bab ix · web viewsistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk....

115
PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Upload: others

Post on 07-Jun-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN,

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Page 2: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa
Page 3: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

BAB IX

PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN,PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan perkotaan dan perdesaan semakin penting peranan dan kontribusinya dalam pembangunan nasional sejalan dengan meningkatnya pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada Repelita VI, pembangunan perkotaan dan perdesaan diselenggarakan secara bersama-sama, saling memperkuat, sehingga kesenjangan pertumbuhan antara perkotaan dan perdesaan akan semakin mengecil dan keterkaitan di antara keduanya semakin menguat. Dengan demikian, pembangunan perkotaan tidak terpisah dengan pembangunan perdesaan, akan tetapi saling melengkapi satu dengan yang lain.

Salah satu pelayanan dasar yang diperlukan baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah perumahan dan permukiman. Oleh ka- rena itu, pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan

IX/3

Page 4: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

secara bersama-sama, saling terkait, dan sejalan dengan pembangunan perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat, peran pemerin- tah pada dasarnya diarahkan untuk mendorong peningkatan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman, dan menyiapkan perangkat-perangkat yang mampu meningkatkan keterjangkauan masyarakat khususnya yang berpengha- silan rendah dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Pembangunan perkotaan dan perdesaan serta pembangunan perumahan dan permukiman perlu mengantisipasi dampak globalisasi, perubahan struktur ekonomi, berkembangnya industri yang bersifat footloose (industri yang tidak tergantung erat kepada pasar dan faktor produksi setempat), berkembangnya industri jasa, makin tingginya mobilitas tenaga kerja antar negara, munculnya kutub-kutub partum- buhan regional baru, dan kecenderungan meningkatnya urbanisasi.

Dalam era globalisasi kawasan perkotaan sebagai simpul proses koleksi dan distribusi, pusat industri, pusat jasa dan keuangan, serta pusat pelayanan umum akan berkembang dengan cepat. Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan tersebut akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dipenuhi oleh wilayah belakangnya yang pada umumnya meru- pakan kawasan perdesaan. Hubungan kedua kawasan tersebut merupa- kan hubungan yang saling melengkapi, saling mendukung, dan saling terkait satu dengan lainnya yang pada akhirnya membentuk sistem pembangunan daerah dan nasional. Dengan demikian, guna mencapai efektivitas sasaran pembangunan maka keserasian dan keterpaduan pembangunan antar sektor di kawasan perkotaan dan perdesaan sangat diperlukan.

IX/4

Page 5: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di kawasan perko- taan dan perdesaan menyebabkan meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana dasar perkotaan seperti perumahan, transportasi, air bersih, drainase dan pengendalian banjir, sarana persampahan, pengo- lahan air limbah dan sebagainya. Oleh karena itu pembangunan prasarana dan sarana dasar perkotaan secara terpadu dan terencana amat penting dan perlu ditingkatkan.

Seiring dengan peningkatan pembangunan maka kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam Repelita VI adalah mendorong masya- rakat dan dunia usaha untuk berperanserta secara aktif dalam pemba- ngunan kota-kota baru, pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan seperti penyediaan prasarana dan sarana transportasi, pe- nyediaan perumahan, penyediaan air bersih, pengelolaan persam- pahan, dan penyediaan tanah. Selain itu, guna meningkatkan kualitas lingkungan kumuh perkotaan melalui program perbaikan perumahan dan permukiman serta program konsolidasi tanah perkotaan dilakukan rintisan-rintisan untuk mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

Pembangunan kawasan perkotaan menuntut tingkat koordinasi yang tinggi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelak- sanaan pembangunan perkotaan. Pendekatan keterpaduan pemba- ngunan kawasan perkotaan melalui Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) yang telah dimulai semenjak tahun 1987 akan terus dilanjutkan dan dikembangkan dengan lebih meningkatkan peranserta swasta dan masyarakat.

Kemampuan dan kesiapan aparat pemerintah yang tinggi beserta struktur organisasi pemerintah yang mantap merupakan faktor yang berpengaruh dalam mengantisipasi pembangunan kawasan perkotaan yang sangat pesat. Peningkatan aparat pemerintah melalui penyeleng- garaan pendidikan formal dan tidak formal, penyiapan paket-paket

IX/5

Page 6: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

pelatihan, penyiapan prosedur dan pedoman teknis akan terus dikem- bangkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kawasan perdesaan sebagai wilayah belakang kawasan perkotaan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan kawasan perkotaan. Berbeda dengan kawasan perkotaan yang berorientasi kepada kegiatan non pertanian dengan masyarakatnya yang cenderung heterogen dan mempunyai kepadatan tinggi, kawasan perdesaan pada umumnya berorientasi kepada kegiatan pertanian dan masyarakatnya cenderung homogen, baik dalam hal adat istiadat, agama, kebudayaan, maupun mata pencaharian. Di samping itu kepadatan penduduknya relatif rendah. Selain itu, kawasan perdesaan yang mempunyai kesamaan dalam kegiatan ekonomi dan kesamaan sosial budaya, cenderung untuk mengelompok dan membentuk satu pusat antar kawasan perdesaan.

Dalam perumusan kebijaksanaan pembangunan kawasan perde- saan yang terpadu, dilakukan usaha-usaha pengelompokan kawasan perdesaan berdasarkan tingkat perkembangannya menjadi desa cepat berkembang, desa potensial berkembang, dan desa tertinggal. Desa cepat berkembang pada umumnya adalah desa yang mempunyai akses yang relatif tinggi ke kawasan perkotaan, masyarakatnya mulai hete- rogen, dan kegiatan ekonominya tidak tergantung kepada sektor per- tanian saja tetapi mulai menunjukkan adanya diversifikasi kegiatan ekonomi ke arah non-pertanian. Desa potensial berkembang adalah desa yang aksesnya ke kawasan perkotaan terbatas, masyarakatnya masih bergantung kepada sektor pertanian atau pertambangan, diver- sifikasi kegiatan ekonominya masih terbatas, serta penduduknya masih homogen. Desa tertinggal adalah kawasan perdesaan yang mempunyai keterbatasan sumber daya alam, keterbatasan sumber daya manusia, dan keterbatasan aksesibilitas ke pusat-pusat kegiatan ekonomi dan

IX/6

Page 7: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

masyarakatnya sebagian besar masih berada di bawah garis kemis- kinan.

Untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan dan perkembangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan dikembangkan pendekatan Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Antar Desa (KTP2D) yang dilakukan melalui penyediaan prasarana dasar per- desaan, seperti air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa yang cepat berkembang dan Program Pembangunan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT). P2LDT bertumpu pada peranserta masyarakat melalui asas pembangunan partisipasi dan asas Tribina, yaitu bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha. Pendekatan tersebut pada dasarnya merupakan penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaan yang bertumpu kepada konsep dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pada desa-desa yang potensial berkembang dila- kukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan diversi- fikasi kegiatan ekonomi serta pembukaan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas. Kebijaksanaan nasional untuk mengem- bangkan desa-desa tertinggal dilakukan melalui program penanganan khusus yaitu Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Pengembangan sumber daya manusia di kawasan perdesaan juga terus dipacu agar masyarakat di kawasan perdesaan mempunyai kesiapan untuk menghadapi segala perubahan khususnya perubahan yang disebabkan oleh arus globalisasi. Peningkatan sumber daya manusia di kawasan perdesaan dilakukan melalui penyebaran para sarjana seperti tenaga kerja mandiri profesional (TKMP) dan sarjana penggerak pembangunan di perdesaan (SP3) untuk membantu pelaksanaan program pengembangan masyarakat di beberapa desa. Untuk pembangunan perumahan dan permukiman di perdesaan, telah dilatih sekitar 3.000 Tenaga Penyuluh Masyarakat dalam pemba- ngunan perumahan dan permukiman yang terdiri dari para santri,

IX/7

Page 8: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

pramuka dan para pemuda. Disamping itu, dikembangkan pula kader pembangunan desa (KPD) di seluruh desa, serta kader konservasi alam dan kelompok pelestari sumber daya alam (KPSDA) di beberapa desa yang berfungsi sebagai penggerak, pembina, dan pembimbing masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa dan keswadayaan masyarakat desa.

Secara umum, pembangunan kawasan perdesaan bertujuan untuk memajukan kawasan perdesaan dan masyarakatnya dalam mendukung swasembada pangan, meningkatkan produksi bahan pangan, penye- diaan prasarana dan sarana dasar kepada masyarakat, penyediaan bahan baku industri, meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan perdesaan, dan mengembangkan hubungan kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan yang saling menunjang dan saling menguntungkan.

Dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi rakyat di perdesaan maka koperasi unit desa (KUD) di masing-masing keca- matan terus ditingkatkan dan dikembangkan peranannya. Selain itu, untuk mendukung kegiatan ekonomi rakyat di kawasan perdesaan dibentuk lembaga penyalur kredit yang menjangkau hampir seluruh desa yang ada serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Lembaga keuangan/perkreditan desa tersebut antara lain kredit usaha rakyat kecil (KURK), badan kredit kecamatan (BKK), lembaga perkreditan kecamatan (LPK), lembaga perkreditan desa (LPD), lumbung pitih nagari (LPN), badan kredit desa, bank perkreditan rakyat, serta unit pelayanan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Dalam tahun ketiga Repelita VI, pola pendekatan pembangunan yang melibatkan partisipasi dan menumbuhkan inisiatif masyarakat dikembangkan lebih jauh dengan pembentukan lembaga sosial desa

IX/8

Page 9: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

(LSD) di tingkat desa dan unit daerah kerja pembangunan (UDKP) di tingkat kecamatan yang bertujuan untuk membangkitkan dan membina prakarsa masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pemba- ngunan desa. Fungsi LSD dikembangkan dengan memasukkan unsur ketahanan masyarakat sehingga menjadi lembaga ketahanan masya- rakat desa (LKMD) sebagai lembaga masyarakat yang membantu pemerintahan desa dalam merencanakan, melaksanakan dan mengen- dalikan pembangunan di kawasan perdesaan. Salah satu upaya untuk memberdayakan LKMD antara lain melalui pelaksanaan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) yang memberi kewenangan kepada LKMD untuk bertindak sebagai pemilik dan penanggungjawab kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di desa.

Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat kawasan perdesaan khususnya kaum wanita dikembangkan program kesejahteraan keluarga (PKK). Sedangkan untuk meningkatkan ke- mampuan, wawasan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi para pemuda di kawasan perdesaan di bidang industri, pertanian, olahraga dan kesenian dikembangkan wadah Karang Taruna.

Dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan masalah kualitas dan ketersediaan perumahan dan permukiman merupakan masalah yang menonjol, terutama bagi penduduk berpenghasilan rendah. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu unsur utama kesejahteraan masyarakat disamping pangan dan sandang. Pemba- ngunan perumahan pada hakekatnya adalah tanggung jawab masya- rakat sendiri, namun pemerintah turut serta merintis dan membimbing serta mengarahkan. Pembangunan perumahan dan permukiman ditekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar, dengan mengutamakan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar tersebut dilaksanakan melalui

IX/9

Page 10: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

kegiatan perintisan, yaitu pembangunan rumah sederhana (RS), rumah sangat sederhana (RSS), perbaikan kampung, dan pemugaran peru- mahan desa, yang bertujuan mendorong peningkatan produktivitas penduduk di perkotaan maupun di perdesaan.

Peranan pemerintah dalam pembangunan perumahan dan per- mukiman pada dasarnya diarahkan untuk mendorong peningkatan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan dan permukimannya, membantu masyarakat yang berpendapatan rendah, dan menyiapkan perangkat-perangkat yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati prasaran dan sarana perumahan dan permukiman dengan harga yang terjangkau sesuai dengan kemampuannya.

Dalam pembangunan permukiman dan perumahan, upaya pena- taan bangunan amat penting artinya untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi pelayanan. Peran penataan bangunan mulai dikembang- kan terutama untuk menyusun standar keselamatan bangunan gedung. Penyusunan standar keselamatan tersebut dimaksudkan untuk mencip- takan tertib pembangunan dan keselamatan bangunan, baik terhadap kerusakan sebelum waktunya maupun terhadap gempa dan kebakaran, menjaga manfaat bangunan, dan keselamatan pengguna bangunan.

Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan pengelolaan dengan cara sanitasi setempat yang menggunakan teknologi murah dan tepat guna. Konsep pelayanan penggunaan jamban keluarga, mandi-cuci-kakus (MCK) dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan sistem perpipaan.

IX/10

Page 11: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Penyediaan dan pengelolaan air bersih dikembangkan melalui peningkatan kapasitas produksi dan pengembangan jaringan pela- yanan. Selain itu juga dikembangkan pendekatan untuk meningkatkan kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) baik dari segi teknis maupun sumber daya manusianya agar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut dapat berkembang dan menjadi salah satu badan usaha daerah yang menguntungkan dan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan daerah. Di beberapa kawasan per- kotaan yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi sedangkan kemam- puan keuangan PDAM terbatas dikembangkan pola kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha (public-private-partnership). Sedangkan di kawasan perdesaan, kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih lebih ditekankan pada penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengadaan air bersih yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi pen- duduk setempat. Kegiatan penyuluhan tersebut didukung dengan penyediaan bantuan sarana air bersih berupa sistem perpipaan ter- batas, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, dan perlindungan mata air.

B. PERKOTAAN DAN PERDESAAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran umum pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam Repelita VI adalah makin meningkatnya secara serasi dan seimbang peranan daerah perkotaan dan perdesaan dalam pembangunan nasional dan pembangunan daerah, dengan meningkatnya otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab; mantapnya keterkaitan, baik fisik maupun sosial ekonomi, antara daerah perkotaan dan perdesaan; tercapainya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antarwilayah,

IX/11

Page 12: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

kawasan, desa dan kota; serta mantapnya lembaga perekonomian di perkotaan dan perdesaan dalam menciptakan struktur perekonomian yang lebih kuat. Sasaran lainnya adalah meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat; serta meningkatnya mutu lingkungan hidup di kawasan perkotaan dan perdesaan sehingga mendukung pemba- ngunan berkelanjutan.

Dalam upaya itu maka sasaran pembangunan perkotaan adalah terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya; mengacu pada rencana tata ruang kota yang berkualitas, termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil, yang ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap melaksanakan otonomi daerah; makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan; meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang makin merata; berkurangnya jumlah penduduk miskin di perkotaan; dan meningkatnya kualitas lingkungan perkotaan.

Untuk mewujudkan berbagai sasaran di atas, kebijaksanaan pem- bangunan perkotaan dalam Repelita VI meliputi (1) mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan; (2) meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota; (3) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia; (4) memantapkan kelembagaan dan kemampuan keuangan perkotaan; (5) melembagakan pengelolaan pembangunan yang teren- cana dan terpadu; (6) memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan perkotaan; (7) serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial ekonomi perkotaan.

IX/12

Page 13: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Sasaran pokok pembangunan perdesaan adalah tercapainya kon- disi ekonomi rakyat di perdesaan yang kuat, mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan; tercapainya keterkaitan perekonomian di perdesaan dan perkotaan; terwujudnya masyarakat perdesaan yang sejahtera; dan teratasinya masalah kemiskinan di perdesaan. Untuk mencapai sasaran tersebut maka dalam Repelita VI dilaksanakan percepatan pembangunan perdesaan, yang tercermin dari sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia di daerah perdesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat yang dapat mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat perdesaan; terciptanya struktur perekonomian yang lebih kuat, tercermin dari peningkatan diversifikasi usaha yang menghasilkan berbagai komoditas unggulan setempat serta didukung oleh sarana dan prasarana perekonomian di perdesaan yang lebih mantap; makin berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat perdesaan akan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan meningkatnya upaya pelestarian lingkungan; makin berfungsinya lembaga pemerin- tahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan perdesaan; makin terjaminnya kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan mengenai penguasaan dan pengusahaan tanah yang sesuai dengan hukum serta tradisi dan adat-istiadat setempat; dan berkurangnya jumlah penduduk miskin di perdesaan dan jumlah desa tertinggal.

Untuk mewujudkan dan mencapai berbagai sasaran di atas, di- kembangkan kebijaksanaan pembangunan perdesaan dalam Repelita VI dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja di perdesaan; mening- katkan kemampuan produksi masyarakat; mengembangkan prasarana dan sarana di perdesaan; melembagakan pendekatan pengembangan wilayah/kawasan terpadu; serta memperkuat lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan desa.

IX/13

Page 14: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Seiring dengan hal tersebut, sasaran lainnya adalah meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal baik di perkotaan maupun di perdesaan; serta meningkatnya lingkungan hidup baik lingkungan fisik, sosial maupun ekonomi di wilayah perkotaan dan perdesaan sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut kegiatan pembangunan perkotaan dan perdesaan dilakukan oleh hampir semua sektor pembangunan dalam Repelita VI.

a. Pembangunan Perkotaan

Pembangunan perkotaan pada Repelita VI ditempuh melalui berbagai kebijaksanaan antara lain dengan mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan, meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, memantapkan kelembagaan dan kemampuan keuangan perkotaan, melembagakan pengelolaan pembangunan yang terencana dan terpadu, memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial ekonomi perkotaan.

Pembangunan perkotaan dalam Repelita VI dilaksanakan melalui berbagai program, yaitu: 1) pemantapan fungsi kota; 2) pengem- bangan ekonomi perkotaan; 3) peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; 4) peningkatan peranserta masyarakat; 5) pemantapan keuangan perkotaan; 6) pemantapan kelembagaan pemerintahan kota; 7) penataan ruang, pertanahan, dan lingkungan perkotaan; dan 8) pembangunan prasarana dan sarana kota.

IX/14

Page 15: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

b. Pembangunan Perdesaan

Dalam pembangunan perdesaan ditempuh berbagai kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di perdesaan, meningkatkan kemampuan produksi masyarakat, mengembangkan prasarana dan sarana di perdesaan, melembagakan pendekatan pengembangan wilayah dan kawasan terpadu, dan memperkuat lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan desa.

Program pembangunan perdesaan meliputi: 1) pengembangan pendidikan dan keterampilan masyarakat; 2) peningkatan kesehatan masyarakat; 3) peningkatan teknologi perdesaan; 4) peningkatan peranserta masyarakat; 5) pemantapan kelembagaan perdesaan; dan 6) peningkatan prasarana dan sarana perdesaan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

a. Pembangunan Perkotaan Dalam tahun ketiga Repelita VI, pembangunan perkotaan dilak-

sanakan melalui program-program sebagai berikut:

1) Program Pemantapan Fungsi Kota

Pendekatan dasar program ini adalah mengembangkan kota-kota sesuai dengan fungsi dan strukturnya dalam sistem kota-kota untuk menjamin tercapainya penyebaran kegiatan ekonomi, pengendalian urbanisasi dan peningkatan efisiensi pembangunan prasarana per- kotaan.

IX/15

Page 16: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Untuk melaksanakan program ini, sesuai dengan sasaran yang ada sejak Tahun I Repelita VI telah dicanangkan beberapa sub-program yang harus dijabarkan lebih lanjut dalam proyek-proyek di tiap departemen terkait yang berupa: (a) pengidentifikasian dan pemantapan sistem kota-kota nasional yang dijabarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), (b) Penataan kota untuk kota besar yang mempunyai fungsi menunjang kegiatan ekonomi nasional/wilayah (c) penataan kota menengah serta kota di sekitar kawasan cepat berkembang yang berfungsi sebagai kota penyangga, dan (d) pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana dasar bagi masyarakat yang bertempat tinggal di kota yang terletak di luar kawasan cepat berkembang.

Beberapa upaya untuk memantapkan fungsi kota antara lain adalah penetapan pusat-pusat kota baik dalam skala nasional, wilayah, dan lokal, penetapan kawasan andalan, penetapan segitiga partum- buhan, dan pengkajian pengembangan kawasan ekonomi terpadu (KAPET). Upaya-upaya tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan program jangka menengah, penyusunan rencana tahunan investasi, dan pelaksanaan investasi.

Penyediaan sarana dan prasarana perkotaan diarahkan untuk mendukung pemantapan peranan kota, baik peranan fungsional (kota metropolitan, kota besar, kota menengah, dan kota kecil) maupun peranan administratif (ibukota propinsi, ibukota kabupaten, kota- madya, ibukota kecamatan). Untuk lebih mendukung upaya peman- tapan fungsi kota, sedang dipersiapkan suatu Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan serta Rencana Tindakan Pembangunan Perkotaan yang mengarahkan pembangunan perkotaan agar mampu memanfaatkan peluang ekonomi global, melalui pemanfaatan secara optimal sumber daya dalam negeri. Dalam hubungan ini, sejumlah 231 kota-kota strategis di dalam 111 kawasan andalan ditingkatkan

IX/16

Page 17: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

dan dimantapkan peran dan fungsinya. Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 13 kawasan andalan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diprioritaskan pengembangannya dengan pendekatan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

2) Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Kota

Tujuan dari program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana bagi penduduk kota sehingga diharap- kan kemampuan dan produktivitas kota dapat meningkat.

Penanganan pembangunan prasarana dan sarana dasar perkotaan sejak Repelita V telah dilaksanakan melalui suatu program pena- nganan terpadu yang disebut Integrated Urban Infrastructure Development Program atau Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Penekanan program ini adalah peningkatan kemam- puan pemerintah daerah dalam pengelolaan urusan-urusan yang menjadi tanggungjawabnya secara otonom. Pemerintah pusat berperan memberikan pembinaan teknis sedangkan perencanaan dan implement- tasinya merupakan tugas dan wewenang pemerintah daerah. Sejak awal Repelita VI, program ini telah dijabarkan dalam sub-sub pro- gram berupa:

a) Peningkatan penyediaan jaringan listrik dan telekomunikasi, terutama untuk kawasan khusus, seperti kawasan industri dan kawasan cepat berkembang.

b) Pengembangan prasarana dan sarana transportasi kota yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kota dalam hal penye- diaan aksesibilitas di dalam kota, kelancaran, keamanan dan kenyamanan pemakai jalan di dalam kota dengan tarif terjangkau.

IX/17

Page 18: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

c) Peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat kota dan kawasan industri.

d) Peningkatan prasarana penyehatan lingkungan permukiman, se- perti jaringan pematusan, pengolahan limbah dan persampahan.

e) Pengembangan dan perbaikan fasilitas perumahan termasuk pengembangan kawasan perumahan berskala besar dan pemba- ngunan kota baru.

Keseluruhan sub-sub program ini dikoordinasikan dalam bentuk kegiatan/paket-paket proyek Urban Development Program (UDP). UDP sekarang mencakup perkotaan di semua propinsi. Pada tahun 1996/1997 terdapat enam UDP baru yang sebagian dibiayai melalui pinjaman luar negeri senilai $ 795,7 juta. Diharapkan pelaksanaan fisik paket-paket UDP tersebut dapat diselesaikan pada tahun 2002.

Melalui program pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT) terlihat adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas program pembangunan perkotaan dalam upaya peningkatan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. Sebagai contoh, paket Sulawesi-Irian Jaya UDP pada awalnya dikembangkan hanya untuk melayani 9 kota dan pada tahun 1996/1997 program tersebut dikembangkan untuk mela- yani 41 daerah tingkat II. Selain itu, juga dilaksanakan paket Suma- tera-UDP yang diperuntukkan bagi pembangunan prasarana perkotaan di 53 daerah tingkat II dengan jumlah penduduk total sebesar 5,3 juta jiwa. Sebagai indikasi peningkatan kemampuan daerah dalam menge- lola keuangannya maka sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah disalurkan pinjaman pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana perkotaan sebesar Rp. 503,1 milyar yang disalurkan melalui Rekening Pinjaman Daerah (RPD).

IX/18

Page 19: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Untuk mengembangkan cakupan pembangunan prasarana per- kotaan guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan, maka unsur lingkungan hidup mulai tahun 1996/1997 dikembangkan sebagai bagian dalam pembangunan prasaran perkotaan. Bali Urban Infrastructure Program (BUIP) adalah salah satu pilot project pemba- ngunan perkotaan yang melibatkan aspek lingkungan hidup (environ- mental assesment) dan aspek penyelamatan obyek peninggalan ber- sejarah.

3) Program Pengembangan Ekonomi Perkotaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan investasi di sektor ekonomi andalan dan mengembangkan kegiatan perekonomian di perkotaan. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai sektor pemba- ngunan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha antara lain berupa (a) pemantapan ketersediaan fasilitas pasar, pusat produksi dan fasilitas perdagangan lainnya termasuk kemudahan prosedur dan perijinan bagi kegiatan usaha di perkotaan, (b) peman- tapan lembaga perekonomian sekaligus peningkatan kemudahan pencapaian fasilitas keuangan guna menunjang usaha masyarakat, (c) pembinaan pengusaha skala menengah, kecil, dan tradisional termasuk koperasi melalui pendekatan kemitraan, (d) perluasan kesempatan kerja terutama bagi tenaga kerja setempat.

Pembangunan sarana perdagangan dan jasa perkotaan meningkat pesat seiring dengan bertambahnya permukiman baru dan meningkat- nya kemampuan perkonomian masyarakat perkotaan. Melalui pro- gram Inpres Pasar dibangun fasilitas perdagangan bagi kota-kota kecamatan, sedangkan pada kota-kota sedang dan besar dibangun pasar oleh pemerintah daerah, perusahaan daerah, atau dunia usaha dengan mendayagunakan potensi masyarakat setempat.

IX/19

Page 20: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Pengembangan ekonomi perkotaan dilaksanakan melalui intensifi- kasi dan ekstensifikasi kegiatan produksi yang berada di perkotaan. Selain itu, juga dilaksanakan investasi di bidang prasarana dan sarana transportasi perkotaan untuk memberikan kemudahan kepada proses koleksi dan distribusi di perkotaan.

4) Program Peningkatan Peranserta Masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan perkotaan, mulai dari tahap perencanaan sampai pada proses pelaksanaan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkotaan ini termasuk di dalamnya partisipasi swasta atau dunia usaha.

Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, sekitar 48 kota diper- siapkan untuk dikembangkan pelayanan sarana air bersihnya melalui kerjasama kemitraan dengan swasta, 12 kota untuk pengembangan kemitraan dalam pengelolaan persampahan dan 8 kota untuk pena- nganan air limbah. Jakarta dan Medan telah mengembangkan kerja- sama kemitraan dengan swasta dalam pengelolaan pelayanan air bersih.

Peranan swasta dan masyarakat semakin menonjol dalam pengem- bangan kota-kota satelit dan kota baru. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, telah dibangun sekitar 12 kota-kota satelit dan kota baru terutama di sekitar kota-kota besar. Dengan tersedianya pelayanan yang lebih baik pada kota-kota satelit dan kota baru tersebut, maka tekanan urbanisasi pada kota induk akan semakin berkurang dan lapangan pekerjaan baru akan semakin berkembang.

Sejak awal tahun 1990 pola kemitraan swasta dan pemerintah telah dirintis melalui berbagai pembangunan prasarana untuk penye-

IX/20

Page 21: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

diaan air bersih, pengelolaan persampahan, transportasi khususnya jalan tol, dan telekomunikasi. Perkembangan kemitraan ini terlihat semakin nyata di berbagai kota besar di Indonesia. Untuk mengantisi- pasi keadaan ini telah dilakukan berbagai pelatihan bagi aparat kota. Bila pada tahun 1995/1996 telah diadakan 6 kegiatan baik berupa konperensi ataupun pelatihan dengan keseluruhan peserta 87 orang, pada tahun 1996/1997 seluruh peserta meningkat menjadi 233 orang. Berbagai jenis pelatihan ini berupa: Public Private Partnership Seminar, Strategic Public Sector Negotiation, Workshop Public Private Partnership in Finance and Provision Environmental Services. Di samping itu program pemberian penghargaan ADIPURA dikem- bangkan sebagai upaya untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam memelihara kebersihan dan keindahan kawasan perkotaan. Pada tahun 1996/1997 telah diberikan penghargaan ADIPURA kepada 263 kota, suatu peningkatan sebanyak 50 kota dibandingkan dengan tahun 1995/1996.

5) Program Pemantapan Keuangan Perkotaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah kota dan meningkatkan efisiensi penggunaannya. Hal ini sangat diperlukan mengingat kebutuhan pembiayaan pembangunan perkotaan yang semakin meningkat.

Penanganan program pemantapan keuangan perkotaan dirinci dalam beberapa sub-program berupa: (1) penyempurnaan dan per- baikan sistem bantuan kepada pemerintah kota berdasarkan kebutuhan pembangunan di perkotaan dan potensi sumber dana lokal serta kemampuannya untuk meminjam, (2) peningkatan pendapatan kota untuk kepentingan pembangunan perkotaan, (3) penyempurnaan dan penyederhanaan mekanisme pinjaman untuk pembiayaan pemba-

IX/21

Page 22: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

ngunan, dan (4) mobilisasi tabungan masyarakat setempat dan dunia usaha.

Dalam menjabarkan program-program diatas upaya yang telah dilakukan antara lain: a) menyusun rencana tindakan untuk menaikkan pendapatan pemerintah kota melalui rencana tindakan perbaikan pendapatan atau Revenue Improvement Action Plan (RIAP), terutama di kota-kota yang terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan prasarana kota terpadu; dan b) penyempurnaan sistem alokasi dana pinjaman untuk pemerintah kota dan daerah serta menyempurnakan mekanismenya untuk pemerintah daerah atau perusahaan daerah.

Untuk menangani program pemantapan keuangan perkotaan disini selain dilakukan studi untuk melihat potensi dan tindakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui studi RIAP juga dilaku- kan pelatihan untuk itu. Jumlah peserta pelatihan untuk mengimple- mentasi RIAP ini pada tahun 1995/1996 adalah 35 orang dari beberapa pemerintah daerah. Disamping itu juga dilakukan pelatihan dalam Pengelolaan Dana Pinjaman Akuntansi dan Manajemen seba- nyak 53 orang peserta dari pemerintah daerah.

6) Program Kelembagaan Pemerintah Kota

Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan pemba- ngunan perkotaan secara mandiri oleh pemerintah kota. Kegiatan yang telah dilakukan adalah penyempurnaan fungsi dan struktur kelem- bagaan pemerintahan kota antara lain peningkatan status pemerintahan kota administratif menjadi kotamadya di Mataram, Denpasar, dan Bitung. Pada tahun 1996/1997 dilakukan peningkatan status dari kota administratip menjadi kotamadya di Kupang dan Bekasi; peningkatan kemampuan aparat pemerintah kota; peningkatan kerjasama antar pemerintahan kota antara lain melalui Badan Kerja Sama Antar Kota

IX/22

Page 23: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Seluruh Indonessia (BKS-AKSI); dan penyiapan kelembagaan bagi terselenggaranya kerjasama pemerintah kota dengan masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu program kerjasama antar kota antar negara terus dikembangkan seperti kerjasama antara Jakarta-Casablanca, Jakarta-Tokyo, dan Bandung-Braunsweig.

Dalam rangka penyempurnaan kelembagaan pemerintah kota, di beberapa kota dibentuk dan dikembangkan dinas-dinas baru sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Dalam kaitan dengan pelaksanaan P3KT dikembangkan program pemantapan kelembagaan di perkotaan melalui Local Institution Development Action Plan (LIDAP). Untuk itu sejak tahun 1995/1996 telah dilakukan implementasi dan ujicoba LIDAP melalui pelatihan terhadap 26 orang peserta dari beberapa pemerintah daerah.

7) Program Penataan Ruang, Pertanahan, dan Lingkungan

Program ini bertujuan untuk memelihara lingkungan perkotaan dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penyusunan rencana tata ruang kota dan rencana detail tata ruang kota; peningkatan pengawasan pelaksanaan rencana tata ruang kota; peningkatan administrasi, pelayanan, dan tertib hukum pertanahan; penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL), penghijauan, serta Program Kali Bersih (Prokasih).

Dari tahun 1995/1996 hingga tahun 1996/1997 74 kotamadya telah mempunyai Rencana Induk Pembangunan Prasarana. Sampai dengan tahun 1996/1997 dari 113 kotamadya di Indonesia, 37 kota- madya telah menyiapkan Rencana Program Pembangunan Jangka Menengah. Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan terse- but sebagian besar dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan

IX/23

Page 24: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

pembinaan teknis oleh Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN).

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan terhadap pentingnya kelestarian lingkungan hidup di perkotaan maka dilak- sanakan penghargaan Adipura. Kota yang telah berhasil mendapatkan penghargaan ADIPURA dapat dilihat pada program Pembinaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Pembangunan Perdesaan

Pembangunan perdesaan yang dilaksanakan pada tahun ketiga Repelita VI ini melalui berbagai programnya pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1) Program Pengembangan Pendidikan dan Keterampilan Masyarakat

Program ini diselenggarakan oleh berbagai sektor di daerah perdesaan dan dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kemam- puan masyarakat perdesaan. Upaya sektor pendidikan dilaksanakan melalui kegiatan wajib belajar sembilan tahun, pelatihan kader pembangunan desa (KPD), dan pelatihan kepada Ketua LKMD kategori II yang terutama diarahkan ke desa-desa tertinggal.

Di bidang ketenagakerjaan, diselenggarakan pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan seperti pelatihan perencanaan partisipasi pemba- ngunan masyarakat desa (P3MD) dan latihan-latihan pembangunan desa terpadu (PTD) yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Sementara itu, sektor-sektor teknis terlibat pula dalam penyuluhan-penyuluhan lapangan dan penyediaan tenaga pembimbing baik yang

IX/24

Page 25: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

berhubungan dengan peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat, maupun pengelolaan sumber-sumber daya alam.

2) Program Peningkatan Perekonomian Rakyat

Usaha peningkatan perekonomian rakyat perdesaan antara lain dilaksanakan melalui bimbingan pengelolaan dan pemasaran barang dan jasa, pemberian bantuan modal usaha, penyuluhan produksi pertanian, pertambangan, kehutanan, pariwisata, dan perdagangan. Selain itu pembinaan industri-industri kecil dan industri rumah tangga juga semakin digalakkan, demikian juga usaha-usaha koperasi sema- kin diperluas.

Pengembangan perekonomian desa dilaksanakan antara lain melalui pemanfaatan sumber daya alam perdesaan dengan senantiasa mempertahankan kelestarian lingkungan; pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi masya- rakat; meningkatkan keanekaragaman hasil produksi; serta pengem- bangan lembaga perekonomian di desa, seperti koperasi perdesaan/ KUD, lembaga keuangan/perkreditan, dan lembaga pemasaran perdesaan. Pada tahun 1996/1997 telah dilakukan kegiatan perintisan penumbuhan 622 usaha ekonomi desa simpan pinjam (UED-SP) yang pelaksanaannya dilakukan secara selektif dengan melakukan pelatihan 157 orang tenaga asistensi untuk pembinaan dan pengawasan kegiatan UED-SP, pelatihan kepada 1.866 calon pengelola UED-SP, dan pemberian bantuan modal sebesar Rp. 6,5 juta per UED-SP kepada 332 UED-SP di desa non IDT. Khusus untuk desa tertinggal, pada tahun 1995/1996 telah dilaksanakan Pembangunan Prasarana Pen- dukung Desa Tertinggal (P3DT) di 2.050 desa dan pada tahun 1996/1997 dilaksanakan P3DT di 3.241 desa.

IX/25

Page 26: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

3) Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Berbagai sektor telah melak- sanakan kegiatannya dalam tahun 1996/1997, antara lain melalui upaya peningkatan gizi keluarga dengan penganekaragaman pangan, gerakan kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan kegiatan pos pelayanan terpadu, peningkatan jumlah dokter dan bidan desa, peningkatan program keluarga sejahtera, serta pemberian makanan tambahan-anak sekolah (PMT-AS). Pada tahun anggaran 1996/1997 telah dilaksanakan PMT-AS di 18.518 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah yang melayani 2,3 juta murid yang bertempat tinggal di 14.445 desa tertinggal.

4) Program Peningkatan Teknologi Perdesaan

Dalam tahun 1996/1997 melalui program ini dilakukan berbagai penelitian dan penerapan teknologi tepat guna, khususnya yang berkaitan dengan bidang pertanian serta lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya alam setempat. Pemanfaatan energi alternatif yang dipandang tepat bagi wilayah perdesaan seperti energi surya, energi angin, biogas, serta energi air mulai diujicobakan di beberapa desa.

5) Program Peningkatan Peranserta Masyarakat Perdesaan

Program ini antara lain diwujudkan melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana perdesaan yang secara khusus menggunakan pendekatan peranserta masyarakat dalam pelaksanaannya seperti dalam proyek Water Supply and Sanitation for Low Income Community (WSSLIC) bantuan Bank Dunia, proyek-proyek air bersih dan sanitasi bantuan Bank Pembangunan Asia, proyek bantuan United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF), dan

IX/26

Page 27: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

proyek-proyek perbaikan irigasi desa. Lembaga Ketahanan Masya- rakat Desa (LKMD) sebagai organisasi kemasyarakatan di perdesaan, berperan sebagai pelaksana atau pengawas kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk pengawasan kesehatan dan kualitas lingkungan, PKK diikut- sertakan dalam kegiatan tersebut.

6) Program Pemantapan Kelembagaan Perdesaan

Program ini dilaksanakan antara lain melalui kegiatan pening- katan kemampuan aparatur pemerintah desa dan petugas teknis di desa seperti juru pengairan dan penyuluh pertanian lapangan, penguatan kelembagaan masyarakat desa seperti LKMD dan lembaga adat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa, dan pemantapan keterpaduan pembangunan desa melalui forum musya- warah pembangunan desa.

Untuk memantapkan berfungsinya kelembagaan desa maka sejak tahun 1994/1995 Bantuan Inpres Desa ditingkatkan dari Rp. 5.500.000 per desa per tahun menjadi Rp. 6.000.000 per desa per tahun, dan pada tahun 1996/1997 bantuan tersebut ditingkatkan lagi menjadi Rp. 6.500.000 per desa per tahun. Dalam bantuan Inpres Desa termasuk bantuan untuk PKK, serta pembinaan anak dan remaja. Mulai tahun 1995/1996 dikembangkan upaya perkuatan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) untuk melaksanakan pemba- ngunan prasarana dan sarana serta pemeliharaannya dalam P3DT.

7) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan

Program ini adalah upaya dalam rangka meningkatkan pemba- ngunan di desa dengan membangun pelayanan dasar yang terjangkau oleh masyarakat desa secara lebih merata. Pada tahun 1996/1997 dilaksanakan antara lain kegiatan pembangunan prasarana dan sarana

IX/27

Page 28: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

perhubungan; sarana pemasaran hasil produksi; sarana komunikasi sederhana untuk memperlancar arus informasi pembangunan ke desa dan mempererat hubungan fungsional antar desa; fasilitas pendidikan dasar dan kesehatan, termasuk SD, sarana air bersih dan penyehatan lingkungan; jaringan irigasi sederhana; listrik desa untuk meningkatkan produktivitas dan memungkinkan diversifikasi kegiatan masya- rakat; dan balai latihan kerja perdesaan untuk meningkatkan keteram- pilan dan kemampuan berusaha.

Dalam rangka pengembangan prasarana dan sarana perhubungan desa, telah dibentuk unit pengelola sarana (UPS) dan kelompok pengelola sarana (KPS) dalam penentuan kebutuhan prasarana dan sarana perhubungan, serta tersusunnya rencana pembangunan desa bidang prasarana dan sarana perhubungan desa.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan dalam rangka mempertahankan swasembada beras, selama tahun 1994/1995 telah ditangani 154.492 hektar irigasi desa di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Pada tahun 1995/1996, penanganan irigasi desa ditingkatkan hingga mencakup seluruh propinsi, kecuali DKI Jakarta dan Irian Jaya, dengan total luas penanganan sebesar 456.847 hektar. Luas penanganan irigasi desa pada tahun 1996/1997 sebesar 477.520 ha di 26 propinsi.

Penyelenggaraan kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih perdesaan lebih ditekankan pada penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengadaan air bersih yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi penduduk setempat. Kegiatan penyuluhan tersebut juga didukung dengan penyediaan bantuan sarana air bersih berupa sistem perpipaan terbatas, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, dan perlindungan mata air. Pada tahun 1994/1995 telah

IX/28

Page 29: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

dilaksanakan kegiatan penyediaan air bersih untuk melayani 200,1 ribu penduduk desa, pada tahun 1995/1996 melayani 870,5 ribu penduduk desa, dan pada tahun 1996/1997 melayani 1.360 ribu penduduk desa (Tabel IX-10).

Selain itu telah ditingkatkan pengelolaan air bersih perdesaan melalui pembangunan sumur, penampungan air hujan (PAH), dan perlindungan mata air (PMA). Pada tahun 1994/1995 dibangun sumur sebanyak 4.352 buah, pada tahun 1995/1996 meningkat menjadi 16.357 buah, dan pada tahun 1996/1997 dibangun 15.603 buah. Penurunan jumlah pembuatan sumur pada tahun 1996/1997 terjadi karena adanya pergeseran penyediaan air bersih perdesaan yang dilaksanakan melalui penyediaan sarana hidran umum dan penam- pungan air hujan. Pembangunan sarana PAH meningkat dari 603 buah pada tahun 1994/1995 menjadi 1.021 buah pada tahun 1995/1996, dan meningkat menjadi 3.813 buah pada tahun 1996/1997. Perlindungan mata air terus ditingkatkan, pada tahun 1994/1995 sebanyak 51 buah, pada tahun 1995/1996 sebanyak 68 buah, dan meningkat menjadi 199 buah pada tahun 1996/1997 (Tabel IX-10).

C. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Pembangunan perumahan dan permukiman dalam Repelita VI diarahkan pada semakin meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman dengan kualitas hunian serta pelayanan prasarana dasar yang layak dan terjangkau terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah; makin efisien dan makin efek- tifnya pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; meningkatnya peranserta

IX/29

Page 30: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

masyarakat, koperasi, dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman termasuk pendanaannya; makin meningkatnya kesempatan usaha dan lapangan kerja dalam industri penunjang pembangunan perumahan dan permukiman, seiring dengan pengembangan perumahan dan permukiman; dan terciptanya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman dengan segala fasilitas lingkungan permukimannya.

Di dalam pelaksanaannya, pembangunan perumahan dan permu- kiman dilakukan dengan mengupayakan dan menumbuhkan aspek kemandirian masyarakat melalui pola kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan.

Secara kuantitatif, sasaran yang ingin dicapai dalam rangka pembangunan perumahan bagi rakyat adalah pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah meliputi rumah sangat sederhana (RSS) dan rumah sederhana (RS); perbaikan kawasan kumuh seluas 21.250 hektar di 125 kota di kawasan yang kepadatannya cukup tinggi; peremajaan kawasan kumuh seluas 750 hektar; serta pemugaran perumahan dan permukiman di 20.622 desa.

Dalam Repelita VI direncanakan dibangun prasarana air bersih, dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih sebesar 30.000 liter per detik di perkotaan yang dapat menambah pelayanan air bersih di perdesaan di 22.000 desa dengan jumlah penduduk terlayani sebesar lebih dari 16,5 juta orang penduduk desa.

Kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman dalam Repelita VI pada pokoknya adalah menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat luas; menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; meningkatkan peranserta

IX/30

Page 31: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

masyarakat dalam penyediaan pelayanan perumahan dan permukiman; mengembangkan sistem pendanaan perumahan dan permukiman teru- tama yang dapat membantu masyarakat berpenghasilan rendah; me- mantapkan pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara terpadu; dan mengembangkan perangkat peraturan perundang-undangan pendukung.

Untuk mewujudkan berbagai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, dikembangkan beberapa program yang terdiri atas program pokok dan program penunjang. Program pokok terdiri atas: a) penyediaan perumahan dan permukiman; b) perbaikan perumahan dan permukiman; c) penyehatan lingkungan permukiman; d) penyediaan dan pengelolaan air bersih; e) penataan kota; serta f) penataan bangunan. Program penunjang terdiri atas: a) pengembangan hukum di bidang perumahan dan permukiman; b) penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman; c) penyelamatan hutan, tanah, dan air; d) penataan ruang; e) penataan pertanahan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

Pembangunan perumahan dan permukiman dalam tahun ketiga Repelita VI dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut:

a. Program Pokok

1) Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat, meningkatkan kemandirian dan kesetia- kawanan sosial masyarakat, merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat perdesaan, dan membantu serta mendorong masyarakat

IX/31

Page 32: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

perdesaan untuk meningkatkan kualitas perumahan dan permu- kimannya.

Program ini meliputi penyiapan dan penyediaan kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun (Kasiba/Lisiba), pengadaan rumah sangat sederhana (RSS) dan rumah sederhana (RS), pengadaan rumah susun sederhana dan rumah susun sewa, dan pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D).

Dalam rangka menjamin ketersediaan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar, telah dirintis pembangunan Kasiba/Lisiba di Driyorejo, Surabaya dengan luas lahan 1.200 ha yang dilaksanakan oleh Perum Perumnas. Proyek tersebut mencakup kegiatan fisik pembangunan perumahan dan permukiman dan kegiatan penyiapan perangkat lunak berupa pembentukan badan hukum (kelembagaan), manajemen pertanahan, pembangunan prasarana, dan manajemen pembiayaan dalam pembangunan perumahan dan per- mukiman. Selain itu, proyek tersebut juga merupakan ajang uji coba untuk mendapatkan masukan teknis dan non-teknis dalam pengelolaan Kasiba/Lisiba.

Penyediaan perumahan sederhana dan sangat sederhana (RS/RSS) terus ditingkatkan melalui penerapan pola pembangunan hunian berimbang (1:3:6), penyediaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi dengan suku bunga 8% - 14% per tahun, bantuan prasarana dan sarana dasar permukiman bagi RS/RSS yang di bangun oleh Perum Perumnas dan koperasi, dan keringanan berupa pembebasan retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan pungutan-pungutan lain yang dikenakan atas pembangunan RS/RSS.

Dalam tahun ketiga Repelita VI pemerintah menyediakan Rp. 771 milyar untuk pemberian fasilitas KPR rumah sederhana (RS) dan

IX/32

Page 33: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

rumah sangat sederhana (RSS), yang terdiri dari Rp. 396 milyar untuk 82.500 unit RSS dan Rp. 375 milyar untuk 30.750 unit RS.

Realisasi pembangunan perumahan sederhana (RS) dan peru- mahan sangat sederhana (RSS) melalui KPR-BTN hingga tahun ketiga Repelita VI telah mencapai 422.801 unit atau 84,56% dari target pembangunan RS/RSS sebesar 500.000 unit dalam Repelita VI. Hingga tahun ketiga Repelita VI ini sebanyak 280.797 unit RS/RSS dibangun oleh pengembang swasta dan sebanyak 142.004 unit RS/RSS oleh Perum Perumnas (Tabel IX-1). Pembangunan RS/RSS oleh Perum Perumnas dan koperasi pegawai mendapat dukungan pemerintah berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar yang meliputi pembuatan jalan lingkungan, saluran pembuangan air hujan, dan gorong-gorong. Hal ini dilakukan agar harga jual rumah tipe RS/RSS tersebut tetap terjangkau oleh daya beli masyarakat berpeng- hasilan rendah.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal para pekerja berpendapatan rendah, terutama pekerja industri dan perdagangan dilaksanakan pembangunan rumah susun sewa melalui pemberian Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada Perum Perumnas. Dalam pelaksanaannya Perum Perumnas melakukan kemitraan dengan pemerintah daerah, pengusaha industri, dan organisasi pekerja untuk mewujudkan rumah susun sewa. Hingga tahun ketiga Repelita VI telah dilaksanakan pembangunan rumah susun sewa sebanyak 2.433 unit di berbagai kota dan pusat-pusat kegiatan industri serta perdagangan, antara lain di Warugunung-Karang Pilang, Surabaya; Ujung Pandang; Batam; Tangerang; dan Jakarta.

Pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D) dilakukan melalui penyediaan prasarana dasar permukiman perdesaan seperti air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa

IX/33

Page 34: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

yang cepat berkembang. Dalam tahun anggaran 1994/1995 telah berhasil dibangun prasarana dasar permukiman di 346 kawasan, dalam tahun anggaran 1995/1996 menjangkau 216 kawasan, dan pada tahun anggaran 1996/1997 di 264 kawasan pusat pertumbuhan (Tabel IX-2).

Untuk lebih menggairahkan pembangunan perumahan dan per- mukiman telah diterbitkan PP No. 41 tahun 1996 yang memungkinkan warga asing memiliki rumah di Indonesia dan UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan pengembangan bisnis dan pembiayaan sektor properti di Indonesia sebagai pengganti lembaga hipotik dan credietverband, yang memberi jaminan hukum kepada pengembang, bank, dan pemilik atas bangunan, baik berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas tanah negara.

2) Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah melalui perbaikan dan peremajaan kawasan kumuh di kawasan perkotaan yang kepadatannya cukup tinggi, dan pemugaran peru- mahan dan permukiman di desa-desa tertinggal. Kegiatan program ini diselenggarakan dengan pendekatan Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha).

Dalam tahun anggaran 1994/1995 telah dilaksanakan perbaikan lingkungan perumahan kota/perbaikan kampung di 228 kota seluas 7.299,0 hektar serta melayani 697,2 ribu penduduk; pada tahun anggaran 1995/1996 di 228 kota seluas 5.471 hektar serta melayani 594,9 ribu penduduk, dan pada tahun anggaran 1996/1997 di 221 kota seluas 3.561 hektar yang memberi manfaat kepada 797,4 ribu penduduk (Tabel IX-3).

IX/34

Page 35: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

Peremajaan kota dilakukan terhadap kawasan kumuh di kawasan perkotaan yang berkepadatan tinggi melalui pembangunan rumah susun sewa beserta prasarananya. Kegiatan ini dilaksanakan di kota- kota besar, seperti DKI Jakarta, Semarang, Surabaya. Dalam tahun anggaran 1994/1995 telah berhasil diremajakan kawasan kumuh seluas 78 hektar; dalam tahun anggaran 1995/1996 seluas 221 hektar; dan pada tahun anggaran 1996/1997 seluas 94 hektar.

Program Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa (P2LDT) pada Repelita VI dikembangkan lebih lanjut menjadi Bantuan Pemugaran Perumahan dan Permukiman Perdesaan (BP4). Rencana pencapaian pada Repelita VI adalah pemugaran perumahan dan permukiman perdesaan di 20.622 desa. Dalam tahun anggaran 1994/1995 berhasil dipugar sebanyak 45.206 unit rumah yang tersebar 3.171 desa; pada tahun 1995/1996 sebanyak 48.714 unit rumah di 4.351 desa; dan pada tahun 1996/1997 dipugar 21.426 unit rumah di 1.905 desa (Tabel IX-4).

3) Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

Program ini mencakup pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan penanganan drainase. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungannya, mengendalikan pengumpulan dan pembuangan atau pemusnahan limbah padat, dan menciptakan lingkungan yang aman dari genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal.

a) Pengelolaan Air Limbah

Pada tahun 1994/1995 telah dilaksanakan pengelolaan air limbah perkotaan di 102 kota yang melayani 2.656,7 ribu penduduk; tahun 1995/1996 dilaksanakan di 99 kota yang melayani 2.325,8 ribu

IX/35

Page 36: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

penduduk; dan tahun 1996/1997 dilaksanakan di 74 kota yang melayani 1.629,5 ribu penduduk. Pada tahun 1994/1995 telah dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berkapasitas 11.500 M3/hari di Yogyakarta yang dapat memberi pelayanan kepada 110 ribu penduduk Kotamadya Yogyakarta, mengamankan badan-badan air dari pencemaran, dan mendorong tumbuhnya kebiasaan hidup sehat. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI pengelolaan air limbah perkotaan telah dilaksanakan di 275 kota dan melayani 6,612 juta penduduk (Tabel IX-5).

Pengelolaan air limbah perdesaan dilakukan dengan sistem pengelolaan setempat yang mencakup Jamban Keluarga (JAGA), Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL), dan Mandi Cuci Kakus (MCK). Pada tahun 1994/1995 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.191 desa yang meliputi JAGA sebanyak 114.996 unit, SPAL 1.355 unit, dan MCK 918 unit serta melayani 906,4 ribu penduduk perdesaan. Pada tahun 1995/1996 dilaksanakan di 2.071 desa yang meliputi JAGA sebanyak 63.456 unit, SPAL 2.002 unit, dan MCK 3.089 unit. Sistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa yang meliputi JAGA 40.881 unit, SPAL 3.162 unit, dan MCK 1.178 unit, serta mampu melayani 426,5 ribu penduduk. Dengan demikian pengelolaan air limbah perdesaan melalui pengelolaan setempat hingga tahun ketiga Repelita VI telah dilaksanakan di 6.673 desa serta melayani 2,1 juta penduduk (Tabel IX-8).

Selain itu, program pengelolaan air limbah juga melayani desa-desa tertinggal melalui penyediaan fasilitas MCK. Pada tahun 1995/1996 telah disediakan 1.908 unit MCK di 282 desa tertinggal, dan pada tahun 1996/1997 berhasil dibangun 3.255 unit MCK di 620 desa tertinggal.

IX/36

Page 37: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

b) Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan di kawasan perkotaan meliputi penye- diaan prasarana pengelolaan persampahan sistem kota dan pembinaan pengelolaan persampahan sistem modul. Kegiatan ini ditekankan kepada pengangkutan dan pembuangan sampah kota melalui peng- gunaan peralatan mekanis persampahan.

Pada tahun 1994/1995 pengelolaan persampahan dilaksanakan di 160 kota dan melayani sekitar 3.220,0 ribu jiwa penduduk; pada tahun 1995/1996 dilaksanakan di 107 kota dan melayani 2.560,0 ribu jiwa penduduk; dan pada tahun 1996/1997 pengelolaan persampahan dilaksanakan di 101 kota dengan penduduk terlayani sekitar 2.447,0 ribu jiwa. Dengan demikian hingga tahun ketiga Repelita VI, pengelolaan persampahan telah dilaksanakan di 368 kota serta melayani sekitar 8,227 juta penduduk (Tabel IX-6).

c) Penanganan Drainase

Penanganan drainase di kawasan perkotaan mencakup pemba- ngunan sistem drainase makro dan mikro. Drainase makro dilak- sanakan untuk mengatasi banjir rutin dan banjir potensial, sedangkan drainase mikro dilaksanakan di kawasan-kawasan kota yang rutin mengalami genangan.

Pada tahun 1994/1995 telah dilaksanakan penanganan drainase di 159 kota serta melayani 625 ribu penduduk; pada tahun 1995/1996 dilaksanakan di 133 kota, terutama di kota metropolitan, kota besar, dan kota sedang, yang melayani kurang lebih 2.646,9 juta penduduk; pada tahun 1996/1997 dilaksanakan di 129 kota yang melayani 627,1 ribu jiwa penduduk. Dengan demikian hingga tahun ketiga Repelita

IX/37

Page 38: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

VI, penanganan drainase telah dilaksanakan di 421 kota serta melayani kurang lebih 3,899 juta penduduk (Tabel IX-7).

4) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

Program ini meliputi kegiatan peningkatan kapasitas produksi, perluasan pelayanan air bersih, serta penurunan tingkat kebocoran pada jaringan distribusi perpipaan baik yang berada di kawasan perkotaan maupun yang berada di kawasan perdesaan.

Pada tahun 1994/1995 kapasitas produksi air bersih perpipaan di kawasan perkotaan ditingkatkan sebesar 8.729 liter/detik yang melayani 378.835 sambungan rumah, 6.719 hidran umum, dan 3.323,4 ribu penduduk; pada tahun 1995/1996 kapasitas tersebut ditingkatkan 4.528 liter/detik yang melayani 360.596 sambungan rumah, 15.970 hidran umum, dan 4.121,3 ribu penduduk; pada tahun 1996/1997 kapasitas produksi air bersih perpipaan ditingkatkan lagi menjadi 7.281 liter/detik, dengan sambungan rumah sebanyak 256.106 unit, 2.980 hidran umum serta melayani sekitar 2.153,4 ribu penduduk. Penurunan jumlah penduduk yang dilayani pada tahun 1996/1997 disebabkan oleh titik berat tahun anggaran 1996/1997 adalah peningkatan kapasitas produksi air bersih, dan diharapkan pada tahun anggaran berikutnya dapat diikuti dengan peningkatan sam- bungan rumah. Selama tiga tahun Repelita VI telah ditingkatkan kapasitas produksi air bersih perpipaan di kawasan perkotaan sebesar 20.538 liter/detik, sambungan rumah 1.004.537 unit, dan hidran umum 25.669 unit dengan penduduk terlayani sebanyak 9.598,5 ribu jiwa (Tabel IX-9).

Pada tahun 1994/1995 telah dilaksanakan penyediaan air bersih perdesaan dengan penggunaan teknologi sederhana melalui pembuatan sumur sebanyak 4.352 buah, penampungan air hujan (PAH) 603

IX/38

Page 39: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

buah, dan perlindungan mata air (PMA) 51 buah yang keseluruhannya melayani 200,1 ribu penduduk. Pada tahun 1995/1996 melalui teknologi sederhana dilaksanakan peningkatan kapasitas produksi air bersih perdesaan sebesar 163 liter/detik, hidran umum sebanyak 1.775 buah, pembuatan sumur sebanyak 16.357 buah, PAH 1.021 buah, PMA 68 buah dan melayani 870,5 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 kapasitas produksi air bersih perdesaan ditingkatkan 665.2 liter/detik, hidran umum sebanyak 3.601 buah, pembuatan sumur sebanyak 15.603 buah, PAH 3.813 buah, dan PMA 199 buah yang keseluruhan penyediaan air bersih tersebut mampu melayani 1.360 ribu penduduk (Tabel IX-10).

Dalam rangka pengentasan kemiskinan, khususnya di desa-desa tertinggal, telah dilaksanakan pembangunan air bersih dengan sistem penyediaan air bersih sederhana (SIPAS). Untuk menjaga kesinam- bungan pengelolaan air bersih tersebut maka pelaksanaan penyediaan air bersih sederhana melibatkan peranserta masyarakat desa (LKMD, Pramuka, Pesantren, dan Karang Taruna/Taruna Karya). Pada tahun 1995/1996 telah dibangun 6.300 unit di 1.072 desa tertinggal dan pada tahun 1996/1997 berhasil dibangun 11.552 unit di 1.770 desa tertinggal.

Selain kegiatan-kegiatan pembangunan fisik sebagaimana tersebut di atas, juga dikembangkan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam pengelolaan dan penyediaan air bersih. Minat swasta terhadap investasi di bidang penyediaan air bersih pada dasarnya cukup besar, namun masih terdapat beberapa kendala untuk mengem- bangkannya lebih lanjut yaitu kendala tarif air (kesepakatan harga jual air antara pemerintah dan swasta) dan kendala hukum (bentuk/pola kerjasama antara pemerintah dan swasta). Untuk menunjang pelak- sanaan kerjasama tersebut saat ini tengah dipersiapkan peraturan perundang-undangan yang akan mengatur bentuk/pola kerjasama

IX/39

Page 40: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

antara pemerintah/BUMN/BUMD dengan pihak swasta. Pengaturan tersebut diperlukan mengingat bahwa dalam penyediaan air bersih terkait aspek pelayanan sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam penyediaan air bersih.

5) Program Penataan Kota Program penataan kota dalam Repelita VI mencakup penyiapan

pembangunan kota terpadu yang dituangkan dalam penyiapan dan penyusunan program jangka menengah (PJM) kota dan kawasan perkotaan serta penyempurnaan dan pemantapan sistem data dan informasi pembangunan perkotaan.

Penyiapan dan penyusunan program jangka menengah (PJM) kawasan perkotaan dan kota mencakup proses penyusunan alternatif pengembangan perkotaan, penyusunan strategi pengembangan per- kotaan, penyusunan rencana induk sistem prasarana dan sarana dasar perkotaan, penyusunan tahapan pelaksanaan pembangunan perkotaan, penyusunan program jangka menengah pembangunan prasarana dan sarana perkotaan untuk mendukung kegiatan pembangunan kawasan perkotaan dan kota, rencana investasi dan rencana pengelolaan termasuk kemungkingan peranserta swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota.

Penyusunan program jangka menengah (PJM) kawasan perkotaan dan kota dilaksanakan bersama pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II berdasarkan prinsip otonomi dan desentralisasi. Dalam tahun anggaran 1994/1995 telah disusun PJM untuk 50 kota; pada tahun anggaran 1995/1996 telah disusun PJM untuk 28 kota dan 14 kawasan perkotaan; dan pada tahun anggaran 1996/1997 telah disusun PJM untuk 30 kota dan 20 kawasan perkotaan. Dengan demikian,

IX/40

Page 41: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

hingga tahun ketiga Repelita VI telah disusun PJM untuk 108 kota dan 34 kawasan perkotaan.

6) Program Penataan Bangunan Program ini bertujuan untuk memantapkan kelembagaan penataan

bangunan di daerah untuk menjamin ketertiban dalam pembangunan dan keselamatan bangunan serta keserasian bangunan dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan adalah penyiapan, pemutakhiran, dan pem- bakuan peraturan perundang-undangan di bidang tata bangunan, pembinaan dan pengawasan teknis, termasuk kegiatan bantuan teknis pengelolaan pembangunan bangunan gedung negara, penyusunan peraturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan ling- kungan.

Bantuan teknis penyusunan peraturan bangunan diprioritaskan pada daerah tingkat II otonomi percontohan dan daerah tingkat II lainnya yang telah mendesak kebutuhannya akan peraturan daerah tentang bangunan. Selama tiga tahun Repelita VI telah berhasil disusun 130 naskah peraturan daerah tentang bangunan. Selain itu juga dilakukan bantuan teknis penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang mengatur intensitas bangunan, wujud bangunan dan lingkungan. Hingga tahun ketiga Repelita VI telah disusun 81 RTBL, dengan rincian sebagai berikut: pada tahun 1994/1995 telah disusun 34 RTBL, pada tahun 1995/1996 sebanyak 31 RTBL, dan pada tahun 1996/1997 sebanyak 16 RTBL.

IX/43

Page 42: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

b. Program Penunjang

1) Program Pengembangan Hukum di bidang Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan untuk menunjang kegiatan perancangan peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat sektoral. Program ini mencakup kegiatan pengkajian, penelitian hukum, serta penyusunan naskah akademis peraturan perundang-undangan di bidang perumahan dan permukiman.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, selama tahun 1994/1995 telah diterbitkan dua buah peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Peme- rintah Nomor 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1994 Tentang Penghunian Rumah oleh Bukan Pemilik, sementara 5 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) lainnya masih dalam proses pengesahan, yaitu RPP tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri, RPP tentang Pembangunan Perumahan dan Permukiman, RPP tentang Penyediaan Tanah untuk Perumahan dan Permukiman, RPP tentang Penunjukan Perum Perumnas untuk Melakukan Penyelenggaraan Pengelolaan Kawasan Siap Bangun, RPP tentang Pembinaan Perumahan dan Permukiman. Pada bulan Juni 1996 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia.

Guna mendukung kepemilikan rumah oleh masyarakat yang berpendapatan rendah telah diterbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 1996 yang memberi keringanan pembebasan retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan pungutan lainnya yang

IX/42

Page 43: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

dikenakan atas pembangunan rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS).

2) Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan terutama yang tengah berkem- bang dan diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar bagi pemba- ngunan. Program ini dilaksanakan antara lain melalui kegiatan perintisan produksi bahan bangunan lokal untuk jalan dan permu- kiman yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, dan bisa dijangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah. Selain itu telah dimulai penerapan unit produksi dan peralatannya di daerah beserta penyiapan tenaga terlatih.

Guna mendukung kegiatan di atas juga dilaksanakan kegiatan pengembangan manajemen inventori bahan jalan, kriteria kerja keamanan bendungan, bencana alam, pemanfaatan air tanah, dan evaluasi penerapan teknologi hasil penelitian dan pengembangan di desa-desa tertinggal, penerapan teknologi penjernihan instalasi pengo- lahan air (IPA), rumah tahan gempa, rumah moduler, pengkajian bahan bangunan, pengembangan alternatif bahan bangunan, daur ulang limbah rumah tangga, serta inventarisasi sungai dan sumber daya air di daerah.

Juga dilaksanakan evaluasi pelaksanaan, penelitian dan pengem- bangan, serta koordinasi pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman, termasuk pengembangan peranserta masyarakat dalam bentuk perintisan pembentukan koperasi perumahan.

IX/43

Page 44: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

3) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Program ini bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber daya hayati dan non-hayati serta lingkungan hidup. Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan program penyediaan dan pengelolaan air bersih telah dilaksanakan kegiatan perlindungan mata air.

Sampai dengan tahun 1996/1997 telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 29,6 juta ha atau sekitar 97% dari 30,3 juta ha kawasan hutan lindung yang direncanakan. Kawasan hutan lindung tersebut amat penting peranannya dalam perlindungan sistem tata air.

4) Program Penataan Ruang Program ini bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan pola

tata ruang dan mekanisme pengelolaan yang dapat menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan dan pemanfaatan air, tanah, serta sumber daya lainnya. Untuk mendukung dan mendorong pengem- bangan perkotaan dilakukan penataan ruang sebagai dasar bagi pem- bangunan perumahan dan permukiman. Selain itu, untuk menumbuh- kembangkan peranserta masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman dipersiapkan berbagai perangkat lunak berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penataan ruang.

Pada tahun 1996/1997 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang.

5) Program Penataan Pertanahan

Program ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan dan pengembangan pengelolaan pertanahan yang terpadu, serasi, efektif,

IX/44

Page 45: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

dan efisien, sehingga pemanfaatannya dapat mendukung terwujudnya rasa keadilan dan kemakmuran masyarakat. Melalui program ini diharapkan sistem penataan penguasaan, pemilikan, dan pengalihan hak atas tanah termasuk pelaksanaan konsolidasi Tanah perkotaan, dapat mendukung pembangunan perumahan dan permukiman, khusus- nya pembangunan kawasan siap bangun dan pembangunan kota-kota baru.

IX/45

Page 46: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 1PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA

KREDIT PEMILIKAN RUMAH OLEH BANK TABUNGAN NEGARAMENURUT DAERAH TINGKAT I

1993/94, 1994/95 – 1996/97(unit rumah/debitur)

1) Angka diperbaiki

IX/46

Page 47: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

GRAFIK IX – 1PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA MELALUI KPR OLEH BTN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/47

Page 48: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 2PEMBANGUNAN KAWASAN

TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESAMENURUT DAERAH TINGKAT I

1994/95 – 1996/97(kawasan)

XI/48

Page 49: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 3PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK) / PERBAIKAN KAMPUNG

MENURUT DAERAH TINGKAT I1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/49

Page 50: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

GRAFIK IX – 2PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK)/

PERBAIKAN KAMPUNG1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/50

Page 51: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 4PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA

MENURUT DAERAH TINGKAT I1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

IX/51

Page 52: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

GRAFIK IX – 3PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA

1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/52

Page 53: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 5PENDUDUK TERLAYANI OLEH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PERKOTAANMENURUT DAERAH TINGKAT I

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

IX/53

Page 54: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 6PENDUDUK TERLAYANI OLEH

PENGOLAHAN PERSAMPAHAN DI PERKOTAANMENURUT DAERAH TINGKAT I

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

IX/54

Page 55: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 7PENDUDUK TERLAYANI OLEH

PENGOLAHAN DRAINASE DI PERKOTAANMENURUT DAERAH TINGKAT I

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

IX/55

Page 56: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 8PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENDUDUK TERLAYANI DI PERDESAAN

MELALUI PENGELOLAAN SETEMPATMENURUT DAERAH TINGKAT I

1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaikiJAGA = Jambangan KeluargaSPAL = Sambungan Pembuangan Air LimbahMCK = Mandi Cuci Kakus

IX/56

Page 57: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 9PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN

MENURUT DAERAH TINGKAT I PER TAHUN1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

IX/57

Page 58: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

GRAFIK IX – 4PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/58

Page 59: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

TABEL IX – 10PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN

MENURUT DAERAH TINGKAT I PER HATUN1993/94, 1994/95 – 1996/97

*) Angka diperbaiki1) Terdiri dari Hidran/Kran Umum dan Terminal Air2) Terdiri dari sumur artesis, sumur pompa dalam/dangkal, dan sumur gali3) PAH = Penampungan Air Hujan4) PMA = Perlindungan Mata Air

IX/59

Page 60: BAB IX · Web viewSistem pengelolaan setempat tersebut mampu melayani sekitar 767,3 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997 pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 2.411 desa

GRAFIK IX – 5PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

IX/60