bab1

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan (Priharjo, 2008). Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus,

Upload: doni-luter

Post on 05-Dec-2014

106 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan

tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko

terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu

perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan (Priharjo,

2008).

Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi

penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah

satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien yang dilakukan rawat inap

mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini diberikan secara

terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus,

salah satunya adalah infeksi (Hinlay, 2006).

Salah satu infeksi yang sering ditemukan dirumah sakit adalah infeksi

nosokomial. Infeksi nosokomial tersebut diakibatkan oleh prosedur diagnosis

yang sering timbul diantaranya flebitis. Keberhasilan pengendalian infeksi

nosokomial pada tindakan pemasangan infus bukanlah ditentukan oleh

canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh perilaku petugas dalam

melaksanakan perawatan klien secara benar (Andares, 2009).

1

Page 2: bab1

2

Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan

kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap

tindakan prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus.

Pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat. Semua perawat dituntut

memiliki kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang

sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Berdasarkan hasil penelitian Andares (2009), menunjukkan bahwa

perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada pemasangan infus.

Perawat biasanya langsung memasang infus tanpa memperhatikan tersedianya

bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur tindakan tersebut, tidak tersedia

handscoen, kain kasa steril, alkohol, pemakaian yang berulang pada selang

infus yang tidak steril.

Hasil penelitian Mulyani (2011), yang melakukan penelitian dengan

judul Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan

Infus Pada Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah

Gombong menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan

prosedur pemasangan infus yang prinsip. Hasil penelitian terhadap 12 perawat

pelaksana yang melakukan pemasangan infus, perawat yang tidak patuh

sebanyak 12 orang atau 100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%

Hasil penelitian Pasaribu (2008), yang melakukan analisa pelaksanaan

pemasangan infus di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan

bahwa pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional

Prosedur katagori baik 27 %, sedang 40 % dan buruk 33 %.

Page 3: bab1

3

Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang

bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan

perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus tergantung dari perilaku

perawat itu sendiri. Perilaku kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor

intrernal yaitu karakterisitk perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan

motivasi) dan faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik

kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan) (Andareas,

2009).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Berdasarkan hasil penelitian Ratnawati (2008), alasan perawat tidak

melakukan pemasangan infus karena pengetahuan. Dari hasil penelitian

terhadap 103 responden sebanyak 47 orang (45,6%) melakukan tindakan yang

sesuai prosedur. Sebanyak 53,4% responden memiliki tingkat pengetahuan

tentang patient safety yang kurang baik.

Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan

dengan persepsi, kepribadiaan, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan

keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman,

menghasilkan pengaruh spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain,

objek, situasi yang berhubungan. Sikap menentukan pandangan awal

Page 4: bab1

4

seseorang terhadap pekerjaan dan tingkat kesesuaian antara individu dan

organisasi (Ivancevich, 2007).

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang

merangsang perilaku tertentu, dan respon instrinsik yang menampakkan

perilaku manusia (Swansburg, 2000). Berdasarkan penelitian Budiwijaya

(2010), motivasi perawat dalam menjalankan pemasangan infus sesuai SOP di

RSU Demak sebagian besar masih rendah yaitu sebanyak 78%.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Ruang Merak RSUP Dr

Kariadi Semarang, ditemukan perawat yang melaksanakan tindakan

pemasangan infus tidak sesuai dengan prosedur tetap. Berdasarkan wawancara

terhadap 10 perawat di ruangan, didapatkan 8 (80%) perawat yang tidak

melakukan SOP dalam pemasangan infus. Hal ini ditunjukkan dengan perawat

yang tidak mencuci tangan dahulu, tidak menggunakan handscoen, tidak

menggunakan torniquet, tidak menggunakan bengkok dan kapas alkohol yang

sudah dipakai diletakkan di tempat yang sama dengan alat-alat yang masih

bersih. Perawat berpendapat pemasangan infus adalah hal yang sudah biasa

dikerjakan. Bahkan ketika ditanya masalah protap pemasangan infus mereka

sedikit mengetahui isi dari protap tersebut dan ketika diobservasi saat

melaksanakan pemasangan infus ternyata ada beberapa kriteria tidak

dilaksanakan yang sesuai dengan isi protap, terutama masalah mencuci tangan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam

Page 5: bab1

5

melaksanakan prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi

Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian

ini “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kepatuhan perawat

dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan

infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang standar operasional

prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi

Semarang.

b. Mendeskripsikan sikap perawat tentang standar operasional prosedur

pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

c. Mendeskripsikan motivasi perawat tentang standar operasional

prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi

Semarang.

Page 6: bab1

6

d. Mendeskripsikan kepatuhan perawat melaksanakan standar operasional

prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi

Semarang.

e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

f. Menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

g. Menganalisis hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Rumah Sakit

Memberikan sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit yang bersangkutan

dalam hubungannya dengan kepatuhan menjalankan SOP pemasangan

infus sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan

perawat dalam menjalankan SOP yang baik bagi rumah sakit.

2. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan

khususnya tentang kepatuhan perawat melaksanakan SOP pemasangan

infus.

Page 7: bab1

7

3. Peneliti

Sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti dalam

menerapkan teori, khususnya teori pemasangan infus ke dalam dunia

praktek yang sebenarnya.

E. Bidang ilmu

Penelitian ini merupakan penelitian bidang ilmu keperawatan yaitu

manajemen keperawatan dan kebutuhan dasar manusia.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama, tahun,judul

Variabel yangditeliti

Metode Hasil

1 Kamma, S.N Variabel yang Metode yang Hasil penelitian menunjukkan(2010) dengan diteliti adalah digunakan bahwa ada hubungan yangjudul pemasangan infus adalah bermakan antara lokasi“Hubungan dan kejadian deskriptif pemasangan infus (pvalue =antara flebitis korelasi 0,042), jenis cairan infus ygpemasangan dengan diberikan (pvalue = 0,001) daninfus dengan pendekatan pemasangan infus (pvalue =kejadian studi kohort 0,011)flebitis diRumah SakitPrikasihJakarta Selatan

2 Pasaribu, M Variabel SOP Jenis Hasil penelitian menunjukkan(2008) dengan pemasangan penelitian ada hubungan antara perawatjudul “Analisis infuse dan survey analitik yang melaksanakan pemasanganPelaksanaan kejadian flebitis obsevasional infus sesuai SOP denganStandar (non kejadian plebitis pada pasien,Operasional eksperimen) hal ini terlihat dari p valueProsedur 0,008. Dari 100 orang sampelPemasangan yang di observasi terdapatInfus Terhadap kejadian plebitis sebanyak 52Kejadian orang (52%) dan yang tidak

Page 8: bab1

8

Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan”

plebitis 48 orang (48%).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdiri dari

populasi, sampel, jenis penelitian dan uji statistik. Populasi dalam penelitian

ini adalah perawat di ruang merak RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 59

perawat. Sampel sebanyak 49 perawat dengan teknik purposive sampling.

Jenis penelitian menggunakan deskriptif correlation dengan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah

korelasi pearson.