bab sembilan upaya peningkatan modal...

12
249 Bab Sembilan Upaya Peningkatan Modal Sosial Pengantar Peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui kelembagaan formal maupun informal. Peningkatan modal sosial melalui kelembagaan formal akan diuraikan bagaimana pembentukan koperasi akan meningkatkan modal sosial, khususnya dalam rangka untuk mewujutkan tercapainya kepentingan bersama. Demikian pula peningkatan modal sosial melalui kelembagaan non formal akan diuraikan tentang bagaimana komitmen pengusaha terhadap permenuhan kebutuhan pasar, serta harmonisasi antara bisnis dan hubungan sosial. Upaya peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui fasilitasi dari pemerintah. Selanjutnya akan diuraikan tentang bentuk-bentuk fasilitasi dari pemerintah yang akan dapat meningkatkan modal sosial, yang antara lain perkuatan pasar,sistem pemerintahan maupun dalam bentuk kebijakan (peraturan).

Upload: vuonghanh

Post on 22-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

249

Bab Sembilan

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Pengantar

Peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui kelembagaan formal

maupun informal. Peningkatan modal sosial melalui kelembagaan formal akan

diuraikan bagaimana pembentukan koperasi akan meningkatkan modal sosial,

khususnya dalam rangka untuk mewujutkan tercapainya kepentingan bersama.

Demikian pula peningkatan modal sosial melalui kelembagaan non formal

akan diuraikan tentang bagaimana komitmen pengusaha terhadap permenuhan

kebutuhan pasar, serta harmonisasi antara bisnis dan hubungan sosial.

Upaya peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui fasilitasi

dari pemerintah. Selanjutnya akan diuraikan tentang bentuk-bentuk fasilitasi dari

pemerintah yang akan dapat meningkatkan modal sosial, yang antara lain perkuatan

pasar,sistem pemerintahan maupun dalam bentuk kebijakan (peraturan).

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

250

Demikian juga diuraikan tentang bagaimana kondisi yang mempengaruhi

peningkatan modal sosial yang antara lain tentang pertumbuhan ekonomi maupun

perubahan teknologi

Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Formal

Dinamika klaster pada periode awal pertumbuhan/embrio, tumbuh

dan dewasa, serta penurunan dan transformasi menunjukkan bahwa

peranan kelembagaan sangat penting yang berfungsi dalam peningkatan

modal sosial. Seperti halnya di klaster cor logam, dimana pada awal

pertumbuhan/embrio tahun 1954 mula pertama dibentuk kelembagaan

koperasi yang berfungsi sebagai peningkatan modal sosial. Dengan adanya

koperasi maka tumbuh nilai-nilai kepercayaan dan kebersamaan dalam

melakukan kegiatan usaha. Misalnya dalam pengadaan bahan baku dan

pemasaran. Demikian pula ditunjukkan pada saat lembaga koperasi

diintervensi oleh kepentingan politik sehingga kelembagaan tidak

transparan menyebabkan modal sosial mengalami penurunan secara dratis

yang ditandai dengan dibubarkannya koperasi tersebut.

Pada tahun 1976 juga dibentuk kelembagaan koperasi Batur Jaya

untuk mengatasi modal sosial yang mulai menurun sebagai dampak dari

politik. Pada saat sekarang, peranan kelembagaan melalui koperasi Batur

Jaya yang dikelola secara lebih transparan dan demokratis. Dalam kondisi

tingkat persaingan yang ketat para pelaku usaha klaster yang merupakan

anggota koperasi masih menunjukkan loyalitas kepada koperasi dan

menunjukkan kecenderungan jumlah anggota yang semakin bertambah

dari tahun ke tahun. Kenyataan tersebut diatas, sebenarnya mematahkan

pendapat Bourdieu yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan

251

untuk membentuk suatu kelas sosial tertentu dalam rangka untuk

mempertahankan suatu status quo. Namun dalam kenyataannya bahwa

modal sosial yang dikelola secara transparan dan mempunyai manfaat

terhadap para pengrajin melalui suatu kelembagaan justru dapat lebih

memupuk modal sosial secara keseluruhan tanpa adanya suatu kelas.

Namun perlu diperhatikan seperti pendapat Coleman yang

mengatakan bahwa individu dalam mencapai sesuatu tujuan perlu suatu

kerjasama. Dalam kenyataannya apa yang ditemukan pada klaster logam

Ceper apabila dalam suatu kerja sama sudah tidak dapat memberikan suatu

manfaat lagi, ada kecendrungan akan meninggalkan komitmen yang ada di

dalam kelembagaan tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun

modal sosial dengan kerja sama dengan pihak lain.

Untuk memupuk modal sosial peranan kelembagaan sangat

penting, karena untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya suatu

kebersamaan yang diikat melalui kelembagaan. Fungsi kelembagaan

koperasi yang dikelola secara transparan dapat menciptakan modal sosial

yang cukup tinggi bagi para anggotanya, karena dengan pengelolaan

secara transparan maka para anggotanya merasa memperoleh manfaat

dengan adanya kelembagaan koperasi tersebut. Pengelolaan kelembagaan

secara transparan menjadikan modal sosial bukan sebagai sarana untuk

mempertahankan status quo, namun justru dapat melayani seluruh

anggotanya, seperti yang diungkapkan oleh Yuli.

”Koperasi Batur Jaya secara kelembagaan bagus, bahkan di

Indonesia menduduki peringkat pertama atau kedua. Keberhasilan

koperasi ditunjang oleh komitmen yang kuat dari para pengurus

untuk melaksanakan visi dan misi koperasi, disamping juga adanya

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

252

transparansi baik dalam memulai suatu order, penentuan harga,

maupun penentuan kontrak dengan para anggotanya. Semuanya

dilaksanakan dengan transparan. Model pembagian fee juga

dilakukan secara bersama-sama dengan anggota. Pembagiannya

adalah bagi anggota yang mendapatkan order maka akan dibeli

dengan harga yang sudah disepakati oleh koperasi, sedangkan bagi

anggota yang tidak mendapatkan order tetap mendapatkan fee

dari laba penjualan koperasi”.

Modal sosial akan tumbuh melalui kelembagaan apabila anggota

merasa bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya

kebersamaan di dalam organisasi, namun pada waktu tujuan tercapai dan

anggota merasa sudah berhasil, dimungkinkan anggota akan melepaskan

diri dari kelembagaan tersebut, sehingga modal sosial dalam kelembagaan

dipandang tidak perlu sebagaimana disampaikan oleh Anas Yusuf:

”Meskipun secara umum, peranan koperasi dan modal

sosial anggota sampai saat ini masih cukup bagus. Namun akhir-

akhir ini, koperasi mempunyai kendala dengan berkurangnya

para anggota yang sudah merasa maju untuk tidak terlibat

dalam kegiatan koperasi. Mula-mula para anggota tersebut,

belum mempunyai kemampuan yang cukup sehingga bergabung

dengan koperasi tetapi ketika sudah mapan, beberapa anggota

meninggalkan koperasi bahkan ada yang bersaing dalam ikut

order rem kereta api tahun 2009 dan ternyata dimenangkan oleh

orang tersebut. Sedangkan koperasi kalah bersaing”

253

Pelayanan kelembagaan dalam membangun modal sosial harus

mempunyai suatu strategi yang tepat. Sebagaimana yang disampaikan

Soeyitno sebagai berikut:

“Koperasi dalam memenuhi kepentingan anggotanya seharusnya

memberikan pelayanan khusus bagi kebutuhan para anggotanya,

diantaranya adalah kebutuhan mencari pasar dan pemenuhan

kebutuhan bahan baku yang diusahakan secara bersama. Apabila

koperasi memproduksi sendiri dan akhirnya juga bersaing dengan

anggotanya, maka akan melemahkan modal sosial di dalam Koperasi

itu sendiri”

Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Non Formal

Selain lembaga formal sebagaimana tersebut diatas, maka

peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui lembaga non formal.

Bentuk kerjasama bisnis non formal (lembaga) di dalam klaster, berupa

kerjasama bisnis melalui keluarga dan kegiatan (pertemuan) sosial.

Dalam kerjasama bisnis tersebut, melibatkan banyak pihak yang

tidak homogen sehingga untuk meningkatkan modal sosial perlu adanya

penyamaan persepsi yang dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:

dialog dan komunikasi secara intens, transparansi dan bersikap adil serta

menujunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Menurut para pelaku usaha

(Didik, Husain, Yahya, dll) bahwa modal sosial di masyarakat dapat

ditingkatkan melalui:

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

254

a) Komitmen Untuk Memenuhi Tuntutan Pasar Eksternal

Adanya tuntutan pasar terhadap kualias produk yang tinggi

menyebabkan pelaku usaha yang merasa kualitasnya rendah,

memberikan order kepada pelaku usaha lain yang kualitasnya

dianggap bisa memenuhi permintaan pasar tersebut. Pada kondisi

seperti ini, modal sosial dapat meningkat karena kepentingan

masing-masing individu terpenuhi dalam kegiatan bisnis. Artinya

pelaku usaha yang melimpahkan order mendapatkan fee atas jasa

informasinya sedangkan pelaku usaha yang melaksanakan order akan

mendapatkan keuntungan.

Demikian pula harga pembelian produk yang transparan

dan semua orang bisa menghitung produk tersebut, menyebabkan

persaingan menjadi lebih transparan, karena pelaku usaha yang

merasa tidak mampu memberikan harga yang sesuai akan mundur.

Perihal adanya syarat jadwal waktu penyelesaian produk secara ketat

dan banyaknya perusahaan pesaing, mendorong pengusaha untuk

mematuhi komitmen terhadap peyelesaiannya. Hal tersebut, untuk

membangun modal sosial kepercayaan kepada pelanggan dan pihak-

pihak lainnya.

Faktor lainnya yang mendorong masyarakat pelaku usaha

lebih berkomitmen yaitu adanya on line system pada Bank Indoneia

mengakibatkan para pelaku usaha untuk berusaha mentaati

pembayaran kredit bank. Apabila pelaku usaha menunggak

pembayaran kredit, maka akan diketahui oleh seluruh bank yang ada

di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan modal sosial kepercayaan

kepada eksternal menjadi terbangun.

255

b) Menjaga Harmonisasi Antara Bisnis Dengan Hubungan Sosial

Ada beberapa hal keharmonisasian di dalam klaster Ceper

tetap terjaga diantaranya adanya sikap para pengusaha besar walaupun

sudah tidak membutuhkan keberadaan order dari koperasi, namun

tetap menjaga koperasi agar tetap eksis dalam rangka memberikan

kesempatan pengusaha kecil untuk berusaha dan membangun modal

sosial kebersamaan. Demikian pula pelaku usaha di Ceper dalam

melakukan bisnis masih mengedepankan etika bisnis karena hampir

sebagaian besar pengusaha adalah keluarga. Dengan etika bisnis

tersebut, membuat modal sosial menjadi tinggi. Keberadaan latar

belakang budaya santri di Ceper, menyebabkan nilai-nilai agama

dijunjung tinggi oleh pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya.

Nilai-nila agama tersebut, mendorong peningkatan modal sosial

berupa kebersamaan, kepercayaan dan resiprositas (saling memberi).

Peningkatan Modal Sosial melalui Fasilitasi Pemerintah

Pelaku usaha didalam klaster mempunyai keterbatasan baik aspek

pasar, produksi, pengembangan teknologi serta pendanaan. Keterbatasan

tersebut dikarenakan skala usahanya relatif kecil. Adapun fasilitasi

Pemerintah yang diperlukan untuk terciptanya peningkatan modal sosial,

diantaranya:

a) Stimulasi Pemerintah Dalam Perkuatan Pasar, Kualitas Produk, dan

Pendanaan.

Seperti halnya pada fase tumbuh dan dewasa, tahun 1970-

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

256

1990, dimana Pemerintah Pusat memfasilitasi berbagai macam

diantaranya mendorong para BUMN untuk memberikan akses pasar

dan pengadaan bahan baku, bantuan peralatan yang memungkinkan

para pelaku usaha secara bersama-sama menggunakan alat tersebut

serta pengembangan teknologi. Fasilitasi tersebut berdampak pada

kebersaman para pelaku usaha.

b) Perkuatan Sistem Pemerintahan Dalam Era Desentralisasi.

Pada era sentralisasi, para pelaku usaha dalam klaster merasa

begitu banyak pendampingan baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi

maupun Pemerintah Kabupaten yang semuanya didukung oleh

tenaga profesional yang mengetahui tentang kondisi klaster tersebut.

Namun dalam kenyataan pada era desentralisasi seperti saat ini,

ditemui berbagai kelemahan yang menyebabkan klaster cor logam

Ceper merasa diperlakukan “pembiaran” oleh pemerintah.

Kelemahan tersebut, diantaranya keengganan Pemerintah

Pusat untuk memfasilitasi program di Ceper secara langsung karena

merasa kewenangan tersebut lebih banyak di Tingkat Daerah.

Demikian pula, di tingkat provinsi maupun daerah dalam era

desentralisasi menganut sistem kelembagaan miskin struktur kaya

fungsi yang mengakibatkan kelembagaan-kelembagaan di bidang

pengembangan industri dijadikan satu dengan lembaga lainnya.

Dengan kata lain, saat ini tidak ada lembaga pemerintah yang

menangani khusus klaster industri secara lebih fokus, termasuk Ceper.

Sehingga pada era desentralisasi diperlukan perkuatan

kerjasama baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten

untuk lebih fokus dalam pengembangan industri khususnya pada

257

klaster-klaster industri. Sedangkan perkuatan kelembagaan di Tingkat

Provinsi dan kabupaten kota lebih difokuskan pada pengembangan

industri melalui model pengembangan alastis.

c) Fasilitasi Peraturan yang Mendukung UMKM Dalam Era Globalisasi.

Adanya tekanan globalisasi mendorong adanya kompetisi

yang lebih terbuka, transparan dan kemudahan dalam prosedur

sistem pelelangan. Kondisi tersebut dalam kenyataannya, dengan

kemudahan sistem prosedur pelelangan yang sangat sederhana dan

mudah justru berdampak negatif, karena peserta lelang banyak diikuti

oleh perusahaan bukan produsen barang yang tentunya lebih efisien

dibanding koperasi produsen seperti halnya koperasi Batur Jaya.

Dampak negatif dari pelelangan terbuka tersebut, mengakibatkan

pemenang tender yang bukan produsen mengajak beberapa anggota

koperasi untuk bekerjasama dalam penyelesaian order tersebut.

Kondisi tersebut berdampak pada perusakan terhadap usaha-usaha

pemupukan modal sosial. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aturan

yang lebih ketat dalam pelelangan dan juga aturan-aturan yang

menunjukkan keberpihakan kepada koperasi.

Kebijakan pemerintah pada tataran mikro yang tepat akan

dapat meningkatkan modal sosial, hal ini dapat dilihat dari sejarah

dimana klaster logam yang tidak mempunyai peralatan permesinan,

dan diberikan bantuan permesinan yang dikelola secara bersama

melalui koperasi dirasakan mempunyai manfaat yang besar. Namun

akhir-akhir ini kebijakan pemerintah secara makro yang sangat

diilhami adanya pasar bebas telah meruntuhkan keberadaan modal

sosial, seperti yang diungkapkan oleh Yuli.

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

258

”Permasalahan klaster saat ini adalah dengan adanya Kepres

No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/jasa Pemerintah yang mempermudah usaha dalam

melakukan tender. Dengan tidak adanya perlakuan khusus

bagi koperasi akhirnya berdampak pada penuruan order

untuk koperasi. Saat ini memang sistem di Indonesia

benar-benar liberal, Pemerintah membiarkan pengusaha

bersaing bebas di pasar. Dengan adanya kemudahan dalam

melaksanakan tender dan syarat yang lunak, menyebabkan

banyak perusahaan yang hanya mempunyai ijin tapi tidak

mempunyai fabrikan akhirnya dapat memenangkan suatu

tender dengan harga yang sangat rendah yang akhirnya dapat

mengalahkan koperasi. Demikian juga anggota koperasi yang

merasa sudah kuat dan tidak mempunyai komitmen terhadap

koperasi, akhirnya juga dengan mudahnya mengikuti tender

dan akirnya dapat memenangkan tender walaupun harus

melakukan persaingan dengan koperasi”

Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Modal Sosial

Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian

yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh dan potensi

pasar yang berkembang mengakibatkan adanya suatu kerjasama yang

baik diantara UMKM. Namun sebaliknya pada perekonomian yang

menurun dan dibarengi dengan potensi pasar yang juga menurun maka

mengakibatkan persaingan yang tajam dan seringnya terjadi persaingan

yang tidak benar. Kenyataan tersebut seperti apa yang terjadi pada kondisi

259

klaster tumbuh dan dewasa (1970-1998), dimana pertumbuhan ekonomi

dan pasar untuk produk cor yang meningkat, yang mendorong adanya

kerjasama yang baik diantara pelaku usaha sehingga dapat dikatakan bahwa

pada periode tersebut modal sosial mengalami peningkatan. Sebaliknya

pada era setelah tahun 1998, setelah terjadi krisis ekonomi dimana tingkat

persaingan antar pelaku usaha didalam klaster semakin meningkat dan

mengakibatkan klaster mengalami trasformasi telah menunjukan bahwa

modal sosial pada era tersebut mengalami penurunan.

Demikian pula perubahan teknologi yang lebih canggih dan lebih

kompleks yang diupayakan oleh masing-masing anggota berdampak

negatif pada modal sosial. Hal ini dikarenakan anggota yang memproduksi

suatu produk dengan teknologi lebih canggih dapat mengerjakan produk

secara mandiri tanpa melibatkan dukungan industri lainnya (subcontract).

Dengan demikian usaha yang sebelumnya dapat dilakukan secara

bersama, kemudian dikerjakan secara mandiri. Hal tersebut berdampak

pada penurunan pemupukan modal sosial. Kondisi ini akan berbeda,

apabila teknologi yang canggih dengan investasi yang besar disediakan

oleh koperasi, sehingga anggota tidak perlu melakukan investasi sendiri,

namun cukup menggunakan secara bersama. Dengan demikian modal

sosial akan meningkat.

Kesimpulan

Keberadaan modal sosial sangat penting bagi perkembangan klaster,

sehingga perlu terus didorong dan dikembangkan. Peningkatan modal

sosial dapat diupayakan melalui kelembagaan formal maupun informal,

serta fasilitasi pemerintah.

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

260

Keberadaan lembaga formal, seperti koperasi, yang dikelola secara

bersama dan transparan memiliki peranan yang sangat penting bagi

upaya menciptakan dan meningkatkan keberadaan dan fungsi modal

sosial. Pengelolaan kelembagaan secara transparan menjadikan modal

sosial bukan sebagai sarana untuk mempertahankan status quo, namun

justru dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak. Sedang

peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui lembaga non

formal berupa kerja sama bisnis keluarga melalui keluarga dan kegiatan

(pertemuan) sosial yaitu dengan cara mempunyai komitmen terhadap

pemenuhan tuntutan pasar maupun menjaga harmonisasi antara bisnis

dan hubungan sosial

Fasilitasi pemerintah dalam meningkatkan modal sosial pada klaster

dapat diupayakan melalui stimulasi dalam perkuatan pasar, kualitas produk

dan pendanaan, demikian pula pemerintah perlu mengadakan perkuatan

sistem pemerintahan dalam era desentralisasi, sehingga perhatian dalam

pengembangan industri UMKM melalui klaster akan lebih terfokus. Tidak

kalah pentingnya dalam peningkatan modal sosial di dalam klaster adalah

perlu adanya fasilitasi peraturan yang mendukung UMKM.

Namun demikian, dewasa ini peranan dan keberadaan modal sosial

dalam mendukung perkembangan klaster semakin menghadapi tantangan

yang berat, baik dari kondisi perekonomian global maupun teknologi yang

berubah dengan cepat.