bab iv.docx
TRANSCRIPT
BAB IV
METODE PRAKTEK
4.1 Alat dan Bahan
Saat pengoperasaian untuk pembuatan peta PEMOTRETAN UDARA UNTUK KEPENTINGAN MILITER DAN PEMBANGUNAN NASIONAL diperlukan titik sebaran GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Geodetic ini di berbagai Negara Kepulauan Indonesia (NKRI), di perlukan alat dan bahan seperti berikut:
GPS Geodetic Trimbell Atau GPS Geodetic Global Navigation Satellite System (GNSS) LEICA Product per – version
Triport / Statif Triba Adapter / Connection Remote Conttroler Meteran GPS HandHeld Per - Version Kamera Nikon DX Lensa Kamera Ukuran 24 mm Laptop Militer berbasis IOS Pantium Super Proccesor Pesawat Cassa (Untuk mengangkut Keperluan Potret Udara)
4.2 Metode / Prosedur Kerja
4.2.1 Metode dan Pelaksanaan Survei Untuk Pemotretan Udara
Pelaksanaan kegiatan survey dan pemotretan udara di Pangkalan TNI Halim Perdana Kusuma adalah survey pengukuran GPS GNSS dan pengukuran sipat datar memanjang serta pemotretan udara menggunakan tanda pre mark di lokasi yang akan di yang akan difoto kegiatan yang dilaksanakan dipangkalan udara TNI Halim Perdana Kusuma
Gambar 4.1 Premark GPS
Gambar 4.2 Premark GPS
Dengan Menggunakan Premark dalam pembuatan peta foto udara ini dapat membantu untuk mengetahui titik koordinat GPS untuk memudahkan pengolahan data Trianggulasi udara pada saat sesudah pemotretan udara berlangsung dan di olah di komputerisasi.
Subdis Surta bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan dalam bidang survey dan pemetaan aeronautika. Subdis Surta mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan mengolah data/ Informasi yang dilakukan melalui pengukuran dilapangan (terestris) baik secara Digital atau Analog maupun survey instansi Untuk mendukung Pembuatan dan revisi peta.
Gambar 4.3 Titik Kordinat GPS untuk posisi Pemotretan Udara
4.2.2 Teknis Pemotretan udara
Pada pelaksamaam pemotretan udara vertikal di pangkalan udara TNI HALIM PERDANA KUSUMA dengan skala 1 : 5000, luas areal yang dilaksanakan pemotretan udara yaitu 9 x 4 km2.
Pemotretan udara dilaksanakanm setelah Premark selesai dipasang pada posisi yang telah direncanakan posisi Premark diletakan pada Bench Mark yang diperlukan untuk proses Point Transfer dan proses Trianggulasi Udara.
Pemotretan udara dilakukan berdasarkan parameter – para meter sebagai berikut :
1. T. ALT : 5000 FEET AGL (Skala 1 : 10.000)2. IAS : 120 knots3. Heading : 090° dan 270°4. Drift Max : 10°5. Fillter : Yellow dan AV 36%
6. Shutter Speed : (1/200 – 1 /400)7. Aperture : 4 – 88. Over Lap : 60 % ± 5%
9. Side Lap : 30% ± 5%
10.Turning : Dipandu oleh Observer Potrud dan GPS
Pemotretan udara dilakukan berdasarkan standard spesifikasi teknis yang
digunakan dalam pembuatan foto udara yaitu Cassa 212, Lokasi yang di foto
harus benar benar terbuka, cakupan maksimal dalam 1 ( satu ) foto pair adalah
3% dan tidak melebihi dari 5%
4.2.3 Pembuatan foto udara / mozaik
Setelah dilaksanakan pemotretan udara, selanjutnya dilaksanakannya
proses pembuatan foto udara atau mosaik, kegiatan yang dilaksanakan adalah
mendesain foto lepas menjadi foto “Uncontrolled Mosaic” Dibuat dalam bentuk
negatif film dengan menggunakan kamera repro, selanjutnya dicetak sebagai
hasil reproduksi “Mosaik Tidak Terkontrol” untuk dipergunakan sebagai sarana
petunjuk lokasi titik titik koordinat yang telah disurvei melalui GPS Geodetic
dan melihat jalur
4.2.4 Peralatan tambahan yang dipergunakan
Peralatan peralatan tambahan ini digunakan dala, pemotretan udara
adalah sebagai berikut:
1. Pesawat udara : CASSA 212
2. Kamera udara : RMK Top
3. Peralatan Navigasi : GPS ASHTECH P XII
4. Peralatan Proses : Notebook / Laptop
Kronologi pemotretan udara periksa 4.2.2
4.2.5 Pemasangan Premark
Pemasangan Premark dilokasi ditetapkan dilapangan sesuai petunjuk dan
pengarahan yang diberikan dan hasil survey disekitar lokasi yang akan
dipetakan dan disesuaikan dengan kondisi masa mendatang. Premark dipasang
sebelum pemotretan dilaksanakan hal ini dimaksud agar Premark tersebut bias
terlihat pada foto udara yang berfungsi sebagai control letak dari Ground
Control yang terekam di foto udara, kemudian digunakan sebagai dasar
perlatan (Aerial Triangulation) seluruh areal proyek. Jumlah Premark yang
dipasang sama dengan Bench Mark yaitu 9 buah untuk areal 36 km2.
4.2.5.1 Pengukuran Ground Ccontrol.
Pengukuran control tanah ( X, Y dan Z) dilaksakan dengan metode
pengukuran sebagai berikut
a. Pengukuran Ketinggian (Z)
Pengukuran ketinggian adalah pengukuran untuk mendapatkan beda
tinggi pada daerah yang diukur, sehingga pada peta akan diketahui
ketinggian daerah yang akan dipetakan. Pengukuran ketinggian awal
pengukurannya diikatkan pada pilar yang telah mempunyai ketinggian
MSL
b. Pengamatan GPS
Pengamatan GPS (Global Position System) adalah pengukuran
menggunakan peralatan penerima sinyal (receiver) dari sinyal satelit GPS
yang mengorbit diatas permukaan bumi untuk mendapatkan posisi horizontal
dipermukaan bumi yang akan ditentukan posisinya
c. Sistem Pengamatan GPS
Sistem pengamatan GPS dipangkalan udara Halim Perdana Kusuma
dilaksanakan dengan cara pengamatan satelit GPS menggunakan alat
GPS GNSS LEICA. Metode pengukuran dilaksanakan dilapangan adalah
sebagai berikut :
1) Konfigurasi Pengukuran
Pengamatan GPS di pangkalan udara Halim Perdana
Kusuma dilaksanakan mempergunakan 5 (lima) unit GPS
GNNS per – Version dan GPS GNSS CS 15 sebagai Base
Controlled di kantor survey dan pemotretan udara TNI AU
dengan titik Bench Mark Yang sudah diketahui dan diberi
patok batu. Dan pengamatan GPS dengan metode pengamatan
STATIC, Ke lima GPS GNSS dan satu GPS sebagai Pusat
Titik Kontrol mengamat secara serempak dengan satelit yang
sama dalam waktu yang bersamaan. Dalam kegiatan
pengamatan dilakukan konfigurasi pengukuran . dan
membutukan empat unit receiver ditempatkan pada lokasi
yang akan diukur. Dan satu Receiver ditemoatkan pada lokasi
titik ikat sebagai titik kontol juga. Setiap titik dilaksakan dua
kali Session Pengamatan dan dilakukan pemindahan data (
Logging) ke Notebook, Mengingat keterbatasan daya sinyal
dan memori.
d. Persiapan Pengamatan
Persiapan pengukuran dalam metode pengamatan satelit GPS GNSS
sedikit berbeda dibandingkan dengan pengukuran metode konvensional.
Dalam hal ini antara lain disebabkan oleh adanya keterbatasan waktu
konstelasi satelit, medan cangkupan penerimaan sinyal oleh receiver,
serta kualitas penerimaan sinyal. Untuk receiver GPS GNSS periapan
yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan pengamatan dilapangan dengan
selisih jarak beberapa mm saja dan tidak seperti GPS Handheld dengan
selisih bias melebihi antara ± 5m dan selisih waktu 10 menit. Dan
pengamatan lainnya sebagai berikut :
1) Memasukan (inisialisasi) koordinat pendekatan (lintang
dan bujur) tempat pengamatan dan mengatur proyeksi
UTM koordinat tempat kita mengamat GPS . koordinat
pendekatan ini berlaku sama untuk radius pengukuran
450 km. sedangkan bila dikehendaki output data yang
bersifat dua dimensi (lintang dan bujur) harus
dimasukan data ketinggian tempat pengamatan sebaik
mungkin, termasuk tinggi antenna receiver dari
permukaan tanah.
2) Pengumpulan almanac satelit, dalam hal ini yang
dimaksud adalah untuk member masukkan (input)
keadaan receiver tentang jumlah satelit, kualitas sinyal
(SQ) dan nomor satelit, eleveasi dan geometri posisi
satelit (PDOP), serta waktu lintasan terhadap koordinat
pendekatan (INIT) yang telah dimasukan, agar receiver
dapat digunakan untuk pengamatan. Almanak satelit ini
berlaku selama enam bulan pengamatan untuk koordinat
pendekatan yang sama.
e. Pengamatan Satelit GPS
Pengamatan satelit dilokasi dilaksanakan dengan cara STATIC, yaitu
empat receiver masing masing berdiri di stasion pengamatan membentuk
suatu jaring segitiga ataupun persegi, sedangkan satu receiver lagi
ditempatkan di titik control untuk setiap session pengamatan. Dengan
demikian diperoleh beberapa segitiga atau persegi yang saling
membentuk jaringan dengan satu sisi (basis) yang berimpit.
1) Penempatan receiver pada lokasi titik ikat yang
jaraknya jauhnya ± 20 km dari lokasi pangkalan
udara dilakukan titik bantu, sehingga titik atau
lokasi yang diinginkan dapat dihitung dari titik
bantu tersebut.
2) Antena penerima diletakkan tepat ( centering)
diatas titik pengamatan dan diusahakan berada di
daerah terbuka ( Clear Area ) pada sudut pandang
tanpa gangguan tetap, yang berupa bangunan atau
pengamat, dengan demikian penerimaan sinyal
satelit oleh receiver terbebas dari absorpsi,
pemantulan ataupun pembiasan ( Multipath and
ground swing)
3) Dengan bantuan almanak satelit dan jadwal
pengamatan yang sudah dibuat sebelumnya,
dilakukan tracking ( penjejakan) sinyal satelit
secara simultan untuk keempat lokasi yang
berbeda, sehingga keempat receiver dapat
menerima sinyal dari satelit yang sama. Setiap
session pengamatan dilakukan selama 2 jam dan
paling lama yaitu 4 sampai 6 jam dan untuk setiap
panggkalan udara atau bandara dilakukan 2 (dua)
session. Disamping itu dicatat beberapa kejadian
penting selama pengamatan, misalnya Trouble
Receiver, Trouble Finf Sattelit. Error Operator
Center, dan Diagram pengamatan.
f. Data Loging dan Hitungan Koordinat Definitif
Dalam data Loging dan hitungan koordinat definitive setelah jumlah
data dalam setiap session pengamatan terpenuhi, dilakukan pemindahan
data ( Data Loging) dari receiver ke laptop untuk menyimpan data hasil
pengamatan dari keempat receiver tersebut. Proses pemindahan (loging)
data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ( program ) LOG.
EXE yang tersedia dalam receiver GPS maupun dalam Laptop.
Pemindahan lokasi pengukuran ataupun pengulangan pengukuran untuk
lokasi yang lain, baru bias dilaksanakan setelah seluruh data yang
tersimpan dalam GPS dipindahkan dan disimpan dalam komputer
(Laptop) dengan sistem penyimpanan (file) dalam diskset memory yang
dipasang di GPS. Hitungan koordinat definitif dilakukan setelah selesai
pengamatan setiap pangkalan udara atau bandara dengan menggunakan
program pengolahan data PRISM sehingga setiap titik atau obyek yang
telah diukur diperoleh harga koordinat Geografis nya dalam sistem
Proyeksi UTM WGS 84
g. Proses Pemetaan
Pemetaan adalah proses kelanjutan setelah selesai pemotretan
dilaksanakan. Pekerjaan pemetaan dimulai dari proses:
1) Scanning
Untuk scanning alat yang dipakai yaitu phtoscan TD
Intergraph Zeiss dan CD untuk menyimpan data
images. Scanning dilakukan dengan resolusi 21
miskron sesuai dengan keperluan pemetaan
fotogrametris . Dengan lama waktu yang dibutuhkan 30
menit tiap foto maka scanning ini membutuhkan
beberapa hari lamanya.
2) Trianggulasi Udara
Untuk pekerjaan Trianggulasi udara dimaksudkan
untuk memperbanyak titik control yang ada di lapangan
sehingga setiap foto minimal mempunyai 9 titik control
minor triangguasi udara pada pemetaan fotogrametris
digital dibagi menjadi 3 tahap pekerjaan:
I. Tahap Orientasi
Pada tahap ini orientasi yang dilakukan
orientasi untuk tiap foto, orientasi relative
untuk tiap model. Orientasi dalam dan
relative dapat dikerjakan langsung setelah
scanning.
II. Tahap Perhitungan
Tahap ini dilaksanakan setelah tahap
orientasi selesai dikerjakan untuk satu
blok pemetaan secara bersamaan
III. Tahap Analisa Hasil
Apabila ada hasil yang kurang bagus
langsung diulang/ kembali ke tahap
orientasi, sampai hasil trianggulasi udara
masuk toleransi
IV. Peralatan yang dipakai
Untuk pelaksanaan trianggulasi
udara peralatan yang dipakai yaitu:
1. Software Image Station ynag
bernama Image Station Digital
Measuration
2. Kertas Printer
3. Tinta printer
4. CD
h. DTM
Pengambilan data DTM dilakukan setelah proses AT. Pelaksaan DTM
memerlukan waktu lama karena faktor skala foto kecil, sehingga titik
yang harus diamati lebih banyak. Untuk setiap model rata rata terdapat
500 titik DTM yang harus di amati. Dengan pembentukan DTM akan
didapat garis kontur.
i. Rektifikasi
Untuk pembuatan peta foto, setiap harus melalui proses rektifikasi.
Proses rektifikasi ini bertujuan agar setiap posisi yang ada di foto
merupakan posisi yang benar benar sesuai koordinat tanah.
j. Mosaik
Setelah semua posisi detail yang ada difoto merupakan posisi yang
benar, maka foto foto yang ada dimosaik untuk mendapatkan cakupan
areal yang lebih luas
k. Kartografi
Sesuai ukuran peta foto yang direncanakan, maka hasil mosaik
yang mencakup ukuran yang luas dipotong sesuai ukuran peta. Kemudian
dilakukan deliniasi pada detail yang ada, missal jalan, sungai, pemukiman
dan sebagainya. Selain pekerjaan pada isi peta kartografi juga membuat
legenda serta disain peta.
l. Field Check
Setelah semua proses dari pengkuran dan sampai dengan
kartografi selesai, dilanjutkan lagi proses interprestas pada seluruh areal
yang akan dipetakan. Dalam rangka memastikan hasil interpretasi,
dilaksanakan field check kelapangan langsung untuk mengecek
kebenaran data-data peta dengan sebenarnya.
m. Cetak
Apabila pekerjaan field check selesai, data data hasil dari
lapangan, diserahkan untuk diproses di kartografi kembali. Setelah selesai
maka peta garis hasil foto udara siap dicetak. Alat yang dipakai untuk
cetak coba yaitu Plotter
4.3 Pemotretan Udara Vertikal
4.3.1 Penyelenggaraan Pemotretan Udara Vertikal
Dalam foto udara untuk pertahanan Militer dan pembangunan
nasional dibututuhkan penyelenggaraan . Fungsinya merupakan kegiatan
yang memerlukan ketelitian, kecermatan, kecepatan dan perhitungan
yang akurat. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan kegiatannya,
diperlukan beberapa tahap kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan,
pelaksanaan sampai kepada pengakhiran. Adapun untuk masing masing
kegiatan akan saling mendukung kegiatan berikutnya sampai dengan
selesai pekerjaan.
4.3.2 PERENCANAAN
a. Koordinasi
Dilakukan dengan instansi terkait untuk memperoleh
tambahan personil, transportasi, akomodasi, konsumsi dan
pesawat udara untuk pemotretan udara
b. Penyiapan Dokumen
Dokumen dokumen terdiri atas surat izin pemerintah, surat
izin Perintah kerjam Surat izin Terbang, dan Peta peta
Aeronautika, peta topografi, dan RBI
c. Perencanaan Teknis
1. Penyiapan rencana jalur terbang, baik rencana analog
maupun rencana digital pada daerah yang akan dipotret
dengan memperhatikan spesifikasi teknis dan
selanjutnya mengisi formulir sasaran potrud vertikal
2. Penyiapan personel pemotretan udara vertikal, yaitu
Observer pemotretan udara, juru foto udara, dan Laboran
foto udara
3. Penyiapan peralatan pemotretan udara vertikal, yaitu
kamera udara vertikal dengan alat bantu Navigasinya
dan Laboratorium Foto Udara.
4. Penyiapan Materiil pendukung Khusus, seperti peta,
ATK, film udara, *(film diapositif, kertas foto, bahan
bahan kimia pemproses film / kertas) memory SD
kamera manual dengan aksesoris Lensa dengan pixel
yang dibutuhkan, laptop untuk merekam data foto udara.
*Pemotretan Foto udara dengan menggunakan Kamera
RMK TOP versi terdahulu dan sekarang jarang
dipergunakan dengan seiringnya waktu semakin
modern
4.3.3 PERSIAPAN
a. Ferry Flight
Dilakuan dari skadron udara tempat pesawat pemotretan udara berada
ke Lanud Halim Perdana Kusuma tempat DissurpotrudAU berada. Setelah
kamre udara terpasang dan uji fungsi system dilakukan, maka dilanjutkan
dengan Ferry Flight (Pesawat yang diterbangkan kosong tanpa penumpang)
b. Koordinasi
Dilakukan juga antara awak pesawat potrud dan tim potrud dari
DissurpotrudAU. Koordinasi perlu dilakukan untuk memperjelas tentang misi
yang akan dilaksanakan, termasuk untuk lebih memperlancar pemasangan
kamera udara
c. Pemasangan Kamera Udara
Pemasangan kamera harus dengan prosedur dan berurutan. Urut-
urutan pemasangan kamera udara vertikal sebagai berikut.
1. Melepaskan penutup lubang kamera udara yang terdapat
pada lantai / perut pesawat
2. Memasang alas triplek pada lantai pesawat yang sesuai
dengan kamera yang akan digunakan
3. Memasang kamera udara vertikal yang secara garis besar
terdiri atas:
a) Camera Body + Cassete Recording
b) Navigation Telescope (Citra Satelit)
c) Control Unit
Sedangkan bila menggunakan metode Potrud otomatis maka
harus memasang alat bantu navigasi dan komputer manajemen
potrud serta radio optik dan radio link.
4. Menghubungkan sistem listrik kamera udara dengan sumber
listrik di pesawat
d. Uji Fungsi Sistem
Urut- urutan kegiatan uji fungsi sistem sebagai berikut:
1. Menguji apakah kamera udara berfungsi sesuai dengan
“setting” yang diinginkan
2. Apabila menggunakan metode potrud otomatis harus diuji
apakah sistem kamera udara dapat bekerja secara
terintegrasi dengan alat bantu navigasi dan komputer
Manajemen Potrud serta radio link
3. Setelah pengujian selesai dan sistem dapat berfungsi
dengan baik, maka kondisi ini dapat dilaporkan kepada
Observer Potrud yang bertugas.
e. Photo Fligt
Urut- Urutan kegiatan photo flight adalah sebagai berikut :
1. Observer Potrud mengisi formulir Navigasi Log / Tally Sheet
Terbang, sedang juru potet udara mengisi tally sheet Aerial
Photography Planning
2. Cek sistem secara keseluruhan sebelum Take Off untuk
memastikan bahwa peralatan berada dalam keadaan siap pakai,
dan kegiatan ini menghabiskan 7 ekspose kosong + 3 ekspose tes
kamera apabila menggunakan kamera otomatis maka komputer
manajemen potrud dan alat bantu navigasi sudah dihidupkan
dalan keadaan stand by
3. Setelah mendekati sasaran yang sudah dipasang titik GPS terikat,
beri komando untuk menerbangkan pesawat sesuai dengan
ketinggian dan kecepatan yang sudah dikoreksi berdasarkan
temperature apabila daerah yang dipotret berupa blok, maka perlu
jalur terbang sejajar dengan jalur terbang untuk mengukur drift,
sedangkan bila yang dipotret berupa sasaran dengan arah yang
berubah ubah maka perlu dilakukan “Wind Star” untuk mengukur
arah dan besaran angin sehingga dapat ditentukan koreksi arah
terbang.
4. Pada saat melakukan pemotretan udara, beri komando yang jelas
tentang arah kecepatan, ketinggian dan koreksi arah serta drift.
Juga jangan lupa mencatat besaran-besaran yang diperlukan pada
Aerial Photofraphy Log. Cek pada peta jalur terbang apakah
penerbangan sudah tepat di atas jalur titik ikat Koordinat GPS
GNSS (Ground) dan GPS Handheld dan juga Navigation
Telescope yang berada di pesawat.
5. Setelah selesai melaksanakan pemotretan dapat kembali ke
pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma sambil memastikan
peralatan sesuai prosedur yang belaku. Apabila pemotretan belum
selesai perlu dibeli tanda pada jalur terbang dan titik di ground
survey daerah mana yang harus dipotret lagi pada kesempatan
selanjutnya.
f. Re-Flight
Pelaksanaan re-flight dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
Navigasi udara / satelit atau apabila menggunakan kamera otomatis dapat
melihat pada laporan terbang yang direkam secara otomatis oleh perangkat
lunak yang dimiliki T-Flight. Pada umumnya re-flight dilakukan untuk daerah
daerah yang hasil fotonya kurang bagus, baik karena cakupan awan melebihi
toleransi, cuaca yang buruk, overlap dan sidelap tidak masuk toleransi crab atau
melebihi toleransi serta hasil proses film yang buruk. Namun demikian bias juga
karena terjadi gap pada daerah yang mempunyai relief ketinggian kontras yaitu
bisa saja dipenuhi awan
4.4 Persyaratan utama Pemotretan Udara
Dalam penyelenggaraan pemotretan udara vertikal, selain didukung oleh
aspek sumber daya, juga terdapat aspek lain yang turut menentukan
keberhasilan kegiatannya, aspek lain yang juga menentukan keberhasilan
tersebut, berupa spesifikasi teknis yang merupakan persyaratan pemotretan
udara vertikal. Persyaratan persyaratan ini harus dipenuhi oleh pelaksana
lapangan, demi tercapainya hasil yang optimal, yaitu terdiri dari persyaratan
produk dan kamera, penerbangan foto, film dan foto udara.
4.4.1 Persyaratan Utama Penerbangan Foto
a. Kondisi penerbangan
Kondisi penerbangan terdiri atas beberapa hal yaitu:
1. Pemotretan boleh dilaksanakan dengan sudut matahari minimal 25°
dan maksimal 60°
2. Pemotretan tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi cuaca yang akan
menghasilkan file potretan / film negative yang buruk dan kehilangan detail
yang dibutuhkan
3. Foto udara harus bebas dari awan, bayangan dan asap, pantulan
matahari, dan bayangan pesawat terbang, kecuali hal itu tidak menutupi detail
yang dibutuhkan