bab iv.docx

26
BAB IV METODE PRAKTEK 4.1 Alat dan Bahan Saat pengoperasaian untuk pembuatan peta PEMOTRETAN UDARA UNTUK KEPENTINGAN MILITER DAN PEMBANGUNAN NASIONAL diperlukan titik sebaran GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Geodetic ini di berbagai Negara Kepulauan Indonesia (NKRI), di perlukan alat dan bahan seperti berikut: GPS Geodetic Trimbell Atau GPS Geodetic Global Navigation Satellite System (GNSS) LEICA Product per – version Triport / Statif Triba Adapter / Connection Remote Conttroler Meteran GPS HandHeld Per - Version Kamera Nikon DX Lensa Kamera Ukuran 24 mm Laptop Militer berbasis IOS Pantium Super Proccesor Pesawat Cassa (Untuk mengangkut Keperluan Potret Udara) 4.2 Metode / Prosedur Kerja 4.2.1 Metode dan Pelaksanaan Survei Untuk Pemotretan Udara

Upload: romeougm

Post on 26-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV.docx

BAB IV

METODE PRAKTEK

4.1 Alat dan Bahan

Saat pengoperasaian untuk pembuatan peta PEMOTRETAN UDARA UNTUK KEPENTINGAN MILITER DAN PEMBANGUNAN NASIONAL diperlukan titik sebaran GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Geodetic ini di berbagai Negara Kepulauan Indonesia (NKRI), di perlukan alat dan bahan seperti berikut:

GPS Geodetic Trimbell Atau GPS Geodetic Global Navigation Satellite System (GNSS) LEICA Product per – version

Triport / Statif Triba Adapter / Connection Remote Conttroler Meteran GPS HandHeld Per - Version Kamera Nikon DX Lensa Kamera Ukuran 24 mm Laptop Militer berbasis IOS Pantium Super Proccesor Pesawat Cassa (Untuk mengangkut Keperluan Potret Udara)

4.2 Metode / Prosedur Kerja

4.2.1 Metode dan Pelaksanaan Survei Untuk Pemotretan Udara

Pelaksanaan kegiatan survey dan pemotretan udara di Pangkalan TNI Halim Perdana Kusuma adalah survey pengukuran GPS GNSS dan pengukuran sipat datar memanjang serta pemotretan udara menggunakan tanda pre mark di lokasi yang akan di yang akan difoto kegiatan yang dilaksanakan dipangkalan udara TNI Halim Perdana Kusuma

Page 2: BAB IV.docx

Gambar 4.1 Premark GPS

Gambar 4.2 Premark GPS

Dengan Menggunakan Premark dalam pembuatan peta foto udara ini dapat membantu untuk mengetahui titik koordinat GPS untuk memudahkan pengolahan data Trianggulasi udara pada saat sesudah pemotretan udara berlangsung dan di olah di komputerisasi.

Page 3: BAB IV.docx

Subdis Surta bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan dalam bidang survey dan pemetaan aeronautika. Subdis Surta mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan mengolah data/ Informasi yang dilakukan melalui pengukuran dilapangan (terestris) baik secara Digital atau Analog maupun survey instansi Untuk mendukung Pembuatan dan revisi peta.

Gambar 4.3 Titik Kordinat GPS untuk posisi Pemotretan Udara

4.2.2 Teknis Pemotretan udara

Pada pelaksamaam pemotretan udara vertikal di pangkalan udara TNI HALIM PERDANA KUSUMA dengan skala 1 : 5000, luas areal yang dilaksanakan pemotretan udara yaitu 9 x 4 km2.

Pemotretan udara dilaksanakanm setelah Premark selesai dipasang pada posisi yang telah direncanakan posisi Premark diletakan pada Bench Mark yang diperlukan untuk proses Point Transfer dan proses Trianggulasi Udara.

Pemotretan udara dilakukan berdasarkan parameter – para meter sebagai berikut :

1. T. ALT : 5000 FEET AGL (Skala 1 : 10.000)2. IAS : 120 knots3. Heading : 090° dan 270°4. Drift Max : 10°5. Fillter : Yellow dan AV 36%

Page 4: BAB IV.docx

6. Shutter Speed : (1/200 – 1 /400)7. Aperture : 4 – 88. Over Lap : 60 % ± 5%

9. Side Lap : 30% ± 5%

10.Turning : Dipandu oleh Observer Potrud dan GPS

Pemotretan udara dilakukan berdasarkan standard spesifikasi teknis yang

digunakan dalam pembuatan foto udara yaitu Cassa 212, Lokasi yang di foto

harus benar benar terbuka, cakupan maksimal dalam 1 ( satu ) foto pair adalah

3% dan tidak melebihi dari 5%

4.2.3 Pembuatan foto udara / mozaik

Setelah dilaksanakan pemotretan udara, selanjutnya dilaksanakannya

proses pembuatan foto udara atau mosaik, kegiatan yang dilaksanakan adalah

mendesain foto lepas menjadi foto “Uncontrolled Mosaic” Dibuat dalam bentuk

negatif film dengan menggunakan kamera repro, selanjutnya dicetak sebagai

hasil reproduksi “Mosaik Tidak Terkontrol” untuk dipergunakan sebagai sarana

petunjuk lokasi titik titik koordinat yang telah disurvei melalui GPS Geodetic

dan melihat jalur

4.2.4 Peralatan tambahan yang dipergunakan

Peralatan peralatan tambahan ini digunakan dala, pemotretan udara

adalah sebagai berikut:

1. Pesawat udara : CASSA 212

2. Kamera udara : RMK Top

3. Peralatan Navigasi : GPS ASHTECH P XII

4. Peralatan Proses : Notebook / Laptop

Kronologi pemotretan udara periksa 4.2.2

Page 5: BAB IV.docx

4.2.5 Pemasangan Premark

Pemasangan Premark dilokasi ditetapkan dilapangan sesuai petunjuk dan

pengarahan yang diberikan dan hasil survey disekitar lokasi yang akan

dipetakan dan disesuaikan dengan kondisi masa mendatang. Premark dipasang

sebelum pemotretan dilaksanakan hal ini dimaksud agar Premark tersebut bias

terlihat pada foto udara yang berfungsi sebagai control letak dari Ground

Control yang terekam di foto udara, kemudian digunakan sebagai dasar

perlatan (Aerial Triangulation) seluruh areal proyek. Jumlah Premark yang

dipasang sama dengan Bench Mark yaitu 9 buah untuk areal 36 km2.

4.2.5.1 Pengukuran Ground Ccontrol.

Pengukuran control tanah ( X, Y dan Z) dilaksakan dengan metode

pengukuran sebagai berikut

a. Pengukuran Ketinggian (Z)

Pengukuran ketinggian adalah pengukuran untuk mendapatkan beda

tinggi pada daerah yang diukur, sehingga pada peta akan diketahui

ketinggian daerah yang akan dipetakan. Pengukuran ketinggian awal

pengukurannya diikatkan pada pilar yang telah mempunyai ketinggian

MSL

b. Pengamatan GPS

Pengamatan GPS (Global Position System) adalah pengukuran

menggunakan peralatan penerima sinyal (receiver) dari sinyal satelit GPS

yang mengorbit diatas permukaan bumi untuk mendapatkan posisi horizontal

dipermukaan bumi yang akan ditentukan posisinya

c. Sistem Pengamatan GPS

Page 6: BAB IV.docx

Sistem pengamatan GPS dipangkalan udara Halim Perdana Kusuma

dilaksanakan dengan cara pengamatan satelit GPS menggunakan alat

GPS GNSS LEICA. Metode pengukuran dilaksanakan dilapangan adalah

sebagai berikut :

1) Konfigurasi Pengukuran

Pengamatan GPS di pangkalan udara Halim Perdana

Kusuma dilaksanakan mempergunakan 5 (lima) unit GPS

GNNS per – Version dan GPS GNSS CS 15 sebagai Base

Controlled di kantor survey dan pemotretan udara TNI AU

dengan titik Bench Mark Yang sudah diketahui dan diberi

patok batu. Dan pengamatan GPS dengan metode pengamatan

STATIC, Ke lima GPS GNSS dan satu GPS sebagai Pusat

Titik Kontrol mengamat secara serempak dengan satelit yang

sama dalam waktu yang bersamaan. Dalam kegiatan

pengamatan dilakukan konfigurasi pengukuran . dan

membutukan empat unit receiver ditempatkan pada lokasi

yang akan diukur. Dan satu Receiver ditemoatkan pada lokasi

titik ikat sebagai titik kontol juga. Setiap titik dilaksakan dua

kali Session Pengamatan dan dilakukan pemindahan data (

Logging) ke Notebook, Mengingat keterbatasan daya sinyal

dan memori.

d. Persiapan Pengamatan

Persiapan pengukuran dalam metode pengamatan satelit GPS GNSS

sedikit berbeda dibandingkan dengan pengukuran metode konvensional.

Dalam hal ini antara lain disebabkan oleh adanya keterbatasan waktu

konstelasi satelit, medan cangkupan penerimaan sinyal oleh receiver,

serta kualitas penerimaan sinyal. Untuk receiver GPS GNSS periapan

yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan pengamatan dilapangan dengan

Page 7: BAB IV.docx

selisih jarak beberapa mm saja dan tidak seperti GPS Handheld dengan

selisih bias melebihi antara ± 5m dan selisih waktu 10 menit. Dan

pengamatan lainnya sebagai berikut :

1) Memasukan (inisialisasi) koordinat pendekatan (lintang

dan bujur) tempat pengamatan dan mengatur proyeksi

UTM koordinat tempat kita mengamat GPS . koordinat

pendekatan ini berlaku sama untuk radius pengukuran

450 km. sedangkan bila dikehendaki output data yang

bersifat dua dimensi (lintang dan bujur) harus

dimasukan data ketinggian tempat pengamatan sebaik

mungkin, termasuk tinggi antenna receiver dari

permukaan tanah.

2) Pengumpulan almanac satelit, dalam hal ini yang

dimaksud adalah untuk member masukkan (input)

keadaan receiver tentang jumlah satelit, kualitas sinyal

(SQ) dan nomor satelit, eleveasi dan geometri posisi

satelit (PDOP), serta waktu lintasan terhadap koordinat

pendekatan (INIT) yang telah dimasukan, agar receiver

dapat digunakan untuk pengamatan. Almanak satelit ini

berlaku selama enam bulan pengamatan untuk koordinat

pendekatan yang sama.

e. Pengamatan Satelit GPS

Pengamatan satelit dilokasi dilaksanakan dengan cara STATIC, yaitu

empat receiver masing masing berdiri di stasion pengamatan membentuk

suatu jaring segitiga ataupun persegi, sedangkan satu receiver lagi

ditempatkan di titik control untuk setiap session pengamatan. Dengan

demikian diperoleh beberapa segitiga atau persegi yang saling

membentuk jaringan dengan satu sisi (basis) yang berimpit.

Page 8: BAB IV.docx

1) Penempatan receiver pada lokasi titik ikat yang

jaraknya jauhnya ± 20 km dari lokasi pangkalan

udara dilakukan titik bantu, sehingga titik atau

lokasi yang diinginkan dapat dihitung dari titik

bantu tersebut.

2) Antena penerima diletakkan tepat ( centering)

diatas titik pengamatan dan diusahakan berada di

daerah terbuka ( Clear Area ) pada sudut pandang

tanpa gangguan tetap, yang berupa bangunan atau

pengamat, dengan demikian penerimaan sinyal

satelit oleh receiver terbebas dari absorpsi,

pemantulan ataupun pembiasan ( Multipath and

ground swing)

3) Dengan bantuan almanak satelit dan jadwal

pengamatan yang sudah dibuat sebelumnya,

dilakukan tracking ( penjejakan) sinyal satelit

secara simultan untuk keempat lokasi yang

berbeda, sehingga keempat receiver dapat

menerima sinyal dari satelit yang sama. Setiap

session pengamatan dilakukan selama 2 jam dan

paling lama yaitu 4 sampai 6 jam dan untuk setiap

panggkalan udara atau bandara dilakukan 2 (dua)

session. Disamping itu dicatat beberapa kejadian

penting selama pengamatan, misalnya Trouble

Receiver, Trouble Finf Sattelit. Error Operator

Center, dan Diagram pengamatan.

Page 9: BAB IV.docx

f. Data Loging dan Hitungan Koordinat Definitif

Dalam data Loging dan hitungan koordinat definitive setelah jumlah

data dalam setiap session pengamatan terpenuhi, dilakukan pemindahan

data ( Data Loging) dari receiver ke laptop untuk menyimpan data hasil

pengamatan dari keempat receiver tersebut. Proses pemindahan (loging)

data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ( program ) LOG.

EXE yang tersedia dalam receiver GPS maupun dalam Laptop.

Pemindahan lokasi pengukuran ataupun pengulangan pengukuran untuk

lokasi yang lain, baru bias dilaksanakan setelah seluruh data yang

tersimpan dalam GPS dipindahkan dan disimpan dalam komputer

(Laptop) dengan sistem penyimpanan (file) dalam diskset memory yang

dipasang di GPS. Hitungan koordinat definitif dilakukan setelah selesai

pengamatan setiap pangkalan udara atau bandara dengan menggunakan

program pengolahan data PRISM sehingga setiap titik atau obyek yang

telah diukur diperoleh harga koordinat Geografis nya dalam sistem

Proyeksi UTM WGS 84

g. Proses Pemetaan

Pemetaan adalah proses kelanjutan setelah selesai pemotretan

dilaksanakan. Pekerjaan pemetaan dimulai dari proses:

1) Scanning

Untuk scanning alat yang dipakai yaitu phtoscan TD

Intergraph Zeiss dan CD untuk menyimpan data

images. Scanning dilakukan dengan resolusi 21

miskron sesuai dengan keperluan pemetaan

fotogrametris . Dengan lama waktu yang dibutuhkan 30

menit tiap foto maka scanning ini membutuhkan

beberapa hari lamanya.

Page 10: BAB IV.docx

2) Trianggulasi Udara

Untuk pekerjaan Trianggulasi udara dimaksudkan

untuk memperbanyak titik control yang ada di lapangan

sehingga setiap foto minimal mempunyai 9 titik control

minor triangguasi udara pada pemetaan fotogrametris

digital dibagi menjadi 3 tahap pekerjaan:

I. Tahap Orientasi

Pada tahap ini orientasi yang dilakukan

orientasi untuk tiap foto, orientasi relative

untuk tiap model. Orientasi dalam dan

relative dapat dikerjakan langsung setelah

scanning.

II. Tahap Perhitungan

Tahap ini dilaksanakan setelah tahap

orientasi selesai dikerjakan untuk satu

blok pemetaan secara bersamaan

III. Tahap Analisa Hasil

Apabila ada hasil yang kurang bagus

langsung diulang/ kembali ke tahap

orientasi, sampai hasil trianggulasi udara

masuk toleransi

IV. Peralatan yang dipakai

Untuk pelaksanaan trianggulasi

udara peralatan yang dipakai yaitu:

Page 11: BAB IV.docx

1. Software Image Station ynag

bernama Image Station Digital

Measuration

2. Kertas Printer

3. Tinta printer

4. CD

h. DTM

Pengambilan data DTM dilakukan setelah proses AT. Pelaksaan DTM

memerlukan waktu lama karena faktor skala foto kecil, sehingga titik

yang harus diamati lebih banyak. Untuk setiap model rata rata terdapat

500 titik DTM yang harus di amati. Dengan pembentukan DTM akan

didapat garis kontur.

i. Rektifikasi

Untuk pembuatan peta foto, setiap harus melalui proses rektifikasi.

Proses rektifikasi ini bertujuan agar setiap posisi yang ada di foto

merupakan posisi yang benar benar sesuai koordinat tanah.

j. Mosaik

Setelah semua posisi detail yang ada difoto merupakan posisi yang

benar, maka foto foto yang ada dimosaik untuk mendapatkan cakupan

areal yang lebih luas

k. Kartografi

Sesuai ukuran peta foto yang direncanakan, maka hasil mosaik

yang mencakup ukuran yang luas dipotong sesuai ukuran peta. Kemudian

dilakukan deliniasi pada detail yang ada, missal jalan, sungai, pemukiman

Page 12: BAB IV.docx

dan sebagainya. Selain pekerjaan pada isi peta kartografi juga membuat

legenda serta disain peta.

l. Field Check

Setelah semua proses dari pengkuran dan sampai dengan

kartografi selesai, dilanjutkan lagi proses interprestas pada seluruh areal

yang akan dipetakan. Dalam rangka memastikan hasil interpretasi,

dilaksanakan field check kelapangan langsung untuk mengecek

kebenaran data-data peta dengan sebenarnya.

m. Cetak

Apabila pekerjaan field check selesai, data data hasil dari

lapangan, diserahkan untuk diproses di kartografi kembali. Setelah selesai

maka peta garis hasil foto udara siap dicetak. Alat yang dipakai untuk

cetak coba yaitu Plotter

4.3 Pemotretan Udara Vertikal

4.3.1 Penyelenggaraan Pemotretan Udara Vertikal

Dalam foto udara untuk pertahanan Militer dan pembangunan

nasional dibututuhkan penyelenggaraan . Fungsinya merupakan kegiatan

yang memerlukan ketelitian, kecermatan, kecepatan dan perhitungan

yang akurat. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan kegiatannya,

diperlukan beberapa tahap kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan,

pelaksanaan sampai kepada pengakhiran. Adapun untuk masing masing

kegiatan akan saling mendukung kegiatan berikutnya sampai dengan

selesai pekerjaan.

4.3.2 PERENCANAAN

a. Koordinasi

Page 13: BAB IV.docx

Dilakukan dengan instansi terkait untuk memperoleh

tambahan personil, transportasi, akomodasi, konsumsi dan

pesawat udara untuk pemotretan udara

b. Penyiapan Dokumen

Dokumen dokumen terdiri atas surat izin pemerintah, surat

izin Perintah kerjam Surat izin Terbang, dan Peta peta

Aeronautika, peta topografi, dan RBI

c. Perencanaan Teknis

1. Penyiapan rencana jalur terbang, baik rencana analog

maupun rencana digital pada daerah yang akan dipotret

dengan memperhatikan spesifikasi teknis dan

selanjutnya mengisi formulir sasaran potrud vertikal

2. Penyiapan personel pemotretan udara vertikal, yaitu

Observer pemotretan udara, juru foto udara, dan Laboran

foto udara

3. Penyiapan peralatan pemotretan udara vertikal, yaitu

kamera udara vertikal dengan alat bantu Navigasinya

dan Laboratorium Foto Udara.

4. Penyiapan Materiil pendukung Khusus, seperti peta,

ATK, film udara, *(film diapositif, kertas foto, bahan

bahan kimia pemproses film / kertas) memory SD

kamera manual dengan aksesoris Lensa dengan pixel

yang dibutuhkan, laptop untuk merekam data foto udara.

*Pemotretan Foto udara dengan menggunakan Kamera

RMK TOP versi terdahulu dan sekarang jarang

dipergunakan dengan seiringnya waktu semakin

modern

4.3.3 PERSIAPAN

Page 14: BAB IV.docx

a. Ferry Flight

Dilakuan dari skadron udara tempat pesawat pemotretan udara berada

ke Lanud Halim Perdana Kusuma tempat DissurpotrudAU berada. Setelah

kamre udara terpasang dan uji fungsi system dilakukan, maka dilanjutkan

dengan Ferry Flight (Pesawat yang diterbangkan kosong tanpa penumpang)

b. Koordinasi

Dilakukan juga antara awak pesawat potrud dan tim potrud dari

DissurpotrudAU. Koordinasi perlu dilakukan untuk memperjelas tentang misi

yang akan dilaksanakan, termasuk untuk lebih memperlancar pemasangan

kamera udara

c. Pemasangan Kamera Udara

Pemasangan kamera harus dengan prosedur dan berurutan. Urut-

urutan pemasangan kamera udara vertikal sebagai berikut.

1. Melepaskan penutup lubang kamera udara yang terdapat

pada lantai / perut pesawat

2. Memasang alas triplek pada lantai pesawat yang sesuai

dengan kamera yang akan digunakan

3. Memasang kamera udara vertikal yang secara garis besar

terdiri atas:

a) Camera Body + Cassete Recording

b) Navigation Telescope (Citra Satelit)

c) Control Unit

Sedangkan bila menggunakan metode Potrud otomatis maka

harus memasang alat bantu navigasi dan komputer manajemen

potrud serta radio optik dan radio link.

Page 15: BAB IV.docx

4. Menghubungkan sistem listrik kamera udara dengan sumber

listrik di pesawat

d. Uji Fungsi Sistem

Urut- urutan kegiatan uji fungsi sistem sebagai berikut:

1. Menguji apakah kamera udara berfungsi sesuai dengan

“setting” yang diinginkan

2. Apabila menggunakan metode potrud otomatis harus diuji

apakah sistem kamera udara dapat bekerja secara

terintegrasi dengan alat bantu navigasi dan komputer

Manajemen Potrud serta radio link

3. Setelah pengujian selesai dan sistem dapat berfungsi

dengan baik, maka kondisi ini dapat dilaporkan kepada

Observer Potrud yang bertugas.

e. Photo Fligt

Urut- Urutan kegiatan photo flight adalah sebagai berikut :

1. Observer Potrud mengisi formulir Navigasi Log / Tally Sheet

Terbang, sedang juru potet udara mengisi tally sheet Aerial

Photography Planning

2. Cek sistem secara keseluruhan sebelum Take Off untuk

memastikan bahwa peralatan berada dalam keadaan siap pakai,

dan kegiatan ini menghabiskan 7 ekspose kosong + 3 ekspose tes

kamera apabila menggunakan kamera otomatis maka komputer

manajemen potrud dan alat bantu navigasi sudah dihidupkan

dalan keadaan stand by

3. Setelah mendekati sasaran yang sudah dipasang titik GPS terikat,

beri komando untuk menerbangkan pesawat sesuai dengan

ketinggian dan kecepatan yang sudah dikoreksi berdasarkan

Page 16: BAB IV.docx

temperature apabila daerah yang dipotret berupa blok, maka perlu

jalur terbang sejajar dengan jalur terbang untuk mengukur drift,

sedangkan bila yang dipotret berupa sasaran dengan arah yang

berubah ubah maka perlu dilakukan “Wind Star” untuk mengukur

arah dan besaran angin sehingga dapat ditentukan koreksi arah

terbang.

4. Pada saat melakukan pemotretan udara, beri komando yang jelas

tentang arah kecepatan, ketinggian dan koreksi arah serta drift.

Juga jangan lupa mencatat besaran-besaran yang diperlukan pada

Aerial Photofraphy Log. Cek pada peta jalur terbang apakah

penerbangan sudah tepat di atas jalur titik ikat Koordinat GPS

GNSS (Ground) dan GPS Handheld dan juga Navigation

Telescope yang berada di pesawat.

5. Setelah selesai melaksanakan pemotretan dapat kembali ke

pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma sambil memastikan

peralatan sesuai prosedur yang belaku. Apabila pemotretan belum

selesai perlu dibeli tanda pada jalur terbang dan titik di ground

survey daerah mana yang harus dipotret lagi pada kesempatan

selanjutnya.

f. Re-Flight

Pelaksanaan re-flight dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

Navigasi udara / satelit atau apabila menggunakan kamera otomatis dapat

melihat pada laporan terbang yang direkam secara otomatis oleh perangkat

lunak yang dimiliki T-Flight. Pada umumnya re-flight dilakukan untuk daerah

daerah yang hasil fotonya kurang bagus, baik karena cakupan awan melebihi

toleransi, cuaca yang buruk, overlap dan sidelap tidak masuk toleransi crab atau

melebihi toleransi serta hasil proses film yang buruk. Namun demikian bias juga

Page 17: BAB IV.docx

karena terjadi gap pada daerah yang mempunyai relief ketinggian kontras yaitu

bisa saja dipenuhi awan

4.4 Persyaratan utama Pemotretan Udara

Dalam penyelenggaraan pemotretan udara vertikal, selain didukung oleh

aspek sumber daya, juga terdapat aspek lain yang turut menentukan

keberhasilan kegiatannya, aspek lain yang juga menentukan keberhasilan

tersebut, berupa spesifikasi teknis yang merupakan persyaratan pemotretan

udara vertikal. Persyaratan persyaratan ini harus dipenuhi oleh pelaksana

lapangan, demi tercapainya hasil yang optimal, yaitu terdiri dari persyaratan

produk dan kamera, penerbangan foto, film dan foto udara.

4.4.1 Persyaratan Utama Penerbangan Foto

a. Kondisi penerbangan

Kondisi penerbangan terdiri atas beberapa hal yaitu:

1. Pemotretan boleh dilaksanakan dengan sudut matahari minimal 25°

dan maksimal 60°

2. Pemotretan tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi cuaca yang akan

menghasilkan file potretan / film negative yang buruk dan kehilangan detail

yang dibutuhkan

3. Foto udara harus bebas dari awan, bayangan dan asap, pantulan

matahari, dan bayangan pesawat terbang, kecuali hal itu tidak menutupi detail

yang dibutuhkan