bab iv pemecahan masalah 4.1 metodologi...
TRANSCRIPT
29
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Koperasi adalah badan usaha yang memiliki peran ganda karena selain mencari
profit juga berusaha untuk meningkatkan kualitas anggotanya. Identifikasi awal dari
masalah manajemen SDM dalam koperasi didapatkan dari pengamatan secara
tidak langsung dan langsung. Secara langsung dengan melihat efek yang
diakibatkannya yaitu kinerja koperasi yang kurang optimal. Sehingga walaupun
pemerintah mendukung gerakan koperasi tetapi koperasi tetap tidak mampu
bersaing dengan badan usaha lainnya. Pengamatan tidak langsung dengan melihat
gejala umum yang terjadi di koperasi‐koperasi Indonesia. Hipotesis awal dari tidak
optimalnya kinerja koperasi yaitu tidak berjalannya fungsi‐fungsi MSDM dengan
baik. Untuk menguji hipotesis itu maka dilakukan identifikasi untuk memetakan
kondisi MSDM. Aspek‐aspek yang diidentifikasi didasarkan dari fungsi‐fungsi
MSDM dan uji komparatif dari koperasi. Dari fungsi dan studi komparatif tersebut
dibuatlah 5 dimensi sebagai alat untuk mengukur sejauh mana penerapan fungsi‐
fungsi MSDM koperasi.
Untuk menjaga keobjektifan dari hasil identifikasi maka sebagai standar
perbandingan diambil dari perpaduan konsep manajemen koperasi dan studi
komparatif koperasi XYZ yang merupakan koperasi yang dinilai sukses. Studi
komparatif ini dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan berdiskusi
dengan salah satu pengurus di koperasi XYZ. Aspek‐aspek yang dimunculkan
adalah aspek yang merupakan standardisasi koperasi yang maju dan mampu
bersaing dalam dunia bisnis dengan tetap menjaga identitasnya sebagai koperasi.
Dalam mengidentifikasi koperasi ABC terlebih dahulu dilakukan wawancara untuk
mengangkat masalah yang berkaitan dengan MSDM dan kemudian dilakukan
PEMECAHAN MASALAH
30
penyebaran kuesioner. Pengambilan sample dilakukan secara stratufikasi dimana
sample dibagi menjadi 4 stratifikasi beradasarkan tugas dan wewenangnya dalam
koperasi. Output dari identifikasi ini adalah kondisi MSDM dari koperasi ABC dan
juga melihat apakah terjadi gap antara pengurus dan non pengurus.
4.1.1 Model Konseptual
Manajemen Sumber Daya Manusia membahas mengenai peranan manusia dalam
mewujudkan tujuan organisasi yang optimal. Untuk menilai sejauh mana kinerja
dan efektivitas dari MSDM koperasi digunakan perpaduan antara teori manajemen
koperasi dan studi komparatif. Koperasi ABC yang diidentifikasi dibandingkan
terhadap koperasi XYZ dan juga teori MSDM koperasi. Aspek‐aspek yang diukur
dalam identifikasi MSDM ini didasarkan dari fungsi‐fungsi MSDM.
Fungsi MSDM dalam sebuah organisasi koperasi dimulai dari kegiatan perencanaan
(planning) sampai dengan pemisahan (separation) Dibawah ini adalah 11 fungsi
MSDM koperasi secara umum yaitu:
1. Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan kepengurusan
koperasi secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
koperasi. Dari perencanaan inilah terlihat seperti apa skenario atau desain
awal pendirian Koperasi ini dapat dipahami oleh anggota dan pengurus.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua
pengurus dan anggota dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi, wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.
3. Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan anggota agar terlibat
dalam kegaiatan koperasi dan bekerjasama, dengan demikian muncul rasa
memiliki dan tanggung jawab bersama.
PEMECAHAN MASALAH
31
4. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan anggota agar
mentaati kesepakan bersama yang telah ditetapkan dalam rapat anggota.
Sehingga aktifitas yang dikerjakan sesuai dengan syarat dan prosedur.
5. Pengadaaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi dan induksi untuk mendapatkan pengelola yang sesuai. Dalam hal
ini biasanya proses pengangkatan manajer sebagai ujung tombak koperasi.
6. Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual dan moral melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan
dan pelatihan ini merupakan stressing dari koperasi.
7. Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak
langsung. Pemberian kompensasi dalam koperasi diwujudkan melalui
kemudahan dan peningkatan volume peminjaman dan juga pembagian SHU.
8. Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan koperasi dan anggota, agar tercipta kerjasama yang serasi dan
saling menguntungkan. Untuk melihat efektifitas dari integrasi ini kita harys
melihat sejauh mana koperasi dapat memenuhi kebutuhab anggotanya naik
materi maupun non materi. Pengintegrasian merupakan hal yang sulit dalam
MSDM karena memepersatukan dua kepentingan yang seringkali berbeda.
9. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas kartawan. Pemeliharaan
yang baik dilakukan dengan program kesejahtraaan yang berdasrkan
kebutuhan sebagian besar anggotanya.
10. Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan. Kedisiplinan ini mengukur sejauh mana pegurus dan
anggota mentaati kebijakan organisasi
11. Pemberhentian. (separation) adalah putusnya keanggotaaan koperasi.
Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan sendiri atau diberhentikan oleh
forum karena alasan‐alasan tertentu.
PEMECAHAN MASALAH
32
11 fungsi diatas terdiri dari berbagai aspek, kriteria dan program yang dapat diukur
efektivitasnya. Dari aspek‐aspek tersebut, mulai dari aspek pemahaman anggota dan
pengurus terhadap tujuan organisasi (planning) sampai dengan aspek pemberlakuan
sangsi (separation) semuanya dikumpulkan dan dirangkum kemudian
disederhanakan menjadi 5 dimensi. Kelima dimensi itu adalah:
1. Dimensi Arah dan sasaran, dimensi ini mengukur sejauh mana SDM koperasi
memahami arah dan sasaran dari koperasi. Dengan demikian kita bisa
melihat apakah mereka memiliki tujuan bersama atau tujuan sepihak.
2. Dimensi Kondisi Organisasi, pemilihan jenis organisasi apakah telah sesuai
dengan jenis usahanya, koperasi single purpose akan berbeda dengan
organisasi multipurpose. Kondisi organisasi disini lebih menekankan pada
pembagian tugas dan pemberdayaan SDM.
3. Dimensi Kondisi sistem pengelolaan SDM, pengelolaan SDM menyinggung
bagaimana sifat koperasi , konsistensi dalam menjalankan sistem dan peran
dari manajer sebagai ujung tombak.
4. Dimensi Budaya, melihat apakah beriklim kekeluargaan atau individualis,
keputusan didasarkan atas kepentingan sepihak atau bersama dan juga
melihat iklim sportivitas didalam koperasi.
5. Dimensi Integrasi, melihat apakah ada irisan antara kebutuhan koperasi
sebagai organisasi dan kebutuhan pengurus dan anggota sebagai individu.
Disini kita melihat keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Kelima dimensi diatas yang akan mewakili dalam pemetaan dan pengukuran
performasi MSDM didalam sebuah koperasi. Selanjutnya 5 dimensi inilah yang
digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi MSDM koperasi ABC ini.
Dari teori MSDM koperasi yang ada dan studi komparatif dengan koperasi XYZ
maka strandardisasi kriteria koperasi adalah sebagai berikut:
PEMECAHAN MASALAH
33
Dimensi Arah dan Sasaran: pengurus dan anggota mengetahui visi misi dari
koperasi
Dimensi Kondisi Organisasi: semakin beragam fungsi koperasi maka semakin
besarlah kekuasaaan dan wewenang yang akan melekat dalam manajemen. Karena
manajemen dituntut untuk mengembangkan sistem yang dapat meredam
kemungkinan terjadinya konflik.
Dimensi Pengelolaan SDM: pengelola dapat berperan dengan baik untuk
mengembangkan kegiatan baik yang bersifat profit maupun non profit
Dimensi Budaya : idealnya beriklim kekeluargaan dan memilki tujuan bersama
Dimensi Integrasi: dimensi integrasi adalah aspek yang terpenting dalam sebuah
koperasi. Dimensi integrasi ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian partisipasi yang
terdiri dari 3 aspek yaitu:
1. anggota ”berpartisipasi dalam memberikan kontribusi atau menggerakkan
sumber‐sumber dayanya
2. anggota ”berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi)
3. anggota berpartisipasi/berbagi keuntungan
PEMECAHAN MASALAH
34
4.1.2 BAGAN ALIR PEMECAHAN MASALAH
Gambar 4. 1 Bagan Alir
Inisiasi masalah dimulai dengan melihat adanya kemungkinan ketidakefektifan
kinerja MSDM koperasi‐koperasi di Indonesia, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Identifikasi MSDM untuk Koperasi dapat dibilang belum memilki standar
Inisiasi Audit Penentuan masalah
Desain riset
Pengambilan Sampel
Hipotesis Awal SDM
Verifikasi
Informasi Hasil Audit
Pengumpulan data
Sekunder Primer
In ter nal
Ex ter nal
Kualitatif Kuantitatif
Wawancara Observasi Survei
Studi Komparatif
PEMECAHAN MASALAH
35
yang baku sehingga untuk mengangkat masalah yang dirasakan relevan dalam
koperasi diawali dengan observasi dan wawancara informal ke beberapa koperasi di
sekitar Bandung dan juga kajian literature mengenai identifikasi MSDM dan
manajemen koperasi. Hal inlah yang menjadi dasar dalam pengembangan riset. Dari
sekian banyak aspek MSDM, dalam format identifikasi ini digunakan 5 dimensi
yang erat kaitannya dengan MSDM didalam koperasi.
Identifikasi MSDM Koperasi kemudian dilanjutkan dengan meninjau objek
penelitian. .Data‐data sekunder yang telah tersedia mulai dikumpulkan dan
dianalisa. Hasilnya kemudian menjadi dasar bagi persiapan observasi MSDM
Koperasi. Kemudian dilakukan wawancara informal dengan Ketua dan Manajer
mengenai MSDM Koperasi. Wawancara ini bertujuan untuk lebih menggali masalah
MSDM yang dirasakan, selain itu juga dilakukan wawancara dengan beberapa
anggota yang dipilih secara random.
Hasil yang diperoleh kemudian disusun menjadi hipotesis awal mengenai kondisi
MSDM Koperasi secara umum. Hasil yang diperoleh dianalisa dengan
membandingkan terhadap model ideal koperasi Indonesia yang maju dengan
melakukan uji komparatif.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan survey.
Dimana metode pengambilan sample dilakukan menurut stratifikasi. Hipotesis dari
hasil sementara ini akan diverifikasi kepada pengurus seperti Ketua Koperasi dan
manager. Diharapkan pengurus dan anggota memberikan feed back untuk perbaikan
proses dan interpretasi hasil identifikasi sementara.. Dengan adanya feedback ini
maka identifikasi MSDM ini selesai.
PEMECAHAN MASALAH
36
4.2 PENGUMPULAN DATA
4.2.1 Metode Pengumpulan Data
Jumlah sample menggunakan pendekatan nonstatistik dimana penentuan besar
sample didasarkan pada ukuran sample riset‐riset sejenis untuk skala regional.
Ukuran sampel yang diambil untuk skala regional ini biasanya 200 sampai 1000
sampel (Malhota, 1996). Jadi untuk riset SDM ini menggunakan jumlah minimal
yaitu 200.
Sample dibagi menjadi 4 stratifikasi hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada
perbedaan persepsi diantara masing‐masing kelompok tersebut, ke ‐4 stratifikasi
tersebut adalah seperti dibawah ini:
1. Pengurus inti (ketua, bendahara, sekretaris, dan manajer), ini adalah sebagai
motor penggerak koperasi.
2. Kepala Seksi, (seksi simpan pinjam, seksi retail dan seksi pendanaan) seksi ini
memiliki tim‐tim dalam menjalankan tugas‐tugasnya
3. Anggota Aktif, aktif dalam kegiatan koperasi
4. Anggota Pasif, hanya sebatas menabung
Tabel 4.1 Stratifikasi Responden
Total Sample % sample
Pengurus Inti 4 4 100%
Kepala Seksi 15 15 100%
Anggota Aktif 344 150 43.6%
Anggota Pasif 54 54 100%
Sesuai dengan tabel 4.1 di atas, jumlah responden yang akan menjadi subjek dari
identifikasi ini adalah 200 orang, terdiri atas 4 orang pengurus inti, 15 orang kepala
PEMECAHAN MASALAH
37
seksi beserta timnya, 215 orang anggota aktif dan 54 orang anggota pasif sehingga
semuanya berjumlah 200 orang. Jumlah ini adalah jumlah minimal yang
disyaratkan, yaitu 200 responden
4.2.2 Cara Penilaian
Identifikasi ini menggunakan kuesioner dengan skala ordinal, nilainya berkisar
antara 1 sampai dengan 5. Nilai 1‐2 menunjukan rendahnya kinerja MSDM
koperasi, sementara 4‐5 menunjukan tingginya kinerja koperasi. Untuk
penilaiannnya digunakan modus dan median. Kurva distribusi membantu untuk
lebih mendetailkan gambaran dari dimensi‐dimensi tersebut.
4.3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.3.1 UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
Sebelum alat ukur digunakan, terlebih dahulu harus di uji kelayakannya.
Caranya dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 250 kepada pengurus dan
anggota koperasi.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan 200 responen,
karena dengan jumlah minimal 200 responden ini maka skor (nilai) akan lebih
mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam
perhitungan statistik (Singarimbun, 1989).
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas yaitu cara untuk menunjukkan sampai sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan jika semakin
tinggi validitas suatu alat validitas suatu alat ukur maka alat ukur tersebut semakin
menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
PEMECAHAN MASALAH
38
Uji validitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang mengukur gaya
kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja. Sebuah item mempunyai
validitas yang tinggi bila item tersebut mempunyai dukungan yang kuat atau
mempunyai korelasi yang tinggi terhadap total score. Uji validitas pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment pearson. Nilai korelasi
(r) yang didapat dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada penelitian ini tingkat
signifikansi yang digunkana adalah 0.05 dan sampel yang diteliti sebanyak, 200
sehingga nilai r tabel 0.165 (Singarimbun, 1989). Variabel yang valid yaitu variabel
yang mempunyai nilai korelasi (r) lebih besar dari r tabel. Dari hasil perhitungan uji
validitas dihasilkan bahwa semua variabel penelitian mempunyai nilai korelasi
(r hitung ) lebih besar dari r tabel , dengan demikian semua variabel yang diteliti valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dapat
dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Ancok, 1989; dalam
diktat ITB). Perhitungan uji reliabelitas ini menggunakan teknik pengukuran
pertanyaaan ber ulang
Bila nilai koefisien Alpha Cronbach < 0.60, maka dapat dikatakan reliabilitas
dari alat ukur memiliki performansi yang buruk. Jika koefisien Alpha Cronbach
diantara 0.60 sampai 0.80 (0.60 ≤ X ≤ 0.80), maka dapat dikatakan reliabilitas dari alat
ukur memiliki performansi yang masih dapat diterima. Jika nilai koefisien koefisien
Alpha Cronbach > 0.80, maka dapat dikatakan reliabilitas dari alat ukur memiliki
performansi yang bagus (Sekaran, 1992).
Dari Tabel Hasil Uji Reliabel didapat bahwa nilai korelasi semua variabel
dinyatakan reliabel karena berada di atas 0.60, artinya performansi dari kuesioner
masih dapat diterima dan dapat digunakan sebagai alat ukur.
PEMECAHAN MASALAH
39
4.3.1 Hasil Observasi dan Wawancara
Observasi dilakukan secara intens dengan dua tahap, tahap pertama bertujuan
mengekeplore masalah MSDM didalam koperasi dan tahap kedua lebih kerah
pandangan pengurus mengenai masalah‐masalah MSDM yang dihadapi yang
disistematiskan menjadi 5 dimensi MSDM . Berikut hasil observasi dan
wawancaranya:
Wawancara
Arah dan Sasaran
Koperasi didirikan oleh beberapa orang, sebagian sampai saat ini masih menjadi
pengurusnya. Skenario awal dari pendirian koperasi ini adalah sebagai upaya untuk
membantu usaha‐usaha kecil. Kemudian berkembang dengan memperluas area
usahanya bahkan koperasi sendiri memiliki bisnis inti diluar simpan pinjam atau
pendanaan. Skenario awal simpan pinjam dan pendanaan mengalami modifikasi,
yaitu tidak sebatas membantu usaha kecil dan memberi pinjaman saja tapi juga
mengembangkan usaha kecil menjadi usaha menengah. Contoh konkrit yang
pernah dilakukan oleh koperasi ABC ini adalah membantu penjual baso keliling
dengan menyediakan tempat yang lebih besar dan strategis di daerah perkotaan dan
ternyata omsetnya naik berlipat‐lipat . Hal seperti ini tentu membutuhkan dana
yang jumlahnya tidak kecil sehingga skalanyapun berubah dari mikro menjadi
menengah.
Pendiri koperasi mencoba menjelaskan tujuan awal KSU ABC ini, yaitu menjadi
koperasi yang mampu bersaing. Mampu bersaing disini berarti menjadi koperasi
modern yang mampu menunjukan nilai‐nilai kompetitif sebagaimana perusahaan‐
perusahaan swasta. Namun demikian tujuan awal dari pendiri koperasi ini berjalan
ditempat, karena faktanya sistem pengelolaaan yang dibangun belum mengarah
kesana. Namun demikian pengurus mengharapkan muncul rasa memiliki dan
PEMECAHAN MASALAH
40
tanggungjawab bersama terhadap koperasi. Sehingga pengurus dan anggota dapat
mewujufkan visi koperasi secara simultan.
Kondisi Organisasi
Koperasi memperjuangkan kepentingan bersama, bukan kepentingan pengurus.
Pengurus mengharapkan adanya pemberdayaan dari para anggotanya sehingga
proses pengembangan usaha dari koperasi dapat diwujudkan. Namun demikian
dalam kepengurusan koperasi sendiri terasa adanya ketimpangan dalam pembagian
tugas. Sentral dari tugas terasa menumpuk di pengurus inti, dengan jumlah yang
sedikit mereka melakukan berbagai aktivitas yang sangat padat mulai dari
pengumpulan dana, administrasi, pendaftaran anggota, pemrosesan simpan pinjam,
pendanaaan, ekspansi kegiatan usaha dan acara‐acara atau event untuk promosi
keanggotaan koperasi sebagai langkah pembangunan image. Karena padatnya tugas
seringkali pengurus mendelegasikannya kepada anggota, akan tetapi delegasi ini
seringkali tidak berjalan dengan baik. Anggota dinilai kurang proaktif oleh
pengurus sehingga sulit untuk diberi tanggungjawab atau tugas dalam koperasi ini
apalagi tugas‐tugas yang strategis. Sehingga semuanya selalu mengandalkan
pengurus.
Kondisi Sistem Pengelolaan SDM
Keanggotaan koperasi bersifat terbuka, syaratnya tidak begitu berat, cukup dengan
mempunyai KTP, berumur ditas 18 tahun, dan lebih baik jika memilki usaha.
Persyaratan anggota akan semakin mudah jika mempunyai usaha yang berkaitan
dengan usaha koperasi dan diutamakan yang bertempat tinggal di lingkungan
wilayah kerja koperasi. Anggota diwajibkan membayar iuran wajib rutin perbulan.
Anggota yang tidak membayar iuran wajib selama 3 bulan berturut‐turut maka
keanggotaannya bisa dicabut.
Sistem pengelolaan SDM disana lebih kearah edukasi, yaitu dengan memberikan
wawasan untuk menambah kemampuan manajemen kepada para anggota agar
PEMECAHAN MASALAH
41
lebih mampu mengembangkan usahanya. Edukasi yang diberikan bisa berasal dari
manajer dan penyuluhan dari dinas koperasi.
Budaya
Koperasi dibangun atas dasar rasa kekeluargaan oleh karena budaya yang dibangun
adalah prinsip saling memberi dan menerima (take and give) bukan take and leave
dengan memanfaatkan salah satu pihak. Tapi pengertian asas kekeluargaan disini
mengalami penyimpangan karena faktanya cukup banyak kredit macet yang
dibiarkan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban dengan alasan untuk menjaga
asas kekeluargaaan.
Pengurus selalu mengundang anggota dalam setiap pertemuan atau rapat. Namun
demikian menurut pengurus anggota dirasakan kurang aktif dalam memberikan
masukan didalam rapat. Padahal pengurus mengharapkan anggotanya untuk selalu
proaktif.
Dalam pendanaan usaha‐usaha kecil seringkali ditemukan jenis usaha yang sama
dari para mitra/anggota koperasi, hal ini seringkali menimbulkan konflik atau
kompetisi yang kurang sehat diantara sesama anggota koperasi..Bahkan tidak jarang
salah satu pihak mengundurkan diri sebagai anggota koperasi.
Integrasi
Setiap anggota memilki hak dan kewajiban yang sama, dan anggota mendapatkan
haknya sesuai dengan kewajibannya. Seringkali anggota menuntut hak yang lebih
tinggi daripada kewajibannya dengan memanfaatkan koperasi tapi melupakan
kewajibannya untuk berpartisipasi, baginya koperasi tidak lebih dari BPR namun
dengan suku bunga yang lebih rendah. Hal inilah yang menghambat sistem
kemitraan bagi hasil di Koperasi ABC ini, begitulah menurut pengakuan dan
penjelasan dari manajernya.
Dilain pihak menurut salah satu anggota, sistem kemitraan koperasi KSU yang
dibangun dengan sistem bagi hasil, seringkali diterjemahkan oleh anggota lainnya
PEMECAHAN MASALAH
42
sebagai ’lintah darat dengan baju koperasi’ itulah pengakuannya. Alasannya karena
mengambil alih kepemilikan usaha si kecil, sehingga anggota lebih memilih produk
simpan pinjam daripada pendanaan.
Pembagian SHU di KSU ABC menggunakan mekanisme yang dinamakan point
saham dimana variabelnya terdiri atas absensi, transaksi pembelian di ’toko
koperasi’ , dan jumlah simpanan sukarela. Sebagain besar tidak mempermasalahkan
sistem point saham ini. Sistem poin saham ini dinilai cukup adil baik oleh pengurus
maupun anggota.
4.3.2 Kesimpulan Sementara
Keinginan dari pengurus untuk mewujudkan kebersamaaan nampaknya belum bisa
diterapkan. Karena intrepretasi anggota yang berbeda dengan pengurus, atau
mungkin juga disebabkan karena pengurus sebenarnya belum mampu
mengembangkan sistem yang cocok untuk keadaaan anggotanya. Disini terasa
muncul gap antara pengurus dan anggota, akan tetapi sejauhmana kondisi MSDM
sebenarnya didalam koperasi baru dapat dilihat setelah dilakukan proses
identifikasi. Hasil identifikasi melalui kuesioner ini kemudian akan disinkronisasi
dengan hasil identifikasi melalui wawancara. Dengan demikian diharapkan akan
memberikan pandangan objektif mengenai kondisi MSDM didalam koperasi ABC
ini.
4.3.3 Hasil
Untuk menguji hipotesis awal yang telah disusun maka dilakukan pengambilan data
secara kuantitatif sebagai feeback dan juga untuk melihat apakah ada perbedaan
antara jenjang yang ada (pengurus dan non pengurus). Secara lengkap dan
menyeluruh hasil dari masing‐masing responden ditampilkan pada lampiran A.
PEMECAHAN MASALAH
43
Hasil pengolahan kuesioner menurut penilaian anggota disajikan dalam bentuk
tabel seperti dibawah ini:
4.2 Tabel MSDM Koperasi (Anggota)
DIMENSI No PERNYATAAN skor modus median validitasA 1 visi misi 464 3 3 0.912Arah & Sasaran 2 peran anggota 439 3 3 0.922B 3 efektifitas struktur organisasi 441 4 3 0.779Kondisi 4 pembagian tugas 380 2 3 0.854Organisasi 5 pemberdayaan 360 2 2 0.713
6 sifat keanggotaan terbuka 585 4 4 0.370C 7 peran manajer 471 4 4 0.430Pengelolaan 8 program karier anggota 432 3 3 0.403SDM 9 manfaat penyuluhan 349 2 2 0.455
10 penerapan disiplin 361 2 3 0.37711 penggunaan teknologi 349 2 2 0.35412 tidak ada diskriminasi 399 2 3 0.71713 support dari pengurus 496 4 4 0.58614 komunikasi pengurus dan anggota 397 2 3 0.82815 keterlibatan anggota 379 2 3 0.83716 kepentingan anggota 389 2 3 0.715
D 17 nilai sportivitas dalam kompetisi 387 2 3 0.727Budaya 18 rasa percaya diantara anggota 357 2 2 0.647
19 keterbukaan pengurus 521 4 4 0.71120 sistem pengembangan diri 432 3 3 0.32221 kepentingan koperasi adalah yang utama 395 2 3 0.71522 motivasi dan harapan 560 4 4 0.43223 partisipasi dalam koperasi 522 4 4 0.413
Integrasi 24 pemenuhan kebutuhan 394 2 3 0.586E 25 pembagian SHU 460 4 4 0.664
26 loyalitas anggota 525 4 4 0.532
Secara umum tabel diatas menunjukan bahwa hampir semua aspek yang
berhubungan dengan hak‐hak anggota mempunyai nilai yang rendah.
Dimensi Kondisi Organisasi memperlihatkan bahwa sebagian besar anggota menilai
struktur organisasinya telah bagus tetapi pembagian tugas dan pemberdayaan
anggotanya tidak berjalan dengan baik. Anggota melihat bahwa kinerja pengurus
belum optimal dan tidak bisa melakukan pembagian tugas dengan jelas.
Anggota merasakan peranan manajer sebagai ujung tombak, karena manajer
memang melayani anggota hampir setiap harinya. Dilain pihak dalam hal
peningkatan kualitas SDM terlihat bahwa manfaat penyuluhan dirasakan kurang
oleh anggota ditambah lagi dengan tidak jelasnya program karier dan kurangnya
PEMECAHAN MASALAH
44
penerapan disiplin membuat pengelolaaan SDM dengan efisien menjadi sulit untuk
diterapkan.
Dalam segi budaya asas yang dibangun lebih kearah koperasi pengurus, hal ini
terlihat dengan adanya gejala‐gejala seperti diskriminasi yang dirasakan oleh
anggota dalam penyaluran dana dan kurang berhasilnya pengurus untuk
menumbuhkan rasa percaya diantara anggota. Namun hal ini bisa jadi merupakan
pandangan subjektif dari mayoritas anggota, karena bobot kepentingan koperasi
yang rendah dimata anggota. Hal tersebut menunjukan bahwa menurut anggota
kepentingan koperasi atau kepentingan bersama adalah nomor dua setelah
kepentingan pribadi.
Dari segi integrasi menunjukan bahwa walaupun pembagian SHU telah dirasakan
cukup adil namun kebutuhan anggota belum bisa terpenuhi. Anggota koperasi tidak
begitu menginginkan pembagian SHU, hal ini bisa disebabkan karena mereka lebih
menginginkan kebutuhan lainnya seperti pinjaman atau pendanaan usaha daripada
SHU.
Sementara hasil identifikasi menurut pandangan pengurus koperasi dapat dilihat
seperti tabel berikut:
PEMECAHAN MASALAH
45
Tabel 4.3 MSDM Koperasi (Pengurus)
Dimensi No Pertanyaan skor modus median validitasA 1 visi misi 93 4 4 0.906Arah & Sasaran 2 peran anggota 89 4 4 0.945B 3 efektifitas struktur organisasi 74 4 4 0.795Kondisi 4 pembagian tugas 70 3 3 0.607Organisasi 5 pemberdayaan 52 2 2 0.761
6 sifat keanggotaan 97 5 5 0.507C 7 peran manajer 62 5 4 0.471Pengelolaan 8 program karier anggota 77 4 4 0.395SDM 9 manfaat penyuluhan 54 2 2 0.701
10 penerapan disiplin 59 2 3 0.37411 penggunaan teknologi 52 2 2 0.44812 tidak ada diskriminasi 90 4 4 0.47313 support dari pengurus 88 4 4 0.66214 komunikasi pengurus dan anggota 86 4 4 0.59715 keterlibatan anggota 91 3 2 0.75916 kepentingan anggota 87 4 4 0.835
D 17 nilai sportivitas dalam kompetisi 78 3 4 0.524Budaya 18 rasa percaya diantara anggota 69 3 3 0.452
19 keterbukaan pengurus 90 4 4 0.63720 sistem pengembangan diri 77 4 4 0.52521 kepentingan koperasi adalah yang utama 88 5 4 0.43522 motivasi dan harapan 85 4 4 0.56223 partisipasi dalam koperasi 78 4 4 0.592
Integrasi 24 pemenuhan kebutuhan 85 4 4 0.700E 25 pembagian SHU 83 5 5 0.448
26 loyalitas anggota 90 3 3 0.591 `
Secara umum tabel diatas menunjukan nilai yang baik, cukup kontras peniliannya
dengan pandangan menurut anggota.
Dimensi Kondisi Organisasi memperlihatkan bahwa sebagian besar pengurus
menilai struktur organisasinya dan pembagian tugasnya cukup jelas namun
pemberdayaan yang belum berjalan dengan baik.
Pengurus merasakan peran manajer sebagai ujung tombak, karena mungkin
dianggap sebagai pihak yang lebih profesional. Manfaat penyuluhan kurang terasa
manfaatnya. Pengurus telah mengembangkan program karier namun kurangnya
PEMECAHAN MASALAH
46
penerapan disiplin dan penggunaan teknologi akan membuat pengelolaaan SDM
menjadi sulit untuk diterapkan.
Pengurus telah mecoba untuk membangun budaya kebersamaan dalam koperasi.
Namun pengurus sendiri merasa mereka belum mampu untuk menumbuhkan
kepercayaan diantara sesama anggota. Objektivitas pernyataan pengurus terlihat
dari bobot prioritas koperasi sebagai prioritas utama.
Dalam segi integrasi menunjukan bahwa pengurus merasa kebutuhannya telah
terpenuhi oleh koperasi. Tetapi loyalitas anggota dinilai meragukan oleh pengurus
atau mungkin tidak sepadan dengan pemenuhan kebutuhan yang telah diberikan
oleh koperasi.
Adapun peniliaian secara umum dan perbandingan penilaian antara pengurus dan
anggota dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini:
PEMECAHAN MASALAH
47
Tabel 4.4 MSDM Koperasi Umum
Dimensi No Pertanyaan skor modus median validitasA 1 visi misi 464 3 3 0.912Arah & Sasaran 2 peran anggota 439 3 3 0.922B 3 efektifitas struktur organisasi 441 4 3 0.779Kondisi 4 pembagian tugas 380 2 3 0.854Organisasi 5 pemberdayaan 360 2 2 0.713
6 sifat keanggotaan terbuka 585 4 4 0.321C 7 peran manajer 471 4 4 0.331Pengelolaan 8 program karier anggota 432 3 3 0.334SDM 9 manfaat penyuluhan 349 2 2 0.475
10 penerapan disiplin 361 2 3 0.37211 penggunaan teknologi 349 2 2 0.37212 tidak ada diskriminasi 399 2 3 0.73313 support dari pengurus 496 4 4 0.42014 komunikasi pengurus dan anggota 397 2 3 0.81515 keterlibatan anggota 379 2 3 0.83216 kepentingan anggota 389 2 3 0.731
D 17 nilai sportivitas dalam kompetisi 387 2 3 0.718Budaya 18 rasa percaya diantara anggota 357 2 2 0.659
19 keterbukaan pengurus 521 4 4 0.41320 sistem pengembangan diri 432 3 3 0.28021 kepentingan koperasi adalah yang utama 395 2 3 0.73122 motivasi dan harapan 560 4 4 0.43223 partisipasi dalam koperasi 522 4 4 0.413
Integrasi 24 pemenuhan kebutuhan 394 2 3 0.586E 25 pembagian SHU 460 4 4 0.664
26 loyalitas anggota 525 4 4 0.532
Tabel 4.5 Gap pengurus dan anggota
modus median modus medianA 1 visi misi 93 4 4 3 3Arah & Sasaran 2 peranan pengurus 89 4 4 3 3B 1 desain struktur organisasi 74 4 4 4 3Kondisi 2 pembagian tugas 70 3 3 2 2Organisasi 3 pemberdayaan 52 2 2 2 2
1 sifat keanggotaan 97 5 5 4 4C 2 peran manajer 62 5 4 4 4Pengelolaan 3 program karier anggota 77 4 4 3 3SDM 4 manfaat penyuluhan 54 2 2 2 2
5 penerapan disiplin 59 2 3 2 36 penggunaan teknologi 52 2 2 2 21 tidak ada diskriminasi 90 4 4 2 22 support dari pengurus 88 4 4 2 23 komunikasi pengurus dan anggota 86 4 4 2 34 keterlibatan anggota 91 3 2 2 25 kepentingan anggota 87 4 4 2 2
D 6 nilai sportivitas dalam kompetisi 78 3 4 2 3Budaya 7 rasa percaya diantara anggota 69 3 3 2 2
8 keterbukaan pengurus 90 4 4 2 39 sistem pengembangan diri 77 4 4 3 310 kepentingan koperasi adalah yang utama 88 5 4 2 21 motivasi dan harapan 85 4 4 4 42 partisipasi dalam koperasi 78 4 4 4 4
Integrasi 3 pemenuhan kebutuhan 85 4 4 2 2E 4 pembagian SHU 83 5 5 4 4
5 loyalitas anggota 90 3 3 4 4
Dimensi skorpengurus anggota
PertanyaanNo
PEMECAHAN MASALAH
48
Dari tabel 4.5 terlihat terdapat gap yang cukup besar antara pengurus dan non
pengurus. Penilaian pengurus berbeda dengan penilaian anggota dari mulai dimensi
arah sasaran sampai dengan dimensi integrasi.
Dimensi arah sasaran pengurus menjawab setuju sementara anggota cenderung
menjawab ragu‐ragu. Perbedaan persepsi ini dapat menghambat gerakan koperasi
itu sendiri. Karena dimensi ini menunjukan bahwa masing‐masing pihak
mempunyai tujuan yang berbeda atau pengurus gagal untuk mengkomunikasikan
arah dan sasarannya kepada anggota. Faktor penyebab munculnya gap ini dapat
dilihat dari keterkaitan dengan dimensi yang lain.
Dimensi kondisi organisasi , dari dimensi ini terlihat bahwa baik anggota maupun
pengurus melihat susunan struktur yang dibuat sudah cukup baik, akan tetapi
kinerja dan pemberdayaaan dinilai kurang . Sehingga masih banyak pembagian
tugas yang belum jelas dan upaya untuk memanfaatkan sumber daya internal –pun
masih dinilai kurang.
Dimensi pengelolaan SDM, sifat keanggotaan yang terbuka, tidak adanya program
karier, dan kurangnya manfaat dari penyuluhan menunjukan tumpulnya fungsi
MSDM dalam hal perencanaan dan pemeliharaan. Dan sepertinya tugas‐tugas
koperasi sangat dipercayakan kepada manajer, sementara upaya bersama dari
pengurus dan anggota sepertinya belum menunjukan kontribusi yang signifikan.
Budaya koperasi yang seharusnya dibangun atas asas kebersamaan dan
kekeluargaaan menjadi asas pemanfaatan. Hal ini terlihat dari jawaban anggota
yang menilai kepentingan koperasi bukan sebagai tujuan utama atau tujuan bersama
tetapi sebagai tujuan sekunder, dimana tujuan primernya mungkin adalah tujuan
pribadi seperti mendapatkan pinjaman untuk kepentingan pribadi semata. Sehingga
PEMECAHAN MASALAH
49
keberlangsungan dan profitabilitas koperasi bagi anggota hanya menjadi tujuan
sekunder. Tapi hal ini dapat menjadi alasan yang rasional jika koperasi tersebut
memang tidak memperjuangkan kepentingan anggota sehingga bagi anggota
koperasi ini lebih kearah koperasi pengurus. Terlihat dari jawaban dimensi budaya
D5, sebagian besar anggota (57%) menilai koperasi tidak memperjuangkan
kepentingan anggota.
Dimensi integrasi, pada dasarnya baik pengurus maupun anggota memiliki motivasi
dan harapan yang tinggi ketika masuk koperasi. Akan tetapi terlihat muncul gap
mengenai aspek pemenuhan kebutuhan. Aspek ini menunjukan kemungkinan
adanya diskriminasi antara pengurus dan anggota. Akan tetapi loyalitas anggotapun
dipertanyakan oleh pengurus.
Jika dilakukan sinkronisasi antara hasil wawancara dan pengolahan kuesioner diatas
dapat disimpulkan hal‐hal sebagai berikut ini:
Arah dan Sasaran (Dimensi A)
Dimensi A
0
1020
30
40
5060
70
80
1 2
Gambar 4.2 Distribusi Dimensi A
Tidak setuju
Ragu-ragu
setuju
Sangat setuju
PEMECAHAN MASALAH
50
Misi awal dari koperasi ini adalah untuk membantu usaha‐usaha kecil. Jadi sifatnya
adalah pemerataaan, dalam arti usaha‐usaha kecil menjadi priotitas untuk dibantu.
Akan tetapi dalam perkembangannya tujuan tersebut mengalami perubahan sedikit
demi sedikit, dimana usaha‐usaha kecil tersebut tidak hanya didanai saja akan tetapi
dibantu untuk menjadi usaha yang lebih besar skalanya. Perubahan inilah yang
mempengaruhi konsistensi tujuan koperasi karena berubahnya prioritas dari
pendanaan. Jika sebelumnya pendanaan tersebar secara cukup merata untuk semua
anggota koperasi maka sekarang pendanaan adalah untuk segelintir anggota yang
usahanya akan dikembangkan skalanya dari kecil menjadi menengah. Hal inilah
yang menyebabkan timbulnya keraguan pada sebagian besar anggota koperasi
terutama yang merasa kebutuhan pendanaannya belum terpenuhi .
Namun demikian jika kita melihat tujuan awal KSU ABC ini adalah untuk menjadi
koperasi yang mampu bersaing. Maka koperasi harus memilki usaha yang dapat
diandalkan. Pengembangan usaha mikro menjadi usaha berskala menengah adalah
upaya untuk meningkatkan daya saing. Tentu saja usaha mikro yang berpotensi saja
yang akan dikembangkan oleh koperasi.
Dari hal‐hal terbut diatas menunjukan bahwa pengurus dan anggota memilki cara
pandang yang berbeda mengenai cara untuk mencapai sasaran koperasi. Dan
penguruspun kurang mampu untuk mengkomunikasikan arah dan sasarannya
kepada anggota.
PEMECAHAN MASALAH
51
Kondisi Organisasi (Dimensi B)
Dimensi B
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3
Gambar 4.3 Distribusi Dimensi B
Roda kegiatan koperasi dijalankan oleh pengurus, dengan demikian pengurus
memegang peranan yang penting sebagi motor penggerak koperasi. Pengurus
melakukan berbagai kegiatan organisasi yang sangat padat mulai dari perencanaan
sampai pelaksanaaan. Koperasi berbeda dengan perusahaan, dimana didalam
koperasi harus ada kepemilikan bersama, sehingga anggota dituntut untuk proaktif
dalam menjalankan aktivitasnya tidak seperti diperusahaan yang menunggu dan
melaksanakan perintah.
Akan tetapi anggota menilai pembagian tugas dan pemberdayaaan belum dapat
dilaksanakan dengan baik, hal ini menunjukan bahwa pembagian tugasnya belum
efektif. Selain itu juga dalam kepengurusan koperasi sendiri terasa adanya
ketimpangan dalam pembagian tugas yang menumpuk di pengurus inti sementara
seksi‐seksi dan tim‐tim dibawahnya dirasakan kurang tanggap dalam menjalankan
tugasnya. Kekurang tanggapan dari seksi dan kurangnya pemberdayaan bisa jadi
diakibatkan oleh ketidakjelasan dalam pembagian tugas hal ini ditunjukan oleh
adanya korelasi positif antara 2 aspek tersebut. Hal‐hal seperti ini tentu saka
mengurangi kinerja organisasi koperasi tersebut.
Tidak setuju
Ragu-ragu
setuju
Sangat setuju
PEMECAHAN MASALAH
52
Adanya gap kondisi organisasi ini menunjukan langkah atau cara pembagian tugas
yang kurang pada tempatnya. Dalam hal ini penempatan orang di posisi yang
kurang tepat sehingga keberadaannya dalam menjalankan tugas dan fungsinya
antara ’ada dan tiada’. Hal ini bisa disebabkan karena pengurus kurang memahami
potensi internalnya sendiri atau juga karena keterbatasan SDM. Sehingga proses
delegasi selalu mengalami kegagalan karena kurangnya proses pembelajaran dari
para anggotanya. Dengan demikian tidak heran jika semua kegiatan selalu
mengandalkan pengurus karena anggota belum siap menjalankan tugas‐tugas
koperasi apalagi yang bersifat strategis.
Kondisi Sistem Pengelolaan SDM (Dimensi C)
Dimensi C
0102030405060708090
1 2 3 4 5 6
Gambar 4,4 Distriusi Dimensi C
Pengelolaan koperasi tidak bisa mengandalkan dari program penyuluhan dinas
koperasi saja. Kurang bermanfaatnya penyuluhan dari dinas diperparah lagi oleh
kurangnya kejelasan program karier dalam kperasi, dikhawatirkan akan
mengurangi motivasi anggota. Padahal sebenarnya pengembangan sistem
seharusnya menjadi upaya mandiri bagi koperasi untuk mengembangkan sistem
yang sesuai dan memilki daya saing. (Sunarto,2004)
Tidak setuju
Ragu-ragu
setuju
Sangat setuju
PEMECAHAN MASALAH
53
Keanggotaan koperasi bersifat terbuka sehingga menimbulkan banyak keberagaman
hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang membuat pengelolaaan SDM koperasi
menjadi lebih rumit. Berbeda dengan perusahaan yang mengadakan proses seleksi
yang ketat bagi para calon karyawannya. Keanggotaan koperasi yang terbuka ini
ibarat pedang bermata dua, jika upaya pengelolaan tidak dapat dilakukan dengan
baik maka akan menjadi boomerang bagi koperasi itu sendiri.
Dalam hal pengelolaan ternyata anggota lebih percaya kepada manajer(pihak luar)
daripada kepada pengurus (pihak dalam). Dengan demikian pada Koperasi ABC ini,
manajer memegang peranan yang penting dan sebenarnya lebih tepat untuk
memberikan program‐program pelatihan(edukasi) kepada para anggota. Sehingga
pengembangan program pelatihan secara mandiri memungkinkan untuk
dilaksanakan dengan memanfaatkan peranan manajer ini dan tentu dibantu juga
oleh pengurus.
PEMECAHAN MASALAH
54
Budaya(Dimensi D)
Dimensi D
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 4,5 Distriusi Dimensi D
Seperti telah dikemukakan pada dimensi arah sasaran bahwa terjadi pergeseran
tujuan awal koperasi. Sehingga pendanaan lebih ditujukan untuk meningkatkan
skala usaha dari mikro menjadi menengah, sehingga sasaranya bukan lagi
pemerataan tetapi menjadi peningkatan keuntungan koperasi. Pergeseran ini yang
menyebarkan keragu‐raguan pada para anggotanya dan diperkuat oleh tabel
distribusi diatas yang menunjukan diskriminasi pendanaan (D1) ini sangat
dirasakan oleh anggota
Komunikasi antar anggota dan pengurus tidak terjalin secara harmonis tetapi
terkesan berjalan masing‐masing. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi
penyebabnya diantaranya perbedaan latar belakang pendidikan yang cukup jauh
antara anggota dan pengurus. Pengurus sebagai kaum intelek di koperasi
tampaknya kurang bisa mengkomunikasikan pesannya kepada anggota koperasi,
hal seperti ini dapat memicu kesalahpahaman.
Tidak setuju
Ragu-ragu
setuju
Sangat setuju
PEMECAHAN MASALAH
55
Menurut para anggotannya koperasi ini lebih kearah koperasi pengurus. Hal ini
bisa terjadi karena pada perjalannnya, koperasi mulai memilih dan memilah mitra‐
mitra usahanya sehingga terjadi ’pengkerucutan’ jumlah mitra usaha yang didanai.
Jika pengkerucutan dimaksudkan untuk menambah daya saing koperasi maka hal
tersebut merupakan hal yang sah‐sah saja untuk dilakukan. Akan tetapi anggota
melihatnya dari sisi yang lain yang lebih kearah personal, hal ini terlihat dari
jawaban item (D10) dimana kepentingan anggota sebagai individu lebih penting
daripada kepentingan koperasi itu sendiri. Cara pandang seperti inilah yang dapat
mengikis semangat kebersamaan didalam koperasi.
Koperasi dibangun atas dasar asas kekeluargaan tapi faktanya cukup banyak kredit
macet yang dibiarkan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban dengan alasan
untuk menjaga asas kekeluargaaan. Ditambah lagi konflik atau kompetisi yang tidak
sehat yang terjadi dalam pendanaan usaha‐usaha kecil yang sejenis bidang
usahanya. Asas kekeluargaan pada koperasi ini belum dibangun atas asas
sportivitas tapi tapi masih bersifat emosionalitas.
.
PEMECAHAN MASALAH
56
Integrasi (Dimensi E)
Dimensi E
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5
Gambar 4. 6 Distriusi Dimensi E
Setiap anggota memilki hak dan kewajiban yang sama, dan anggota mendapatkan
haknya sesuai dengan kewajibannya. Anggota lebih memilih produk pinjaman
karena menurut mereka hal tersebut lebih menguntungkan bagi anggota daripada
menggunakan sistem bagihasil. Selain itu juga sistem bagi hasil lambat laun akan
mengambil alih kepemiliikan. Bagi anggota koperasi idealnya berfungsi seperti BPR
namun dengan suku bunga yang lebih rendah dan tanpa jaminan.
Dilain pihak untuk menjaga keberlangsungan dan nilai‐nilai kompetitif koperasi
maka sistem kemitraan koperasi KSU harus dibangun dengan kokoh (Sunarto, 2004).
Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa di koperasi ABC belum ada
irisan dan kesatuan kebutuhan antara koperasi sebagai instansi dan anggota sebagai
bagian dari koperasi. Profit bagi koperasi bisa dioptimalkan melalui sistem bagi
hasil lain halnya menurut kacamata anggota, profit dapat dioptimalkan dengan
menekan suku bunga dengan demikian beban modalnya menjai lebih rendah
(reducing cost of capital).
Tidak setuju
Ragu-ragu
setuju
Sangat setuju
PEMECAHAN MASALAH
57
Pembagian SHU di KSU ABC menggunakan mekanisme yang dinamakan point
saham yang terdiri dari beberapa variabel. Sistem poin saham ini dinilai cukup adil
baik oleh pengurus maupun anggota. Akan tetapi SHU ini bukan menjadi
kebutuhan yang mendesak bagi anggotanya.
Secara umum gap antara pengurus dan anggota dapat dilihat seperti poligon
dibawah ini:
Gambar 4. 7 Poligon Gap pengurus dan anggota
0
1
2
3
4
5A
PENGURUSANGGOTA
B
CD
E
PEMECAHAN MASALAH
58
4.3 Studi Komparatif
Dibawah ini adalah kondisi manajemen sumber daya manusia koperasi XYZ yang
didapat dari berbagai sumber seperti majalah, internet dan pendapat para ahli
koperasi.
4.6 Tabel studi komparatif
Dimensi Koperasi ABC Koperasi XYZ
Arah dan Sasaran Belum memiliki tujuan yang spesifik
Memiliki tujuan bersama yang sudah spesifik
Kondisi Organisasi Pembagian tugas belum efektif, pemberdayaan yang masih minim
Fungsi strategis telah berjalan dengan baik, pemberdayaan yang cukup optimal sesuai perannya masing‐masing
Pengelolaan SDM Outsourcing belum dimanfaatkan dengan baik, posisi tawar kperasi masih lemah, program pelatihan kurang berkembang
Pemanfaatan outsourcing, komputerisasi, koperasi memiki posisi tawar yang kuat, program pelatihan, penerapan disiplin
Budaya Asas ‘pemanfaatan’, usaha yang heterogen
Asas kekeluargaaan, usaha yang saling mendukung dengan pola cluster
Integrasi irisan kebutuhan yang kecil antara koperasi dan anggota
Sinergisasi antara anggota dan pengurus
Tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar‐besarnya, melainkan melayani
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Koperasi
PEMECAHAN MASALAH
59
dibangun dengan asas kekeluargaan dan sistem usaha mikro yang berfungsi sebagai
ʺpintu masukʺ (entry point) ke dunia usaha, yang lebih luas (Raharjo;2005). Koperasi
XYZ sejak awal telah mempunyai tujuan bersama yang spesifik.. Kejelasan dari
tujuan ini penting untuk menjaga aktivitas koperasi agar tetap pada koridornya
Kesamaan dalam tujuan ini membuat koperasi XYZ mampu mengoptimalkan
sumber daya yang ada. Usaha mikro yang ada saling bergabung untuk lebih
memantapkan barisan, langkah ini secara signifikan mampu menambah daya saing
koperasi. Ibarat sebuah gelombang resonansi yang saling menguatkan. Berbeda
dengan koperasi ABC yang sejak awal tujuannya bersifat umum sehingga dengan
berbagai keterbatasan sumber daya yang ada koperasi mengalami berbagai masalah
intern. Sehingga tujuannya saling bertabrakan antara satu sama lain bukan saling
menguatkan malah saling melemahkan.
Struktur organisasi koperasi XYZ bersifat fungsional. Optimalisai dari
pemberdayaan anggota pada koperasi XYZ memang belum diukur, akan tetapi
fungsi‐fungsi strategis pada organisasi telah berjalan dengan baik. Dan anggota
memiliki kesadaran berperan dalam koperasi karena memilki kesamaan langkah
dengan koperasi. Berbeda dengan koperasi ABC yang sering terjadi konflik antara
pengurus inti dan kepala seksi maupun dengan anggota.
Koperasi XYZ menggunakan pendekatan yang cenderung top down kepada para
anggotanya. Disini peran manajer menjadi penting sebagai ujung tombak untuk
mengarahkan program koperasi. Kondisi anggota yang relatif homogen dalam
lingkup usahanya semakin memudahkan langkah koperasi dalam mencapai tujuan.
Selain itu koperasi XYZ terbukti telah mampu menjadikan usaha mikro menjadi
pintu masuk menuju usaha yang lebih besar bahkan mendunia. Koperasi ABC juga
menggunakan pendekatan top down akan tetapi penerimaan dari anggotanya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan karena koperasi dinilai
PEMECAHAN MASALAH
60
belum mampu memberikan pintu masuk bagi para anggotanya sehingga posisi
tawarnya dimata anggota masih lemah.
Budaya kekeluargaan koperasi dikembangkan dengan membangun kesesuaian
partisipasi yang terdiri dari 3 aspek yaitu sumber‐sumber daya, pengambilan
keputusan dan manfaat ( Sunarto;2004). Koperasi XYZ adalah koperasi yang sudah
bersifat terbuka, pemanfaatan sumber daya terutama keuangan telah dilakukan
secara optimal dan anggota tetap memiliki peran yang dominan dalam menentukan
keputusan. Hal tersebut merupakan indikasi telah terbentuknya budaya koperasi
yang lebih maju dengan tetap menjaga ciri‐ciri koperasi itu sendiri.
Sejak awal aktivitas usaha anggota telah beririsan dengan bentuk kegiatan koperasi
XYZ, hal seperti ini lebih memudahkan proses integrasi dalam koperasi. Dilain
pihak pembagian SHU dilakukan setiap tahun sebagaimana halnya dividen. Bentuk
koperasi yang terbuka menjadi tantangan tersendiri bagi koperasi untuk menjaga
ciri khas koperasinya dalam pembagian dividen atau SHU.