bab iv penyajian dan analisis data a. gambaran umum …digilib.uinsby.ac.id/409/7/bab 4.pdf ·...

25
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya 1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya. Berdasarkan catatan historis Rumah tahanan kelas I Surabaya didirikan pada tahun 1918, pada waktu itu masih bernama penjara karena merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda, dimana maksud dan tujuannya adalah tempat untuk memenjarakan orang-orang yang melanggar terhadap peraturan kolonial Belanda. Nama ini berlaku sampai Tahun 1964 dan setelah itu berubah menjadi rumah tahanan, perubahan ini terjadi setelah diadakannya kongres di Bandung, yang menghasilkan Instruksi Kepala Direktorat Pemasyarakatan Nomor J. H. G. 8/506 tanggal 17 juni 1964. Dalam sejarahnya Rumah tahanan Kelas I Surabaya merupakan tempat tahanan karena pada waktu itu belum dikenal adanya rumah tahanan yang kemudian pada zaman kolonial Belanda digunakan untuk mendidik para narapidana yang melakukan tindak pidana. Namun dalam perkembangannya lembaga tersebut lebih difungsikan untuk menahan para pejuang yang menurut pemerintah Hindia Belanda dianggap sebagai penjahat. Pada tahun 1945, tepatnya setelah hari kemerdekaan bangsa Indonesia terjadi perubahan kekuasaan dari pemerintah Belanda ke pemerintah Republik Indonesia yang didalamnya terjadi juga pengalihan aset-aset dan gedung-gedung yang semula dikuasai oleh pemerintah 67

Upload: others

Post on 09-Mar-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

67

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya

1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya.

Berdasarkan catatan historis Rumah tahanan kelas I Surabaya

didirikan pada tahun 1918, pada waktu itu masih bernama penjara karena

merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda, dimana maksud dan

tujuannya adalah tempat untuk memenjarakan orang-orang yang

melanggar terhadap peraturan kolonial Belanda. Nama ini berlaku sampai

Tahun 1964 dan setelah itu berubah menjadi rumah tahanan, perubahan ini

terjadi setelah diadakannya kongres di Bandung, yang menghasilkan

Instruksi Kepala Direktorat Pemasyarakatan Nomor J. H. G. 8/506 tanggal

17 juni 1964.

Dalam sejarahnya Rumah tahanan Kelas I Surabaya merupakan

tempat tahanan karena pada waktu itu belum dikenal adanya rumah

tahanan yang kemudian pada zaman kolonial Belanda digunakan untuk

mendidik para narapidana yang melakukan tindak pidana. Namun dalam

perkembangannya lembaga tersebut lebih difungsikan untuk menahan para

pejuang yang menurut pemerintah Hindia Belanda dianggap sebagai

penjahat.

Pada tahun 1945, tepatnya setelah hari kemerdekaan bangsa

Indonesia terjadi perubahan kekuasaan dari pemerintah Belanda ke

pemerintah Republik Indonesia yang didalamnya terjadi juga pengalihan

aset-aset dan gedung-gedung yang semula dikuasai oleh pemerintah

67

68

kolonial Belanda secara bertahap dialihkan ke pemrintah Republik

Indonesia termasuk salah satunya Rumah tahanan Kelas I Surabaya.

Sampai saat ini Rumah tahanan tersebut tetap digunakan untuk mendidik

para narapidana yang melakukan tindak pidana sehingga memahami akan

perbuatannya yang melanggar perundang-undangan.

2. Letak Geografis dan kondisi fisik Bangunan

Rumah tahanan kelas I Surabaya terletak dikawasan kota Surabaya

tepatnya di jalan Asahan No. 7, sebelah selatan Perumahan Dinas Rumah

tahanan, sebelah utara jalan Indragiri, dan sebelah timur jalan raya. Corak

bangunan Rumah tahanan kelas I Surabaya tersebut sudah mengalami

beberapa renofasi dan penambahan bangunan.

Rumah tahanan kelas I Surabaya dibangun di atas tanah seluas 5,6

hektar dengan daya tampung atau kapasitas sebesar kurang lebih 936

orang, sedangkan pada saat pendampingan tepatnya mei 2013, jumlah

narapidana yang menjalani masa pidana di Rumah tahanan kelas I

Surabaya sudah mencapai 1.661 orang.49

Hal ini menunjukkan bahwa

jumlah narapidana di Rumah tahanan kelas I Surabaya melebihi kapasitas

yang ada, sehingga membutuhkan pembinaan dan pengawasan yang ketat.

Dalam rangka menjaga dan meningkatkan keamanan, bangunan Rumah

Tahanan ini dibatasi oleh dua buah dinding, dimana dinding dalam

setinggi 5 meter, dan dinding luar setinggi 7 meter, dan diatas dinding

tersebut terdapat kawat berduri yang dialiri listrik, bahkan jarak antar

dinding-dinding tersebut kurang lebih 10 meter, jarak antar dinding

49

Hasil wawancara Bagian Regristrasi Lembaga Permasyarakatan pada tanggal 24 Mei

2013

69

tersebut dimanfaatkan sebagai areal pertanian. Untuk dinding luar masih

dikelilingi pagar kawat dan setiap sudut bangunan terdapat pos-pos

pengawasan yang disebut pos bawah dan pos atas.

Rumah tahanan diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas yaitu :

a. Rumah tahanan kelas I

b. Rumah tahanan kelas I A

c. Lemabaga Pemasyarakatan kelas I A, II A, II B

Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas tempat kedudukan,

dan kegiatan kerja. Rumah tahanan kelas I A berkapasitas 1000 orang

keatas, kelas II A kapasitasnya 500-1000 dan kelas II B kapasitas kurang

lebih 500-1 orang, jadi berdasarkan hal diatas, rumah tahanan yang

bertenpat di Medaeng Surabaya tergolong kelas I, karena secara terperinci

jumlah narapidana yang menempati rumah tahanan kelas I Surabaya pada

bulan mei 2013 sudah mencapai 1.661 orang.

Di dalam Rumah tahanan kelas I Surabaya, juga terdapat bangunan

dan beberapa sarana yang merupakan faktor penunjang dalam proses

pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan terhadap warga binaan

(Narapidana), diantaranya:

a. Perkantoran

b. Rumah sakit

c. Dapur

d. Ruang sarana kerja

e. Bangunan Ibadah (Masjid, Gereja, dan Pura)

70

f. Sarana olahraga, antara lain; aula untuk badminton, lapangan

tenis, lapangan Volley-ball, lapangan sepak bola, lapangan

basket (namun hanya setengah lapangan saja), ruangan tenis

meja.

g. Blok-blok hunian warga binaan.

Untuk merealisasikan apa yang merupakan hak dari

narapidana, dalam kaitannya dengan tempat tinggal yang layak,

maka di Rumah tahanan kelas I Surabaya menyediakan XXII (22)

blok sebagai tempat tinggal, dengan klasifikasi penghuninya

sebagai berikut:

a) Blok I dan II, dipergunakan untuk orang tahanan (OT)

atau rumah tahanan. Untuk blok I terdapat 12 kamar

dan kapasitas kamar untuk 30 tahanan, sedangkan untuk

blok II terdapat 3 kamar dan kapasitas kamar secara

keseluruhan untuk 100 tahanan.

b) Blok III, dipergunakan untuk tahanan anak dan

narapidana anak. Blok III terdapat 2 kamar dan

kapasitas satu kamar untuk 15 anak.

c) Blok IV dipergunakan untuk warga binaan baru untuk

kasus narkoba atau narkoba pemula. Blok IV terdapat 2

kamar dan kapasitas satu kamar empat orang.

d) Blok V dipergunakan untuk narapidana narkoba. Blok

V terdapat 3 kamar dan kapasitas kamar untuk 25

orang.

71

e) Blok VI dipergunakan untuk narapidana recidive / blok

“R”. Blok VI terdapat 4 kamar dan kapasitas satu kamar

untuk 15 orang.

f) Blok VII dipergunakan untuk pelayan KPLP. Blok VII

terdapat 4 kamar dan kapasitas satu kamar untuk 2

orang.

g) Blok VIII & XI dipergunakan untuk warga binaan yang

menjalani hukuman pidananya diatas 2 tahun. Blok VIII

terdapat 15 kamar dan kapasitas satu kamar untuk 15

orang, dan blok XI sama dengan blok 8 yang juga

terdapat 15 kamar dan kapasitas kamar untuk 15 orang.

h) Blok IX & X dipergunakan untuk warga binaan yang

mempunyai status. Contoh ; Pemuka (pemimpin

disetiap blok), tamping, pelayan. Blok IX terdapat 10

kamar dan kapasitas satu kamar untuk 5 orang, dan blok

X sama dengan blok IX yang juga terdapat 10 kamar

dan kapasitas satu kamar untuk 5 orang.

i) Blok XII dan Blok XIII dipergunakan untuk narapidana

yang melakukan pelanggaran, blok tersebut juga dapat

digunakan sebagai ruang isolasi atau karantina ini61

dikhususkan tahanan baru (relas) sebagai sterilisasi dari

penyakit yang dapat merugikan narapidana lainnya,

blok XII dan blok XIII dapat dikatakan sebagai ruang

sunyi atau sel. Blok XII terdapat 20 kamar dan

72

kapasitas satu kamar berukuran 2x2 meter dan untuk 1

orang, dan apabila blok XII penuh maka satu kamar

bisa mencapai 2-3 orang. Sedangkan Blok XIII terdapat

15 kamar dan kapasitas satu kamar untuk 2 orang.

j) Blok XIV dipergunakan untuk warga binaan yang

pekerja dan narapidana yang mengikuti kegiatan

sekolah. Blok XIV terdapat 12 kamar.

k) Blok XV & XVIII dipergunakan untuk menyimpan

sarana kerja (gudang).

l) Blok XVI dipergunakan untuk karantina dan narapidana

yang masa pidananya di bawah 2 tahun. Blok XVI

terdapat 12 kamar dan kapasitas satu kamar untuk 26

orang.

m) Blok XVII dipergunakan untuk warga binaan yang

usianya diatas 40 tahun (Lansia), dan satu blok

berkapasitas 157 orang, dengan satu kamar yang

berbentuk semacam aula.

n) Blok XIX & XX dipergunakan untuk warga binaan

yang bekerja kebersihan dan yang bekerja di luar rumah

tahanan. Blok tersebut terdiri dari 15 kamar dan satu

kamar berkapasitas untuk 2 orang.

o) Blok XXI dan blok XXII dipergunakan untuk warga

binaan yang bekerja di dapur. Blok XXI terdiri dari 15

kamar dan satu kamar berkapasitas 2 orang, sedangkan

73

Blok XXII tersebut juga memiliki 15 kamar dan satu

kamar berkapasitas untuk 2 orang.

h. Fasilitas-fasilitas lain diantaranya; ruang makan, ruang

pertemuan, ruang perpustakaan, ruang belajar (sekolah) dan

sarana lainnya yang menunjang dalam proses pembinaan dan

pelatihan narapidana di rumah tahanan kelas I Surabaya.

Menurut Hariyono dalam sistem pemasyarakatan, warga binaan

(narapidana), harus tetap mendapatkan hak-haknya yang

tentunya diatur sesuai dengan undang-undang yakni hak

keperdataan (makan, tempat tidur, rekreasi, dll). Pelaksanaan

sistem pembinaan dan pelatihan harus berdasarkan nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam pancasila.50

Selama dalam pelaksanaan tehnik pemasyarakatan, Rumah tahanan

kelas I Surabaya yang menampung, merawat, dan membina narapidana

atau peserta didik di dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan sistem

pemasyarakatan, yaitu suatu sistem pembinaan narapidana yang mengacu

pada falsafah Pancasila dimana selain mereka diperlakukan sebagai

individu juga diperlakukan sebagai anggota masyarakat. Artinya di dalam

pembinaan para narapidana tersebut tidak bisa dipisahkan hubungannya

dengan masyarakat dan tidak lepas dari tanggung jawab mereka terhadap

pembinaan pelatihan yang dilakukan.

3. Struktur Organisasi Rumah tahanan kelas I Surabaya

50

Hasil wawancara dengan Hariyono, SH, Wakasi Bimpas Rumah tahanan kelas I

Surabaya, tanggal 17 Mei 2013

74

Rumah tahanan kelas I Surabaya merupakan unit pelaksanaan

teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat, membina warga

binaan (narapidana). Agar dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut maka

petugas pemasyarakatan selayaknya harus memahami mekanisme kerja

sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga dapat menjalankan

tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Penulis akan memberikan

gambaran tentang struktur Rumah tahanan kelas I Surabaya melalui bagan

berikut ini:

75

Bagan I

Struktur Organisasi

Rumah Tahanan Kelas I Surabaya

Sumber : Data Sekunder, 2013

KABAG. TATA USAHA JJ

KASI

REGRISTASI

KASI PENGELOLAHAN HASIL KERJA

KASI

KEAMANAN

KASI PERAWATAN

KASUB BAG

KEPEGAWAIAN

KASUB BAG

UMUM

KABID PEBINAAN

NAPI

KASUB BAG

KEUAcfggNG

AN

KABID. ADM.

KAMTIB

KABID. KEGIATAN

KERJA

KASI BIMKES

KASI SARANA

KERJA

KASI

BIMBINGAN

KABID. ADM.

KAMTIB

KEPALA

KEPALA KPRT KABAG. TATA USAHA

KASUB BAG

UMUM

KASUB BAG

KEUANGAN

KASUB BAG

KEPEGAWAIAN

KABID

PEMBINAAN NAPI

KABID. ADM.

KAMTIB

KABID.

KEGIATAN KERJA

KASI

KEAMANAN

KABID. ADM.

KAMTIB

KASI BIMKES

KASI PERAWATAN

KASI PENGELOLAHAN HASIL KERJA

KASI

BIMBINGAN

KASI

REGRISTASI

KASI SARANA

KERJA

76

4. Tugas dan Fungsi Para Pegawai Rumah tahanan

a. Kepala rumah tahanan Bertugas memimpin secara keseluruhan

terhadap bagian atau seksi yang ada dalam lingkup organisasi rumah

tahanan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan di

rumah tahanan kelas I Surabaya.

b. Bagian tata usaha Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah

tangga rumah tahanan kelas I Surabaya. Bagian tata usaha terdiri atas:

a) Sub. Bagian Kepegawaian Bertugas melakukan urusan

kepegawaian

b) Sub. Bagaian Keuangan Bertugas melakukan urusan keuangan

c) Sub. Bagian Umum Bertugas melakukan urusan surat

menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

c. Bidang pembinaan narapidana Bertugas melakukan pembinaan

narapidana. Bidang pembinaan terdiri atas:

a) Seksi registrasi Bertugas melakukan pencatatan dan membuat

statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana.

b) Seksi Bimbingan Pemasyarakatan Bertugas memberikan

bimbingan, pelatihan dan penyuluhan rohani serta memberikan

latihan olahraga, peningkatan pengetahuan, asimilasi, cuti dan

pelepasan bersyarat narapidana. Dalam melaksanakan tugas

pembinaan seksi bimbingan pemasyarakatan dibagi menjadi:

1) Seksi bimbingan agama islam

2) Seksi bimbingan agama kristen dan katolik

3) Seksi bimbingan agama hindu dan budha

77

4) Seksi bimbingan kemasyarakatan sosial

5) Seksi bimbingan pengetahuan dan keterampilan umum

6) Seksi bimbingan olahraga dan kesenian

c) Seksi Perawatan Narapidana Bertugas mengurus kesehatan dan

memberikan perawatan bagi narapidana

d. Bidang kegiatan kerja Bertugas memberikan bimbingan kerja,

mempersiapkan sarana kerja dan mengolah hasil kerja. Bidang

kegiatan kerja terdiri atas:

a) Seksi bimbingan kerja Bertugas memberikan petunjuk dan

membimbing kerja bagi narapidana

b) Seksi sarana kerja Bertugas mempersiapkan fasilitas dan sarana

kerja

c) Seksi pengolahan hasil kerja Bertugas mengelolah hasil kerja

dan pemasarannya

e. Bidang administrasi keamanan dan tata tertib Bertugas mengatur

jadwal petugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas

pengamanan, penerimaan laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang

keamanan dan menegakkan tata tertib. Bidang administrasi keamanan

tata tertib terdiri atas:

a) Seksi keamanan Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan

perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan

78

b) Seksi pelaporan dan tata tertib Bertugas menerima laporan

harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas

serta mempersiapkan laporan berkala dibidang keamanan

f. Kesatuan pengamanan Rumah tahanan (KPRT) Bertugas menjaga

keamanan dan ketertiban di Rumah tahanan kelas I Surabaya

5. Tim Pengamat Pemasyarakatan

a. Tim pengamat pemasyarakatan terdiri dari pejabat-pejabat rumah

tahanan, balai pemasyarakatan, atau pejabat terkait lainnya.51

Tim

pengamat pemasyarakatan di rumah tahanan bertugas memberikan

saran serta pertimbangan kepada kepala rumah tahanan mengenai:

a) Bentuk dan program pembinaan dan pelatihan narapiadana atau

anak didik pemasyarakatan.

b) Penilaian atau evaluasi terhadap pelaksanaan terhadap program

pembinaan dan pelatihan narapidana atau anak didik

pemasyarakatan.

c) Menerima keluhan dari narapidana atau anak didik

pemasyarakatan.

d) Pelanggaran ketertiban oleh narapidana atau anak didik

pemasyarakatan agar diambil tindakan tepat dan masalah lain

yang muncul dalam proses pembinaan narapidana atau anak

didik pemasyarakatan.

b. Pelaksanaan tugas tim pengamat pemasyarakatan berperan dalam hal:

a) Membuat perencanaan persidangan.

51

Wawancara dengan hariyono, bimbingan pemasyarakatan rumah tahanan kelas I

surabaya, tanggal 19 Mei 2013

79

b) Melakukan tertib administrasi persidangan, inventarisasi

dan dokumentasi.

c) Membuat rekomendasi dan risalah sidang tim pengamat

pemasyarakatan kepada kepala rumah tahanan.

d) Memantau pelaksanaan pembinaan narapidana/anak didik

pemasyarakatan.

c. Wali narapidana atau anak didik pemasyarakatan adalah petugas

pemasyarakatan yang mengamati, menangani dan mendampingi secara

langsung dan khusus dalam hal pembinaan narapidana atau anak didik

pemasyarakatan.

d. Penunjukan wali disesuaikan dengan tingkat pendidikan narapidana

dan anak didik pemasyarakatan yang akan menjadi walinya.

6. Petugas Pemasyarakatan

Dalam melaksanakan proses pembinaan narapidana, pegawai atau

petugas pemasyarakatan merupakan salah satu unsur penting. Pegawai

tersebut harus memiliki kemampuan, khususnya dibidang keterampilan

dan kemasyarakatan dan didukung oleh tingkat pendidikian yang dimiliki

oleh masing-masing petugas tersebut. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan untuk mengarahkan narapidana berdasarkan tujuan dari

sistem pemasyarakatan. Berikut gambaran tentang keadaan petugas di

rumah tahanan kelas I Surabaya, berdasarkan:52

52

Hasil diskusi pada bagian kepegawaian Rumah tahanan Kelas I Surabaya, tanggal 21

Mei 2013.

80

Tabel 5

Keadaan Petugas Berdasarkan Golongan dan Pendidikan

Jumlah Pendidikan

No Pangkat Gol L W SD SLT

P

SMA S1/S2

1 Pembina tingkat 1 Iv/c 1 - - - - - 1

2 Pembina IV/b 4 1 - - - 1 4

3 Penata tingkat 1 IV/b 23 7 - - - 29 1

4 Penata IV/a 26 8 - - - 34 -

5 Penata muda 1 III/c 39 16 - - - 55 -

6 Penata muda III/b 27 6 - - - 33 -

7 Pengatur tingkat 1 III/b 19 - - - - 19 -

8 pengatur III/a 18 7 - - 2 23 -

9 Pengatur muda 1 II/b 22 2 - - 5 19 -

10 Pengatur muda II/b 25 4 - - 13 16 -

11 Juru tingkat 1 II/a 14 8 - - 19 3 -

12 Juru II/a 9 2 - - 11 - -

13 Juru muda 1 II/a 4 - - 1 3 - -

14 Juru Muda I/d 3 - - 1 2 - -

JUMLAH 234 61 2 55 232 6

Sumber:Data sekunder,2013

81

Tingkat pendidikan pegawai Rumah tahanan kelas I Surabaya yang

paling banyak adalah sarjana, sedangkan pendidikan yang pling sedikit

adalah SLTP hanya dua orang. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat

pendidikan yang dimiliki pegawai rumah tahanan seharusnya dapat lebih

optimal lagi dalam memberikan pembinaan kepada warga binaan rumah

tahanan kelas I Surabaya, bukan sebaliknya yaitu seperti yang terjadi pada

saat sekarang ini bahwa pembinaan yang diberikan lebih cenderung

memakai cara ilegal dan kekerasan bukan pemasyarakatan.

7. Keadaan Penghuni

Tidak semua yang menempati lembaga pemasyaraktan adalah

narapidana, tetapi ada juga yang berstatus sebagai tahanan, yang dimaksud

dengan tahanan adalah terdakwa yang dititipkan di rumah tahanan untuk

kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam proses

persidangan di pengadilan.53

Khusus narapidana yang keluar masuk Rumah Tahanan sendiri

yang ada di rumah tahanan kelas I Surabaya jumlahnya per mei tahun

2013 saja sudah mencapai 81 orang baik yang sudah berstatus tahanan

maupun yang berstatus narapidana, berbeda dengan jumlah narapidana

yang diterima rumah tahanan kelas I Surabaya pada tahun 2011 yang

menerima 98 narapidana yang sudah pernah mendapatkan binaan dan

keterampilan. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadinya penurunan

angka jumlah narapidana yang diterima antara tahun 2011 dan tahun 2013,

walaupun penurunannya tidak begitu banyak setidaknya hal tersebut

53

Wawancara dengan Hariyono, bimbingan pemasyarakatan rumah tahanan kelas I

Surabaya, tanggal 21 Mei 2013.

82

menunjukkan bahwa rumah tahanan kelas I Surabaya sudah berhasil dan

melaksanakan secara optimal dalam memberikan pembinaan dan pelatihan

bagi warga binaannya.54

Apabila terjadi residivis itu bukanlah suatu hal yang dapat

menunjukkan berhasil atau tidaknya pembinaan yang diberikan, karena hal

tersebut juga harus didukung oleh tindakan yang harus dilakukan oleh

masyarakat umum dan kesadaran diri narapidana itu sendiri. Sehingga

dapat dikatakan, bahwa terjadinya kembali residivis itu lebih banyak

karena faktor diri narapidana itu sendiri dan faktor masyarakat

sekitarnya.55

Dari hasil wawancara bahwa dilihat dari faktor penyebabnya

seorang bekas narapidana melakukan kembali perbuatannya yaitu karena

faktor ekonomi dan kejiwaan (mental) narapidana tersebut, namun bila

dilihat dari segi pendidikan bahwa faktor penyebab seorang bekas

narapidana dapat melakukan kembali kejahatannya dapat juga karena

rendahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki narapidana tersebut. Hal ini

dapat dilihat pada tabel di atas bahwa narapidana yang paling sering

mengulangi kejahatannya yaitu berpendidikan SD, sehingga faktor

intelektual juga dapat menjadi penyebab terjadinya seorang bekas

narapidana mengulangi kembali kejahatannya sehingga menjadi tahanan.

54

Hasil wawancara dengan Rozak, bimpas rumah tahanan kelas I Surabaya, tanggal 22

Mei 2013 55

Hasil wawancara pada bagian registrasi, rumah tahanan kelas I Surabaya, tanggal 4 Mei

2013

83

B. Analisis Problematik

1. Kendala yang dihadapi Rumah tahanan dalam melakukan pembinaan dan

pemberdayaan Narapidana.

Dalam melaksanakan proses pembinaan terhadap narapidana

terdapat hambatan atau kendala yang harus diatasi oleh petugas atau

pembina Pemasyarakatan. Hambatan atau kendala dalam pembinaan

narapidana adalah Rumah tahanan ini merupakan rumah tahanan Kelas I,

yang menampung dan membina narapidana yang berasal dari berbagai

latar-belakang budaya dan etnis yang berbeda (Jawa, Kalimantan, Madura,

dan lain-lain), yang menjadi persoalannya adalah setiap narapidana masih

terpola dengan adat dan kebudayaan yang dimilikinya, baik dalam

berbahasa, berfikir, dan bertingkah-laku. Hal ini bukanlah suatu persoalan

yang mudah bagi petugas atau pembina Pemasyarakatan dalam membina

dan mengarahkan narapidana.56

Jumlah warga binaan (narapidana) yang

melebihi kapasitas akan membawa dampak yang tidak baik dalam

pelaksanaan pembinaan narapidana.

Sebenarnya hambatan yang sampai saat ini dirasakan masih sulit

untuk diatasi adalah masih kurangnya minat narapidana untuk mengikuti

setiap pembinaan yang diberikan khususnya dalam pembinaan pendidikan

(intelektual), dimana pembinaan tersebut sangat penting dan berguna bila

warga binaan bebas nanti.

Menurut Hanafi pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakat

sebenarnya sudah cukup baik dan bermanfaat sekali bagi warga binaan di

56

Wawancara dengan Hariyono, bimbingan pemasyarakatan rumah tahanan kelas I

Surabaya, tanggal 9 Juni 2013.

84

Rumah tahanan tersebut. Walaupun terkadang masih adanya sedikit

kekurangan dalam pelaksanaan tersebut, namun kekurangan tersebut

hanya sebatas fasilitas saja dan masih bisa diatasi sedikit demi sedikit.

Tetapi faktor utama adalah kurangnya perhatian dari keluarga, tidak

adanya modal setelah bebas, mengalami depresi atau tekanan batin dari

lingkungan sekitar, faktor pergaulan, dan karena memang bawaan sifat

narapidana itu sendiri. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi di

beberapa bidang pembinaan adalah sebagai berikut:

a. Hambatan dibidang pembinaan intelektual

Salah satu faktor penyebab timbulnya kejahatan adalah

rendahnya sumber daya manusia. Faktanya, sebagian besar

narapidana masih berpendidikan rendah, bahkan masih ada

yang tergolong buta huruf. Untuk itu program pendidikan

mendapat prioritas dalam pembinaan yang diterapkan di rumah

tahanan. Adapun hambatan yang dialami di bidang pembinaan

intelektual, diantaranya:

1) Kurangnya fasilitas dalam proses belajar mengajar

(buku dan alat-alat tulis).

2) Kurangnya tenaga profesional (guru) yang mengajar

di lembaga pemasyarakatan.

3) Belum tersedianya dana atau bantuan dari pemerintah

khususnya perlengkapan perpustakaan yang sebagai

salah satu sarana dalam membangkitkan minat baca

85

dan meningkatkan pengetahuan narapidana secara

konsisten.

4) Perpustakaan masih menyediakan sumber bacaan

(buku, majalah) dalam jumlah yang terbatas.

Hambatan-hambatan tersebut dapat mengakibatkan

turunnya minat atau kemauan dari narapidana untuk

mengenyam pendidikan dan pembelajaran di rumah

tahanan, namun dari pengakuan salah satu warga

binaan yang mengatakan bahwa ada satu lagi faktor

lain yang menyebabkan kurangnya minat warga

binaan untuk mengikuti pendidikan tersebut yaitu

kurangnya sosialisasi petugas pembinaan dalam

menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya

program pendidikan tersebut kepada warga binaan

sehingga warga binaan merasa yakin bahwa dengan

mengikuti pendidikan tersebut dapat memberikan

manfaat untuk dirinya dan masa depannya setelah

bebas nanti.

b. Kendala di bidang keterampilan dan Kerja

Banyak narapidana yang masuk ke rumah tahanan,

tergolong tidak memiliki keterampilan khusus. Dalam hal ini

lembaga pemasyarakatan berkewajiban untuk mendidik

narapidana agar menjadi manusia yang terampil dan mandiri,

namun dalam prosesnya dirasakan masih kurangnya peralatan

86

dan bahan-bahan serta tenaga pengajar yang diperlukan dalam

mendidik keterampilan narapidana, selain itu tidak semua

warga binaan dapat mengikuti pendidikan keterampilan

tersebut karena hanya warga binaan yang memiliki minat dan

bakat dasar dalam membuat keterampilan saja yang bisa

mengikuti program tersebut. Sehingga program tersebut tidak

dapat dijalankan secara merata kepada warga binaan rumah

tahanan kelas I Surabaya.

Persoalan mengenai pemasaran hasil kerja (karya) dari

narapidana merupakan kendala yang dialami di bidang ini.

Banyak hasil karya dari narapidana yang tidak habis terjual di

pasaran. Dampaknya, akan mengurangi minat kerja narapidana

dikemudian hari karena merasa bahwa bimbingan kerja

tersebut tidak memberikan manfaat yang maksimal dalam

memenuhi kebutuhan narapidana.

c. Kendala asimilasi

Masih adanya pandangan negatif masyarakat terhadap

narapidana sehingga, menimbulkan rasa rendah diri pada

narapidana dalam berinteraksi dengan masyarakat. Berbagai

upaya harus ditempuh oleh petugas atau pembina

pemasyarakatan, agar mengembalikan citra narapidana sebagai

manusia seutuhnya di tengah masyarakat.

Sikap masyarakat yang seolah memberikan label negatif

sangat diarasakan oleh para narapidana sebagai sebuah hinaan

87

yang luar biasa. Seakan tidak ada lagi kesempatan untuk

memperbaiki citra diri dan kondisi. Masyarakat tetap

menganggap bekas narapidana bukan lebih baik, malah

sebaliknya. Hal ini terlihat manakala terjadi suatu tindak

pidana, maka yang lebih dicurigai sebagai pelaku adalah bekas

narapidana. Penolakan terhadap bekas narapidana memberikan

kesan bahwa masyarakat ternyata tidak mampu merespon

untuk membina bekas narapidana. Seharusnya sikap positif

masyarakat terhadap mantan narapidana perlu ditingkatkan

agar mantan narapidana dapat hidup bermasyarakat dengan

baik.57

2. Upaya Untuk Mengatasi berbagai Kendala

Dari hasil pendampingan yang dilakukan, berbagai cara yang

ditempuh oleh petugas atau pembina pemasyarakatan dalam mengatasi

hambatan atau kendala yang muncul dalam proses pembinaan dan

pemberdayaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengatasi keanekaragaman etnis atau budaya di

kalangan narapidana, petugas pemasyarakatan dalam membina,

memberdayakan atau mendidik narapidana menggunakan

metode pendekatan humanistik (manusiawi). Pendekatan yang

dimaksud adalah pendekatan secara kekeluargaan. Tujuannya

agar tidak ada jurang pemisah antara petugas dengan

57

Wawancara dengan Hanafi, Bagian Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya 26 Juni

2013

88

narapidana, sehingga proses pembinaan dapat berjalan dengan

baik.

b. Cara untuk mengatasi jumlah penghuni rumah tahanan yang

melebihi kapasitas adalah secara jangka pendek dapat

diimbangi dengan melaksanakan pemindahan isi rumah

tahanan ke rumah tahanan yang lain yang penghuninya berada

di bawah kapasitasnya (sedikit), dan tetap memperhatikan

kepentingan pembinaan dan keamanan serta klasifikasi

kegiatan kerja pada rumah tahanan tersebut. Dengan tingkat

kepadatan penghuni akan mengakibatkan proses pemberdayaan

narapidana tidak dapat dilaksanakan dengan baik dibandingkan

jika tingkat kepadatan tidak terlalu besar. Penambahan petugas

atau pembina pemasyarakatan juga sangat penting untuk

mengatasi jumlah penghuni yang melebihi kapasitas tersebut.

c. Cara untuk mengatasi hambatan di bidang pembinaan

intelektual (pendidikan dan pembelajaran) adalah sebagai

berikut:

1) Petugas pemasyarakatan bekerja sama dengan

pemerintah, dalam hal ini adalah Kementrian Hukum

dan HAM harus berupaya untuk menyediakan sarana

belajar-mengajar (buku dan alat-alat tulis), dengan

menjual barang atau hasil karya narapidana dan

meminta bantuan dengan cara kerja sama dari berbagai

pihak, baik pemerintah maupun dari pihak swasta.

89

2) Untuk mengatasi kekurangan jumlah guru di rumah

tahanan, petugas rumah tahanan di bantu oleh

narapidana yang sebelumnya berprofesi sebagai guru

dan dosen.

3) Terus berupaya mengadakan kerja sama dari pihak-

pihak terkait seperti Lembaga Pendidikan

KEMENHUM dan HAM untuk melengkapi

perlengkapan perpustakaan di lembaga pemasyarakat.

4) Petugas atau pembina pemasyarakatan memperbanyak

sumber bacaan (buku dan majalah) dari luar rumah

tahanan, seperti bekerja sama dengan perpustakaan kota

seperti yang terjadi baru-baru ini dimana petugas

perpustakaan kota tiap 2 bulan sekali mengadakan

kunjungan ke rumah tahanan kelas I Surabaya dan

mengadakan program perpustakaan keliling. Dengan

begitu dapat meningkatkan minat baca dan pengetahuan

narapidana rumah tahanan kelas I Surabaya.

d. Dibidang keterampilan dan Kerja. Pihak rumah tahanan harus

bekerja sama dengan BLK (Balai Latihan Kerja). Tenaga

pelatih atau instruktur didatangkan dari pihak balai latihan

kerja, termasuk semua peralatan yang diperlukan untuk

pendidikan keterampilan tersebut. Penyelenggaraan untuk

masing-masing keterampilan sedikitnya berlangsung selama 3

bulan. Dibidang bimbingan kerja, petugas pemasyarakatan bisa

90

mengadakan pameran hasil kerja atau karya dari narapidana.

Selain itu petugas lembaga pemasyarakatan akan menjual hasil

kerja atau karya dari narapidana ke kantor-kantor, rumah,

pasar, pertokoan atau mall-mall yang ada di Surabaya.

e. Sedangkan untuk mengatasi kendala narapidana di luar

Lembaga pemasyarakatan yang berhubungan dengan

pembinaan dan pendampingan asimilasi, masyarakat di luar

rumah tahanan terlalu mempunyai pikiran negatif terhadap

mantan narapidana. Sehingga upaya yang dilakukan adalah

pada waktu kembali kemasyarakat sebaiknya narapidana

berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya bagi yang

beragama Islam harus mengikuti sholat berjema’ah dimesjid,

mengikuti pengajian-pengajian rutin seperti tahlil antar RT.

Selanjutnya berperan aktif pada kegiatan sosial di daerahnya

seperti, selalu berperan aktif dalam kegiatan gotong royong

yang ditujukan untuk membersihkan lingkungan. Kemudian

dalam bersosialisasi dengan masyarakat dengan menujukkan

sikap-sikap yang positif, bersikap sopan dan bikin suasana

menjadi ceria. Upaya-upaya tersebut tetap tidak akan berhasil

bila tidak adanya peran dari masyarakat dan diri narapidana itu

sendiri, agar terwujudnya peran masyarakat maka, pihak rumah

tahanan juga memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk berkunjung ke dalam rumah tahanan. Tujuannya adalah

supaya masyarakat dapat mengetahui tentang rutinitas dari

91

narapidana dan memberikan kritik dan saran terhadap

pelaksanaan pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan

narapidana di rumah tahanan. Masyarakat juga harus

mendukung setiap pelaksanaan program kegiatan eksternal

rumah tahanan.58

58

Hasil wawancara dan diskusi bersama beberapa petugas Rumah Tahanan Kelas I

Surabaya, 4 Juli 2013