bab1

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, Virus Hepatitis ada beberapa jenis, Hepatitis A, Hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit Hepatitis akibat virus bisa akut ( Hepatitis A ) dapat pula Hepatitis kronik (Hepatitis B ,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati. (Hutapea Renddy, 2007, http://www.infeksi.com , diperoleh tanggal 5 Maret 2008). Infeksi virus Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Di seluruh dunia diperkirakan kurang lebih 350 juta orang pembawa kuman (carier) dan 78% di antaranya terdapat di Asia. (Siswono, 2002, hptt://www.gizi.net diperoleh tanggal 5 Maret 2008). Berdasarkan epidemilogi dunia, Indonesia dikelompokkan ke dalam daerah epidermis sedang sampai dengan tinggi. Prevalensi di Indonesia 9,4%, artinya di antara sepuluh orang bisa hampir satu orang menderita Hepatitis B. Dengan demikian terdapat sekitar 20 juta penduduk Indonesia terinveksi virus Hepatitis B. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang apabila tidak diatasi dapat mengakibatkan kanker hati (Sinarharan, 2002, http://www.sinar harapan.co.id , diperoleh tanggal 5 Maret ). Pada kesempatan yang sama Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Unggul Budihusodo menambahkan bahwa menurut data

Upload: alam-barakati

Post on 25-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pdf

TRANSCRIPT

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati

    (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, Virus Hepatitis ada beberapa

    jenis, Hepatitis A, Hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit

    Hepatitis akibat virus bisa akut ( Hepatitis A ) dapat pula Hepatitis kronik

    (Hepatitis B ,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati. (Hutapea

    Renddy, 2007, http://www.infeksi.com, diperoleh tanggal 5 Maret 2008).

    Infeksi virus Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat

    dunia. Di seluruh dunia diperkirakan kurang lebih 350 juta orang pembawa

    kuman (carier) dan 78% di antaranya terdapat di Asia. (Siswono, 2002,

    hptt://www.gizi.net diperoleh tanggal 5 Maret 2008).

    Berdasarkan epidemilogi dunia, Indonesia dikelompokkan ke dalam

    daerah epidermis sedang sampai dengan tinggi. Prevalensi di Indonesia 9,4%,

    artinya di antara sepuluh orang bisa hampir satu orang menderita Hepatitis B.

    Dengan demikian terdapat sekitar 20 juta penduduk Indonesia terinveksi virus

    Hepatitis B. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang apabila tidak diatasi dapat

    mengakibatkan kanker hati (Sinarharan, 2002, http://www.sinar harapan.co.id,

    diperoleh tanggal 5 Maret ).

    Pada kesempatan yang sama Ketua Perhimpunan Peneliti Hati

    Indonesia (PPHI) Unggul Budihusodo menambahkan bahwa menurut data

  • 2WHO tahun 2000, prevalensi Hepatitis B kronik di Indonesia sekitar lima

    persen dan prevalensi Hepatitis C kronik tiga persen. Di Indonesia data

    prevalensi penghidap virus Hepatitis B rata-rata 9,4% (rentangan 2,5%-

    36,16%) makin ke Indonesia timur makin meningkat (Sinarharan, 2002,

    http://www.sinarharapan.co.id, diakses tanggal 5 Maret).

    WHO memperkirakan lebih dari 2 milyar orang terinfeksi oleh HBV

    (termasuk 350 juta dengan infeksi kronis). Setiap tahun sekitar 1juta orang

    meningal akibat infeksi HBV dan lebih dari 4 juta kasus klinis akut terjadi.

    Di negara dimana HBV endemis tinggi (prevalensi HbsAg berkisar diatas

    78%). (James Chin ,2006).

    Menurut centres for disease control and prevention diperkirakan 300.

    000 orang setiap tahun terinfeksi Hepatitis B, 1800 orang diantaranya adalah

    pekerja kesehatan, setiap tahun kira-kira 200 sampai dengan 300 orang pekerja

    meninggal karena Hepatitis B dan 1000 orang diperkirakan menjadi menderita

    kronik Hepatitis B. (Sinarharan, 2002, http://www.sinarharapan.co.id, diperoleh

    tanggal 5 Maret ).

    Kutipan dari California Medical di Amerika Serika, kira-kira 280. 000

    orang pertahun terinfeksi virus Hepatitis B, 8700 diantara pekerja kesehatan dan

    diperkirakan 200 orang pertahun pekerja kesehatan yang meninggal karena

    penyakit Hepatitis B. (Sinarharan, 2002, http://www.sinarharapan.co.id,

    diperoleh tanggal 5 Maret ).

  • 3Penularan Hepatitis B dilakukan melalui pertukaran cairan tubuh atau

    kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitius B. (Sinarharan,

    2002, http://www.sinarharapan.co.id, diperoleh tanggal 5 Maret ).

    Populasi seluruh perawat yang bertugas di RSU Lasinrang Pinrang

    dengan sampel adalah perawat pelaksana. Perawat pelaksana yang bekerja di

    Ruang Penyakit Dalam lebih berisiko tertular Hepatitis B. Dari 42 perawat

    yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat (88,10%) telah memiliki

    pengetahuan yang cukup tentang upaya pencegahan penularan Hepatitis B

    yang mencakup tentang pengertian Hepatitis B, penyebab dan cara

    pencegahan Hepatitis B.

    Sedangkan pengetahuan yang kurang (11,90%) tentang cara

    penularan Hepatitis B yang disebabkan usia perawat yang masih muda

    sehingga kurang pemahaman terhadap Hepatitis B. Pada umumnya perawat

    (92,85%) mempunyai sikap yang positif terhadap upaya pencegahan

    penularan Hepatitis B. Yang meliputi cara penggunaan sarung tangan dan

    cara mensterilkan alat pada saat menangani pasien Hepatitis B.

    Sikap ini tentunya didukung oleh pengetahuan yang cukup dari responden

    itu sendiri disamping faktor lain seperti sarana. Sedangkan 7,4% responden

    memiliki sikap negatif khususnya mengenai penggunaan jarum suntik. Tindakan

    responden terhadap upaya pencegahan penularan Hepatitis B pada umumnya

    cukup baik (95,23%) meliputi penggunaan sarung tangan dan cara mensterilkan

    alat. Hal ini didukung oleh adanya pengetahuan yang baik dan sikap positif dari

    perawat terhadap upaya pencegahan penularan Hepatitis B.

  • 4Adapun tindakan perawat yang kurang (4,76%) meliputi penanganan

    darah pasien penderita Hepatitis B dan penggunaan jarum suntik.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan untuk Rumah Sakit

    perlu adanya penyebaran informasi yang lebih luas mengenai cara penularan

    dan pencegahan khususnya penyakit Hepatitis B di kalangan perawat

    khususnya tentang penggunaan jarum suntik dan cara penanganan darah

    pasien Penderita Hepatitis B.

    Di samping itu perlu adanya pelatihan tentang cara mengidentifikasi

    bahaya garis miring resiko dari praktik garis miring pelayanan keperawatan

    yang berisiko yang dilakukan untuk meminimalkan risiko tersebut. Dan

    perlu adanya kewaspadaan umum dari perawat dalam melaksanakan

    praktik/pelayanan kesehatan di samping itu perlu dilakukan imunisasi dan

    pemeriksaan darah secara berkala kepada perawat.

    Perawat merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi untuk

    tertular Hepatitis B. Perawat seharusnya mengetahui dan menyadari bahwa

    dirinya termasuk kelompok risiko tertular Hepatitis B melalui tindakan

    perawatan bagi penderita Hepatitis B dan untuk itu mereka harus tahu secara

    benar cara pencegahannya. (Munira, 2003, http://www.dilib.litbang.depkes.go.id,

    diperoleh tanggal 5 Maret 2008).

    Dalam pekerjaan sehari-hari memberikan pertolongan atau perawatan

    terhadap pasien, perawat terlibat dalam tindakan pemasangan infus dan lain-

    lain, pekerjaan perawat selalu berhubungan langsung dengan pasien. Dengan

    cairan tubuh pasien atau dengan darah dari pasien sehingga sangat

  • 5memungkinkan tertularnya penyakit dari pasien, karena itu perawat

    merupakan salah satunya penyakit Hepatitis B. (Munira, 2003,

    http://www.dilib.litbang.depkes.go.id, diperoleh tanggal 5 Maret 2008).

    Di Rumah Sakit Karya Media hasil HBsAg dari 34 perawat yang

    diteliti ada 2 orang yang positif HBsAg. Hasil peeriksaan HbsAg, positif

    sebanyak 2 orang (6,9%) sedangkan untuk perawat dengan hasil pemeriksaan

    HBsAg negatif sebanyak 32 orang (93,1%). (selvy yudhawati, 2005).

    Pada awal tahun 1993 telah dilakukan pemeriksaan HBsAg dti HBS pada

    sejumlah 5190 sampel darah yang diambil dari karyawan Rumah Sakit Cipto

    Mangunkusumo Jakarta yang didapat adalah HBsAg 4,59% dari anti HBS 35,72%.

    (Siswono, 2002, http://www.gizi.net, diperoleh tanggal 5 Maret 2008).

    Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto salah satu rumah

    sakit yang cukup besar dan mempekerjakan 400 karyawan melayani berbagai

    macam penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular.

    Yang salah satunya menular adalah penyakit Hepatitis B maka peneliti

    mengambil lokasi Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto.

    Data morbilitas Ruang Rawat Inap Terpadu di Rumah Sakit Kepolisian

    Pusat Raden Said Soekanto periode 1 Febuari-31 Desember 2007 yaitu

    sebanyak 123 pasien yang menderita penyakit Hepatitis B. Dari 123 pasien

    penderita Hepatitis B sebanyak 8 pasien meninggal akibat penyakit tersebut

  • 6B. Rumusan Masalah

    Menurut centres for disease control and prevention diperkirakan

    300. 000 orang setiap tahun terinfeksi Hepatitis B, 1800 orang diantaranya

    adalah pekerja kesehatan, setiap tahun kira-kira 200 sampai dengan 300 orang

    pekerja meninggal karena Hepatitis B dan 1000 orang diperkirakan menjadi

    menderita kronik Hepatitis B. (Sinarharan, 2002, http://www.sinarharapan.co.id,

    diperoleh tanggal 5 Maret ).

    Perawat merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi untuk

    tertular Hepatitis B. Perawat seharusnya mengetahui dan menyadari bahwa

    dirinya termasuk kelompok risiko tertular Hepatitis B melalui tindakan

    perawatan bagi penderita Hepatitis B dan untuk itu mereka harus tahu secara

    benar cara pencegahannya.

    Tindakan perawat terhadap upaya pencegahan penularan Hepatitis B

    pada umumnya cukup baik (95,23%) meliputi penggunaan sarung tangan dan

    cara mensterilkan alat. Namun ada tindakan perawat yang kurang (4,76%)

    meliputi penanganan darah pasien penderita Hepatitis B dan penggunaan

    jarum suntik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan untuk

    Rumah Sakit perlu adanya penyebaran informasi yang lebih luas mengenai

    cara penularan dan pencegahan khususnya penyakit Hepatitis B di kalangan

    perawat khususnya tentang penggunaan jarum suntik dan cara penanganan

    darah pasien penderita Hepatitis B. Pada Rumah Sakit Umum Lasinrang

    Pinrang (Munira, 2003, http://www.dilib.litbang.depkes.go.id, diperoleh tanggal

    5 Maret 2008).

  • 7Karena rentannya perawat tertular Hepatitis B dalam menangani

    pasien penderita Hepatitis B maka dalam penelitian ini penulis merumuskan

    masalah ini:

    1. Bagaimanakah gambaran karakteristik perawat yang meliputi umur, jenis

    kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dalam menangani

    pasien penderita Hepatitis B.

    2. Bagaimanakah gambaran pengetahuan perawat dalam menangani pasien

    penderita Hepatitis B.

    3. Bagaimanakah gambaran sikap perawat dalam menangani pasien

    penderita Hepatitis B.

    4. Adakah hubungan pengetahuan perawat dengan prilaku dalam menangani

    pasien penderita Hepatitis B.

    5. Adakah hubungan sikap perawat dengan prilaku dalam menangani pasien

    penderita Hepatitis B.

    C. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Memperoleh informasi mengenai adakah Hubungan Pengetahuan

    dan Sikap Dengan Prilaku Dalam Menangani Pasien Penderita Hepatitis

    B pada perawat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto

    dalam Prilaku dalam Menangani Pasien Penderita Hepatitis B.

  • 82. Tujuan Khusus

    a. Bagaimanakah gambaran karakteristik individu yang meliputi umur,

    jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dalam

    menangani pasien penderita Hepatitis B.

    b. Bagaimanakah gambaran pengetahuan perawat dalam menangani

    pasien penderita Hepatitis B.

    c. Bagaimanakah gambaran sikap perawat dalam menangani pasien

    penderita Hepatitis B.

    d. Adakah hubungan pengetahuan perawat dengan prilaku dalam

    menangani pasien penderita Hepatitis B.

    e. Adakah hubungan sikap perawat dengan prilaku dalam menangani

    pasien penderita Hepatitis B.

    D. Manfaat Penelitian

    Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi institusi wilayah penelitian

    maupun bagi penelitian sendiri.

    1. Manfaat bagi perawat

    Dalam mengetahui sejauh mana dalam melakukan pekerjaannya dengan

    aman dan diharapkan perawat dapat melakukan evaluasinya kearah yang

    lebih baik, sehingga dapat mengurangi resiko tertularnya bahaya

    Hepatitis B

  • 92. Manfaat bagi institusi

    a. Penelitian mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh

    selama pendidikan.

    b. Penelitian mampu melakukan penelitian yang diperlukan dalam

    menyelesaikan tugas akhir akademis.

    c. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber data sebagai

    gambaran dalam melakukan penelitian selanjutnya.

    3. Manfaat bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi

    terutama bagi masyarakat dalam pencegahan penularan penyakit

    Hepatitis B.

    4. Bagi peneliti

    Sebagai dasar untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

    E. Ruang Lingkup

    Berdasarkan identifikasi yang telah didapatkan maka peneliti

    membatasi dari rumusan masalah yaitu untuk mengetahui hubungan

    pengetahuan dan sikap perawat dengan prilaku dalam menangani pasien

    Hepatitis B. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Juni 2008.

    F. Sistematika Penulisan

    Laporan penelitian ini terdiri dari VII Bab yaitu Bab I

    Pendahuluan, membahas tentang : latar belakang, rumusan masalah,

  • 10

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, sistematika

    penelitian. Bab II Tinjauan pustaka membahas tentang: teori terkait, dan

    penelitian terkait. Sedangkan pada Bab III Kerangka konsep penelitian

    membahas tentang : kerangka konsep penelitian, hipotesa dan definisi

    opersional. Dan pada Bab IV Metode penelitian membahas tentang :

    rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel,

    etika penelitian, cara pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi

    dan reliabilitas, pengolahan data analisa data Bab V Hasil penelitian

    membahas tentang : Responden yang diteliti, analisa Univariat terdiri

    dari karakteristik responden dan Bivariat. Bab VI Pembahasan

    membahas tentang : keterbatasan peneliti, pembahasan hasil peneliti,

    Bab VII kesimpulan dan saran.