bab iv telaah atas sifat wajib rasul sebagai...

21
76 BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI PROTOTIPE KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD DALAM PENDIDIKAN A. Urgensitas Penerapan Nilai-nilai Sifat Wajib Rasul dalam Menjalankan Kepemimpinan Pendidikan. Islam diturunkan sebagai ajaran yang sempurna dari sumbernya Allah SWT. yang maha sempurna dan akan dipelihara kesempurnaannya hingga akhir zaman. Ajaran ini harus dijadikan pedoman hidup bagi setiap manusia yang menginginkan kemuliaan tidak sekedar di mata manusia tetapi di sisi Allah SWT. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat tidak dapat dihindari pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup ini. Mustahil ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantaun dari orang lain, untuk itu mereka membentuk satu kelompok sambil mengaktualisasikan dirinya untuk menemukan jati dirinya. Setiap orang sebagai individu memerlukan bantuan orang lain, bukan menjadi sama dengan orang lain, tetapi justru untuk menjadi berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap orang bilamana dibandingkan dengan orang lain akan terlihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang mempunyai keinginan, kehendak, pikiran, pendapat, kebutuhan, sifat tingkah laku dan lain-lain yang berbeda-beda. Namun di antara yang berbeda itu terdapat juga yang sama atau memiliki kesamaan sehingga menjadi motivasi untuk mewujudkan kelompok atau organisasi yang memungkinkan orang untuk tergabung di dalamnya meningkatkan efektivitas, memanfaatkan kesamaan itu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kondisi seperti itu, perbedaan di antara sekolompok orang yang memiliki kesamaan, akan memunculkan orang yang menjadi pemimpin di antara sejumlah orang yang lebih banyak, sebagai pihak yang memerlukan pimpinan. Misalnya kesamaan agama, idiologi, pekerjaan, suku, profesi,

Upload: letruc

Post on 07-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

76

BAB IV

TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI PROTOTIPE

KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD

DALAM PENDIDIKAN

A. Urgensitas Penerapan Nilai-nilai Sifat Wajib Rasul dalam Menjalankan

Kepemimpinan Pendidikan.

Islam diturunkan sebagai ajaran yang sempurna dari sumbernya Allah

SWT. yang maha sempurna dan akan dipelihara kesempurnaannya hingga

akhir zaman. Ajaran ini harus dijadikan pedoman hidup bagi setiap manusia

yang menginginkan kemuliaan tidak sekedar di mata manusia tetapi di sisi

Allah SWT. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat

tidak dapat dihindari pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup

ini. Mustahil ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantaun dari orang

lain, untuk itu mereka membentuk satu kelompok sambil mengaktualisasikan

dirinya untuk menemukan jati dirinya. Setiap orang sebagai individu

memerlukan bantuan orang lain, bukan menjadi sama dengan orang lain,

tetapi justru untuk menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

Setiap orang bilamana dibandingkan dengan orang lain akan terlihat

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang mempunyai

keinginan, kehendak, pikiran, pendapat, kebutuhan, sifat tingkah laku dan

lain-lain yang berbeda-beda. Namun di antara yang berbeda itu terdapat juga

yang sama atau memiliki kesamaan sehingga menjadi motivasi untuk

mewujudkan kelompok atau organisasi yang memungkinkan orang untuk

tergabung di dalamnya meningkatkan efektivitas, memanfaatkan kesamaan itu

untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam kondisi seperti itu, perbedaan di antara sekolompok orang yang

memiliki kesamaan, akan memunculkan orang yang menjadi pemimpin di

antara sejumlah orang yang lebih banyak, sebagai pihak yang memerlukan

pimpinan. Misalnya kesamaan agama, idiologi, pekerjaan, suku, profesi,

Page 2: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

77

minat, kegemaran/hobi dan lain-lain memberikan motivasi sejumlah orang

untuk membentuk kelompok atau organisasi. Di antara orang-orang itu

terdapat seseorang atau beberapa orang yang tampil menjadi pemimpin atau

pemimpin-pemimpin, karena memiliki kelebihan-kelebihan terutama berupa

berupa kemampuan mewujudkan kepemimpinan.

Muhammad al-Buraey mengutip pendapat Hersey dan Blanchaer yang

memandang bahwa kepemimpinan sebagai “pengaruh antar pribadi yang

dilaksanakan dalam satu situasi dan diarahkan melalui komunikasi, menuju

pencapaian tujuan atau tujuan tertentu”.1 Jadi dalam hal ini nampak bahwa

adanya hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin karena dalam

komunikasi pasti melibatkan dua unsur, dalam hal ini pemimpin dan yang

dipimpin (bawahan) keduanya saling menunjang dan bergantung yang terikat

atau yang mengikatkan diri dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan

bersama yang telah ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab pemimpin ialah

mengarahkan, menuntun, memberi motivasi dan mendorong orang yang

dipimpin untuk berbuat guna mencapai tujuan, sedangkan tugas dan tanggung

jawab yang dipimpin yakni mengambil bagian aktif dalam mensukseskan

pekerjaan yang mengantarnya kepada tercapainya tujuan, di mana di

dalamnya memerlukan adanya kesatuan komando (unity of command) dalam

setiap organisasi.

Tanpa adanya komando yang didasarkan atas waktu perencanaanya

dan kebijaksanaan yang jelas, maka jangan diharapkan tujuan akan dapat

dicapai dengan baik. Bahkan bisa terjadi kesemerawutan dan anarki dalam

pekerjaan yang membuat arah tindakan menjauhi tujuan. Pada titik inilah

kewajiban untuk mentaati kebijakan pemimpin dalam peraturan yang telah

ditetapkan tidak bisa ditawar-tawar dan menjadi sebuah kewajiban bawahan

untuk mentaati pemimpin itu.

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 59:

1 A. Muhammad al-Buraey, Islam Landasan Alternatif Adminditratif Pembangunan,

(Jakarta : Rajawali, 1986), hlm. 375

Page 3: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

78

يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي األمر منكم )59: النساء (فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasulnya dan orang-orang yang berkuasa di antara kamu, maka sekiranya diantara kamu berbantahan dalam suatu perkara, hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya” (Q.S an-Nisa :59).2

Ayat ini dengan jelas memerintahkan kepada kita semua untuk taat

dan patuh kepada seorang pemimpin, baik dalam segala level kehidupan

asalakan pemimpin yang kita ikuti tersebut tidak keluar dari ajaran serta

hukum-huku yang terkandung di dalamnya. Apabila terjadi perselisihan

diantara mereka hendaklah dikembalikan kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul-

Nya (as-Sunnah).

Pembahasan tentang kepemimpinan telah merujuk pada suatu

fenomena kemampuan seseorang dalam mengg0rakkan, membimbing dan

mengarahkan orang lain dalam suatu kerja sama. Dalam hal ini apabila

dipadukan dengan istilah pendidikan maka muncullah istilah kepemimpinan

pendidikan. Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan tentang arti dari

kepemimpinan yang dikerucutkan pada kepemimpinan yang dilakukan oleh

Nabi Muhammad saw. yang akhirnya dari situ pula diperolah gambaran yang

cukup jelas bahwa kepemimpinan yang telah dijalankan Nabi Muhammad

saw. banyak mengandung unsur-unsur serta nilai-nilai yang syarat dengan

muatan pendidikan. Sehingga kenyataan itulah yang akhirnya menjadi sebuah

hal yang menarik untuk dikaji secara mendalam dengan usaha menguak dan

mancari serta menelusuri sebetulnya faktor apa yang mempengaruhi

kesuksesan Nabi Muhammad saw dalam memimpin umatnya itu.

Kepemimpinan dari sudut agama Islam secara sederhana oleh setiap

pemimpin harus diajalankan sebagai rangkain kegiatan atau proses menyeru

agar orang lain di lingkungan masing-masing menjadi manusia beriman,

dalam abad modern bukanlah pekerjan yang mudah. Tugas dan kewajiban

pemimpin memang tidaklah mudah, membutuhkan berbagai macam unsur

2 Soenaryo, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: al-Wa’ah, 1993), hlm. 128

Page 4: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

79

yang mendukung terwujudnya kepemimpinan yang efektif serta mempunyai

nilai mulia di sisi Allah Swt. Untuk memenuhi hal itu dibutuhkan seorang

pemimpin yang menjunjung pada nilai-niali kebenaran, dan seorang

pemimpin yang penuh tanggung jawab, mempunyai loyalitas tinggi, dan dapat

menjaga amanah dengan baik.

Karakteristik kepemimpinan seperti yang diidealkan tersebut, hanya

dapat ditemukan dalam pribadi Nabi Muhammad saw, sebab kepemimpinan

beliau berjalan di atas landasan spiritual yang paling tinggi dengan Allah

langsung sebagai pembimbingnya. Di sini berarti pula bahwa ketaatan kepada

Rasulullah merupakan ketataan kepada Allah. Mengingat tujuan dari

kepemimpinan beliau adalah mengajak beriman kepada Allah. Untuk itu,

segala perbuatan dan perkataan beliau, dalam memimpin haruslah ditaati. Hal

ini ditegaskan dalam firman Allah sebagai berikut :

)64: النساء (وما أرسلنا من رسول إال ليطاع بإذن الله“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah” (Q.S : an-Nisa 64).3

)80: النساء (ع الرسول فقد أطاع اللهمن يط“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah” (Q.S : an-Nisa 80).4

Dari kedua ayat di atas, Allah dengan serius menekankan kita untuk

taat kepada perintah Rasulullah. Dan nilai yang dianjurkan Rasulullah dalam

memimpin selayaknya dapat dijadikan contoh dan teladan bagi pemimpin

yang bertanggung jawab terhadap kepemimpinan yang dijalankan. Terlebih

lagi menjadi keharusan bagi seorang pendidikan yang mempunyai peran

sebagai pemimpin bagi anak-anak didiknya untuk memiliki karakteristik yang

mencerminkan seorang pendidik yang baik layaknya sifat yang dicontohkan

oleh Rasulullah.

3 Ibid, hlm. 129 4 Ibid., hlm. 132

Page 5: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

80

Dari sisi lain umat Islam memerlukan pengorganisasian dengan

kepemimpinan yang beriman, untuk mempersatukan agar menjadi kekuatan

yang terarah pada perwujudan kegiatan yang sesuai dengan kehendak Allah

SWT. Demikian halnya dalam sebuah organisasi yang berintikan pada

pendidikan haruslah menanamkan jiwa keimanan pada setiap individu

pendidik selaku perannya sebagai pemimpin dalam pendidikan. Pemimpin

pendidikan di sini bukanlah sekedar seorang yang berada pada pucuk

pimpinan seperti kepala sekolah, supervisor atau administrator saja, melainkan

seorang guru yang menjadi pendidik bagi anak-anak yang justru perlu

menerapkan jiwa kepemimpinannya dalam menanamkan nilai-nilai baik pada

anak didiknya. Untuk itu kepemimpinan seorang guru juga tetap harus

diterapkan pada masing-masing pendidik sebagai modal dasar membentuk

jiwa dan kepribadian yang tangguh pada anak.

Kepemimpinan dalam Islam mempunyai aspek tersendiri di antara

berbagai aspek kehidupan disorot oleh al-Quran dan al-Hadits. Dalam praktek

ibadah formal yang dimanifestasikan melalui ibadah shalat berjamaah yang

terdiri dari Imam dan makmum sampai masyarakat terkecil di dalam keluarga,

pemimpin dan kepemimpinan berperan penting.5 Terlebih lagi dalam

pendidikan, kepemimpinan memegang kunci yang urgen di bawah seorang

pemimpin yang benar-benar dapat menerapkan kepemimpinan yang sesuai

dengan perkembagan dan kebutuhan pendidikan.

Kriteria dan syarat menjadi seorang pemimpin dalam proses

memimpin orang lain dibutuhkan individu-individu pemimpin yang memiliki

sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri Nabi Muhammad

saw. terangkum menjadi satu-kesatuan sifat wajib meliputi shiddiq, amanah,

tabligh dan fathonah. Sifat-sifat rasul akan menjadi sebuah prototipee dan

prinsip tersendiri bagi seorang pemimpin pendidikan dalam menjalankan

kepemimpinannya dengan menerapkan nilai-nilai luhur ini, di antaranya :

1. Prinsip Kejujuran (shiddiq).

5 Ali Anwar, Wawasan Islam , (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 97

Page 6: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

81

Kejujuran merupakan faktor utama seseorang dapat dipercaya

orang lain, kejujuran akan melahirkan kepercayaan dari orang lain, sekali

tidak jujur akan sulit menimbulkan kepercayaan dari bawahan. Dengan

keimanan yang dia miliki, dia akan senantiasa berkata benar dan

meneladani kepemimpinan Allah dan Rasulnya. Demikian halnya dalam

sebuah kepemimpinan tanpa ada transparasi dari atasan kepada bawahan

dapat menghambat hubungan saling menjauh di antara keduanya. Ini

disebabkan tidak adanya sikap keterbukaan informasi yang diberikan

pemimpin kepada anggotanya, sehingga seolah-olah ada jarak yang

memisahkan, yang akibatnya menimbulkan sikap apatis dan tidak peduli

dari bawahan pada atasan.

Prinsip kejujuaran yang harus dijunjung oleh pemimpin tidak

memiliki tendensi apapun, sebab pemimpin yang baik hanya mengharap

ridha dari Allah, yang ini berarti pemimpin berusaha untuk jujur di

hadapan Allah. Sedangkan jujur terhadap orang lain, yakni tidak sebatas

berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi orang lain.6

Sikap jujur terhadap anggota berarti sangat prihatin dan peka

melihat penderitaan yang dialami mereka, sehingga sifat shiddiq

merupakan sikap empati yang sangat kuat dan mempunyai jiwa pelayanan

yang prima. Pelayanan itu dapat diwujudkan melalui sikap pemimpin yang

senantiasa membimbing anggotanya dan bertindak sebagai konsultan bagi

guru-guru yang dapat membantu memecahkan permasalahan mereka.7 Ia

hendaknya berusaha meningkatkan kemampuan staf untuk bekerja dan

berfikir bersama. Sikap ini akan memberi pengaruh bawahan menjadi

merasa tenang, bahkan akan bertambah sayang dan percaya pada atasan

yang akhirnya berdampak pada etos kerja dari bawahan karena perilaku

dan sikap atasannya memberi contoh yang baik. Pemimpin pendidikan

yang baik selalu mengedepankan prinsip kejujuran dengan menunjukkan

6 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hlm 195. 7 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

(Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 26

Page 7: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

82

kepeduliannya pada orang lain dengan mengulurkan tangan demi

kemajuan bawahannya.8

Dalam hubungannya dengan pendidikan, sikap dan prinsip shiddiq

yang ditampakkan oleh pemimpin akan melahirkan semangat kerja tinggi

dan loyalitas yang tinggi dari bawahan kepada pemimpin itu sendiri,

karena dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mereka tidak merasa

terhambat dengan berbagai kebohongan yang akan merusak dirinya.

Sikap mental yang terwujud dalam bentuk kejujuran dari seorang

pemimpin pendidikan merupakan krediilitas dan integritas pribadi yang

berkumpul dalam satu pribadi pemimpin itu sendiri. Pemimpin pendidikan

yang profesional memiliki berbagai kualitas yang terkumpul dalam

dirinya, seperti memliki motivasi yang tinggi dan kejujuran. Dua

komponen inilah yang menentukan keberhasilan seorang pemimpin.

Seorang yang pintar dan mempunyai motivasi tinggi tetapi tidak jujur

tidak layak disebut profesional, sebaliknya seorang yang jujur dan

terampil tetapi tidak mempunyai etos kerja yang tinggi juga tidak

memenuhi syarat sebagai seorang yang profesional.

Kejujuran telah melahirkan sifat kepemimpinan yang berorientasi

pada upaya menunjukkan bentuk keteladanan (uswatun hasanah),

sebagaimana kerinduan kita kepada Rasulullah yang memberikan begitu

banyak mutiara untuk dijadikan suri tauladan. Sebaliknya sikap

kebohongan hanya akan merusak hubungan antara pimpinan dan yang

dipimpin. Larangan berbuat kebohongan dan ketidakjujuran tertuang

dalam hadits Nabi Saw yang berbunyi :

أن رسول اهللا صلى اهللا عليه : عن أبي هريرة رضي اهللا عنه قالإذاحدث آذب وإذا وعد أخلف وإذا : أية المنافق ثالث : وسلم قال

)رواه مسلم( ائتمن خان

8 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 196.

Page 8: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

83

Dari Abu Hurairah r.a bahwasannya Saw bersabda : tanda-tanda orang yang munafik itu ada tiga. Bila ia berkata (cerita), berdusta, bila ia berjanji tidak menempati janjinya, dan bila dipercayai, ia berkhianat (HR. Muslim).9

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang suka

bohong/dusta, mengesampingkan kejujuran merupakan indikasi bahwa

seorang pemimpin tersebut termasuk dalam golongan munafik, karena

tidak transparan terhadap informasi yang diberikan kepada anggotanya,

dengan demikian jiwa kepemimpian yang disertai dengan nilai-nilai

kejujuran seharusnya dipupuk dan ditanamkan dalam jiwa seorang

pemimpin pendidikan yang akan menjadi teladan bagi anggota

(bawahannya) dan pada anak didiknya. Lebih tegas lagi Allah berfirman

dalam surat az-Zumar 32-33 :

إذ جاءه أليس في فمن أظلم ممن آذب على الله وآذب بالصدقوالذي جاء بالصدق وصدق به أولئك هم .جهنم مثوى للكافرين

)33-32:الزمر) (المتقون“Maka siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang membuat dusta kepada Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang kafir, dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad saw) dan membenarkannya. Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. az-Zumar : 32 – 33).10

Dari ayat tersebut, dapat diyakini bahwa indikasi seorang

pemimpin yang jujur akan melahirkan ketaqwaan, sebagaimana kita

temukan yang demikian itu pada diri Nabi Muhammad saw yang terkenal

kejujurannya. Dan dari ketaqwaan akan melahirkan jiwa pemimpin yang

bermoral dan berakhlak.

2. Prinsip dapat Dipercaya (amanah)

9 Imam Muslim, Shohih Muslim, Jilid I, (Beirut Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah, 1994),

hlm. 277. 10 Soenaryo, op. cit., hlm. 750

Page 9: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

84

Sikap yang muncul selanjutnya dan sepatutnya dimiliki pemimpin

yaitu amanah. Amanah di sini penulis artikan sebagai sikap percaya pada

diri sendiri dan mempercayai orang lain. Perwujudan sikap amanah

menunjukkan bahwa pemimpin dapat menampakkan sikap yang dapat

dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati (honorable). Sikap

terhormat dan dapat dipercaya hanya dapat tumbuh apabila kita meyakini

sesuatu yang kita anggap benar sebagai suatu prinsip kebanaran yang tidak

dapat diganggu gugat. Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai

orang lain dan memiliki kepercayaan diri, oleh karena itu pemimpin

demikian itulah yang dapat disebut sebagai pemimpin yang bertanggung

jawab.

Dalam menjalankan kepemimpinan pendidikanan yang efektif,

pemimpin harus menumbuhkan sikap saling pecaya antara atasan dan

bawahan, sehingga kedekatan dan kebersamaan akan selalu dapat

dirasakan oleh semua komponen dalam kepemimpinan itu. Semua hal itu

dapat terwujud apabila pemimpin memperoleh kepercayaan dan dipercaya

oleh bawahan. Dengan demikian seorang pemimpin memperoleh

kesempatan untuk menghayati perasaan, pikiran, aspirasi, dan keluhan-

keluhan yang berkembang di antara anggota organisasinya. Dan pemimpin

pendidikan yang dapat dipercaya justru selalu menaruh rasa percaya pada

bawahannya bukan malah mengekangnya sehingga muncullah

kepemimpinan otoriter, pemimpin yang tidak menaruh percaya pada

bawahannya dan memandang bawahannya sebagai orang-orang yang

malas dan tidak dapat dipercayai, cenderung lebih bersikap menekan,

memaksa dan melakukan kontrol yang ketat. Sebaliknya jika pemimpin

menaruh kepercayaan pada bawahannya dan memandang para bawahan

sebagai orang yang suka bekerja, dan melihat pekerjaan sebagai sumber

kepuasan dan yang besedia untuk tidak saja menerima tapi mencari

Page 10: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

85

tanggungjawab, pemimpin cenderung lebih bersikap demokratis dan

memberi kebebasan pada bawahan.11

Setiap amanah akan menuntut pertanggung jawaban, sebab

amanah sekecil apapun harus dipertanggungjawabkan oleh yang

memegang amanah itu, terlebih bagi seorang pemimpin dalam pendidikan

yang membutuhkan perhatian tersendiri. Hal ini senada dengan firman

Allah surat An-Nisa: 58 :

)58: النساء (إن الله يأمرآم أن تؤدوا األمانات إلى أهلها“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhak”. 12 (Q.S. an-Nisa : 58).

Maksud amanat dari ayat ini, adalah semua amanat, sebab amanat

itu terdapat di dalam segala sesuatu, yaitu wudhu, shalat, zakat, takaran,

puasa, timbangan dan titipan.13 Perlu dikatahui bahwa sesungguhny dalam

setiap anggota badan manusia terhadap amanat. Amanat mata ialah tidak

menggunakanya untuk memandang yang haram, amanat lidah ialah tidak

mempergunakan untuk berbohong, mengumpat, berbuat bid’ah dan

sejenisnya. Semua itu adalah amanat dari Allah SWT.

Amanat yang berhubungan dengan tugas seorang pemimpin

khususnya bagi para pendidik adalah mengajak, membimbing anak didik

untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan cara memberikan

pendidikan yang baik dan bermanfaat.

Atas dasar itulah menjadi tuntutan bagi pemimpin pendidikan

untuk menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan posisi

yang dipegangnya yakni sebagai lider dan manajer di sekolahnya.

3. Prinsip Komunikatif (tabligh)

11 Oeteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,

(Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 272 12 Soenaryo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Al-Waah, 1993), hlm. 128 13 Ahmad Muhammad al-Hufiy, Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad saw, (Bandung :

Pustaka Setia, 2000), hlm. 321.

Page 11: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

86

Hubungan antara komunikasi dengan kepemipinan sangat erat

sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa

komunikasi. Komuniksi berperan sangat menentukan dalam berhasil

tidaknya suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin dikatakan sukses,

apabila di antaranya telah berhasil membangun komunikasi yang efektif

antara dirinya dengan bawahan.

Secara umum kepemimpinan pendidikan pada dasarnya

merupakan proses mempengaruhi dan mengajak orang lain menuju tujuan

yang diinginkan. Dan dalam proses mempengaruhi orang lain sendiri

sebenarnya merupakan proses komunikasi, sehingga tidak berlebihan bila

dikatakan leadership is communication.14 Dalam sebuah kepemimpinan

terdapat pemimpin (leader) dan yang dipimpin (follower), yang di

antaranya saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk itu di

sinilah peran pentingnya komunikasi khususnya dalam menggalang

mutual understanding sebagai dasar pokok untuk menumbuhkan sense of

belonging dari kelompoknya.

Fitrah manusia sejak kelahirannya yakni kebutuhan dirinya kepada

orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang dan survive kecuali ada

kehadiran orang lain. Dengan mengutip pendapat filosof Barat bahwa

“Cogito Ersgo Sum” aku ada karena aku berfikir, kita dapat mengatakan

“Aku ada karena aku memberikan makna bagi orang lain”. Ungkapan ini

senada dengan yang disabdakan oleh Nabi saw bahwa “engkau belum

disebut orang yang berimana kecuali engkau mencintai orang lain

sebagaimana enkau mencitai dirimu sendiri”.

Dari kedua ucapan filosof Barat dan sabda Rasul tersebut

memberikan makna bahwa kita tidak mungkin berkembang dan

mempunyai kualitas unggul kecuali dalam kebersamaan. Itulah sebabnya,

seorang muslim tidak mungkin bersikap selfsh, egois, dan annaniyah

hanya mementingkan diri sendiri. Ini berarti bahwa antara manusia satu

dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Di sinilah salah satu

14 Toto Tasmara , Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 81

Page 12: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

87

peranan dari sikap tabligh yang merupakan salah satu sifat akhlakul

karimah dari Rasulullah yaitu menyampaikan kebenaran melalui suri

tauladan dan perasaan cinta yang mendalam.

Untuk itulah nilai dan prinsip tabligh telah memberikan muatan

yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi (communication skill),

kepemimpinan (leadarship), pengembangan dan peningkatan kualitas

sumber daya insani (human resource development), dan kemampuan diri

untuk mengelola sesuatu (managerial skill). Dari keempat kemampuan

tersebut, harus terkumpul dalam diri seorang pemimpin pendidikan untuk

menentukan keefektifan kepemimpinannya itu.

Oleh karena itu tampak bahwa komuniksi dalam mewujudkan

kepemimpinan terkhusus kepemimpinan dalam pendidikan mutlak

diperlukan. Seorang pemimpin pendidikan yang komunikatif akan selalu

berusaha mengembangkan keterampilan untuk berkomunikasi dengan

anggotanya baik ketika mengeluarkan maupun menerima komunikasi. Ini

berarti mampu dan cakap dalam mereproduksi pikiran-pikiran seseorang

dengan perekaman yang jitu melalui cara-cara lisan atau tulisan gambar,

gambar grafik-grafik, lukisan gerakan-gerakan badan, ekspresi roman

muka aksi dan lainnya.15 Ketika cara-cara ini telah dapat diterapkan

dengan baik, maka akan tercipta iklim kepemimpinan yang menyenangkan

dalam organisasi sekolah tersebut. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin

itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi

yang tepat dengan semua pihak, secara horizontal maupun vertikal ke atas

dan ke bawah.16 Dengan berkomunikasi, berarti seorang ingin

menyampaikan gagasan kemudian gagasannnya dapat diterima oleh

komunikan sehingga tumbuhlah perubahan sikap dalam bentuk pengertian,

partisipasi, atau tindakan sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator/

pemimpin. Demikian halnya dalam pendidikan, diharapkan pemimpin

15 Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986),

hlm. 96 16 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003),

hlm. 117

Page 13: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

88

pendidikan dapat berkomunikasi dan menyapaikan gagasan, pesan dan

sebagainya dengan baik tanpa menimbulkan banyak persepsi dari

bawahan, sehingga kesulitan yang ada dapat di atasi dengan baik.

Timbulnya kesalahan persepsi biasanya diiringi oleh beberapa hal sebagai

berikut :

a. Kita menilai seseorang menurut tolak ukur kita sendiri (subyektifitas)

dan tidak terbuka atas gagasan serta pengaruh dari lawan bicara kita

sehingga terjadi konflik batin yang kemudian melahirkan penolakan

terhadap pesan yang disampaikan lawan bicara kita.

b. Tidak ingin berusaha membuka diri dan memahami keadaan orang

lain.

c. Tidak menaruh kepercayaan pada lawan bicara sehingga tidak mampu

menerima seluruh pesan yang disampaikan secara utuh.17

Melalui komunikasi yang efektif dan terbuka akan memudahkan

penjabaran kebijakan pendidikan yang diambil, sekaligus memberikan

fasilitas kelancaran kerja bagi anggota. Komunikasi menjadi sarana primer

untuk mengubah tingkah laku dengan jalan mempengaruhi bawahan.

Sehingga ada dua bentuk komunikasi yang dapat dilaksanakan, yaitu

komunikasi satu arah (one way communication) dan komunikasi dua arah

(two way communication). Komunikasi satu arah hanya terjadi di antara

atasan dan bawahan yang bersifat otoriter, sebagai contoh ketika pimpinan

mengeluarkan instruksi, ma’lumat, dan lain-lain. Komunikasi satu arah ini

dapat menimbulkan ketidak jelasan, salah faham, penafsiran yang keliru,

sentimen dan banyak ketegangan dari bawahan kepada atasan. Sedangkan

komunikasi dua arah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengeluarkan umpan balik, mengeluarkan pendapat, berdiskusi apabila

pesan yang disampaikan kurang dapat dimengerti. Di samping hal itu ada

keuntungan lain dari komunikasi dua arah yakni tumbuhnya suasana

dialogis dan demokratis dalam kepemimpinan pendidikan.18 Pemimpin

17 Toto Tasmara, Op. Cit., hlm. 224 18 Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 122 – 123

Page 14: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

89

yang mampu berkomunikasi dengan baik berarti telah mampu

menciptakan kebersamaan anggota yang merupakan suatu hal yang urgen

dalam kepemimpinan. Pemimpin yang komunikatif selalu dapat

menjunjung tinggi harmoni, tanggung jawab, kekompakan kelompok

sehingga setiap anggota senantiasa saling memperhatikan dan saling

mendorong untuk maju bersama yang mengedepankan nilai-nilai

persaudaraan, dan musyarawah.

Dari sinilah menunjukkan arti pentingnya prinsip komunikatif

dalam membangun kepemimpinan, terutama dalam pendidikan untuk

diperhatikan oleh pemimpin baik sebagai administrator, manajer,

supervisor, bahkan untuk kepala sekolah.

4. Prinsip Intelegensi (Fathanah)

Pentingnya sebuah kecerdasan bagi pemimpin mutlak diperlukan

agar tujuan kepemimpinan agar tercapai. Seorang pemimpin tidak cukup

hanya memiliki kemampuan kepemimpinan. Di samping itu pemimpin

harus mengetahui juga seluk-beluk bidang yang dikelola organisasinya,

bahkan terdapat juga organisasi yang menuntut pemimpin memiliki

keterampilan atau keahlian yang memadai di bidang tersebut. Sehingga

pemimpin akan mampu memberikan bimbingan, petunjuk, dan

pengarahan pada anggotanya yang memerlukan. Pada tahab berikutnya

kemampuan di bidangnya itu, akan sangat diperlukan dalam melakukan

kegiatan pengawasan (kontrol) yang efektif. 19

Pemimpin yang cerdas tidak sekedar mampu menguasai seluk

beluk bidangnya saja, namun lebih jauh memiliki dimensi ruhani yang

kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang

profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.

Seorang yang fathonah itu tidak saja cerdas tetapi juga memiliki

kebijaksanan atau kearifan dalam berfikir dan bertindak.

19 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1993), hlm. 121

Page 15: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

90

Demikian pula seorang pemimpin pendidika haruslah seorang

yang mempuyai kecerdasan lebih dibanding orang lain tanpa harus

mengesampingkan nilai-nilai keluhuran seperti yang dianjurkan oleh Nabi

Muhammad saw. Tidak cukup seorang pemimpin hanya dibekali dengan

kecakapan dan kecerdasan namun memiliki landasan keimanan yang kuat

agar tidak mudah tergelincir pada dosa dan kesalahan.

Seorang pemimpin harus mampu menganalisa masalah yang

dihadapi organisasinya. Kemampuan itu memungkinkan seorang

pemimpin mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun

perencanaan dan menetapkan keputusan yang tepat dalam mewujudkan

beban tugas organisasinya. Di samping itu pemimpin pendidikan dituntut

memiliki kecerdasan yang tidak hanya pada kecerdasan intelektual saja,

namun harus mempunyai emosional dan spiritual yang cerdas, sehingga

setiap keputusan yang diambil telah mengalami proses yang matang

dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait. Pemimpin yang

memiliki IQ dan EQ stabil dapat memutuskan kebijakan dengan bijaksana

dan adil, sehingga dapat membantu anggota kelompoknya mengatasi

kesulitan yang timbul, untuk itu pemimpin akan selalu dibutuhkan

kelompoknya bilamana mengahadapi masalah. Membantu di sini bukan

diartikan bahwa bawahan selalu tergantung pada pemimpin, namun

pemimpin memberikan motivasi dan membantu dalam menemukan

alternatif pemecahannya, sehingga bawahan selalu terbiasa mandiri tidak

tergantung pemimpin.

Pemimpin yang cerdas dapat menempatkan dirinya sebagai fokus

perhatian lalu menjadikannya figur teladan (uswatun hasanah), karena

keprofesionalan dan kepribadiannya mampu menumbuhkan situasi yang

menentramkan.

Orang dengan kecakapan seperti ini menurut David Coleman,

akan melakukan tindakan-tindakan berikut ini :

a. Sadar tentang kekuatan-kekutan dan kelemahannya.

b. Menyempatkan diri untuk merenung dan belajar dari pengalaman.

Page 16: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

91

c. Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima

perspektif baru mau terus belajar, dan mengembangkan diri sendiri.

d. Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri

sendiri dengan perspektif yang luas.20

Pemimpin pendidikan yang mahir dan profesional serta

mempunyai wawasan luas memiliki intuisi yang tajam dalam menganalisis

persoalan dan mengambil keputusan yang berani dan percaya diri

sehingga keputusan yang diambil dapat menguntungkan seluruh

kelompoknya.

B. Implementasi Nilai Sifat Wajib Rasul dalam Kepemimpinan Pendidikan.

Pemimpin adalah orang yang mempunyai kelebihan dari orang-orang

yang lain, seperti orang yang terkuat, terpandai, paling banyak makan garam

dan sebagainya. Sifat-sifat inilah yang diidentikkan melekat pada diri seorang

pemimpin. Tugas seorang pemimpin, kecualai harus memenuhi kebutuhan

kelompoknya, juga harus dapat mempengaruhi kelompok sedemikian rupa

sehingga apa yang dirasakan sebagai kebutuhan, benar-benar bersifat realistis

yaitu sesuai dengan kenyataan.

Dalam proses menjalankan kepemimpinan pendidikan, pemimpin

diharapkan memiliki sifat dan karakteristik yang dijiwai oleh nilai-nilai yang

diajarkan Rasulullah saw. melalui sifat mulia Rasulullah saw. yang terdapat

dalam sifat wajib Rasul. Artinya, dalam setiap tindakan dalam rangkaian

kepemimpinan yang dijalankan seharusnya mengedepankan prinsip shiddiq,

amanah, tabligh dan fathonah.

1. Proses pengambilan keputusan (Decision making).

Dalam situasi kepemimpinan, seorang pemimpin tidak akan lepas

dari aktifitas pengambilan keputusan. Keputusan pada dasarnya hasil akhir

dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan dengan nyata.

20 Toto Tasmara, Op.Cit., hlm. 215

Page 17: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

92

Keputusan dapat diartikan juga hasil terbaik dalam memilih satu diantara

dua atau beberapa alternatif yang dihadapi.

Pengambilan keputusan terjadi apabila seorang pemimpin

pendidikan menghadapi beberapa alternatif pemecahan problem,

pengambilan keputusan merupakan wewenang (hak dan kewajiban) pucuk

pimpinan. Namun fungsi pengambilan keputusan tidak selamanya mudah

untuk kepemimpinan. Karena sulitnya itu maka tidak jarang terjadi, bahwa

seorang pemimpin yang kurang pandai terpaksa menunda-nunda

keputusan yang diambil sehingga masalahnya menjadi terkatung-katung.

Sering terjadi pula seorang diangkat menjadi pemimpin karena keberanian

dan kepandaiannya dalam mengambil keputusan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pimpinan memiliki

keterbatasan, sehingga tidaklah semua keputusan dapat diselesaikan

olehnya sendiri. Oleh karena itu dalam memandang hal ini sebaiknya

pemimpin mengikut sertakan anggotanya turut dalam mengambil

keputusan-keputusan, yang akhirnya akan dapat memperingan tanggung

jawab pimpinan, terutama jika keikut sertaannya itu diwujudkan melalui

pelimpahan wewenang tanggung jawab secara jelas dan konkrit.

Di lingkungan umat Islam pelimpahan wewenang sangat besar

manfaatnya. Seorang pemimpin seharusnya memberi kesempatan pada

anggota untuk membantu atau meringankan beban tugas dan kewajiban

melalui pelimpahan wewenang. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemimpin

bukanlah manusia sempurna dan mengetahui segala sesuatu. Di samping

itu pemimpin bukanlah manusia yang serba bisa dalam melaksanakan

semua volume dan beban kerja organisasinya. Oleh karena itu wewenang

dan tanggungjawab perlu dilimpahkan, agar tidak satupun terbengkalai,

dikerjakan secara keliru dan tidak berkualitas, karena pimpinan yang

manangani bukanlah manusia sempurna.

Dalam mengambil suatu keputusan seorang pemimpin pendidikan

tidaklah berdasarkan pada pertimbangannya sendiri, namun perlu

memperhatikan pendapat, inisiatif dan saran dari anggota dalam bentuk

Page 18: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

93

musyawarah, sehingga pemimpin pendidikan akan dapat

mempertimbangkan berbagai pendapat yang masuk dengan baik dan pada

akhirnya terwujudlah sebuah keputusan yang baik dan tidak merugikan

pihak lain. Sebab, agama Islam sangat menganjurkan pada setiap

pemimpim untuk senantiasa bermusyawarah dalam pengambilan

keputusan. Cara-cara seperti inilah yang sering dilakukan oleh Nabi

Muhammad saw. dalam segala hal. Sebagai contoh pada waktu

pengambilan keputusan saat perang akan dimulai, beliau beserta sahabat

bermusyawarah dahulu untuk mengambil tindakan yang tepat. Hal inilah

yang seharusnya perlu dilakukan oleh setiap pemimpin pendidikan dalam

mengambil keputusan yang terkait dengan organisasi yang dipimpinnya

itu, sehingga dapat memperoleh keputusan yang bermanfaat dan tidak

merugikan anggota kelompoknya.

Seorang pemimpin pendidikan yang baik tidak boleh menganggap

dirinya serba bisa, serba tahu atau tidak pernah berbuat kesalahan. Sikap

ini merupakan, penampilan seorang pemimpin yang takabur, egois sebab

pada dasarnya manusia tidak luput dari sikap lalai dan lupa dan penuh

kekurangan. Oleh karena itu, sekalipun seseorang menganggap bahwa

pikirannya benar, keputusannya tepat, dia haruslah bersedia dikritik akan

kebenarannya, keputusan yang telah diambilnya. Satu-satunya jalan yaitu

musyawarah dengan mendegar pendapat dari anggota.

2. Proses pengendalian

Seperti halnya kegiatan administrasi atau manajemen, dalam

kegiatan kepemimpian juga membutuhkan adanya pengendalian

betapapun sederhananya organisasi tersebut. Langkah yang pertama-tama

dilakukan adalah menyusun perencanaan yang dituangkan dalam progam

kerja. Dan untuk melaksanakan program kerja perlu melakukan kegiatan

pengorganisasian dengan menetapkan pembidangan kegiatan menjadi

unit-unit, menempatkan para personil yang memimpin setiap unit.

Kegiatan administrasi yang dilakukan ini, selanjutnya akan berfungsi

sebagai kegiatan pengendalian. Kegiatan itu bermaksud untuk

Page 19: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

94

mendapatkan respon yang bermakna atau sesuai yang diinginkan

pemimpin dari semua anggota kelompok organisasi.

Kegiataan pengendalian organisasi sangat tergantung pada

kemampuan membina dan mengelola orang-orang yang dipimpin. Agar

menjadi suatu regu atau tim yang handal, tugas seorang pemimpin

pendidikan yaitu dengan jalan memberi kesempatan luas pada anggota

untuk mengeluarkan pendapat, inisiatif, saran dan kritik yang

membangun, sehingga kegiatan pengendalian dapat dengan mudah

dilakukan pemimpin, karena setiap anggota akan merasa memiliki yang

pada finalnya menumbuhkan semangat dalam mewujudkan keberhasilan

kepemimpinan itu sendiri.

Sebagaimana kegiatan yang sering dilakukan oleh Nabi

Muhammad saw. dalam kepemimpinannya, beliau sering mengadakan

musyawarah, pertemuan-pertemuan dan rapat untuk mencari penyelesaian

dari setiap hal dan masalah yang muncul. Dengan adanya rapat akan

memungkinkan adanya penyatuan perasaan, pikiran dan tindakan anggota

organisasi, agar menjadi satu regu yang kompak dan solid. Rapat atau

pertemuan sebagai kegiatan pengendalian dalam kepemimpinan

pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan-tujuan berikut :

a. Mengumpulkan informasi, pemikiran, fakta-fakta, pendapat dan saran

dalam melaksanakan tugas pokok atau program kerja organisasi

b. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program kerja/tugas pokok

organisasi.

c. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasi dan bahkan

mungkin masalah anggota organisasi yang perlu dibantu

penyelesaiannya.

d. Untuk menyampaikan informasi, perintah, petunjuk, bimbingan dan

pengarahan pada sebagian atau semua anggota organisasi.

Page 20: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

95

e. Untuk menghindari jurang komunikasi antara pemimpin dan anggota

organisasi.21

Dari sini nampak bahwa adanya rapat/pertemuan sebagai bentuk

pengendalian yang efektif, dapat diwujudkan melalui pembinaan perasaan

bersatu, kesetiakawanan atau persaudaraan dan pemimpin yang

menghidupkan budaya silaturrahmi di antara pemimpin dengan anggota,

anggota dengan anggota lainnya. Pola-pola yang demikian itu menjadi

landasan bagi Nabi Muhammad dalam kepemimpinannya. Seorang

pemimpin merupakan seorang yang ahli di bidangnya. Mampu menjalin

hubungan manusia yang efektif dan juga beriman/bertaqwa kepada Allah.

Pemimpin yang demikian itulah yang akan selalu dibutuhkan dalam setiap

kepemimpinan pendidikann dalam melaksanakan pengendalian dengan

mendasarkan pada nilai-nilai mulia, seperti sikap seorang pemimpin yang

jujur, transparan, amanah dan memiliki intelegensi yang memadai.

Apabila seorang pemimpin pendidikan dapat melakukan hal sedemikian

dengan baik, maka kepemimpinan akan berjalan efektif dan pimpinan

akan semakin dihormati dan disukai anggotanya.

3. Proses Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-

pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.22 Kegiatan pengawasan

meliputi juga penelitian, mengawasi berjalan dan dilaksanakannya

rencana, memberikan pandangan berdasarkan standar yang ditentukan.

Dengan demikian, pengawasan itu adalah keseluruhan kegiatan mulai dari

penelitian serta pengamatan yang diteliti terhadap berjalannya rencana

dengan menggunakan rencana yang ada serta standar yang ditentukan,

serta memberikan dan mengoreksi penyimpangan rencana dan standar,

21 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 83-86 22 Ibid., hlm. 93

Page 21: BAB IV TELAAH ATAS SIFAT WAJIB RASUL SEBAGAI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri

96

penilaian terhadap hasil pekerjaan diperbandingkan dengan masukan yang

ada atau keluaran yang dihasilkan.23

Seorang pemimpin yang benar-benar dapat menjaga amanah atas

kepemimpinannya, akan selalu merasa segala ucapan, perbuatan dan

tindakannya selalu mendapatkan pengawasan dari Allah oleh karenya

dalam menjalankan tugas kepemimpinan selalu dimaknai dengan

sungguh-sungguh untuk dipertanggungjawabkan kelak. Hal ini

digambakan dalam firman Allah yang menegaskan makan pentingnya

pengawasan:

والذين اتخذوا من دونه أولياء الله حفيظ عليهم وما أنت عليهم )6: الشورى (بوآيل

“Dan orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi perbuatan mereka, dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi menghawasi” (Q.S : as-Syura : 6).24

Dalam proses pengawasan membutuhkan pribadi pemimpin yang

amanah, jujur, bertanggungjawab cerdas dan adil agar dalam proses

kepemimpinan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seperti yang

ditegaskan Allah dalam ayat di atas bahwa segala sesuatu yang dilakukan

oleh hamba-Nya senantiasa mendapat pengawasan dari Allah. Dan dengan

berpegang pada ayat tersebut, semestinya seorang pemimpin yang

bertaqwa akan selalu terkendali segala ucapan dan tidakannya dalam

sebuah koridor Islam yang benar.

23 Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta :

Bhratra Karya Aksara, 1996), hlm. 116 24 Seonaryo, op. cit., hlm. 783.