bab iv sistem refrigerasi komersial · menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan...
TRANSCRIPT
1
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA
BAB IV SISTEM REFRIGERASI KOMERSIAL
Juli Sardi, S.Pd., M.T.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
2
BAB IV
SISTEM REFRIGERASI KOMERSIAL
A. Kompentensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
B. Kelompok Kompetensi Dasar
1. Merencanakan sistem dan instalasi refrigerasi untuk keperluan komersial
2. Komisioning pemasangan sistem dan instalasi refrigerasi komersial
3. Memelihara sistem dan instalasi refrigerasi untuk keperluan komersial
C. Uraian Materi
1. Merencanakan sistem dan instalasi refrigerasi untuk keperluan komersial
1.1. Sistem refrigerasi komersial
Walaupun dasar operasinya sama, tetapi sistem refrigerasi komersial
menggunakan komponen yang berbeda dengan komponen yang digunakan pada
sistem refrigerasi domestik. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat terletak pada
sistem, jenis komponen dan kapasitasnya. Misalnya untuk keperluan efektifitas
pendinginan maka digunakan dua atau lebih evaporator pada sebuah unit
kondensing. Jenis dan kapasitas kompresor yang digunakan juga berbeda. Jenis
dan kapasitas kondenser dan sistem catu daya listrik yang digunakan juga
berbeda. Sistem proteksi dan sistem pengaturan refrijeran yang akan diuapkan di
evaporator juga berbeda.
Refrigerasi komersial memiliki ruang lingkup yang luas, mencakupi peralatan
Cooler, chiller, dan freezer untuk keperluan pengawetan makanan. Kapasitas
Peralatan refrigerasi komersial, memiliki rentang yang lebar, konsumsi daya input
antara 400 watt hingga ribuan watt, dengan menggunakan kompresor sistem
hermetic dan semi hermetik. Ada banyak masalah yang dihadapi oleh dunia
Refrigerasi komersial, antara lain perencanaan atau desain, pemasangan atau
instalasi, dan pemeliharaan. Aplikasi Refrigerasi komersial telah merambah di
banyak bidang usaha, antara lain pasar ritel, restoran, hotel dan industri lainnya
yang berkaitan dengan penyimpanan, pengolahan dan pengawetan makanan.
3
Untuk keperluan studi dan pelajaran, industri Refrigerasi dapat
dikelompokkan ke dalam enam kategori umum, yaitu (1) Refrigerasi domestik, (2)
Refrigerasi komersial, (3) Refrigerasi industri, (4) Refrigerasi transportasi dan
Kapal Laut, (5) Tata Udara untuk kenyamanan Hunian, dan (6) Tata Udara untuk
keperluan proses produksi di industri. Refrigerasi domestic memiliki ruang lingkup
yang agak terbatas, ditujukan pada refrigerator dan freezer untuk keperluan
rumah tangga. Walaupun ruang lingkupnya terbatas, tetapi industri Refrigerasi
domestik ini mengambil porsi yang cukup signifikan pada industri Refrigerasi
secara keseluruhan.
Peralatan Refrigerasi domestik, biasanya berkapasitas kecil, konsumsi daya
input antara 35 watt hingga 375 watt, dengan menggunakan kompresor sistem
hermetic. Tidak banyak masalah yang dijumpai pada Refrigerasi domestik, hanya
memerlukan sedikit pemeliharaan. Ada banyak masalah yang dihadapi oleh
dunia Refrigerasi komersial, antara lain perencanaan atau desain, pemasangan
atau instalasi, dan pemeliharaan. Aplikasi Refrigerasi komersial telah merambah
di banyak bidang usaha, antara lain pasar ritel, restoran, hotel dan industri
lainnya yang berkaitan dengan penyimpanan, pengolahan dan pengawetan
makanan. Sesuai dengan fungsinya, ada banyak jenis dan tipe yang tersedia di
pasaran untuk memenuhi kebutuhan komersial, misalnya reach-in refrigerator,
single-duty service case, double-duty service case, high multishelf produce sales
case, dan open type display. Gambar 50 berikut merupakan gambar dari Reach-in
Refrigerator.
Gambar 50. Reach-in Refrigerator
4
Reach-in Refrigerator merupakan perlatan yang paling banyak pemakainya
untuk keperluan komersial. Beberapa pengguna peralatan ini dapat disebutkan di
sini, toko ritel, toko sayuran dan buah-buahan, toko daging, toko roti, toko obat,
restoran dan warung makan, toko bunga dan hotel. Biasanya peralatan ini
digunakan sebagai tempat penyimpanan dan sebagian lagi digunakan sebagai
tempat pajangan (display). Sebagai tempat pajangan, pintunya terbuat dari kaca.
Salah satu unit refrigerasi komersial yang banyak digunakan adalah Display
Case. Sesuai dengan namanya, display case adalah peralatan Refrigerasi
komersial yang berfungsi sebagai tempat pajangan produk atau komoditi yang
akan dijual. Tampilan display case ini sengaja didesain dengan sangat
atraktif, untuk menimbulkan minat dan ketertarikan para konsumen agar dapat
menstimulasi penjualan produk. Sehubungan dengan fungsinya tersebut, maka
penampilan dan pajangan komoditi merupakan pertimbangan utama dalam
mendesain display case. Pada display case, tidak begitu memperhatikan kondisi
penyimpanan yang optimal, sehingga lama penyimpanan komoditi di dalam
display case sangat terbatas, dengan rentang waktu hanya beberapa jam untuk
produk tertentu hiingga beberapa minggu, untuk produk tertentu pula, dan
biasanya paling lama 3 minggu. Gambar 51 berikut merupakan gambar Display
case.
Gambar 51. Display case Tipe Single Duty
5
1.2. Komponen Sistem Refrigerasi Komersial
Sistem Refrigerasi komersial biasanya menggunakan sistem kompresor
hermetik dan juga sistem kompresor semi hermetik. Sistem hermetik yang
digunakan pada sistem Refrigerasi komersial sama seperti yang digunakan pada
sistem refijerasi domestik hanya berbeda dalam kapasitas dan cara mengatur
refrijeran. Jika pada sistem Refrigerasi domestik menggunakan pipa kapiler, pada
sistem Refrigerasi komersial menggunakan katub ekspansi. Sistem Refrigerasi
komersial berskala kecil diterapkan pada unit beverage dispenser, ice cube maker,
dan ice cream machine. Semihermetic compressor lazim digunakan pada aplikasi
sistem komersial berskala yang lebih besar misalnya storage room yang
menggunakan multiple evaporator.
Sistem Refrigerasi komersial dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu sistem
paket dan sistem split (terpisah). Sistem paket merupakan unit Refrigerasi
komersial yang didisain secara built in oleh pabrikannya, mencakup seluruh
komponen yang digunakan, sistem pemipaan Refrigerasinya, dan sistem
kelistrikannya. Sedang pada sistem split, unit dirakit di tempat. Komponen
utama sistem Refrigerasi komersial seperti kompresor, kondenser, katub
ekspansi, dan evaporator dirakit di tempat termasuk asesoris dan sistem
kelistrikannya. Sistem split biasanya dikaitkan dengan pesanan dan keperluan
konsumen.
Banyak sistem Refrigerasi komersial yang didisain dengan sistem paket.
Komponen utama seperti condensing unit, evaporator, sistem pemipaan
dan sistem kelistrikannya dipasang dalam satu unit. Gambar 52 memperlihatkan
unit Refrigerasi komersial yang didisain dengan sistem paket.
6
Gambar 52. Unit Refrigerasi Komersial Sistem Paket
Gambar 52 memperlihatkan sebuah display case yang banyak digunakan di
supermarket untuk menyimpan bahan makanan beku atau bahan minuman
dingin. Kondisi operasi peralatan komersial ini dijaga ketat khususnya suhu dan
tingkat kelembaban udaranya. Pengontrolan dilakukan secara elektronik.
Komponen sistem paket terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sisi tekanan tinggi dan
sisi tekanan rendah. Sisi tekanan tinggi mencakup:
Kompresor, biasanya berupa hermetik
Kondensor, biasanya jenia air colled condneser
Refrigerant throttling, biasanya thermostatic expansion valve
Liquid receiver
High pressure safety motor control, dan
Liquid line yang dilengkapi dengan sight glass.
Sisi tekanan rendah mencakup:
Evaporator
Low pressure atau temperature motor control
Suction line yang dilengkapi dengan filter dryer
Komponen sistem paket yang berskala lebih besar mencakup:
Kompresor, kadang dilengkapi dengan oil separator
7
Kondensor, water atau air cooled condenser
Liquid receiver
High preesure motor control
Liquid line dengan sight glass dan dryer
Water valve, jika menggunakan water cooled condenser
Dalam pemilihan komponen untuk sistem pendingin, ada sejumlah faktor
yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, yaitu:
a. Mempertahankan efek refrigerasi untuk mengatasi variasi perubahan
beban dari 0 sampai 100%;
b. Mengontrol akumulasi bunga es untuk mempertahankan kinerja yang
berkesinambungan;
c. Variasi dalam afinitasoli refrijeran yang disebabkan oleh perubahan suhu
yang besar, dan berkurangnya oli di dalam crank case kompresor;
d. Pemilihan media pendingin: (i) direct expansion refrigerant, (ii) gravity
atau pump recirculated atau flooded refrigerant, or (iii) secondary
coolant (brines, e.g., salt and glycol);
e. Efisiensi sistem dan pemeliharaan;
f. Jenis kondensor: air cooled, water cooled, atauevaporative;
g. Desain kompresor (hermetic, semi hermetic, open type,reciprocating,
screw, atau rotary);
h. Jenis sistem (single stage, cascade)
1.2.1. Kompresor
Dalam siklus refrigerasi, kompresor memiliki dua fungsi utama yaitu
memompa gas refrijeran dari evaporator sehingga suhu dan tekanan yang
diperlukan dapat dijaga di evaporator. Fungsi kedua adalah untuk menaikkan
tekanan gas refrijeran melalui proses kompresi, dan secara simultan
menaikkan suhu gas. Melalui perubahan tekanan ini superheated refrijeran
mengalir di dalam sistem. Kompresor refrigerasi lazim disebut sebagai jantungnya
8
sistem refrigerasi kompresi gas, dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
displacement compressor dan dynamic compressor.
Kompresor memompa refrijeran di dalam sirkit refrigerasi dan menghasilkan
peningkatan tekanan refrijeran sesuai yang diperlukan. Refrijeran yang dipilih dan
kisaran suhu operasi yang diperlukan akan menentukan jenis kompresor yang
digunakan. Dalam siklus refrigerasi dikenal dengan refrijeran positif dan
refrijeran negatif. Refrijeran positif beroperasi dengan tekanan kerja di atas
tekanan atmosfir, sedang refrijeran negatif, beroperasi dengan tekanan kerja
di bawah tekanan atmosfir.
Kompresor dengan positive displacement dicirikan dengan reciprocating
piston, umumnya digunakan untuk refrijeran positif. Jenis lain yang memiliki
positive displacement adalah rotating vanes atau cylinder atau intermeshing
screw. Kompresor centrifugal atau turbine lazim digunakan pada sistem yang
besar, tidak memiliki positive displacement melainkan mengakselerasi gas
refrijeran dengan turbin melalui compressor housing. Kompresor ini lazim
digunakan untuk refrijeran negatif yang beroperasi di bawah tekanan atmosfir.
Dalam memilih jenis kompresor ada empat kriteria yang harus dipertimbangkan,
yaitu :
Refrigeration capacity,
volumetric flow rate,
compression ratio, dan
thermal and physical properties dari refrijeran yang digunakan
Hermetic Compressor
Kompresor lebih disukai yang memiliki keandalan terutama untuk keperluan
dengan rentang suhu lebih kecil yang diperlukan pada aplikasi tata udara atau
aplikasi pendinginan. Dalam peralatan kecil dimana biaya merupakan faktor
utama dan instalasi di tempat menjadi minimum, maka sistem hermetik labih
layak digunakan. Pada sistem hermetik komponen internal tidak dapat diakses
untuk pemeliharaan.
9
Kompresor hermetik disediakan untuk memenuhi sistem refrigerasi dan tata
udara kapasitas kecil motor penggerak dan kompresor diletakkan dalam rumahan
tertutup rapat kedap udara secara kompak. Refrijeran dan oli refrijeran tersimpan
dalam rumahan, sehingga refrijeran dan oli kompresor mengenai belitan motor.
Hampir semua pasangan motor kompresor yang digunakan dalam lemari
es,freezer, dan AC untuk keperluan rumah tangga adalah tipe hermetik.
Kapasitas kompresor hermetic dapat diidentifikasi diidentifikasi dengan kapasitas
motor penggeraknya. Misalnya,kapasitas kompresor berkisar dari 1/12 HP hingga
5 HP, dengan putaran per menit 1450 atau 2800 rpm. Kompresor Hermetik dapat
bekerja untuk waktu yang lama dalam sistem pendingin berkapasitas kecil tanpa
persyaratan pemeliharaan dan tanpa kebocoran gas,tetapi merekasensitif
terhadap fluktuasi tegangan listrik, yang dapat membuat isolasi kumparan rusak
dan terbakar.harga kompresor ini relatif lebih murah. Gambar 53 menunjukkan
dua tipikal condensing unit berpendingin udara menggunakan kompresor
hermetik.
Gambar 53. Kondensing Unit dengan Kompresor Hermetik
Semi hermetic Compressor
Dalam ukuran yang lebih besar, kompresor refrigerasi didisain dengan sistem
semi hermetic. Dalam sistem ini, meskipun motor dan kompresor berada dalam
satu rumahan, tetapi komponen dalam kompresor masih dapat diakses untuk
keperluan pemeliharaan. Pada sistem ini refrijeran tidak mengalir di atas
gulungan motor. Akses untuk pemeliharaan sangat mudah, namun diperlukan
sistem pendingin motor secara eksternal untuk membantu efisiensi dalam
10
operasi pendinginan. Harga kompresor hermetic lebih tinggi dari pada unit
hermetik, secara teoritis efisiensi keseluruhan dapat mencapai 70% atau lebih.
Pada sistem dengan multicylinder, kapasitas dapat dikontrol dengan membuat
satu atau lebih silinder tidak efektif (misalnya, dengan mengontrol katup inlet
selalu terbuka). Untuk menurunkan torsi starting, lazimnya digunakan sistem
Cylinder unloading.
Kompresor semi hermetik dirancang dengan kapasitas rendah hingga
menengah, kapasitas motor dapat mencapai 300 kW. Gambar 54
memperlihatkan tipikal semihermetic reciprocating compressor, single stage
untuk kapasitas medium dan untuk aplikasi refrigerasi komersial dengan suhu.
Kompresor ini tersedia untuk berbagai refrijeran (misalnya, R-134a, R-404A, dan
R-507).
Gambar 54. Bukaan Kompresor Sehi Hermetik
1.2.2. Kondensor
Kondensor meruapakan alat penukar kalor pada sisi tekanan tinggi.
Dimana gas panas lanjut refrijeran harus diturunkan suhunya hingga mencapai
titik embunnya sehingga berubah menjadi liquid refrigeram, melalaui proses
penukaran kalor dengan media pendinginan. Ada beberapa jenis kondensor yang
dapat dipertimbangkan penggunaannya jika akan menentukan pilihan untuk
aplikasi tertentu. Jenis kondensor yang biasa digunakan adalah aircooled, water-
11
cooled, shell and tube, shell and coil, tube in tube, dan evaporative condenser.
Setiap jenis kondensor memiliki sifat unik. Beberapa sangat tergantung kondisi
setempat, misalnya ukuran dan berat unit, kondisi cuaca, lokasi (desa atau kota),
ketersediaan tenaga listrik, dan ketersediaan air pendingin. Pemilihan kondensor
tergantung pada kriteria berikut:
Kapasitas kondensor
Suhu dan tekanan kondensasi
Jumlah refrijeran yang disrikulasikan dan sistem pendinginannya,
disain suhu media pendingin refrijeran (udara atau air),
Periode operasi sistem, dan
kondisi cuaca.
Kondensor yang digunakan untuk keperluan refrigerasi komersial biasanya
terdiri atas tiga jenis, yaitu:
water-cooled condenser,
air-cooled condensers, dan
evaporative condenser.
Jenis pemipaan yang biasa digunakan untuk water-cooled dan air-cooled
condenser pada aplikasi komersial adalah:
shell and tube, blow-through horizontal airflow,
shell and coil, draw-through, vertical airflow, and
tube in tube, static, or forced airflow.
Water-Cooled Condenser
Water-cooled condenser diperlihatkan dalam gambar 5 5 Bentuk umum
water- cooled condenser adalah shell and tube dengan refrijeran mengalir melalui
sheel dan air pendingin mengalir melalui tube (pipa). Bagian bawah dari shell
berfungsi sebagai liquid receiver. Kondesor jenis ini biasanya digunakan pada
kapasitas refrigerasi besar dan aplikasi water chilling.
12
Gambar 55. Shell and Tube Condenser
Jika water-cooled condenser digunakan untuk suatu aplikasi maka kriteria
berikut harus dipertimbangkan:
tersedianya air pendingin untuk keperluan proses pembuangan panas,
penggunaan cooling tower jika diinginkan penggunaan air yang lebih hemat,
kebutuhan pompa sirkulasi air pendingin beserta pemipaannya,
kebutuhan water treatment dalam sistem penyediaan air pendingin,
persyaratan area,
situasi maintenance and service situation
Dalam kenyataanya, water-cooled condenser digunakan bersama dengan
cooling towers.
Air-Cooled Condeser
Air-cooled condenser banyak dijumpai pada aplikasi refrigerasi domestic,
commercial, dan industrial, chilling, freezing, dan sistem tata udara (air-
conditioning system) dengan kapasitas antara 20−120 ton (gambar 2.22).
Centrifugal fan air- cooled condenser (dengan kapasitas 3−100 ton) digunakan
secara khusus untuk aplikasi heat recovery dan auxiliary ventilation.
Kenyataanya, air-cooled condenser menggunakan udara sekitarnya sebagai
cooling medium. Keuntungan air-cooled condenser antara lain:
tidak memerlukan ketersediaan air,
standard outdoor installation,
terhindar dari freezing, scaling, and corrosion problem,
13
terhindar dari instalasi water piping, circulation pump, dan water treatment,
biaya instalasi rendah, dan
persyaratan service dan maintenance rendah.
Di lain pihak, air-cooled condenser juga memiliki kekurangan sebagai berikut:
suhu kondensing tinggi,
biaya refrijeran tinggi, karena melewati instalasi pipa cukup panjang
konsumsi daya per kW cooling tinggi ,
kebisingan tinggi, dan
multiple unit memerlukan large-capacity system.
Gambar 56 berikut merupakan Air Cooled Condenser
Gambar 56. Air Cooled Condenser
Evaporative Condenser
Evaporative condenser terlihat sebagai water-cooled design dan bekerja
berdasarkan prinsip pendinginan melalui penguapan air di dalam pergerakan
udara. Efektifitas proses evaporative cooling tergantung pada suhu wet-bulb
udara yang masuk ke dalam unit, volume aliran udara, dan efisiensi cooling
tower. Evaporative condenser menggunakan water spray dan airflow ke refrijeran
14
di dalam pipa. Hasil kondensasi refrijeran ditampung ke dalam sebuah tanki yang
disebut sebagai liquid receiver. Karakteristik evaporative condenser:
menurunkan air yang disirkulasikan pada kapasitas yang sudah ditentukan,
diperlukan water treatment,
mengurangi space,
ukuran pipa kecil, dan pendek,
sistem pompa air kecil, dan
tersedia dalam rentang kapasitas besar dan dapat dipakai dalam ruangan.
Gambar 57. Evaporative Condenser
Cooling Tower
Cooling tower (gambar 58) seperti evaporative condenser, bekerja dengan
prinsip mendinginkan benda melaui penguapan air pada pergerakan aliran
udara. Efektifitas evaporative cooling process tergantung pada suhu wet-bulb
udara masuk ke dalam unit, volume aliran udara, dan efisiensi udara atau
15
interface air. Sebagaimana disebutkan di atas, menara pendingin (cooling tower)
merupakan evaporative cooler besar dimana air pendingin disirkulasikan melalui
shell and tube condenser. Perhatikan bahwa air pendingin bersirkulasi melalui
tabung sementara gas refrijeran mengembun dan terkumpul dibagian yang lebih
rendah dari sistem penukaran kalornya. Sistem penukaran kalor ini akan
mendinginkan refrijeran sampai di bawah titik suhu kondensasi melalui air
pendingin yang bersuhu paling dingin. Kemudian air pendingin yang suhunya
menjadi hangat karena proses penukaran kalor dengan refrijeran disemprotkan
melalui bagian atas cooling tower dan didinginkan menggunakan fan
berkepatan tinggi. Sehingga suhu air pendingin kembali ke suhu semula dan siap
digunakan kembali untuk mendinginkan refrijeran. Yang perlu diperhatikan
adalah jumlah air pendingin yang ada di bak penampungan harus tetap dijaga
agar sesuai dengan level yang diinginkan.
Gambar 58. Cooling Tower
1.2.3. Evaporator Komersial
Evaporator merupakan alat penukar kalor pada sisi tekanan rendah. Di mana
liquid refrijeran super dingin (subcooled) harus dinaiikan suhunya hingga
mencapai titik uapnya sehingga berubah menjadi gas refrijeran, melalaui proses
penukaran kalor dengan produk atau media yang didinginkan. Ada beberapa jenis
16
evaporator yang dapat dipertimbangkan penggunaannya jika akan menentukan
pilihan untuk aplikasi tertentu. Ada berbagai jenis evaporator sebagai alat utama
panukar kalor dalam sistem refrigerasi kompresi uap. Secara umum dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: (i) direct cooler evaporator yang langsung
mendinginkan udara dan sekaligus mendinginkan produk, dan (ii) indirect
cooler evaporator yang mendinginkan air (chiling water) dan chilling water ini
digunakan untuk mendinginkan udara ruang atau produk tertentu.
Dalam parkteknya, evaporator yang banyak digunakan untuk keperluan
refrigerasi komersial dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu; (1) air cooler,
untuk mendinginkan udara di dalam suatu kabinet arat ruang, (2) Liquid
cooler, untuk mendinginkan spesial likuid atau brin. Evaporator untuk
mendinginkan udara di dalam kabinet atau ruang terbagi menjadi dua jenis, yaitu
: (1) natural convection evaporator, dan (2) forced convection.evaporator.
Di dalam natural convection evaporator, sirkulasi udara di dalam kabinet
atau ruang yang dikondisikan suhu udaranya tergantung pada grafitasi atau
sirkulasi thermal, di mana suhu udara yang lebih hangat akan cenedrung menuju
ke bagian atas dan suhu udara yng lebih rendah akan cenderung berada di bagian
bawah. Natural convection evaporator, dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu:
(1) frosting evaporator, (2) defrosting evaporator, dan (3) non-frosting evaporator
Kondisi operasi evaporator harus didasarkan sesuai kelasifikasinya. Kondisi
tersebut mencakup rentang suhu kabinet atau suhu ruang yang diinginkan, beda
suhu antara suhu evaporasi dan suhu kabinet/ruang.
Air Cooler
Jenis cooler ini biasanya disebut sebagai direct expansion coil dan terdiri dari
serangkaian pipa tembaga yang dibentuk sedemikian rupa untuk meningkatkan
efisiensi penukaran kalornya. Pemipaan dirangkai dengan fin untuk meningkatkan
luas permukaan penukaran kalornya. Direct expansion coil hanya digunakan pada
sistem kompresor dengan positive displacement. Seperti halnya pada liquid
cooler, dry coller juga diklasifikasikan menjadi dua kategori, flooded and dry type.
Pada flooded coil, digunakan float valve untuk menjaga level liquid, agar koil
evaporator selalu dipenuhi oleh liquid refrijeran. Kontak penuh antara liquid
17
refrijeran dengan dinding permukaan pipa menghasilkan efek penukaran kalor
maksimal. Dalam prakteknya, flooded-type evaporator kurang ekonomis, karena
lebih banyak memerlukan refrijeran. Sistem dry coil hanya memerlukan sedikit
refrijeran sehingga lebih ekonomis. Untuk mengontrol refrijeran digunakan
metering device (misalnya, thermal expansion valve) yang akan mengontrol laju
refrgeran memasuki koil evaporator untuk menjaga derajad superheat pada pipa
keluarannya.
Frosting Evaporator
Pada jenis frosting evaporator, selama unit komersial beroperasi maka
bunga es (frost) akan selalu terakumulasi pada permukaan koil evaporator.
Biasanya unit frosting evaporator beroperasi dengan siklus sebagai berikut, cut
out jika suhu refrijeran mencapai -15oC, cut in jika suhu refrijeran mencapai -
4oC. Untuk mengatasi akumulasi bunga es yang terlalu tebal sehingga
membahayakan operasi siklus Refrigerasi, maka sistem Refrigerasinya harus
dimatikan (shut down) secara berkala selama periode waktu tertentu,
(berdasarkan ketebalan lapisan bunga es).
Lapisan bunga es yang terakumulasi di permukaan koil evaporator
berasal dari kandungan uap air yang ada di udara. Seperti kalian ketahui, bahwa
udara sekitar kita pada hakekatnya terdiri dari dua zat yakni dry air (udara kering
atau non condensable gas) dan moisture (uap air). Karena banya kehilangan
uap air maka udara di dalam kabinet/ruang hanya terdiri dari udara kering saja.
Jika udara di dalam kabinet terlalu kering, maka akan berakibat buruk pada
produk makanan yang tersimpan di dalam kabinet/ruang. Jika suhu refrijeran
mencapai di bawah 4oC, dibutuhkan energi panas untuk mencairkan bunga es di
permukaan evaporator. Kalau tidak, kerja evaporator harus dihentikan (turn off)
lebih lama daripada siklus normal.
Beberapa evaporator harus dioperasikan pada suhu yang sangat rendah
untuk mempertahankan kondisi tertentu. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
lapisan bunga es (frost and ice) di permukaan koil evaporator. Jika lapisan bunga
es semakin tebal, maka efisiensi pendinginan evaporator menjadi turun.
18
Defrosting Evaporator
Banyak evaporator dioperasikan dengan bantuan defrosting cycle, yaitu
kegiatan pencairan lapisan bunga es secara periodik dalam kurun waktu tertentu.
Selama kondensor beroperasi, maka suhu evaporator menjadi sangat rendah. Hal
ini mengakibatkan timbulnya akumulasi bunga es di permukaan koil
evaporator. Jika kompresor berhenti bekerja, maka suhu pada permukaan koil
evaporator akan naik hingga mencapai 0oC. Pada suhu tersebut, lapisan bunga es
di permukaan koil evaporator akan mencair. Ketika kompresor bekerja kembali,
maka suhu evaporator akan terjaga pada suhu -7oC hingga -6oC.
Sistem pencairan bunga es seperti tersebut di atas lazim disebut dengan
istilah “air defrosting”. Cara tersebut dapat membuat permukaan koil evaporator
menjadi bersih dari bunga es sehingga dapat memberikan efek pendinginan atau
pemindahan panas dengan efisien. Hal ini juga akan menjaga kelembaban udara
di dalam kabinet tetap tinggi, sekitar 90%RH sampai 95%RH. Sudah pasti,
cara ini akan mengacaukan perbedaan suhu antara suhu refrijeran dan suhu
udara di dalam kabinet/ruang.
Pencairan bunga es di permukaan koil evaporator, kadangkala menimbulkan
masalah. Bunga es di bagian atas permukaan evaporator mencair, cairan uap
air mengalir ke bagian bawah permukaan koil evaporator. Sebelum cairan
uap air tersebut jatuh ke tempat penampungan, karena suhu koil yang dingin
ia membeku dan menempel di bagian bawah fin evaporator. Akumulasi es di
bagian bawah fin evaorator ini dapat menhambat sirkulasi udara di sekitar
evaporator.
Nonfrosting Evaporator
Nonfrosting evaporator terjadi pada evaporator yang dioperasikan pada
suhu di atas nol derajat cecius. Pada kasus ini tidak akan timbul bunga es di
permukaan koil evaporator. Pada evaporator jenis nonfrosting ini, bunga es
masih dapat muncul di evapotaor, tetapi begitu kompresor berhenti bekerja,
maka bunga es langsung mencair selama off cycle. Evaporator ini beroperasi
pada suhu 0,5oC hingga 1oC. Tetapi suhu refrijeran di dalam pipa evaporator
berada pada kisaran suhu -7oC hingga -6oC. Karena tidak seluruh kandungan
19
uap air di dalam kabinet berubah menjadi bunga es di permukaan evaporator,
evaporator hanya menarik sebagian kecil uap air di dalam kabinet, maka
kelembaban relatif di dalam kabinet masih dapat dijaga pada level 75%RH
hingga 85%RH. Hal ini dapat menjaga produk makanan tetap segar dan tidak
terjadi penguranga berat.
Gambar 59. Non-Defrosting Evaporator
Gambar 60. Non-Frosting Evaporator
20
1.2.4. Throttling Device
Pada praktek nyata, throttling device, lebih dikenal dengan sebutan katub
ekspansi atau expansion valve atau throttling valve. Katub ekspansi digunakan
untuk menurunkan tekanan kondensasi refrijeran (sisi tekanan tinggi) ke tekanan
evaporasi refrijeran (sisi tekanan rendah) melalui operasi pencekikan (throttling
operation) dan mengatur laju aliran liquid-refrijeran ke evaporator sesuai dengan
karakteristik alat dan beban. Katub ekspansi ini didisain proporsional antara
jumlah liquid refrijeran yang masuk ke koil pendingin dengan refrijeran yang
menguap di evaporator. Jumlah liquid refrijeran yang masuk ke koil pendingin
tergantung pada jumlah panas yang harus diserap dari ruang atau area yang
didinginkan. Jenis katub ekspansi yang sering digunakan adalah:
thermostatic expansion valve,
constant-pressure expansion valve,
float valve, dan
capillary tube.
Di lapangan, sistem refrigerasi dan tata udara dapat dilengkapi dengan
katub ekspansi dan piranti pendukungnya yang bekerja secara mekanik dan
elektronik. Misalnya thermostatic expansion valve, solenoid valve, thermostat dan
pressostat, modulating pressure regulator, filter drier, liquid indicator (sight
glass), non return valves and water valve, serta perangkat yang lebih cangggih
misalnya untuk decentralized electronic system untuk pengaturan yang lebih
cermat.
Thermostatic Expansion Valve
Thermostatic expansion valve merupakan katub ekspansi yang banyak
digunakan untuk berbagai keperluan. Katub ini merupakan katub penurun
tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dari sistem refrigerasi
kompresi uap. Katub ini, mengontrol secara otomatik laju aliran liquid-refrijeran
ke evaporator pada suatu besaran yang cocok antara kapasitas sistem dan
kapasitas beban. Katub ini beroperasi dengan mendeteksi suhu superheat gas
refrijeran yang meninggalkan evaporator. Kapasitas katub ditentukan oleh
21
ukuran orivice-nya. Jika thermostatic expansion valve beroperasi dengan layak,
maka suhu pada sisi outlet lebih rendah dari suhu pada sisi inlet. Jika beda suhu
tidak terjadi saat sistem bekerja maka dapat disebabkan oleh katub kotor atau
tersumbat kotoran.
Gambar 61. Thermostatic Expansion Valve
Constant-Pressure Expansion Valve
Constant-pressure valve merupakan pendahulu dari thermostatic expansion
valve. Katub ini lazim disebut sebagai automatic expansion valve (AXV) karena
kenyataannya operasi buka dan tutup katub berlangsung secara otomatik tanpa
bantuan peralatan mekanik dari luar. Pada dasarnya katub ini beroperasi
berdasarkan tekanan (pressure regulating device). Katub ini menjaga tekanan
konstan pada sisi outlet. Katub ini mendeteksi dan menjaga tekanan evaporasi
pada harga konstan dengan mengontrol laju aliran liquid-refrijeran ke evaporator,
berdasarkan pada tekanan hisap (suction pressure). Jumlah refrijeran yang
dialirkan sesuai dengan kapasitas kompresor.
Float Valve
Katub ini dibedakan menjadi dua sesuai posisinya, yaitu high-side float valve
dan low-side float valve. Katub ini bekerja dengan mengatur laju aliran liquid
refrijeran ke liquid cooler jenis flooded. High-side float valve diletakkan pada
sisi tekanan tinggi dari throttling device. Lazim digunakan pada sistem refrigerasi
22
dengan evaporator, compressor, and condenser tunggal. Low-side float valve
diletakkan pada sisi tekanan rendah dari throttling device dan digunakan
pada sistem refrigerasi dengan multiple evaporator. Pada beberapa kasus,
float valve beroperasi melalui katub solenoid yang dikontrol melalui sakelar.
Gambar 62. Float Valve
Pipa Kapiler
Pipa kapiler merupakan piranti pengontrollaju aliran liquid refrijeran yang
paling sederhana dan dapat menggantikan fungsi katub ekspansi. Pipa kalpiler
memiliki diameter kecil di mana liquid refrijeran dialirkan ke evaporator. Pipa
kapiler digunakan pada sistem refrigerasi kompresi uap berskala rendah hingga
30 kW. Pipa kapiler menurunkan tekanan kondensing ke tekanan evaporasi
melalui pipa tembaga yang memiliki diamter kecil (0.4–3 mm diameter dengan
panjang antara 1.5–5 m), menjaga tekanan evaporasi konstan tidak tergantung
pada perubahan beban. Pipa kapiler juga sering difungsikan sebagai bagian dari
heat exchanger, khususnya pada aplikasi sistem refrigerasi untuk keperluan
domestik. Disamping piranti utama seperti yang telah dibahas, sistem refrigerasi
masih diperlangkapi dengan berbagai piranti bantu yang fungsinya cukup
strategis dalam mencipotakan operasi sistem yang optimal.
1.2.5. Liquid Receiver
Pada beberapa unit refrigerasi memiliki area yang cukup pada kondensor
untuk mengakomodasikan isi refrijeran di dalam sistem. Jika kondensor tidak
memiliki area yang memadai, dapat ditambahkan piranti bantu yang berfungsi
23
sebagai tanki reservoar. Jumlah refrijeran yang dibutuhkan kelayakan suatu
operasi sistem refrigerasi kompresi uap menentukan perlu tidaknya
menggunakan receiver. Pada prakteknya, sistem refrigerasi yang menggunakan
katub ekspansi sebagai pengatur laju aliran liquid refrijeran. Receiver
menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan refrijeran di dalam system
ketika katub ekspansi membatasi laju aliran liquid refrijeran ke evaporator.
Receiver tidak diperlukan bila menggunakan pipa kapiler. Untuk mengakomodasi
adanya fluktuasi pada refrigerant charge, receiver dapat membantu menjaga
condenser tidak mengalami kelebihan liquid sehingga dapat mengurangi
besarnya area permukaan kondensor yang efektif sebagai penukar kalor.
Gambar 63. Liquid Receiver
1.2.6. Accumulator
Water-cooled condenser diperlihatkan dalam gambar 64 Bentuk umum
water- cooled condenser adalah shell and tube dengan refrijeran mengalir
melalui sheel dan air pendingin mengalir melalui tube (pipa). Bagian bawah
dari shell berfungsi Accumulator adalah piranti bantu pada sistem refrigerasi
kompresi uap. Akumulator merupakan piranti yang dapat memastikan bahwa
kompresor tidak menghisap liquid refrijeran. Kompresor didisain untuk
24
menghisap gas refrijeran dan bukan liquid refrijeran. Liquid refrijeran yang
masuk ke kompresor akan mengencerkan oli, membersihkan sistem pelumasan
bantalan dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan hilangnya oli di dalam
compressor crankcase. Kondisi ini dikenal dengan sebutan oil pumping atau
slugging yang dapat menyebabkan kerusakan pada valve reed, piston, rod, dan
crankshaft. Fungsi accumulator beraksi sebagai sebuah reservoir yang
menampung secara temporer kelebihan campuran oil-refrijeran dan
mengembalikannya ke kompresor sesuai kekuatan compressor. beberapa
accumulator dilengkapi dengan koil heat-exchanger untuk membantu penguapan
liquid refrijeran melalui penukaran panas dengan refrijeran di dalam liquid line,
sehingga dapat membantu sistem beroperasi dengan lebih efisien. Pemasangan
akumulator yang tepat adalah pada sisi suction line setelah reversing valve dan
sebelum compressor untuk mengeliminasi kerusakan kompresor.
Gambar 64. Suction Accumulator
1.2.7. Oil Separator
Oil separator dipasang antara kompresor dan kondensor. Oil separator
berfungsi sebagai pemisah oli dari gas refrijeran yang dipampatkan oleh
kompresor dengan besaran antara 0.0003−0.001% dari total refrijeran,
tergantung pada karakteristik sistem, misalnya, kondisi operasi, refrijeran,
frekuensi start/stop, frekuensi load/unload. Separator ini biasanya digunakan
pada sistem berskala besar, misalnya ammonia, R-134a dan propane. Oil
25
separator memerlukan tambahan piranti katub bantu secara eksternal untuk
mengatur jumlah oli kembali ke kompresor.
Gambar 65. Oil Separator
1.2.8. Defrost Controller
Akumulasi bunga es (frost) di permukaan evaporator dapat menggangu
proses trnasfer panas antara refrijeran dengan udara atau produk yang
didinginkan. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan sistem untuk
mencairkan bunga es (deforst). Defrost dikontrol melalui timer. Ada empat
langkah mengatur defrost:
pump out,
hot gas,
equalize, and
fan delay.
26
Gambar 66. Tipikal Hot Gas Defrost
1.3. Beban pendinginan sistem refrigerasi komersial
1.3.1. Macam-Macam Beban Pendinginan
Beban panas yang menjadi beban pendinginan umumnya berasal dari
bermacam-macam sumber yang berbeda. Adapun sumber panas yang umum
adalah:
27
a. Panas yang berasal dari sisi luar dinding berisolasi transparan (melalui
konduksi).
b. Panas yang masuk melalui kaca atau bahan-bahan transparan (melalui
radiasi).
c. Panas yang dibawa udara dari luar ruang pendingin.
d. Panas yang berasal dari produk/benda-benda yang didinginkan.
e. Panas yang berasal dari pekerja /operator.
f. Panas yang berasal dari peralatan yang di simpan di dalam ruangan seperti
motor listrik, lampu, peralatan listrik lainnya.
Pada prakteknya tidak selalu semua jenis sumber panas di atas merupakan
beban pendinginan tergantung dari pemakaiannya saja. Seandainya semua
sumber panas itu ada atau bahkan dari sumber lainnya tidak tertulis di atas
tentu mesti di perhitungkan juga.
1.3.2. Waktu Operasi (Equipment Running Time)
Kapasitas pendinginan yang normal dinyatakan dalam BTU/jam, tapi untuk
menghitung jumlah beban pendinginan secara keseluruhan dihitung dalam
waktu 24 jam (BTU/24 jam). Kemudian untuk menentukan besarnya kapasitas
mesin yang di perlukan, beban total itu (BTU/jam) di bagi jumlah waktu operasi.
Selengkapnya perhitungan kapasitas mesin yang diperlukan dengan
menggunakan persamaan berikut.
Keterangan:
Q : Kapasitas mesin yang diperlukan (BTU/jam)
Qtotal : Jumlah beban pendinginan (Btu/24 jam)
t : Jumlah waktu mesin bekerja (jam)
Walau telah dinyatakan jumlah waktu mesin bekerja, tetapi tetapi pada
saat evaporator diselimuti es (dalam batas-batas tertentu) mesin itu akan
berhenti bekerja untuk memberikan kesempatan agar es yang menempel pada
sirip-sirip evaporator mencair (defrost). Setelah selesai mencair semua, baru
28
mesin itu bekerja lagi. Lapisan es itu berasal dari uap air yang ada di dalam udara
yang disirkulasikan, karena didinginkan sampai di bawah titik bekunya maka uap
air itu membeku. Dengan tertutupinya lalu lintas sirkulasi udara melalui koil
pendingin, maka koil pendingin itu jadi terisolasi, sehingga daya guna koil
pendingin itu menurun. Air hasil defrost dialirkan keluar ruangan pendingin.
Defrost (pencairan bunga es) dilakukan secara berkala dengan jalan
menaikkan temperatur evaporator (koil pendingin) sampai di atas titik cairnya
dan dipertahankan sampai beberapa saat agar semua bunga es mencair dengan
sempurna, juga memberikan kesempatan untuk mengalir keluar ruangan. Dengan
demikian usaha untuk mendapatkan efek pendinginan yang dikehendaki tertunda
dulu. Cara untuk mencairkan bunga es itu adalah dengan jalan menghentikan
kompresor bekerja, artinya membiarkan temperatur evaporator berangsur-
angsur naik akibat panas yang ada di dalam ruangan dan bunga es mencair. Cara
ini disebut sebagai “off-cycle defrosting”, pencairan bunga es dengan jalan
menghentikan kompresor bekerja. Karena panas yang digunakan untuk
mencairkan bunga es itu berasal dari udara di dalam ruangan, tentu saja waktu
yang dibutuhkan relative lama. Berdasarkan pengalaman para ahli untuk “off-
cycle defrosting” ini waktu maksimum yang diijinkan mesin beroperasi adalah 16
jam kerja untuk sehari semalam yang 8 jam lagi untuk pencairan bunga es, artinya
beban pendinginan per 24 jam mesti dapat ditanggulangi oleh manusia selama 16
jam bekerja.
Bila ruangan pendingin dipertahankan pada temperatur di bawah 34 0F,
cara defrost “off cycle” tak dapat digunakan lagi sebab untuk mencairkan
bunga es itu diperlukan temperatur lebih tinggi dari 34 0F akibatnya dapat
merusak produk yang disimpan. Oleh sebab itu untuk temperatur di bawah
34 0F beberapa cara defrost otomatis yang digunakan, antara lain dengan
menggunakan pemanas buatan pada evaporatornya baik dengan menggunakan
pemanas listrik, menggunakan air atau dengan mengalirkan ke dalam evaporator
uap panas yang keluar dari kompresor. Cara defrost itu dilakukan hanya dengan
maksud agar pencairan bunga es dapat dilakukan dengan cepat dan sempurna
dibanding cara “off cycle”. Cara defrost otomatis digunakan untuk sistem
29
pendinginan yang bekerja maksimum antara 18-20 jam kerja/sehari semalam
tergantung dari berapa kali defrost mesti dilakukan. Sekali defrost memakan
waktu berapa lama (menit) dan lain-lain. Secara umum satu kali dalam
waktu 18 jam. Pada sistim pengkondisian udara temperatur kerjanya sekitar 40 0F
tak diperlukan defrost karena kemungkinan adanya isolasi evaporator oleh
lapisan es kecil sekali. Oleh karena itu pada sistem pengkondisian udara
direncanakan harus kerja terus menerus dan beban pendinginan dihitung dalam
BTU/jam.
1.3.3. Perhitungan Beban Pendinginan
Guna menyederhanakan perhitungan, beban pendingin itu dibagi
dalam beberapa macam beban panas tergantung dari asalnya panas itu
bersumber. Setelah didapatkan beban panas/tiap sumber baru dijumlahkan
untuk mendapatkan jumlah total beban pendinginan yang harus diatasi oleh
mesin pendingin. Untuk sistem pendinginan komersial jumlah beban pendinginan
dibagi atas 4 kelompok beban panas secara terpisah, sebagai berikut:
a. Beban panas dari dinding (the wall gain load)
Walaupun dinding bagian dalam diisolasi, tetapi karena tak ada isolasi yang
sempurna, maka tetap terjadi perpindahan kalor dari panas ke dingin. Pada
setiap sistem pendinginan pasti terjadi beban panas melalui dinding dan
merupakan salah satu bagian dari dari beban pendinginan. Tetapi untuk sistem
penyejuk (chiller) biasanya beban melalui dinding dianggap tidak ada, sebab
luas dinding bagian chiller kecil dan terisolasi dengan baik sehingga bocoran
panas melalui dinding demikian kecil bandingkan beban pendinginan secara total.
Sebaliknya untuk sistem pengkondisian udara untuk perumahan, komercial,
untuk ruangan-ruangan penyimpanan (cold- storage) justru beban panas melalui
dinding merupakan bagian beban yang paling besar.
b. Beban panas dari pertukaran udara (the air change load)
Pada saat pintu ruangan yang dikondisikan terbuka, udara panas dari luar
akan masuk menggantikan sebagian udara dingin yang ada di dalam ruangan.
Tentunya hal ini akan mempengaruhi temperatur udara dalam ruangan
30
pendingin. Panas dari udara ini akan merupakan bagian dari beban pendinginan.
Pada beberapa pemakaian, beban panas udara ini tidak merupakan beban yang
harus diperhitungkan. Seperti misalnya untuk pendinginan cairan (liquid chiller)
dimana tidak ada pintu atau lubang haluan lainnya yang dapat menyebabkan
mengalirnya beban panas. Sebaliknya pada sistem pengkondisian udara beban
panas udara ini mesti diperhitungkan. Udara panas itu dapat masuk ke ruangan
melalui celah-celah jendela, pintu atau bocoran lainnya atau disengaja dialirkan
masuk (tentu dalam batas tertentu) untuk ventilasi. Jika jumlah penghuni suatu
ruangan yang dikondisikan cukup banyak tentu udara segar (fresh air) yang
harus dimasukan banyak pula, sehingga sering kali beban panas dari udara
ini menjadi bagian terbesar dari beban pendinginan total.
Pada bidang pengkondisian udara (AC) udara segar itu disebut beban
infiltrasi atau beban ventilasi. Disebut beban ventilasi kalau udara segar yang
sengaja dimasukan untuk maksud ventilasi saja, untuk menggantikan udara yang
telah kurang oksigennya dengan udara segar. Sedangkan beban infiltrasi, jika
udara segar yang masuk itu merupakan udara infiltrasi yang masuk melalui
celah-celah pintu, jendela dan bagian lain dari rumah atau ruangan. Pada
setiap sistem pengkondisian udara akan terdapat salah satu dari beban udara,
ventilasi atau infiltrasi, tetapi tidak kedua-duanya. Pada setiap pendinginan untuk
komersial, pintu-pintu dan celah-celah diberi perapat yang baik, sehingga
kalaupun ada kebocoran hanya dalam jumlah yang kecil. Dengan demikian pada
sistem pendinginan untuk komersial yang harus diperhitungkan adalah beban
panas dari udara yang masuk saat pintu terbuka.
c. Beban panas dari produk
Panas dari produk yang didinginkan sampai dapat mencapai temperatur
kamar pendingin merupakan beban yang harus ditanggulangi mesin pendingin.
Macam-macam produk dapat didinginkan seperti misalnya bahan makanan dan
juga elektroda las, betonan, plastik, karet dan segala jenis cairan. Bila suatu
ruangan didinginkan untuk maksud sebagai ruangan penyimpanan (cold storage),
biasanya produk itu didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam
ruangan penyimpanan, sehingga dengan demikian beban panas dari produk tidak
31
jadi masalah lagi. Tetapi seandainya produk yang disimpan itu bertemperatur
di atas temperatur ruangan pendingin, tentu saja produk itu mengeluarkan
sejumlah panas yang menjadi bagian dari beban pendinginan total. Ada juga
produk yang dimasukkan bertemperatur di bawah temperatur ruangan
pendingin, dengan demikian sudah mengurangi beban pendinginan total. Seperti
misalnya es krim, es krim dibekukan pada temperatur antara 00 sampai 10
0 F, tetapi disimpan pada temperatur 10 0 F. pada kasus ini justru produklah
yang menyerap panas dari udara di ruangan penyimpanannya.
Beban panas produk merupakan bagian dari beban pendinginan total,
hanya pada saat penurunan temperatur produk ke temperatur ruangan
penyimpanan. Setelah dicapai temperatur ruangan, tentu tidak ada lagi beban
produk. Satu hal yang dikecualikan adalah untuk produk buah-buahan dan sayur-
sayuran yang tetap masih mengeluarkan sejumlah panas respirasi walaupun telah
dicapai temperatur penyimpanannya. Ada 2 macam aplikasi pendinginan yaitu
pendinginan sementara dan terus menerus. Pada sistem pendinginan terus
menerus (chilling coolers) produk yang telah didinginkan sampai mencapai
temperatur tertentu, setelah itu produk disimpan di ruangan penyimpanan dan
coolers itu diisi lagi dengan produk baru. Dengan demikian beban produk tetap
ada yang merupakan bagian terbesar dari beban pendinginan total. Contoh
lainnya adalah pendinginan cairan ( liquid chilling). Sedangkan pada sistem
pengkondisian udara tidak ada beban yang terus menerus terjadi, di sini jumlah
beban pendinginan total selalu berubah dari minimal ke maksimum atau
sebaliknya, tergantung pada keadaan dan pemakaian.
d. Beban panas dari alat-alat (beban tambahan)
Selain berbagai beban di atas ada juga beban tambahan seperti misalnya
pada saat ada beberapa pegawai/operator yang bekerja untuk selang waktu
tertentu, juga adanya perlengkapan lain yang dipakai (lampu, kipas angin, dan
lain lain). Pada sistem pendinginan komersial beban tambahan ini kecil
jumlahnya, tetapi pada sistem pengkondisian udara justru besar jumlahnya.
Baban panas dari manusia, peralatan, dianggap sebagai beban terpisah.
Aplikasinya misalnya di gereja, gedung, bioskop, restaurant, dan lain lain.
32
1.3.4. Perhitungan Beban Panas dari Produk
Beban panas dari produk akan muncul kalau produk disimpan
bertemperatur lebih tinggi dari temperatur ruang pendinginnya. Jika temperatur
ruang pendingin dipertahankan di atas temperatur beku produk maka jumlah
panas yang dikeluarkan oleh produk tergantung dari temperatur ruangannya.
Juga terhadap berat produk, panas jenis dan temperatur masuk produk. Jumlah
panas dari produk dapat dicari dari persamaan sebelumnya.
Q = W x c x ( T2 – T1 )
Dimana:
Q = jumlah panas (BTU)
W = berat produk (lb)
c = panas jenis produk diatas temperatur beku (BTU/lb/der.F
T2 = temperatur ruang pendingin (der.F)
T1 = temperatur produk saat masuk (der.F)
Contoh Soal:
Seribu dua ratus lb daging sapi tanpa lemak, bertemperatur 55 0F
didinginkan pada ruangan pendingin yang bertemperatur 25 0F dalam waktu 24
jam
Jawab :
Dari tabel diketahui bahwa panas jenis untuk daging segar tanpa lemak di atas
titik bekunya adalah 0,75 BTU/0F.
Maka jumlah beban panas produk dapat dicari:
Q = 1200 x 0,75 x (55-35)
= 1200 x 0,75 x 20
= 18.000 BTU/24 jam
Perhatikan pada perhitungan di atas tidak ada sangkut pautnya dengan waktu
yang 24 jam itu dan hasil yang didapat merupakan beban panas yang mesti
33
dikeluarkan dari ruang pendingin selama 24 jam. Jika waktu yang diinginkan
kurang dari 24 jam, maka beban total untuk 24 jam itu mesti di bagi dengan
waktu operasi yang diinginkan, maka persamaam di atas jadi berbentuk :
Q =
Contoh 10:
Anggap saja soal di atas itu dikerjakan dalam waktu 6 jam kerja. Carilah jumlah
panas produk yang mesti dibuang tiap jam kerja.
Jawab :
Q =
Q = 72.000 BTU/jam kerja
Bandingkan hasil yang didapat pada contoh sebelumnya.
Bila produk didinginkan dan disimpan di bawah titik bekunya, beban panas
produknya itu di hitung dalam 3 urutan, yaitu :
a. Panas yang dikeluarkan produk dari temperatur masuk sampai ke
temperatur bekunya.
b. Panas yang dikeluarkan produk pada saat dibekukan.
c. Panas yang dikeluarkan produk dari temperatur beku sampai ke temperatur
ruang pendingin.
Untuk bagian 1 dan 3, persamaan digunakan dapat digunakan. Untuk bagian 1,
T1 adalah temperatur produk pada saat masuk dan T2 adalah temperatur
bekunya. Untuk T2 dapat dilihat dari tabel sebelumnya. Untuk bagian 3, T1
adalah temperatur beku produk yang disimpan dan T2 adalah temperatur ruang
pendinginnya. Sedangkan untuk bagian dua dapat dicari dari persamaan :
Q = W x hif
Dimana :
34
W = berat produk ( lb )
Hif = panas laten dari produk (BTU/lb)
Jika proses pendinginan dan pembekuan produk itu dihitung dalam waktu 24
jam, maka jumlah ke 3 bagian itu merupakan beban panas produk selama 24
jam. Jika waktu prosesnya diinginkan kurang dari 24 jam, maka jumlah ke 3
bagian di atas mesti di kalikan 24 dan dibagi lagi dengan jumlah jam kerja yang
diinginkan.
1.3.5. Cara Pendek untuk Menghitung Beban Pendinginan
Selama masih memungkinkan beban pendinginan dapat dicari dengan
prosedur seperti yang telah diuraikan di atas, tetapi untuk ruang pendingin yang
kecil (volumenya di bawah 1600 ft3 ) dan digunakan untuk penyimpanan secara
umum, produknya selalu berganti-ganti dari hari ke hari tidak mungkin mencari
beban pendingian dengan cara yang betul-betul teliti. Pada kasus ini, ada cara
pendek untuk menghitung beban pendinginan dengan menggunakan beberapa
faktor yang didapat dari percobaan- percobaan. Kalau cara pendek yang
digunakan, maka beban pendinginannya dipisah menjadi 2 bagian :
a. Beban dari dinding
b. Beban pemakaian (the usage or service load).
Beban dari dinding dapat dihitung seperti pada sub bab I (perhitungan beban
panas dari dinding), dan beban pemakaian dapat dicari dengan persamaan:
Beban pemakaian = volume bagaian dalam x faktor pemakaian.
Perhatikan, bahwa faktor-faktor pemakaian yang ditulis pada akan
bergantung dari volume bagian dalam ruangan pendingin serta perbedaan
temperatur antara dalam dan luar. Juga hanya digunakan untuk pemakaian yang
normal dan berat saja, mengenai klasifikasi normal dan berat telah di bicarakan
pada sub bab J (perhitungan beban panas dari udara). Bila menggunakan cara
perhitungan yang pendek tidak perlu memakai faktor penggunaan. Jumlah
beban total dibagi jumlah waktu operasi, maka akan didapat beban panas
35
rata-rata tiap-tiap jam kerja, yang nantinya hasil rata-rata ini digunakan untuk
mengadakan pemilihan komponen utama mesin pendingin.
2. Komisioning Pemasangan Sistem dan Instalasi Refrigerasi Untuk Keperluan
Komersial
2.1. Proses evakuasi dan pengisian refrijeran
2.1.1. Proses Evakuasi
Bila sistem pemipaan refrigerasi sudah selesai dirakit maka mutlak perlu
mengevakuasi keseluruhuan sistem pemipaannya dari udara dan uap air serta gas
lain yang sempat masuk ke dalam sistem pemipaan refrigerasi. Untuk keperluan
itu digunakan alat bantu yang disebut vacuum pump. Vacuum pump digunakan
untuk mengevakuasi atau mengeluarkan udara dan uap air yang terjebak di
dalam sistem pemipaan. Dampak adanya udara dan uap air di dalam sistem:
a. Uap air dapat mengakibatkan terjadinya pemblokiran di saluran pipa kapiler
atau dryer bila membeku menjadi es.
b. Udara yang terjebak di saluran bertekanan tinggi pada kondenser dapat
menyebabkan kenaikan tekanan kondensing yang membahayakan
kompresor.
c. Uap air dapat bereaksi dengan refrigeran bila mendapat pemanasan.
Hasilnya adalah senyawa asam hidrofluorik dan hidroklorik yang
mengakibatkan kontaminasi pada sistemnya.
d. Uap air dapat bereaksi dengan lubricant sehingga megubah karakteristik
lubricant karena oksidasi dan acidic.
e. Uap air menyebabkan terjadinya oksidasi.
f. Uap air dapat mempertebal lapisan pipa bagian dalam, sehingga
menyebabkan efek penyempitan pipa.
g. Uap air akan menyebabkan hidrolisis bila bereaksi dengan bahan isolasi
sistetis.
36
Gambar 67. Vacuum Pump
Vacuum Pump
Agar pekerjaan mengevakuasi sistem ini dapat berhasil dengan baik maka
diperlukan peralatan bantu yang tepat. Peralatan standard yang digunakan untuk
mengevakuasi sistem adalah Vacuum Pump. Dalam keadaan darurat sementara
personil menggunakan kompresor hermetik sebagai vacuum pump. Tetapi
masalahnya kompresor hermetik tidak akan sanggup melakukan evakuasi hingga
mencapai tekanan yang sangat rendah seperti yang dipersyaratkan oleh pabrikan
peralatan refrigerasi. Di lain pihak bila dipaksakan maka motor kompresor
hermetik akan mengalami overheat yang dapat menyebabkan terbakar motor.
Saat ini telah tersedia banyak jenis dan tipe vacuum pump yang ada di pasaran
yang mudah dibawa dan ringan (portable).
Metode Triple – Evacuation
Pada prinsipnya evakuasi dapat dilakukan melalui sisi suction atau melalui
dua sisi yaitu sisi suction dan sisi discharge. Pada umumnya peralatan refrigerasi
berskala rendah hanya dilengkapi dengan proses tube pada sisi tekanan rendah
(suction). Tetapi beberapa pabrikan merekomendasikan evakuasi melalui kedua
sisi yaitu sisi suction dan sisi discharge sehingga memasang proses tube pada
kedua sisinya. Biasanya hanya dengan melakukan dua kali evakuasi hingga
mencapai 1 mbar seperti diperlihatkan dalam gambar di atas sudah mencukupi
kebutuhan pada perakitan peralatan baru atau bahkan pada saat melakukan
perbaikan. Tetapi kadangkala pada pelaksanaan perbaikan di lapangan maka
untuk mencapai vacuum hingga 1 mbar susah dicapai. Oleh karena itu dianjurkan
37
untuk melakukan evakuasi dengan metode triple-evakuasi. Maksud dan tujuan
memberi tekanan ekualisasi dengan memasukkan refrigerant ke dalam sistem
dan evakuasi yang berulang-ulang (3X) adalah agar pengeluaran gas dan uap air
dari dalam sistem dapat lebih efisien sehingga persentase gas dan uap air yang
ada di dalam sistem menjadi sangat minimum.
Prosedur Evakuasi :
a. Evakuasi dengan menggunakan vacuum pump untuk mencapai stable
vacuum tidak kurang dari 10 mbar.
b. Masukkan refrigrant R12 ke dalam sistem hingga mencapai tekanan
atmosfir.
c. Ulang evakuasi sistem hingga mencapai 1 mbar
d. Masukkan refrigerant R12 ke dalam sistem hingga mencapai tekanan
atmosfir.
e. Ulang evakuasi sekali lagi.
2.1.2. Pengisian Refrigeran
a. Definisi Refrigeran
Refrigeran adalah bahan pendingin berupa fluida yang digunakan untuk
menyerap kalor melalui perubahan phasa cair ke gas (menguap) dan membuang
kalor melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun). Refrigeran yang baik
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2) Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan
udara, minyak pelumas dan sebagainya.
3) Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi
dan air conditiioning.
4) Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak
mempengaruhi atau merusak minyak pelumas tersebut.
5) Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali
dimampatkan, diembunkan dan diuapkan.
38
6) Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu
evaporator yang direncanakan.
7) Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang
tinggi memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat
dan kemungkinan bocor besar.
8) Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir.
Apabila terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem.
9) Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah kalor yang diambil
oleh evaporator dari ruangan jadi besar.
10) Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
11) Harganya murah.
Refrigeran yang digunakan pertama kali adalah ether, dipakai oleh Perkins
untuk mesin kompresi uap tangan. Kemudian dipakai ethil khlorida (C2H5Cl) yang
kemudian pula diganti dengan ammonia pada tahun 1875. Hampir pada waktu
yang bersamaan dipakai belerang oksida (SO2) pada tahun 1874, methil khlorida
(CH3Cl) pada tahun 1878, dan karbon dioksida (CO2) pada 1881 juga ditemukan
pernah dipakai sebagai refrigeran. Semenjak 1910-1930-an, banyak refrigeran
seperti N2O2, CH4, C2H6, C2H4, C3H8, dipakai sebagai refrigeran. Hidrokarbon
yang tidak mudah terbakar seperti dikloromethana (CH2Cl2), didikholoroethilene
(C2H2Cl2) dan monobromoethana (CH3Br) juga digunakan untuk mesin
refrigerasi dengan pompa sentrifugal, dengan komposisi atom fluor, chlor, dan
terkadang bromida, akan membentuk refrigeran dengan range titik didih yang
lebar pada tekanan sekitar 1 atm (disebut sebagai normal boiling point = titik
didih normal atau temperatur jenuh pada tekanan satu atmosfir), sehingga
memenuhi berbagai kebutuhan temperatur kerja yang berbeda untuk berbagai
mesin refrigerasi. Jumlah fluor menunjukkan ketidak beracunan dari refrigeran.
Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan
memakai nama dagang mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang telah
beredar di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3. Refrigeran disimpan dalam tabung
atau silender dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut
diberi berbagai warna, keterangan pada tabung dan label.
39
Tabel 3. Beberapa Merek dagang refrigeran
b. Pengisian Refrigeran
Pengisian refrigeran ke dalam sistem harus dilakukan dengan baik dan
jumlah refrigeran yang diisikan sesuai/tepat dengan takaran. Kelebihan refrigeran
dalam sistem dapat menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi akibat dari
refrigeran tekanan yang tinggi. Selain itu dapat menyebabkan kompresor rusak
akibat kerja kompresor yang terlalu berat, dan adanya kemungkinan liquid
suction. Sebaliknya bila jumlah refrigeran yang diisikan sedikit, dengan kata lain
kurang dari yang ditentukan, maka sistem akan mengalami kekurangan
pendinginan. Sebaik mungkin dan karena proses pengisian refrigeran ke dalam
sistem ada beberapa cara, diantaranya yaitu :
a. Mengisi sistem berdasarkan berat refrigeran.
b. Mengisi sistem berdasarkan banyaknya bunga es yang terjadi di evaporator.
c. Mengisi sistem berdasarkan temperatur dan tekanan.
Berikut contoh gambar pengisian refrigeran:
Nama Pabrik Negara Freon E.I.du Pont de Nemours & Company U.S.A Genetron Allied Chemical Corporation U.S.A Frigen Hoechst AG Jerman Arcton Imperial Chemical Industries Ltd. Inggris Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang Forane Pacific Chemical Industries Pty. Australia Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd. Jepang Ucon Union Carbide Chemicals Corporation U.S.A Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. U.S.A
40
Gambar 68. Proses Pengisian Refrigeran
Langkah - langkah pengisian Refrigeran adalah sebagai berikut :
1) Pastikan katup-katup pada manifold gauge tertutup dengan baik, dan sistem
dalam keadaan vakum.
2) Pasangkan selang refrigeran ke manifold. Sebelum dipasang lakukan flushing
untuk membuang udara dalam selang.
3) Buka katup Hi atau Lo, untuk mengisi refrigeran, buka katup refigeran.
4) Bila jumlah refrigeran yang harus dimasukan telah diketahui, gunakan
timbangan atau gunakan Charging Cylinder.
5) Bila refrigeran yang harus diisikan tidak diketahuin atau akan dikira-kira,
isikan refrigeran kira-kira sebagian saja. Baru kemudian kompresor
dijalankan, dan refrigeran diisikan sedikit demi sedikit. Perhatikan tekanan
kerja evaporator dan arus listrik ke kompresor.
6) Penting : jangan menjalankan kompresor bila sistem dalam keadaan kosong
dari refrigeran.
2.2. Peralatan service untuk keperluan pekerjaan refrigerasi
2.2.1. Manifold Gauge
Servis manifold lazim disebut juga sebagai gauge manifold atau ada yang
menyebutnya sebagai system analyser. Service manifold merupakan peralatan
servis memiliki fungsi ganda, yakni sebagai pengukur tekanan operasi dan sebagai
pengukur suhu operasi sistem refrigerasi. Manifold gauge yang ditunjukkan oleh
Gambar 69, terdiri dari meter tekan (discharge) dan meter ganda (suction), dua
41
buah keran yang disatukan dan tiga buah selang isi dengan tiga warna yang
berlainan. Selang pengisian pada manifold gauge, dirancang untuk mampu
menahan tekanan lebih dari 500 psi (3448 kPa). Selang ini memiliki tekanan rata-
rata sampai 200 psi (12790 kPa). Selang tersedia dalam berbagai warna: putih,
kuning, merah, dan biru. Karena warna merupakan salah satu ciri dari
penggunaan selang tersebut. Biru digunakan untuk tekanan rendah, merah
untuk tekanan tinggi, dan putih atau kuning untuk saluran tengah. Ciri warna
berguna untuk memperkecil kemungkinan tertukarnya pemasangan dari manifold
ke sistem. Standar akhir dari selang pengisian dirancang sebesar 1/4 inci (flare)
saluran dari manifold, dan saluran masuk ke kompresor. Selang saluran dapat
diganti dengan Nilon, Neoprene, dan karet atau gasket karet yang disisipkan.
Gasket berfungsi untuk menahan selama proses pemindahan dan langkah
pengisian refrigrant. Selang biasanya dilengkapi dengan jarum pada bagian
ujung saluran yang digunakan untuk menekan pentil saat menyalurkan refrigrant
juga untuk menjaga bagian dalam selang ketika tidak digunakan sehingga
memungkinkan benda asing tidak masuk kedalamnya.
Gambar 69. Manifold gauge
Antara tekanan tinggi dan tekanan rendah pada manifold dilengkapi
dengan katup tangan shut off. Jika katup tengan ini diputar seluruhnya ke arah
kanan, searah jarum jam (cw), manifold akan tertutup. Dalam kondisi ini, tekanan
bisa terbaca pada masing-masing alat ukur. Dengan menghubungkan manifold
gauge kepada sistem, kita dapat lebih cepat mengetahui kesalahan dari sistem.
Tekanan kedua meter dari manifold gauge dapat menunjukkan kepada kita apa
42
yang sedang terjadi di dalam sistem. Selain itu alat tersebut dapat dipakai untuk:
menunjukkan vakum, mengisi refrigeran, menambah minyak pelumas,
memeriksa tekanan dari sistem dan kompresor.
Bila service manifold sudah terpasang pada tempatnya tidak perlu membuka
katub. Tekanan operasi akan langsung terbaca oleh meter begitu tekanan
sistem masuk lewat selang ke meter melalui service valve. Service manifold
merupakan bagian vital dari peralatan servis yang tak terhingga nilainya untuk
keperluan pelayanan operasi dan atau untuk keperluan diagnosa gangguan.
Gambar 70. Konfigurasi Service Manifold
2.2.2. Pompa Vakum
Tekanan atmosfir pada permukaan laut adalah 14.696 psia dan untuk
mempermudah pengaplikasiannya nilai ini biasanya dibulatkan menjadi 14,7 psia.
Pada permukaan laut tekanan 14 psia adalah merupakan kondisi vakum.
Pemvakuman harus dilakukan jika sistem pendinginan mengalami :
43
a. Perbaikan atau perawatan sistem pendinginan
b. Kebocoran refrigrant akibat kerusakan komponen
c. Kontaminasi yang diakibatkan oleh refrigran
Pompa vakum berfungsi untuk membuat vakum (hampa udara) sistem
pendingin sebelum diisi dengan refrigeran. Pompa vakum harus dapat
mengeluarkan semua gas, udara dan uap air dari dalam sistem. Pompa vakum
yang baik harus dapat menarik udara sampai beberapa mikron dari vakum
mutlak. Pompa vakum tersedia dalam berbagai ukuran dan kapasitas. Minyak
pelumas pada pompa vakum harus sering diperiksa. Apabila di dalam pompa
vakum minyaknya bertambah banyak, ini adalah petunjuk bahwa pompa vakum
telah banyak menghisap kotoran, asam, air dan minyak pelumas dari sistem yang
dibuat vakum.
2.2.3. Leak Detector
Alat ini digunakan untuk mencari atau mendeteksi kebocoran yang terjadi
pada sistem pendingin. Alat deteksi kebocoran tersedia dalam beberapa jenis
yaitu electronic detector, halide detector, dan air sabun. Satu contoh leak
detector ditunjukkan oleh Gambar 71.
Gambar 71. Elektronik Leak Detector
Penggunaan dari beragam jenis leak detector tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dilapangan. Kebocoran yang terjadi ada yang mudah dicari, tetapi ada
juga yang sangat sukar dicari tergantung pada tempat dan besarnya kebocoran.
Tempat kebocoran biasanya dapat mudah diketahui karena ada minyak yang
menetes atau lapisan minyak di tempat yang bocor. Adapun halide detector
44
mendeteksi kebocoran dengan jalan menghisap udara melalui selang pencari
kebocoran yang akan disalurkan ruang plat reaksi tembaga.
2.2.4. Thermometer
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur. Temperatur adalah
tingkatan atau derajat panas dari suatu benda yang umumnya diukur dalam
satuan derajat Fahrenheit (0 F) atau Celcius (0 C). Jika panas ditambahkan pada
suatu benda maka temperatur benda itu akan naik. Begitu pula sebaliknya
jika panas dikurangi/dipindahkan dari suatu benda maka temperatur benda itu
akan turun atau menjadi rendah. Temperatur rendah itulah yang disebut dingin.
Gambar 72. Thermometer
2.2.5. Multitester
Multitester seperti ditunjukkan oleh Gambar 73 adalah alat yang digunakan
untuk mengukur tegangan (V) dan hambatan (Ω) pada aliran arus searah (DC) dan
aliran arus bolak-balik (AC). Ketika akan melakukan pengukuran tegangan,
sistem kelistrikan harus dialiri arus listrik. Sebaliknya jika akan mengukur nilai
hambatan pada sistem kelistrikan, arus listrik yang mengalir harus dimatikan
terlebih dahulu.
Gambar 73. Multitester
45
2.2.6. Tang Ampere
Tang Ampere seperti pada Gambar 74, sering disebut juga clamp tester,
hook- on ammeter, clamp-on ampere-volt-ohmmeter, snap-on volt-ampere-
ohmmeter. Alat ini digunakan untuk mengukur kuat arus (ampere), tegangan
(volt), dan hambatan (ohm) dari komponen-komponen kelistrikan mesin
pendingin.
Gambar 74. Tang ampere
2.2.7. Kapasitor Tester
Guna memudahkan pemeriksaan start kapasitor, dipergunakan capasitor
tester. Alat ini menunjukan kondisi start kapasitor dengan tepat, biasanya dengan
bunyi. Cara mempergunakannya adalah dengan menghubungkan kabel
kapasitor tester dengan kedua terminal kapasitor. Bila tombol diletakan akan
keluar bunyi. Hubungan bunyi dengan kondisi kapasitor sebagai berikut:
a. Bunyi dengan nada tinggi kemudian merendah perlahan dan akhirnya
tidak bersuara berarti kondisi kapasitor baik.
b. Nada bersuara tinggi terus menerus berarti kapasitor kontak di dalam.
c. Tidak bersuara berarti kapasitor putus hubungan di dalam.
d. Nada suara rendah terus menerus berarti kapasitor bocor.
Saat ini ada juga kapasitor tester jenis digital, yang dapat menunjukan langsung
nilai kapasitansi dari kapasitor dalam satuan mikro Farad.
46
Gambar 75. Capasitor Tester
2.2.8. Mesin 3R (Recovery, Recycle dan Recharging)
Mesin Recovery, Recycle,dan Recharging biasa juga disebut sebagai mesin
3R, mempunyai tiga fungsi yaitu mengeluarakan dan menangkap refrigeran
(recovery), mendaur ulang refrigeran yang ditangkap (recycle) dengan cara
memisahkannya dari pelumas dan menyaring kotoran padat, dan mengisikan
kembali refrigeran yang ditampung dalam satu mesin adalah agar tidak ada
refrigeran yang terlepas ke atmosfer ke atmosfer sebagai akibat adanya
pergantian selang pada setiap proses. Refrigeran yang terdapat dalam selang
penghubung dapat terlepas ke atmosfer dan merusak ozon.
Gambar 76. Mesin 3R
47
2.2.9. Cutting Copper Tubing
Cutting Copper Tubing adalah proses pemotongan pipa tembaga dengan
menggunakan pemotong pipa (tubing cutter). Pemotong pipa tembaga (tubing
cutter) digunakan agar potongan menjadi rata dan pipa tetap bulat serta tidak
ada retakan, hal ini penting agar pada saat pipa di flare atau di swage pipa tidak
pecah dan hasilnya baik.
Gambar 77. Tubing Cutter
2.2.10. Flaring Copper Tubing
Flaring Copper Tubing adalah proses untuk mengembangkan ujung pipa
tembaga dengan menggunakan flaring tools agar pipa dapat disambung dengan
sambungan pipa dari kuningan yang berulir (flare fitting). Sebelum ujung pipa
dikembangkan, terlebih dahulu memasukkan flare nut (mur dari kuningan).
Selanjutnya baru ujung pipa tersebut di masukkan pada flaring block, dengan
ujung pipa dibuat 3 mm di atas flaring block.
Gambar 78. Flaring Tools
48
2.2.11. Swaging Copper Tubing
Swaging copper tubing adalah proses untuk membesarkan ujung pipa
tembaga dengan menggunakan Swaging tool, agar dua buah pipa yang sama
diameternya dapat disambung dengan las perak (silver brazing).
Gambar 79. Swaging Tools
Panjang sambungan untuk tiap ukuran pipa berbeda, pada umumnya diambil
sepanjang diameter dari pipa yang akan disambung.
2.2.12. Bending Copper Tubing
Bending copper tubing adalah proses untuk membengkokkan pipa
tembaga lunak dengan menggunakan tube bender agar diperoleh hasil
bengkokkan yang tepat dan rapi. Pemakaian tube bender juga dapat
menghindarkan pipa menjadi gepeng atau rusak pada saat pipa dibengkokkan.
Alat pembengkok tipe ini dapat membuat bengkokan pipa dengan radius tertentu
sesuai dengan diameter dari rol, dapat membengkok pipa tepat pada tempatnya
dan dapat membuat sudut bengkokan dengan akurat dengan hasil bengkokan
sangat baik. Dapat membengkokan pipa dari 00-1800.
Gambar 80. Bending
49
2.2.13. Brazing Copper Tubing
Brazing copper tubing adalah proses yang diperlukan untuk menyambung
pipa atau menutup kebocoran. Pipa yang akan disambung biasanya dipanaskan di
atas temperatur material pengisi tetapi masih dibawah titik leleh material pipa
(antara 6000 – 8000 C). Pemanasan dilakukan dengan semburan api hasil
pembakaran bahan bakar dengan oksigen atau udara. Material pengisi yang
umum digunakan adalah silver (perak) dan untuk hasil brazing yang baik
biasanya digunakan flux.
Gambar 81. Brazzing Tools
2.2.14. Dental Mirror
Dental mirror biasanya digunakan oleh dokter gigi, berguna untuk melihat
dan memeriksa bagian-bagian yang terlindung atau sukar dilihat, demikian
halnya pada pemeriksaan bagian-bagian komponen mesin pendingin. Untuk
memeriksa hasil pengelasan atau mencari kebocoran pada tempat yang sukar
dilihat. Alat ini ada yang dilengkapi lampu battery sehingga bisa memeriksa
bagian yang gelap.
50
Gambar 82. Dental Mirror
2.2.15. Katup Servis (Service Valve)
Katup servise berfungsi untuk menyambungkan manifold gauge dengan
sistem refrigerasi guna dilakukan proses pengukuran, pemfakuman dan pengisian
refrigerant. Biasanya terdapat di saluran suction kompresor atau di saluran pipa
cair (liquid line), menyatu dengan liqid receiver. Katup servise memiliki 3 lubang
dan tiga posisi seperti ditunjukan oleh gambar 84.
Gambar 83. Katup servis
2.3. Pemasangan sistem dan instalasi Refrigerasi komersial
2.3.1. Perencanaan dan Perhitungan
Perencanaan dan perancangan disini meliputi perhitungan panjang pipa dan
kabel yang akan digunakan serta perencanaan tata letak dan urutan komponen-
komponen yang digunakan. Perencanaan dan perhitungan panjang pipa dan
kabel disesuaikan dengan gambar sistem pemipaan dan diagram sistem
kelistrikan yang disesuaikan pula dengan luas panel pada trainer yang tersedia.
Sebelum menentukan panjang serta jenis pipa yang akan digunakan, terlebih
dahulu dilakukan perancangan terhadap tata letak dari semua komponen yang
disesuaikan dengan diagram pemipaan yang ada. Dari diagram sistem kelistrikan
51
selanjutnya ditentukan jumlah dan macam kabel serta warna yang digunakan.
Setelah jumlah pipa dan kabel yang dibutuhkan ditentukan, selanjutnya dilakukan
penginstalasian sesuai dengan tata letak dan urutan sesuai dengan gambar dan
rancangan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penginstalasian ini kami
bagi menjadi dua, yaitu penginstalasian sistem pemipaan dan sistem kelistrikan.
2.3.2. Pengistalasian Sistem
Proses pengistalasian sistem terdiri dari dua bagian, yaitu proses
penginstalasian sistem pemipaan (mekanik) dan instalasi sistem kelistrikan.
a. Instalasi Sistem Pemipaan (mekanik)
Pengerjaan sistem pemipaan meliputi pembengkokan pipa (bending),
swaging dan flaring, pengelasan (welding), serta penginstalasiannya.
1) Penanganan Pipa (Tubing Handling)
Pemrosesan pipa merupakan salah satu dasar yang harus kita perhatikan
atau bahkan harus dapat dipertanggungjawabkan didalam instalasi dan
mekanisme sistem refrigerasi sebab kalau kita abaikan atau ceroboh dalam
pemprosesan pipa misalnya dalam, pemotongan, pembengkokan dan
pembentukan lainya maka sistem yang kita buat akan mudah bocor atau bahkan
gagal. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah membuka gulungan pipa.
Gunakan lantai/permukaan yang rata sebagai alas/tempat membuka gulungan.
Sebelum membuka gulungan, perhatikan bahwa kedua ujung pipa usahakan
dalam keadaan tertutup. Setelah gulungan pipa diletakkan pada lantai dalam
posisi tegak, kemudian salah satu ujung pipa ditahan pakai tangan, dan putarlah
gulungan pipa sehingga pipa lurus tertahan di lantai semakin panjang. Jika kira-
kira ukuran pipa sudah mencukupi, kemudian pipa dipotong. Seusai pemotongan,
kembali kedua pipa ujung-ujungnya ditutup/disumbat.
2) Pengerjaan Pipa
Step-step atau langkah-langkah di dalam pengerjaan pipa untuk sistem
antara lain:
a) Pemotongan (cutting)
b) Peluasan (Reaming)
52
c) Pembengkokan (Bending)
d) Flaring dan Swaging
e) Welding
3) Fitting untuk Sistem Pemipaan (Fitting for Piping System)
Yang dimaksud dengan “Fitting” atau penyambungan disini adalah khusus
untuk instalasi pemipaan atau “Piping System” pada saluran-saluran baik itu pada
sistem refrigerasi dan tata udara maupun saluran-saluran lainnya. Sistem
penyambungan yang umum digunakan pada sistem pemipaan terdiri dari :
“Solder fitting” (sambungan patri)
“Flare fitting” (sambungan flare)
“Pipe fitting” ( sambungan pipa)
“Weld fitting” (sambungan las)
“Compression fitting” (sambungan tekan)
“Plastic fitting” (sambungan plastik)
Setelah proses pengerjaan pada pipa selesai dilakukan, kemudian dilakukan
proses penginstalasian pada sistem terhadap sistem mekanik (pemipaan) nya.
Semua komponen utama dan pendukung sistem mekanik dipasang sesuai dengan
tempat yang telah direncanakan. Proses penginstalasian pertama yang dilakukan
adalah meletakkan semua komponen utama sistem, sesuai dengan urutan.
Kemudian, komponen-komponen tersebut dihubungkan satu persatu dengan
menggunakan pipa yang diameternya telah ditentukan.
Pada proses pemasangan pipa ini perlu diperhatikan peletakan dari
komponen-komponen pendukung mekanik yang ada pada sistem. Selain itu,
pemasangan saluran untuk pipa kapiler (alat ukur) ke titik-titik pengukuran harus
diperhatikan pula. Pada trainer, titik-titik pengukuran tekanan tersebut terdapat
pada kedua sisi tekanan kerja sistem. Pada sistem tekanan tinggi titik
pengukuran terdapat pada pipa discharge, pipa masukan katup TXV, dan pipa
masukan kapiler. Sedangkan pada sisi tekanan rendah titik pengukuran diletakkan
pada saluran suction, keluaran EPR, dan keluaran katup TXV.
53
b. Instalasi Sistem Kelistrikan
Tahap pengerjaan instalasi sistem kelistrikan dan kontrol meliputi :
1) Penempatan komponen-komponen sistem kelistrikan dan kontrol.
2) Menyambungkan semua komponen kelistrikan sesuai dengan diagram
kelistrikan pada sistem.
3) Pengetesan sistem kelistrikan.
Sistem kelistrikan dirakit dalam satu panel yang terletak pada bagian
belakang sistem. Secara keseluruhan, rangkaian kelistrikan pada sistem terbagi
dalam dua bagian, yaitu :Rangkaian daya dan Rangkaian kontrol. Rangkaian daya
merupakan rangkaian pokok dari suatu sistem kelistrikan. Komponen yang
digunakan juga merupakan komponen yang terkendali. Dalam rangkaian daya ini
terdapat satu buah motor kompresor yang dihubungkan dengan kontaktor yang
teraliri arus pada rangkaian kontrol. Selain motor kompresor, terdapat beberapa
komponen lain seperti termometer digital, pilot lamp untuk sumber arus pada
sistem, ampere meter, voltmeter, dan wattmeter pada saluran rangkaian daya
yang dilengkapi dengan switch MCB sebagai saklar on/off arus pada sistem.
Rangkaian kontrol merupakan bagian yang mengontrol sistem kelistrikan,
dalam pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dan komponennya terpasang
terpisah dengan rangkaian daya. Pada rangkaian kontrol ini terdapat beberapa
komponen yang digunakan seperti saklar (toggel dan MCB) kontaktor, delay
timer, HLP, fault pilot lamp (sebagai indikasi jika HLP bekerja), solenoid valve
dengan pilot lampnya, switch on/off rangkaian kontrol.
Setelah rangkaian kelistrikan selesai diinstal, kemudian dilakukan
pengetesan terhadap rangkaian daya dan kontrol. Pengetesan rangkaian daya
dilakukan dengan menggunakan alat bantu tespen untuk mengetahui
masuk/tidaknya arus pada titik-titik sepanjang line sistem kelistrikan (sistem
menggunakan arus listrik satu fasa). Bekerjanya rangkaian daya ini ditandai
dengan bekerjanya termometer digital dan voltmeter akan segera menunjukkan
pergerakan. Pada saat dilakukan pengetesan, line yang menuju kompresor
(setelah keluar dari kontak utama kontaktor) harus diputuskan terlebih dahulu.
Pada keadaan ini ampere dan wattmeter belum menunjukkan pergerakannya,
54
karena belum ada beban. Lampu I pada panel sebagai indikasi arus pada sistem
akan menyala. Namun sistem masih dalam keadaan mati.
Pengetesan sistem kontrol dilakukan dengan cara menghidupkan saklar
rangkaian kontrol pada sistem (untuk sistem dengan TXV dan kapiler). Jika sistem
bekerja dengan baik, semua alat kontrol yang digunakan akan teraliri arus dan
bekerja, sehingga kompresor pun akan melakukan proses kompresi terhadap
sistem. Sistem rangkaian kontrol ini hanya dapat bekerja jika pada sistem telah
teraliri arus listrik (rangkaian daya aktif, dengan cara menaikkan saklar MCB).
2.4. Pengujian kondisi operasi sistem dan instalasi Refrigerasi komersial
Setelah pemasangan instalasi sistem selesai dikerjakan, di mana semua
pipa/pemipaan telah tersambung dengan komponen, maka selanjutnya dilakukan
pengecekan dan pengujian sistem dan instalasi refrigerasi. Pengecekan dan
pengujian ini meliputi:
2.4.1. Pengujian Kebocoran
Adanya gangguan pada salah satu komponen dapat menggagalkan efek
refrigerasi. Misalnya adanya kebocoran pada salah satu bagian sistem atau
adanya saluran buntu dapat mengagalkan kerja sistem. Bocor pada sistem
pemipaan refrigerasi merupakan penyebab gangguan yang dapat menggagalkan
kerja sistem dan yang paling banyak dialami oleh unit refrigerasi. Tanpa
menghiraukan bagaimana dan penyebab terjadinya kebocoran pada sistem, yang
sudah pasti, adalah bahaya yang dapat timbul yang disebabkan oleh bocornya
unit refrigerasi. yaitu :
1) Hilangnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh isi refrigeran charge.
2) Memungkinkan udara dan uap air masuk ke dalam sistem pemipaan
refrigerasi.
Udara dan uap air merupakan gas kontaminan yang sangat serius dan
merupakan barang haram yang sangat berbahaya Sebab disamping dapat
mencemari kemurnian oli refrigeran juga berkontribusi terhadap timbulnya
lumpur dan korosi. Dilain pihak uap air yang ada di dalam sistem dapat menjadi
beku atau freeze-up pada saat mencapai katub ekspansi. Oleh karena adanya
55
kebocoran harus dapat dideteksi secara dini. Ada tiga metoda yang dapat
digunakan untuk memeriksa kebocoran, yaitu:
a. Pressure Test Method
Pada dasarnya, metoda melacak kebocoran menggunakan Pressure Test
Method adalah mengisikan gas iner ke dalam sistem refrigerasi hingga mencapai
tekanan tertentu dan kemudian melacak lokasi kebocoran dengan alat
pendeteksi kebocoran. Gas yang digunakan untuk Pressure Test adalah refrigeran
yang sesuai dengan sistemnya tetapi untuk ekonomisnya maka dapat dilakukan
dengan menggunakan gas nitrogen kering atau campuran antara refrigeran dan
gas nitrogen kering. Pemeriksaan atau uji kebocoran dengan pressure test ini
harus dilakukan khususnya untuk unit baru yang telah selesai dirakit atau unit
lama yang baru selesai diperbaiki atau diganti salah satu komponen utamanya.
b. Bubble Test Method
Bubble test method adalah pelacakan lokasi kebocoran dengan
menggunakan busa sabun. Halide Leak Detector adalah alat pelacak
kebocoran dengan menggunakan halide torch. Biasanya halide torch ini
menggunakan gas buatan yang berwarna biru. Bila ia mencium adanya gas bocor
maka warnanya berubah menjadi kehijau-hijauan. Electronic leak detector adalah
pelacak kebocoran secara elektronik. Bila ia mendeteksi adanya kebocoran gas
maka ada indikator yang akan menunjukkan dapat berupa suara atau secara
visual.
c. Vaccum Test Method
Kalau pada pressure test, uji kebocoran dilakukan dengan memberi tekanan
positif ke dalam sistem maka pada vacuum test sistemnya dibuat menjadi
bertekanan negatif ( vakum ). Untuk membuat vakum, digunakan alat khusus
yang disebut pompa vakum atau vacuum pump. Pompa vakum ini akan
menghisap gas yang ada didalam sistem sampai mencapai tingkat kevakuman
tinggi. Kemudian sistemnya dibiarkan dalam keadaan tersebut selama lebih
kurang 12 jam. Adanya kebocoran dalam salah satu lokasi akan menyebabkan
tingkat kevakumannya turun.Bila menjumpai keadaan seperti itu maka sistemnya
harus diperiksa dengan metoda pressure test lagi untuk memastikan lokasi
56
bocornya. Selanjutnya bila sistemnya sudah terbebas dari gangguan bocor, maka
pekerjaan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu dehidrasi dan charging
refrigerant.
2.4.2. Pengujian Tekanan (Pressure Test Method)
Petunjuk pengujian Tekanan adalah sebagai berikut:
a) Siapkan alat & bahan yang diperlukan
b) Periksa service manifold, kalibrasi posisi jarum pada angka nol.
c) Periksa pula peralatan lainnya.
d) Ikuti prosedur yang berlaku dan bekerja dengan hati-hati.
e) Jangan sampai tertukar dengan tabung oksigen. Akibatnya sangat
berbahaya.
f) Gambar Kerja
Gambar 84. Rangkaian Pengujian Tekanan
Prosedur Pressure Test
a) Sebelum melakukan pressure test, yakinkan bahwa piranti dan komponen
lain yang tidak perlu di test harus dilepas. Karena kompresor tidak termasuk
komponen yang harus di-test maka pastikan bahwa katub servis kompresor
pada sisi suction dan sisi discharge sudah berada pada posisi front seated.
b) Pastikan katub servis pada liquid receiver sudah dalam posisi terbuka,
demikian juga posisi katub bantu pada sisi hot gas dan liquid line.
c) Hubungkan silinder nitrogen kering ke gauge port katub servis kompresor
pada sisi discharge.
57
d) Karena tekanan gas nitrogen yang ada di dalam silinder dapat mencapai
2000 psi pada kondisi suhu ruang maka pemasukan gas nitrogen ke dalam
sistem harus melalui gauge manifold.
e) Setel tekanan regulator pada tabung nitrogen pada posisi 150 psi. Buka shut
off valve pada tabung nitrogen demikian juga hand valve pada service
manifold. Biarkan nitrogen masuk ke dalam sistem hingga tekanan di dalam
sistem naik hingga 150 psi. Kemudian tutup hand valve service manifoldnya.
f) Pukul-pukul dengan tekanan secukupnya dengan menggunakan palu karet
pada setiap sambungan yang ada baik sambungan dengan brazing maupun
sambungan dengan flare nut umtuk memastikan kekuatan sambungan
tersebut.
g) Kemudian lakukan pelacakan kebocoran pada setiap sambungan pipa
dengan teliti secara menyeluruh baik menggunakan alat atau indera kita.
Untuk itu periksa tekanan di alam sistem. Bila tekanan di dalam sistem
cenderung turun, berarti terjadi kebocoran yang cukup serius. Gunakan
pula indera pendengaran untuk mengetahui adanya suara desis yang
ditimbulkan oleh kebocoran sambungan yang serius. Kebocoran yang relatif
lebih kecil, dapat dideteksi dengan mengguakan busa sabun. Bil perlu
campur air sabun dengan cairan gliserin untuk meningkatkan aksi
gelembungnya.
h) Setelah selesai melakukan uji kebocoran, tutup shut off valve pada silinder
nitrogen. Kemudian buang gas nitrogen yang ada di dalam sistem melalui
saluran tengah service manifold.
i) Bila ditemukan kebocoran, perbaiki dahulu kebocoranya dengan mengulang
pekerjaan pemipaannya dan kemudian lakukan pressure test ulang.
j) Bila sistemnya sudah terbebas dari kebocoran, maka isi kan refrigeran ke
dalam sistem hingga 15 psi. Kemudian isikan nitrogen kering ke dalam
sistem hingga tekanan di dalam sistem naik menjadi 150 psi. Kemudian
sekali lagi lakukan uji kebocoran dengan menggunakan peralatan leak
detector.
58
k) Tahap akhir dari pressure test adalah biarkan sistem berada dalam tekanan
150 psi selama 24 jam. Ingat tekanan di dalam sistem dapat berubah dengan
berubahnya suhu ruangannya. Tekanan di dalam sistem dapat berubah
sebesar 3 psi pada perubahan suhu ruangan sebesar 100 F.
2.4.3. Pemeriksaan Tekanan Kondesing
Bila gas refrigeran didinginkan maka akan terjadi perubahan wujud atau
kondensasi ke bentuk liquid. Tetapi yang perlu mendapat perhatian kita adalah
titik suhu embun atau kondensasi gas refrigeran tersebut juga ditentukan oleh
tekanan gasnya. Pada sistem kompresi gas, maka gas refrigeran dari sisi hisap
dikompresi hingga mencapai tekanan discharge pada titik tertentu dengan tujuan
bahwa gas panas lanjut (superheat) tersebut dapat mencapai titik embunnya
dengan pengaruh suhu ambien di sekitarnya. Misalnya almari es. Untuk sistem
yang berskala besar maka untuk mendinginkan gas superheat ini digunakan air
atau campuran air dan udara paksa.
Gas refrigeran yang keluar dari sisi tekan kompresor disalurkan ke
kondenser. Gas tersebut mempunyai suhu dan tekanan tinggi dalam kondisi
superheat. Selanjutnya saat berada di kondenser gas panas lanjut tersebut
mengalami penurunan suhu akibat adanya perbedaan suhu antara gas dan
medium lain yang ada disekitarnya, yang dapat berupa udara atau air. Penurunan
suhu gas refrigeran tersebut diatur sampai mencapai titik embunnya. Akibatnya
refrigerannya akan merubah bentuk dari gas menjadi liquid yang masih
bertekanan tinggi.Dari pengalaman, agar diperoleh performa yang optimal dari
mesin refrigerasi kompresi gas maka suhu kondensasinya diatur agar
mempunyai harga 6 sampai 17 derajad celsius di atas suhu ambien, tergantung
dari suhu evaporasinya. Prosedur pemeriksaan tekanan kondensing:
a. Jalankan unit refrigerasi
b. Setelah 20 menit, amati data pengukuran dan isi data sesuai nilai yang
diperoleh.
c. Lakukan analisa data sesuai prosedur
d. Buat kesimpulan akhir tentang kondisi tekanan kondensing.
59
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Bila suhu kondesing hasil pengukuran sama dengan hasil analisis teoritis
berarti sistemnya normal.
b. Bila suhu kondesing hasil pengukuran lebih kecil daripada hasil analisis teoritis
berarti sistemnya mengalami over condensing.
c. Bila suhu kondesing hasil pengukuran lebih besar daripada hasil analisis
teoritis berarti sistemnya mengalami under condensing
2.4.4. Pengujian Kompresor
Gangguan yang sering timbul pada bagian mekanik kompresor dapat terjadi
pada katub kompresor atau bagian laininya yang berakibat penurunan kapasitas
kompresor atau bahkan gagal bekerja (no capacity). Pada tingkatan yang paling
buruk maka kompresor gagal mengkompresi gas dan tidak terjadi sirkulasi
refrigeran. Evaporator menjadi panas dan kondensernya dingin demikian juga
komsumsi listriknya turun.
Pada tingkatan yang agak ringan kompresor dapat mensirkulasi
refrigeran tetapi tidak dapat mencapai tekanan kondensing yang diharapkan.
Untuk mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada kompresor perlu dilakukan
serangkaian pengujian. Gangguan pada bagian elektrikalnya juga dapat
berpengaruh pada performa kompresor. Misalnya pada motor penggeraknya,
pada sistem startingnya atau pada sistem proteksinya. Hal ini juga memerlukan
serangkaian pengujian. Pengujian kompresor secar mekanik dipusatkan pada
efisiensi kompresi karena melemahnya katub, kebocoran, stuck kompresor dan
pencemaran oli atau kekurangan oli kompresor.
2.5. Menentukan setting superheat sistem Refrigerasi
Pada siklus refrigerasi aktual terjadi deviasi dari siklus refrigerasi yang
sedarhana. Alasan untuk hal ini karena pada siklus refrigerasi sederhana dibuat
beberapa asumsi yang sebenarnya tidak terdapat pada siklus refrigerasi aktual.
Sebagai contoh, pada siklus refrigerasi sederhana penurunan tekanan (pressure
drops) akibat aliran refrigeran yang mengalir pada pipa saluran, evaporator,
60
kondensor dan sebagainya diabaikan. Lebih lanjut pengaruh dari subcooling dan
superheating tidak dipertimbangkan. Begitu juga kerja kompresi oleh kompresor
diasumsikan sebagai proses isentropik. Pada siklus refrigerasi sederhana,
diasumsikan refrigeran uap yang mengalir ke kompresor berada dalam wujud uap
jenuh pada tekanan dan temperatur penguapan. Pada kenyataannya hal ini tidak
selalu benar. Setelah refrigeran cair seluruhnya menguap di evaporator,
kemudian menjadi dingin, biasanya uap jenuh akan terus menyerap kalor dan
akhirnya menjadi uap panas lanjut sebelum ia mencapai kompresor, seperti
ditunjukkan oleh Gambar 85.
Gambar 85. Siklus diagram aliran superheated
Pada siklus refrigerasi aktual terjadi deviasi dari siklus refrigerasi yang
sedarhana. Alasan untuk hal ini karena pada siklus refrigerasi sederhana dibuat
beberapa asumsi yang sebenarnya tidak terdapat pada siklus refrigerasi aktual.
Sebagai contoh, pada siklus refrigerasi sederhana penurunan tekanan (pressure
drops) akibat aliran refrigeran yang mengalir pada pipa saluran, evaporator,
kondensor dan sebagainya diabaikan. Lebih lanjut pengaruh dari subcooling dan
superheating tidak dipertimbangkan. Begitu juga kerja kompresi oleh kompresor
diasumsikan sebagai proses isentropik. Pada siklus refrigerasi sederhana,
diasumsikan refrigeran uap yang mengalir ke kompresor berada dalam wujud uap
jenuh pada tekanan dan temperatur penguapan. Pada kenyataannya hal ini tidak
61
selalu benar. Setelah refrigeran cair seluruhnya menguap di evaporator,
kemudian menjadi dingin, biasanya uap jenuh akan terus menyerap kalor dan
akhirnya menjadi uap panas lanjut sebelum ia mencapai kompresor, seperti
ditunjukkan oleh Gambar 86.
Gambar 86. Ph diagram untuk perbandingan siklus satarusi dengan siklus
superheated
Pada diagram Ph dalam Gambar 86 dilakukan perbandingan antara siklus
saturasi dengan siklus superheated sehingga temperatur uap jenuh sebesar 200 F
berubah menjadi 700 F. Titik A, B, C, D dan E menunjukkan siklus saturasi dan
titik A, B, C’, D’ dan E menunjukkan siklus superheated. Jika penurunan tekanan
refrigeran pada saluran suction diabaikan, ini berarti dapat diasumsikan bahwa
tekanan uap refrigeran konstan selama proses superheating terjadi. Hal ini juga
berarti bahwa setelah superheating, tekanan uap refrigeran di saluran hisap
kompresor sama dengan tekanan penguapan di evaporator. Berdasarkan asumsi
tersebut, titik C’ dapat diletakkan pada Ph diagram dengan mengikuti garis
tekanan konstan dari titik C di mana garis tekanan konstan tersebut akan
berpotongan dengan garis temperatur konstan pada 700 F. Titik D’ dapat
diketahui dengan cara mengikuti garis entropy konstan dari titik C’ hingga
berpotongan dengan garis tekanan konstan yang menunjukkan garis
62
tekanan kondensing. Pada Gambar 86, properties dari uap panas lanjut di titik C’
dan D’ dapat dilihat dalam Ph diagram yaitu sebagai berikut:
Titik C’ :P = 35,75 psia, T = 70 F, v = 1,260 ft3 /lb , h = 88,6 Btu/lb.
Titik D’ :P = 131,6 psia, T = 164 F, v = 0,380 ft3/lb, h = 99,2 Btu/lb.
Pada Ph diagram, proses C – C’ menunjukkan superheating refrigeran uap
dari 200 F menjadi 700 F pada tekanan penguapan dan perbedaan entalpi pada
titik ini adalah jumlah panas yang diperlukan untuk mencapai superheat untuk
setiap pon refrigeran. Berdasarkan hasil perbandingan dari kedua siklus tersebut,
ada beberapa hal yang menarik untuk diamati, yaitu:
a) Panas kompresi untuk siklus superheated lebih besar daripada untuk siklus
saturasi. Untuk siklus superheated panas kompresinya adalah hD’ – hC’ = 99,2
– 88,6 = 10,6 Btu/lb. Sedangkan untuk siklus saturasi panas kompresinya
adalah hD – hC = 90,6 – 80,49 = 10,11 Btu/lb.
b) Untuk temperatur dan tekanan kondensing yang sama, temperatur uap
refrigeran yang keluar dari kompresor untuk siklus superheated lebih tinggi
dari pada untuk siklus saturasi. Pada kasus ini temperaturnya adalah 164 F
untuk siklus superheated dan 112 F untuk siklus saturasi.
c) Untuk suiklus superheated, jumlah panas yang harus dilepaskan oleh
kondensor lebih besar daripada untuk siklus saturasi. Hal ini terjadi karena
adanya tambahan panas yang diserap oleh uap refrigeran sebelum ia
mengalami superheated dan juga karena adanya kenaikan pada panas
kompresi. Untuk siklus superheated, panas yang harus dilepaskan kondensor
adalah hD’ – hA = 99,2 – 31,16 = 68,04 Btu/lb dan untuk siklus saturasi
panas yang harus dilepaskan oleh kondensor adalah hD – hA = 90,6 – 31,16 =
59,44 Btu/lb.
Sebagai catatan juga bahwa tambahan panas yang harus dilepaskan
kondensor pada siklus superheated adalah semuanya panas laten. Jumlah panas
laten yang harus dikeluarkan kondensor adalah sama untuk kedua siklus ini. Ini
berarti bahwa pada siklus superheated, sejumlah panas sensibel yang harus
63
dilepaskan kondensor ke media pendinginnya adalah sebelum proses kondensasi
dimulai.
3. Memelihara Sistem dan instalasi refrigerasi untuk keperluan komersial
3.1. Prosedur pemeliharaan sistem dan Instalasi Refrigerasi untuk keperluan
komersial
Perkembangan Industri Perawatan Berkala dalam 30 tahun terakhir ini
semakin komplek, yang dikarenakan desain dan standar performa suatu industri.
Untuk mekngatasi masalah tersebut diperlukan teknik dan manajemen
perawatan yang lebih baik. Peranan dan tanggung jawab fungsi perawatan
mempunyai pendekatan baru seperti :
Tumbuhnya kesadaran bahwa kerusakan peralatan akan mempengaruhi
keselamatan dan kerusakan lingkungan.
Tumbuhnya kesadaran bahwa prestasi perawatan akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk.
Semakin tinggi tuntutan untuk meningkatkan ketersediaan serta
meminimalkan biaya perawatan.
Sebelumnya praktisi perawatan melakukan pendekatan secara terpisah-
pisah, hali ini dilakukan untuk menghindari kegagalan, tetapi pada saat ini banyak
praktisi perawatan yang sudah melakukan perencanaan strategis, perkembangan
teknologi yang tinggi dalam otomasi dan mekanisasi memberikan kebutuhan
terhadap Perawatan yang berkualitas baik.
Metode Pemeliharaan dan Perawatan Yang Baik
Skema Prosedur Perawatan Terencana
64
Gambar 87. Skema Prosedur Perawatan Terencana
Tabel 4. Laporan Frekuensi perawatan
Maintenance item Frequency
1. Check fan and motor bearings and lubricate, if necessary. Check W
tightness and adjustment of thrust collars on sleeve bearing units
and locking collars on ball bearing unit
2. Check belt tension M
3. Clean strainer. If air is extremely dirty, strainer may need W
frequent cleaning.
4. Check, clean and flush sump, as required M
65
5. Check operating water level in sump, and adjust makeup valve, if W
Required
6. Check water distribution, and clean as necessary W
7. Check bleed water line to ensure it is operative and adequate as W
recommended by manufacturer.
8. Check fans and air inlet screens and remove any dirt ar debris D
9. Inspect unit carefully for general preservation and cleanliness, R
and make any needed repairs immediately
10. Check operation of controls such as modulating capacity control M
Dampers
11. Check operation of freeze controls operation such as pan heaters Y
and their controls.
12. Check the water treatment system for proper operation W
13. Inspect entire evaporative condenser for spot corrosion. Treat and Y
refinish any corroded spot.
D : Perawatan dilakukan setiap hari
W : Perawatan dilakukan dalam jangka 1 minggu
M : Perawatan dilakukan dalam jangka 1 bulan
Y : Perawatan dilakukan dalam jangka 1 tahun
Perawatan terencana yang umum dilakukan pada sistem refrigerasi dan tata
udara:
a) Harian
1) Periksa semua peralatan bebas dari noise dan getaran.
2) Periksa temperatur pada jam 8.00., 12.00 dan 17.00 (tergantung hari
kerja /minimal 3 kali).
3) Periksa tekanan suction, discharge dan tekanan oli.
66
b) Mingguan
1) Periksa sight glass
2) Periksa arus pada semua motor utama.
3) Periksa Air cooled condenser bebas dari kotoran
4) Periksa /bersihkan /ganti filter udara seperlunya.
5) Periksa kondisi grilles.
6) Periksa drain
c) Bulanan
1) Periksa semua kondisi sabuk (tension dan kelurusannya)
2) Periksa level oli
d) Tiga bulanan
1) Periksa water cooled condenser
2) Periksa sirip-sirip heat exchanger
3) Lumasi bearing motor /kipas seperlunya.
4) Periksa kebocoran sistem dengan menggunakan elektronik leak detektor
atau dengan alat lainnya.
5) Bersihkan basin drain
6) Periksa humidifier (jika terpasang) bebas dari lumut
7) Jika diperlukan bersihkan sensor dari thermostat diatas 5 sampai 6
bulanan
8) Aktifkan sensing elemen dari humidistat tipe rambut kerjakan menurut
instruction manualnya (apabila terpasang).
e) Tahunan
1) Periksa semua bearing pada motor /kipas /shaft (kalau perlu diganti)
2) Bersihkan cooling tower, kondenser, kalau perlu di cat ulang. Ganti water
treatment chemical (apabilamenggunakannya).
3) Periksa semua operating dan safety control terutama settingnya.
67
3.2. Jenis-jenis gangguan unit Refrigerasi komersial
Gangguan mekanik merupakan gangguan yang biasa terjadi pada bagian
mekanik dan instalasi dari sistem refrigerasi. Sedangkan gangguan kelistrikan
merupakan gangguan biasa terjadi pada bagian daya/ sumber listrik dan bagian
kontrol dari sistem refrigerasi. Permasalahan utama dan gangguan yang timbul
dalam sistem refrigerasi komersial adalah:
3.2.1. Uap Air
Permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh uap air antara lain:
a. Uap air dapat mengalami pembekuan pada celah kecil di katup yang
memungkinkan akan menutup aliran refrigeran.
b. Uap air juga dapat menimbulkan korosi. Refrigeran (chlorine) yang terhidrolasi
dengan air sehingga membentuk asam hidrochoric dan akan menimbulkan
korosi dari korosi ini akan membentuk lumpur (sludge) yang akan menyumbat
katup ekspansi, pipa kapiler, saringan.
c. Uap air berubah menjadi asam lalu beremulsi dengan pelumas dan akan
menimbulkan efek oil slugging.
3.2.2. Gas Iner
Gas selain refrigeran tidak dapat berkondensasi di kondenser, sehingga
dapat menaikkan tekanan discharge diatas normal. Gas iner yang dimaksud
antara lain: Nitrogen, Oksigen, Karbondiaksida, Karbonmonoksida, Methana,
Hidrogen. Gas tersebut masuk ke dalam sistem karena :
1) Kurang sempurnanya proses vakum
2) Adanya kebocoran
3) Manifold gauge set tidak di “purge” dulu saat proses pengisian
3.2.3. Kontaminasi
Kontaminasi atau kotoran dalam sistem terjadi karena :
1) Adanya serpihan logam pada saat proses flaring, swaging, cutting ataupun
reaming.
2) Kerak akibat proses pengelasan.
3) Debu yang masuk pada saat instalasi – Karat.
68
3.2.4. Kebocoran sistem
Kebocoran sistem dapat diakibatkan oleh :
1) Proses penyambungan pipa (nut, las) kurang baik
2) Adanya getaran / vibrasi yang berlebihan
3) Proses pemuaian / penyusutan
4) Kerusakan karena pemakaian
3.2.5. Sistem Kelistrikan/Kontrol
Kerusakan pada sistem elektrik dapat terjadi karena:
1) kumparan motor terbakar,
2) relay starting rusak,
3) thermostat rusak,
4) internal protector rusak
5) kerusakan pada tranformatornya.
3.3. Merawat alat penukar kalor dan kompresor sistem Refrigerasi komersial
Klasifikasi heat exchanger ada dua :
a. Berdasarkan tipe aliran. Berdasarkan tipe aliran ada 2 : Aliran parallel dan
Aliran tabrakan.
b. Berdasarkan tipe bentuk. Berdasarkan tipe konstruksi ada 3 : Coil heat
exchanger, plate heat exchanger, shell-and-tube heat exchanger.
Proses perpindahan panas bergantung seluruhnya pada konduktifitas termal
dari fluida untuk perpindahan panas dari dalam aliran ke dinding exchanger,
dimana:
Aliran turbulen lebih baik dalam perpindahan panasnya karena fliuda
bercampur.
Aliran laminar, proses perpindahan panas bergantung seluruhnya pada
konduktifitas termal dari fluida untuk perpindahan panas dari dalam aliran
ke dinding exchanger.
Aliran laminar menghasilkan kerugian kecil, yang hasilnya berbanding lurus
dengan kenaikan kecepatan. contohnya : dua kali lipat kecepatan aliran,
menggandakan kehilangan tekanan.
69
Panas yang dipindahkan ke fluida dingin harus sama dengan perpindahan
panas dari fluida panas. Efektivitas adalah perbandingan aktual panas yang
ditransfer ke panas yang bisa ditransfer oleh penukar kalor dengan ukuran tak
terbatas. Efektivitas adalah cara terbaik untuk membandingkan berbagai jenis
penukar kalor. Contohnya:
Gambar 88. Aliran Fluida Panas
Pada gambar 88 menunjukkan aliran fluida panas yang didinginkan oleh aliran
fluida dingin dengann heat exchanger tipe counterflow, dimana:
Aliran panas keluar dari heat exchanger harus lebih hangat dari suhu inlet
aliran dingin.
Aliran dingin yang keluar dari heat exchanger harus lebih dingin dari suhu
inlet aliran panas.
Dalam sebuah penukar panas yang ideal, dengan = 1, keluar suhu aliran
panas yang sama dengan yang masuk suhu aliran dingin.
Contoh Soal:
Tujuh ratus lima puluh lb daging ungas bertemperatur 40 0F didinginkan dan
kemudian dibekukan sampai temperatur - 5 0F dalam waktu 12 jam kerja. Carilah
jumlah beban panas tiap-tiap jam kerja.
Penyelesaian :
Dari tabel didapat :
70
Panas jenis di atas temperatur beku = 0,79 BTU/lb/ 0F
Panas jenis di baeah temperatur beku = 0,37 BTU/lb/0F
Panas laten = 106 BTU/lb
Temperatur bekunya (freezing point) = 27 0F
Maka jumlah beban panasnya sebagai berikut :
a. Di atas temperatur bekunya = 750 x 0,79 x (40 – 27)
= 7702,5 BTU
b. Di bawah temperatur bekunya = 750 x 0,37 x ( 27 – (-5)
= 8880 BTU
c. Panas latennya = 750 x 106
= 79500 BTU
Jumlah total panas dari produk: 7702,5 + 8880 + 79500 = 96082,5 BTU
Jadi beban panas produk tiap jam kerja adalah sebesar :
Q =
= 192165 BTU/ jam kerja
D. Referensi
Althouse, Turnquist, Bracciano. (2003). Modern Refrigeration & Air Conditioning,
Instructor Manual with answer Key. USA: The Goodheard-Willcox
Company.
Hasan Samsuri, Dkk. (2008). Sistem Refigerasi dan Tata Udara Jilid 2. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMK.
Windy H, Apip B, Tandi S. (2008). Panduan Pratikum Instalasi Sistem Refrigerasi.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
......................... (2013). Sistem dan Instalasi Refrigerasi 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.
71
......................... (2013). Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.
......................... (2013). Sistem dan Instalasi Tata Udara Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.