bab iv pembahasan - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/61882/5/bab_iv.pdf · bantuan biaya...

23
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini seluruh data yang telah didapat selama proses penelitian dianalisis sesuai dengan fokus kajian penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada para pelaksana dan sasaran, studi kepustakaan juga observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian. Pembahasan ini menjawab tujuan penelitian Analisis Kesesuaian Beneficiaries pada kebijakan bidikmisi di Universitas Diponegoro. Pembahasan fenomena-fenomena Implementasi sebagai berikut: 1.1 Kesesuaian Program dengan penerima manfaat Menurut Korten (1988: 241) kesesuaian program dengan kelompok penerima manfaat adalah kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran program. Pihak Kesejahteraan dan Kemahasiswaan Undip berperan penting terhadap pelaksanaan dari program bidikmisi di Undip. Dalam kebijakan Bidikmisi terdapat beberapa klasifikasi yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan program bidikmisi agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran yang secara teknis diatur dalam Pedoman Penyelenggaraan Bidikmisi Tahun 2017 berikut ini,

Upload: nguyennhu

Post on 20-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini seluruh data yang telah didapat selama proses penelitian dianalisis sesuai

dengan fokus kajian penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan

wawancara kepada para pelaksana dan sasaran, studi kepustakaan juga observasi

terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian. Pembahasan

ini menjawab tujuan penelitian Analisis Kesesuaian Beneficiaries pada kebijakan

bidikmisi di Universitas Diponegoro. Pembahasan fenomena-fenomena

Implementasi sebagai berikut:

1.1 Kesesuaian Program dengan penerima manfaat

Menurut Korten (1988: 241) kesesuaian program dengan kelompok penerima

manfaat adalah kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan

memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran program. Pihak

Kesejahteraan dan Kemahasiswaan Undip berperan penting terhadap pelaksanaan

dari program bidikmisi di Undip. Dalam kebijakan Bidikmisi terdapat beberapa

klasifikasi yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan program bidikmisi

agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran yang secara teknis diatur

dalam Pedoman Penyelenggaraan Bidikmisi Tahun 2017 berikut ini,

1. Pembebasan biaya Pendaftaran

Kebijakan Permendikbud Nomor 96 Tahun 2014 yang telah ditetapkan di dalam

Pedoman Penyelenggaraan Bidikmisi tahun 2017 menyebutkan bahwa program

bidikmisi menawarkan pembebasan biaya pendaftaran bidikmisi sehingga penerima

bidikmisi dibebaskan segala bentuk biaya dalam pendaftaran seleksi perguruan

tinggi negeri khususnya di Undip.

Untuk mencapai output dari program untuk kelompok sasaran salah satunya

adalah pembebasan biaya pendaftaran, dan dari hasil penelitian dapat dibuktikan

bahwa seluruh mahasiswa bidikmisi yang mendaftar seleksi perguruan tinggi

dibebaskan dalam biaya dalam pendaftaran bidikmisi dan apabila sudah terjadi

membayar pendaftaran bidikmisi melelaui seleksi SBMPTN maka uang yang

dibayarkan akan dikembalikan ke penerima bidikmisi. Menurut Korten (1988: 241)

kesesuaian tersebut menunjang dalam keberhasilan kesesuaian yang ditawarkan

oleh program dengan yang dibutuhkan oleh penerima kelompok sasaran.

2. Pembebasan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh perguruan

tinggi

Pemberian biaya penyelenggaraan pendidikan adalah anggaran dari bidikmisi yang

diperuntukkan pembayaran uang kuliah tunggal, praktikum, dan yang bersifat

lingkup akademik. Kebijakan Permendikbud Nomor 96 Tahun 2014 yang telah

ditetapkan di dalam Pedoman Penyelenggaraan Bidikmisi tahun 2017. Pembebasan

Biaya Penyelenggaraan Pendidikan yang dilaksanakan oleh Organisasi Pelaksana

yaitu Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Undip sudah sesuai dengan yang ditawarkan

oleh program. Hal tersebut dibuktikan bahwa penerima bidikmisi tidak membayar

lagi dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Bidikmisi, Menurut

Korten (1988: 241) Kesesuaian tersebut menunjang dalam keberhasilan kesesuaian

yang ditawarkan oleh program dengan yang dibutuhkan oleh penerima kelompok

sasaran.

3. Bantuan Biaya Hidup Mahasiswa

Bantuan biaya hidup mahasiswa bidikmisi diberikan berdasarkan kuota yang

diberikan oleh Belmawa Kemenristekdikti. Hasil data yang diolah oleh peneliti

dapat dideskripsikan bahwa jumlah bantuan bidikmisi untuk Undip mengalami

peningkatan terutama pada tahun 2017 (Data diolah dari Belmawa

Kemenristekdikti, 2017), dan perolehan kuota terbanyak berasal dari Fakultas

Teknik hal tersebut dikarenakan

Bantuan biaya hidup pada tahun 2017 sejumlah 650.000 rupiah per bulan sesuai

dengan aturan didalam Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Biaya Program

Bidikmisi Tahun 2017. Didalam aturan tersebut bantuan diperuntukan mahasiswa

dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap bulannya.

Tabel 4.1

Daftar Pengeluaran Kebutuhan Hidup dan Tempat Tinggal Mahasiswa

Bidikmisi Tiap Bulan

Mahasiswa Kebutuhan

Makan/bulan Tempat Tinggal/bulan

FT 900.000 642.000

FSM 750.000 216.000

FH 150.000 40.000

FISIP 600.000 333.000

FPP 600.000 500.000

FIB 750.000 350.000

Jumlah 3.750.000 2.081.000

Rata-Rata 625.000 346.833

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa bidikmisi

memiliki rata-rata pengeluaran pada kebutuhan hidup sebesar Rp 625.000,- per

bulan dan pengeluaran untuk tempat tinggal sebesar Rp 346.833,-. Hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa Konten dari kebijakan penyelenggaraan beasiswa

bidikmisi tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh kepentingan

kelompok sasaran (Grindel dalam Soebarsono 2005: 94), karena kebutuhan dasar

dari beasiswa bidikmisi tidak mampu mengakomodir biaya hidup mahasiswa

bidikmisi.

4. Biaya pengelolaan bidikmisi yang diberikan ke Undip

Biaya pengelolaan adalah suatu pemberian mandat dari Kemenristekdikti kepada

undip sebagai implementor untuk menunjang program bidikmisi. Biaya tersebut

terdiri dari biaya transportasi, biaya hidup awal bagi calon mahasiswa baru penerima

bidikmisi, biaya diseminasi dan verifikasi, dan biaya pembinaan mahasiswa

bidikmisi.

Pelaksanaan biaya pengelolaan bidikmisi yang diberikan ke Undip sejauh ini

sudah dijalankan dengan baik, hal tersebut dibuktikan bahwa mahasiswa telah

menerima biaya transportasi dengan jumlah yang bervariasi tergantung dengan jarak

asal tempat tinggal, dan mahasiswa yang melakukan verifikasi juga memperoleh

uang transportasi tergantung dari jangkauan wilayah yang disurvei, dan mahasiswa

bidikmisi dibebaskan dalam kegiatan pelatihan/pembinaan yang diselenggarakan

oleh program bidikmisi. Tetapi secara teknis Bagian Kesejahteraan Mahasiswa

(Kesma) Undip belum mampu melaksanakan kegiatan berupa bimbingan karir atau

konseling bagi mahasiswa bidikmisi sehingga belum ada pengarahan terhadap

mahasiswa bidikmisi secara khusus. Hal tersebut dikarenakan profesi konseling

tidak dimiliki oleh bagian Kesma Undip.

Fenomena dari kesesuaian program dengan penerima manfaat masih belum

sesuai dengan kebijakan penyelenggaraan bantuan beasiswa bidikmisi. Hal tersebut

dapat ditunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan secara teknis belum

mampu mewujudkan kegiatan pembinaan seperti bimbingan karir/konseling

terhadap mahasiswa bidikmisi di Undip. Hal tersebut karena organisasi pelaksana

yaitu Kesma Undip belum memiliki sumberdaya yang sesuai dengan

profesi/kemampuan yang dibutuhkan untuk menangani/konseling terhadap

permasalahan penerima bidikmisi di Undip.

1.2 Kesesuaian Program dengan Organisasi Pelaksana

Menurut Korten (1988: 241) kesesuaian program organisasi pelaksana adalah

terdapat terdapat tugas yang harus dipenuhi oleh organisasi pelaksana untuk mencapai

keberhasilan program dengan kemampuan organisasi pelaksana yang dimiliki. Pihak

Kesejahteraan dan Kemahasiswaan Undip berperan penting terhadap pelaksanaan

dari program bidikmisi di Undip. Dalam kebijakan Bidikmisi terdapat beberapa

komponen yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan program bidikmisi

agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran yang secara teknis diatur

dalam Pedoman Penyelenggaraan Bidikmisi Tahun 2017 berikut ini,

1. Sosialisasi informasi program ke SMA/sederajat

Menurut KBBI Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk

mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dan lingkungannya. Didalam

Kebijakan bidikmisi disebutkan bahwa Kemenristekdikti dan Perguruan Tinggi

menjadi elemen didalam pelaksanaan program bidikmisi.

Kejelasan komunikasi menentukan akan keberhasilan implementasi sebuah

kebijakan untuk disampaikan kepada orang lain. Kurangnya kejelasan memberikan

para implementor untuk memberikan makna baru terhadap kebijakan, artinya bahwa

berlawanan dengan maksud sebenarnya undang-undang itu (Edwards dalam

Subarsono, 2005: 90)

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa komunikasi

yang dilakukan oleh Bagian Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip melalui media

cetak maupun online langsung dimengerti secara jelas oleh siswa yang hendak

melanjutkan perguruan tinggi. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak

semua siswa pada saat mendaftar mengetahui secara jelas informasi mengenai syarat

dari pendaftaran bidikmisi. Dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang diberikan

oleh Undip belum seluruhnya tersampaikan oleh masyarakat karena masih tedapat

kendala dalam komunikasi, dan hal tersebut bertolak belakang dengan teori

Edwards III.

2. Pendataan Calon Mahasiswa Bidikmisi

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu

yang diketahui atau dianggap (Hasan, 2009: 16) Pendataan calon mahasiswa

bidikmisi dilihat dari berbagai macam segi, antara lain: perkembangan nilai rapor

oleh pendaftar bidikmisi dan keterangan tidak mampu dari siswa dilihat berdasarkan

surat keterangan tidak mampu dan pendapatan orang tua.

Hasil wawancara yang didapat oleh peneliti dapat diketahui bahwa pendataan

calon penerima bidikmisi sudah sesuai prosedur. Hal ini dibuktikan dalam

pendataan siswa calon penerima bidikmisi harus mengumpulkan berkas pendukung

keterangan tidak mampu untuk membuktikan bahwa calon penerima bidikmisi

adalah tidak mampu dan lolos dari seleksi perguruan tinggi (SNMPTN/SBMPTN)

sebagai syarat bahwa lulusan yang mendaftar bidikmisi adalah mempunyai

kemampuan akademik yang unggul.

3. Penetapan calon mahasiswa penerima Bidikmisi melalui sistem bidikmisi

Menurut KBBI penetapan adalah proses, cara, perbuatan menetapkan, jadi maksud

dari penetapan bidikmisi adalah memutuskan mahasiswa yang berhak lolos dalam

penerimaan beasiswa bidikmisi

Secara teknis penetapan calon penerima bidikmisi melalui sistem bidikmisi

didapat dari peserta bidikmisi yang lolos seleksi perguruan tinggi

(SNMPTN/SBMPTN) dan telah melakukan pendaftaran ulang di Undip. Hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa Bagian Kesejahteraan

Kemahasiswaan Undip telah melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman bidikmisi

yaitu melakukan penetapan siswa bidikmisi yang lolos seleksi perguruan tinggi

melalui sistem bidikmisi. Hal tersebut dapat dilihat Bagian Kesejahteraan

Kemahasiswaan secara teknis dalam mempertimbangkan penetapan mahasiswa

salah satunya melakukan survei di beberapa tempat dan wawancara untuk data

penunjang bidikmisi. Namun pada tahap kedua apabila terdapat sisa kuota maka

proses penentuan penetapan mahasiswa tidak dilakukan survei dan secara teknis

hanya berdasarkan data administratif sesuai syarat pedoman penyelenggaraan

bantuan biaya bidikmisi, namun akibatnya proses penetapan rawan terjadi tidak

tepat sasaran dalam penerimaan beasiswa bidikmisi. Hal tersebut tak lepas dari

minimnya SDM dan anggaran yang diberikan terkait pengelolaan bidikmisi untuk

universitas.

Terkait dengan penetapan diatas tugas penetapan calon mahasiswa tersebut masih

belum sesuai dengan tugas yang diberikan oleh bidikmisi dan Undip mampu

melaksanakannya dengan baik hal tersebut sesuai dengan teori Korten (1988: 241)

namun perlu adanya penegasan terhadap aturan dalam penetapan mahasiswa

terhadap kuota sisa bidikmisi.

4. Penetapan calon penerima bidikmisi melalui SK Pimpinan Perguruan Tinggi

Didalam pedoman penyelenggaraan bidikmisi disebutkan bahwa setiap

pimpinan/rektor dari Perguruan Tinggi perlu mengeluarkan Surat Keputusan (SK)

Rektor sebagai syarat administratif penyaluran dana bidikmisi, karena jika tidak

ada SK Rektor maka Belmawa Kemenristekdikti tidak dapat menindak lanjuti dari

calon penerima bidikmisi.

Tugas dari Kesejahteraan Kemahasiswaan yaitu meneruskan data sudah

divisitasi (survei) sebagai bahan pertimbangan menetapkan mahasiswa penerima

bidikmisi. Dalam melakukan survei tidak semua mahasiswa bidikmisi disurvei

namun melakukan wawancara pada saat melakukan pendaftaran ulang masuk

perguruan tinggi. Setelah dinyatakan layak menerima beasiswa bidikmisi

pimpinan perguruan tinggi (Rektor) menetapkan melalui SK Rektor berisi dari

nama-nama penerima bidikmisi yang terdiri dari masing-masing jurusan tiap

Fakultas di Perguruan Tinggi yang terdiri dari data penerima dari mahasiswa baru

pendaftar universitas dan penerima mahasiswa lama untuk disahkan oleh rektor.

Waktu dalam menetapkan SK Rektor Undip membutuhkan hingga 2 minggu untuk

dilaporkan kepada Belmawa Kemenristekdikti.

Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip telah mampu melaksanakan tugas

sesuai dengan pedoman bidikmisi hal tersebut terlihat bahwa tidak ditemukannya

penyimpangan dalam menetapkan mahasiswa penerima bidikmisi melalui SK

Rektor, dan organisasi pelaksana dapat mampu melaksanakan proses penetapan

dengan baik sehingga dapat disimpulkan prosedur tersebut sudah sesuai dengan

teori kesesuaian program dengan kemampuan organisasi pelaksana oleh Korten

(1988: 241).

5. Penetapan dan pelaporan perubahan/penggantian bidikmisi setiap akhir

semester

Penetapan dan pelaporan ini diperlukan setiap akhir semester tujuannya apabila

ada perubahan maka dapat mengetahui nama siswa yang diganti hak bidikmisinya

tentunya juga agar lebih mudah untuk diawasi. Tugas dari Kesejahteraan dan

Kemahasiswaan dalam pelaporan perubahan/penggantian bidikmisi hampir sama

dengan penetapan melalui SK Rektor, yakni menetapkan untuk melakukan

perubahan apabila terdapat mahasiswa bidikmisi ditemukan pelanggaran atau

pengunduran diri sebagai bidikmisi ke Belmawa Kemenristekdikti. Pelaksanaan

dari penetapan dan pelaporan perubahan/penggantian penerima bidikmisi dinilai

masih belum konsisten, hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian di lapangan

bahwa terdapat data temuan bahwa mahasiswa lama yang sudah tidak aktif namun

masih terdata di penerima bidikmisi di Universitas hal ini tentu berpengaruh pada

proses penyaluran dana bidikmisi sehingga menimbulkan keterlambatan waktu

dalam pencairan bagi mahasiswa pengganti tersebut. Hal tersebut masih belum

sesuai dengan tugas yang diberikan dan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi

pelaksana (Korten, 1988: 241).

6. Melaporkan data dan informasi prestasi akademik mahasiswa bidikmisi

melalui sistem Bidikmisi

Pelaporan data dan informasi akademik bidikmisi merupakan syarat wajib bagi

mahasiswa bidikmisi untuk melaporkan perkembangan dari masa studinya. Dengan

adanya pelaporan data akademik maka dapat mengetahui bagaimana keberhasilan

dari tujuan yang sudah dicapai dari program bidikmisi yakni meningkatkan prestasi

mahasiswa baik didalam bidang kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Tugas dari Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Undip tersebut erat kaitannya

dengan ketepatan waktu dalam penyaluran bidikimisi. Hasil Penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dapat dideskripsikan bahwa fenomena kesesuaian program

dengan organisasi pelaksana jika dilihat dari aspek disposisi merupakan kendala dari

pelaksanaan tugas diatas. Hal tersebut dibuktikan bahwa dalam alur struktur

organisasi yang panjang yang diterapkan yang melibatkan Kesma Undip dan pihak

akademik di setiap jurusan hal tersebut tentunya dapat memengaruhi dalam tepat

waktu dalam proses pelaporan yang dilakukan ke sistem bidikmisi dan dampak

langsungnya adalah penyaluran dana bidikmisi yang dicairkan oleh

Kemenristekdikti menjadi terlambat/molor. Terkait dari tugas yang dilaksanakan

diatas belum menunjang dalam kemampuan dari organisasi pelaksana dari program

(Korten, 1988) karena tidak jarang bidikmisi mengalami keterlambatan disebabkan

oleh waktu dari pelaporan IP Mahasiswa Undip.

7. Monitoring dan evaluasi internal

Monitoring adalah aktivitas yang ditujukan tentang untuk memberikan informasi

tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan dengan pendekatan yang dipakai

adalah melalui riset dan praktek, dan evaluasi internal adalah kegiatan untuk menilai

tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan apabila suatu

kebijakan sudah berjalan cukup waktu lama. Pelaporan monitoring dan evaluasi

internal berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil monitoring,

analisis, dan kesimpulan yang di serahkan kepada Belmawa.

Hasil penelitian yang telah dipeoroleh bahwa proses monitoring dan evaluasi

belum sepenuhnya berjalan dengan baik, Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Undip

belum mampu memberdayakan setiap koordinator di seiap jurusan sehingga tugas

yang dilaporkan tidak lengkap, dan proses monitoring hanya mengandalkan dari

hasil nilai dari perolehan studi mahasiswa bidikmisi

Fenomena dari Kesesuaian Program dengan Organisasi Pelaksana dapat dinilai

belum sesuai. Hal ini dapat dibuktikan dilihat dari tugas yang diberikan kepada

Bagian Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip belum dijalankan keseluruhan.

Dilihat dari segi monitoring dan evaluasi, masih ditemukan tidak adanya keseriusan

dalam menjalankan tugas karena di dalam monitoring di setiap universitas terdapat

setiap koordinator untuk mengawasi mahasiswa bidikmisi namun proses monitoring

hanya mengandalkan dari rekapitulasi nilai dari mahasiswa bidikmisi di jurusan

tersebut untuk diusulkan sebagai Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)

penyelenggaraan bidikmisi dan belum terbentuknya konseling dari Kesejahteraan

Kemahasiswaan menjadi salah satu penyebab belum terpenuhinya kebutuhan

mahasiswa bidikmisi sehingga tidak jarang mahasiswa bidikmisi tidak pandai dalam

mengelola biaya bidikmisi dan hidup boros. Sama halnya dari segi pelaporan IP

mahasiswa yang tidak dijalankan tepat waktu, sehingga tidak jarang menyebabkan

keterlambatan pada proses pencairan bidikmisi. Hal ini ditengarai Kesejahteraan

Kemahasiswaan Undip memiliki sumber daya manusia yang terbatas dan proses

disposisi yang panjang sehingga dalam melaksanakan implementasi Permendikbud

Nomor 96 Tahun 2014 belum maksimal.

1.3 Kesesuaian Kelompok Pemanfaat dengan Organisasi Pelaksana

Menurut Korten (1988: 241) kesesuaian program organisasi pelaksana adalah terdapat

terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penerima bidikmisi untuk memperoleh

program dan organisasi pelaksana memiliki tanggung jawab untuk mematuhi syarat

yang diputuskan oleh program bidikmisi untuk mencapai keberhasilan program. Pihak

Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip berperan penting terhadap pelaksanaan dari

program bidikmisi di Undip. Dalam kebijakan Bidikmisi terdapat beberapa klasifikasi

yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan program bidikmisi.

1. Penerimaan bidikmisi yang lulus dari lulusan SMA/Sederajat

Bidikmisi hanya diperuntukkan bagi mereka yang telah lulus dari pendidikan

SMA/SMK/sederajat yang hendak melanjutkan pendidikan menuju perguruan

tinggi. Sekolah mengusulkan nama-nama yang akan didaftarkan dan sekolah

terdaftar sebagai pemberi rekomendasi ke laman bidikmisi dengan melampirkan

hasil pindaian untuk mendapatkan Kode Akses sekolah dan mahasiswa juga dapat

mendaftar melalui seleksi mandiri (seleksi dari perguruan tinggi apabila terdapat

sisa kuota) dengan syarat yang sama. Dalam penerimaan mahasiswa bidikmisi di

Undip perolehan terbanyak dari pendaftar anak didik SMA. Tugas dari

Kesejahteraan Kemahasiswaan adalah mendata asal sekolah dari penerima

bidikmisi.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa penerimaan

mahasiswa bidikmisi sudah sesuai pedoman penyelenggaraan bidikmisi 2017 yang

telah ditetapkan. Namun junlah kuota yang dikonsentrasi bagi sekolah penerima

belum secara pasti diatur oleh perundangan karena menurut data yang didapat

peneliti penerima beasiswa bidikmisi terbanyak berasal dari daerah Jawa Tengah

dan mengenyam pendidikan SMA Negeri, sedangkan ada beberapa sekolah di

daerah pinggiran yang belum terdaftar bidikmisi.

Belum adanya aturan resmi mengenai pemetaan sekolah oleh Belmawa

Kemenristekdikti menunjukkan bahwa belum adanya konsistensi yang dilakukan

Belmawa Kemenristekdikti sehingga syarat yang telah diputuskan belum sesuai

(Korten, 1988: 241)

1. Penerimaan bidikmisi yang lulus maksimal satu tahun sebelumnya berasal

dari lulusan SMA/sederajat

Syarat untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi adalah mendaftar dengan maksimal

satu tahun lulus pada angkatan sebelumnya, jadi apabila mahasiswa tidak

berkesempatan pada tahun pertama dapat mendaftarkan kembali pada tahun yang

kedua. Mahasiswa mendaftar melalui Kemahasiswaan atau memperoleh usulan dari

dosen dan usia maksimal 21 tahun

Hasil Penelitian yang dilakukan peneliti bahwa penerimaan mahasiswa

bidikmisi sudah sesuai dengan kebijakan bidikmisi bahwa masih diberikan satu kali

kesempatan apabila ingin menghendaki untuk mendaftar perguruan tinggi melalui

bidikmisi.

2. Warga Negara Indoenesia

Menurut UUD 1945 pasal 26 yang dimaksud Warga Negara Indonesia (WNI) adalah

orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai WNI.

Sebagai salah satu implementor kebijakan bidikmisi Kesejahteraan Kemahasiswaan

Undip telah melaksanakan tugasnya dengan baik, untuk bukti para penerima

bidikmisi berasal dari WNI asli dengan menunjukan bukti berupa fotokopi

KTM/Kartu Tanda Mahasiswa, Kartu Keluarga, dan Akte Kelahiran.

Berdasarkan dari hasil penilitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat

menyimpulkan bahwa pelaksanaan dari syarat beasiswa bidikmisi berasal dari WNI

telah berjalan sesuai peraturan.

3. Memiliki keterbatasan ekonomi dan berpotensi secara akademik

Calon mahasiswa bidikmisi yang tidak mampu yang hendak mendaftar dapat

membuktikan dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu atau pemegang

kartu identitas miskin sejenisnya, dan pendapatan kotor gabungan orang tua

maksimal sebesar Rp 3.000.000 per bulan dan atau pendapatan kotor gabungan

orang tua/wali dibagi jumlah anggota keluarga maksimal Rp 750.000 setiap

bulannya.

Pendaftar bidikmisi wajib untuk melaporkan nilai-nilai dalam masa studinya

selama duduk di sekolah, dan mengumpulkan sertifikat/prestasi sebagai nilai

tambah dalam penyeleksian penerima bidikmisi. Belmawa dan Undip memiliki

peran penting dalam pelaksanaan bidikmisi agar penerima sesuai sasaran.

Kriteria tidak mampu dari program bidikmisi yang telah diisyaratkan oleh

program dipatuhi oleh penerima kelompok sasaran dan organisasi pelaksana

(Korten, 1988: 241) berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, pihak

Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip berkoordinasi dengan baik dengan Belmawa

Kemenristekdikti dan Kelompok Sasaran sebagai tim survei. Hal tersebut

ditunjukkan bahwa dalam melakukan survei terdapat kuesioner berisi data yang

harus diisi sesuai dengan peraturan bidikmisi sehingga data yang diisikan secara

administratif cocok dengan kuesioner yang dilakukan pada saat survei. Namun

karena keterbatasan dari SDM dan anggaran yang dimiliki tidak semua Kamadiksi

diterjunkan untuk survei dan kegiatan survei hanya terkonsentrasi di pulau Jawa.

Perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah daerah

sehingga data-data yang diperoleh seperti surat keterangan tidak mampu tersebut

kredibel.

4. Tidak menerima beasiswa lain bersumber dari APBN

Beasiswa Bidikmisi merupakan beasiswa yang diinisiasi dari Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang sumber dananya berasal dari dana DIPA

Kemenristekdikti. Salah satu syarat penting bagi mahasiswa penerima bidikmisi

adalah menaati aturan bahwa penerima bidikmisi tidak boleh menerima beasiswa

lain berasal dari anggaran negara. Kriteria tidak menerima beasiswa lain bersumber

dari pusat yang telah diisyaratkan oleh program masih terdapat ketidaksesuaian.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang belum teruji kebenarannya

ditemukan bahwa terdapat mahasiswa yang menerima beasiswa berasal dari

anggaran negara dan sampai sekarang belum ditemukan data penerima beasiswa

tambahan selain bidikmisi dari mahasiswa bidikmisi tersebut. Perlu adanya

koordinasi yang baik antara Kesma Undip maupun Belmawa Kemenristekdikti agar

pelaksanaan dari kebijakan tersebut konsisten sehingga kelompok penerima manfaat

memahami dari peraturan bahwa tidak diperkenankan menerima beasiswa lain yang

bersumber dari APBN.

5. Lulus seleksi perguruan tinggi

Perguruan Tinggi khususnya Perguruan Tinggi Negeri Undip penerimaan bidikmisi

berasal dari penerimaan mahasiswa dari jalur Seleksi Nasional Mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN) karena pada dasarnya Ujian Mandiri (UM) tidak

diperuntukkan bagi mahasiswa bidikmisi sesuai kebijakan bidikmisi bahwa seleksi

mandiri diatur sesuai dengan keputusan masing-masing perguruan tinggi.

Kriteria lulus seleksi perguruan tinggi yang telah diatur oleh program dapat dipatuhi

oleh kelompok penerima manfaat dan Organisasi Pelaksana (Korten, 1988: 241).

Fenomena dari kesesuaian kelompok pemanfaat dengan Organisasi Pelaksana

dapat dinilai belum sesuai dengan syarat-syarat yang diputuskan oleh program. Hal

ini dapat dibuktikan dari segi syarat mahasiswa yang diwajibkan hanya menerima

beasiswa selain dari anggaran APBN belum sepenuhnya dipatuhi. Karena masih

ditemukannya mahasiswa yang menerima beasiswa yang berasal dari anggaran

negara.

1.4 Kendala dalam Pelaksanaan Program Bidikmisi

4.4.1 Komunikasi

Menurut Edwards dalam Subarsono (2005: 90) Keberhasilan implementasi

kebijakan mengisyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus

dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebujakan harus

ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group). Apabila kebijakan

tidak jelas, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Peneliti membahas fenomena komunikasi dengan memperhatikan transmisi dan

kejelasan yang disesuaikan dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a) Kejelasan

Indikator kejelasan komunikasi juga merupakan elemen yang

memengaruhi. Kejelasan komunikasi menentukan akan keberhasilan

implementasi sebuah kebijakan untuk disampaikan kepada orang lain.

Kurangnya kejelasan memberikan para implementor untuk memberikan makna

baru terhadap kebijakan, artinya bahwa berlawanan dengan maksud sebenarnya

undang-undang itu (Edwards dalam Subarsono, 2005: 90)

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peeliti dapat diketahui bahwa

komunikasi yang dilakukan oleh Bagian Kesejahteraan Kemahasiswaan Undip

melalui media cetak maupun online langsung dimengerti secara jelas oleh siswa

yang hendak melanjutkan perguruan tinggi. Namun fakta di lapangan

menunjukkan bahwa tidak semua siswa pada saat mendaftar mengetahui secara

jelas informasi mengenai syarat dari pendaftaran bidikmisi. Hal tersebut

membuktikan bahwa kejelasan informasi yang diberikan oleh Undip belum

seluruhnya tersampaikan oleh masyarakat.

4.4.2 Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah disampaikan secara jelas, tetapi apabila

implementor kekurangan Sumber daya untuk melaksanakan, implementasi

tidak akan berjalan efektif. Sumber daya yang baik dapat dilihat dari sumber

daya manusia, anggaran, fasilitas. (George Edwards, dalam Purwanto, dan

Dyah Ratih. 2015: 91)

a) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat

vital. Staf merupakan hal terpenting dalam pelaksanaan kebikakan publik untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pengoptimalan dari sumber daya manusia

tersebut dapat dilakukan pelatihan dan pengembangan (upgrading) untuk

peningkatan kualitas.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa

Bagian Kesejahteranan Mahasiswa Undip sudah kompeten dalam melakukan

tugas bidikmisi. Namun terdapat kendala jika dilihat dari faktor ketersediaan

sumber daya manusia yang sesuai dengan kompetensi masih kurang memadai.

Hal tersebut mengakibatkan bimbingan karir/konseling belum diadakan hingga

sampai sekarang.

b) Anggaran

Sebuah kebijakan publik tidak akan berjalan efektif bila tidak terdapat anggaran

pendukung. Anggaran dengan kecukupan modal atas suatu kebijakan untuk

menjamin terlaksananya kebijakan dengan baik. Sebab tanpa dukungan

tersebut, kebijakan publik akan berjalan timpang.

Hasil wawancara yang dilakukan diatas dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan Permendikbud Nomor 96 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Bantuan Biaya pengelolaan Bidikmisi tersebut dinilai kurang mencukupi. Hal

tersebut bisa menjadi celah bagi penerima bidikmisi tidak tepat sasaran

sehingga program bidikmisi tidak dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, dan

anggaran yang kurang dari bantuan biaya hidup mahasiswa dinilai masih

kurang hal tersebut dibuktikan bahwa rata-rata penerima bidikmisi memiliki

kebutuhan lebih besar dari bantuan yang diberikan oleh program.

4.4.3 Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu struktur

yang terpenting dari setiap organisasi adalah adanya Standard Operating

Procedure (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam

bertindak (Edwards dalam Subarsono, 2005: 90)

a) SOP

Dalam melaksanakan suatu pelayanan ke calon mahasiswa bidikmisi ataupun

mahasiswa bidikmisi harus memerhatikan apa yang dimaksud dengan Standard

Operating Procedure (SOP). SOP adalah suatu pedoman untuk melaksanakan

tugas dan pekerjaan sesuai dengan fungsinya. Hal ini juga berlaku pada

program bidikmisi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dideskripsikan bahwa

fenomena pada struktur organisasi Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Undip

merupakan faktor pendorong dalam keberhasilan program bidikmisi di Undip.

Bagian Kesejahteraan Mahasiswa telah memiliki SOP Bidikmisi berupa

Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi Tahun 2017

yang telah dijalankan sesuai pedoman yang diatur. Namun dalam

pelaksanaanya alur prosedur yang panjang untuk mengakses ke akademik

berdampak pada lamanya proses pelaporan perkembangan studi mahasiswa

bidikmisi. Prosedur yang panjang ini tentu membuat pencairan biaya bidikmisi

berjalan tidak efisien secara waktu.