bab iv kota pekalongan -...
TRANSCRIPT
61
BAB IV
HUBUNGAN ANTARA TAREKAT DENGAN ETOS KERJA PENGIKUT
TQN DI KELURAHAN TIRTO KECAMATAN PEKALONGAN BARAT
KOTA PEKALONGAN
Sebagaimana telah dipaparkan pada bab pertama, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah TQN di Kelurahan Tirto Kecamatan
Pekalongan Barat.
2. Untuk mengetahui etos kerja para pengikut TQN di Kelurahan Tirto
Kecamatan Pekalongan Barat.
3. Untuk menjelaskan hubungan antara TQN dengan etos kerja di kalangan
tarekat tersebut.
Setelah dilakukan pengumpulan data selama kurang lebih 2 bulan, yang
deskripsi metodologi, teknik dan beberapa temuannya telah disampaikan pada bab
ketiga, maka pada bagian ini akan disampaikan pembahasan terhadap temuan-
temuan yang telah diperoleh.
A. Analisis TQN di Kelurahan Tirto dan Pengikutnya
Berdasarkan dari penelitian dan wawancara penulis sebagaiman pada
bab III menerangkan bahwa ada empat ajaran pokok TQN di Kelurahan Tirto
Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan, yaitu ajaran tentang
kesempurnaan suluk, adab para murid, z|ikir, muraqabah.
1. Suluk
“Suluk” berasal dari kata ‘salaka’ yang berarti melalui, menempuh,
jalan atau cara (H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, 1953: 51). Dalam ilmu
tasawuf, suluk berarti transformasi sikap mental spiritual dari yang belum
sempurna dengan cara menyucikan diri lahir batin untuk mencapai
kehidupan rohani yang lebih sempurna (Zahri Mustafa, 1984: 44), yaitu
dalam tempat yang sedekat-dekatnya dengan Tuhan, namun tidak sampai
meninggalkan kehidupan duniawi.
62
Ajaran suluk pada TQN di kelurahan Tirto ini dilakukan dengan
mempertebal keimanan melalui pengajian-pengajian setiap ada kegiatan
tarekat mingguan dan bulanan. TQN di Kelurahan Tirto lebih menekankan
ajaran kesempurnaan suluk (iman, islam dan ihsan) kepada pengikutnya,
karena kesempurnaan suluk ini merupakan ajaran pokok dalam tarekat
dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Menurut M. Solihin
(2005: 322) kesempurnaan suluk dalam tiga dimensi agama Islam, yaitu:
iman, islam, dan ikhsan, dikemas dalam satu ajaran yang sangat popular,
yaitu syari’at, tarekat, dan haqiqat. Syari’at adalah dimensi perundang-
undangan dalam islam yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt melalui
rasul-Nya Muhammad Saw., baik yang berupa perintah maupun larangan.
Tarekat merupakan dimensi pengamalan syari’at tersebut yang didasarkan
atas keimanan akan kebenaran syari’at. Sedangkan haqiqat adalah dimensi
penghayatan dalam pengamalan syari’at yang ada. Dengan penghayatan
atas pengamalan syari’at itulah seseorang akan mendapatkan manisnya
iman yang disebut ma’rifat. Sebagai wujud penekanan ajaran ini TQN di
Kelurahan Tirto selalu mengadakan pertemuan mingguan dan bulanan
yang dihadiri sampai empatratusan peserta (lihat table 3).
2. Adab murid
Yang dimaksud dengan murid pada TQN di kelurahan Tirto yaitu
semua peserta TQN baik yang sudah dibai’at maupun yang belum
dibai’at. Murid di TQN ini harus mengikuti ajaran-ajaran TQN serta ta’at
pada gurunya. Hal ini sesuai dalam ajaran TQN pada umumnya yang
menyatakan bahwa pengikut tarekat itu juga dinamakan dengan murid,
yaitu seorang menghendaki pengetahuan dan petunjuk dalam segala amal
ibadahnya (Hanafi, 2010: 30).
3. Z|ikir
Z|ikir yang diajarkan pada TQN di kelurahan Tirto ada dua yaitu:
Z|ikir nafi isbat, yaitu z|ikir kepada Allah dengan menyebut kalimat
“ lailahaillallah”. Dan Z|ikir ismu dzat yaitu z|ikir kepada Allah dengan
menyebut kalimat “Allah” secara sirr atau khafi (dalam hati).
63
Z|ikir-z|ikir yang dilakukan oleh para peserta TQN di Kelurahan
Tirto juga merupakan z|ikir yang biasa dilakukan oleh para tarekat
lainnya dan ini biasanya dilakukan secara bulanan dan tahunan
(Bruinessen, 1992: 97).
4. Muraqabah
Muraqabah (Keterjagaan) Praktik sufi yang sangat penting ialah
keterjagaan. Muraqabah ini dipraktikkan agar dapat menyaksikan dan
menghaluskan keadaan diri sendiri (Kholid Ahmad sahlan, 2011:5).
Muraqabah merupakan yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk
meneliti keadaan diri sendiri. Pada TQN di kelurahan tirto Muraqabah
diartikan sebagai suatu karunia yang diberikan oleh Allah kepada
hamba-Nya yang selalu beribadah kepada-Nya, selalu mengekalkan z|ikir
di mana saja dia berada, dan terus menerus menjaga hatinya agar tidak
dikotori dengan sifat-sifat tercela (Ustadz Taufiq, wawancara 3-6-2013).
Berdasarkan dari keterangan di atas bahwa keempat ajaran TQN
yang telah dilakukan pada TQN di kelurahan Tirto merupakan ajaran
TQN yang ada pada umumnya dalam artian ajaran TQN di keluraha
Tirto tidak meleneceng pada ajaran TQN pada umumnya. Disamping
ajaran-ajaran tersebut, TQN di Kelurahan Tirto juga mempunyai
serangkaian kegiatan-kegiatan yaitu harian, mingguan dan bulanan.
Dalam kegiatan tarekat yang bersifat harian hanya diikuti oleh puluhan
pengikut saja, sedang yang bersifat mingguan dan bulanan akan kami
paparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel. 4.1 Rata-rata Jumlah Peserta Pengikut Pengajian Tarekat Mingguan
No Hari Jenis
Kelamin Jumlah Peserta
Belum Dibai’at Sudah Dibai’at Jumlah
1. Selasa Malam Laki-laki 32 103 132
Perempuan 25 82 107
Jumlah 57 185 239
2. Kamis Malam Laki-laki 35 104 139
Perempuan 41 81 122 Jumlah 76 185 261
(Muhammad Taufiq (Pengurus TQN), wawancara 3-6-2013)
64
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TQN di kelurahan Tirto
yang berupa harian, mingguan dan bulanan juga dilakukan pada tarekat-
tarekat lainya. Bruinessen (1992: 97) menyatakan bahwa kegiatan
tareakat tahunan dilakukan untuk mengenang wafatnya Syeikh Abdul
Qadir al-Jilany, pada tanggal 11 Rabiul Tsani, dan juga perayaan pada
setiap bulan yakni pada tanggal sebelasan. Peneitian yang dilakukan oleh
Zubaidi (1999: 73) tentang tarekat di daerah demak juga mempunyai
kegiatan yang sama yaitu harian, mingguan dan bulanan. Sedang jumlah
yang hadir dalam kegiatan bulanan sebagai berikut:
Tabel. 4.2 Jumlah Rata-rata peserta pengajian bulanan
No Jenis Kelamin Jumlah Peserta
Belum diba’iat Sudah dibai’at Jumlah
1 Laki-laki 20 100 120
2 Perempuan 60 85 145
Jumlah 80 185 265
(Muhammad Fatwa (Pengurus TQN), wawancara 3-6-2013)
Kalau dilihat dari jumlah peserta yang hadir pada kegiatan-
kegiatan TQN di Kelurahan Tirto pada table 4.1 dan 4.2, maka tampak
bahwa pengunjung paling banyak yaitu pada kegiatan bulanan.
Banyaknya pengunjung pada kegiatan bulanan tersebut belum tentu
intensistas tertinggi peserta TQN pada kegiatan bulanan, karena kalau
diprosentase, peserta TQN lebih sering mengikuti kegiatan mingguan
dari pada bulanan, sebagaimana pada tabel 4.3. dengan julaah peserta
yang cukup banyak intensitasnya pada kegiatan mingguan ini maka
peneliti menilai intensitas keaktifan peserta TQN di Kelurahan Tirto ini
cukup baik.
Tabel. 4.3 Data Keaktifan Kegiatan TQN
No Variat Kategori f f %
1 75,5 – 85,5 Sangat Baik 12 3,57
2 65.5 – 75,5 Baik 65 42,86
65
3 55,5 – 65,5 Cukup 53 36,69
4 45,5 – 55,5 Kurang 51 15,26
5 35,5-45,5 Sangat kurang 4 1,62
Jumlah 185 100,00
Kelemahan pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tarekat,
majlis ta’lim, Pengajian dan lainnya, pada umumnya tidak mempunyai
administrasi yang baik, sehingga hal ini cukup menyulitkan bagi para
peneliti yang akan meneliti. Namun tidak adanya administrasi yang baik,
dalam kegiatan keagamaan seperti tarekat, majlis ta’lim, dianggap lazim
oleh masyarakat umum, kareana yang dibutuhkan dalam kegiatan
tersebut adalah keikhlasan tanpa adanya paksaan sehingga pasang
surutnya jama’ah hanya dapat diperkirakan saja, tidak dapat dihitung
jumlah pastinya.
Sedang motivasi peserta TQN dalam mengikuti TQN berbeda-
beda, berdasarkan dari wawancara peneliti kepada peserta TQN di
kelurahan Tirto tentang motivasi peserta TQN dikelurahan Tirto sebagai
berikut:
1. Mendekatkan diri kepada Allah
2. Agar hati menjadi tenang
3. Untuk membersihkan hati
4. Untuk mendapatkan ridha Allah
5. untuk keselamatan dunia akhirat
6. Agar ibadah menjadi khusyu’
7. untuk mengisi waktu luang atau ikut teman
Muhammad Taufiq mengikuti kegiatan TQN ini mempunyai
motivasi mendekatkan diri kepada Allah, ia mengatakan ”Dengan ikut
tarekat, saya dapat mendekatkan diri pada Allah, agar bisa mendapatkan
jalan lurus yang diridloi Allah” (Muhammad Taufiq, wawancara 28-12-
2013), motivasi Muhammad Taufiq ini telah diikuti oleh 10 peserta TQN
66
yang lain dan merupakan prosentase terbanyak yaitu 22% bila
dibandingkan dengan motivasi-motivasi yang lain pada TQN di
kelurahan Tirto. Motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah ini
sesuai dengan pengertian tarekat, yang dapat didefinisikan sebagai
perjalanan seorang menuju Allah dengan cara menyucikan diri atau
perjalanan khusus bagi para seseorang yang menempuh jalan menuju
kepada Allah Swt (Al-Faqir, 2012: 53).
Khoirul Anam mengatakan ”ya agar dunia dan akhiratnya dapat,
untuk mendapatkan kebahagian dunia akhirat to, tidak cuma kerja saja”
(Khoirul Anam, wawancara 28-12-2013). Motivasi khoirul anam ini
sejalan dengan 5 peserta TQN yang lain. Motivasi Khoirul Anam ini
mengandung dua unsur yaitu kebahagiaan dunia implikasinya termasuk
giat bekerja, dan kebahagiaan akhirat implikasinya juga giat beribadah.
Motivasi Khoirul Anam ini juga merupakan anjuran yang tercantum
dalm al-Qur’an, (QS. Al-Baqarah [2]: 201):
!$oΨ−/ u‘ $oΨÏ?#u ’ Îû $u‹ ÷Ρ ‘‰9 $# Zπ uΖ|¡ ym ’ Îûuρ Íο t� ÅzFψ $# Zπ uΖ|¡ ym $oΨÏ%uρ z>#x‹ tã
Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄⊃⊇∪
Artinya: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 49)
Motivasi untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat ini
bukan merupakan tujuan utama pada ajaran tarekat, tetapi merupakan
implikasi pada peserta yang mengikuti tarekat, dengan mengikuti tarekat
peserta tarekat dapat berhati-hati dalam menjalankan hidup di dunia ini
sehingga dunianya selamat serta bersungguh-sungguh dalam beribadah,
sehingga akhiratnya juga selamat.
H. Moh Ali mengatakan ”Untuk mendapatkan ridho Allah dan
hati agar menjadi bersih dan tenang”, motivasi H. Moh Ali ini telah
diikuti oleh 3 peserta TQN yang lainnya yaitu agar mendapatkan rid{a
67
Allah Swt. Konsep rid{a dalam ilmu tasawuf menurut Ibnu Dahlan el-
Madary (2010) yaitu manusia harus menerima dan rid{a atas semua
ketentuan Allah baik berupa perintah maupun larangan, halal dan haram,
kalau manusia dapat merasa rid{a atas semua ketentuan Allah tersebut,
insya Allah Allah akan rid{a padanya. Hal ini dilandaskan dengan firman
Allah surat At-taubah: 96:
tβθ à�Î= øts† öΝà6 s9 (#öθ |Ê÷� tIÏ9 öΝåκ÷] tã ( β Î* sù (#öθ |Êö�s? öΝåκ ÷]tã χ Î*sù ©! $# Ÿω 4 yÌö�tƒ Çtã
ÏΘ öθ s)ø9$# šÉ) Å¡≈x� ø9$# ∩∉∪
Artinya: ”Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu rid{a kepada mereka. tetapi jika Sekiranya kamu rid{a kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak rid{a kepada orang-orang yang Fasik itu”. (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 296)
Dan surat Az-zumar: 7:
βÎ) (#ρã�à� õ3s? χÎ* sù ©!$# ;Í_xî öΝä3Ζ tã ( Ÿωuρ 4 yÌö�tƒ Íν ÏŠ$t7 Ïè Ï9 t�ø�ä3 ø9 $# ( β Î)uρ (#ρã�ä3 ô± n@
çµ |Êö�tƒ öΝä3s9 3 Ÿω uρ â‘ Ì“s? ×ο u‘ Η#uρ u‘ ø— Íρ 3“t�÷z é& tβθè= yϑ÷è s? 4
Artinya: ”Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak merid{ai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid{ai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”. (Ash-Shiddiqi, dkk. 1990 : 746)
Untuk mendapatkan rid{a Allah seseorang harus merasa rid{a dulu
atas semua yang Allah takdirkan kepada orang tersebut, untuk dapat
menerima semua takdir Allah dengan rid{a dan iklhas, seseorang perlu
adanya latihan-latihan penyucian hati. Pensucian hati merupakan salah
satu ajaaran TQN yang dilakukan dengan cara bertaubat.
Untuk peserta TQN di kelurahan Tirto yang mempunyai motivasi
untuk membersihkan hati ada 4, salah satunya adalah M. Saiful dengan
mengatakan ”Untuk membersihkan hati dan pikiran sehingga dapat
68
menambah kedekatan kita kepada Allah”. Membersihkan hati
merupakan tujuan utama TQN. Salah satu kegiatan TQN yang dilakukan
dengan membai’at dimana dengan bai’at tersebut peserta TQN
diharapkan dapat membersihkan hati dan jiwanya (Kharisudin Aqib,
2008: 2).
Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan merupakan
motivasi yang dimiliki oleh Kartumi dan diikuti oleh 2 peserta TQN
lainnya dengan mengatakan ”Agar iman dan ketaqwaan saya semakin
meningkat”. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan ini merupakan
salah satu dari tujuan suluk yang mengandung 3 hal yaitu islam, iman
dan ihsan (M Solihin, 2005: 322). Suluk merupakan salah satu dari
ajaran TQN, termasuk TQN di kelurahan Tirto.
Motivasi ikut kegiatan TQN di kelurahan Tirto yaitu agar hatinya
menjadi tenang, motivasi ini sesuai dengan ungkapan M. Khoirul Anam
”Untuk hatinya supaya tenang”, motivasi M. Khoirul Anam ini diikuti
oleh 2 peserta TQN lainnya. Tenangnya hati seorang peserta TQN
merupakan labet atau dampak positif dari kegiatan pensucian jiwa dan
hati melalui bai’at dan kesempurnaan suluk pada peningkatan keimanan.
”Agar hidup saya tenang dan tambah dekat kepada Allah”
penyataan tersebut merupakan motivasi peserta TQN yang bernama
Casmudi. Motivasi agar hidunya menjadi tenang ini telah diikuti oleh 2
peserta lainnya. Hidup menjadi tenang ini juga merupakan dampak
positif dari pensucian jiwa dan harta melalui bai’at dan kesempurnaan
suluk.
Mensucikan jiwa merupakan motivasi peserta TQN yang
bernama Nur Rahmah, dan diikuti oleh 2 peserta TQN lainnya dengan
mengatakan ”Untuk mensucikan jiwa agar hati tenang”. Mensucikan
jiwa ini juga merupakan salah satu dari tujuan bai’at dengan dibai’at
murid atau peserta TQN akan menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan
tercela (Kharisudin Aqib, 2008: 2).
69
M. Nihazatuzaen yang berprofesi sebagai guru, menyatakan
motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”kekhusukan dalam beribadah”.
Motivasi M. Nihayatuzzaen ini telah diikuti oleh 3 peserta lainnya.
Kekhusukan dalam beribadah ini merupakan bukan tujuan utama dari
TQN, melainkan labet atau dampak positif dari ajaran TQN yang berupa
kesempurnaan suluk, dengan pengajaran iman, islam dan ihsan
seseorang akan meningkat iman dan ketaqwaannya yang didalamnya
juga termasuk syariat (Kharisudin Aqib, 2008: 2), sehingga dalam
ibadah pun akan menjadi khusyuk, tentunya dalam pengajian kegiatan
mingguan atau bulanan pun para para mursyid juga menekankan agar
khusuk dalam beribadah.
Motivasi Lillahi ta’ala merupakan bukan tujuan utama dari
ajaran tatekat, melainkan anjuran agar peserta TQN dalam melakukan
sesuatu baik ibadah mahdloh maupun ibadah muamalah harus didasari
dengan Lillahi ta’ala, motivasi Lillahi ta’ala ini dapat dimiliki peserta
TQN dimungkinkan peserta TQN sering mengikuti pengajian dari
berbagai pengajian terlepas pengajian TQN atau tidak, sehingga
penyerapan peserta TQN tidak fokus pada ajaran TQN tetapi
pengetahuan agama secara umum. Hal ini tidak menjadi masalah pada
kegiatan TQN maupun peserta, karena konsep Lillahi ta’ala merupakan
ajaran yang baik dan tidak melanggar aturan-atuarn TQN, melainkan
TQN mendukung konsep tersebut, guna kesempurnaan suluk, dan sikap
qana’ah.
Kasturi yang bekerja sebagai buruh diperusahaan batik
menyatakan motivasinya ikut kegiatan TQN ”Agar hidup saya menjadi
berkah dan hati menjadi tenang”, motivasi hudup berkah ini telah diikuti
oleh 2 peserta TQN lainnya. Hidup menjadi berkah merupakan bukan
tujuan utama dari TQN tetapi merupakan labet atau dampak positif dari
kegiatan TQN.
Muhammad Salafudin yang bekerja sebagai wiraswasta,
menyatakan motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”Untuk memperdalam
70
ilmu agama”, motivasi untuk memperdalam ilmu agama ini juga sama
dengan pendapatnya Ahyadi. Dalam tarekat memang ada kegiatan
pengajian yang berupa pembekalan ilmu pengetahuan agama kepada
para peserta TQN, namun tujuan utama TQN bukan memperdalam ilmu
agama tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beberapa
kegiatan-kegiatan TQN.
Disamping beberapa motivasi di atas, ada juga peserta TQN yang
mempunyai motivasi agar hidupnya terarah dan tidak berfoya-foya,
seperti yang diungkapkan oleh H. Ihsan ”Agar hidup kita menjadi
terarah dan tidak berfoya-foya”, dari ungkapan H, Ihsan ini bahwa ikut
kegiatan TQN ia berharap dapat mencegah dari sifat jeleknya yang
berupa foya-foya, motivasi ini dalam TQN bisa dikatan sebagai langkah
awal untuk mengikuti TQN tetapi tidak tujuan utama dari TQN.
Suryanto yang berprofesi sebagai buruh batik mengtakan,
motivasinya ikut kegiatan TQN yaitu ”Pada awalnya saya ikut-ikutan
teman, tapi lama-lama saya tertarik karena temannya banyak dan
kegiatanya positif”. Motivasi Suryanto ini tidak mempunyai dasar atau
keingin yang kuat dalam tujuan TQN, karena hanya ikut-ikut teman saja.
Disamping itu ada juga yang bermotivasi mengisi waktu luang dengan
ibadah sebagaimana diuangkapkan oleh Ahmad Taufiq ”beribadah untuk
mengisi waktu luang saya”. Motivasi Ahmad Taufiq ini juga kurang
kuat, karena hanya mengisi waktu luang saja dengan kegiatan positif,
penytaan Ahmad Taufiq ini dapat diartikan jikalau Ahmad Taufiq sibuk,
maka ia tidak akan mengikutinya.
Dari berbagai macam motivasi peserta TQN untuk mengikuti
kegiatan TQN di kelurahan Tirto ada yang sesuai dengan tujuan TQN
dan ada yang hanya mendapatkan atsar, labet atau damapak positif dari
kegiatan TQN dan ada yang sekedar ikut dan tidak mempunyai dasar
atau keinginan yang kuat. Namun, berdasarkan dari semua motivasi yang
ada di atas, tidak ada satupun yang bermotivasi buruk atau melanggar
ajaran agama Islam, tetapi sesuai dengan ajaran Islam, dengan kata lain
71
semua motivasi peserta TQN sangat baik, walaupun belum atau tidak
sesuai dengan tujuan TQN yang semestinya.
B. Analisis Etos Kerja Peserta TQN di Kelurahan Tirto
Di samping peneliti menganalisis tentang gambaran umum TQN di
kelurahan Tirto, peneliti juga akan menganalisis etos kerja peserta TQN di
kelurahan Tirto, apakah etos kerja di kelurahan Tirto tinggi atau tidak, dan
apakah etos kerja yang tinggi tersebut merupakan dampak positif dari kegiatan
TQN atau tidak.
Sebelum peneliti membahas etos kerja peserta TQN di kelurahan Tirto,
kiranya peneliti perlu memaparkan profesi para peserta TQN di kelurahan
Tirto terlebih dahulu. Berdasarkan dari hasil wawancara dan penyebaran
angket ke 37 peserta TQN di kelurahan Tirto menunjukkan bahwa profesi para
peserta TQN berdeda-beda atau bervariatif, yaitu sebagai berikut:
Tabel. 4.5 Data Profesi Peserta TQN
No Pekerjaan Jumlah %
1. Pengrajin Batik / Buruh Batik 18 50
2. Pedagang 9 25,97
3. Karyawan Pabrik 4 12,34
4. Petani 3 6,82
5. Guru 2 3,08
6. Penjahit 1 1,70
Jumlah 37 100
Berdasarkan dari data tabel 4.5 menunjukkan bahwa para peserta TQN
di Kelurahan Tirto mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda. Profesi yang
paling banyak ditekuni oleh peserta TQN di Kelurahan Tirto yaitu
berhubungan dengan batik, hal ini sesuai dengan ciri khas Kota Pekalongan
yang terkenal sebagai Kota Batik, dari sampel 37 peserta ada 18 (50%)
pengrajin dan buruh batik ditambah 9 (25,97%) pedagang yakni ada 25,97%
atau 27 peserta yang berhubungan dengan batik. Tingkat lebih rendah
72
berikutnya adalah karyawan yang mencapai 4 (12, 34%) dari 37 sampel.
Untuk guru 3 (3,08), petani 2 (12,34) dan penjahit 1 peserta atau 1,70% saja.
Untuk mengetahui etos kerja peserta TQN di kelurahan Tirto, penulis
menggunakan penjelasan dari Akhmad Kusnan (2004). Beliau menyimpulkan
pemahaman bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia
menggunakan lima indikator untuk mengukur etos kerja, kelima indikator
tersebut sebagaimana penulis sebutkan pada bab III. Hasil dari penyebaran
angket tersebut sebagai berikut:
Tabel 4.6. Etos Kerja Penganut Tarekat (N = 37)
No Variat Kategori f f %
1 81,5 – 91,5 Sangat Baik 4 7,79
2 71,5 – 81,5 Baik 10 28,57
3 61,5 – 71,5 Cukup 15 46,75
4 51,5 – 61,5 Kurang 6 14,61
5 41,5 – 51,5 Sangat Kurang 2 2,27
Jumlah 37 100,00
Tabel 4.6 merupakan gambaran Etos kerja para peserta TQN dalam
bentuk data. Dari gambaran data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan
peserta TQN di kelurahan Tirto mempunyai etos kerja yang sangat tinggi yaitu
mencapai 4 peserta atau 7,79%, dan jumlah peserta yang mempunyai etos
kerja tinggi yaitu 10 peserta atau 28,57%. Sedangkan peserta yang mempunyai
etos kerja cukup ada 15 peserta atau 46,75% dan yang mempunyai etos kerja
kurang/rendah ada 6 peserta atau 14,61%, terakhir yang mempunyai etos kerja
sangat kurang ada 2 peserta atau 2,27%.
Berdasarkan dari tabel 4.6 tentang etos kerja TQN menunjukkan
bahwa rata-rata etos kerja peserta TQN di kelurahan sangat tinggi dengan di
dominasi indikator 1-5 yaitu 4 peserta atau 7,79%, ditambah lagi indikator
etos kerja tinggi (1-4) urutan kedua yaitu 10 peserta atau 28,57%. Jadi etos
73
kerja peserta TQN yang di atas rata-rata ada 14 peserta atau 36,36% dari 37
sampel yang peneliti ambil.
C. Analisis Hubungan Antara Etos Kerja Peserta TQN Dengan TQN di
Kelurahan Tirto
Dari angket yang telah didistribusikan kepada semua responden diperoleh
data tentang intensitas responden dalam mengikuti kegiatan organisasi tarekat
sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.7. angket untuk sub-scale ini terdiri
dari 7 item. Rata-rata skor responden adalah 19,85 dari maksimal skor 28 yang
bisa dicapai. Skor terendah mereka adalah 12 dan skor tertinggi adalah 28.
Tabel 4.7. Intensitas mengikuti kegiatan organisasi tarekat (N=37)
No Variat Kategori f f %
1 27,5 – 31,5 Sangat Baik 1 0,32
2 23,5 – 27,5 Baik 14 33,77
3 19,5 – 23,5 Cukup 12 20,45
4 15,5 – 19,5 Kurang 8 15,91
5 11,5 – 15,5 Sangat Kurang 2 29,55
Jumlah 37 100,00
Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa rata-rata responden mempunyai
intensitas yang cukup, sedang yang tergolong baik dan baik sekali ada
34,09%. Sementara yang masuk kategori kurang dan kurang sekali mencapai
45,46%. Keadaan ini relatif baik mengingat kegiatan-kegiatan itu
diselenggarakan secara sukarela, tanpa daftar hadir, dan tidak diwajibkan.
1. Deskripsi Penelitian
Deskripsi data berguna untuk memudahkan pemahaman terhadap hasil
penelitian. Deskripsi data penelitian ini secara berturut-turut dimulai dari data
variabel keaktifan bertarekat (X) dan etos kerja pengikut tarekat (Y). Dari
perhitungan analisis deskriptif diperoleh skor tertinggi, skor terendah, modus,
74
median, rata-rata dan simpangan baku sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6 Deskripsi Data Hasil Analisis Statistik Dasar
No Kriteria variabel
X Y
1
2
3
4
5
6
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Modus
Median
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
77
54
71
70
68,76
5,6
91
66
77
77
77,35
5,516
Sumber: Data Primer, diolah (2014).
Keterangan:
X : Penjumlahan skor angket variabel keaktifan mengikuti tarekat
Y : Penjumlahan skor angket variabel etos kerja
b) Klasifikasi Skor Data Tiap Variabel
Klasifikasi data dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga
kelompok yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun penentuan jarak
(range) data variabel digunakan formula:
Kategori tinggi : Mean/rata-rata + 1 simpang baku/Standar Deviasai ke atas
Kategori sedang : Mean – 1 SD sampai dengan Mean +1 SD
Kategori rendah : Mean -1 ke bawah
1. Klasifikasi Data Skor Variabel Keaktifan Mengikuti Tarekat
Untuk mengetahui klasifikasi data skor variabel keaktifan
mengikuti tarekat digunakan nilai rata-rata 68,76 dan simpangan baku
5,6. Hasil klasifikasi data skor variabel keaktifan mengikuti tarekat dapat
dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
75
Tabel. 4.7 Hasil klasifikasi data skor variabel keaktifan mengikuti tarekat
No Jenis Kategori Interval Frekuensi Prosentase
1 Kategori Tinggi > 74,36 5 14
2 Kategori Sedang 63,16 – 74,36 28 76
3 Kategori Rendah < 63,16 4 10
Jumlah 37 100
Sumber: Data primer, diolah (2014)
Tabel 4.7 menunjukkan klasifikasi skor keaktifan mengikuti tarekat
dengan kategori tinggi sejumlah 5 orang (14%), kategori sedang sebanyak
28 orang (76%) dan kategori rendah sebanyak 4 orang (11%). Dari data
ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam segi keaktifan
mengikuti tarekat dalam kategori sedang.
2. Klasifikasi Data Skor Variabel Etos Kerja
Untuk mengetahui klasifikasi data skor variabel etos kerja
digunakan nilai rata-rata 77.35 dan simpangan baku 5.519. Hasil
klasifikasi data skor variabel etos kerja dapat dilihat pada tabel 4.8
sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil klasifikasi data skor variabel etos kerja
No Jenis Kategori Interval Frekuensi Prosentase
1 Kategori Tinggi > 82.86 6 16
2 Kategori Sedang 71.83 – 82.86 23 62
3 Kategori Rendah < 71.83 8 22
Jumlah 37 100
Sumber: Data primer, diolah (2014)
Tabel 4.8 menunjukkan klasifikasi skor etos kerja dengan kategori
tinggi sejumlah 6 orang (16%), kategori sedang sebanyak 23 orang (62%)
dan kategori rendah sebanyak 8 orang (22%). Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki etos kerja sedang dan
baru sebagian kecil yang beretos kerja tinggi.
76
c) Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh Keaktifan Mengikuti Tarekat Terhadap Etos Kerja
a. Persamaan regresi
Persamaan regresi pengaruh keaktifan mengikuti tarekat terhadap etos
kerja dapat dilihat dari tabel hasil olah data menggunakan SPSS berikut:
Tabel 4.16 Tabel koefisien Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Fraction
Missing
Info. B Std. Error Beta
1 (Constant) 28,397 8,515 3,335 ,002
Keaktifan
tarekat 0,710 ,123 ,698 5,767 ,000
a. Dependent Variable: etos kerja
Berdasarkan tabel 4.16 hasil analisis regresi ganda dengan
satu prediktor diperoleh persamaan garis regresi Y = 28,397+ 0,710X.
Koefisien korelasi parsial sebesar 0,710 pada konstanta 28,397
menunjukkan kuatnya tingkat pengaruh antara variabel keaktifan
tarekat terhadap etos kerja. tanda positif pada koefisien korelasi
menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah.
b. Signifikansi
Untuk mengetahui taraf signifikansi pengaruh keaktifan
mengikuti tarekat terhadap etos kerja dapat dilihat dengan tabel berikut:
Tabel 4.17 Tabel Anova ANOVA a
Model Sum of quares df Mean Square F Sig.
1 Regression 534,198 1 534,198 33,255 ,000b
Residual 562,235 35 16,064
Total 1096,432 36
a. Dependent Variable: Etos kerja
b. Predictors: (Constant), Keaktifan tarekat
77
Berdasarkan tabel 4.17 diperoleh nilai Sig. = 0,000 yang
berarti < kriteria signifikan (0,05), dengan demikian model persamaan
regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan artinya, model
regresi linier memenuhi kriteria linieritas. Sehingga dapat diartikan
bahwa keaktifan mengikuti tarekat mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap etos kerja pengikut tarekat.
c. Sumbangan
Nilai sumbangan persentase dapat diketahui dengan melihat
hasil olah data menggunakan SPSS berikut:
Tabel 4.18 ouput model summay
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,698a ,487 ,473 4,00797 a. Predictors: (Constant), keaktifan tarekat b. Dependent Variable: etos kerja
Nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi
sebesar 0,698. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh
keaktifan bertarekat terhadap etos kerja pengikut tarekat ada di
kategori kuat. Melalui tabel ini juga diperoleh nilai R Square atau
koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa bagus model
regresi yang dibentuk oleh interaksi pengaruh keaktifan bertarekat
terhadap etos kerja. Nilai KD yang diperoleh adalah 48,7% yang dapat
ditafsirkan bahwa keaktifan bertarekat memiliki pengaruh kontribusi
sebesar 48,7% terhadap etos kerja dan 51.3% lainnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain keaktifan bertarekat. Jadi uji signifikansi koefisien
korelasi parsial dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
keaktifan bertarekat (X) terhadap etos kerja (Y) sehingga hipotesis
diatas bisa diterima.
78
d) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari analisis uji hipotesis yang telah dilakukan peneliti maka hasilnya
dapat diuraikan sebagai berikut: Dari hasil uji hipotesis diperoleh pengaruh
yang signifikan dari keaktifan bertarekat terhadap etos kerja, terbukti
sumbangan efektif sebesar 48,7% dengan taraf signifikansi 0,05 artinya
pengaruh keaktifan bertarekat terhadap etos kerja cukup kuat, semakin aktif
bertarekat berarti semakin tinggi etos kerjanya.
Tingginya etos kerja peserta TQN pada tabel 4.6 yang tercermin pada
indikator 1-5 (22 peserta/44%) ditambah indikator 1-4 (13 peserta/26%),
dengan total ada 35 peserta atau 70%, tidak semua dipengaruhi oleh TQN, hal
ini berdasarkan dari pernyataan peserta TQN yang bernama Hj. Shofiyah
salah satu peserta yang mempunyai etos kerja sangat tinggi (indikator 1-5)
menyatakan “Kalau saya memang sudah dari kecil membantu orang tua
dalam proses pembatikan mas, semangat kerja sudah dari dulu sebelum ikut
tarekat, jadi bukan karena tarekat saya kerjanya semangat seperti ini mas”
(Hj. Shofiyah, wawancara 28-12-2013). Peserta yang mempunyai etos kerja
tinggi tetapi bukan karena TQN tetapi dipengaruhi oleh faktor lain ada 6
peserta atau 12%.
Penyataan Hj. Shofiyah ini dan ke 5 peserta lainnya merupkan hal
yang wajar jikalau kegiatan TQNnya tidak berpengaruh pada etos kerjanya,
karena menurut Ferry Noveliadi (2009: 14-17) bahwa yang mempengaruhi
etos kerja seseorang itu ada enam faktor yaitu agama, budaya, soaial politik,
kondisi lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi
intrinsik individu.
Berdasarkan dari wawancara kepada para pengikut TQN yang
mempunyai etos kerja yang tinggi, ada 9 peserta TQN yang menjawab tidak
jelas atau ragu-ragu ketika ditanya apakah ada peningkatan etos kerja
semenjak mengikuti kegiatan TQN di kelurahan Tirto?. Bentuk jawaban
keragu-raguan ini dapat dilihat dari jawaban M. Zaed dengan menjawab
“tidak tentu, kadang-kadang”, dan H. Ihsan dengan jawaban “kalau saya
tergantung situasi pasar mas”. Jawaban tersebut mengisyaratkan keragu-
79
raguan mengenai hubungan TQN dengan etos kerja. Apalagi H. Ihsan lebih
jelas dengan mengatakan “tergantung situasi pasar”, jawaban ini
menunjukkan bahwa yang mempengaruhi etos kerjanya bukan TQN
melainkan keadaan situasi pasar atau keadaan perekonomiannya. Hal ini
wajar karena struktur perekonomian seseorang juga dapat mempengaruhi etos
kerja seseorang (Ferry Noveliadi, 2009: 16).
Para peserta TQN yang mempunyai etos kerja tinggi di atas rata-rata
dan menjawab “ya” atau “tentu” atau “pasti mas” dengan tegas ketika ditanya
apakah dengan mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda
meningkat ?, ada 20 peserta atau 40% dari 50 sampel. Dari 20 peserta tersebut
yang mempunyai intensitas mengikuti kegiatan TQN kurang, atau hanya 1
kegiatan saja yang diikutinya dari tiga kegiatan yaitu harian, mingguan dan
bulanan ada 7 peserta. Ke-7 peserta tesebut ketika dikonfirmasi
bagaimanakah TQN mempengaruhi tingginya etos kerja anda ?, mereka
hanya menjawab “ya” atau “tentu” saja tanpa menunjukkan alasannya. Dari
20 peserta tersebut yang mempunyai intensitas kegiatan TQN 2 macam dari 3
macam kegiatan yaitu harian, mingguan dan bulanan ada 5 peserta, dan ke-5
peserta tersebut juga tidak dapat menunjukkan alasan dengan tepat hanya
“ya” saja yang dapat mereka jawab. Dari 20 peserta yang mempunyai etos
kerja tinggi tersebut ada 8 peserta TQN yang mempunyai intensitas kegiatan
TQN juga tinggi yaitu kegiatan harian, mingguan dan bulanan mengikuti
semua, tetapi ada 5 peserta TQN yang motivasinya kurang sesuai dengan
tujuan TQN, motivasi ke-5 peserta TQN tersebut yaitu untuk memperdalam
ilmu agama (2 peserta), untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat (1
peserta), untuk kekhusyukan beribadah (1 peserta) dan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan (1 peserta). Disamping itu ke-5 peserta yang
mempunyai etos kerja tinggi dan intensitas kegiatan TQNnya pun tinggi
tetapi motivasinya kurang sesuai dengan tujuan TQN, ketika ditanya apakah
dengan mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat,
mereka hanya bisa menjawab “ya” dan tidak dapat menunjukkan alasan
apapun. Sedangkan, dari 20 peserta TQN yang etos kerjanya dan intensitas
80
kegiatan tarekatnya tinggi disertai dengan ketepatan motivasi mengikuti TQN
ada 3, tetapi dari ke-3 peserta tersebut ketika ditanya apakah dengan
mengikuti tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat ? yang
menjawab “ya” dan tidak dapat menunjukkan alasanya hanya ada 1 peserta.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hanya ada 2 peserta
atau 4% dari 50 sampel yang mempunyai etos kerja tinggi, intensitas kegiatan
TQNnya pun tinggi, motivasinya tepat dan dapat menunjukkan alasan yang
tepat atau sesuai dengan ajaran TQN ketika ditanya apakah dengan mengikuti
tarekat ini, semangat kerja atau etos kerja anda meningkat, mareaka
menjawab ya dengan alasan “Ya dengan mengikuti tarekat kan kita semakin
dekat dengan Allah, sementara kerja kan juga kewajiban yang diperintahkan
oleh Allah, jadi kalau saya tidak kerja berarti tidak bertanggung jawab dan
merasa berdosa kepada Allah juga” (Tholib Waryono, wawancara 28-12-
2013) dan alasan yang satunya lagi “jelas semakin meningkat, karena jika kita
resapi, tarekat akan membawa semangat baik dalam bekerja, ibadah dan
kehidupan sehari-hari” (Muhammad Yaenafi, wawancara 28-12-2013),
Muhammad Yaenafi juga menyebutkan dampak positif dari ikut tarekat yaitu
“Dampak posifnya banyak sekali diantaranya semakin tekun beribadah yang
merupakan hablum minallah, dan hablum minannas semakin terjalin erat,
dimana semakin banyak z|ikir dikumandangkan, maka semakin tersebar hawa
kondusif disekitar kita” (Muhammad Yaenafi, wawancara 28-12-2013).
Muhammad Yaenafi (wawancara 28-12-2013) juga dapat mendefinisikan
tarekat dengan baik ketika peneliti menanyakan motivasinya yaitu ”Tarekat
adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berz|ikir,
dengan berz|ikir akan selalu mengingat Allah.
Dengan adanya 2 peserta atau 4% dari 50% peserta TQN di kelurahan
Tirto yang dinyatakan valid, maka dapat dikatakan bahwa adanya hubungan
antara etos kerja dan TQN di kelurahan Tirto, namun prosentasenya sangat
kecil sekali.
81
Kecilnya prosentase tersebut disebabkan oleh beberapa hal:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja
Berdasarkan dari keterangan Ferry Noveliadi (2009: 14-17)
yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi etos kerja seseorang itu
ada enam faktor yaitu agama, budaya, soaial politik, kondisi
lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi
intrinsik individu. Faktor agama merupakan salah satu faktor dari 6
faktor etos kerja, maka kedudukan agama dapat dikatan hanya seper
enam dari faktor-faktor lain, apalagi TQN meruapakan bagian dari
faktor agama tersebut.
2. TQN itu sendiri
Tujuan utama TQN bukanlah untuk menjadikan seseorang
mempunyai etos kerja yang tinggi, melainkan dapat mendekatkan diri
pada Allah Swt dengan kegiatan-kegiatan tertentu seperti z|ikir, wirid,
muraqabah dan lain sebagainya (Bruinessen, 1992: 15). Sedangkan
etos kerja hanya merupakan labet atau atsar atau efek positif dari
tujuan TQN tersebut. Sehingga kalau prosentasi hubungannya sedikit
merupakan suatu hal yang wajar.
3. Tingkat pemahaman peserta TQN
Zubaidi (1999: 75), dalam penelitiannya tentang tarekat di
daerah Demak, mengatakan konsep-konsep seperti zuhud, tawakal,
atau qanaah, dan wira’i masih dipahami secara sempit; sehingga
mendekatkan diri kepada Allah harus merupakan sikap diameteral
dengan menjauhi dunia, padahal sesuatau yang bernuansa duniawi
dapat bernilai ukhrawi, jika diniati dan dilaksanakan untuk mencari
rid{a Allah. Ungkapan Zubaidi tersebut merupakan respon dari hasil
penelitian yang ia lakukan dengan hasil tidak ada pengaruhnya antara
etos kerja dan kegiatan tarekat di kecamatan Mranggen kabupaten
Demak. Hal tersebut sangat wajar karena bentuk kegiatan tarekat
tidak seperti pada kegiatan-kegiatan lembaga formal, yang
mempunyai manajemen bagus. Dalam tarekat tidak ada evaluasi
82
seperti tes ujian bersama, penilaian pencapaian peserta, dan tidak ada
sanksi yang tegas pada mereka yang melanggar, semua tegantung
pada manajemen diri atau manajemen individu masing-masing.
Disamping itu, kebanyakan para peserta TQN bukanlah peserta yang
usia produktif melainkan usia yang sudah tua, jadi tingkat pemikiran
dan pemahamannya pun kurang.