bab v nani

17
31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi terletak di Kecamatan Wawotobi ± 7 km pusat kota Unaaha Kabupaten Konawe, dan ± 63 km dari pusat Kota Propinsi Sulawesi Tenggara Kendari ,dengan batas wilayah ; a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamelai Kecamatan Meluhu b. Sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Bungguosu Kecamatan Konawe. c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Waturai Kecamatan Wonggeduku. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tuoy Kecamatan Unaaha Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi meliputi 12 Puskesmas dan 7 Desa definitif, pada umumnya

Upload: haikal-richal-lasandara-malaka

Post on 08-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hihhhuuhu

TRANSCRIPT

37

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian1. Letak Geografis Wilayah kerja Puskesmas Wawotobi terletak di Kecamatan Wawotobi 7 km pusat kota Unaaha Kabupaten Konawe, dan 63 km dari pusat Kota Propinsi Sulawesi Tenggara Kendari ,dengan batas wilayah ; a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamelai Kecamatan Meluhu b. Sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Bungguosu Kecamatan Konawe.c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Waturai Kecamatan Wonggeduku.d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tuoy Kecamatan UnaahaWilayah kerja Puskesmas Wawotobi meliputi 12 Puskesmas dan 7 Desa definitif, pada umumnya adalah dataran rendah dan potensial untuk area persawahan dan terdiri atas dua iklim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. 2. Keadaan Demografi

31Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Wawotobi pada tahun 2015 mencapai 20.177 jiwa atau 4.597 (kk) sedangakan luas wilayah 67,7 km.3. Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Wawotobi bermata pencaharian sebagai PNS ,Wiraswasta,TNI POLRI ,Petani. Secara umum pendapatan atau penghasilan rata-rata sudah mencukupi kebutuhan keluarga4. AgamaPenduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Wawotobi pada umumnya penganut Agama Islam 99% dan selebihnya Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha.5. BudayaPenduduk wilayah kerja Puskesmas Wawotobi terdiri dari bermacam-macam suku, mayoritas adalah suku Tolaki, Bugis, Makassar, Jawa, Tator, Buton, dan Muna.6. Sarana PendidikanSarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi pada dasarnya telah cukup memadai mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.7. Jenis Ketenagaan Jenis ketenagaan yg ada di Puskesmas Wawotobi sebagi berikut : Dokter Umum 1 orang, S1 Ekomomi 1 orang, SKM 3 orang, Bidan 9 orang, Perawat 21 orang, Kesling 1 orang, Gizi 4 orang, Perawat gigi 1 orang, SMU 1 orang, PPPM 1 orang, D3 Farmasi 1 orang, S1 Farmasi 1 orang.

8. Sarana KesehatanSarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Wawotobi terdiri atas : Puskesmas Induk 1 buah, Pustu 6 buah, Polindes 12 buah, Posyandu 19 buah.

B. Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Wawotobi Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Penelitian di lakukan pada tanggal 20 Februari sampai 6 Maret 2015.Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut :1. Karakteristik Umum Respondena. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

Tabel 5.1Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

Umur JumlahPresentasi

< 20 Tahun 20 - 30 Tahun30 - 40 Tahun22324622,032,046,0

Jumlah100100 %

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015Tabel 5.1 Menunjukan bahwa kelompok umur responden yang terbanyak yaitu antara umur 30 - 40 dengan jumlah 46 orang (46,0 %) dan yang paling sedikit antara umur > 20 yaitu 22 orang (22,0%) dari 100 sampel yang diteliti.b. Distribusi Responden Menurut Tingkat PendidikanTabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PendidikanJumlahPresentasi

Tidak SekolahSDSLTPSLTADiploma/PT9162147716,09,021,047,07,0

Jumlah 100100 %

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015

Tabel 5.2 Menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu tamat SLTA sebanyak 47 orang (47,0%) dan yang paling sedikit Diploma/PT yaitu 7 orang (7,0%) dari 100 sampel yang diteliti.c. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan RespondenTabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PekerjaanJumlah Persentase

Tidak BekerjaPetaniPNSWiraswasta114216313,083,07,07,0

Jumlah 100100%

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015Tabel 5.3 Menunjukan distribusi berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak yaitu petani sebanyak 42 orang (42,0%) dan yang paling sedikit tidak bekerja yaitu 11 orang (11,0%) dari 100 sampel yang diteliti.2. Analsisi Univariata. Pengetahuan Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Respendon Menurut Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PengetahuanJumlahPersentase

TinggiRendah673367,033,0

Total 100100

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015Berdasarkan data pada tabel 5. 4 di atas didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tinggi pada responden tentang alat kontrasepsi IUD lebih banyak dari tingkat pengetahuan rendah. Tingkat pengetahuan responden tentang alat kontraspsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 kategori tinggi sebanyak 67 responden (67,0%) dan berpengetahuan rendah sebanyak 33 responden (33,0%).

b. Sikap Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Respendon Menurut Sikap Tenteang Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PengetahuanJumlahPersentase

Sikap PositifSikap Negatif396139,061,0

Total 100100

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015

Berdasarkan data pada tabel 5.5 di atas didapatkan hasil bahwa sikap responden tentang alat kontrasepsi IUD yang menunjukan sikap negatif lebih banyak dibandingkan sikap positif. Sikap responden tentang alat kontraspsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 menunjukan sikap negatif sebanyak 61 responden (61,0%) sedangkan sikap negatif sebanyak 39 responden (39,0%).c. MotivasiTabel 5.6Distribusi Frekuensi Respendon Menurut Motivasi Tentang Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PengetahuanJumlahPersentase

Motivasi TinggiMotivasi rendah237723,077,0

Total 100100

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015

Berdasarkan data pada tabel 5.6 di atas didapatkan hasil bahwa motivasi responden tentang alat kontrasepsi IUD, menunjukan motivasi rendah lebih banyak dibandingkan motivasi tinggi. Motivasi responden tentang penggunaan alat kontraspsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 menunjukan motivasi rendah sebanyak 77 responden (77,0%) sedangkan motivasi tinggi sebanyak 23 responden (23,0%).d. Pengguna Alat Kontrasepsi IUDTabel 5.7Distribusi Frekuensi Pengguna Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015

PengetahuanJumlahPersentase

Menggunakan IUDTidak Menggunakan IUD6946,094,0

Total 100100

Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2015Berdasarkan data pada tabel 5.7 di atas didapatkan hasil bahwa pengguna alat kontraspsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 yang terbanyak adalah tidak menggunakan IUD sebanyak 94 responden (94,0%) sedangkan yang menggunakan sebanyak 6 responden (6,0%).

C. Pembahasan1. Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden menunjukan hasil, tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD dengan kateori tinggi sebanyak 67 responden (67,0%), sedangkan sisanya kategori rendah sebanyak 33 responden (33,0%). Jadi tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 adalah tinggi.Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Reza (2009) di Puskesmas Kampung Baru Padusuman Kota Pariaman, dimana menunjukan pengetahuan responden baik (71,2%) tentang alat kontrasepsi IUD.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).Tingkatan pengetahuan dimulai dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang metode kontrasepsi IUD dapat diperoleh ibu dari tenaga kesehatan, buku, maupun informasi dari media massa (radio, televisi, majalah, dan surat kabar). Tingkat pengetahuan yang paling rendah dimulai dari tahu (know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi ibu dapat memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis, dan pada tingkat yang paling tinggi ibu mampu melakukan penilaian terhadap metode kontrasepsi IUD. Sehingga diharapkan ibu secara sadar memilih dan memakai kontrasepsi yang sesuai dengannya.2. Sikap Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden menunjukan hasil, sikap responden tentang alat kontrasepsi IUD terbanyak pada sikap negatif sebanyak 61 responden (61,0%), sedangkan sisanya kategori sikap positif sebanyak 39 responden (39,0%). Jadi sikap responden tentang alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 adalah negatif.Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang ibu mempunyai sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang dengan pengetahuan yang cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan ibu tersebut tidak akan menggunakan atau memilih alat kontrasepsi jangka panjang.Menurut hasil penelitian Yusro Hadi (2008) bahwa tidak selamanya pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi untuk berbuat sesuatu, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya.3. Motivasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden menunjukan hasil, motivasi responden tentang alat kontrasepsi IUD terbanyak pada motivasi rendah sebanyak 77 responden (77,0%), sedangkan sisanya kategori motivasi tinggi sebanyak 23 responden (23,0%). Jadi motivasi responden tentang penggunaan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2015 adalah rendah. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Miranti Mega Puspita (2012) di Puskesmas Bungus Kota Padang, dari penelitian yang dilakukan pada 54 akseptor KB lebih dari separuh responden yang memiliki motivasi rendah (59,3%).Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Berdasarkan analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh responden yang memiliki motivasi kurang untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. 4. Penggunaan Alat Kontrasepsi IUDBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden menunjukan hasil, terbanyak pada responden yang tidak menggunakan IUD sebanyak 94 responden (94,0%) sedangkan sissanya pada responden yang menggunakan IUD sebanyak 6 responden (6,0%).Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza (2009) di Puskesmas Kampung Baru Kota Pariaman, dimana pengguna IUD juga sangat rendah (6,8%), sedangkan yang tidak menggunakan IUD sebanyak (93,2%).Menurut WHO (2010), menyatakan bahwa dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (umur, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi, frekuensi hubungan kelamin, hubungan dengan pasangan, pengaruh orang lain dalam mengambil keputusan, pentingnya kenyamanan metode), pertimbangan kesehatan, biaya, aksebilitas, dan lingkungan kebudayaan mereka. Dalam hal ini menurut analisis peneliti, dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit akseptor KB yang mau menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi pilihannya. sikap dan motivasi yang rendah dapat menyebabkan akseptor KB tidak memilih IUD sabagai kontrasepsi pilihannya. Dua variabel tersebut dapat dijadikan sasaran utama bagi tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi dalam meningkatkan penyuluhan dan informasi kepada akseptor KB mengenai metode kontrasepsi efektif IUD.