bab iv hukum pajak

6
 BAB IV UTANG PAJAK PENDAHULUAN Perpajakan di suatu Negara yang melibatkan masyarakat, dunia usaha tidak lepas dari apa yang disebut dengan pajak. Timbul dalam masyarakat tentang kapan timbulnya utang pajak seseorang atau pengusaha kepada negara?, kapan timbulnya utang pajak? Kapan dan bagaimana hapusnya utang pajak yang di alami wajib pajak sebagai kewajiban untuk melakukan  pembayaran? PENYAJIAN 4.1. Saat Timbulnya Utang Pajak Dalam hukum pajak, timbulnya utang pajak didasarkan pada dua pendapat yang berbeda.  Pendapat Pertama menyatakan bahwa utang pajak timbul pada saat diundangkannya undang- undang pajak. Artinya bahwa begitu suatu undang-undang pajak diundangkan oleh pemerintah, maka pada saat itulah timbul utang pajak. Sedangkan  pendapat Kedua menyatakan bahwa utang pajak timbul pada saat dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak ( fiskus ). Artinya bahwa seseorang harus diketahui mempunyai utang pajak saat fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas namanya serta pajak yang terutang. 4.2. Cara Pengenaan Utang Pajak Menurut teori ada 3 cara pengenaan pajak dapat dilakukan, yaitu : a. Pengenaan di Depan ( stelsel fiksi ), merupakan suatu cara pengenaan pajak yang didasarkan atas suatu anggapan ( fiksi ) dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan  bunyi undang-undang. b. Pengenaan di Belakang ( stelsel riil ), merupakan suatu cara pengenaan pajak yang didasarkan pada keadaan yang sesungguhnya ( riil ) atau nyata, yang diperoleh dalam suatu tahun pajak. c. Pengenaan Cara Campuran, merupakan suatu cara pengenaan pajak yang mendasarkan  pada kedua cara pengenaan pajak diatas ( fiksi dan riil ).

Upload: rizha-dewi-tangkudung

Post on 14-Jul-2015

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 1/6

BAB IV

UTANG PAJAK 

PENDAHULUAN

Perpajakan di suatu Negara yang melibatkan masyarakat, dunia usaha tidak lepas dari apa

yang disebut dengan pajak. Timbul dalam masyarakat tentang kapan timbulnya utang pajak 

seseorang atau pengusaha kepada negara?, kapan timbulnya utang pajak? Kapan dan bagaimana

hapusnya utang pajak yang di alami wajib pajak sebagai kewajiban untuk melakukan

 pembayaran?

PENYAJIAN

4.1. Saat Timbulnya Utang Pajak 

Dalam hukum pajak, timbulnya utang pajak didasarkan pada dua pendapat yang berbeda.

  Pendapat Pertama menyatakan bahwa utang pajak timbul pada saat diundangkannya undang-

undang pajak. Artinya bahwa begitu suatu undang-undang pajak diundangkan oleh pemerintah,

maka pada saat itulah timbul utang pajak.

Sedangkan   pendapat Kedua menyatakan bahwa utang pajak timbul pada saat

dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak ( fiskus ).

Artinya bahwa seseorang harus diketahui mempunyai utang pajak saat fiskus menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak atas namanya serta pajak yang terutang.

4.2. Cara Pengenaan Utang Pajak 

Menurut teori ada 3 cara pengenaan pajak dapat dilakukan, yaitu :

a.  Pengenaan di Depan ( stelsel fiksi ), merupakan suatu cara pengenaan pajak yang

didasarkan atas suatu anggapan ( fiksi ) dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan

 bunyi undang-undang.

b.  Pengenaan di Belakang ( stelsel riil ), merupakan suatu cara pengenaan pajak yang

didasarkan pada keadaan yang sesungguhnya ( riil ) atau nyata, yang diperoleh dalam suatu

tahun pajak.

c.  Pengenaan Cara Campuran, merupakan suatu cara pengenaan pajak yang mendasarkan

 pada kedua cara pengenaan pajak diatas ( fiksi dan riil ).

Page 2: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 2/6

4.3. Hapusnya Utang Pajak 

Ada 4 hal yang mengakibatkan hapusnya ( berakhirnya ) utang pajak yaitu,

y  Pembayaran,

y  Kompensasi

y  Daluwarsa

y  Penghapusan

Utang pajak akan dihapus apabila Wajib Pajak melakukan pembayaran atas utang

  pajaknya ke kas Negara atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Pembayaran

 pajak hanya dapat dilakukan dengan uang dan bukan dengan bentuk lainnya.

Hapusnya utang pajak yang terakhir terjadi karena adanya proses penghapusan piutang

 pajak yang bisa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a.  Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak 

mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan.

 b.  Wajib pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi yang di buktikan berdasarkan surat

keterangan dari Pemerintah Daerah setempat.

c.  Sebab lain, wajib pajak tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen tidak dapat ditemukan lagi

disebabkan keadaan yang tidak dapat di hindarkan.

Page 3: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 3/6

SOAL-SOAL

1.  Kapan timbulnya utang pajak?

2.  Mengapa masalah dikeluarkan atau tidaknya surat ketetapan pajak menjadi

masalah formal?

3.  Apa tujuan dikeluarkannya Daluwarsa utang pajak?

JAWABAN

1.  Timbulnya utang pajak seseorang disebabkan adanya perikatan antara para pihak. 

2.  Karena tanpa dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak sepanjang undang-undang mengatur 

adanya utang pajak atas suatu keadaan, yang lazim disebut dengan T atbestand , yang

maksudnya secara material telah diatur dalam undang-undang pajak. 

3.  Daluwarsa utang pajak dimaksudkan agar ada suatu kepastian hukum bagi wajib pajak 

untuk masa tertentu yang ditentukan undang-undang tidak lagi mempunyai utang pajak. 

Page 4: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 4/6

BAB V

TARIF PAJAK 

PENDAHULUAN

Adapun besarnya tarif pajak tidak mutlak ditentukan atau apa yang tertuang dalam

Undang-undang saja, namun dapat ditentukan secara nilai presentase tetapi dapat dengan

nominal daripada nilai yang dikenakan pajak.

PENYAJIAN

Salah satu unsur yang menetukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak bagi wajib

 pajak adalah tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak. Besarnyatarif dalam undang-undang pajak tidak selalu ditentukan secara nilai presentase tetapi bisa

dengan nilai nominal, sebagai berikut :

1.  Tarif Progresif ( meningkat ) 

Adalah tarif pemungutan pajak yang presentasenya semakin besar bila jumlah yang dijadikan

dasar pengenaan pajak juga semakin besar.

2.  Tarif Degresif ( menurun ) 

Adalah tarif pemungutan pajak yang presentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan

dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun presentasenya semakin kecil, tidak berarti

  jumlah pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi bisa menjadi besar karena jumlah yang

dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

3.  Tarif Proportional ( sebanding ) 

Jumlah jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian semakin besar 

  jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak 

terutang ( yang harus dibayar ).

4.  Tarif Tetap 

Adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah

yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini ditetapkan dalam Undang-undang No.13

tahun 1985 tentang BeaMeterai.

Page 5: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 5/6

5.  Tarif Advalorem 

Adalah suatu tarif dengan presentase tertentu yang dikenakan/ditetapkan pada harga atau

nilai suatu barang.

6.  Tarif Spesifik 

Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan

 jenis barang tertentu.

Page 6: BAB IV Hukum Pajak

5/12/2018 BAB IV Hukum Pajak - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hukum-pajak 6/6

SOAL-SOAL

1.  Sebutkan salah satu unsure dalam menentukan tarif pajak !

2.  Sebutkan contoh tarif progresif yang terdapat dalam Pasal 17 UU PPh !

3.  Berikan contoh Tarif Advalorem !

JAWABAN

1.  Melalui Undang-undang Pajak melalui nilai nominal. 

2.  A. Untuk wajib pajak orang pribadi 

B. Untuk wajib pajak badan dan bentuk usaha tetap

3.  PT.ABC mengimpor barang jenis µ X µ sebanyak 1000 unit dengan harga perunit

Rp.100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang tersebut 10%, maka besarnya Bea

Masuk yang harus dibayar adalah : 

Tariff 10% bea masuk, maka bea masuk yang harus dibayar = 10% x Rp.100.000.000=

Rp.10.000.000