bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13003/4/t1...41 bab...
TRANSCRIPT
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi
Prasiklus/kondisiawal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi
Prasiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil
belajar muatan IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya
pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus
I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan
refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan
pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan
tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan
refleksi dar ipelaksanaan tindakan siklus II
4.1.1 Deskripisi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu
melakukan studi awal dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas 3 di SDN Tambakromo 03, diperkuat
dengan studi dokumentasi dari daftar nilai siswa kelas 3, untuk mengetahui
kondisi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar kelas 3.
Penelitianinidilakukan di SDN Tambakromo 03pada Semester I
TahunPelajaran 2016/2017.Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 3
SDN Tambakromo 03 dengan jumlah 26 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan13siswaperempuan.Karakteristikdayaserappembelajaransiswakelas 3
heterogen.Dayaserapyang heterogen ini memerlukan metode dan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar hasil belajar dapat tercapai
dengan baik.
Studi awal penelitian dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan
pembelajaran dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Pada studi awal
ini dapat diketahui bahwa hasil belajarmasih rendah, hal ini disebabkan
pembelajaran di kelas hanya bersifat transfer ilmu pengetahuan saja dan dilakukan
42
secara konvensional dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya
tanpa memperhatikan kebutuhan siswa, kurangnya motivasi belajar, rendahnya
rasa ingin tahu, terbatasnya ruang ekspresi yang kreatif dan rasa takut untuk
menyampaikan pendapat, serta belum adanya penerapan model pembelajaran
yang dapat menunjang peningkatan kompetensi hasil belajar.
Permasalahan yang munculterkaitdenganhasilbelajar yang
rendahpadamuatan IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya factor dari
guru dan siswa itu sendiri.Daya serap siswa terhadap materi muatan IPA dan rasa
ingin tahu siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses pembelajaran
merupakan factor dari siswa yang menyebab kan rendahnya perolehan hasil
belajar muatan IPA. Minat dan rasa ingin tahu siswa yang renda dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dapat terliha dari sikap siswa yang tidak memperhatikan
guru saat menyampaikan materi.Keadaan in imembuat guru mendominasi di
setiap proses pembelajaran karena guru selalu memberikan instruksi yang harus
dilakukan oleh siswa. Faktor penyebab lainnya dari guru yang mengakibatkan
hasil belajar muatan IPA rendah antara lain masih kurangnya keterampilan guru
dalam menyusun kegiatan pembelajaran kreatif yang mampu menumbuhkan rasa
antusias siswa untukbelajar, guru masih menerapkan pembelajaran metode
ceramah yang di anggap lebih praktis. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru
selama ini masih memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya
menjad iobjek pasif untuk menerima semua yang guru sampaikan, guru
menganggap ceramah sudah merupakan cara yang paling baik untuk
menyampaikan materi kepada siswa, karena guru beranggapan yang terpenting
ialah materi dapat diterima oleh siswa. Padahal sebuah media juga dapat
membantu guru untuk menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa
terima tidak hanya pengetahuan instan dari guru tapi siswa jug a bias melakukan
aktivitas pembelajaran yang lebih bermakna dengan adanya media
pembelajaran.Beberapa factor tersebut menjad ihambatan di dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas 3 SDN Tambakromo 03, hambatan-hambatan yang
muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang
efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ajar.Kondisi
43
yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar muatan IPA yang masih
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70).Batas nilai KKM ≥ 70
merupakan penentuan KKM dari SDN Tambakromo 03 untuk menguku r aspek
pengetahuan dari mata pelajaran IPA saja.
Adapun proses dan hasil belajar IPA padakondisiawalakandiuraikanpada
sub-sub juduldibawahiniadalahsebagaiberikut:
4.1.1.1 Diskripsi Proses
Pengamatan kondisi awal dilaksanakan pada hari senin 18 Juli 2016 mata
pelajaran IPA dengan SK 1. Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan makhluk hidup, KD 1.1
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, kemudian
guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa, dilanjutkan dengan guru
melakukan presensi. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru meminta
siswa untuk mempersiapkan buku catatan. Selanjutnya guru melakukan kegiatan
apersepsi dengan membagi sebuah kertas menjadi dua buah bagian, pada awal
kegiatan siswa merasa tertarik. Guru menjelaskan cara ciri-ciri dan kebutuhan
makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan makhluk hidup
Selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah
tanpa adanya media pembelajaran. Pada saat itu siswa mulai merasa bosan karena
pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa hanya menerima informasi dari guru.
Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal. Setelah selesai melaksanakan latihan
soal, guru bersama siswa membuat kesimpulan. pembelajaran diakhiri dengan doa
dan salam penutup.
4.1.1.2 Deskripsi Hasil Tindakan
Data dari analisis hasil belajar IPA pada tes formatif dengan KD 1.1
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup memperoleh hasil dengan
nilai tertinggi 85, nilai terendah 45, nilai rata-rata 64,8. Siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 15 siswa (40 %) dari 26 siswa.
Analisis nilai hasil tes formatif pra siklus/ kondisi awal dapat dilihat pada tabel
44
4.1 berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Kondisi Awal
No Interval Jumlah Perolehan Siswa Kategori
1. 77 – 85 4 Sangat Baik
2. 66 – 76 7 Baik
3. 57 – 65 7 Cukup
4. 48 – 56 5 Kurang
5. ≤ 47 3 Sangat Kurang
Jumlah 26
Prosentase 64,8%
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran
Matematika dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
Matematika masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa
masih memperoleh nilai dibawah KKM. Sebanyak 11 siswa dari total keseluruhan
26 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran Matematika, hanya 15 siswa
yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai melebihi KKM. Berdasarkan tabel 4.1
dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
≤ 47 48-56 57-65 66-76 77-85
45
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian Siklus 1
Penelitian siklus 1 dilakukan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif Make A Match dengan materi pokok Ciri-Ciri Makhluk
Hidup dan Tak Hidup. Prosedur penelitian siklus 1 meliputi; perencanaan,
implementasi tindakan, observasi, dan refleksi.
Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain
adalah menyusun RPP dan perangkat pembelajarannya yang disajikan melalui
lampiran 1. RPP disusun dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif make a match. Sedangkan perangkat pembelajaran meliputi, materi
berbagai muatan pelajaran, media, alat dan sumber belajar, kisi-kisi penilaian,
instrumen penilaian serta pedoman penilaian. Selain itu pada tahap perencanaan
pelaksanaan pembelajaran, juga disiapkan lembar observasi implementasi
tindakan pembelajaran kooperatif tipe Make A match untuk guru dan siswa
sebagaimana tersaji pada lampiran 3.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus 1
Pertemuan 1
Implementasi tindakan penelitian pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Rabu,
20 Juli 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit melalui langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Kegiatan awal. Sebelum pembelajaran siklus 1 dimulai guru
mengucapkan salam, berdoa bersama-sama dengan siswa, dan persensi.
Selanjutnya guru memberikan appersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang
materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru memberikan
motivasi belajar kepada siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai melalui pendekatan pembelajaran kooperatif make a match.
Kegiatan inti. Dalam kegiatan inti, pada kegiatan eksplorasi, siswa
diminta untuk membaca dan mengamati gambar tentang ciri-ciri makhluk hidup.
Selanjutnya guru memberikan penjelasantentang materi pelajaran dan
46
memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada tahap awal implementasi
pembelajaranMake A match, siswa diarahkan untuk membentuk kelompok 4-5
orang. Setelah kelompok belajar terbentuk, guru membagi kelompok menjadi dua
bagian. Satu bagian bertindak sebagai pemegang kartu soal, dan sebagian yang
lain sebagai pemegang kartu jawaban. Setelah masing-maasing bagian kelompok
memperoleh kartu, guru memberikan waktu 5 menut untuk berpikir tentang
jawaban dari masing-masing kartu. Sesuai aba-aba dari guru masing-masing
pemegang kartu jawaban mengangkat kartu untuk dilihat oleh pemegang kartu
soal. Kemudian masing-masing siswa saling mencocokkan kartu soal dengan
jawaban atau sebaliknya. Setiap siswa yang berhasil mencocokkan kartu dengan
benar mendapatkan skor. Pada babak berikutnya guru mengubah posisi siswa
sebagai pemegang kartu soal menjadi pemegang kartu jawaban. Seperti kegiatan
pada babak kesatu, semua siswa saling mencari dan mencocokkan kartu soal
dengan kartu jawaban. Setelah selesai babak kedua, siswa yang berhasil
mengumpulkan skor tertinggi mendapatkan poin.
Setelah kegiatan pembelajaran kooperatif make a match, masing-masing
perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya, siswa yang
lain diminta untuk menanggapi laporan tersebut. Pada akhir kegiatan inti, guru
memberikan penguatan materi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang masih dianggap sulit.
Kegiatan Akhir. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa melakukan
refleksi dan perenungan terhadap materi yang telah dipelajari, dan membuat
simpulan materi. Guru menutup pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa
bersama-sama.
Pertemuan 2
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 22 Juli 2016
dengan alokasi waktu 3x35 menit. Tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan pada
pertemuan kedua adalah sama seperti langkah-langkah pembelajaran pada
pertemuan I. Dalam kegiatan inti,pada tahap eksplorasi siswa menyimak bacaan
dari guru cerita tentang Pengalaman Temanku. Selanjutnya guru meminta siswa
47
untuk mengamati dan menyebutkan benda-benda mati disekitar lingkungan
kelasnya. Pada tahap implementasi pendekatan pembelajaran make a match, guru
membentuk kelompok dan membaginya menjadi dua bagian sebagaimana pada
pertemuan 1. Setelah memperoleh instruksi dan aba-aba dari guru, siswa saling
mencari dan mencocokkan kartu soal dengan jawaban. Selama kegiatan
pembelajaran make a match, guru berkeliling dan membantu siswa yang merasa
kesulitan. Pada akhir kegiatan pertemuan 2, siswa bersama guru mencocokkan
hasil kerja siswa dan meminta siswa untuk saling menanggapi jawaban siswa lain.
Guru memberikan penguatan materi dan mmbuat simpulan materi pelajaran.
Pembelajaran diakhiri dengan melakukan do’a bersama.
Pertemuan 3
Implementasi tindakan pembelajaran siklus 1 pertemuan 3 dilaksanakan
pada hari Sabtu, 23 Juli 2016. Pada pelaksanaantindakan pembelajaran siklus 1
pertemuan 3 tahapan-tahapan yang dilaksanakan sama persis dengan pertemuan 1
dan 2. Pada tahap perencanaan, guru menyiapkan RPP dengan penggunaan
pendekatan pembelajaran make a match, perangkat pembelajaran meliputi,
lembarevaluasi, materipembelajaran, alatperagadanpembuatanlembarobservasi.
Pada kegiatan inti, guru mengimplementasikan RPP dengan tema Pengalaman
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif make a match. Pelaksanaan
pembelajaran make a match pada pertemuan 3 diawali dengan membentuk
kelompok seperti pada pertemuan 1 dan 2. Penggunaan kartu soal dan kartu
jawaban pada pembelajaran make a match pada pertemuan 1 adalah mata
pelajaran IPA dengan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup membutuhkan cahaya,
air dan udara.
Pada akhir kegiatan pertemuan 3, guru memberikan tes formatif
untukmengukurtingkatpemahamansiswamulai daripertemuan1sampaipertemuan3,
danpengamatanresponsiswaterhadappembelajarandenganmenggunakanpendekatan
pembelajaran kooperatif Make A Match.
Pada saat pelaksanaan tindakan pembelajaran baik pertemuan 1, 2 dan 3,
dilakukan observasi/pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pengamatan
48
dilakukan oleh seorang guru lain selaku pengamat/observer dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Tujuan pengamatan adalah untuk
mengetahui aktifitas guru dan respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajarankooperatif Make A Match.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap kegiatan
pembelajaran siklus I pada pertemuan 1, 2 dan 3, implementasi tindakan
pembelajaram Make A Match sudah berjalan dengan baik sesuai skenario
pembelajaran. Hanya saja, pada pertemuan 1, siswa masih merasa canggung dan
belum dapat memanfaatkan waktu secara baik dan efisien. Hal ini dikarenakan
sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran make a match
dengan baik. Dalam kegiatan inti, sebagian besar siswa sudah mulai aktif dalam
menyimak penjelasan materi pelajaran dari guru, dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru.Pada pertemuan 1, siswa masih belum berani untuk
memberikan tanggapan terhadap laporan yang dipresentasikan kelompok lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru menunjuk salah satu siswa dari masing-
masing kelompok untuk memberikan tanggapan. Hal ini dikandung maksud, agar
siswa berani dan percaya diri untuk memberikan tanggapan terhadap kinerja
teman atau kelompok.
Hasil pengamatan yang dilakukan terhapa pembelajaran pada pertemuan
2 dan 3 menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam menyimak
penjelasan materi oleh guru. Hal ini terbukti, siswa sudah dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan benar dan tepat. Dalam kegiatan inti,
siswa juga sudah melakukan aktifitas pembelajara make a match dengan tertib
dan lancar. Siswa yang berperan sebagai pemegang kartu soal dan kartu jawaban
sudah mampu menjodohkan kartu sesuai dengan instruksi dan aba – aba guru
dengan cepat. Akan tetapi, pada babak 2, siswa saling berebut dan memilih kartu
yang dianggap mudah untuk dikerjakan/dijodohkan. Hal ini berakibat siswa yang
mendapatkan kartu dengan kriteria sulit enggan mencari jawaban/menjodohkan.
Kondisi tersebut ditindak lanjuti oleh guru dengan membagikan kartu secara acak
dengan materi soal yang berbeda dari babak sebelumnya. Pada akhir kegiatan,
49
siswa sangat antusias dan semangat untuk menanyakan materi yang masih sulit
dan bersama guru membuat simpulan.
Berdasarkan hasil observasi/pengamatan yang dilakukan terhadap
aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran Make A match,nampak bahwa
guru sudah melakukan aktifitas pembelajaran secara baik dan berurutan. Pada
kegiartan awal guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga sudah
menyajikan informasi tentang materi pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga yang sesuai. Dalam melaksanakan implementasi pendekatan pembelajaran
kooperatif make a match, guru telah membentuk kelompok @ 4-5 siswa dan
membagi menjadi dua bagian, satu bagian sebagai pemegang kartu soal dan satu
bagian sebagi pemegang kartu jawaban. Akan tetapi, guru dalam membagi
kelompok masih berdasarkan tempat duduk siswa yang saling berdekatan dan
belum berdasarkan kemampun akademik siswa. Hal ini berdampak terhadap
lambatnya siswa yang kurang pandai pada saat mencari dan mencocokkan soal
dengan jawaban. Kondisi ini juga berdampak terhadap waktu yang tidak efisien,
karena siswa yang lebih cepat mencocokkan jawaban harus menunggu siswa
lainnya. Hal ini hendaknya diantisipasi dan ditindak lanjuti oleh guru dengan
membentuk kelompok yang sesuai dengan kemampuan akademik masing-masing
siswa. .
Kelebihan guru yang nampak pada siklus 1 antara lain; guru sudah
melakukan persiapan awal dengan baik; memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya; memberikan apresiasi terhadap jawaban siswa terhadap
pertanyaan-pertanyan yang diajukan oleh guru. Guru juga sudah memotivasi
siswa untuk berani memberikan tanggapan laporan siswa lain. Pada akhir kegiatan
siklus 1 guru melaksanakan tes evaluasi dengan tertib dan disiplin.
4.1.2.1 Deskripsi Hasil Tindakan
Data dari analisis hasil belajar IPA pada tes formatif dengan KD 1.1
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup memperoleh hasil dengan nilai
tertinggi 85, nilai terendah 45, nilai rata-rata 64,8. Siswa yang mencapai Kriteria
50
Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 15 siswa (40 %) dari 26 siswa. Analisis nilai hasil tes
formatif pra siklus/ kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Kondisi Awal
No Interval Jumlah Perolehan Siswa Kategori
1. 77 – 85 4 Sangat Baik
2. 66 – 76 7 Baik
3. 57 – 65 7 Cukup
4. 48 – 56 5 Kurang
5. ≤ 47 3 Sangat Kurang
Jumlah 26
Prosentase 64,8%
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran
Matematika dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
Matematika masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa
masih memperoleh nilai dibawah KKM. Sebanyak 11 siswa dari total keseluruhan
26 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran Matematika, hanya 15 siswa
yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai melebihi KKM. Berdasarkan tabel 4.1
dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
erdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan
nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 17 65
2. Belum Tuntas < 75 9 35
Jumlah 26 100
51
Dari tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 70) sebanyak 9 siswa atau 35% dari jumlah keseluruhan siswa,
sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70)
sebanyak 17 siswa dengan persentase 65% dari jumlah keseluruhan siswa.
Refleksi
Pada akhir kegiatan pembelajara guru melakukan kegiatan refleksi
dengan cara menganalisis hasil observasi yang telah dilakukan observer. Kegiatan
refleksi bertujuan untuk menemukan kekurangan dan kelemahan siklus 1. Dari
hasil refleksi masih nampak kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran
Make A match yakni, guru belum membentuk kelompok soal dan kelompok
jawaban sesuai dengan karakteristik akdemik siswa. Selain itu, guru masih terlalu
mendominasi pembelajaran dengan memberikan instruksi pada setiap kegiatan
siswa. Sedangkan kekurangan siswa dalam pembelajaran siklus 1 yang cukup
menonjol adalah siswa belum berani dan kurang percaya diri untuk menanggapi
hasil laporan diskusi. Siswa juga belum dapat memanfaatkan waktu secara baik
untuk mencari dan mencocokkan jawaban dengan soal atau sebaliknya. Hal ini
nampak pada aktifitas siswa yang saling membandingkan kartu dengan kartu yang
dipegang oleh siswa lain. Kekurangan-kekurangan yang masih terjadi pada
penelitian siklus 1 tersebut akan diperbaiki dan disempurnakan pada penelitian
siklus 2.
4.1.1.2. PelaksanaanPenelitian Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 sama seperti siklus 1 yakni memberikan tindakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A match. Tema
yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian siklus 2 adalah Pengalaman.
Pelaksanaan siklus 2 dilakukan melalui 3 kali pertemuan, masing-masing
pertemuan meliputi; tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan
refleksi.
52
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun RPP beserta perangkat pembelajaran. RPP disusun dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif Make A Matchdengan tema
Pengalaman yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Adapun perangkat
pembelajaran yang dipersiapkan meliputi, materi, media, sumber belajar, dan alat
peraga, instrumen penilaian dan pedoman penilaian. Selain itu, juga disiapkan
lembar instrumen observasi tindakan pembelajaran Make A matchuntuk guru dan
siswa sebagaimana tersaji pada lampiran 4.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus 2
Pertemuan 1
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan 1 dilakukan pada hari Rabu tanggal
10 Agustus 2016, dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
Kegiatan awal. Guru memulai pembelajaran dengan mengucap salam,
mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama dan dilanjutkan apersepsi. Setelah itu
guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif Make A Match.
Kegiatan inti. Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membaca
teks dan mengidentifikasi manfaat kerja kelompok dan menyebutkan ciri-ciri
makhlusk hidup sesuai dengan lingkungannya. Pembelajaran kooperatif Make A
matchdimulai dengan membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5
siswasoal dan kelompok jawaban. Kelompok soal diberikan tanda/atribut kuning
didada sebelah kiri, sedangkan kelompok jawaban dengan atribut warna merah.
Kelompok dibentuk oleh guru berdasarkan undian yang telah disesuaikan oleh
guru berdasarkan tingkat kemampuan akademik siswa. Setelah kelompok soal dan
jawaban terbentuk, guru membagikan kartu soal dan jawaban secara acak kepada
masing-masing siswa. Pada babak 1, siswa pemegang soal diminta untuk
mengangkat kartu dan memperlihatkan kepada kelompok jawaban. Setelah
memperoleh aba-aba dari guru, siswa saling berpikir, mencari dan menjodohkan
kartu jawaban dengan kartu soal, begitu seterusnya. Setelah selesai melkukan
53
pembelajaran make a match, siswa yang ditunjuk oleh kelompok maju kedepan
kelas untuk melaporkan hasil kerjanya, dan siswa lain diminta untuk menanggapi.
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan penegasan terhadap
materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan siswa untuk
menanyakan materi yang masih dianggap sulit. Pembelajaran diakhiri dengan
menginformasikan materi yang akan dipelajaripadapertemuan berikutnya dan
berdoa bersama.
Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12Agustus 2016.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah seperti pertemuan 1, yaitu merencanakan
pelaksanaan tindakan dengan menyusun RPP, perangkat pembelajaran dan lembar
observasi. Proses pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan
mengimplementasikan RPP yang telah disusun menggunakan pendekatan
pembelajarankooperatifMake A matchsama persis seperti pada pertemuan 1.
Pada kegiatan inti guru mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran Make
A matchdengan membentuk kelompok yang terdiri kelompok soal dan kelompok
jawaban. Kemudian guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati benda-
benda tak bergerak yang berada dilingkungan sekolah. Kemudian guru meminta
siswa untuk mencatatsifat-sifat benda mati yang diamatinya. Dalam pembelajaran
Make A matchpada pertemuan 2 guru juga memberikan soal dan jawaban pada
kartu yang harus dijawab dengan cara menjodohkan soal denga jawaban.
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat simpulan tentang ciri-
ciri benda hidup dan tak hidup. Guru juga memberi kesempatan pada siswa untuk
menanyakan hal-hal belum jelas dari materi yang sudah dipelajari. Kemudian
siswa diberikan tugas berdasarkan kriteria kelompoknya untuk membuat daftar
pertanyaan dan jawaban sesuai materi yang telah dipelajari. Daftar pertanyaan
tersebut akan dipergunakan sebagai baha/materi pembelajaran make a match pada
pertemuan selanjutnya.
Pertemuan 3
54
Kegiatan pada pertemuan 3 meliputi kegiatan awal dimulai dengan
berdoa bersama. Kemudian melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
mengenai ciri-ciri makhluk hidup dan tak hidup. Kegiatan dilanjutkan dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan inti. Kegiatan inti dimulai dengan menjelaskan materi
pelajaran, siswa berkelompok sesuai kriteria, kelompok soal dan kelompok
jawaban. Berdasarkan instruksi dan aba-aba dari guru, siswa melaksanakan
pembelajaran kooperatif make a match sesuai langkah-langkah pemelajaran pada
pertemuan 1 dan 2..
Kegiatanakhir, guru meminta siswa melaporkan hasilnya, melakukan
refleksi, guru bersamasiswamenarikkesimpulandarikegiatanpembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas. Pada akhir kegiatan, guru mengadakan evaluasi
untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.
Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung pada siklus 2, observer melakukan
pengamatan terhadap aktivitas guru dan respon siswa melalui lembar pengamatan
yang telah disediakan (lampiran 5). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, nampak bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran kooperatif
make a match secara sempurna. Hal ini nampak pada instrumen observasi
sebanyak 19 butir telah dilaksanakan oleh guru. Kelebihan guru pada siklus 2 baik
pertemuan 1, 2 maupun 3 adalah: guru menentukan alokasi waktu
kegiatanpembelajaran make a match secara efektif dan efisien, guru
mengapresiasi siswa dengan memberikan skor dan poin secara kreatif, yakni
dengan memberikan tanda bintang bagi siswa dengan skor tertinggi, dan guru
telah membimbing dan membantu siswa dalam mempresentasikan dan
menanggapi hasil laporan kerjanya. Sedangkan pengamatan terhadap aktifitas
siswa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa respon siswa terhadap
pembelajaran melalui make a match juga sangat signifikan. Dari jumlah butir
instrumen lembar observasi sebanyak 15 butir, hanya 1 butir yang masih belum
55
dilakukan oleh siswa yaitu mempresentasikan hasil laporan kinerja. Hal ini
dikarenakan, siswa masih belum cukup memiliki keberanian untuk
menyampaikan laporan secara lisan dan mandiri didepan kelas. Kondisi ini
kemudian ditindak lanjuti oleh guru dengan cara meminta satu siswa
mendampingi ketua ketua kelompoknya untuk menyampaikan laporannya secara
tertulis.
4.1.1.2. Deskripsi Hasil Tindakan Data dari analisis hasil belajar IPA pada tes formatif dengan KD 1.1
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup memperoleh hasil dengan
nilai tertinggi 85, nilai terendah 45, nilai rata-rata 64,8. Siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 15 siswa (40 %) dari 26 siswa.
Analisis nilai hasil tes formatif pra siklus/ kondisi awal dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Kondisi Awal
No Interval Jumlah Perolehan Siswa Kategori
1. 93 - 100 3 Sangat Baik
2. 85 - 92 6 Baik
3. 77 - 84 12 Cukup
4. 69 - 76 2 Kurang
5. ≤ 68 3 Sangat Kurang
Jumlah 26
Prosentase 76,5%
Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran
Matematika dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
Matematika meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 24 siswa dari
56
total keseluruhan siswa, hanya 2 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan tabel 4.4
dapat digambarkan dalam diagram 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 24 92
2. Belum Tuntas < 75 2 8
Jumlah 26 100
Dari tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 70) sebanyak 2 siswa atau 8% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan
yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 24
siswa dengan persentase 92% dari jumlah keseluruhan siswa. Maka ada
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Refleksi
Kegiatan Refleksi dilakukan disetiap akhir pembelajaran siklus 2 pada
pertemuan 1, 2, dan 3. Refleksi dilakukan untuk menganalisis dan mengevaluasi
kelemahan dan kekurangan guru dalam implementasi tindakan pembelajaran
0
2
4
6
8
10
12
14
≤ 68 69-76 77-84 85-92 93-100
57
siklus 2. Dari hasil observasi yang diperoleh pada pembelajaran siklus 2, setelah
dianalisis dan didiskusikan dengan observer dapat diidentifikasi kelebihan dan
kekekurangan pada pembelajaran siklus 1 antara lain, siswa nampak aktif dalam
melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran Make A matchseperti membentuk
kelompok diskusi, mencari dan mencocokkan soal dengan jawaban, dan
menjawab pertanyaan guru. Sedangkan kekurangan siswa pada pembelajaran
siklus 2 hampir tidak nampak, hanya saja dalam melakukan kegiatan laporan,
siswa masih belum cukup berani melakukan presentasi secara individu. Solusi
yang dilakukan guru adalah dengan meminta salah satu perwakilan kelompok
untuk mendampinginya.
Kelebihan-kelebihan guru dalam pelaksanaan siklus 2 nampak dengan
telah dilakukannya seluruh butir-butir kegiatan yang terdapat dalam lembar
observasi. Selain itu guru sudah sangat terampil dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif Make A match. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan guru
ketikamembentuk siswa menjadi kelompok soal dan kelompok jawaban.Alokasi
waktu pelaksanaan pembelajaran make a match juga telah sesuai dengan
kebutuhan tahapan-tahapan pembelajaran.
58
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.2.1. Hasil Belajar Siklus 1
Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas 3 SDN Tambakromo 03
Kabupaten Pati adalah hasil tes formatif dan hasil observasi. Secara rinci
distribusi hasil belajar siklus 1 siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten
Pati semester 1 tahun 2016/2017 disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati Semester 1
Tahun 2016/2017 Siklus 1
No Interval Frekwensi Persentase
1 50-59 3 11,5
2 60-69 6 23,1
3 70-79 11 42,3
4 80-89 4 15,4
5 90-100 2 7,7
Jumlah 26 100
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa dari 26 siswa yang mendapat
skor dibawah KKM 70 adalah sebanyak 9 siswa (34,6%) yakni interval skor 50-
59 dan 60-69, sedangkan 18 siswa lainnya tuntas yang tersebar pada interval skor
70-79; 11 siswa (40,7%), 80-89; 4 siswa (14,8%); dan interval 90-100; 2
siswa(7,7%). Secara jelas pemerolehanskor hasil belajar siklus 1 disajikan dalam
gambar 1 berikut ini.
Gambar 1Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati
Kabupaten Pati Tahun 2016/2017 Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100
Jum
lah
Sis
wa
Interval Skor
59
Berdasarkan gambar 1 tersebut, nampak bahwa perolehan skor terendah
adalah interval 50-59 dan 90-100 yaitu sebanyak 2 siswa (7,7%), sedangkan
pencapaian tertinggi adalah padainterval skor 70-79 yakni sebesar 11 siswa
(42,3%). Adapun hasil belajar berdasarkan perolehan skor minimum, skor
maksimum dan skor rata-rata siklus 1 disajikan melalui tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata
Siswa Kelas 2 SDN Tambakromo Kabupaten Pati
Semester 1 Tahun 2016 / 2017 Siklus 1
No Kriteria Skor
1 Skor minimum 50
2 Skor maksimum 95
3 Skor rata-rata 70,7
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa besarnya skor minimum yang diperoleh
siswaadalahsebesar 50, skor maksimum 95 dengan skor rata-rata sebesar 70,7.
4.1.2.2. Hasil Belajar Siklus 2
Hasil belajar IPA dengan materi pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup dan Tak
Hidup pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
signifikan. Secara rinci distribusi frekwensi hasil belajar siklus 2 disajikan dalam
tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar TematikSiswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03
Kabupaten Pati Semester 1 Tahun 2016/2017 Siklus 2 berikut ini.
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3
SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati
Semester I Tahun 2016/2017 Siklus 2
No Skor Hasil Belajar Frekwensi Persentase
1 60-69 2 7,7
2 70-79 8 30,8
3 80-89 12 46,1
4 90-100 4 15,4
Jumlah 26 100
60
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa, dari jumlah siswa kelas 3
SDN Tambakromo 03 Kabupaten Patiyang berjumlah26siswa,siswa yang
memperoleh skor hasil belajar pada interval 60-69 adalah sebanyak 2 siswa
(7,7%), interval skor70-79; 8 siswa (30,8%), interval skor 80-89; 12 siswa
(46,1%), dan interval skor 90-100 sebanyak 4 siswa (15,4%). Secara
jelasdistribusi skor hasil belajar siklus 2 nampak pada gambar 2 Diagram Batang
Distribusi Hasil Belajar IPA Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Pati Tahun 2016/2017
Siklus 2 berikut ini.
Gambar 2Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Pati
Tahun 2016/2017Siklus 2
Gambar 2 menunjukkan bahwa, dari 27 siswa SDN Tambakromo 03
Kabupaten Pati yang memperoleh skor interval 80-89 jumlahnya lebih banyak
dibandingkan interval skor yang lain, yakni 12 siswa (44,44%). Sedangkan
pencapaianskor siswa terendahadalahpada interval 60-69yang hanya dicapai oleh
2 siswa (7,40%). Dari data hasil belajar yang disajikan pada tabel 4.3 dan gambar
2 diatas,dapat diketahui besarnya skor minimum, skor maksimumdan skor rata-
rata sebagaimana tersaji pada tabel 4.4 berikut ini.
0
2
4
6
8
10
60-69 70-79 80-89 90-100
Jum
lah S
isw
a
Interval Nilai
61
Tabel 4.4
Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata
Siswa Kelas 2 SDN Tambakromo Kabupaten Pati
Semester 1 Tahun 2016/2017 Siklus 2
No Kriteria Skor
1 Skor minimum 65
2 Skor maksimum 100
3 Skor rata-rata 80,6
4.1.3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua tahapan, yakni
analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Teknik analisis dilakukan dengan cara
membandingkan hasil belajar pada penelitian siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan
persentase ketuntasan belajar siswa Kelas 3 SDN Tambakromo Kabupaten Pati
semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
4.1.3.1. Analisis Ketuntasan
Analisis ketuntasan belajar siklus 1 siswa kelas 3 SDN Tambakromo 03
Kabupaten Pati secara rinci disajikandalamtabel4.5Hasil Analisis Ketuntasan
Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati Semester 1
Tahun 2016/2017 berikutini.
Dari tabel 4.5, nampak bahwa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten
Pati pada siklus 1 yang tuntas belajar mencapai KKM ≥70 sebanyak 17 siswa
Tabel4.5
Hasil AnalisisKetuntasanBelajarMatematika
SiswaKelas3 SDNTambakromo 03
Kabupaten Pati Semester 1
Tahun2016/2017 Siklus 1
KetuntasanBelajar Frekwensi Persentase
Tuntas 17 65,38
TidakTuntas 9 34,61
Skor Rata-Rata 70.7
Skor Maksimum 50
Skor Minimum 95
62
(65,38%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 9 siswa (34,61%). Skor
maksimum yang diperoleh sebesar 95, skor minimum 50 dan skor rata-rata adalah
71,4. Ketuntasan belajar siklus 1 secara jelas tersaji dalam gambar 3 Diagram
Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten
Pati Semester 1 Tahun 2016/2017Siklus 1 berikut ini.
Gambar 3Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa
Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati
Semester 1 Tahun 2014 / 2015 Siklus 1
Memperhatikan gambar 3 diagram lingkaran tersebut, diketahui bahwa
dari 27 siswa Kelas 3 SDN Tambakromo Kabupaten Pati yang tuntas belajar
dengan mencapai skor KKM 70 adalah sebanyak 17 siswa (65,38%) dan
ditunjukkan dengan gambar lingkaran berwarna biru, sedangkan siswa tidak
tuntas belajar sebanyak 9 siswa (34,61% ) sebagaimana ditunjukkanoleh diagram
lingkaran berwarna merah.
Pada penelitian siklus 2 dilakukan pembelajaran dengan mengoptimalkan
tindakan pembelajaran kooperatif Make A Match.Hal ini berdampak terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati yang
ditunjukkan oleh peningkatan persentase ketuntasan belajar yang cukup
signifikan. Ketuntasan belajar siswa kelas 3 SDN Tambakrono 03 Kabupaten Pati
secara jelas tersaji dalam tabel 4.6 halaman berikut ini.
65.38%
34.61%
Tuntas
TidakTuntas
63
Tabel 4.6
Hasil Analisis Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas 3
SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati
Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus 2
No KetuntasanBelajar Frekwensi Persentase
1 Tuntas 24 92,30
2 TidakTuntas 2 7,69
Skor Rata-Rata 80,6
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 65
Tabel 4.6 menunjukkan pencapaianketuntasanbelajarsiklus 2
yaknisebanyak25siswa (92,30%) tuntasbelajardan 2 siswa (7,69%)
tidaktuntasbelajar. Adapun besarnya skor maksimum yang diperoleh siswa adalah
100, skor minimum 65 dengan skor rata-rata sebesar 80,6. Selanjutnya
secarajelashasil analisis ketuntasan belajarsiswaKelas 3 SDN Tambakromo03
KabupatenPatipada siklus 2 dapatdilihatpadagambar 4 berikutini.
Gambar 4 Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 3
SDN Tambakromo 03 Pati Semester 1Tahun
Ajaran 2016/2017Siklus 2
Berdasarkan gambar 4 tersebut, nampak bahwa ketuntasan belajar yang
dicapai siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati pada pembelajaran
siklus 2 adalah sebesar 92,31% (25 siswa) tuntas belajar, ditunjukkan oleh gambar
lingkaran berwarna biru, sedangkan 7,69% (2 siswa) tidak tuntasdan ditunjukkan
oleh gambar lingkaran berwarna merah.
92.31%
7.69%
Tuntas
Tidak Tuntas
64
4.1.3.2. Analisis Komparatif
Dari hasil nalisis komparatif yang dilakukan terhadap hasil penelitian siswa
kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati dengan pemberian tindakan
pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran kooperatif Make A
Matchmenunjukkan adanya peningkatanhasil belajar siswa. Peningkatan tersebut
ditunjukkan oleh meningkatnya skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata
dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan hasil belajar juga ditunjukkan
oleh peningkatan jumlah siswa yang dinyatakan tuntas belajar dengan mencapai
KKM ≥70. Secara rinci peningkatan hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar,
skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata pra siklus, siklus 1 dan siklus 2
tersaji dalam tabel 4.7 Analisis Komparatif Hasil Belajar Berdasarkan Skor
Minimum, Skor Maksimum, Skor Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas
2 SDN Kutoharjo 02 Pati Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 berikut ini.
Tabel 4.7
Analisis Komparatif Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2016/2017Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
f % f % f %
1 Tuntas 11 42,31 17 65,38 24 92,31
2 Tidak Tuntas 15 57,69 9 34,62 2 7,69
3 Rerata 64,8 70,7 80,6
4 Maksimum 85 95 100
5 Minimun 45 50 65
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari jumlah siswa kelas 3 SDN
Tambakromo 03 Kabupaten Pati yang tuntas belajar pada muatan IPA meningkat
dari pra siklus, siklus 1dan siklus 2. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar
semula adalah 11 siswa (42,31 %), tidak tuntas sebanyak 16 siswa (57,69%); pada
siklus 1 siswa tuntas belajar meningkat menjadi 17 siswa (65,38%), tidak tuntas
sebanyak 9 siswa (34,62%); dan kemudian pada siklus 2 siswa tuntas belajar
meningkat lagi menjadi 25siswa (92,31%), tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa
65
(7,69%). Peningkatan juga terjadi pada besarnya skor minimum, skor maksimum
dan skor rata-rata pada masing-masing siklus. Pada pra siklus semula skor
minimum hanya 45; siklus 1 meningkat menjadi 50, dan siklus 2 naik menjadi 65.
Besarnya skor maksimum pra siklus sebesar 85; pada siklus 1 naik menjadi 95;
dan pada akhir siklus 2 meningkat menjadi 100. Skor rata-rata naik dari 64,8 pada
pra siklus, pada siklus 1 meningkat menjadi 70,7 dan pada siklus 2 meningkat lagi
menjadi 80,6. Analisis komparatif peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus
1 dan siklus 2 diperjelas oleh gambar 5 Grafik Perbandingan Peningkatan Hasil
Belajar Berdasarkan Ketuntasan Belajar, Skor Minimum, Skor Maksimum dan
Skor Rata-Rata Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 pada halaman berikut ini.
Gambar 5 Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar
IPA, Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
4.1. PembahasanHasilPenelitian
Pada pembelajaran awal atau pra siklus hasil belajar siswa Kelas 3 SDN
Tambakromo 03 Kabupaten Pati semester 1 tahun pelajaran
2016/2017menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar Matematika
denganmencapai KKM ≥ 70 yakni42,3% dansiswa yang
tidaktuntasbelajarsebanyak15 siswa (57,7%). Angka ini masih cukup jauh dari
KKM yang ditetapkan yakni sebesar ≥85% siswa tuntas belajar. Kondisi ini
dikarenakan dalam pembelajaran pra siklus belum dilakukan pembelajaran dengan
metode atau pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan
semangat siswa dalam belajar. Alat peraga dan sumber belajar juga hanya berasal
42.3
65.4
92.3
57.7 34.6
7.7
45 50
65
85 95
100
64.8 70.7 80.6
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas
Tidak Tuntas
Skor Minimum
Skor Maksimum
Skor Rata-Rata
66
dari guru dan buku teks pelajaran yang disediakan oleh sekolah. Meskipun telah
diupayakan dengan metode pembelajaran diskusi dan penugasan, siswa masih
kurang antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi ini
berdampak langsung terhadap rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas 3 SDN
Tambakromo 03 Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati semester 1 tahun
ajaran 2016/2017/
Berdasarkan permasalahan pembelajaran tersebut diatas dilakukan tindakan
penelitian siklus 1 dan siklus dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Make A Match. Melalui model pembelajaran ini siswa dilibatkan
secara aktif dalam kegiata pembelajaran yang meliputi; menyimak, mengamati,
mengidentifikasi/mencari, berdiskusi, mencocokkan soal dan jawaban secara
cermat, mempresentasikan hasil diskusi dan saling memberikan tanggapan
terhadap hasil presentasi. Siswa sangat antusias dalam berpikit, menganalisa,
mencari dan menjodohkan antara permasalahan dengan jawabanmenurut instruksi
dan waktu yang telah ditetapkan. Siswa juga berani mengemukakan pendapat dan
mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi yang dirasa cukup sulit.
Dengan adanya peningkatan keaktifan siswa tersebut sangat berdampak terhadap
peningkatan hasil belajar IPA siswa Kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kabupaten
Pati semester 1 tahun ajaran 2016/2017.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif make a match, nampak sekali adanya
peningkatan hasil belajar. Pada kegiatan pra siklus yang semula hanya sebesar
42,3% (9 siswa) yang tuntas belajar, pada siklus 1 meningkat menjadi 65,4% (12
siswa); dan pada akhir siklus 2 meningkat lagi menjadi 92,3% (24siswa).Tindak
lanjut yang dilakukan
bagisiswatidaktuntasbelajardiberikantindakanperbaikansecara individual
danberkesinambungandiluar jam pembelajaran.
Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Make A Matchbaik pada siklus 1 dan siklus 2 terbukti dapat
67
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SDN Tambakromo 03 Kecamatan
Pati Kabupaten Pati semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.