bab vi

10
PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT BAB VI EVALUASI PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL Dalam sebuah pelaksanaan proyek, berbagai permasalahan baik teknis maupun manajemen merupakan suatu hal yang biasa ditemui. Biasa dalam pengertian bahwa sebuah perencanaan dan metode dalam pelaksanaan proyek seringkali tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Begitipula dengan kondisi yang terjadi pada proyek Solo Center Point, dimana PT. Mukti Adhi Sejahtera sebagai kontraktor utama seringkali terbentur dengan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dalam memanajemen berbagai permasalahan tersebut memang telah diantisipasi dengan perencanaan metode yang menjadi acuan dalam pekerjaan lapangan, penjadwalan, rapat koordinasi, dan monitoring di lapangan. Namun karena banyaknya item pekerjaan tersebut dan di satu sisi dikejar oleh jadwal penyelesaian, maka permasalahan tersebut seringkali muncul secara overlap. Berbagai VI-1 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Upload: maulinatayangpindho

Post on 23-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN KERJA PRAKTEK ARSITEKTUR

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

BAB VI

EVALUASI PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING

ARSITEKTURAL

Dalam sebuah pelaksanaan proyek, berbagai permasalahan baik teknis

maupun manajemen merupakan suatu hal yang biasa ditemui. Biasa dalam pengertian

bahwa sebuah perencanaan dan metode dalam pelaksanaan proyek seringkali tidak

sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Begitipula dengan kondisi yang terjadi pada

proyek Solo Center Point, dimana PT. Mukti Adhi Sejahtera sebagai kontraktor

utama seringkali terbentur dengan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan

pekerjaan di lapangan.

Dalam memanajemen berbagai permasalahan tersebut memang telah

diantisipasi dengan perencanaan metode yang menjadi acuan dalam pekerjaan

lapangan, penjadwalan, rapat koordinasi, dan monitoring di lapangan. Namun karena

banyaknya item pekerjaan tersebut dan di satu sisi dikejar oleh jadwal penyelesaian,

maka permasalahan tersebut seringkali muncul secara overlap. Berbagai

permasalahan yang ditelaah dan dievaluasi adalah sebagai berikut:

VI.1. Permasalahan Teknis

VI.1.1. Pekerjaan plester dan acian

Siklus cuaca dari dingin ke panas dan sebaliknya dapat menyebabkan

terjadinya muai susut pada material pada kondisi yang berbeda. Akumulasi dari

pengaruh ini dapat menyebabkan dinding menjadi retak.

VI-1 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 2: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

Perkaratan pada logam seperti besi beton dan kusen dari logam akan

menyebabkan berkurangnya daya dukung logam tersebut. Apabila logam tersebut

menempel pada dinding atau mendukung struktur beton, maka perkaratan ini akan

meyebabkan retak pada struktur maupun partisi.

Perkuatan yang menggunakan besi baja harus diselimuti beton dengan tebal

maksimum 20mm. Untuk keperluan expose besi baja harus digalvanis. Retak karena

karat bisa diperbaiki hanya setelah karatnya dihilangkan. Pemakaian material yang

salah merupakan penyebab utama terjadinya retak pada bangunan.

1. Retak pada plester

Retak ini disebabkan antara lain oleh:

Terlalu banyak/terlalu sedikit air

Persiapan substrate yang buruk

Dinding terlalu kering

Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angina kencang

Retak ini hanya akan terjadi pada lapisan plester sajadan tidak akan menembus

pasangan bata maupun beton. Kesalahan aplikasi maupun kesalahan pemakaian

produk dapat dihindari dengan pengawasan yang intensif di lapangan.

Gambar VI.1. Retak pada plesteran

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

VI-2 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 3: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

2. Retak pada acian

Retak pada acaian bisa disebabkan karena plester di dinding yang terlalu kering

ataupun kurang digosok pada waktu di aci. Retak pada acian ini bisa diberi semen

grouting khusus untuk finishing retakan.

Gambar VI.2. Retak pada acian

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

3. Retak pada pemasangan conduit (pipa kabel listrik)

Chipping untuk menanam kabel (conduit) setelah dinding diplester juga

merupakan penyebab retak yang sering ditemui. Pastikan pekerjaan pemasangan

conduit telah selesai sebelum memulai pekerjaan plesteran dinding pada kedua

sisinya. Ketebalan plesteran harus sama pada suatu bidang, perbedaan ketebalan

akan menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda dan akibatnya akan

terjadi retak pada plesteran yang paling tipis.

VI-3 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 4: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

Gambar VI.3. Retak pada pemasangan conduit

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

VI.1.2. Pekerjaan pemasangan partisi gypsum

1. Partisi gypsum salah posisi

Pemasangan partisi gypsum yang salah posisi bisa dikarenakan kesalahan pada

markingan atau pemasangan partisi yang tidak mengikuti markingan. Solusinya

partisi gypsum dibongkar dan dipasang kembali menurut markingan yang benar.

2. Pemasangan sekrup yang tidak benar

Sekrup dipasang sejajar antara sekrup yang satu dengan sekrup yang lain. Karena

dikejar schedule pekerjaan, hal-hal yang kelihatan kecil seperti ini kadang tidak

diperhatikan. Untuk memasang panel gypsum pada rangka partisi, sekrup

seharusnya dipasang secara bersilangan untuk mencegah keretakan menjalar.

VI-4 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 5: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

VI.1.3. Pemasalahan pekerjaan opening pada dinding

1. Opening terlalu sempit

Permasalahan pada pemasangan kusen adalah jika opening yang dibuat terlalu

sempit, sehingga kusen tidak dapat terpasang. Solusinya adalah dengan

melakukan pembobokan pada opening agar diperoleh opening yang lebih lebar

dan kusen dapat terpasang.

VI.1.4. Permasalahan pekerjaan keramik

1. Keramik tidak rata

Keramik yang tidak rata bisa disebabkan karena saat pemasangan keramik tidak

dipukul dengan menggunakan palu karet sehingga kepadatan dibawah masing-

masing keramik berbeda. Keramik yang tidak rata atau lurus dibongkar dan

dilakukan pemasangan ulang. Saat pemasangan, keramik dipukul-pukul

menggunakan palu karet bertujuan untuk mendapatkan kepadatan dan air

semennya keluar. Selama pemasangan, elevasi dan leveling harus selalu dicek.

Pemasangan keramikpun harus memakai benang agar pasangan keramik lurus.

Gambar VI.4. Keramik tidak rata

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

VI-5 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 6: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

2. Nad keramik terlalu lebar

Nad pasangan keramik terlalu lebar yaitu + 8 mm, dimana standar nad pasangan

keramik adalah + 4 mm. Penyebabnya bermacam-macam salah satunya karena

keramik yang tidak presisi atau pekerjaan pemasangan yang tidak mengikuti

markingan.

3. Keramik rusak

Akibat pesangan keramik yang tidak sesuai dengan gambar, keramik yang sudah

dipasang perlu dipotong menggunakan gerinda. Pemotongan ini menyebabkan

keramik rawan rusak. Pemotongan keramik sebaiknya dilakukan dilakukan

sebelum keramik dipasang. Hendaknya lebih teliti dalam pembacaan gambar

kerja agar tidak terjadi kesalahan dan hasil akhir sesuai dengan rencana.

4. Pemasangan keramik belum selesai

Karena kesalahan terjadi pada pemasangan pipa air, pekerjaan keramikpun

ditunda sampai pemasangan pipa diperbaiki. Untuk itu hendaknya pemasangan

pipa mengikuti markingan.

Gambar VI.5. Pemasangan keramik belum selesai

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

VI-6 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani

Page 7: BAB VI

PELAKSANAAN TEKNIS FINISHING ARSITEKTURAL PROYEK SOLO CENTER POINT

VI.1.5. Permasalahan pekerjaan langit-langit

1. Rangka plafon melendut

Rod hanger merupakan perkuatan pada rangka utama C Chanel. Pemasangan rod

yang tidak tepat membuat rot lepas dari dak beton. Akibatnya rangkapun jatuh

sehingga wall angle yang minim perkuatan tidak kuat menahan beban dalam

rangka dan melendut. Pemasangan rod hanger hendaknya lebih diperhatikan lagi

karena merupakan perkuatan utama rangka plafon. Perkuatan wall angle dengan

dinding pun jangan sampai terlewat.

VI.2. Permasalahan Non Teknis

1. Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)

Dalam pengerjaan Proyek Solo Center Point, seringkali tukang tidak menepati

peraturan mengenai keamanan dan keselamatan kerja (K3), walaupun salah satu

persyaratan untuk dapat memasuki kawasan proyek adalah wajib menggunakan

helm proyek dan sepatu yang aman, namun karena alasan ketidaknyamanan,

persyaratan inipun dilanggar oleh beberapa tukang.

Solusi: Dioptimalkan pengawasan terhadap pekerja, karena keamanan dan

keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting.

2. Keterlambatan pengerjaan

Pencapaian pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya kurangnya tenaga kerja.

Solusi : Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai target, hendaknya tenaga

kerja yang ada dioptimalkan serta pengawasan ketat terhadap mutu pekerjaan

hendaknya diterapkan.

VI-7 Etika dan Praktik Profesi Arsitektur | Astrid Primawardani