bab iv tesis budi

Upload: rasima-tef-manalu

Post on 13-Jul-2015

615 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil-hasil penelitian dan temuan yang berhubungan dengan perkembangan kondisi kemampuan pemahaman dan penalaran matematik pada sekolompok siswa yang diberikan perlakukan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing. A. Hasil Penelitian Tujuan utama penelitia ini adalah untu menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa baik secara keseluruhan maupun berdasarkan jenis model pembelajaran (model pembelajaran inkuiri terbimbing dan konvensional) yang digunakan dan klasifikasi kemampuan awal matematika siswa (atas, tengah dan bawah). 1. Deskripsi Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Deskripsi kemampuan pemahaman dan penalaran matematik merupakan gambaran penningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa baik secara keseluruhan maupun berdasarkan jenis model pembelajaran (model pembelajaran inkuiri terbimbing dan konvensional) yang digunakna dan klasifikasi kamampuan awal matematika (kelompok atas, menengah dan bawah). Deskripsi statistika yang dimaksud meliputi rerata, standar deviasi, nilai maksimun dan minimum awal matematika yang dapat dilihat dan disajikan dalam Tabel 4.1 berikut: ........................

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diuraikan deskripsi kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa sebagai berikut: 1). Secara keseluruhan kemampuan pemahaman matematik siswa (ditinjau dari hasil tes akhir/postes) mempunyai rerata 13,371 (atau sebesar 83,569% dari skor ideal). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa secara keseluruhan termasuk kategori tinggi. Tetapi kemampuan penalaran matematik tergolong pada kemampuan kategori cukup karena 6,188 (atau sebesar 77,350% dari skor ideal). 2) Peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 0,678. Sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan model pembelajaran konvensional adalah 0,411. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. 3). Peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 0,511. Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan model pembelajaran konvensional adalah 0,375. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

4).Peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang tergolong kelompok atas dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 0,867 (jumlah masing-masing siswa kelompok atas adalah 9 orang). Sedangkan peningkatan kemampuan pemahamanng tergolong kelompok atas dalam klasifikasi kemampuan awal matematik siswa berdasarkan jenis model pembelajaran konvensional adalah 0,647. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok atas peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. 5). Peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa tergolong kekompok atas dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajran inkuiri terbimbing adalah 0,683. Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa tergolong kelompok atas dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model

pembelajaran konvensional adalah 0,550. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok atas, peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan konvensional. 6). Peningkatan kemampuan pemahaman siswa tergolong kelompok tengah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model penalaran yang mendapat pembelajaran dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 0,689. Sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman siswa tergolong kolompok tengah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajaran konvensional adalah 0,419. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok tengah, peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional. 7). Peningkatan kemampuan penalaran siswa tergolong kelompok tengah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajran inkuiri terbimbing adalah 0,535 (dengan jumlah siswa eksperimen adalah 17 orang). Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran siswa tergolong kelompok tengah dengan klasifikasi kemampuan awal matemateika

berdasarkan jenis model pembelajaran konvensional adalah 0,398 (dengan jumlah siswa kontrol adalah 17 orang). Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok tengah, peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampaun konvensional. 8). Peningkatan kemampuan pemahaman matematka siswa tergolong kelompok bawah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajaran inkuiri terbimbing 0,460 (dengan jumlah siswa 9 orang). Sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa tergolong penalaran yang mendapat pembelajaran dengan model

kelompok bawah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajaran konvensional adalah 0, 159 (dengan jumlah siswa 9 orang). Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok bawah, peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional. 9). Peningkatan kemampuan penalaran siswa tergolong kelompok bawah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 0,293 (dengan jumlah siswa 9 orang). Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran siswa tergolong kelompok bawah dalam klasifikasi kemampuan awal matematika berdasarkan jenis model pembelajaran konvensional adalah 0,157 (dengan jumlah siswa 9 orang). Hal ini menunjukkan bahwa untuk kelompok bawah, peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional. 2. Kemampuan Pemahaman Matematik Hasil penelitian yang berkenaan dengan kemampuan pemahaman matematik diperoleh melalui tes kemampuan pemahaman matematik berupa pretes dan postes. Informasi selengkapnya yang merupakan gambaran peningkatan kemampuan pemahaman matematik dari kelompok siswa (kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah) yang mendapatkan pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing maupun konvensional untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. a. Analisis prasyarat Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas Lilliefors (uji kecocokan Shapiro-Wilk) dan uji homogenitas (uji Levene). Hasil uji statistik terhadap normalitas data sampel ditampilkan dalam Tabel 4.2 berikut: .............................. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: a). Pada pretes, diketahui pada kelas kontrol bahwa sig......... maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa skor pretes pada kelas kontrol atau kelas yang akan memperoleh pembelajaran dengan model konvensional berdistribusi normal. Hal yang sama juga terlihat pada kelas eksperimen atau kelas yang akan memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dimana nilai sig......... Ini berarti hipotesis nol diterima. Dengan perkataan lain skor pretest kemampuan pemahaman matematik siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b). Pada postes kemampuan pemahaman matematik kelas ekspermen nilai.... ma Ho diterima. Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan skor postes pada kelas eksperimen atau kelas yang memperoleh pembelajaran dengan

model inkuiri terbimbing berdistribusi normal. Begitu pula pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berdistribusi normal. Begitu pula pada kelas yang memperoleh pembelajaran

konvensional, karena nilai sig............ maka Ho diterima. Artinya skor postest pada kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c). Kenormalan distribusi pada kelas eksperimen atau kelas yang memperoleh pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing akibat penerimaan hipotesis nol juga ditunjukkkan oleh hasil perhitungan gain kemampuan pemahaman matematik, dimana nilai sig...............Hal yang sama juga terlihat pada kelas kontrol atau kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional, dimana sig........ Ini berarti hipotesis nol diterima. Gain kemampuan pemahaman matematik siswa pada kedua kelas berdistribusi normal. ............................. Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: a). Pada pretes, diketahui bahwa sig....... Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan variansi skor pretes pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan model konvensional adalah homogen, diterima. b). Pada postes, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan statistik dengan memanfaatkan uji Homogenitas (Levene) menunjukkan sig ............Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan variansi skor postes pada kelas

yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan konvensional adalah homogen, diterima c). Kehomogenan distribusi pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan konvensional akibat penerimaan hipotesis nol juga ditunjukkan oleh hasil perhitungan gain kemampuan pemahaman matematik simana sig.... Hal ini berarti hopotesis nola yang menyatakan bahwa gain kemampuan pemahaman matematik adalah homogen, diterima. b. Uji Hipotesis Penelitian Karena skor pretes dan postes kemampuan penalaran pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka pengujian perbedaan retara skor kemampuan penalaran dilakukan dengan menggunakan ujit dan ANOVA Dua-jalur. Uji-t dilakukan untuk mengetahui secara inferensial kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matemati antara kedua kelompok, sekaligus menguji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan pemahaman siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Uji perbedaan dua retara ini kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA Dua-jalur. Uji ANOVA Dua-Jalur dilakukan untuk mengkaji peningkatan model pembelajaran (inkuiri terbimbing dan konvensional) dan klasifikasi kemampuan awal matematika (atas, tengah dan bawah) memberi pengaruh bersama yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan

pemahaman. Hasil perhitungan inferensial untuk uji perbedaan rerata dengan Uji-t ditampilkan oleh Tabel 4.4 (perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 8) sedangkan untuk uji perbedaaan rerata denga uji ANOVA Dua-Jalur ditampilkan oleh Tabel 4.5 (dengan perhitungan selengkapnyadengan

menggunakan ...................... ........................... Pada pretes dan postes uji-t dilakukan dengan maksud menguji kesamaan dua rerata dari masing-masing kelompok. Penerimaan hipotesis nol pada pengujian ini mengindentifikasikan bahwa kelas manapun yang dipilih menjadi kelas kontrol atau eksperimen tidak akan terpengaruhi hasil penelitia. Hipotesis yang akan diuji adalah: Hipotesis I : Hipotesis penelitian untuk melihat kemampuan pemahaman matematik

berdasarkan model pembelajaran adalah : Kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahamaan matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : Kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperolehh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan tidak

berbeda

daripada

kemampuan

pemahaman

matematik

siswa

yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Hi : Kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dari Tabel 4.4 diperoleh hasil sig.....ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 rata-rata kemampuan pemahaman siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih besar dari ratarata kemampuan pemahaman siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi perbedaan rataan kedua kelompok data dilakukan analisis varians (ANOVA) dua jalur. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh langsung dari dua perlakukan yang berbeda yang diberikan terhadap kemampuan pemahaman matematik siswa antara pendekatan

pembelajaran yang dilakukan terhadap level kemampuan siswa. Hasil perhitungan uji analisis varian dengan Software SPSS........................................ ....................... Dari tabel di ata untuk..................... Hal ini berarti bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian lainnya. Hipotesis yang akan diuji adalah: Hipotesis 3: Hipotesis penelitian untuk melihat kemampuan pemahaman matematik

berdasarkan level kemampuan matematik siswa adalah Terdapat perbedaaan secara signifikan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematik (kelompok atas, tengah dan bawah). Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok atas, tengah dan bawah).

Hi : Terdapat perbedaan penginkatan secara signifikan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok atas, tengah dan bawah0. Setelah dilakukan perhitungan ANOVA dua jalur, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 yang diperoleh nilai signifikansi (sig.) sebesar...., sehingga hipotesis nol ditolak. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok atas, tengah dan bawah). Temuan lainnya dari penelitian ini adalah interaksi antara model pembelajaran dengan level kemampuan siswa menyangkut peningakatan kemampuan

pemahaaman matematik siswa. Berikutnya, akan ditinjau seberapa baikkah peningkatan yang terjadi pada

kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing jika dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional berdasarkan pengelompokan kemampuan awal (kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah) matematika siswa. Hasil pengujian perbedaan dua rerata antar kelompok atas, tengah dan bawah dari kedua kelompok siswa tersebut dengan menggunakan software SPPS 17.0 statistict ditampilkan pada Tabel 4.6 sedangkan hasil penelitian perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa perbedaan rata-rata antar kelompok yang bernilai positif adalah:

Rata-rata kelompok atas kelompok tengah ...............

Ini berarti kelompok kelas atas lebih meningkatkan kemampuan pemahaman matematiknya dibandingkan kelompok-kelompok tengah. Rata-rata kelompok atas- kelompok bawah...........

Ini berarti kelompok atas lebih meningkatkan kemampuan pemahaman matematiknya dibandingkan kelompok bawah.

Rata-rata kelas menengah-kelas bawah.........

Ini berarti kelompok menengah lebih meningkatkan kemampuan pemahaman matematiknya dibandingkan kelompok kelas bawah. ....................................... Dari tabel di atas dapat dilihat untuk semua kelompok (kelompok atas, menengah dan bawah)............... Hal ini berarti peningkatan kemampuan pemahaman matematik kelompok tengah dan kelompok bawah. Sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman matematik kelompok tengah lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan kelompok bawah. ..............................................s Dari Tabel 4.7 diperoleh temuan lain dari penelitian ini berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika siswa yaitu:1. Kemampuan pemahaman siswa kelompok atas pada kelas dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan

pemahaman kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di ats diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan pemahaman siswa kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.2. Kemampuan pemahaman siswa kelompok tengah pada kelas dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan pemahaman kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan pemahaman siswa kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. 3. Kemampuan pemahaman siswa kelompok bahwa pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan pemahaman kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di ats diambl setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yan dapat dilihat pada Lampiran

8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan pemahaman siswa kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional4. Kemampuan

pemahaman

siswa

kelompok

tengah

pada

kelas

yang

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan pemahaman kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan pemahaman siswa kelompok menengah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman kelompok menengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. 5. Kemampuan pemahaman siswa kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan pemahaman kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan pemahaman siswa kelompok bawah pada kelas dengan pembelajaran inkuiri

terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan pemahaman kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.

3. Kemampuan Penalaran Matematik a. Analisis Prasyarat Seperti halnya pada kemampuan pemahaman matematik, sebelum dilakukan uji hipotesis pada kemampuan penalaran matematik, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas (uji kecocokan Shapiro-wilk) dan uji homogenitas (uji Levene). Hasil uji statistik terhadap normalitas data sampel ditampilkan data Tabel 4.8 sebagai berikut: ................................. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: a). Pada pretes diketahui bahwa sig................Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan skor pretes pada kelas yang akan diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berdistribusi normal, diterima. Kenormalan distibusi pada kelas yang akan diberlakukan pembelajaran dengan model konvensional akibat penerimaan hipotesis nol juga ditunjukkan oleh penghitungan skor pretes kemampuan penalaran matematik dimana sig.... b). Pada postes, dapat diketahui bahwa hasil perhitunga statistik dengan memanfaatkan uji Lilliefors (Shapiro-wilk) menunjukkan sig.......Hal ini berarti

bahwa hipotesis nol yaang menyatakan skor postes pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berdistribusi normal, diterma. Begitu pula pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model konvesional karena sig......akibatnya hipotesis hol yang menyatakan bahwa skor postes kemampuan penalaran berdistribusi normal, diterima. c). Kenormalan distribusi pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing akibat penerimaan hipotesis nol juga ditunjukkan oleh hasil perhitungan gain kemampuan penalaran matematika dimana sig........Selanjutnya pada kelas dengan pendekatan konvensional Uji Lilliefors sig.....Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa gain kemampuan penalaran matematik berdistribusi normal, diterima. ............................... Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: a). Pada pretes, diketahui bahwa sig............Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan variansi skor pretes pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan model konvensional adalah homogen, diterima. b). Pada postes, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan statistik dengan memanfaatkan uji Homogenitas (Levene) menunjukkan sig...............Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan variansi skor postes pada kelas

yang diberlakukan

pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan

konvensional adalah homogen, diterima. c). Kehomogenan distribusi pada kelas yang diberlakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan konvensional akibat penerimaan aan hipotesis nol juga ditunjukkan oleh hasil perhitungan gain kemampuan penalaran matematik dimana sig........ Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa gain kemampuan penalaran matematik adalah homogen, diterima. b. Uji Hipotesis Penelitian Karena skor pretes dan postes kemampuan penalaran pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka pengujian perbedaan retara skor kemampuan penalaran dilakukan dengan menggunakan ujit dan ANOVA Dua-jalur. Uji-t dilakukan untuk mengetahui secara inferensial kualitas peningkatan kemampuan penalaran matematik antara kedua kelompok, sekaligus menguji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Uji perbedaan dua retara ini kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA Dua-jalur. Uji ANOVA Dua-jalur dilakukan untuk mengkaji peningkatan model pembelajaran (inkuiri terbimbing dan konvensional) dan klasifikasi kemampuan awal matematika (atas, tengah dan bawah) memberi pengaruh bersama yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan penalaran. Hasil perhitungan inferensial untuk uji perbedaan retara dengan Uji-t

ditampilkan oleh Tabel 4.10 (perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 8) sedangkan uji ANOVA Dua-Jalur ditampilkan oleh Tabel 4.11 (dengan perhitungan selengkapnya dengan menggunakan sortware SPSS 17.0 Statisticsi dapat dilihat pada Lampiran 9). .................................... Pada pretes dan postes, uji-t dilakukan dengan maksud menguji kesamaan dua rerata dari masing-masing kelompok. Penerimaa hipotesis nol pada pengujian ini mengidentifikasikan bahwa kelas manapun yang dipilih menjadi kelas kontrol atau eksperiment tidak akan terpengaruhi hasil penelitian. Hipotesis yang akan diuji adalah: Hipotesis 2: Hipotesis penelitian untuk melihat kemampuan penalaran matematik berdasarkan model pembelajaran adalah : Kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : Kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berbeda secara signifikan daripada kemampuan penalaran matematik siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

Hi : Kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dari Tabel 4.10 diperoleh hasil sig........untuk postes dan sig.........Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan penalaran matematik yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi perbedaan rataan kedua kelompok data dilakukan analisis varian (ANOVA) dua jalur. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh langsung dari dua perlakuan yang berbeda yang diberikan terhadap kemampuan pemahaman matematik siswa antara pendekatan

pembelajaran yang dilakukan terhadap level kemampuan siswa. Hasil perhitungan uji analisis varians dengan software SPSS 17.0 statistics pada General Linear Model (GLM)-Univariate dilakukan pada taraf signifikansi 5 %..........dapat dilihat pada Lampiran 10, sedangkan rangkumannya disajikan pada Tabel 4.11 berikut: .................................................................. Dari tabel di atas untuk .................pada kategori Kelas (Kelas eksperimen dan kelas kontrol) diperoleh sig = 0.000. Hal ini berarti bahwa Peningkatan kemampuan penaran matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian lainnya. Hipotesis yang akan diuji adalah: Hipotesis 4: Hipotesis penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran matematik berdasarkan level kemampuan mateamatik siswa adalah Terdapat perbedaaan secara signifikan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa

berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matemateika (kelompok atas, tengah dan bawah). Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awan matematika (kelompok atas, tengah dan bawah). Hi : Terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan kemampuan awan matematika (kelompok atas, tengah dan bawah). Setelah dilakukan perhitungan ANOVA dua jalur, hasilnyadapat dilihat pada Tabel 4.11 yan diperoleh nilai signifikansi (sig). Sebesar.......sehingga hipotesis nol ditolak. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok atas, tengah dan bawah).

Temuan lainnya dari penelitian ini adalah interaksi antara model pembelajaran dengan klasifikasi kemampuan awal siswa menyangkut peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa. Dari Tabel 4.11 diperoleh nilai signifikansi (sig) sebesar..................Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan klasifikasi kemampuan awal siswa terhadap kemampuan penalaran matematik siswa. Berikutnya akan ditinjau seberapa baikkah peningkatan yang terjadi pada kelompok siswa yang yang memdapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing jika dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional berdasarkan pengelompokkan kemampuan awal matematika siswa. Hasil pengujian perbedaan dua rerata antara kelompok atas, tengah dan bawah dari kedua kelompok siswa tersebut dengan menggunakan software SPSS 17.0 ditampilkan pada Tabel 4.12, sedangkan hasil penelitian perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari tabel di di bawah dapat dilihat bahwa perbedaan rata-rata antar kelompok yang bernilai positif adalah Rata-rata kelompok atas kelompok tengah = 0,151 Ini berarti kelompok kelas atas lebih meningkat kemampuan penalaran matematiknya dibandingkan kelompok tengah Rata-rata kelompok atas kelompok bawah = .......

Ini berarti kelompok atas lebih meningkat kemampuan penalaran matematiknya dibandingkan kelompok bawah Rata-rata kelompok tengah kelompok bawah ............. Ini berarti kelompok tengah lebih meningkat kemampuan penalara matematiknya dibandingkan kelompok bawah. ........................................ Dari tabel di atas dapat dilihat nilai sig............Hal ini berarti peningkatan kemampuan penalaran matematik kelompok atas lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan kelompok tengah dan kelompok bawah. Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematik kelompok tengah lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan kelompok bawah. Dari Tabel 4.12 diperoleh temuan lain dari penelitian ini berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika siswa yaitu:1. Kemampuan penalaran siswa kelompok atas pada kelas dengan model

pembelajaran inkuiri terhitung secara signifikan berbeda dengan kemampuan penalaran kelompok atas dengan model pembelajaran konvensional.

Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan penalaran siswa kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. 2. Kemampuan penalaran siswa kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan penalaran kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa Kemampuan penalaran siswa kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran kelompok tengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.3. Kemampuan penalaran siswa kelompok bawah pada kelas dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan penalaran kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan penalaran siswa kelopok bawah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikansi lebih baik daripada kemampuan penalaran kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. 4. Kemampuan penalaran siswa kelompok tengah pada kelas yang menggunakan model pembelajran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan

kemampuan penalaran kelompok atas pada kelas dengan model pembelajran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilaukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan penalaran siswa kelompok menengah pada kelas dengan model pembelajran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran kelompok menengah pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.5. Kemampuan penalaran siswa kelompok bawah pada kelas dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan berbeda dengan kemampuan penalaran kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan di atas diambil setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas yang daoat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kemampuan penalaran siswa kelompok bawah pada kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan penalaran kelompok atas pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. .................................................................................. 4. Skala Sikap Siswa Untuk mengetahui dan menilai respin siswa terhadap pelajaran matematika, model pembelajaran inkuiri terbimbing dan soal-soal yang diberikan (pemahaman dan penalaran) digunakan angket. Angket tersebut dibagikan setelah postes dan hanya diberikan kepada kelompok eksperimen. Sebagian

dari pernyataan yang ada pada skala sikap ini dikembangkan dan dimodifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada skala sikap Likert Fennema Sherman. Analisis skala sikap siswa ini dilakukan dengan cara mencari rerata skor dari setiap jawaban yang diberikan siswa dan mencari rerata skor setiap item pernyataan sikap siswa. Rerata skor dari setiap jawaban yang diberikan siswa dan rerata skor setiap item pernyataan tersebut kemudian dibandingkan dengan skor netralnya. Bila rerata skor siswa lebih kecil dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap yang negatisiswa mempunyai sikap yang positif. Demikian juga untuk rerata skor setiap item pernyataan, bila rerata skor item pernyataan lebih kecil dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap pernyatan tersebut. Sedangkan bila rerata skor item pernyataan lebih besar dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pernyataan tersebut. Adapun sikap yang diamati pada penelitian ini adalah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan terhadap belajar kelompok. Dari 24 pernyataan, pernyataan yang dapat mengindikasikan bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika terdapat pada pernyataan Nomor 1,4,7 dan 10. Pernyataan yang dapat mengindikasikan bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pernyataan Nomor

2,5,8,11,13,15,17,19,21, 23, dan 24. Sedangkan pernyataan yang dapat

mengindikasikan bagaimana sikap siswa terhadap belajar kelompok adalah pernyataan Nomor 3,6,9,12,14,16,18,20 dan 22. Skala sikap yang telah diberikan kepada siswa kelompok eksperimen, selanjutnya dianalisis. Hasil tersebut nantinya akan memunculkan rerata skor sikap netral dan rerata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pelajaran matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil rerata skor sikap netral dan rerata skor sikap siswa disajikan dalam Tabel 4.10 ....................................... Dari data pada Tabel 4.11, menunjukkan bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika. Ini terlihat dari rerata skor dari keempat pernyataan yaitu pernyataan 1,7,4,10 dan 3,900. Hal ini berarti secara umum respon yang diberikan siswa dalam hal kesukaan siswa terhadap pelajaran matematika adalah positif. ......................................... Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing yang dilaksanakan secara berkelompok. Ini terlihat dari rerata skor dari ketiga pernyataan yaitu pernyataan 2,8,5 adalah 4,190 dan terhadap pernyataan Nomor

11,13,15,17,19,21,23, dan 24 adalah 3,782. Hal ini berarti secara umum respon siswa dalam hal kesukaan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan inkuiri terbimbing adalah positif.

.................................. Dari Tabel 4.12 menunjukkan bahwa minat siswa terhadap belajar kelompok kategori baik. Ini terlihat dari rerata skor dari pernyataan 3 dan 6 adalah 3,614 dan terhadap pernyataan 9,12,14,16,18,20 dan 22 adalah 3,763. Hal ini berarti secara umum respon yang diberikan siswa dalam hal kesukaan siswa terhadap kelompok atas adalah positif. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman dan penalaran dengan cara kelompok juga cukup baik. Hal ini terlihat dari respon positif yang diberikan siswa terhadap pernyataan Nomor 3,6,9,12,14,16,18 ,20, dan 22. Siswa berpendapat bahwa model pembelajran inkuiri terbimbing melatih siswa untuk menyelesaikan soal dengan baik. Siswa juga memberikan respon positif terhadap soal-soal aplikasi pemahaman dan penalaran matematik. Berdasarkan Tabel 4.10, 4.11 dan Tabel 4.12, secara umum respon yang diberikan siswa dalam hal kesukaan, kesungguhan, minat dan belajar berkelompok, siswa terhadap pembelajarn dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah positif. Sehingga dapat disimpulakn bahwa siswa memberikan sikap positif terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa. 5. Hasil Observasi Obsevasi dilakukan untuk menginventarisasikan data tentang aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru dalam

pembelajaran, dan interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. Dalam observasi diperoleh data dengan harapan agar hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung dapat ditemukan. Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam kali, yaitu satu kali observasi untuk setiap pertemuan. Adapun yang menjadi observer atau pengamat dalam penelitian ini adalah guru matematika pengampu kelas eksperimen dan Guru matematika kelas............. Secara umum pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berjalan dengan baik. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakana dan menjelaskan tentang tujuan pembelajaran. Kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Guru menggali pengetahuan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Dengan demikian terjadi proses komunikasi antar siswa dan guru. Agar proses komunikasi antar siswa terjadi, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Setelah bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan matematik dibagiakan, guru memberikan petunjuk dan membimbing siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan memilih strategi untuk menyelesaikan masalah matematika. Untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat di Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Setelah seluruh kelompok menemukan solusi dari

permasalahan matematik, guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan guru mengarahkan siswa lain untuk berkomentar terhadap jawaban teman. Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Pada bagian akhir, guru meminta siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyarikan kesimpulan-kesimpulan yang telah diberikan siswa. Pada bagian akhir pula, guru memberikan kesempatan bagi murid untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pretes kemampuan pemahaman matematik antara kelompok kontrol dan eksperimen memiliki perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Dari skor maksimum 16, kelompok kontrol memperoleh rerata 5,229, sementara kelompok eksperimen memperoleh rerata 7,486. Kelas kontrol perolehan skor pretes yang berkisar pada sepertiga bagian atau hanya 32,681% dari nilai total yang seharusnya. Dan kelas eksperimen memperoleh skor pretes yang berkisar 46,787% dari nilai total yang seharusnya, dan menunjukkan bahwa secara umum kemampuan pemahaman matematik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berada pada rentang yang rendah. Selanjutnya, terhadap kelompok kedua tersebut diberikan perlakukan yang berbeda. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan

kelompok kontrol mendapatkan pembelajarn dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori). Hasil tersebut di atas, senada dengan jawaban siswa yang diambil peneliti dari lembar jawaban siswa pada kelas eksperimen (S13,S20). Untuk soal pemahaman yaitu soal no 3 (pemahaman instrumental dan pemahaman relasional), diketahui bahwa siswa telah mampu membuat struktur atau skema yang dapat digunakan pada peneyelesaian berbagai soal pemahaman yang lebih luas lagi. ................................. Dari jawaban siswa di atas siswa telah memahami konsep luas segitiga dengan menggunakan aturan sinus, selanjutnya siswa paham dan mengaitkan konsep yang didapat sebelumnya (konsep Pythagoras) untuk mencari panjang suatu sisi yang lainnya. Rerata perolehan skor postes dari kemampuan pemahaman matematik kelompok kontrol adalah 9,800, sementara perolehan rerata skor kelompok eksperimen adlah 13,371. Secara deskriptif, hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan pada kedua kelompok keals. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah peningkatan kelompok manakala yang lebih baik di antara kedua kelompok tersebut? Perolehan skor pretes, postes dan pengujian perbedaan dua rerata yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami

peningkatan kemampuan pemahaman yang lebih baik dibandingkan siswa lain yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kenyataan ini dimungkinkan karena dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru telah bergeser pada pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa untuk mengkonstruksi dan merekonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga siswa lebih tertantang untuk dapat menciptakan medan strategi belajarnya masing-masing. Ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan Hutabarat (2009) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meringankan aktifitas siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat belajar secara mandiri dan mengurangi kecenderungan pembelajaran matematika yang berpusat pada guru (teacher centred). Berdasarkan hasil perhitungan gain normalisasi, secara keseluruhan kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman sebesar 67,800%, sedangkan kelompok kontrol mendapat 41,100%. Ini berarti, peningkatan kemampuan pemahaman yang dialami kelompok kelas

eksperimen lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan pemahaman kontrol. Kondisi serupa juga terjadi pada kemampuan penalaran matematik siswa kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen, dimana perolehan rerata skor pretes kelompok kontrol sebesar 3,492 dan 5,305 untuk rerata skor postesnya (dengan skor maksimum). Untuk kelas eksperimen, perolehan rerata skor

pretes kemampuan penalarannya 4,101 sedangkan skor postesnya adalah 6,188. Di kelompok kontrol, kenaikan nilai rerata setelah diberikan perlakuan adalah sekitar 22,663%, di kelompok eksperimen kenaikan rerata skor mencapai 26,086%. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu memberikan peningkatan yang lebih baik daripada pembelajaran dengan metode konvensional. Simpulan tersebut juga didukung oleh hasil perhitungan terhadap gain ternormalisasi skor kemampuan penalaran kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana nilai rerata gain ternormalisasi untuk kelompok kelas kontrol adalah sebesar 37,500%, sedangkan nilai rerata gain ternormalisasi kelompok eksperimen adalah 51,100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran pada siswa kelompok kelas eksperimen lebih baik daripada dengan peningkatan kemampuan penalaran kelompok kelas kontrol. Hal ini bersesuaian dengan pendapat yang diungkapkan oleh Somatanaya (2005), Yuniarti (2007) dna Hutabarat (2009) terhadap siswa SMP, menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang hanya mendapat pembelajaran biasa. Untuk soal penalaran (analogi), diketahui bahwa siswa telah mampu menentukan dan menjelaskan atau menggunakan relasi antara variabel atau

objek dalam situasi secara matematika, dan membuat inferensi yang valid dari informasi yang diberikan. .................................... Dari jawaban siswa di atas, siswa mampu menentukan relasi antara variabel luas pada sebuah persegi dengan variabel luas pada segitiga. Selanjutnya siswa mampu membuat inferensi yang valid terhadap soal tersebut. Tingginya peningkatan kemampuan pemahaman dna penalaran matematik pada siswa kelompok eksperimen, selain dikarenakan oleh model pembelajaran yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga diakibatkan oleh iklim belajar yang tercipta di dalam kelas. Pada kelas eskperimen, dominasi siswa dalam proses belajar mengajar sangatlah optimal. Mereka terlibat hampir dalam semua tahapan pembelajaran. Sehingga peran guru selaku fasilitator untuk memberikan stimulan belajar sangatlah diringankan. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa yang berada di kelas kontrol adalah siswa yang pasif dalam belajar. Mereka cenderung diam dalam sesi diskusi kelompok atau bahkan tidak mengetahui bagian dari mana dari matematika yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi. Dalam sesi tanya jawab, paling tidak hanya terdapat 6 orang siswa saja yang memberikan respon positif. Guru harus terus memberi intervensi agar materi prasyarat yang dibutuhkan dapat benar-benar optimal digunakan. Mengenai kondisi ini, guru mata pelajaran matematika kelas kontrol pun menyatakan hal yang sama. Dalam satu sesi wawancara terungkap bahwa siswa kelas kontrol sulit belajar

secara kelompok. Mereka lebih akan merasa nyaman jika pembelajaran diberikan secara sepihak oleh guru dengan beberapa tugas untuk dikerjakan secara personal. Kondisi ini tentunya kemudian menjadi alasan dilakukannya analisa lanjutan terhadap peningkatan gain ternormalisasi kelompok kontrol dan eksperimen dari kemampuan pemahaman dan penalaran matematik, yaitu mencoba membandingkan model pembelajaran yang diberikan terhadap klasifikasi kemampuan rata-rata siswa. Simpulan tersebut juga didukung oleh hasil perhitungan terhadap gain ternormalisasi skor kemampuan penalaran kolompok kontrol dan kelompok eksperimen, dimana nilai rerata gain ternormalisasi untuk kelompok kelas kontrol adalah sebesar 46% sedangkan nilai rerata gain ternormalisasi kelompok eksperimen adalah 59%. Dengan adanya peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik pada siswa kelompok eksperimen, selain dikarenakan oleh model pembelajaran yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan model inkuiri terbimbing juga diakibatkan oleh iklim belajar yang tercipta di dalam kelas. Pada kelas eksperimen, dominasi siswa dalam proses belajar mengajar sangatlah optimal. Mereka terlibat hampir dalam semua tahapan pembelajaran. Sehingga peran guru selaku fasilitator untuk memberikan stimulan belajar sangat diringankan. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa berada di kelas kontrol adalah siswa yang pasif dalam belajar. Mereka cenderung diam dalam sesi tanya jawab atau

bahkan tidak mengetahui bagian mana dari matematika yang dapat dijadikan sebagai materi belajar. Dalam sesi tanya jawab, paling tidak hanya terdapat 6 orang siswa yang memberikan respon yang positif. Guru harus terus memberikan intervensi agar materi prasyarat yang dibutuhkan dapat benarbenar optimal digunakan. Mengenai kondisi ini, guru mata pelajaran mateimatika kelas kontrol pun menyatakan hal yang sama. Dalam suatu sesi wawancara, terungkap bahwa siswa kelas kontrol cenderung sulit belajar. Kondisi ini kemudian menjadi alasan dilakukannya analisa lanjjutan terhadap peningkatan gain ternormalisasi kelompok eksperimen dari kemampuan pemahaman dan penalaran matematik, yaitu dengan mencoba membandingkan model pembelajaran yang diberikan terhadap klasifikasi kemampuan awal matematika siswa klasifikasi kemamapuan ini diambil dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yang diminta dari guru mata pelajaran matematika di kelas eksperimen. Kemudian dikelompokkan menjadi siswa kelompok atas, tengah dan bawah. Secara deskriptif, dapat diketahui bahwa siswa kelompok tengah dari kelompok eksperimen memiliki rerata gain ternormalisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang berada pada siswa kelompok atas. Begitu pula dengan siswa yang berada pada kelompok atas, memiliki rerata gain ternormalisasi yang lebih tinggi dari siswa kelompok rendah. Secara inferensiasi, dengan menggunakan uji ANOVA Dua-Jalur, dapat diketahui bahwa pada kemampuan pemahaman matematik, jika ditinjau sudut pandang model pembelajaran, terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang dapam pembelajarannya

digunakan model konvensial. Hal ini mempertegas temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model konvensional. Begitu pula dengan klasifikasi kemampuan awal matematika dari kemampuan pemahaman matematik siswa. Pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang berada pada kelompok atas, tengah dan bawah dari kelompok eksperimen. Demikian halnya dengan kemampuan penalaran matematik, pengujian secara inferensial dengan menggunakan uji ANOVA Dua-Jalur, mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematik, ditinjau dari sudut pandang pendekatan pembelajaran, memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini mempertegas temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. Dari sudut pandang klasifikasi kemampuan awal matematika dari kemampuan penalaran matematik siswa, pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang berada pada kelompok atas, tengah dan bawah dari kelompok eksperimen. Artinya, peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa di kelompok atas lebih baik dibandingkan dengan

peningkatan kemampuan penalaran siswa kelompok tengah, begitu pula dengan peningkatan kemampuan penalaran kelompok bawah. Penelitian ini juga membuat pengujian perbedaan rerata peningkatan antara kelompok siswa yang medapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional berdasarkan pembagian klasifikasi kemampuan awal matematika. Hasil pengujian ini menyatakan bahwa model inkuiri terbimbing cenderung lebih meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran pada kelompok atas. Sehubungan dengan sikap siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini, secara umum memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika. Tentu saja sikap ini didukung oleh faktor keberadaan guru yang tidak statis dalam mengembangkan konsep belajar dan mengajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban atau pernyataan mahasiswa, dapat diketahui bahwa siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pelajaran matematika. Di samping itu juga, secara keseluruhan, siswa beranggapan bahwa model inkuiri terbimbing yang disampaikan lebih membantu siswa dalam memahami konsep matematika yang sedang mereka pelajari. Oleh karenanya, wajar jika peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, diskusi awal, kemandirian dan penarikan kesimpulan. Kegiatan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsep prasyarat yang dimiliki oleh siswa, yitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan memancing siswa untuk bertanya mengenai konsep prasyarat yang belum dikuasai. Dengan demikian, pada awal pembelajran terjadi proses pengembangan kesadaran metakognisi. Kegiatan diskusi awal secara umum berjalan dengan baik. Kecanggungan sempat terjadi di pertemuan awal. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang lebih menuntut siswa lebih berperan aktif dibandingkan guru. Namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya, siswa secara lebih positif telah berani mengemukakan pendapat, berargumen dengan memanfaatkan fakta-fakta dan atau sifat sifat dari materi yang tengah dipelajari serta mengomentari pendapat sesama rekannya. Temuan lainnya dalam tahapan diskusi awal ini adalah bahwa sebagian siswa telah mampu mengaitkan konsep yang dipelajari dengan materi yang pernahmereka dapatka ketika di SMP. Seberapa diantaranya bahkan mencoba mengkombinasikan konsep materi dengan suatu logo tertentu (penyingkatan rumus) agar lebih mudah untuk diingat. Berdasarkan pengamatan, pembelajran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing ini secara umum telah menciptakan kondisi dimana siswa belajar secara aktif. Sebagaimana pendapat Ruseffendi (1991) yang menyatakan bahwa keberhasilan peserta didik dalam belajar tidak semata-mata berhasil belajar, melainkan juga keberhasilan yang ditempuhnyadengan belajar aktif.

Dalam tahap kemamdirian, siswa diberikan persoalan dengan topik yang sama untuk kemudian diselesaikan secara perseorangan. Guru berkeliling untuk memberikan feedback secara individual. Pada tahap kemandirian ini, karakteristik khas yang terlihat adalah aktivitas pembelajaran dengan melatihkan metakognisi, memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar mandiri, di mana setiap pagi mengisi lembar kerja yang diberikan. Dalam tahap penyimpulan, siswa merekapitulasi apa yang dilakukan di kelas dengan cara menulis, merangkum dan membuat kesimpulan. Di pertemuanpertemuan awal, banyak siswa yang bingung terhadap apa yang harus disimpulkan dari keseluruhan aktivitas kelas. Namun pada akhirnya seiring berjalannya diskusi, sedikit demi sedikit mereka mampu membuat simpulan sesuai dengan materi yang telah diberikan. Secara keseluruhan aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat dijadikan rujukan untuk dapat lebih memberdayakan ruangan kelas dan lebih memotivasi siswa. Hal ini sangat beralasan karena pembelajarn menggunakan model inkuiri terbimbing menyajikan bahan ajar yang melatih metakognisi, intervensi guru dan interaksi kelas.