bab1

2
BAB I PENDAHULUAN Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang paling sering mengalami pemb baik jinak maupun ganas. BPH merupakan penyakit tersering kedua di kl Indonesia setelah batu saluran kemih. Pembesaran prostat benigna atau yang lebih BPH sering ditemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH merupakan i histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel stroma dan sel epitel prostat. Hi benigna dapat dialami oleh sekitar 70% pria diatas usia 60 tahun. n hingga !0% pada pria berusia di atas "0 tahun. # $eskipun jarang mengan am ji&a, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan menganggu akti'itas sehari(hari. Keadaan ini terjadi akibat dari pembesaran prostat yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli(buli dan uretra a sebagai bladder outlet obstru tion )B**+.*bstruksi ini lama kelamaan akan menyeb terjadinya perubahanstruktur buli(buli maupun ginjal sehinggabisa menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun ba&ah. # Keluhan yang disampaikan pasien BPH sering kali berupa - / ) o&er -rina ra t /ymptoms+ yang terdiri dari gejala obstrukti dan gejala iritasiyang meli miksi meningkat, urgensi, nokturia, pan aran miksi lemah dan sering ter merasa tidak puas sehabis miksi dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin. id pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. # erapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. 2i berbagai d Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sa karena perbedaan asilitas dan sumber daya manusia di tiap(tiap daerah. 3alaupun dokter di daerah terpen ilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH den baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokt maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar. 4 1

Upload: yoshanda17

Post on 02-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nanang

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas. BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih. Pembesaran prostat benigna atau yang lebih dikenal BPH sering ditemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel stroma dan sel epitel prostat. Hiperplasia prostat benigna dapat dialami oleh sekitar 70% pria diatas usia 60 tahun. Angka ini meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.1Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan menganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini terjadi akibat dari pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO).Obstruksi ini lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga bisa menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.1Keluhan yang disampaikan pasien BPH sering kali berupa LUTS ( Lower Urinary Tract Symptoms) yang terdiri dari gejala obstruktif dan gejala iritasiyang meliputi; frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus dan merasa tidak puas sehabis miksi dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.1Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar.211