bab1-bab4

Upload: sulastri-manik

Post on 09-Jul-2015

971 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam budaya yang mempunyai ciri khas pada setiap budaya yang terdapat di dalamnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, budaya tersebut berusaha tetap eksis di tengah maraknya proses modernisasi yang tentu saja jika tidak ditindaklanjuti dengan bijak maka tanpa kita sadari budaya yang menjadi identitas bangsa tersebut secara perlahan akan menghilang. Kehilangan kebudayaan bagi sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia tentu saja merupakan sebuah kehilangan besar pada negeri ini, tidak hanya terhadap sejarah keberadaan bangsa ini tetapi juga kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang ber-bhineka tunggal ika. Oleh karena itu kebudayaan Indonesia harus tetap dipelihara dan dijaga sebagai aset yang sangat berharga. Untuk memelihara kebudayaan ini diperlukan komitmen dari setiap lini masyarakat dan didukung oleh pemerintah. Komitmen tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan pendirian sebuah wadah yang dapat menjaga bahkan memelihara bendabenda dan unsur-unsur yang mengandung kebudayaan tersebut agar tidak punah. Wadah tersebut juga diharapakan dapat menampung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan tersebut. Dengan wadah ini maka masyarakat akan semakin cinta dan tetap ingat akan kebudayaannya, juga dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi pengunjungnya. Seperti yang telah diketahui, saat ini kebudayaan Pakpak yang merupakan salah satu kebudayaan batak di Sumatera Utara. Budaya dan Suku Pakpak ini berkembang di daerah Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Kebudayaan yang terdapat di daerah ini juga bervariasi namun tetap masih didominasi oleh penduduk asli setempat yakni Suku Pakpak Dairi. Kabupaten Dairi sebelumnya telah ada dan memiliki pemerintahan sejak jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1852 s/d 1942. keberadaannya yang telah lama tentu saja membuat kebuadayaan yang terdapat di dalamnya menjadi hal yang sangat penting untuk tetap dipertahankan. Namun keberadaaan budaya Suku Pakpak tersebut semakin lama mengalami erupsi dari budaya sekitarnya dan ditambah dengan ketidakpedulian dari penduduk Pakpak itu sendiri. Erupsi budaya Pakpak tersebut dapat terlihat dari

1

hilangnya peninggalan budaya Pakpak dan ketidaktahuan budaya Pakpak oleh Suku Pakpak itu sendiri. Kebudayaan daerah merupakan elemen yang menjadi kebudayaan nasional harus tetap dijaga kelesatariannya, sehingga pembangunan sebuah Taman Budaya Pakpak menjadi penting untuk dilakukan. Pendirian Taman budaya Pakpak itu sendiri juga diharapkan mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi pelestarian budaya Pakpak itu sendiri, tetapi lebih jauh lagi terhadap pengembangan bidang ekonomi masyarakat Dairi yang akan dikhususkan pada sektor pengembangan pariwisata. Kombinasi Taman Budaya Pakpak yang juga menjadi komoditi pariwisata dairi sangat diharapkan memberikan keuntungan yang baik bagi perekonomian Kabupaten Dairi. Kombinasi potensi kebudayaan Suku Pakpak dengan aspek pariwisata Kabupaten Dairi memberikan garansi yang sangat menjanjikan peningkatan perekonomian Dairi khususnya dibidang pariwisata. Potensi Pariwisata Dairi sebenarnya telah dikenal dengan berbagai sebutan seperti Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo, wisata Danau Toba, wisata Danau Kempawa, wisata mata air bersejarah Lae Markelang dan Mejan Marga Cibro TWI Sitinjo banyak dikunjungi pada musim libur dan namanya dikenal sampai tingkat nasional. Keberadaan TWI sitinjo yang telah menjadi komoditi pariwisata nasional tersebut menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi site Taman Budaya Pakpak berada di sekitar Bukit Sitinjo. Sehingga ketika bangunan Taman Budaya Pakpak berdiri juga dapat memberikan sumbangan dan menjadi salah satu komoditi budaya yang menjadi daya tarik wisata.

1.2

Masalah Perancangan

Permasalahan kajian yang terdapat pada perencanaan sebuah Taman Budaya Pakpak adalah: 1). Bagaimana proses perencanaan dan perancangan sebuah Taman Budaya Pakpak yang mampu menjadi pusat pelestarian budaya Pakpak sehingga mampu menjadi representasi pengenalan budaya Pakpak kepada masyarakat umum. 2). Bagaimana cara pendirian sebuah taman budaya yang juga berfungsi sebagai ikon pariwisata sehingga mampu menarik minat para wisatawan. 3). Aplikasi arsitektur vernakular dalam perancangan bangunan khas budaya Pakpak.

2

4). Bagaimana menggabungkan berbagai macam fungsi yang terdapat di dalam lokasi proyek. 1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari proyek Taman Budaya Pakpak ini antara lain: 1). Sebagai pusat pelestarian budaya Pakpak. 2). Menjadi salah satu ikon pariwisata yang menarik minat para wisatawan. 3). Sebagai pusat informasi dan pengetahuan kebudayaan Pakpak. 4). Sebagai salah satu tempat pertunjukkan seni dan budaya. 5). Menjadi landmark baru dari wajah kabupaten Dairi. 6). Menambah pendapatan masyarakat sekitar, seiring datangnya para wisatawan ke area tersebut. 1.4 Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemecahan permasalahan dilakukan berdasarkan:

1). Studi literatur yang berkaitan langsung dengan permasalahan diangkat sehingga mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan perencanaan dan perancangan, yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah. 2). Studi banding terhadap proyek-proyek sejenis dengan melakukan pendekatan perancangan pada bangunan yang sudah ada baik yang bersumber dari buku, majalah, internet, dan lain sebagainya. 3). Studi lapangan mengenai kondisi sekitar lahan studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek. 4). Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap banyak

mengetahui mengenai kasus dalam proyek tersebut sehingga diperoleh kejelasan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan juga dapat memberikan ide dan inspirasi tersendiri.

3

1.5

Lingkup dan Batasan

Lingkup dan batasan diperlukan guna menentukan sejauh mana pembahasan kajian yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam rancangan ini adalah: 1). Pemahaman tentang konsep perencanaan dan perancangan sebuah taman budaya. 2). Pemahaman mengenai prinsip-prinsip arsitektur vernakular dan aplikasinya pada sebuah bangunan. 3). Pengetahuan dalam budaya Pakpak serta Kabupaten Dairi 4). Fasilitas-fasilitas kebudayaan. 5). Kajian terhadap tapak dengan keberadaan/eksisting yang ada sesuai dengan peruntukan tapak (RUTRK Kabupaten Dairi). yang diperlukan dalam pembangunan sebuah taman

4

1.6

Kerangka Berpikir

Sistematika yang dilakukan dalam perancangan proyek Taman Budaya Pakpak adalah:Latar Belakang 1). Kebutuhan sebuah Taman Budaya Pakpak yang berfungsi sebagai pusat pelestarian budaya tersebut. 2). Pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Dairi dengan aspek kebudayaan.

Permasalahan 1). Perencanaan dan perancangan sebuah taman budaya yang mencirikan budaya Pakpak. 2). Pembangunan Taman Budaya Pakpak yang berfungsi juga sebagai ikon pariwisata yang dapat menarik minat pengunjung. 3). Pembangunan Taman Budaya Pakpak yang menggunakan prinsip-prinsip arsitektur vernakular.

Maksud dan Tujuan 1). Sebagai pusat pelestarian budaya Pakpak. 2). Menjadi salah satu ikon pariwisata yang menarik para minat para wisatawan. 3). Sebagai pusat informasi dan pengetahuan kebudayaan Pakpak. 4). Sebagai salah satu tempat pertunjukkan seni dan budaya. 5). Menjadi landmark baru dari wajah kabupaten Dairi. 6). Menambah pendapatan masyarakat sekitar, seiring datangnya para wisatawan ke area tersebut.

F e e d b a c k

Pengumpulan Data Studi literatur Studi banding Studi tapak

Studi Tapak Ukuran tapak Peraturan pemerintah Sempadan bangunan Batas bangunan Potensi

Analisa Perancangan Analisa makro Analisa mikro

Konsep Perancangan Berdasarkan analisa, peraturan pemerintah, konsep kompleks, dan konsep bangunan

F e e d b a c k

DESAIN

5

1.7

Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika laporan yang terdapat dalam laporan ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN, berisikan perencanaan dari proyek berupa faktor-faktor yang mempengaruhi perlunya perancangan bangunan, maksud dan tujuan, masalah perancangan dan pendekatan desain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS, berisikan teori-teori yang berhubungan dengan proyek dan penjelasannya.

BAB 3 DESKRIPSI PROYEK, berisikan penjelasan proyek yang akan dirancang pada kawasan tersebut.

BAB 4 ELABORASI TEMA, berisikan telaah teoritis serta kajian tentang tema dan pengertiannya serta interpretasi tema ke dalam kasus proyek yang akan direncanakan.

BAB 5 ANALISA, berisikan tinjauan analisis tentang pengguna, aktifitas, kebutuhan dan standar ruang, program ruang dan organisasi ruang yang ada, dan analisis keadaan lingkungan tentang lokasi, kondisi tanah, potensi lahan sebagai kasus proyek, kontrol fisik, sirkulasi dan pencapaian, orientasi dan pemandangan.

BAB 6 KONSEP PERANCANGAN, berisikan konsep dasar dan konsep lanjutan tentang kompleks, konsep bangunan yang direncanakan, konsep struktur, dan konsep utilitas sebagai keluaran untuk menuju ke hasil perancangan nantinya.

BAB 7 DESAIN, berisikan desain berupa gambar kerja yang merupakan hasil akhir dari semua analisa, data, dan konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya.

6

7

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2.1

Sejarah Budaya Pakpak

Kebudayaan yang dibahas pada proyek ini ialah yang berasal dari Suku Batak Pakpak. Etnis Pakpak berada di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat dan sebagian bertempat tinggal di Aceh Singkil (Boang) dan Tapanuli Utara/Tengah (Kelasen). Asal etnis Pakpak diperkirakan datang dari India melalui Barus atau Singkil dan menurut penelitian, tempat pertama orang Pakpak adalah Kuta Pinagar (Kecamatan Salak) yang merupakan keturunan dari si Kada dan isterinya Lona. Kemudian lahir anaknya bernama si Hiang dengan turunannya tujuh1 yaitu: si Haji (Banua Harhar) si Raja Pako (Sicike-cike) Pubada (Aceh Singkil) Ranggarjodi (Buku Tinambunan) Mbello (Silaan Rumerah) Sanggir (Kelasen/Taput) Bata (tidak diketahui kemana perginya)

Adapun keturunan dari masing-masing nama tersebut diatas adalah: 1. Si Haji dengan keturunannya bermarga Padang, Brutu dan Solin. 2. Si Raja Pako di Sicike-cike dengan keturunannya Marga Ujung, Angkat, Bintang Capah, Sinamo, Kudadiri dan Gajah Manik (Si Pitu Marga). 3. Pubada dengan keturunannya Manik, Beringin, Tendang, Banurea, Gajah, Siberasa. 4. Ranggar djodi. 5. Mbello (Perbaju bigo) Menurut kisah telah tenggelam oleh suatu peristiwa. 6. Sanggir dengan keturunannya Tumangger, Tinambunan, Anakampun, Meka, Mungkur, Pasi, Pinayungen. Berikut ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan budaya Pakpak. 1). Struktur Kemasyarakatan

1

Lembaga Kebudayaan Pakpak Kabupaten Dairi

8

Masyarakat terdiri dari atas Marga-marga (65 marga) yang mendiami masingmasing kawasan hak tanah ulayat yang merupakan satu kesatuan dengan hidupnya dan dipimpin oleh Pertaki kemudian diatasnya adalah Aur yang dipimpin seorang Raja. Struktur kemasyarakatan tersebut diletakkan pada Sulang Silima yang terdiri dari pada Prisang-isang (Sukut) Pertualang tengah (Saudara-saudara tengah), Perekurekur (Siampunan/bungsu), Perbetekken (berru), dan Punca Ndiadep (Puang kulakula). Pembagian status ini mempunyai peranan penting di dalam kemasyarakatan terutama berkaitan dengan status seseorang yang harus termasuk di dalam Sulang Silima tersebut. Pertaki mempunyai peranan yang sangat luas seperti pepatah mengatakan Bana bilalang Bana birru, Bana ulubang bana guru mempunyai kelebihan sebagai Panglima Perang, Raja Adat dan sebagai Guru yang menjadi suri teladan serta panutan bagi masyarakatnya. 2). Semangat Kebangsaan Dan Patriotisme Kalau kita telusuri lebih jauh maka etnis Pakpak menunjukkan tebalnya semangat kebangsaan dan kepatriotan. Etnis ini mempunyai sifat suka menerima hal-hal yang baru tanpa merusak nilai-nilai yang ada dan cepat mengantisipasi nilai-nilai luhur. Di samping itu orang Pakpak mempunyai sifat terlalu cepat menyesuaikan diri, sehingga banyak yang sampai menukar marganya. Menguasai bahasa daerah lainnya dengan sangat cepat sehingga rata-rata bisa menguasai bahasa-bahasa daerah di Indonesia ini, namun mengakibatkan bahasanya sendiri ditinggalkan. Hal ini dipengaruhi oleh rasa nasionalisme yang tinggi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi hal ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok lain, sehingga padamnya jati diri orang Pakpak. Catatan-catatan buku-buku orientalis Barat juga menyebut orang Pakpak sebagai pemakan orang, namun pada hakekatnya yang dimakan adalah musuh-musuh dalam peperangan (mergraha) jadi bukan kanibal seperti yang dituduhkan oleh orang Barat tersebut. Sifat kepatriotannya pun tetap terlihat pada waktu Perang Batak melawan Belanda. Daerah Pakpaklah tempat titik darah penghabisan perjuangan perlawanan Sisingamangaraja XII terhadap Belanda. Banyak panglima dari orang Pakpak yang melindunginya dalam melawan Belanda. Setelah Sisingamangaraja XII meninggal dunia, perjuangan melawan Belanda terus berlanjut dengan membentuk satuan-

9

satuan gerilya yang disebut Slimin sampai tercapainya Kemerdekaan Republik Indonesia. 3). Hukum Adat Tanah Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut: a. Tanah tidak diusahai, yaitu Tanah Karangan Longo-longoon, Tanah Kayu Ntua, Tanah Talin Tua, Tanah Balik Batang dan Rambah Keddep. b. Tanah yang diusahai yaitu Tahuma Pargadongen, Perkenenjenen, dan Bungus. c. Tanah Perpulungen yaitu Embal-embal, Jampalan, dan Jalangen. d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen Balillon (dapat diperladangi). e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagai perkuburan. f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah yang dijaga oleh Permangmang (kelompok tertua) dan tidak boleh diganggu. Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat Pakpak, kecuali tanah Rading Beru (tanah yang diberikan kepada anak perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah rading berru. Bila ada permasalahan mengenai pertanahan, penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima. 4). Perkawinan Perkawinan dalam masyarakat Pakpak termasuk dalam siklus kehidupan seseorang yang telah diatur tersendiri. Hakekat perkawinan adalah membentuk keluarga untuk mengembang-biakkan keturunan dari kelompok marga, sehingga menjadi penerus kelompoknya. Oleh karena itu bila terjadi perkawinan, maka perkawinan itu melibatkan seluruh keluarga baik dekat maupun jauh. Jadi hakekatnya merupakan ikatan yang tidak ada putus-putusnya.

10

Dalam masyarakat Pakpak dikenal bentuk perkawinan yaitu kawin resmi, kawin mengeke, kawin mengalih, kawin mengerampas, kawin menama dan kawin mencukung. Prosesi perkawinan dimulai dengan mengeririt, mengkata utang dan diakhiri dengan upacara pernikahan yang disebut merbayo. Didalam aturannya ditentukan bahwa tidak boleh kawin dengan semarga, setiap perkawinan harus diadati, terjadi penyesuaian tutur, perpantangan-perpantangan dan lain-lain. Perlu pula diketahui bahwa apabila seseorang mengawini seorang wanita, maka ketentuan-ketentuan pemberian (unjuken) dari pihak laki-laki pada pihak

perempuan, yang menerima unjuken adalah akal unjuken, upah turang, todoan, togoh-togoh/penampati, upah puhun, upah mendedah, upah Empung dan Remmenremmen Juluan Tapiin. Sedangkan Oles (kain) yang diserahkan adalah oles Inang ni beru, oles inang peduaken, oles turang ni beru, oles puhun, oles mendedah, oles empung, oles persinabul, oles penelangkeen dan oles persintabiin Perlu dicatat bahwa Tokor Berru (pemberian pihak laki-laki) bisa berbentuk mas, kerbau dan lain-lain setiap pemberian harus dibalas pula oleh pihak perempuan dalam bentuk yang telah ditentukan oleh Pengetuai. 5). Kepercayaan Pada saat ini masyarakat Pakpak telah memeluk Agama Islam dan Kristen, walaupun sebelumnya sangat kuat terhadap kepercayaan animisme (pelebegu), namun hal ini menunjukkan perubahan yang sangat cepat atas kepercayaan ini, walaupun masih ada kepercayaan-kepercayaan tertentu. Toleransi antara pemeluk Agama tersebut tinggi karena diikat oleh kekeluargaan. 6). Pakaian Pakaian sehari-hari pada umumnya saat ini telah disesuaikan dengan

perkembangan zaman. Tetapi untuk acara adat mempunyai bentuk tersendiri yaitu: Laki-laki

Adapun pakaian yang dikenakan dalam acara adat oleh laki-laki adalah Oles, bulang-bulang (lihat Gambar 2.1), golok ucang, borgot, tali abak dan kujur sinane.

11

Gambar 2.1 Oles Pakpak (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Perempuan

Pakaian khas adat bagi wanita adalah: Baju merapi-api, oles, saong, cimata leppaleppa, rabimunduk dan ucang (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Pakaian Adat Perempuan Pakpak (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

7). Makanan Adapun makanan khas adat Pakpak adalah sebagai berikut: a. Pelleng, yaitu suatu makanan khas yang diperuntukkan bagi mereka untuk pergi berperang (mergerraha) atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

12

b. Nditak,

yaitu

sejenis

makanan

diperuntukkan

bagi

seseorang

supaya

ulangkengngalen (patah ditengah) dalam suatu usaha. c. Nakan Pagit yaitu makan yang diberikan kepada seorang wanita yang sedang hamil. d. Nakan Nggersing yaitu makanan untuk orang yang meminta agar jangan sakitsakitan atau sesuatu yang dapat memenuhi maksud. e. Nakan Pengambat yaitu makanan yang diberikan oleh familinya kepada orang yang sedang sakit keras.

8). Alat Kesenian Masyarakat Pakpak mempunyai alat kesenian yang dipelihara sejak nenek moyang yang terdiri dari: Gerantung (tidak terdapat di daerah-daerah lain) Gung, Kalondang, Sarune, Sordam, Kucapi, Genggong, Genderang (sembilan buah) dan lain-lain. Alat kesenian ini bisa dimiliki perorangan dan juga bersama. 9). Aksara Dan Bahasa Etnis Pakpak sejak dahulu telah mempunyai aksara yang tertulis dalam buku yang disebut Lapihen. Dalam buku Lapihen ini terhimpun bermacam-macam catatan dalam bentuk mantera-mantera, religius dan lain-lain dalam bahasa daerah Pakpak. Bahasa ini masih tetap dipakai sebagai bahasa sehari-hari. 10). Gotong Royong Sifat gotong royong masih terpelihara di dalam masyarakat Pakpak. Hal ini tercermin dalam kehidupan bersama sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut: a. Rimpah-rimpah yaitu suatu bentuk kerja sama dalam bertanam padi dan lainnya, pelaksanaannya diawali dengan cara merkua yaitu dengan terlebih dahulu memberitahukan secara satu persatu keluarga masyarakat agar dapat bersamasama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya mardang (menanam padi). b. Urup-urupen yaitu suatu kerja sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan beberapa keluarga sehingga pekerjaan selesai. Misalnya suatu keluarga mengajak satu keluarga lainnya untuk bersama-sama mengerjakan ladangnya.

13

11). Upacara Adat Terdapat beberapa upacara adat yang masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Pakpak Dairi, namun hanya terdapat pada sebagian kalangan saja. Upacara tersebut antara lain: Merbayo Yakni upacara pernikahan masyarakat Pakpak. Mengket Rumah Upacara memasuki rumah baru. Menanda Tahun Upacara menyambut tahun baru. Mengerumbang Upacara yang diadakan untuk merayakan ncaur tua yakni berumur panjang. Maba Milae Upacara mengayun anak dan dimandikan di air. Mendegger uruk Perayaan pesta besar seperti pesta panen, pemilihan bupati baru.

2.2

Arsitektur Suku Pakpak

Sama halnya dengan suku lain di Indonesia, Suku Pakpak juga memuliki ciri khas arsitektur tersendiri. 1). Bangunan adat Bentuk bangunan tradisional Pakpak mempunyai ciri tersendiri yaitu atapnya berbentuk melengkung (ndenggal). Hal ini diumpamakan petarik-tarik mparas igongken ndenggal artinya berani memikul resiko apabila sesuatu sudah dikerjakan dan berani mempertahankan sesuatu yang telah diperbuat. Salah satu syarat mutlak dari bangunannya adalah tidak boleh menghadap gunung karena di anggap membawa ketidakberuntungan bagi penghuninya. Bangunan tradisionalnya sendiri terdiri dari berbagai macam jenis yakni: a. Bale Silendung Bulan Bale Silendung bulan merupakan balai yang digunakan oleh para pemuda yang telah dianggap dewasa. Jadi para pemuda ini tidak tinggal bersama dengan

14

saudara perempuan ataupun keluarganya yang lain. Pada dasarnya bale ini mirip dengan bangunan rumah tradisionalnya, hanya saja hanya terdapat satu ngean dan memiliki dinding bagian bangunannya hanya setengah dari tinggi bangunannya (lihat Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Bale Silendung Bulan (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

b. Jojong Bakota Jojong Bakota merupakan tempat peristerahatan raja dan keluarganya (lihat Gambar 2.4). Jojong Bakota ini hanya ditempati oleh suami, isteri dan anak perempuannya sedangkan para pemuda tinggal di Bale Silendung Bulan. Pada dasarnya rumah peristerahatan raja dan masyarakat tidak berbeda jauh, hanya saja dibedakan oleh status anak tangga. Ciri khas yang membedakan rumah seorang raja atau bangsawan dengan masyarakat biasa dan budak adalah dari jumlah anak tangga yang terdapat di depan bangunan tradisional tersebut. Pada rumah bangsawan terdapat 3 anak tangga atau 7 anak tangga sedangkan untuk masyarakat biasa hanya memiliki angka genap pada jumlah tangganya seperti 2 atau 4 anak tangga.

15

Caban Putih Beng beng Hari Takalen Kerbo Bubung Ndenggal Niperhembun Kumeke Pilopilo Mel Mellen Pandak Kalang

Gambar 2.4 Jojong Bakota (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.5 Pentu Pengkerukan Jojong Bakota (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Pada bangunan Jojong Bakota terdapat pintu masuk (gapura) yang disebut dengan Pentu Penggerukan. Seperti halnya gapura lain, Pentu Penggerukan ini juga berfungsi sebagai penyambut tamu yang mengunjungi raja (lihat Gambar

16

2.5). Gapura ini dijaga oleh mejan (arca) yang bertugas menjaga dan mengawal raja. Konon dulunya mejan ini bisa bergerak dan mematuhi perintah raja. c. Bages (rumah) Bages ini merupakan kata lain dari rumah masyarakat biasa dalam bahasa Pakpak-nya. Dalam satu bages terdapat 24 ngean (bilik) yang menjadi kamar tidurnya. Satu ngean memiliki luas sekitar 1.5 m 2 dan dibatasi oleh dinding yang terbuat dari kayu tipis dan kain atau tikar sebagai pintunya (lihat Gambar 2.6). Ture

Bena kayu

Pucuk Kayu

Puang Boru

TanggaGambar 2.6 Denah Bages

a

(Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Keterangan: Ture: Tempat membuang kotoran. Bena kayu: Istilah untuk menunjukkan nama ruangan pemimpin keluarga (pria). Pucuk Kayu: Ruangan dari wanita tertua di keluarga tersebut, biasanya ibu. Puang: Ruang yang diperuntukkan bagi tamu laki-laki.

17

Boru: Ruang yang diperuntukkan bagi tamu perempuan. Tangga: Tangga mempunyai 2 anak tangga yang menandakan pemiliknya adalah masyarakat biasa.

d. Bale Kerunggun Bale kerunggun ini merupakan balai pengadilan pada masyarakat Pakpak. Persidangan tersebut dijalankan oleh Lembaga Sulang Silima yang terdiri dari: Pertaki yakni pemimpin siding (hakim) Pakalima Persinabul Sikuraja Permangmang

Hukum terberat pada sistem peradilan Pakpak adalah hukuman mati (menjatuhkan tungkum) dan yang teringan adalah dinasihati oleh pemuka adat. e. Jerro Jerro merupakan bangunan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal Nantampuk Mas (ratu). Posisi Jerro ini biasanya terletak di bagian sebelah kanan Jojong Bakota. f. Langgih Yaitu tempat penyimpanan hasil panen, seperti padi. Pada bangunan arsitekturnya, budaya Pakpak juga memiliki banyak gerga (ornamen) yang menjadi bagian dari ciri khas dan tidak bisa terlepas dari arsitektur Pakpak itu sendiri. Gerga tersebut antara lain: 1. Gerga Tumpak Sulang Silima Ornamen ini berisikan harapan-harapan agar penghuni rumah atau sipemilik bendanya dijauhkan dari racun atau bisa. Ornamen ini terdapat pada bengbeng hari dan juga sendok nasi yang terbuat dari kayu atau bambu (lihat Gambar 2.7).

18

Gambar 2.7 Gerga Tumpak Sulang Silima (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

2. Gerga Nengger /Nipermunung Hiasan ini melambangkan kedudukan Raja, Pertaki (Penguasa) seorang bangsawan yang bermarga asli di daerah tempat dia berdomisili. Hiasan ini melambangkan kejayaan pemerintahan seorang Raja. Letaknya tegak lurus dari puncak atas sampai pertengahan bagian depan atau ditengah-tengah melmelen bonggar. (lihat Gambar 2.8)

Gambar 2.8 Gerga Nengger/Nipermunung (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

19

3. Gerga Perbunga Koning. Hiasan ini melambangkan puncak keindahan bagi kaum wanita, gerga ini juga melambangkan keindahan agar penghuninya disukai orang lain seperti bunga kunyit yang harum semerbak (lihat Gambar 2.9). Letaknya membujur memotong ujung dari pada nengger sebagai bidang yang menghubungkan kedua sisi atap.

Gambar 2.9 Gerga Perbunga koning (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

4. Gerga Perkais Manuk Marak. Hiasan ini melambangkan bahwa penghuni rumah mengetahui segala masalah yang berhubungan dengan adat. Letaknya pada bagian depan rumah merupakan bentuk segi tiga yang menghubungkan bidang bengbeng hari (lihat Gambar 2.10). Bidang segi tiga ini melambangkan tiga unsur yaitu: Kula-kula (keluarga pemberi isteri) Dengan Sibeltek (Keluarga seketurunan /Saudara) Berru. (Keluarga suami anak perempuan)

Gambar 2.10 Gerga Perkais Manuk Marak (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

5. Gerga Perhembun Kumeke. Hiasan ini jika diletakkan dibawah gerga perbunga koning maka Hiasan ini melambangkan cita-cita agar pemilik rumah mendapat banyak keturunan dan banyak harta (lihat Gambar 2.11). Jika diletakkan sebagai lisplang maka fungsinya sebagai tangkal dari segala yang buruk.

20

Gambar 2.11 Gerga Perhembun Kumeke (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

6. Gerga Beraspati (Cecak) Hiasan ini menggambarkan sepasang cecak yang disebut tendi sapo. Ornamen ini dianggap sebagai pelindung, sebagai lambang tendi (roh) yang akan melindungi sipenghuni rumah lahir batin (lihat Gambar 2.12). Hiasan ini juga melambangkan dewa penguasa tanah sebagai lambang kesuburan yang disebut Beraspati Tanoh.

Gambar 2.12 Gerga beraspati (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

7. Gerga Persalimbat Hiasan ini melambangkan persatuan dan kesatuan/kekeluargaan. Terlihat dari ukiran yang berjalin-jalin dan bersambung dengan arti bahwa pemilik rumah senang akan persatuan dan suka menjalin persahabatan dan mempunyai pergaulan yang banyak (lihat Gambar 2.13). Letaknya pada bagian muka rumah diatas tiang (melmelen).

21

Gambar 2.13 Gerga Persalimbat (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

8. Gerga Dasa Siwaluh Hiasan ini melambangkan arah mata angin kedelapan penjuru (lihat Gambar 2.14), maka gerga dasa siwaluh adalah sebagai tangkal ilmu sihir dan maksud jahat musuh dari segala penjuru. Letaknya pada dinding muka rumah sebelah bawah.

Gambar 2.14 Gerga Dasa Siwaluh (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

9. Gerga Perkupkup Manun Hiasan ini menggambarkan buih yang hanyut berderet-deret dipermukaan air (lihat Gambar 2.15), melambangkan bahwa sipemilik rumah bersifat penyabar, pemurah, tabah dalam menghadapi persoalan senantiasa dengan pertimbangan yang tepat. Letaknya melintang pada depan bengbeng hari.

Gambar 2.15 Gerga Perkupkup Manun (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

22

10. Gerga Perotor Kerra Hiasan ini menggambarkan kera yang berbaris berombongan melambangkan agar manusia bersekutu mencari penghidupannya untuk mendapat rejeki yang tiada hentinya (lihat Gambar 2.16). Kera terdepan adalah pemimpinnya yang diikuti oleh anggotanya menggambarkan mereka tunduk dan setia pada pemimpinnya. Letaknya sebelah kiri dan kanan ujung bawah nengger melintang dari ujung lisplang bagian dalam.

Gambar 2.16 Gerga Perotor Kerra (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

11. Gerga Kettang Tumali Sumirpang Hiasan ini menggambarkan rotan yang berdandan yang melambangkan agar terjalin persatuan dalam kehidupan manusia (lihat Gambar 2.17). Letaknya dibawah perkupkup manun dan perotor kerra.

Gambar 2.17 Gerga Kettang tumali Sumirpang (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

12. Gerga Perbunga Rintua Hiasan ini sebagai lambang tua dan rejeki juga sebagai lambang keindahan. Letaknya pada hiasan tepi persalimbat (lihat Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Gerga Perbunga Rintua (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

23

13. Gerga Niperkelang Hiasan ini dianggap sebagai tangkal segala bisa, sebab pada binatang yang berbisalah tangkal racun bias (lihat Gambar 2.19). Hiasan ini bisa dipakai pada hiasan rumah bale dan papan kinebben (tempat tidur Raja).

Gambar 2.19 Gerga Niperkelang (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

14. Gerga Perbunga Kimbang Hiasan ini sebagai lambang perjodohan gadis. Bahwa sipemilik rumah mempunyai putri yang sudah dewasa. Letaknya pada pincak tiang yang disebut daling (lihat Gambar 2.20).

Gambar 2.20 Gerga Perbunga Kimbang (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

15. Gerga Perbunga Paku Hiasan ini melambangkan umur panjang dan murah rejeki. Biasanya diletakkan sebagai hiasan tepi pada gerga perhembun kumeke atau yang lainnya (lihat Gambar 2.21).

Gambar 2.21 Gerga Perbunga Paku (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

24

16. Gerga Adep (Payudara) Melambangkan kesuburan untuk mendapatkan banyak keturunan (lihat Gambar 2.22). Letaknya pada sebelah kiri dan kanan pintu rumah.

Gambar 2.22 Gerga Adep (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

17. Gerga Bulan Hiasan ini sebagai lambang perhitungan musim, dianggap dasar perhitungan tahun yang sangat penting bagi kehidupan petani. Letaknya di antara kedua braspati (lihat Gambar 2.23).

Gambar 2.23 Gerga Bulan (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

18. Gerga Perlangi Empun Hiasan ini melambangkan sebuah kebersamaan dan semangat bergotong royong dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Letaknya pada lisplang bale silindung bulan (lihat Gambar 2.24).

Gambar 2.24 Gerga Perlangi Empun (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

25

19. Gerga hiasan lain pada tepi bangunan

Gambar 2.25 Gerga Persangkut Rante (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.26 Gerga Perdori Ikan (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.27 Gerga Perdori Nangka (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.28 Gerga Perbunga Pancur (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.29 Gerga Epen-epen (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

26

Gambar 2.30 Gerga Perbituka Berrek/Persurar Kelang (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.31 Pernehe Kitadu (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

2). Arca Mejan yang terdapat pada Suku Pakpak pada dahulunya digunakan sebagai pengawal dan prajurit yang juga ikut serta berperang.

Gambar 2.32 Pengulu Balang Manik Arin Tutun (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Konon pada dahulunya mejan-mejan tersebut dapat bergerak dan mengikuti perintah pemimpin marganya (lihat Gambar 2.32). Namun sayangnya mejan-mejan tersebut banyak yang tidak terawat bahkan beberapa darinya telah hilang dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

27

Mejan-mejan yang masih tersisa adalah sebagai berikut:

Gambar 2.33 Pengulu Balang Lae Sanggar (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.34 Mejan Bancin Penanggalan (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.35 Mejan Sanggar Lebuh Pagindar (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

28

Gambar 2.36 Mejan Tinendung (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.37 Mejan Berutu Ulu Merah (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.38 Mejan Manik Aornakan Tao (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

29

Gambar 2.39 Mejan Boang Manalu (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.40 Eluh Beru Tinambun Ulu Mera (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

Gambar 2.41 Batu Tetal (Sumber: Lembaga Kebudayaan Pakpak Dairi)

30

31

BAB 3 DESKRIPSI PROYEK

3.1

Pengertian Taman Budaya Pakpak

Secara teoritis pengertian Taman Budaya Pakpak diuraikan sebagai berikut: 1. Pengertian taman2: kebun yg ditanami dengan bunga-bunga; tempat bersenangsenang; 2. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani3. Taman budaya berarti tempat terbuka untuk kegiatan kebudayaan4. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorgan. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat5. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.2

http//:www.pusat bahasa.com/kamus besar bahasa Indonesia/taman, diunduh tanggal 1 September 2009. 3 http//:www.rahadi.blogspot.com/arsitektur/vernakular, diunduh tanggal 5 September 2009. 4 http//:www.pusat bahasa.com/kamus besar bahasa Indonesia/taman, diunduh tanggal 1 September 2009. 5 http//:id.wikipedia.org/wiki/budaya, diunduh tanggal 5 September 2009.

32

Dari

berbagai

definisi

tersebut,

dapat

diperoleh

pengertian

mengenai

kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 3. Pakpak merupakan salah satu suku Batak yang menjadi penduduk asli Kabupaten Dairi.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Taman Budaya Pakpak ialah suatu tempat atau wadah Suku Pakpak yang memberikan informasi serta aktifitas yang berkaitan dengan Suku Pakpak dan karakter wilayahnya.

3.2

Tinjuan Kawasan Proyek

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini Terletak di Bagian Barat Daya Kota Medan dengan Luas 1.927.80 Km2

(192.780 Hektar) terdiri dari 15 Kecamatan, 161 Desa dan 8

Kelurahan berada pada garis 980. 00- 980 38 Bujur Timur (BT) dan 20 15 30 10 Lintang Utara (LU) yang topografinya sangat variatif yaitu berbukit dan bergelombang yang sebagian besar memiliki ketinggian 250-1700 meter diatas permukaan laut (dpl) yang mengakibatkan Kabupaten Dairi memiliki iklim tropis, sub tropis dan dingin6. Kabupaten Dairi berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam) dan kabupaten Karo sebelah Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir, Sebelah selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan (lihat Gambar 3.1).

6

http://rhgmsi.blogspot.com/2008_03_01_archive.html, diunduh tanggal 5 Juni 2009.

33

Gambar 3.1 Peta Sumatera Utara (Sumber: RUTR Kota Sidikalang 2006-2015)

Kabupaten Dairi memilki potensi pertanian yang cukup besar dengan fungsi pemanfaatan lahan yang didominasi oleh areal pertanian sebesar 47,5 %7. Potensi pertanian ini sudah dapat dikenal terutama oleh kopi khas Dairi.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2006 - 2015, Kota Sidikalang berada pada pusat pelayanan hirarki Kota Primer dengan fungsi sebagai: 1). Pusat Pemerintahan Kabupaten Dairi 2). Pusat Pemerintahan Kecamatan Sidikalang 3). Pusat Perdagangan dan Jasa Regional 4). Pusat Koleksi dan Distribusi Barang dan Jasa 5). Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata 6). Pusat Pendidikan Umum dan Kejuruan 7). Pusat Agro-Industri 8). Pusat Pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman pangan 9). Pusat Permukiman Perkotaan

7

RUTR Kota Sidikalang 2006-2015.

34

Didasarkan pada Kebijaksanaan Pembangunan Regional dan Lokal serta masalah dan potensi yang dimiliki, maka fungsi Kawasan Perkotaan Sidikalang diarahkan sebagai berikut: 1. Fungsi Utama, yaitu: a. Pusat Pemerintahan dan Perkantoran b. Pusat Pengembangan Kawasan Agropolitan/Sentra Agribisnis c. Permukiman d. Industri dan Pergudangan e. Transit 2. Fungsi Pendukung, yaitu: a. Perdagangan dan Jasa b. Pelayanan Umum c. Kawasan Cadangan

Kawasan Perkotaan Sidikalang berada pada Kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan, terletak pada bagian Barat Daya Propinsi Sumatera Utara dengan potensi utama adalah pertanian. Selain itu Kawasan Perkotaan Sidikalang berada pada jalur lintas nasional (Aceh-Sumatera). Kota Sidikalang sebagai Ibukota Kabupaten Dairi harus dapat mengimbangi potensi komparatifnya, utamanya harus didukung sarana dan prasarana yang lebih memadai apabila dibandingkan dengan kota-kota lainnya dalam wilayah Kabupaten Dairi sehingga fungsi kota transit Kawasan Perkotaan Sidikalang dapat lebih optimal. Kemudahan akses dengan pintu gerbang (pelabuhan laut maupun bandar udara) ke Medan, Belawan, Sibolangit dan Sibolga akan memperkuat fungsinya sebagai kota transit. Berdasarkan pertimbangan tersebut fungsi kota transit Kawasan Perkotaan Sidikalang dapat didukung dengan pengembangan jasa pariwisata di sektor jalan yang menjadi lintasan Aceh-Sumatera. Seiring dengan kebijakan dan potensi yang dimiliki Kabupaten Dairi, Taman Budaya Pakpak yang dicanangkan menjadi salah satu ikon pariwisata dinilai layak dan bernilai untuk dilanjutkan. 3.2.1 Kebijakan Pengembangan Ruang dan Penggunaan Tanah

Struktur tata ruang kota yang efektif dan fungsional adalah struktur tata ruang kota yang dapat menunjang terbentuknya keserasian dan efisiensi hubungan antar

35

kawasan fungsional kota, pelayanan fasilitas kepada masyarakat serta pemanfatan sumber daya yang ada lebih optimal

Untuk mengefektifkan rencana kota, tahapan yang dilakukan adalah dengan membagi wilayah perencanaan dalam bentuk unit-unit yang lebih kecil. Unit-unit ini disebut dengan nemenklatur Bagian Wilayah Kota (BWK). Pembagian lingkungan pengembangan dalam BWK didasarkan pada standar yang dapat menggambarkan kesatuan masing-masing BWK dan terdapat hubungan faktor pengikat dalam bentuk kesamaan jenis fasilitas tertentu.

Untuk lingkup RUTR Kawasan Perkotaan Sidikalang, unit lingkungan pengembangan diatur hirarkinya mulai dari BWK sampai dengan hirarki BWK Pusat Kota dengan skala pelayanan untuk seluruh kota dan wilayah sekitarnya. Mengingat perkembangan kegiatan dan pola aktifitas yang menggunakan ruang Kawasan Perkotaan Sidikalang relatif luas, maka dalam penyusunan RUTR Kawasan Perkotaan Sidikalang ini dibagi dalam 4 (empat) Bagian Wilayah Kota.

Dalam alokasi ruang, sejumlah Pusat Pelayanan BWK yang lokasinya berada pada satu unit lingkungan tertentu, dapat juga memperoleh akses dari pusat pelayanan diluar Pusat Pelayanan BWK yang bersangkutan atau hirarki diatasnya. Namum demikian pada tiap BWK diarahkan untuk memperoleh fasilitas yang sesuai dengan skala pelayanannya guna mendistribusikan kegiatan sesuai dengan pusat-pusat BWK yang telah ditetapkan. Instensitas penggunaan ruang mengikuti strategi pengembangan sebagai berikut: 1). Pengaturan kepadatan bangunan dengan mengikuti distribusi penduduk yang direncanakan. Semakin jauh jarak dari pusat kota maka kepadatan bangunan diarahkan semakin rendah dan berakhir pada kawasan cadangan, koservasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). 2). Untuk kawasan perumahan, digunakan asumsi bahwa 1 (satu) keluarga terdiri dari 5 (lima) orang dimana setiap keluarga membutuhkan 1 (satu) unit rumah. Kepadatan rumah pada masa mendatang diarahkan dengan mengikuti kepadatan penduduk dengan kategori sebagai berikut:

Kepadatan rendah Kepadatan sedang Kepadatan Lantai Dasar

: < 10 rumah/ha. : 10 16 rumah/ha. : > 16 rumah/ha. (ALD) atau Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

3). Angka

dikembangkan dengan kriteria sebagai berikut:

36

KDB tinggi dikembangkan pada kawasan perdagangan pusat kota. KDB menengah ditetapkan pada pusat kota selain kawasan perdagangan. Berangsur-angsur menjauhi kawasan pusat kota, angka KDB semakin rendah.

KDB rendah ditetapkan antara 30% - 80%.

Rentang variasi yang begitu besar disebabkan intensitas penggunaan tanah antara pusat kota dengan wilayah pinggiran. 4). Angka Luas Lantai (ALL) atau Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang berpengaruh terhadap keadaan bangunan didasarkan penentuannya pada daya dukung tanah dan rencana arahan penggunaan tanah. Angka KLB ditentukan sebesar 400% (atau 4 x KDB) pada lokasi-lokasi tertentu. Bangunan tidak diarahkan untuk Pusat Kota mengingat kebijaksanaan ekstensifikasi lahan, luasan tanah kosong yang tersedia masih relatif luas sedangkan harga tanah masih relatif murah. 5). Pengaturan sempadan muka bangunan ditentukan oleh fungsi dan lebar jalan yang terletak didepannya/dihadapannya. Ketentuan umum yang dapat digunakan untuk lebar sempadan muka bangunan adalah setengah dari lebar jalan ditambah 1 (satu) meter dan dibulatkan menjadi angka genap, namun terdapat batas maksimal untuk lebar sempadan muka bangunan. 3.2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Kawasan Konservasi

Pengembangan RTH dan kawasan konservasi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di wilayah perkotaan. Pada kenyataannya, RTH dan kawasan konservasi dapat berfungsi sebagai kawasan rekreasi dan wisata, olah raga, jalur hijau, taman, kawasan resapan air, perkuburan, dan sebagainya. Peranan RTH dalam konteks pemanfaatan ruang kota adalah sebagai pelestarian dan keseimbangan ekologis wilayah perkotaan sehingga tercipta paru-paru kota. Peningkatan kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan mempertahankan dan menambah kawasan RTH.

Strategi pengembangan yang menunjang pengembangan ruang terbuka adalah: 1). Memanfaatkan unsur fisik kota khususnya keindahan alam untuk RTH; 2). Mempertahankan RTH yang ada dan mengembangkan RTH yang baru dalam bentuk kawasan rekreasi, lapangan olah raga, pertanian dan perkuburan.

37

3). Keberadaan sungai dipertahankan kualitasnya melalui pengaturan jalur hijau pada sempadan sungai. Untuk sungai yang merupakan batas Kawasan Perkotaan Sidikalang dengan Kecamatan Sumbul (Lae Renun), sempadan sungai dalam bentuk jalur hijau sekaligus green belt sebagai pembatas perkembangan fisik kota dapat dikembangkan. 4). Mempertahankan RTH yang ada dan mengembangkan taman, jalur hijau, sempadan sungai dan kawasan konservasi lainnya. 5). Pengembangan kawasan konservasi pada lingkungan binaan dan

pengembangan ruang kegiatan pada suatu kawasan tertentu dengan fungsi tertentu diupayakan harmonisasinya. 6). Mengembangkan bagian Selatan dan Utara Kawasan Perkotaan Sidikalang sebagai kawasan RTH, konservasi dan resapan air sekaligus mengendalikan perkembangan fisik kota. 3.3 Tinjauan Sub Wilayah

Pembahasan berikut ini menjelaskan keterangan-keterangan yang terkait dengan sub wilayah kawasan kajian. 3.3.1 Tinjauan Lokasi

Lokasi berada di Kecamatan Sitinjo yang merupakan bagian dari Kabupaten Dairi. Penentuan pemilihan tapak untuk Taman Budaya Pakpak didasarkan pada kriteriakriteria yang mendukung dan menentukan bagi bangunan ini, serta dapat menjawab dan mengantisipasi tujuan dan manfaat yang ingin dicapai.

Penentuan kriteria dalam pemilihan tapak didasarkan dengan memperhatikan beberapa faktor yang mendukung perencanaan dan perancangan bangunan, penentuan penilaian antara lain:

1). Peruntukan tapak (Tata Guna Lahan) Peruntukan tapak yang dipilih tetap memperhatikan kebijakan pemerintah daerah terhadap rencana umum tata ruang kota (RUTRK) yang sesuai dengan peruntukannya yakni daerah pengembangan pariwisata.

38

Kota Sitinjo berada pada pusat pelayanan hirarki Sekunder A dengan fungsi sebagai8: a. Pusat Pemerintahan Kecamatan b. Pusat Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi c. Pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil pertanian dan holtikultura

d. Pusat perdagangan dan jasa e. Pusat transportasi darat regional f. Pariwisata

g. Pendidikan kejuruan h. Pengolahan hasil-hasil pertanian

2). Aksesibilitas Segi aksesibilitas merupakan hal terpenting dalam penentuan kriteria pemilihan tapak. Aksesibilitas yang dimaksud ialah kemudahan pencapaian dengan mempertimbangkan kejelasan, keamanan, dan kenyamanan agar bangunan ini nantinya akan menjadi Taman kebudayaan yang tepat dan juga berfungsi sebagai komoditas pariwisata. Kemudahan aksesibilitas ini dapat dicapai dari: a. Pusat Kota Sidikalang yang merupakan ibukota Kabupaten Dairi.

Keberadaannya yang cukup dekat dengan pusat kota sekitar 10 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit yang membuat kemudahan dalam akses transportasinya. b. Pencapaian lain dapat dilakukan melalui Kecamatan Sumbul dan sekaligus merupakan akses masuk dari area di luar Kabupaten Dairi.

Aksesibilitas ini didukung oleh pengarahan Kawasan Perkotaan Sidikalang sebagai kota transit yang tentu saja menjadi penghubung dari kota-kota yang ada di sekitarnya (lihat Gambar 3.2).

3). Persyaratan lain Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.

8

Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sidikalang Tahun 2006-2015.

39

Gambar 3.2 Peta Lokasi Site (Sumber: RUTR Kota Sidikalang 2006-2015)

40

3.3.2

Tinjauan Tapak Kajian

Lokasi yang menjadi tapak Taman Kebudayaan Pakpak merupakan kawasan rerumputan yang sebagaian wilayahnya juga menjadi ladang (lihat Gambar 3.3). Daerah ini menjadi sangat khas dengan pesona wisata pegunungan yang memilki pemandangan yang indah dari lokasi serta kedekatannya dengan Taman Wisata Iman Sitinjo dan Taman Karya Sitinjo.

Gambar 3.3 Kondisi Eksisting Site Proyek (Sumber: Hasil Survey)

Seperti yang telah diketahui Taman Wisata Iman tidak hanya dipenuhi bangunanbangunan peribadatan bagi umat beragama. Taman wisata iman ini juga dihiasi dengan beberapa keindahan panorama alam dan barisan hutan pinus yang begitu rindang (lihat Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Taman Wisata Iman Dairi (Sumber: Hasil Survey)

Sungai yang mengalir dari perbukitan, menambah daya tarik dari taman ini. Dengan keberadaannya di kawasan wisata yang telah dikenal, diharapakan akan mampu

41

memberikan prospek yang besar pada pembangunan Taman Budaya Pakpak tersebut. Pemanfaatan area yang telah menjadi ikon ini kemudian akan diperkuat dengan adanya Taman kebudayaan Pakpak Dairi yang berada di dekat bangunan tersebut. Berikut penjelasan terperinci mengenai rencana site: Lokasi ini terletak di Jalan Sitinjo, area bukit sitinjo Luas lahan 48.000 m (4.8 ha), tapak berupa tanah kosong dan ladang Kecamatan Status Proyek Pemilik Proyek Batas batas : Sitinjo : Fiktif : Pemerintah dan swasta : utara : selatan : timur : barat Perhatikan Gambar 3.5 berikut ini: : Kebun Kopi dan Sungai Lae Renun : Jalan Sitinjo : semak belukar dan hutan pinus : ladang kopi

Gambar 3.5.a Batas Utara Site

Gambar 3.5.b Batas Selatan Site

Gambar 3.5.c Batas Timur Site

Gambar 3.5.d Batas Barat Site

Gambar 3.5 Batas-batas Site (Sumber: Hasil Survey)

42

Berdasarkan analisa terhadap lokasi, lokasi merupakan yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai site plan untuk Taman Budaya Pakpak, karena: 1). Lokasi sangat strategis, berada dipusat aktivitas pariwisata utama Sidikalang dan dapat diakses dari berbagai penjuru kota. 2). Lokasi lahan diperuntukkan untuk kegiatan wisata. 3). Arus sirkulasi dan pencapaian cukup baik, dapat ditempuh melalui kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. 4). Berdekatan Taman Wisata Iman, Taman Karya Letter S dan Taman T.B. Simatupang sehingga memberikan pilihan alternatif tambahan bagi para pengunjung serta menjanjikan kedatangan pengunjung Taman Budaya Pakpak tersebut. Data berikut menjelaskan mengenai jumlah pengunjung yang datang ke Taman Iman: Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 : Data bulan Januari-Desember adalah 171.812 orang. : Data bulan Januari-Desember adalah 215.998 orang. : Data bulan Januari-Desember adalah 174.983 orang. : Data bulan Januari-Juli adalah 108.266 orang.

Rata-rata pengunjung tiap tahun adalah 187597 orang per tahun. Retribusi tiket adalah Rp. 3000/orang, maka penghasilan Taman Wisata Iman Sidikalang diasumsikan mencapai Rp.562.791.000/tahun. 5). Sirkulasi kendaraan yang tidak mengalami kemacetan. 6). Berada pada jalur transit antar kota. Medan-Kabanjahe-Site-Sidikalang Pakpak Bharat-Sidikalang-Site-Kabanjahe-Medan Aceh Singkil-Sidikalang-Site-Kabanjahe-Medan Dolok Sanggul-Site-Kabanjahe-Medan 7). Memiliki panorama alam yang sangat menarik dan ditambah dengan eksotik sungai lae renun dan air terjun Lae Pandaroh.

3.4

Studi Banding Proyek Sejenis

Berikut ini terdapat beberapa proyek sejenis yang merupakan pusat kebudayaan. 1. Pusat Seni dan Budaya Purawisata Bagi masyarakat Kota Yogyakarta, Pusat Seni dan Budaya Purawisata, atau yang lebih sering disebut dengan Purawisata, tentulah tidak asing lagi namanya. Bagi

43

sebagian masyarakat, Purawisata dikenal sebagai tempat yang setiap malam menyajikan pertunjukan dangdut. Sementara, bagi sebagian lainnya, Purawisata lebih dikenal sebagai tempat untuk pementasan Sendratari Ramayana. Pusat seni dan hiburan yang terletak sekitar 1 km dari kawasan Malioboro ini, memang menyediakan hiburan yang beragam. Sehingga, seluruh keluarga pun bisa berkunjung dan menikmati beragam hiburan. Sebagai sebuah tempat wisata, Purawisata sudah cukup dikenal oleh masyarakat luar maupun dalam DI Yogyakarta. Dalam www.tasteofjogja.com dipaparkan bahwa, dalam buku Statistik Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2002 yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY, Purawisata merupakan satu dari sepuluh objek wisata di DIY yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dalam data statistik tersebut, Purawisata menempati urutan ke-7, setelah Pantai Baron dan Pantai Glagah. Pusat Seni dan Hiburan Purawisata telah berdiri sejak September 1989. Sejak berdirinya, beragam hiburan dapat dinikmati di sini. Mulai hiburan untuk anak-anak hingga dewasa, turis lokal maupun turis internasional. Secara garis besar, hiburan yang disediakan oleh Purawisata terbagi dalam empat macam, yakni: a. Taman Rekreasi Keluarga Di Taman Rekreasi Keluarga, terdapat tiga arena hiburan yakni Fun Fair, Arena Ketangkasan, dan Kolam renang anak-anak. Di Arena Fun Fair pengunjung anakanak dapat menikmati beragam permainan yang terdiri dari Kiddy Helly, BoomBoom Car, View Wheel, Merry Go Round, Mini Train, Kiddy Boat, dan Kiddy Ride. Sementara itu, di Arena Ketangkasan maupun Kolam Renang, anak-anak dapat bermain-main sekaligus berolahraga. Taman Rekreasi Keluarga ini, dibuka dari pagi hingga sore hari. b. Panggung Terbuka Dangdut Purawisata Panggung Terbuka Dangdut Purawisata ditujukan untuk pengunjung dewasa, di mana pengunjung yang datang dapat menikmati sajian musik dangdut setiap harinya, kecuali pada hari Jumat. Sajian musik dangdut ini, dipentaskan oleh Orkes Melayu-Orkes Melayu (OM) kenamaan di Yogyakarta. Sebut saja OM Satria ataupun OM Lathansa. Dua OM kenamaan Kota Yogyakarta ini, sekali dalam seminggu tampil di Purawisata bersama deretan penyanyi andalannya.

44

Sementara itu, dihari Jumat pengunjung yang datang dapat menikmati sajian tembang-tembang lawas milik grup musik Koes Ploes. Musik-musik lawas ini, dinyanyikan oleh band-band asal Yogyakarta dan sekitarnya. Sajian-sajian musik ini, baik dangdut maupun tembang lawas, diadakan setiap malam, pukul 20.00 WIB-23.00 WIB. c. Panggung Terbuka Ramayana Ballet Panggung Terbuka Ramayana Ballet menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana di teater terbuka setiap malam, dari pukul 20.00-21.30 WIB (lihat Gambar 3.8). Pertunjukan ini membagi cerita Sendratari Ramayana menjadi dua episode. Episode pertama yang dipentaskan setiap tanggal ganjil menceritakan penculikan Shinta hingga pada adegan Hanoman Obong. Episode kedua, yang dipentaskan setiap tanggal genap, menampilkan adegan Gugurnya Kumbokarno sampai Shinta Obong. Sementara itu, setiap akhir bulan yang jatuh pada tanggal ganjil, Panggung Terbuka Ramayana Ballet menyajikan keseluruhan cerita percintaan Rama dan Shinta (lihat Gambar 3.9).

Gambar 3.6 Panggung Terbuka Purawisata (Sumber: http://www.purawisatajogja.com/index.php)

Menonton Sendratari Ramayana ini, pengunjung tidak hanya menjumpai tarian saja. Berbagai adegan menarik yang mampu membuat pengunjung terperangah juga ditampilkan dalam pementasan ini. Seperti, permainan bola api yang menawan pada adegan Hanoman Obong. Dalam adegan tersebut, Hanoman yang semula dibakar hidup-hidup justru berhasil membakar Kerajaan Alengkadiraja milik Rahwana. Selain itu, permainan akrobat pun dapat dilihat pada adegan Hanoman berperang dengan para pengikut Rahwana (lihat Gambar 3.10).

45

Gambar 3.7 Pementasan Sendratari Ramayana (Sumber: http://www.daylife.com/photo/08GF3Xj1rXbVa)

Gambar 3.8 Pementasan Kisah Hanoman (Sumber: http://www.purawisatajogja.com/index.php)

Sebenarnya, pementasan sendratari ini telah lebih dulu ada, yakni sejak tahun 1975. Namun, bersamaan dengan berdirinya Purawisata, Sendratari Ramayana ini pun menjadi bagian dari hiburan yang disediakan oleh Purawisata. Sejak bergabung ini, Sendratari Ramayana menjadi hiburan utama dari Purawisata. Pada tahun 2002, menurut www.yogyes.com, pertunjukan Sendratari Ramayana di Purawisata memecahkan rekor di Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI), setelah mementaskan sendratari setiap hari tanpa pernah absen selama dua puluh lima tahun.

46

d. Javas Grebeg Seperti yang dikutip dari www.bernas.co.id, Purawisata pun me-launching acara baru yang bertajuk Javas Grebeg. Javas Grebeg merupakan tradisi budaya Jawa yang dikemas dalam bentuk seni pertunjukan. Pertunjukan ini akan mengangkat upacara adat daur hidup masyarakat Jawa (lihat Gambar 3.11).

Gambar 3.9 Pertunjukan budaya Jawa (Sumber: http://www.purawisatajogja.com/index.php)

e. Calipso Caf Purawisata Pada malam hari terdapat Calipso Cafe Purawisata yang berada di satu kawasan dengan panggung pertunjukan musik. Dengan kehadiran kafe ini, pengunjung dapat menikmati musik, baik dangdut ataupun tembang lawas, seraya menikmati berbagai minuman maupun makanan yang disediakan. f. Jimbaran Resto Di Pusat Seni dan Budaya Purawisata, terdapat sebuah restoran yang memadukan nuansa etnik Jawa dan Bali sebagai dekorasinya, yang bernama Jimbaran Resto. Restoran ini menyajikan berbagai macam makanan dan minuman, baik dengan cita rasa lokal maupun internasiona (liht Gambar 3.12). Sementara itu, menurut www.kompas.com, untuk menikmati pementasan

Sendratari Ramayana, pengunjung harus mengeluarkan uang sebesar Rp 220.000,00. Uang yang digunakan untuk membayar tiket masuk ini sudah termasuk fasilitas makan malam di Jimbaran Resto.

47

Gambar 3.10 Suasana Jimbaran Resto Pada Malam Hari (Sumber: http://www.purawisatajogja.com/index.php)

Pusat Seni dan Budaya Purawisata berada sekitar satu kilometer dari Kawasan perbelanjaan Malioboro dan 500 m sebelah Timur Keraton Yogyakarta. Tepatnya, Purawisata terletak di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta, Provinsi DI Yogyakarta, Indonesia. Wisatawan yang ingin berkunjung ke Pusat Seni dan Budaya Purawisata, dapat mengaksesnya dengan mudah. Harga tiket yang ditetapkan dalam setiap arena hiburan di Purawisata berbeda-beda. Bergantung dari wahana permainan apa yang ingin dinikmati. Memasuki arena Taman Rekreasi Keluarga, pengunjung tidak dikenakan biaya apapun. Namun, jika ingin menikmati setiap wahana permainan yang ada, termasuk kolam renang, pengunjung akan dikenakan tiket. Tiap-tiap wahana permainan, akan dikenakan tiket seharga Rp 3.000,00-Rp 5.000,00 (Mei 2009). Jika pengunjung ingin menikmati pertunjukan dangdut, akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 8.100,00. Namun, di hari Sabtu, harga tiket masuk akan menjadi Rp 10.000,00. Dengan membayar seharga tiket tersebut, pengunjung dapat menikmati pertunjukan musik dangdut dengan beberapa penyanyi kenamaan Yogyakarta. Jika ingin menikmati tembang-tembang kenangan dari grup musik Koes Ploes, pengunjung akan dikenakan tiket seharga Rp 10.000,00 (Mei 2009).

2. Taman Budaya Yogyakarta Taman Budaya Yogyakarta awalnya mulai dibangun di daerah Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 sebagai sebuah kompleks Pusat Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian pembangunan kompleks seni budaya

48

tersebut dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Wakil Presiden RI saat itu.

Gambar 3.11 Suasana Taman Budaya Yogyakarta (Sumber: http://ira.blogspot.com/jalanjalan/budaya)

Awalnya Taman Budaya Yogyakarta disebut sebagai Purna Budaya yang dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Purna Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan berbagai macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu Langembara, menjadi ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga beberapa guest house. Di tahun 1978, Purna Budaya menjadi unit pelaksana teknik bidang kebudayaan di bawah Dirjen Kebudayaan Taman Budaya dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0276/O/1978. Pada tahun 1991, dilakukan pembaharuan pada organisasi dan tatakerja Purna Budaya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0221/O/1991. Pada tahun 1995, rektor UGM meminta Gedung Taman Budaya "Purna Budaya" yang berada di kompleks Bulaksumur, melalui Mendikbud RI dalam surat No.

UGM/422/PL/06/IV, untuk kegiatan kemahasiswaan UGM. Akhirnya, gedung seni budaya Taman Budaya Yogyakarta dikembangkan di kawasan cagar budaya Benteng Vredeburg atas kesepakatan Sri Sultan Hamengku Buwana X, BAPPEDA Prop. DIY, DPRD Prop. DIY, Walikota Yogyakarta, dan Dirjen Kebudayaan. Beberapa tahun kemudian, berdasarkan Perda No. 7 tahun 2002 dan Keputusan Gubernur DIY No. 161/2002 tertanggal 4 November 2002, Purna Budaya (Taman

49

Budaya Yogyakarta) menjadi UPTD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi DIY dengan berbagai macam misi, seperti: a. melaksanakan pengembangan dan pengolahan seni budaya b. melaksanakan laboratorium dan eksperimentasi seni budaya c. melaksanakan dokumentasi dan informasi seni budaya d. melaksanakan urusan Tata Usaha dan Tumah Tangga Dinas e. memfasilitasi kegiatan seni budaya

Gambar 3.12 Museum Seni Taman Budaya Yogyakarta (Sumber: http://ira.blogspot.com/jalanjalan/budaya)

Taman Budaya Yogyakarta kemudian memulai babak baru dan menjadikannya sebagai The Window of Yogyakarta. Situs seni budaya ini pun semakin meruncingkan misi dan visi dalam dunia seni rupa, dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), dan juga penerbitan (profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa). Proses pengumpulan data dan dokumentasi yang dilakukan oleh Taman Budaya Yogyakarta menjadi cukup penting dan strategis sebagai bahan diskusi dan kajian seni budaya seperti data potensi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, kerajinan).

3. Cultural Centre Of The Philippines Cultural Centre Of The Philippines (CCP) berlokasi di Kota Pasay, Metro Manila di Negara Manila. CCP ini dibuka pada tahun 1969 dalam rangka mempromosikan dan

50

mewadahi budaya dan kesenian Philipina serta bertujuan untuk membuatnya menjadi pusat dari seni dan budaya di Asia (lihat Gambar 3.13). Sejak dibuka, CCP ini telah menampilkan beberapa pertunjukan balet Bolshoi, Kirov, Francis, Jerman dan dari Philipina. CCP diciptakan oleh Presiden Ferdinand Marcos pada tahun 1966 melalui Peraturan Presiden NO.30 dengan tujuan mempromosikan dan mewadahi seni dan budaya philipina. Pada proses pembukaannya dimulai dengan 3 bulan festival terbuka oleh kelompok musical Golden Salakot: Isang Dularawan yang merupakan kisah epic pulau Panay. Pembukaannya dihadiri oleh tokoh terkenal seperti gubernur California Ronald Reagan yang mewakili kehadiran presiden Richard Nixon. Berdirinya CCP memiliki makna dan simbol dari katotohanan (kebenaran), kagandahan (keindahan) and kabutihan (kebaikan). Simbol ini didesain oleh Carlos Botong Fransisco, Seniman dari National Art for Visual. Terinspirasi dari tulisan kuno Alibata. Artis-artis terbaik dari penjuru negeri dan seluruh Negara telah memuja galeri dan teater yang terdapat di CCP ini. Pengelolaan CCP berada di bawah pengawasan Departemen Budaya dan Kesenian Nasional melalui PP NO.30 oleh presiden sebelumnya. CCP ini merepresentasikan nilai artistik dari philipina yang memberanikan diri menciptakan kreasi seni yang orisinil dari budaya tradisional philipina serta tercipta karya seni yang mencirikan nilai sosial dalam masyarakat philipina. CCP ini juga turut membantu pelestarian budaya lokal dan usaha masyarakat khususnya dalam bidang karya seni dan budaya. CCP juga mewadahi seni penyiaran dan perfilman baik dalam bentuk workshop, seminar, antologi, symposium, serta kompetisi penghargaan bergengsi. CCP mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga seni dan budaya lain lewat Program Pertukaran Budaya. Program tersebut diikuti oleh Association of Asia-Pacific Performing Arts Centers, the Conseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d'Arts Traditionnels, the World Dance Alliance, dan the International Theatre Institue. Melalui program ini, philipina mampu menghargai perbedaan budaya lain serta mempromosikan budaya philipina itu sendiri.

51

Gambar 3.13 Area CCP (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_Center_of_the_Philippines)

Fasilitas yang terdapat pada CCP terdiri dari 6 bangunan utama, yakni: 1) CCP Performance Venues a. Tanghalang Pambansa ( Bangunan Utama CCP) Di bangun pada area tepi pantai Manila dan didesain oleh Leandro V. Locsin yang merupakan arsitek terkenal di Philipina. Tanghalang Pambansa ini lebih dikenal dengan sebutan Theatre of Performing Arts yang berisi fasilitas museum etnografi, galeri, dan kantor pengelola CCP (lihat Gambar 3.14).

Gambar 3.14 Tanghalang Pambansa (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_Center_of_the_Philippines)

b. Tanghalang Nicanor Abelarado (Gedung Pertunjukan CCP) TNA ini memilki 4 level area yakni area orchestra, pentas, Balkon 1 dan balkon 2 dan mampu menampung 1.823 tamu. Ketika memasuki area orchestra, para tamu disambut oleh seniman Vicente Manansala dengan skulptur The seven arts.

52

c. Tanghalang Aurelio V. Tolentino (Teater mini) Teater mini ini didesain untuk pentas konvensi kecil seperti drama, pertunjukan music, solo recital, film screening dengan kapasitas 421 tamu. Bahan pentasnya sendiri dibuat dari bahan yang berasal dari Kyoto, Jepang oleh Roberto Chabet. d. Tanghalang Huseng Batute (Studio Teater) Studio ini mempunyai dua area yakni area galeri dan studio yang dilengkapi dengan variasi pentas. Kapasitas pengunjungnya tergantung oleh besaran pentas studionya. Lobby teater inin dihiasi oleh lukisan kayu Paete dari seniman Nasional art for visual yakni V. Fransisco. e. Tanghalang Fransisco Balagtas (Teater seni Folk) Teater ini merupakan tempat pertunjukan dengan konsep area terbuka. Bangunan ini dapat menampung 8.458 tamu. Teater tersebut mengambil nama dari Fransisco Baltazar yang merupakan seorang pujangga terkenal. Bangunan ini sebenarya didesain untuk 10.000 orang pengunjung. Pada proses pembangunannya hanya membutuhkan waktu 77 hari dalam rangka memecahkan rekor dalam perhelatan kontes kecantikan. f. Tanghalang Manuel Conde (Dream Theater) Teater ini disebut juga sebagai ruang audio visual dan dibuat untuk menghargai jasa Manuel Condo, seorang tokoh dalam perfilman Philipina. Teater ini mempunyai kapasitas untuk 100 orang.

2) Exhibit Hall Terdiri dari beberapa ruang yakni: a. Bulgawang Juan Luna (Galeri utama) Galeri ini digunakan untk pertemuan besar dan berlokasi di tingkat 3 dengan bentuk segiempat, dinding putih serta luas area lantai sebesar 440m2. b. Bulgawang Fernando Amorsolo (Galeri mini) Terdapat di lantai 4 dengan konsep area pertemuan yang lebih private. Galeri ini berbentuk segi empat berdinding putih dan dua kolom di tiap ujungnya. c. Bulgawang Carlos V. Fransisco (lobbi teater mini) Lobbi ini memiliki luasan sebesar 95.04m2 dan dihiasi oleh lukisan dan ukiran dinding yang besar.

53

d. Pasilyo Victorio Edades Area ini biasanya menjadi tempat memajang karya seni dari seniman baru. Ruang ini juga digunakan untuk kegiatan panoramik, potografi, menggambar, dan mencetak gambar. e. Pasilyo Guillermo Tolentino Ruang ini digunakan untuk pertemuan seni regional. Namnya diambil dari seniman Guilermo Tolentino yang menciptakan Monumen Bonifacio. f. Pasilyo Vicente Manansala

3) Pusat seni nasional Bangunan in terdiri beberapa ruang yakni: a. CCP Satellite Venues Ruang ini diciptakan dalam merespon kebutuhan masyarakat akan seni dan budaya. b. The Angelo King Centre for The Performing Arts Ruang ini merupakan fasilitas yang menyediakan saran pendidikan bagi seni music dan drama. c. The Assumpta Theater (Assumtion Antipolo) d. Museo ng Klainangang Pilipino (Museum CCP) Berbagai aktifitas pertunjukan yang sering digelar di CCP ini antara lain:

Ballet Philippines Philippine Ballet Theatre Bayanihan Philippine National Folk Dance Company Ramon Obusan Folkloric Group Tanghalang Pilipino, the Center's resident theater company Philippine Philharmonic Orchestra,juga the Philippines' national orchestra UST Symphony Orchestra Philippine Madrigal Singers National Music Competitions for Young Artists Foundation (NAMCYA). Cinemalaya Independent Film Festival

54

4. Hongkong Cultural Centre Bangunan ini merupakan fasilitas multi fungsi yang berlokasi di Tsim Sha Tsui, Hongkong. Bangunan ini berada di bawah pengelolan Departemen pelayanan Budaya dan Sejarah yang bertujuan dalam menampilkan berbagai macam jenis budaya.

Gambar 3.15 Hongkong Cultural Centre (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Hong_Kong_Cultural_Centre)

Lokasinya gedung berada di bagian barat daya Tsim Sha Tsui yang diapit oleh bangunan Tsim Sha Tsui Ferry Pier, Museum Angkasa Hong Kong, dan Museum Seni Hongkong sehingga membuat bangunan itu sendiri menjadi ramai dan banyak dikunjungi oleh orang-orang.

Gambar 3.16 Suasana Hongkong Cultural Centre (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Hong_Kong_Cultural_Centre)

Fasilitas yang terdapat pada bangunan ini adalah: a. Concert Hall Ruang ini meyediakan 2.019 tempat duduk dengan bentuk auditorium yang oval dan diberi finishing dengan bahan oak. Ruang ini merupakan area dari Orkestra

55

Philarmonic Hong Kong. Organ yang terdapat pada ruang tersebut 8.000 dan merupakan yang terbesar di Asia. b. The Grand Theatre Ruang ini memilki kapasitas 1.734 tempat duduk yang didesain untuk memfasilitasi pertunjukan opera, balet, dan musik dengan skala besar. The Hong Kong Film Award juga pernah dilakukan disini. c. The Studio Theatre Dengan 300-496 tempat duduk dapat memfasilitasi pertunjukan seni dan drama dalam skala yang lebih kecil. d. Exhibition Gallery e. Empat foyer exhibition area f. Sebelas reherseal dan ruang praktis 5. Polynesian Cultural Centre Polynesian Cultural Centre (PCC) ini berlokasi di bagian utara kota Oahu, Hawai yang didedikasikan utnuk menjaga kelestarian budaya local. PCC ini berdiri di atas lahan 17 Ha yang berada di kawasann Universitas Brigham Young Hawai. Universitas tersebut merupakan kampus yang sangat berperan dalam mendidik mahasiswa yang menjadi seniman. Kebanyakan dari pertunjukan yang diadakan di bangunan tersebut berasal dari kampus tersebut. Uang hasil dari pengunjung didedikasikan untuk biaya beasiswa para mahasiswa tersbut. Para pengunjung yang datang disambut dengan tour ke seluruh bagian bangunan. Bangunan PCC ini dikelola oleh gereja LDS sebagai salah satu asset yang digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyaraktnya lewat kunjungan wisatawan. PCC ini dicanangkan sebagai salah satu tempat kunjungan wisata terbesar di Hawai. Beberapa tahun terakhir ini, bangunan ini menjadi pusat atraksi di Hawai. Para pengunjung yang datang juga bias mengamati aktifitas budaya lokal yang ada di pusat samudra Ocean ini. Polynesian Cultural Centre ini juga menjadi tempat pagelaran World Fire Knife yakni kompetisi menari yang menampilkan penari dari berbagai penjuru Hawai. Sejak dibuka, bangunan ini telah dikunjungi oleh setidaknya 32 juta orang.

56

Kegiatan yang ada dalam bangunan ini yaitu: a. Horizons Merupakan istilah untuk menggambar kegiatan yang multikultural di Polynesian dan merupakan pagelaran terbesar di dunia. Pertunjukan itu sendiri menampilkan banyak jenis lagu dan tarian seperti: tari Hula, Tamure, Otea, Titi torea, Haka, Poi, Make, Tauolunga dan Taualuga. b. Imax dan Canoe Rides Taman ini merupakan tempat menikmati pemandangan layaknya pertunjukan teater Imax dan pengunjung juga dapat menikmatinya sambil mengendarai kano di sungai yang mengitarinya. c. Rainbows Paradise Merupakan kegiatan parade dari kontes kecantikan yang diikuti oleh beberapa perwakilan budaya. Masing-masing dari kelompok budaya dalam Polyneisan ini memiliki pusat area tersendiri yang disebut dengan istilah re-created Traditional Village. Beberapa dari parade tersebut di gelar di berbagai desa tersebut. Desadesa tersebut antara lain ialah Hawai, Samoa, Fiji, Aotearoa, Tahiti, Toang, Marquesas, New Zealand. Keberadaan desa-desa yang mencerminkan jenis budaya pada Polynesian ini menambah keunikan dari bangunan tersebut.

Gambar 3.17 Fiji Temple (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Polynesian_Cultural_Center)

Polynesian ini juga menggelar beberapa pertunjukan spesial setiap tahunnya yang mewadahi budaya-budaya Hawai, Samoan, Tahitian, dan Mori. Pada tahun 2007 lalu juga digelar pertunjukan natal Polynesia. Pagelaran tersebut antara lain:

57

Moanikeala Hula Festival merupakan festival Hula. Festival World Fireknife Championship dan Samoa yang menghadirkan seniman dari seluruh penjuru Hawai dan Negara lain. Te Mahan Hiroa O Tahiti merupakan festival dansa yang diadakan setiap tahun dan selaras dengan perayaan Heiva di Tahiti. Te Manahuia Maori Cultural Competition yang menghadirkan seniman-seniman muda yang berbakat.

Kesimpulan yang diperoleh dari kelima studi banding tersebut tertera pada tabel berikut ini:Tabel 3.1 Karakteristik Studi Banding Bangunan No. 1 2 Nama Bangunan Pusat Seni dan Budaya Purawisata Taman Budaya Yogyakarta Ciri Bangunan Memilki ciri bangunan yang bernuansa adat jawa. Bercirikan bangunan tropis namun beberapa lainnya merupakan bangunan peninggalan Belanda yang digunakan sebagai museum. Memiliki ciri bangunan modern dengan bentuk massa yang bebas. Fasilitas Taman rekreasi, panggung terbuka, caf, resto. Panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan guest house Teater seni, museum, galeri, kantor pengelola, gedung pertunjukan, dream theater, exhibit hall, studio poto, sarana pendidikan seni budaya Concert hall, teater, galeri,

3

Cultural Centre Of The Philippines

4

Hongkong Cultural Centre Polynesian Cultural Centre

Bangunan modern dan memilki dinding kaca yang cukup banyak Bangunan terdiri dari multi massa yang memiliki ciri bangunan yang menyatu dengan alam dan beberapa menggunakan ciri bangunan lokal.

5

Imax, canoe rides, sarana pertunjukan seni dan budaya, sarana pendidikan seni dan budaya.

Dari tabel tersebut diperoleh kesimpulan yang dapat diterapkan pada bangunan Taman Budaya Pakpak, yakni: a. Menggunakan prinsip-prinsip bangunan yang menyatu dengan alam dan selaras dengan kekhasan budaya lokal. b. Memakai fasilitas sama yang juga mendukung fungsi bangunan Taman Budaya Pakpak seperti tempat pertunjukan, sarana pendidikan seni dan budaya, saran pameran budaya, ruang pengelola dan area food court.

58

59

BAB 4 ELABORASI TEMA

4.1

Pengertian Tema

Arsitektur dan vernakular adalah dua kata yang mendominasi tema yang digunakan dalam proyek ini. Berikut beberapa pengertian tema: 1). Arsitektur Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab9. Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasilhasil proses perancangan tersebut. 2). Vernakular Kata Vernakular berasal dari vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli (native). Maka vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Paul Oliver dalam bukunya Ensikolopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur vernakular konteks dengan lingkungan sumber daya setempat yang dibangun oleh suatu masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Arsitektur vernakular ini terdiri dari rumah dan bangunan lain seperti lumbung, balai adat dan lain sebagainya. Beberapa rangkuman pengertian vernakular arsitektur: " Vernacular architecture owes its spectacular longevity to a constant redistribution of hard-won knowledge, channeled into quasi-instinctive reactions to the outer world. " Vernacular architecture is the manual-artisan culture of building, based on tectonic logic..."

9

Britannica, Encyclopaedia, www.tripod.com

60

"Building is a craft culture which consists in the repetition of a limited number of types and in their adaptation to local climate, materials and custom. " Vernacular buildings are built by ordinary people who possess principles, or patterns, that have traditionally been handed over from generation to generation. A living pattern language is essential to true vernacular construction by those not trained in architecture.

4.2

Intrepertasi Tema

Arsitektur Vernakular sering juga disamakan dengan arsitektur tradisional. Josep Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Kemudian, Ismunandar menjelaskan bahwa arsitektur traditional, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin. Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan dengan modern. Di Indonesia, sebutan yang berasal dari kata Belanda traditionell Architectuur, pada waktu itu istilah ini diberikan untuk karya-karya arsitektur asli daerah di Indonesia, salah satu alasannya adalah untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan berkembang dan merupakan karakteristik suku-suku bangsa di Indonesia dari jenis arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan perkembangan arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial Belanda.

Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di Indonesia sama artinya dengan adat (custom), kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali bangunan tradisional disebut dengan rumah adat. Pada prinsipnya, baik di dunia global dan Indonesia, kata tradisional diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Selain itu, istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan vernakular arsitektur yaitu arsitektur rakyat (Folk Architecture), arsitektur lokal atau kontekstual (indigenous architecture) bahkan ada juga yang kemiripan dengan arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara garis arsitektur rakyat diartikan sebagai arsitektur yang menyimbolkan budaya suatu suku bangsa dengan beberapa atribut yang melekat dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau kontekstual, adalah arsitektur yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan lingkungan serta arsitektur alamiah adalah arsitektur yang

61

dibangun oleh satu masyarakat berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar manusia. Terdapat beberapa perdebatan tentang sebutan yang tepat bagi arsitektur Indonesia ini, akan tetapi karena kemiripan makna dan arti satu dengan yang lainnya yang semuanya terangkum dalam pengertian arsitektur vernakular seperti yang di jelaskan oleh Paul Oliver dalam bukunya Ensiklopedia Vernacular Architecture

Konsep arsitektur vernakular selaras dengan latar belakang pendirian Taman Budaya Pakpak yang mengangkat potensi kebudayaan daerah Pakpak.

4.2.1

Ciri Arsitektur Vernakular Indonesia

Indonesia adalah negara kaya dengan ratusan etnis yang mana setiap etnis memiliki kekhususan budaya tersendiri, sehingga terdapat pula ratusan tipe rumah vernakular di Indonesia. Dari semua tipe tersebut, terdapat beberapa tipe yang memiliki keunikan dan karakteristik yang sangat kuat seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1 Ragam Rumah Tradisional Indonesia (Sumber: www.usu.ac.id/ELearning/SejarahDanTeoriArsitektur203/Textbook/Bab209)

Dari keberagaman arsitektur vernakular Indonesia, jika ditelusuri terdapat kesamaan dari keberagaman tersebut yang berasal dari akar yang sama yaitu budaya

62

Austronesia. Bahkan kesamaan dari keberagaman itu juga terlihat dari pada arsitektur non-austronesia seperti Papua. Kesamaan ciri-ciri arsitektur vernakular Nusantara yang juga merupakan ciri dari arsitektur austronesia10: Tipe rumah panggung

Sebagian besar rumah vernakular Indonesia kecuali rumah Jawa, Bali, Lombok dan Papua, menggunakan struktur rangka tiang kayu atau tipe rumah panggung sebagai upaya adaptasi dengan iklim dan geografi, menggunakan sistem sambungan tarik dan tekan (sistem pen) tanpa menggunakan paku dan sistem cros-log foundation (balok kayu yang saling tumpang tindih secara horizontal). Tiang bangunan mempunyai alas batu.

Tiang tidak ditanam didalam tanah, melainkan beralas batu sehingga lebih fleksibel ketika ada guncangan atau gempa. Lantai bangunan didukung oleh tiang dan balok kayu yang saling mengikat satu sama lain, biasanya tanpa menggunakan paku. Pemanjangan bubungan atap sering dangan sopi-sopi mencondong keluar.

Seringkali pemanjangan dibuat lekukan sehingga menimbulkan daya tarik estetis. Dominasi atap tampak pada keseluruhan bangunan. Proporsi atap lebih besar dari pada badan dan kaki (bagian bawah) bangunan. Selain itu itu atap pelana (saddle roof) lebih umum digunakan. Memiliki ornamen pada dinding penutup atap (gable end) yang menyimbolkan status sosial, kekuasaan dan karakteristik budaya.

Tipikal perkampungan di Indonesia pada dasarnya menggambarkan respon terhadap kondisi alam, tatanan sosial, sistem bercocok tanam, dan kosmologi masyarakat yang mendiaminya. Konsep ruang dalam tatanan rumah dan kampung merupakan bagian penting dari tradisi vernakular.

10

www.usu.ac.id/ELearning/SejarahDanTeoriArsitektur203/Textbook/Bab209.htm, diunduh

tanggal 20 Juli 2009.

63

Di Indonesia, terdapat dua tipe tatanan permukiman dan rumah dari kampungkampung tradisional yaitu linear dan konsentris. Di masa mendatang tatanan ini mengalami evolusi dalam perkembangannya seperti bentuk radial pada kampung di Sumba Barat dan Ruteng di Flores, begitu pula bentuk huruf T pada kampung di Nias Selatan (Bawomataluo) dan bentuk silang (cross type) pada kampung di Bali juga terdapat di pedalaman Sumatra, Nias, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan beberapa wilayah di Jawa.

Bangunan pada kampung bersifat linear letaknya berbaris dan berhadapan satu sama lainnya, diantara barisan bangunan tersebut terdapat ruang bersama yang digunakan untuk berbagai macam kegiatan seperi berkumpul, pemujaan atau ritual keagamaan, acara kesenian dan lain sebagainya. Pada ruang terbuka ini pula sering ditempatkan batu megalith, tugu dan tiang sakral keagamaan seperti halnya yang nampak pada kampung-kampung di Nias dan Sumba. Bangunan pemimpin (chief house) atau raja ditempatkan didekat batu atau tugu tersebut atau di ujung pelataran yang membelah barisan rumah dan menjadi akhir dari deretan rumah dan kampung, tetapi ada juga yang ditempatkan di tengah-tengah barisan seperti halnya pada permukiman di Batak Toba.

Ditinjau dari fungsinya, bangunan vernakular Indonesia umumnya terdiri dari tiga bagian ; rumah tinggal, bale adat atau ruang pengadilan atau ruang musyawarah, dan lumbung. Letak ketiga bangunan tersebut bisa saling berhadapan seperti halnya yang terjadi di perkampungan Batak Toba dan Bali Aga.

Konsep tatanan ruang dalam rumah umumnya sama dengan konsep tantanan ruang dalam satu perkampungan. Pembagian ruang dapat dikategorikan secara vertikal dan horizontal, seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pembagian ruang ini sebagai respon terhadap sistem sosial kekerabatan, kosmologi dan kondisi alam sekitar.

Secara horizontal, terdapat bagian dari rumah yang dianggap paling sakral atau suci adalah bagian yang paling dalam atau belakang, sehingga menjadi tempat pemujaan atau penyimpanan benda-benda keramat atau warisan leluhur. Di dalam rumah Jawa, ruang yang paling suci berada pada bagian inti rumah yang disebut dengan dalem tepatnya di Senthong. Di rumah Batak Toba, bagian yang paling inti atau penting yaitu terletak pada sisi sebelah kanan belakang dari interior rumah yang diebut dengan jabu bona.

64

Secara vertikal, pembagian ruang terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah, dengan bagian atas sebagai ruang yang paling sakral sehingga barang-barang yang dianggap keramat disimpan di dalam ruang atas ini. Ruang tengah, adalah untuk kehidupan manusia dan ruang bawah adalah untuk binatang ternak atau gudang. Pembagian atas tiga bagian ini (tripatite) dipengaruhi oleh kondisi alam dan kosmologi dari masyarakatnya.

Umumnya masyarakat primitif memiliki kepercayaan terhadap pembagian dunia atau alam ke dalam tiga bagian yaitu dunia atas sebagai tempat para dewa, dunia tengah bagi kehidupan manusia, dan dunia bawah bagi roh-roh jahat. Dari segi bentuk dan morphologi ruang, umumnya rumah vernakular di Indonesia terdiri dari persegi panjang dan bujur sangkar seperti halnya rumah Aceh, Melayu, Batak, Nias Selatan, Mentawai, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Sumba.

Namun ada juga yang menggunakan bentuk lingkaran dan ellips seperti rumah di Nias Utara, Lombok dan Papua. Bentuk dan organisasi ruang bergantung kepada kebiasaan dan adat istiadat setempat. Beberapa rumah vernakular Indonesia merupakan tipe rumah komunal artinya terdapat beberapa keluarga yang memiliki kekerabatan dengan beberapa generasi yang berbeda, tinggal dalam satu rumah besar seperti rumah Batak Toba, Karo, Mingkabau, Mentawai, Kalimantan, Lio (Flores), Sumba. Keluarga tersebut menempati masing-masing ruang dengan masing masing letak yang telah disepakati, ada yang hanya dibatasi oleh dinding ada pula yang dibatasi oleh perbedaan tinggi lantai, alas (tikar) saja. Ruang-ruang tersebut dihubungkan oleh ruang bersama. Umumnya dalam satu rumah terdapat pemimpin sebagai kepala suku mendiami salah satu ruang yang dianggap paling utama.

Salah satu ciri arsitektur vernakular adalah menggunakan bahan yang alami dan teknik konstruksi yang sederhana dengan cara menyusun tiang dan balok. Penyatuan semua bagian bangunan dilakukan dengan cara membentuk dan menyambung bagian kayu dengan beberapa alat khusus sederhana seperti kampak, gergaji, pahat, golok (parang). Untuk kemudahan pemasangan, seringkali tiang dan balok disambung di tanah sebelum diletakkan di atas batu pondasi. Penyusunan tiang dan balok pada prinsipnya tidak menggunakan paku, tapi menggunakan sambungan lubang dengan pasak, sambungan pangku dan sambungan takik. Susunan tiang-tiang tersebut bersandar di atas batu pondasi dengan stabilitas didapat dari rel-rel melintang yang masuk ke lubang yang dibuat di dalam tiang.

65

Penyusunan tiang dan balok pada prinsipnya tidak menggunakan paku, tapi menggunakan sambungan lubang dengan pasak, sambungan pangku dan sambungan takik. Susunan tiang-tiang tersebut bersandar di atas batu pondasi dengan stabilitas didapat dari rel-rel melintang yang masuk ke lubang yang dibuat di dalam tiang.

4.2.2

Studi Banding Tema

1. Taman Budaya Jawa Barat Taman Budaya berdiri diawali dari munculnya sebuah gagasan, yang kemudian memiliki peran besar terhadap lahirnya Taman Budaya. Gagasan itu datang dari Ida Bagus Mantra, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan. dan

Kebudayaan pada waktu itu.Pada sekitar awal tahun 1970an, saat beliau berkunjung ke beberapa negara di luar negeri menjumpai pusat kebudayaan dan kesenian yang begitu maju dan hidup dengan didukung oleh sarana prasarana yang sangat memadai seperti gedung pertunjukkan, galeri seni, teater terbuka, ruang workshop, dan lainlain yang sangat integratif. Hal tersebut memberikan inspirasi bagi dirinya untuk mendirikan pusat kebudayaan di seluruh provinsi di Indonesia sebagai "etalase" seni budaya yang ada di daerah. Setelah melalui pengkajian yang cukup panjang, termasuk dengan para budayawan, maka pada tahun 1978 dikeluarkanlah SK Mendikbud RI nomor 0276/0/1978 serta sesuai dengan masterplan Bappenas, saat itu direncanakan akan dibangun Taman Budaya tipe A di 8 provinsi termasuk Taman Budaya Jawa Barat. Menindaklanjuti hal tersebut dan dengan memenuhi ketentuan yang disyaratkan bahwa Taman Budaya harus berlokasi di Ibu Kota Provinsi, memiliki luas areal 4 hektar, ditunjang dengan 30 komponen unit bangunan, serta pengadaan tanah menjadi tanggung jawab daerah setempat. Maka Drs. Taudin Iskandar selaku Kepala Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud) Provinsi Jawa Barat pada saat itu, mengajukan usulan alternatif lokasi pembangunan Taman Budaya Jawa Barat kepada Gubernur Jawa Barat, H. Aang Kunaefi. Komplek Balai Pengelolaan Taman Budaya Propinsi Jawa Barat dibangun dengan sentuhan arsitektur Parahyangan berada di kawasan Bandung Utara, terletak pada ketinggian 600 m di atas permukaan air taut. Letak Geografis yang cukup menguntungkan. Balai Pengelolaan Taman Budaya menawarkan alternatif wisata alam panorama kota Bandung slang atau malam hari.

66

Kehadiran Balai Pengelolaan Taman Budaya sebagai salah satu kantung kegiatan kesenian di Kota Bandung (khususnya), slap menggelar karya seniman kreatif produktif balk karya seni tradisional maupun modern. Selanjutnya kami tawarkan dan informasikan fasilitas yang ada (saat ini) di Balai Pengelolaan Taman Budaya. Memberikan pelayanan yang baik dan proporsional adatah komitmen kami sekarang dan seterusnya. Fasilitas yang terdapat pada area ini adalah: a. Gedung Teater Terbuka Tempat pertunjukan yang berlokasi bekas Restaurant Dago Tea House dengan luas 1.500,00 m2 memuat 1.200 penonton dengan luas panggung atas 16 x 7 m dan luas panggung bawah 25 x 11,8 m. Konsep ruang pertunjukan terbuka (open air) dengan latar belakang panorama Kota Bandung, jika tidak ada pertunjukan di malam hari, pengunjung masih dapat menikmati panorama Kota Bandung dan sekitarnya, lengkap dengan hidangan yang tersedia di Cafetaria Boga Kuring yang berada disekitar Teater Terbuka. Teater Terbuka dilengkapi pula dengan ruang rias artis sebelah kiri dan kanan yang dilengkapi dengan 2 buah toilet, ruang tunggu pemain, ruang operator, toilet penonton sebanyak 8 buah, lampu penonton hologen 350 watt sebanyak