sensus pada butir II.2.b menghasilkan strata konsentrasi
awal yang perlu dievaluasi untuk menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih
masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap strata konsentrasi awal adalah sebagai berikut:
1. Untuk simplifikasi, notasi yang digunakan:
k: blok sensus
j: peringkat pertama indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j (j = 1, 2, ...,24)
j’: peringkat kedua indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j’
(j’= 0, 1, 2, …,24).
Untuk j’= 0 berarti blok sensus tersebut hanya memuat usaha IMK dengan KBLI j.
jjjkN )',( : jumlah usaha IMK dengan KBLI j dalam substrata (j,j’)
jjN : rata-rata jumlah usaha IMK dengan KBLI j dalam strata j
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
11
2. Prosedur Evaluasi
Untuk j’= 0
Jika jj
jjjk NN '),( maka j = 25, artinya blok sensus k digolongkan ke dalam strata
nonkonsentrasi usaha.
Untuk j’ 0
Jika jjjkN '),( j
jN maka j = j
Jika jjjkN '),( < j
jN dan ''),(
jjjkN '
'jjN maka j = j’
Jika jjjkN '),( < j
jN dan ')',(
jjjkN < '
'j
jN maka j = 25 (strata nonkonsentrasi usaha)
3. Berdasarkan evaluasi, setiap blok sensus dikelompokkan ke dalam salah satu strata
berikut:
j=1 : Industri Makanan
j=2 : Industri Minuman
j=3 : Industri Pengolahan Tembakau
j=4 : Industri Tekstil
j=5 : Industri Pakaian Jadi
j=6 : Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
j=7 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur), dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya
j=8 : Industri Kertas, Barang dari Kertas
j=9 : Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
j=10 : Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi
j=11 : Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
j=12 : Industri Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional
j=13 : Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
j=14 : Industri Barang Galian Bukan Logam
j=15 : Industri Logam Dasar
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
12
j=16 : Industri Barang dari Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
j=17 : Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik
j=18 : Industri Peralatan Listrik
j=19 : Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
j=20 : Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
j=21 : Industri Alat Angkutan lainnya
j=22 : Industri Furnitur
j=23 : Industri Pengolahan Lainnya
j=24 : Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatannya
j=25 : Nonkonsentrasi Usaha.
II.3. Prosedur Penarikan Sampel
Rancangan penarikan sampel (sampling) yang diterapkan adalah penarikan sampel dua
tahap terstratifikasi (stratified two-stage sampling) dengan prosedur sebagai berikut:
Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih sejumlah blok sensus secara
probability proportional to size (PPS)-Systematic dengan size banyaknya usaha IMK hasil
pendaftaran SE2016 dan stratifikasi implisit menggunakan informasi BS Sentra Industri
dan Non-Sentra Industri. Penarikan sampel blok sensus antar strata di masing-masing
kabupaten dilakukan secara independen.
Tahap kedua, dari kerangka sampel usaha IMK diambil keseluruhan (take all) industri
kecil dan dipilih sejumlah usaha industri mikro secara sistematik. Apabila jumlah industri
kecil dalam suatu provinsi melebihi target sampel usaha IMK atau karakteristiknya
seragam (homogen) maka dilakukan pemilihan sampel industri kecil secara sistematik.
Skema sampling berdasarkan rancangan penarikan sampel ditunjukkan pada tabel berikut:
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
13
Tabel 3. Skema Sampling Survei IMK Tahunan 2017
Tahap
Unit Sampling
Populasi Sampel Metode Probabilita Fraksi
Sampling (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Blok sensus hN hn
PPS sistematik size:
usaha IMK hasil SE2016 strata implisit :
Informasi BS Sentra Industri
h
hi
M
M
h
hih
M
Mn
2
Industri kecil
khiM k
hiM
take all
(jika khiM target sampel
usaha IMK provinsi)
1 1
khiM
khim
sistematik
(jika khiM target sampel
usaha IMK provinsi atau terdeteksi homogenitas
usaha)
khiM
1
khi
khi
Mm
Industri mikro
mhiM m
him Sistematik mhiM
1 mhi
mhi
Mm
dengan:
hN : Jumlah blok sensus pada strata h,
hn : Jumlah sampel blok sensus pada strata h,
hM : Jumlah usaha IMK hasil SE2016 pada strata h,
hiM
: Jumlah usaha IMK hasil SE2016 pada strata h blok sensus i,
khiM
: Jumlah usaha industri kecil hasil SE2016 pada strata h blok sensus i,
mhiM
: Jumlah usaha industri mikro hasil SE2016 pada strata h blok sensus i,
khim : Jumlah sampel usaha industri kecil pada strata h blok sensus i.
mhim : Jumlah sampel usaha industri mikro pada strata h blok sensus i.
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
14
II.3.1 Jumlah Sampel
Jumlah sampel IMK Tahunan 2017 sebanyak 90.231 usaha yang tersebar di 13.681 blok
sensus. Jumlah sampel ini dirancang untuk penyajian estimasi jumlah usaha golongan pokok
usaha (2 digit KBLI) tingkat kabupaten. Jumlah sampel minimum dihitung dengan rumus:
dan penyesuaian jumlah sampel karena finite population dilakukan dengan rumus:
dengan:
om : jumlah sampel usaha IMK awal,
m : jumlah sampel usaha IMK hasil penghitungan akhir,
M : populasi usaha IMK,
p : proporsi populasi eligible terhadap target populasi.
Misal : proporsi usaha industri KBLI 10 terhadap usaha industri mikro dan kecil
(IMK) KBLI yang dicakup.
II.3.2 Alokasi Sampel
a. Alokasi Sampel Blok Sensus menurut Strata
Alokasi sampel blok sensus menurut strata di masing-masing kabupaten bertujuan
agar target sampel blok sensus untuk setiap strata dapat terdistribusi secara proporsional.
Alokasi ini dilakukan di BPS secara power allocation. Metode ini menerapkan penggunaan
proporsi akar kuadrat jumlah usaha masing-masing KBLI terhadap total akar kuadrat jumlah
usaha IMK dalam provinsi sebagai penentu jumlah sampel pada strata tertentu.
Rumus yang digunakan adalah:
dengan:
hM : populasi usaha IMK di strata h,
n : target sampel blok sensus di suatu provinsi,
rdeff
e
ppZm
1..
)1(2
2
0
n
M
Mn
H
h
h
hh
1
M
m
mm
11 0
0
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
15
hn : alokasi sampel blok sensus di strata h.
: konstanta power allocation, 5,0 .
Alokasi sampel untuk strata non konsentrasi usaha IMK ditentukan lima persen target
sampel.
b. Alokasi Sampel Blok Sensus Menurut Daerah Sentra Industri di Setiap
Strata
Sebaran sampel di wilayah sentra IMK dan non sentra IMK berdasarkan target
sampel di masing-masing strata ditentukan dengan rumus proportional allocation. Setiap
strata yang terdapat daerah sentra IMK -berdasarkan data pada kerangka sampel- diwakili
oleh minimum satu blok sensus atau dialokasikan secara proporsional dengan penyesuaian
berdasarkan banyaknya usaha pada masing-masing daerah sentra dan nonsentra IMK.
Alokasi ini dirumuskan sebagai berikut :
dengan:
hM : populasi usaha IMK di daerah sentra s (s=1 untuk sentra IMK dan s=2 untuk non
sentra IMK) strata h,
hn : alokasi sampel blok sensus di strata h.
hsn : lokasi sampel blok sensus di daerah sentra s strata h.
c. Alokasi Sampel Usaha IMK
1) Alokasi sampel usaha industri mikro dan kecil dilakukan oleh BPS provinsi berdasarkan
rekapitulasi jumlah usaha IMK hasil listing per kabupaten/kota dari seluruh blok sensus
sampel yang diperoleh dari Daftar VIMK17-L2, sehingga memenuhi rumus sebagai
berikut:
di mana :
k
h i
mhi
k
h
mh
m MMM1
24
11
,
h
s
hs
hshs n
M
Mn
2
1
mk MMM
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
16
dengan:
M : Jumlah populasi usaha IMK pada suatu kabupaten/kota,
kM : Jumlah populasi usaha industri kecil pada suatu kabupaten/kota,
mM : Jumlah populasi usaha industri mikro pada suatu kabupaten/kota,
miM : Jumlah populasi usaha industri mikro dengan KBLI i (i =1, 2, 3, ..., 24) pada suatu
kabupaten/kota,
mhM : Jumlah populasi usaha industri mikro pada blok sensus h (h = 1, 2, 3, ..., k) suatu
kabupaten/kota,
mhiM : Jumlah populasi usaha industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus h suatu
kabupaten/kota.
Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Usaha/Perusahaan Industri Mikro dan Kecil menurut KBLI
Per Blok Sensus di Kabupaten/Kota Provinsi : …………….
Kabupaten/Kota : ……………. Kode Nomor
Blok Sensus
Jumlah Industri
Kecil
Jumlah Industri Mikro Menurut KBLI Jumlah
IM Jumlah
IMK Kec. Desa 1 2 3 ... i ... ... ... 24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) ... ... ... ... ... ... (28) (29) (30)
1 kM1 mM11 mM12 mM13 … miM1 … … … mM124
mM1 1M
2 kM2 mM21 mM22
mM23 … miM2 … … … mM224
mM2 2M
…
…
…
…
… … …
…
…
h khM m
hM 1 mhM 2 m
hM 3 mhiM m
hM 24 mhM hM
…
…
…
…
… … …
…
…
k kkM m
kM 1 mkM 2 m
kM 3 mkiM m
kM 24 mkM kM
Jumlah kM mM1 mM2 mM3 … m
iM … … … mM24 mM M
Catatan:
khM : jumlah usaha industri kecil pada blok sensus h di kabupaten/kota.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
17
kM : jumlah usaha industri kecil dalam satu kabupaten/kota.
mhiM : jumlah usaha industri mikro dengan KBLI i (i = 1, 2, 3, ..., 24) pada blok sensus
h di kabupaten/kota.
mhM : jumlah usaha industri mikro pada blok sensus h di kabupaten/kota.
miM : jumlah usaha industri mikro dengan KBLI i dalam satu kabupaten/kota.
mM : jumlah usaha industri mikro dalam satu kabupaten/kota.
hM : jumlah usaha industri mikro dan kecil pada blok sensus h di kabupaten/kota.
M : jumlah usaha industri mikro dan kecil daam satu kabupaten/kota.
2) Alokasi sampel industri mikro per kabupaten/kota dilakukan setelah menentukan target
sampel industri kecil terlebih dahulu. Dengan demikian, target sampel industri mikro di
suatu provinsi adalah target sampel usaha IMK provinsi dikurangi dengan jumlah populasi
industri kecil pada seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut. Penghitungan target
sampel usaha industri mikro mengikuti rumusan berikut:
dengan:
mPm : Target sampel usaha industri mikro pada suatu provinsi,
mP : Target sampel usaha IMK pada suatu provinsi,
kPm : Jumlah sampel industri kecil pada suatu provinsi.
3) Jika populasi usaha industri kecil hasil listing sesuai dengan persamaan pada butir 2)
melebihi target sampel usaha IMK provinsi atau diketahui karakteristik industri kecil
bersifat seragam (homogen), maka usaha industri kecil tidak diambil seluruhnya sebagai
sampel tetapi dilakukan pengambilan sampel. Untuk itu, target sampel usaha industri
kecil dalam provinsi perlu dihitung terlebih dulu. Hal ini dilakukan agar keterwakilan
usaha dari populasi industri kecil dan mikro tetap terjaga.
Untuk kondisi populasi usaha industri kecil hasil listing melebihi target sampel usaha
IMK, maka alokasi sampel usaha IMK menurut industri kecil dan mikro di suatu
k
PP
m
P mmm
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
18
provinsi dilakukan dengan cara:
dengan:
u : usaha industri kecil (k), usaha industri mikro (m),
upm : Target sampel usaha industri u di provinsi p,
Pm : Target sampel usaha IMK di provinsi p,
upM : Jumlah populasi usaha industri u di provinsi p,
k
pM : Jumlah populasi usaha industri kecil di provinsi p,
m
pM : Jumlah populasi usaha industri mikro di provinsi p.
Untuk kondisi karakteristik populasi industri kecil relatif bersifat seragam (homogen),
yaitu sebagian besar memiliki keseragaman KBLI, maka alokasi sampel usaha industri
kecil pada KBLI tersebut ditentukan sebesar 15% dari populasi usaha industri kecil
dengan KBLI tertentu tersebut.
4) Alokasi sampel usaha industri mikro per kabupaten/kota dilakukan dengan menerapkan
power allocation (dengan α=0,5), yaitu proporsional akar kuadrat jumlah usaha industri
mikro di masing-masing kabupaten/kota terhadap total akar kuadrat jumlah usaha
industri mikro di provinsi. Untuk provinsi yang memiliki target sampel industri kecil
seperti kasus di atas, maka untuk setiap target sampel usaha industri kecil k
pm dan
usaha industri mikro m
pm masing-masing dialokasikan ke setiap kabupaten/kota
dengan rumus:
, dengan:
u : usaha industri kecil (IK), usaha industri mikro (IM)
u
Km : Target sampel usaha industri u di kabupaten/kota K,
u
pm : Target sampel usaha industri u di provinsi p,
u
KM : Populasi usaha industri di kabupaten/kota K.
Pm
p
k
p
u
pu
p mMM
Mm
u
pL
K
u
K
u
Ku
K m
M
Mm
1
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
19
K : kabupaten/kota di provinsi (K= 1, 2, 3, …, L)
5) Melakukan pengecekan hasil alokasi sampel usaha dengan target sampel usaha. Apabila
terdapat ketidaksesuaian jumlah, maka dilakukan penyesuaian (adjustment) dengan
mengurangi atau menambah hasil alokasinya sehingga sama dengan target sampel.
6) Hasil alokasi sampel usaha IMK per kabupaten/kota selanjutnya diproses untuk
menghitung alokasi sampel usaha industri mikro menurut KBLI untuk setiap blok sensus
terpilih. Target sampel usaha industri mikro dalam kabupaten/kota ( mm ) dialokasikan ke
setiap KBLI ( mim ) secara proporsional akar kuadrat jumlah populasi usaha industri mikro
pada suatu KBLI i terhadap total akar kuadrat jumlah usaha industri mikro dari seluruh
KBLI, dengan rumus:
dengan:
mim : Target sampel usaha industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota.
mm : Target sampel usaha industri mikro pada suatu kabupaten/kota.
miM : Jumlah populasi usaha industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota
7) Jumlah sampel usaha industri mikro pada suatu KBLI ( mim ) maksimum sama dengan
populasinya ( miM ). Apabila ternyata alokasi m
im melebihi miM , maka kelebihannya
dialokasikan ke usaha industri mikro KBLI lain. Sebagai ringkasan, tabel berikut
menunjukkan hasil penghitungan rumus di atas.
Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Usaha/Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut KBLI
di Kabupaten/Kota Hasil Pendaftaran IMK Provinsi : ……………. Kabupaten/Kota : …………….
Uraian Jumlah Industri
Kecil
Jumlah Populasi dan Sampel Industri Mikro Menurut KBLI
Jumlah Industri Mikro 1 2 3 .... .... .... i …. …. … 24
(1) (2) (3) (4) (5) .... .... .... .... …. …. … (26) (27)
Populasi Mk mM1 mM2
mM3 … … … miM … … … mM24 mM
Sampel km
mm1
mm2 mm3 … … … m
im … … … mm24 mm
m
i
m
i
m
im
i m
M
Mm
24
1
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
20
8) Selanjutnya, target sampel usaha industri mikro per KBLI i pada suatu kabupaten/kota
( mhim ) dialokasikan ke setiap blok sensus h. Alokasi dilakukan secara proporsional antara
akar kuadrat jumlah usaha industri mikro dengan KBLI i hasil pendaftaran IMK (listing)
pada suatu blok sensus h dengan total akar kuadrat jumlah usaha industri mikro dengan
KBLI i dari seluruh blok sensus di kabupaten tersebut, dengan rumus:
, dengan:
mhim : Target sampel usaha industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus h,
mhiM : Jumlah populasi usaha industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus h,
mim : Target sampel usaha industri mikro dengan KBLI i pada kabupaten/kota.
Tabel 6. Alokasi Sampel Usaha/Perusahaan Industri Mikro per Blok Sensus Menurut KBLI
di Kabupaten/Kota Provinsi : ……...……. Kabupaten/Kota : …………….
Kode Nomor Blok
Sensus
Jumlah Sampel Industri Mikro Menurut KBLI
Kec. Desa 1 2 3 ... i ... 24 (1) (2) (3) (4) (5) (6) ... ... ... (27)
1
mm11 mm12
mm13 mim1 mm124
2
mm21 mm22
mm23 mim2 mm224
…
…
…
… … …
h
mhm 1 m
hm 2 mhm 3 m
him mhm 24
…
…
…
… … …
k
mkm 1
mkm 2
mkm 3 m
kim mkm 24
Jumlah mm1 mm2
mm3 … mim … mm24
9) Selanjutnya target sampel usaha per KBLI i untuk setiap blok sensus digunakan sebagai
acuan pengambilan sampel usaha per KBLI.
m
ik
h
m
hi
m
him
hi m
M
Mm
1
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
21
d. Pengambilan Sampel Usaha Industri Mikro di Blok Sensus Kabupaten/Kota
Pemilihan sampel usaha industri mikro dilakukan berdasarkan hasil pendaftaran
usaha/perusahaan industri mikro (Daftar VIMK17-L2) di setiap blok sensus terpilih. Tahap
pemilihan sampel usaha industri mikro adalah sebagai berikut:
1) Memberikan nomor urut pada sebelah kanan tanda cek () pada Daftar VIMK17-L2 Blok
III untuk masing-masing Kolom (18) s.d Kolom (41). Penomoran dimulai dari angka 1 pada
Kolom (18) halaman pertama sampai dengan baris terakhir Kolom (18) halaman terakhir,
dilanjutkan penomoran dari angka 1 kembali pada Kolom (19) halaman pertama sampai
dengan Kolom (19) halaman terakhir, begitu seterusnya untuk Kolom (20) s.d Kolom (41).
Contoh :
Untuk Kolom (18) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai
dari : 1, 2, 3, .... 11. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom (19) halaman
pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2, 3, .... 7. Kemudian
lanjutkan untuk Kolom (20) halaman pertama hingga halaman terakhir dengan nomor 1,
2, 3, 4, .... 27. Selanjutnya pemberian nomor dimulai dengan angka 1 untuk setiap
Kolom (21), Kolom (22), sampai dengan Kolom (41). Contoh pemberian nomor urut Daftar
VIMK17-L2 Blok III Kolom (18) s.d. Kolom (41) halaman 1 s.d. terakhir:
Halaman 1 dari 5 halaman
10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33
(18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (41)
1
1
1
1
1
1
1
2
1
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
22
Halaman 2 dari 5 halaman
10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33
(18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (41)
2
3
2
2
1
2
2
2
2
Halaman 5 dari 5 halaman
10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33
(18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (41)
27
11
10
2
9
26
4
3
7
2) Memeriksa terlebih dahulu apakah pemberian nomor urut di Blok III untuk setiap Kolom
(18) s.d Kolom (41) sudah benar. Perbaiki kesalahan yang ada terlebih dahulu sebelum
melakukan pemilihan sampel. Jika sudah benar, cek jumlah usaha industri mikro di
setiap kolom (KBLI) pada Blok III dengan ringkasan rekap pada Blok II, yaitu dengan cara
membandingkan antara nomor urut terakhir di setiap Kolom (18) s.d Kolom (41) dengan
banyaknya usaha industri mikro menurut KBLI pada Daftar VIMK17–L2 Blok II Rincian
2.a. Jika ditemukan perbedaan, periksa kembali penomoran pada Blok III Kolom (18) s.d
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
23
Kolom (41).
3) Menghitung interval (I) untuk setiap KBLI usaha industri mikro dengan cara:mhi
mhim
him
MI ,
dengan:
mhiI : Interval untuk pengambilan sampel usaha industri mikro dengan KBLI i pada
blok sensus h,
mhiM : Jumlah populasi usaha industri mikro dengan KBLI i hasil pendaftaran IMK pada
blok sensus h,
mhim : Target sampel usaha industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus h.
Pada Daftar VIMK17-L2 Blok IV notasi yang dicantumkan hiI , hiM , him .
4) Menentukan unit sampel usaha industri mikro pertama yang terpilih untuk tiap jenis
KBLI (R1hi). Angka Random (AR) pemilihan sampel telah ditentukan dengan paket
program berdasarkan distribusi Uniform yang bernilai antara 0 dan 1 dan dicantumkan
pada Daftar VIMK17-DSBS untuk setiap blok sensus terpilih. Penentuan sampel terpilih
pertama (R1hi), dilakukan dengan rumus:
mhihi IARR 1 .
5) Menentukan angka random sampel berikutnya R2hi, R3hi, … Rmhi dengan rumus berikut:
R2hi = R1hi + mhiI
R3hi = R2hi + mhiI
R4hi = R3hi + m
hiI
…
Rmhi = R(m-1)hi + mhiI , dengan m
himm .
Jika angka random sampel terakhir yang terpilih melebihi jumlah usaha industri mikro
dengan KBLI i di blok sensus terpilih (Rmhi mhiM ), periksa kembali hasil penghitungan.
6) Memberikan tanda untuk sampel terpilih dengan melingkari nomor urut tanda cek ()
pada Daftar VIMK17-L2 Blok III di Kolom (18) s.d Kolom (41) yang sama dengan angka
random terpilih (Rmhi).
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
24
7) Memberikan pula tanda lingkaran pada Kolom (16), yang nomor urut tanda cek ()-nya
pada Kolom (18) atau Kolom (19) s.d Kolom (41) diberi lingkaran.
8) Memberikan pula tanda lingkaran pada nomor bangunan fisik, dan bangunan sensus
serta nomor perusahaan/usaha pada Daftar VIMK17-L2 Blok III Kolom (1) s.d Kolom (2)
dan Kolom (11) yang nomor urut tanda cek ()-nya pada Kolom (18) atau Kolom (19) s.d
Kolom (41) diberi lingkaran.
Proses pengambilan sampel usaha industri mikro di blok sensus kabupaten/kota
pada tahapan (c) s.d. (h) telah diakomodir dan dilakukan secara otomatis
menggunakan sistem. Hasil penarikan sampel secara sistem dicetak dalam
bentuk VIMK17.LKPS. Dengan berbekal dokumen tersebut, pengawas menyalin
nomor urut sampel perusahaan per KBLI 2-digit ke VIMK17-DS2.
e. Contoh Penarikan Sampel (secara manual) 1) Hasil pendaftaran dengan Daftar VIMK17-L2 di Blok Sensus 003B Desa Pringgodani
Kecamatan Bantur Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
i. Jumlah usaha industri kecil sebanyak 3 usaha (angka yang tercantum pada Daftar
VIMK17-L2 Blok III Kolom (17) Rincian c halaman terakhir = 3).
ii. Jumlah usaha industri mikro sebanyak 72 usaha (penjumlahan dari nomor urut
terakhir dari setiap KBLI pada setiap Daftar VIMK17-L2 Blok III Kolom (18) s.d
Kolom (41) = 72).
iii. Jumlah usaha industri mikro kode KBLI 15 (industri kulit, barang dari kulit, dan alas
kaki) sebanyak 26.
iv. Angka random pemilihan sampel yang tercantum pada Daftar VIMK17-DSBS
adalah 0,53.
2) Hasil penghitungan alokasi sampel dan interval sebagai berikut:
i. Target sampel usaha industri mikro pada Blok Sensus 003B ini sebanyak 17.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
25
ii. Target sampel usaha industri mikro KBLI 15 berjumlah 10 industri.
iii. Interval untuk usaha industri mikro KBLI 15 adalah 26/10 = 2,6.
3) Penentuan R1, serta penghitungan R2 ..... Rn
i. R1 = AR × I = 0,53 × 2,6 = 1,378 1.
ii. Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2 hingga R10 dengan cara:
R2 = R1 + I = 1,378 + 2,6 = 3,978 4
R3 = R2 + I = 3,978 + 2,6 = 6,578 7
R4 = R3 + I = 6,578 + 2,6 = 9,178 9
R5 = R4 + I = 9,178 + 2,6 = 11,778 12
R6 = R5 + I = 11,778 + 2,6 = 14,378 14
R7 = R6 + I = 14,378 + 2,6 = 16,978 17
R8 = R7 + I = 16,978 + 2,6 = 19,578 20
R9 = R8 + I = 19,578 + 2,6 = 22,178 22
R10 = R9 + I = 22,178 + 2,6 = 24,778 25
2) Pemilihan Sampel Usaha Industri Mikro
Berikan lingkaran di kolom KBLI 15, yaitu Kolom (23) pada nomor-nomor tanda cek
yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula bangunan fisik,
bangunan sensus, dan nomor urut perusahaan/usaha pada VIMK17-L2 Blok III
Kolom (1) s.d Kolom (2) dan Kolom (11), serta Kolom (16) yang bersesuaian dengan
tanda cek yang dilingkari.
3) Dengan cara yang sama, lakukan penghitungan interval dan melingkari nomor urut
tanda cek untuk KBLI yang lain.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
27
DIREKTORAT PMSS 2)
SUB-DIREKTORAT PKS 4)
BAB III ORGANISASI LAPANGAN
III.1. Organisasi Lapangan
Dalam prinsip manajemen modern, pembagian kerja mutlak diperlukan. Dalam
pelaksanaan kegiatan VIMK17 tahunan, struktur organisasi dan pembagian kerja lapangan
adalah sebagai berikut:
SEKSI STATISTIK PRODUKSI
SEKSI IPDS
KEPALA BPS KABUPATEN/KOTA
PENANGGUNG JAWAB SURVEI DAERAH
PENGAWAS (PMS)
PENCACAH (PCS)
STAF BPS KABUPATEN/KOTA
KOORDINATOR STATISTIK KECAMATAN
KOORDINATOR SURVEI
STAF BPS KAB/KOTA MITRA BPS KAB/KOTA
KEPALA BPS-RI
BIDANG STATISTIK PRODUKSI
BIDANG IPDS
SEKSI STATISTIK INDUSTRI
KEPALA BPS PROVINSI
DEPUTI BIDANG STATISTIK PRODUKSI
DEPUTI BIDANG MIS 1)
PENGARAH
DIREKTORAT STATISTIK INDUSTRI
PENANGGUNG JAWAB SURVEI
DIREKTORAT SIS 3)
PENANGGUNG JAWAB METODOLOGI
PENANGGUNG JAWAB PENGOLAHAN
SUB-DIREKTORAT
STATISTIK IKR7) PENANGGUNG JAWAB TEKNIS
PENGARAH TK. DAERAH
PENANGGUNG JAWAB TEKNIS TK. DAERAH
SUB-DIREKTORAT PDSS 5)
SUB-DIREKTORAT IPD 6)
PENANGGUNG JAWAB ADMINISTRASI TK. DAERAH
PENANGGUNG JAWAB PENGOLAHAN TK. DAERAH
SEKSI IPD
KOORDINATOR PENGOLAHAN
Keterangan: 1) MIS : METODOLOGI DAN INFORMASI STATISTIK 2) PMSS : PENGEMBANGAN METODOLOGI SENSUS DAN SURVEI 3) SIS : SISTIM INFORMASI STATISTIK 4) PKS : PENGEMBANGAN KERANGKA SAMPEL 5) PDSS : PENGEMBANGAN DESAIN SENSUS DAN SURVEI 6) IPD : INTEGRASI PENGEMBANGAN DATA 7) IKR : INDUSTRI KECIL DAN RUMAH TANGGA
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
28
III.2. Tugas dan Tanggung Jawab
Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab
pelaksanaan VIMK17 Tahunan di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS
Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan
terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei.
Tugas dan tanggung jawab BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PMS), dan
pencacah (PCS) adalah sebagai berikut :
a. BPS Provinsi
1) Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
VIMK 2017 Tahunan pada level provinsi.
2) Mengkoordinasikan kegiatan pencacahan VIMK 2017 Tahunan dengan BPS
kabupaten/kota
3) Mengidentifikasi Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS) dan melaporkan jika terdapat
permasalahan di lapangan.
4) Menentukan alokasi dan random sample terpilih untuk setiap kabupaten/kota per
blok sensus/subblok sensus dan per KBLI.
5) Membuat petunjuk rinci tentang rekrutmen petugas sesuai dengan aturan yang
telah ditentukan.
6) Mengatur pengiriman daftar dan buku pedoman VIMK 2017 Tahunan ke setiap BPS
Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
7) Mengatur penerimaan dokumen VIMK 2017 Tahunan dari setiap BPS
kabupaten/kota.
8) Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
29
yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi.
9) Memantau hasil pencacahan dan data entri VIMK17 Tahunan melalui sistem
monitoring. 10) Menepati jadwal pengolahan VIMK17 Tahunan dan mengirimkan hasil pengolahan
berupa softcopy data VIMK17 Tahunan (VIMK17_pp00.krm) ke Direktorat Sistem
Informasi Statistik (SIS) melalui Subdit Integrasi Pengolahan Data, sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
b. BPS Kabupaten/Kota
1) Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
VIMK 2017 Tahunan pada level kabupaten/kota.
2) Mengkoordinir kegiatan pencacahan VIMK17 Tahunan.
3) Menetapkan calon petugas PMS VIMK17 Tahunan yang berasal dari kasie atau staf
BPS Kabupaten/Kota.
4) Menetapkan calon petugas PCS VIMK17 Tahunan yang berasal dari KSK/staf BPS
Kabupaten/Kota. Apabila dikarenakan PCS tidak mencukupi atau padatnya kegiatan
di BPS Kabupaten/Kota maka diperbolehkan merekrut mitra, dimana yang
diutamakan adalah mitra yang sudah berpengalaman.
5) Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan
pencacahan usaha/perusahaan, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan
usaha/perusahaan tersebut.
6) Berkoordinasi dengan PMS dalam penentuan sampel usaha terpilih berdasarkan
sampel yang telah disiapkan oleh BPS provinsi.
7) Melaksanakan kegiatan lapangan sesuai dengan target dan jadwal waktu yang telah
ditentukan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
30
8) Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana VIMK17 Tahunan harus dilakukan
untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah di lapangan.
9) Menerima dokumen VIMK 2017 Tahunan dari petugas lapangan dan bertanggung
jawab atas kelengkapan dokumen.
10) Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus
sesuai prosedur yang telah ditetapkan. 11) Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
c. Pengawas (PMS)
1) Menyiapkan sketsa peta blok sensus hasil scan SE2016/SP2010, Daftar VIMK17-
DSBS, VIMK17-L2, VIMK17-DS2, dan VIMK17-S2.
2) Mendistribusikan sketsa peta blok sensus hasil scan SE2016/SP2010, Daftar
VIMK17-DSBS, VIMK17-L2, VIMK17-DS2, VIMK17-S2 kepada pencacah (PCS) yang
menjadi tanggung jawabnya.
3) Memberitahu dan minta ijin kepada aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum
melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.
4) Bersama PCS mengenali wilayah kerjanya sebelum melakukan pendaftaran
bangunan dan usaha/perusahaan dengan acuan peta blok sensus hasil scanning
SE2016/SP2010. Hal ini dimaksudkan agar cakupan usaha/perusahaan tidak terjadi
lewat cacah atau cacah ganda.
5) Mendampingi dan membimbing PCS pada awal pencacahan, sehingga pencacah
mampu melaksanakan pencacahan dengan benar sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
6) Memantau aktivitas PCS di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah dapat
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
31
selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika PCS menghadapi
kesulitan di lapangan.
7) Melakukan pertemuan dengan PCS yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan
mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.
8) Memastikan PCS secara rutin mengisi perkembangan pencacahan melalui daftar
VIMK-LPCS dan kemudian menandatanganinya.
9) Melaporkan secara berkala isian daftar VIMK-LPCS ke BPS Kabupaten/Kota untuk
selanjutnya di upload dalam monitoring lapang VIMK17 Tahunan.
10) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian
Daftar VIMK17-L2 dan Daftar VIMK-S2. Menanyakan kepada PCS apabila ditemukan
isian yang meragukan. Jika diperlukan, melakukan kunjungan ulang ke
usaha/perusahaan bersama dengan pencacah.
11) Bersama PCS, melakukan kunjungan ulang terhadap responden yang bermasalah.
12) Memberikan kode KBLI 5 digit sesuai dengan kategori dan keterangan produk
(barang dan jasa) yang diproduksi/dihasilkan pada VIMK17-S2.
13) Mengisi Daftar VIMK17-L2 Blok II Ringkasan.
14) Menerima daftar nomor urut usaha/perusahaan terpilih dari BPS Kabupaten/Kota
(VIMK17-LKPS). Berdasarkan daftar nomor urut usaha/perusahaan tersebut yang
disandingkan dengan Daftar VIMK17-L2, selanjutnya mengisi dan melengkapi
informasi sampel usaha/perusahaan terpilih ke dalam Daftar VIMK17-DS2.
15) Mengumpulkan dan menyerahkan seluruh dokumen hasil pencacahan (dokumen
sketsa peta blok sensus, VIMK17-L2, VIMK17-DS2, VIMK17-S2, VIMK17-LPCS, dan
VIMK17-LKPS) kepada BPS Kabupaten/Kota.
16) Menepati jadual yang telah ditentukan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
32
d. Pencacah
1) Menerima sketsa peta blok sensus hasil scanning SE2016/SP2010, Daftar VIMK17-
DSBS Tahunan, VIMK17-L2, VIMK17-DS2, VIMK17-S2 dari pengawas.
2) Memberitahu dan minta ijin kepada aparat desa/kelurahan, RW dan RT sebelum
melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.
3) Melakukan penelusuran wilayah kerja sebelum pencacahan dengan acuan sketsa
peta blok sensus hasil scanning SE2016/SP2010. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan batas-batas wilayah kerja masing-masing pencacah.
4) Menyampaikan penjelasan tentang maksud, tujuan, dan manfaat VIMK 2017
Tahunan, serta jaminan kerahasiaan data yang diberikan pada saat kunjungan ke
responden.
5) Melakukan pendaftaran setiap bangunan sensus dan rumah tangga dalam blok
sensus terpilih yang menjadi wilayah kerjanya dengan Daftar VIMK17-L2, dan
menggambar bangunan pada sketsa peta blok sensus terpilih hasil scanning
SE2016/SP2010 sesuai dengan letaknya, serta memberi nomor urut bangunan fisik
pada simbol bangunan tersebut sesuai dengan nomor urut yang dicatat pada
Daftar VIMK17-L2.
Mekanisme Pendaftaran Usaha/Perusahaan:
a) Setelah pengenalan wilayah kerja selesai, selanjutnya pencacah melakukan
pendaftaran dimulai dari bangunan fisik yang berada di arah barat daya pada
segmen yang berada di posisi arah barat daya.
b) Setelah bangunan fisik barat daya ditentukan, mulailah pendaftaran
usaha/perusahaan dimulai dari bangunan sensus pertama.
c) Petugas menanyakan/menggali informasi apakah di dalam bangunan sensus
tersebut ada usaha/perusahaan atau tidak dan mengisi Daftar VIMK17-L2.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
33
d) Tanyakan apakah ada usaha lain di bangunan sensus tersebut (misalnya ada
usaha online pada bangunan sensus tersebut, usaha kontrakan di bangunan
sensus lain).
e) Memberi tanda lokasi bangunan sensus dan/atau usaha/perusahaan pada
sketsa peta BS/SBS.
f) Lanjutkan ke bangunan sensus kedua dan seterusnya sampai bangunan sensus
terakhir.
6) Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar VIMK17-S2 yang berpedoman
pada Daftar VIMK17-DS2 (Daftar Sampel).
7) Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai
temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya.
8) Menerima dan menyelesaikan tugas dari PMS terkait isian dokumen yang masih
meragukan dan melakukan pencacahan ulang dengan didampingi PMS untuk
usaha/perusahaan yang masih memerlukan klarifikasi lebih lanjut.
9) Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas.
10) Menepati jadwal pelaksanaan lapangan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
III.3. Syarat Petugas
Petugas lapangan VIMK17 terdiri dari atas pengawas dan pencacah.
a. Pengawas (PMS):
PMS diutamakan kasie/staf di BPS Kabupaten/Kota yang telah berpengalaman dalam
pelaksanaan survei-survei industri. Selain persyaratan tersebut di atas, perlu
dipertimbangkan persyaratan lain, berupa:
1) mampu menjalin pendekatan dengan kepala desa/lurah atau ketua RT/RW setempat,
serta membuka jalan/meminta izin agar pencacah dapat melakukan wawancara.
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
34
2) mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan petugas pencacah.
3) mampu memecahkan persoalan dan hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan
lapangan.
4) siap untuk menggantikan tugas pencacah yang karena sesuatu hal tidak dapat
melanjutkan pekerjaannya.
5) bertanggung jawab terhadap kelengkapan hasil pencacahan semua petugas
pencacah yang berada di bawah koordinasinya.
6) Disiplin dan berkomitmen pada tugas-tugas PMS.
b. Pencacah (PCS):
Secara umum, seluruh PCS harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Berpendidikan minimal tamat SLTA atau sederajat.
2) Dapat berbahasa Indonesia dengan baik.
3) Mengenal wilayah tugasnya dengan baik.
4) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan PMS.
5) Diutamakan yang sudah berpengalaman sebagai petugas dalam sensus atau survei
yang diselenggarakan oleh BPS.
6) Siap untuk bekerja dan menaati peraturan/kesepakatan yang telah ditentukan.
7) Diutamakan bisa berkomunikasi dan menggali informasi dari responden dengan baik.
8) Disiplin dan berkomitmen pada tugas-tugas PCS.
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
35
BAB IV TATA CARA PENGIRIMAN DOKUMEN
Untuk memudahkan pelaksanaan pencacahan di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota serta
kompilasi hasil entri dan tabel evaluasi di BPS, maka perlu diatur mekanisme pengiriman
dokumen dari BPS RI ke BPS Provinsi dan BPS Provinsi ke BPS Kabupaten/Kota. Begitu
sebaliknya BPS Kabupaten/Kota ke BPS Provinsi kemudian dari BPS Provinsi ke BPS RI.
Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut :
IV.1. Pengiriman Dokumen dari BPS-RI ke BPS Provinsi
a. Seluruh dokumen survei VIMK17 Tahunan akan dikirim melalui ekspedisi.
b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci.
c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap
pengiriman.
d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan
banyaknya box/koli, contoh:
Bila pada pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke
daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah:
Box pertama : [1] [3]
Box kedua : [2] [3]
Box ketiga : [3] [3]
IV.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kabupaten/Kota ke BPS Provinsi
Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi, sebagai
berikut:
a. Pengemasan dokumen survei VIMK17 tidak boleh dicampur dengan dokumen lain.
b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai. Pengiriman
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
36
minimal satu blok sensus selesai.
c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu blok
sensus dan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing blok sensus di
setiap desa/kelurahan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan
berdasarkan desa/kelurahan.
d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim secara rinci.
IV.3. Pengiriman File Hasil Entri dari BPS Provinsi ke BPS RI.
Hasil Entri yang sudah clean berupa file VIMK17_pp00.krm dikirim kepada:
Subdirektorat Statistik Integrasi Pengolahan Data Direktorat Statistik Sistem Informasi
Statistik Badan Pusat Statistik (BPS RI) via email [email protected].
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
38
Lampiran 1. Distribusi Sampel IMK 2017 Tahunan Menurut Provinsi
No. Provinsi Jumlah Sampel IMK
BS Usaha (1) (2) (3) (4)
1. 11 Aceh 608 4.195
2. 12 Sumatera Utara 921 6.117
3. 13 Sumatera Barat 540 3.675
4. 14 Riau 360 2.492
5. 15 Jambi 325 2.204
6. 16 Sumatera Selatan 499 3.295
7. 17 Bengkulu 251 1.755
8. 18 Lampung 441 2.956
9. 19 Bangka Belitung 173 1.160
10. 21 Kepulauan Riau 186 1.199
11. 31 DKI Jakarta 187 1.107
12. 32 Jawa Barat 905 5.424
13. 33 Jawa Tengah 1.150 6.982
14. 34 DI Yogyakarta 164 959
15. 35 Jawa Timur 1.288 7.832
16. 36 Banten 252 1.617
17. 51 Bali 276 1.748
18. 52 Nusa Tenggara Barat 294 1.972
19. 53 Nusa Tenggara Timur 545 3.658
20. 61 Kalimantan Barat 335 2.360
21. 62 Kalimantan Tengah 368 2.529
22. 63 Kalimantan Selatan 355 2.497
23. 64 Kalimantan Timur 279 1.953
24. 65 Kalimantan Utara 114 863
25. 71 Sulawesi Utara 330 2.006
26. 72 Sulawesi Tengah 288 1.642
27. 73 Sulawesi Selatan 693 4.515
28. 74 Sulawesi Tenggara 405 2.889
29. 75 Gorontalo 147 976
30. 76 Sulawesi Barat 148 1.048
31. 81 Maluku 218 1.372
32. 82 Maluku Utara 189 1.298
33. 91 Papua Barat 194 1.289
34. 94 Papua 253 2.647
J u m l a h 13.681 90.231
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
39
Lampiran 2. Contoh Rekapitulasi Sampel Berdasarkan Kabupaten/Kota Survei IMK 2017 Tahunan
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
40
Lampiran 3. Contoh Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS Survei IMK 2017 Tahunan
Pedoman Teknis Pimpinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK17 Tahunan
41
Lampiran 4. Contoh Lembar Kerja Penarikan Sampel (LKPS) Survei IMK 2017 Tahunan
Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota VIMK17-Tahunan
42
Lampiran 5. Contoh Lembar Kerja PCS Survei IMK 2017 Tahunan
BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA Jl. Dr Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710 Telepon : (021) 3810291 - 4, 384 1195, 3842508, Fax : (021) 3863816, E-mail : [email protected], Homepage : www.bps.go.id
DATA MENCERDASKAN BANGSA