bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. profil...

39
43 Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran dan angket yang didapat dari jawaban siswa. Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan item deskriptor dari indikator yang telah dikembangkan. Setiap indikator motivasi belajar memiliki beberapa deskriptor yang tersebar di sembilan tahap pembelajaran menggunakan problem solving berbasis eksperimen. Deskriptor-deskriptor untuk seluruh indikator motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran B.1. Pengolahan data observasi tersedia pada lampiran C.2. Data motivasi belajar siswa secara keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 4.1 di bawah. Tabel 4.1. Persentase Nilai Berdasarkan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa No. Indikator Motivasi Belajar Siswa Nilai Observasi (%) Kategori 1. Durasi kegiatan 81,1 Sangat baik 2. Frekuensi kegiatan 53,0 Cukup 3. Persistensi pada tujuan kegiatan 74,1 Baik 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan 54,2 Cukup 5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan 56,4 Cukup 6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai 65,3 Baik 7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai 55,6 Cukup 8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan 49,2 Cukup Rata-rata 61,1 Baik

Upload: vuongnhan

Post on 07-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

43

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator

Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama

pembelajaran dan angket yang didapat dari jawaban siswa. Observasi

dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan item deskriptor

dari indikator yang telah dikembangkan. Setiap indikator motivasi belajar

memiliki beberapa deskriptor yang tersebar di sembilan tahap pembelajaran

menggunakan problem solving berbasis eksperimen. Deskriptor-deskriptor untuk

seluruh indikator motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran B.1. Pengolahan

data observasi tersedia pada lampiran C.2. Data motivasi belajar siswa secara

keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 4.1 di bawah.

Tabel 4.1. Persentase Nilai Berdasarkan Hasil Observasi Motivasi Belajar

Siswa

No. Indikator Motivasi Belajar Siswa

Nilai

Observasi

(%)

Kategori

1. Durasi kegiatan 81,1 Sangat baik

2. Frekuensi kegiatan 53,0 Cukup

3. Persistensi pada tujuan kegiatan 74,1 Baik

4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya

dalam menghadapi rintangan dan kesulitan

54,2 Cukup

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai

tujuan

56,4 Cukup

6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai 65,3 Baik

7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk

atau output yang dicapai

55,6 Cukup

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

49,2 Cukup

Rata-rata 61,1 Baik

44

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Motivasi belajar siswa yang dijaring melalui angket diperoleh setelah

seluruh tahapan problem solving selesai dilaksanakan. Penyebaran angket

dilaksanakan di luar jam pelajaran dengan siswa sebagai subjeknya. Item-item

pada angket yang disusun berdasarkan indikator motivasi dapat dilihat pada

lampiran B.5. Pencapaian persentase nilai angket motivasi belajar siswa pada

setiap indikator motivasi dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Adapun

pengolahan data angket tersedia pada lampiran C.3.

Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

No. Indikator Motivasi Belajar Siswa

Nilai

Angket

(%)

Kategori

1. Durasi kegiatan 56,9 Cukup

2. Frekuensi kegiatan 61,4 Baik

3. Persistensi pada tujuan kegiatan 61,9 Baik

4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam

menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan 75,3 Baik

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan 61,2 Baik

6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan

kegiatan yang dilakukan

68,6 Baik

7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau

output yang dicapai dari kegiatannya

69,4 Baik

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan 77,2 Baik

Rata-rata 66,5 Baik

Motivasi belajar siswa terdiri dari delapan indikator motivasi belajar

menurut Makmun (2000). Kedelapan indikator itu adalah durasi kegiatan (berapa

lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan); frekuensi

kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu);

persistensi pada tujuan kegiatan; ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam

menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan; tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

45

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan kegiatan yang dilakukan; tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau

output yang dicapai dari kegiatannya; serta arah sikapnya terhadap sasaran

kegiatan. Secara keseluruhan indikator-indikator motivasi tersebut diukur

menggunakan observasi dan angket.

Sebaran siswa yang mengembangkan indikator-indikator motivasi belajar

secara keseluruhan ditunjukkan oleh tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Persentase Sebaran Nilai Observasi Motivasi Belajar Siswa

Kategori

Indikator

Sangat Baik

(% dan

tafsiran)

Baik

(% dan

tafsiran)

Cukup

(% dan

tafsiran)

Kurang

(% dan

tafsiran)

Sangat

Kurang

(% dan

tafsiran)

Durasi kegiatan 61,5

(sebagian

besar)

28,2

(hampir

setengahnya)

10,3

(sebagian

kecil)

0

(tidak satu

pun)

0

(tidak

satu pun)

Frekuensi

kegiatan

7,7

(sebagian

kecil)

23,1

(sebagian

kecil)

38,5

(hampir

setengahnya)

30,8

(hampir

setengahnya)

0

(tidak

satu pun)

Persistensi pada

tujuan kegiatan

28,2

(hampir

setengahnya)

53,8

(sebagian

besar)

12,8

(sebagian

kecil)

5,1

(sebagian

kecil)

0

(tidak

satu pun)

Ketabahan,

keuletan dan

kemampuannya

dalam

menghadapi

rintangan

2,6

(sebagian

kecil)

35,9

(hampir

setengahnya)

35,9

(hampir

setengahnya)

23,1

(sebagian

kecil)

2,6

(sebagian

kecil)

Devosi dan

pengorbanan

untuk mencapai

tujuan

7,7

(sebagian

kecil)

28,2

(hampir

setengahnya)

41,0

(hampir

setengahnya)

18,0

(sebagian

kecil)

5,1

(sebagian

kecil)

Tingkatan

aspirasi yang

hendak dicapai

15,4

(sebagian

kecil)

46,2

(hampir

setengahnya)

33,3

(hampir

setengahnya)

5,1

(sebagian

kecil)

0

(tidak

satu pun)

Tingkatan

kualifikasi

prestasi atau

produk atau

output yang

dicapai

10,3

(sebagian

kecil)

30,8

(hampir

setengahnya)

33,3

(hampir

setengahnya)

20,5

(sebagian

kecil)

5,1

(sebagian

kecil)

46

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kategori

Indikator

Sangat Baik

(% dan

tafsiran)

Baik

(% dan

tafsiran)

Cukup

(% dan

tafsiran)

Kurang

(% dan

tafsiran)

Sangat

Kurang

(% dan

tafsiran)

Arah sikap

terhadap sasaran

kegiatan

0

(tidak satu

pun)

10,3

(sebagian

kecil)

74,4

(sebagian

besar)

15,4

(sebagian

kecil)

0,0

(tidak

satu pun)

Rata-rata

16,7

(sebagian

kecil)

32,1

(hampir

setengahnya)

35,0

(hampir

setengahnya)

14,7

(sebagian

kecil)

1,6

(sebagian

kecil)

Berdasarkan data pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3 di atas dapat

dilihat bahwa indikator motivasi belajar menurut Makmun (2000) terdiri dari

delapan indikator yang dapat diukur. Indikator tersebut dibahas satu persatu

sebagai berikut:

1. Durasi Kegiatan

Indikator durasi kegiatan mengembangkan indikator berkonsentrasi selama

tahap pembelajaran. Berdasarkan nilai kategori yang didapat dari observasi, siswa

mengembangkan dengan sangat baik (81,1%) untuk indikator durasi kegiatan.

Artinya, siswa sangat baik dalam berkonsentrasi selama pembelajaran titrasi asam

basa berlangsung. Dalam tabel 4.3 diketahui sebaran bahwa sebagian besar

(61,5%) siswa sangat baik dalam berkonsentrasi selama tahap pembelajaran

menggunakan model problem solving. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2011)

yang mengungkapkan bahwa dengan adanya motivasi mendorong seseorang

untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.

Motivasi sangat dibutuhkan untuk membantu tumbuhnya proses pemusatan

perhatian. Apabila siswa sudah merasa dirinya termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran di kelas, maka siswa tersebut akan berkonsentrasi serta memusatkan

47

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

segenap pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti pembelajaran titrasi asam basa

hingga tuntas.

Hasil angket untuk indikator durasi kegiatan ternyata menunjukkan

kategori cukup baik (56,9%). Indikator durasi kegiatan mengembangkan indikator

mengisi waktu selama di kelas. Ketika siswa berada di dalam kelas, mereka

mengisi waktu untuk membaca materi titrasi asam basa dan mengerjakan LKS

dengan cukup baik. Menurut Mulyono (2011), kegiatan belajar mengajar (tatap

muka) mencakup 3 kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Jadi, siswa tidak terus-menerus membaca materi ataupun mengerjakan

LKS selama di kelas, melainkan ikut terlibat pula dalam kegiatan-kegiatan lain

selama pembelajaran, seperti misalnya mendengarkan guru berbicara,

mengemukakan pendapat dan sanggahan, membantu temannya yang bertanya

karena menemui kesulitan, melaksanakan percobaan, dan lain-lain.

2. Frekuensi Kegiatan

Untuk observasi, indikator frekuensi kegiatan mengembangkan indikator

memberikan respon akademik selama pembelajaran dan memperoleh hasil cukup

(53,0%) dengan sebaran siswa hampir setengahnya (38,5%) mengembangkan

indikator ini dengan cukup. Untuk angket, indikator frekuensi kegiatan

mengembangkan indikator melakukan kegiatan belajar secara rutin dengan hasil

yang didapat baik (61,4%). Wlodkowski (2004) berpendapat bahwa bila motivasi

belajar telah menjadi suatu kebiasaan, rutinitas, dan prioritas dalam kehidupan

siswa, maka belajar siswa akan semakin efektif dan harmonis. Keaktifan siswa

dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menyimpulkan hasil

48

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

percobaan, maupun mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dialami selama

pembelajaran titrasi asam basa berlangsung merupakan bukti adanya suatu

kegiatan belajar di kelas. Banyak bakat siswa tidak berkembang dikarenakan tidak

diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat,

maka lepaslah tenaga-tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil yang

maksimal (Sagala, 2011). Membiasakan siswa mendiskusikan suatu pendapat

mereka masing-masing dapat memperkuat motivasi yang baik pada diri siswa

tersebut (Purwanto, 2006).

3. Persistensi pada tujuan kegiatan

Indikator persistensi pada tujuan kegiatan memperoleh kategori baik

(74,1%) yang diperoleh dari observasi. Hasil angket juga menunjukkan kategori

baik (61,9%). Indikator persistensi pada tujuan kegiatan untuk observasi

mengembangkan indikator keterlibatan dalam proses pembelajaran, sedangkan

untuk angket indikator ini mengembangkan indikator mencari informasi tentang

bahan yang akan dipelajari. Sebagian besar (53,8%) siswa mengembangkan

indikator ini dengan baik.

Dalam model pembelajaran problem solving, siswa secara langsung

melakukan aktivitas selama kegiatan belajar titrasi asam basa dilaksanakan.

Diantaranya memperhatikan temannya ketika mengemukakan suatu ide atau

pendapat, maupun memberi masukan tentang pendapat yang keliru dari temannya.

Memperhatikan atau memberi masukan termasuk sikap (attitude) dalam belajar.

Adanya perubahan sikap atau perilaku menunjukkan siswa telah melakukan

belajar dan terlibat di dalam pembelajaran tersebut. Sebagaimana yang

49

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diungkapkan oleh Uno (2011), bahwa belajar adalah suatu proses atau interaksi

yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri. Siswa harus

menyadari betapa pentingnya memberi perhatian ketika harus mengingat sesuatu

(Suprijono, 2009). Dimyati dan Mudjiono (2006) mengungkapkan bahwa dengan

adanya motivasi belajar yang kuat akan mempunyai kekuatan mental yang

mendorong siswa untuk belajar. Apabila siswa sudah memiliki kemauan untuk

belajar karena didorong oleh adanya motivasi yang kuat, maka tujuan belajar pasti

akan tercapai. Pencarian informasi tentang bahan yang akan dipelajari

menunjukkan hasil baik. Artinya dalam diri siswa timbul rasa ingin tahu terhadap

sesuatu yang ia pelajari. Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006)

bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.

Siswa merasa sadar akan tujuan yang ingin dicapai, sehingga bertindak untuk

mencapai tujuan tersebut. Makmun (2000) menjelaskan bahwa motivasi

merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu

untuk bergerak ke arah tujuan tertentu.

4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan

kesulitan

Indikator ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi

rintangan dan kesulitan memperoleh kategori cukup (54,2%) dari hasil observasi

yang mengembangkan indikator berusaha untuk mengatasi kesulitan belajar.

Sebaran siswa hampir setengahnya (35,9%) mengembangkan indikator ini. Untuk

angket, indikator ketabahan dan keuletan mengembangkan indikator tabah dan

50

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ulet untuk memecahkan permasalahan menunjukkan kategori baik (75,3%). Siswa

yang memiliki motivasi tinggi ketika menemukan kesulitan dalam belajarnya,

akan segan untuk bertanya pada guru ataupun temannya yang dianggap mampu

untuk mengatasi kesulitan yang ia hadapi. Dalam indikator ini, siswa berusaha

mengerjakan LKS titrasi asam basa secara mandiri, dan berusaha menjawab

pertanyaan yang ada pada artikel permasalahan asam basa yang diberikan. Suatu

kesulitan atau hambatan mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini

dapat menjadi suatu dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang

tekun dan luar biasa sehingga tercapai keunggulan dalam bidang tertentu

(Sardiman, 2011). Dalam bukunya Uno (2011) pun berpendapat bahwa seorang

anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya

dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dari

pernyataan tersebut jelas bahwa motivasi untuk belajar seorang anak dapat

menjadi penyebab anak tersebut menjadi tekun dan ulet untuk belajar sehingga ia

mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang ia hadapi.

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan

Indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan mengembangkan

indikator pada observasi yaitu pengorbanan untuk mencapai tujuan pembelajaran

dengan hasil cukup (56,4%) dan hampir setengahnya (41,0%) siswa

mengembangkan indikator ini dengan cukup. Sedangkan untuk angket, indikator

yang dikembangkan yaitu melakukan pengorbanan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang memperoleh hasil baik (61,2%). Dalam indikator ini, siswa

berusaha membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami isi

51

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

artikel, membantu teman melakukan percobaan titrasi asam basa, membantu

teman mengolah data hasil percobaan titrasi asam basa, hingga memberi solusi

pada temannya yang mengalami kesulitan dalam tahap re-evaluasi pemecahan

masalah dengan cukup. Tidak semua siswa dapat membantu temannya dengan

memberikan solusi dari kesulitan yang dihadapi karena tiap siswa memiliki

kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2011)

bahwa siswa yang mampu mengerjakan sesuatu sebagai hasil belajar tentulah

akibat dari kapabilitasnya (kemampuan tertentu). Menurut Sardiman (2011),

fungsi motivasi yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan

yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang

tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Siswa telah menunjukkan fungsi motivasi

seperti yang dikemukakan di atas dengan baik. Siswa merelakan waktunya untuk

belajar titrasi asam basa dibandingkan bermain, dan menyisihkan uangnya untuk

membeli buku-buku pelajaran kimia dibandingkan membeli buku komik atau

barang-barang yang kurang berguna lainnya.

6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

Indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai memperoleh kategori

baik (65,3%) yang diperoleh dari hasil observasi. Temuan ini didukung dengan

hasil angket untuk indikator yang sama ternyata menunjukkan hasil yang baik

pula (68,6%). Indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai mengembangkan

indikator ketercapaian maksud atau target dari pembelajaran yang dilakukan

(untuk observasi), dan untuk angket indikator ini mengembangkan indikator

peningkatan wawasan titrasi asam basa. Hampir setengahnya (46,2%) siswa

52

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan dengan baik. Pada indikator tingkatan aspirasi yang hendak

dicapai, siswa merencanakan prosedur percobaan dan indikator titrasi asam basa

yang akan digunakan, bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan percobaan,

mengemukakan jawaban pengolahan data hasil titrasi, terbentuknya suatu

kesimpulan berdasarkan kesepakatan teman sekelompok, dan mengaitkan konsep

titrasi asam basa dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Iskandar (2009), dengan

memberikan topik yang menarik pada siswa, memberitahu tujuan yang ingin

dicapai, memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa, akan

membangkitkan motivasi belajar siswa tersebut sehingga mencapai prestasi dan

mempunyai kepercayaan diri. Siswa memiliki motivasi untuk mencapai maksud

atau target dari pembelajaran yang dilakukan, terbukti dengan pencapaiannya

yang menunjukkan kategori baik. Semakin kuat motivasi yang dimiliki siswa

untuk belajar, maka wawasan ilmunya pun akan semakin meningkat, dan bukan

tidak mungkin bisa menumbuhkan keinginan untuk melanjutkan studi terkait

dengan bidang kimia. Sardiman (2011) mengatakan bahwa siswa yang memiliki

motivasi belajar intrinsik memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu, dan satu-satunya jalan

untuk menggapai tujuan yang ingin dicapai ialah belajar.

7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai

Indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai

mengembangkan indikator tingkat kepuasan hasil belajar untuk observasi yang

mendapat hasil cukup (55,6%) dengan sebaran hampir setengahnya (33,3%) siswa

mengembangkan indikator ini. Untuk angket, indikator tingkatan kualifikasi

53

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

prestasi atau produk yang dicapai mengembangkan indikator mencari informasi

lebih lanjut untuk memuaskan rasa ingin tahu mendapat hasil yang baik (69,4%).

Pada indikator ini, siswa dituntut untuk percaya diri dalam mengemukakan ide

atau pendapat di setiap tahap problem solving. Setiap individu memiliki motivasi

utama berupa kecenderungan untuk percaya pada diri sendiri, memiliki rasa

kebebasan, dan kreativitas (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Suprijono (2009)

mengungkapkan konsep self efficacy terkait dengan keyakinan atau kepercayaan

diri bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang

menjadi syarat keberhasilan. Menurut Iskandar (2009), hal-hal yang perlu

dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar diantaranya adalah

dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut pada

diri siswa. Jadi apabila guru berhasil menghilangkan rasa takut pada siswa, maka

siswa akan selalu merasa percaya diri dalam bersikap. Hasil angket ditemukan

bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang baik dalam belajar titrasi asam basa.

Menurut Sardiman (2011), rasa ingin tahu dan eksistensi diri dapat mendorong

motivasi siswa untuk belajar. Terbukti dari terdapatnya banyak buku kimia di atas

meja siswa, dan ada beberapa siswa yang meminta percobaannya diulang karena

kurang puas pada hasil percobaan. Menurut hukum belajar Thorndike, sesuatu

yang menimbulkan rasa senang cenderung untuk diulang. Pengulangan ini penting

untuk mengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari (Djaali, 2008). Siswa harus

menyadari pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan kebutuhan

dirinya agar memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai modal

hidupnya kelak jika telah dewasa (Sagala, 2011).

54

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

Indikator arah sikap terhadap sasaran kegiatan pada format observasi

mengembangkan indikator menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan

dan memperoleh hasil yang cukup (49,2%) dengan sebaran siswa sebagian besar

(74,4%) mengembangkan indikator ini. Pada angket, indikator arah sikap terhadap

sasaran kegiatan mengembangkan indikator menyenangi pembelajaran yang

dilakukan dan memperoleh persentase tertinggi dengan hasil yang baik (77,2%).

Dari hasil ini dapat dilihat walaupun indikator yang dikembangkan sama, namun

deskriptor observasi dan item-item pada angket berbeda. Pada observasi,

menyenangi pembelajaran yang dilakukan ditandai dengan mencatat semua yang

telah dikemukakan di kelas dimulai dari tahap penjabaran masalah hingga tahap

konsolidasi pengetahuan dalam model problem solving. Mencatat adalah suatu

kegiatan yang dapat diamati. Sedangkan pada angket, indikator ini diukur dengan

item merasa senang mengerjakan LKS titrasi asam basa bersama teman, dan item

merasa senang melakukan percobaan titrasi asam basa. Menurut Sardiman (2011),

motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Apabila siswa merasa senang untuk belajar, salah satu

usaha yang dapat ia lakukan adalah mencatat pembelajaran, baik dengan atau

tanpa diinstruksikan oleh guru. Dari penelitian ini diketahui hanya beberapa siswa

saja yang sadar akan pentingnya mencatat, sehingga hasil yang didapat hanya

memperoleh kategori cukup. Salah satu cara belajar yang baik secara umum

diantaranya siswa mampu membuat berbagai catatan yaitu selalu mencatat

55

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelajaran dan tertib dalam membuat catatan (Sagala, 2011). Cara belajar yang baik

tentu harus mampu mengatasi kesulitan belajar. Teknik mengatasi kesulitan siswa

antara lain menetapkan target dan tujuan belajar yang jelas, menghindari saran

dan kritik yang negatif, menciptakan suasana belajar yang sehat dan kompetitif,

menyelenggarakan program remedial, dan memberi kesempatan agar peserta didik

memperoleh pengalaman yang sukses (Sagala, 2011). Menurut Sukmadinata

(2007), sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau

ketidaktertarikan seseorang terhadap sesuatu. Siswa merasa senang ketika

mengerjakan LKS titrasi asam basa bersama teman sekelompoknya dan ketika

melakukan percobaan titrasi asam basa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban

angket yang menunjukkan kategori baik. Seseorang senang terhadap sesuatu,

apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk

melakukan kegiatan itu (Uno, 2011).

Dari hasil penelitian yang dijaring melalui observasi, didapat persentase

nilai dengan kategori sangat baik, baik, dan cukup untuk kedelapan indikator

motivasi. Indikator durasi kegiatan memperoleh kategori sangat baik dengan

persentase tertinggi. Kategori baik adalah indikator persistensi pada tujuan

kegiatan dan indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai. Kategori cukup

adalah indikator frekuensi kegiatan, indikator ketabahan dan kemampuannya

dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, indikator devosi dan pengorbanan

untuk mencapai tujuan, indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang

dicapai dari kegiatannya, serta indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Hasil jawaban angket motivasi belajar siswa didapat kategori baik dan cukup.

56

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yang termasuk kategori baik adalah indikator frekuensi kegiatan, persistensi pada

tujuan kegiatan, ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan, devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasi yang hendak dicapai,

tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai, serta arah sikapnya

terhadap sasaran kegiatan. Sedangkan kategori cukup adalah indikator durasi

kegiatan. Indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan memperoleh

persentase paling tinggi. Rata-rata hasil observasi dan angket motivasi belajar

menunjukkan hasil yang baik. Data dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Motivasi Belajar Siswa Hasil Observasi

dan Angket

No Indikator Motivasi Belajar Data Observasi Data Angket

% Kategori % Kategori

1. Durasi kegiatan 81,1 Sangat

baik

56,9 Cukup

2. Frekuensi kegiatan 53,0 Cukup 61,4 Baik

3. Persistensi pada tujuan kegiatan. 74,1 Baik 61,9 Baik

4. Ketabahan, keuletan dan

kemampuan dalam menghadapi

rintangan

54,2 Cukup 75,3 Baik

5. Devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuan

56,4 Cukup 61,2 Baik

6. Tingkatan aspirasi yang hendak

dicapai

65,3 Baik 68,6 Baik

7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau

produk yang dicapai

55,6 Cukup 69,4 Baik

8. Arah sikapnya terhadap sasaran

kegiatan

49,2 Cukup 77,2 Baik

Rata-rata 61,1 Baik 66,5 Baik

Perbandingan persentase motivasi belajar siswa hasil observasi dan angket

pada setiap indikator motivasi belajar dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

57

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.1 Persentase Nilai Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Hasil

Observasi dan Angket

Keterangan:

Indikator 1: Durasi kegiatan

Indikator 2: Frekuensi kegiatan

Indikator 3: Persistensi pada tujuan kegiatan.

Indikator 4: Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan

Indikator 5: Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.

Indikator 6: Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

Indikator 7: Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai

Indikator 8: Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan

Dari tabel 4.4 di atas, diketahui perbandingan nilai motivasi belajar siswa

mendapat rata-rata persentase tidak jauh berbeda, yaitu 61,1% untuk hasil

observasi, dan 66,5% untuk hasil angket. Untuk indikator durasi kegiatan dan

persistensi pada tujuan kegiatan, persentase tertinggi dicapai dengan observasi.

Sedangkan indikator frekuensi kegiatan, ketabahan dan keuletan dalam

menghadapi rintangan, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan

aspirasi yang hendak dicapai, tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang

dicapai, dan arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan, persentase tertinggi dicapai

dengan menggunakan angket motivasi belajar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8

Nilai (%)

Indikator Motivasi Belajar

Data

observasi

Data

angket

58

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Profil Motivasi Belajar Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah

pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem

Solving Berbasis Eksperimen

Profil motivasi belajar secara umum diketahui dari siswa kelompok tinggi,

sedang, dan rendah yang dibagi berdasarkan rata-rata hasil dua kali ulangan di

semester genap. Berdasarkan data hasil observasi dapat diketahui bahwa siswa

kelompok tinggi, siswa kelompok sedang, dan siswa kelompok rendah telah

mengembangkan indikator motivasi belajar dengan kategori baik dan cukup.

Secara rinci data persentase nilai motivasi beserta kategorinya dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Tabel 4.5. Persentase Nilai Observasi Setiap Indikator Motivasi Belajar tiap

Kelompok Siswa

No. Indikator Motivasi

Belajar Siswa

Persentase Nilai /

Kategori Nilai Kelompok Siswa

Tinggi Sedang Rendah

1 Durasi Kegiatan

89,3/

Sangat

Baik

81,1/

Sangat

Baik

76,5/

Baik

2 Frekuensi Kegiatan 68,0/

Baik

52,6/

Cukup

45,8/

Cukup

3 Persistensi pada Tujuan

Kegiatan

81,5/

Sangat

Baik

75,1/

Baik

67,2/

Baik

4

Ketabahan, Keuletan dan

Kemampuannya dalam

Menghadapi Kesulitan

65,0/

Baik

54,2/

Cukup

48,3/

Cukup

5 Devosi dan Pengorbanan

untuk Mencapai Tujuan

78,0/

Baik

56,2/

Cukup

45,0/

Cukup

6 Tingkatan Aspirasi yang

Hendak Dicapai

78,0/

Baik

66,5/

Baik

54,8/

Cukup

7

Tingkatan Kualifikasi

Prestasi atau Produk atau

Output yang Dicapai

82,3/

Sangat

Baik

54,5/

Cukup

43,8/

Cukup

8 Arah Sikapnya Terhadap

Sasaran Kegiatan

55,0/

Cukup

50,0/

Cukup

43,6/

Cukup

Rata-rata 74,6/

Baik

61,3/

Baik

53,1/

Cukup

59

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Persentase rata-rata untuk kelompok tinggi pada seluruh indikator motivasi

belajar adalah sebesar 74,6% dengan kategori baik. Kelompok sedang

memperoleh persentase nilai 61,3% dengan kategori baik. Kelompok rendah

memperoleh nilai 53,1% dengan kategori cukup. Setelah diperoleh data motivasi

belajar siswa secara keseluruhan menggunakan observasi di kelas, kemudian

diperoleh persentase kedelapan indikator yang diukur melalui angket. Tabel 4.6

menunjukkan persentase motivasi belajar siswa kelompok tinggi, siswa kelompok

sedang, dan siswa kelompok rendah pada kedelapan indikator motivasi belajar

yang diukur dengan angket.

Tabel 4.6 Persentase Nilai Angket Motivasi Belajar tiap Kelompok Siswa

pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

No. Indikator Motivasi

Belajar Siswa

Persentase Nilai/

Kategori Nilai Kelompok Siswa

Tinggi Sedang Rendah

1 Durasi Kegiatan 57,5/

Cukup

57,5/

Cukup

54,9/

Cukup

2 Frekuensi Kegiatan 66,3/

Baik

61,3/

Baik

59,0/

Cukup

3 Persistensi pada Tujuan

Kegiatan

67,5/

Baik

60,0/

Cukup

63,9/

Baik

4 Ketabahan, Keuletan dan

Kemampuannya dalam

Menghadapi Kesulitan

81,3/

Sangat Baik

75,0/

Baik

72,9/

Baik

5 Devosi dan Pengorbanan

untuk Mencapai Tujuan

70,0/

Baik

58,5/

Cukup

63,9/

Baik

6 Tingkatan Aspirasi yang

Hendak Dicapai

70,0/

Baik

67,3/

Baik

71,5/

Baik

7 Tingkatan Kualifikasi

Prestasi atau Produk atau

Output yang Dicapai

67,5/

Baik

69,5/

Baik

70,1/

Baik

8 Arah Sikapnya Terhadap

Sasaran Kegiatan

76,3/

Baik

76,5/

Baik

79,9/

Baik

Rata-rata

69,5/

Baik

65,7/

Baik

67,0/

Baik

60

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Persentase nilai motivasi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang, dan

kelompok rendah berturut-turut adalah 69,5%, 65,7%, dan 67,0%. Pencapaian

tersebut menunjukkan bahwa semua kelompok telah mengembangkan indikator

motivasi belajar dengan baik. Hal ini secara umum ditunjukkan dengan

pencapaian motivasi belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata di atas 50%.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa motivasi siswa kelompok tinggi

dan kelompok sedang mendapat kategori baik, sedangkan kelompok rendah

mendapat kategori cukup. Hasil angket menunjukkan bahwa motivasi belajar

siswa seluruh kelompok mendapat kategori baik. Persentase motivasi belajar

siswa kelompok tinggi lebih besar dari kelompok sedang dan kelompok rendah

yang dijaring dengan observasi dan angket. Artinya siswa kelompok tinggi

memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dibandingkan dengan siswa kelompok

sedang maupun siswa kelompok rendah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Djaali (2008), bahwasannya motivasi berhubungan dengan pencapaian beberapa

standar kepandaian atau standar keahlian. Motivasi adalah suatu dorongan yang

terdapat pada diri siswa yang selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan

atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan

menggunakan standar keunggulan. Siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi

cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka dewasa (Djaali, 2008).

Senada dengan pendapat Sukmadinata (2009) yang mengatakan bahwa salah satu

ciri perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi adalah mempunyai

motivasi yang tinggi. Perilaku cerdas selalu didorong oleh motivasi yang kuat

baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar dirinya.

61

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Profil Motivasi Belajar Siswa Untuk Tiap Tahap Pembelajaran

Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen

Pada subbab ini dibahas mengenai indikator motivasi belajar apa yang

paling dikembangkan untuk tiap tahapan problem solving berbasis eksperimen

menurut Mothes. Tahap pembelajaran tersebut terdiri dari tahap motivasi, tahap

penjabaran masalah, tahap penyusunan opini, tahap perencanaan dan konstruksi,

tahap percobaan, tahap kesimpulan, tahap abstraksi, tahap re-evaluasi pemecahan

masalah, dan tahap konsolidasi pengetahuan. Hanya hasil dari observasi saja yang

dapat menjawab rumusan masalah yang dibahas pada subbab ini. Perbedaan

jumlah deskriptor yang diamati dalam tiap tahapan problem solving tergantung

dari alokasi waktu yang tersedia untuk pelaksanaannya.

1. Tahap Motivasi

Di tahap pertama dalam pembelajaran problem solving menurut Mothes

ini terdapat tiga deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi membaca artikel

yang diberikan, bertanya pada guru tentang ketidakjelasan isi artikel, dan

membantu teman yang kesulitan memahami isi artikel. Deskriptor pertama

termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk

dalam indikator ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan (indikator

4), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuan (indikator 5). Secara rinci persentase nilai dan kategorinya untuk

tahap motivasi dijelaskan pada tabel 4.7 di bawah.

62

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.7. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Motivasi dalam Model

Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi membaca artikel

permasalahan mengenai asam basa yang

diberikan (indikator 1)

76,4 Baik

2. Bertanya pada guru tentang ketidakjelasan isi

artikel (indikator 4) 35,4 Kurang

3. Membantu teman yang kesulitan memahami

isi artikel (indikator 5) 52,3 Cukup

Rata-rata 54,7 Cukup

Berdasarkan data pada tabel 4.7, deskriptor berkonsentrasi membaca

artikel yang diberikan dikembangkan dengan baik oleh siswa dengan persentase

sebesar 76,4%. Artinya, indikator durasi kegiatan paling banyak dikembangkan

oleh siswa di kelas dengan persentase tertinggi untuk tahap motivasi. Rata-rata

pencapaian nilai persentase untuk tahap motivasi adalah sebesar 54,7%. Siswa

mengembangkan setiap deskriptor selama tahap motivasi dengan cukup. Sardiman

(2011) berpendapat, hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin

tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil pula pelajaran itu. Tahap motivasi

merupakan tahap pertama dalam pembelajaran menggunakan model problem

solving yang bertujuan menuntun, membangkitkan rasa ingin tahu, menyiapkan

kesediaan dan meningkatkan antusiasme siswa dalam menghadapi pembelajaran

(Rosbiono, 2007). Kondisi individu pada awal pembelajaran akan mempengaruhi

proses pembelajaran, misalnya keadaan sikap dan kesiapan untuk memulai

pembelajaran (Surya, 2004). Pada tahap ini siswa dibagikan artikel permasalahan

yang menyangkut asam basa dalam kehidupan sehari-hari, dan hasilnya siswa

termotivasi dengan cukup (54,7%) untuk mempelajari lebih lanjut karena merasa

tidak asing dengan isi artikel tersebut.

63

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tahap Penjabaran Masalah

Di tahap kedua dalam pembelajaran problem solving terdapat lima

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama merumuskan pertanyaan,

mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi artikel, memperhatikan

pertanyaan yang diajukan oleh temannya berkaitan dengan isi artikel, percaya diri

dalam mengajukan pertanyaan, mencatat setiap pertanyaan yang diajukan.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2),

deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

(indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkat kualifikasi

prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor kelima termasuk

dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara

rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap penjabaran masalah

dijelaskan pada tabel 4.8 di bawah.

Tabel 4.8. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Penjabaran Masalah

dalam Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama merumuskan

pertanyaan terkait artikel (indikator 1) 74,9 Baik

2. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan

dengan isi artikel asam basa (indikator 2) 50,8 Cukup

3. Memperhatikan pertanyaan yang diajukan

oleh temannya berkaitan dengan isi artikel

(indikator 3)

72,8 Baik

4. Percaya diri dalam mengajukan pertanyaan

pada tahap penjabaran masalah (indikator 7) 54,9 Cukup

5. Mencatat setiap pertanyaan yang diajukan

pada tahap penjabaran masalah (indikator 8) 50,3 Cukup

Rata-rata 60,7 Baik

64

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan data pada tabel 4.8, deskriptor berkonsentrasi selama

merumuskan pertanyaan terkait artikel dikembangkan dengan baik oleh siswa

dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 74,9%. Dari hasil ini dapat

diketahui bahwa pada tahap penjabaran masalah, indikator yang paling banyak

dikembangkan adalah indikator durasi kegiatan (indikator 1). Rata-rata

pencapaian nilai persentase untuk tahap penjabaran masalah adalah sebesar

60,7%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap penjabaran masalah

dengan baik. Sardiman (2011) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan

kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses

yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Apabila pikiran siswa

sudah terpusat untuk melakukan kegiatan belajar, maka tujuan pembelajaran akan

tercapai. Tujuan tahap kedua dari model problem solving ini adalah memfokuskan

perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas (Rosbiono, 2007).

Dalam tahap penjabaran masalah ini siswa dituntut untuk membuat pertanyaan

dari artikel yang telah dibagikan dan mengajukan pertanyaan tersebut. Siswa tidak

mungkin dapat membuat pertanyaan apalagi mengajukan pertanyaan tersebut

apabila pikirannya tidak terfokus pada pembelajaran. Dalam model belajar ini

dilakukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama,

tetapi dengan model belajar problem solving ini kemampuan penalaran anak akan

berkembang (Sagala, 2011).

3. Tahap Penyusunan Opini

Di tahap ketiga dalam pembelajaran problem solving terdapat enam

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap penyusunan opini,

65

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan artikel, memperhatikan pendapat

yang dikemukakan temannya, memberi masukan tentang pendapat yang keliru

dari temannya, percaya diri dalam mengemukakan pendapat, mencatat pendapat

yang dikemukakan.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2),

deskriptor ketiga dan deskriptor keempat termasuk dalam indikator persistensi

pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor kelima termasuk dalam indikator

tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor

keenam termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan

(indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap

penyusunan opini dijelaskan pada tabel 4.9 di bawah.

Tabel 4.9. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Penyusunan Opini

dalam Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap penyusunan

opini (indikator 1) 77,4 Baik

2. Mengemukakan pendapat yang berkaitan

dengan artikel (indikator 2) 43,1 Cukup

3. Memperhatikan pendapat yang dikemukakan

temannya (indikator 3) 73,3 Baik

4. Memberi masukan tentang pendapat yang

keliru dari temannya (indikator 3) 43,1 Cukup

5. Percaya diri dalam mengemukakan pendapat

(indikator 7) 46,2 Cukup

6. Mencatat pendapat yang dikemukakan dalam

tahap penyusunan opini (indikator 8) 36,4 Kurang

Rata-rata 53,3 Cukup

Berdasarkan data pada tabel 4.9, deskriptor berkonsentrasi selama tahap

penyusunan opini dikembangkan dengan baik oleh siswa dengan persentase nilai

66

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tertinggi yaitu sebesar 77,4%. Pada tahap ini diketahui indikator yang paling

banyak dikembangkan oleh siswa adalah indikator durasi kegiatan (indikator 1).

Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap penyusunan opini adalah

sebesar 53,3%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap

penyusunan opini dengan cukup. Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman

(2011) adalah tekun menghadapi tugas. Siswa yang tekun dapat belajar terus

menerus dalam waktu yang lama, dan tidak berhenti sebelum selesai. Dalam hal

ini berarti durasi memegang peran penting dalam kuat atau lemahnya motivasi

yang dimiliki individu. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mengajukan pendapat

atau ide-ide dari pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap penjabaran

masalah. Menurut Rosbiono (2007), pada langkah ini para siswa berkesempatan

menyatakan daya hayal, kreativitas, cara berpikir dan intuisi. Para siswa mencari

keterangan dan interpretasi dengan berbagai kemungkinan.

4. Tahap Perencanaan dan Konstruksi

Di tahap keempat dalam pembelajaran problem solving terdapat tujuh

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap perencanaan dan

konstruksi, memperhatikan pendapat yang diajukan temannya, bertanya pada guru

mengenai hal-hal yang kurang jelas, merencanakan prosedur percobaan secara

mandiri, merencanakan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan untuk

percobaan, percaya diri dalam mengemukakan pendapat, mencatat pendapat-

pendapat yang telah tersusun untuk melakukan percobaan.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

67

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(indikator 3), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator ketabahan dan keuletan

dalam menghadapi rintangan dan kesulitan (indikator 4), deskriptor keempat dan

deskriptor kelima termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang hendak

dicapai (indikator 6), deskriptor keenam termasuk dalam indikator tingkatan

kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor ketujuh

termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8).

Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap perencanaan dan

konstruksi dijelaskan pada tabel 4.10 di bawah.

Tabel 4.10. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Perencanaan dan

Konstruksi dalam Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap perencanaan dan

konstruksi (indikator 1) 81,5 Sangat Baik

2. Memperhatikan pendapat yang diajukan

temannya (indikator 3) 74,9 Baik

3. Bertanya pada guru mengenai hal-hal yang

kurang jelas dalam merencanakan percobaan

titrasi asam basa (indikator 4)

41,5 Cukup

4. Merencanakan prosedur percobaan titrasi

asam basa secara mandiri (indikator 6) 62,1 Baik

5. Merencanakan indikator titrasi asam basa

yang akan digunakan untuk percobaan

(indikator 6)

51,3 Cukup

6. Percaya diri dalam mengemukakan pendapat

pada tahap perencanaaan dan konstruksi

(indikator 7)

60,5 Baik

7. Mencatat pendapat-pendapat yang telah

tersusun untuk melakukan percobaan

(indikator 8)

29,7 Kurang

Rata-rata 57,4 Cukup

Berdasarkan data pada tabel 4.10, deskriptor berkonsentrasi selama tahap

perencanaan dan konstruksi dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan

persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 81,5%. Artinya, indikator yang paling

68

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

banyak dikembangkan untuk tahap perencanaan dan konstruksi adalah indikator

durasi kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi yang besar terhadap suatu

aktivitas, akan lebih banyak memberikan perhatiannya dibandingkan siswa yang

rendah motivasinya (Surya, 2004). Artinya, dalam tahap ini siswa berkonsentrasi

secara penuh dan memberikan perhatiannya untuk merencanakan prosedur

percobaan, merencanakan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan,

memperhatikan, bertanya, dan mencatat. Tujuan langkah ini adalah merencanakan

dan mengkonstruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang

memungkinkan dapat memverifikasi atau menolak hipotesis, dan penentuan

keterkaitan antara parameter-parameter yang relevan (Rosbiono, 2007). Rata-rata

pencapaian nilai persentase untuk tahap perencanaan dan konstruksi adalah

sebesar 57,4%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap

perencanaan dan konstruksi dengan cukup.

5. Tahap Percobaan

Di tahap kelima dalam pembelajaran problem solving terdapat sembilan

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap percobaan, bertanya

pada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas, bertanya pada teman apabila

kurang paham tentang percobaan yang dilakukan, membantu teman yang

kesulitan dalam melakukan percobaan, membantu teman yang kesulitan dalam

mengolah data hasil titrasi, bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan

percobaan, mengemukakan jawaban pengolahan data hasil titrasi, melaksanakan

kegiatan percobaan dengan sungguh-sungguh, mencatat hasil percobaan pada

LKS yang tersedia.

69

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1),

deskriptor kedua dan ketiga termasuk dalam indikator ketabahan dan keuletan

dalam menghadapi rintangan dan kesulitan (indikator 4), deskriptor keempat dan

kelima termasuk dalam indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan

(indikator 5), deskriptor keenam dan ketujuh termasuk dalam indikator tingkatan

aspirasi yang hendak dicapai (indikator 6), deskriptor kedelapan dan kesembilan

termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8).

Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap percobaan dijelaskan

pada tabel 4.11 di bawah.

Tabel 4.11. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Percobaan dalam

Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap percobaan titrasi

asam basa (indikator 1) 83,6 Sangat Baik

2. Bertanya pada guru mengenai hal-hal yang

kurang jelas selama kegiatan percobaan

berlangsung (indikator 4)

62,6 Baik

3. Bertanya pada teman apabila kurang paham

tentang percobaan yang dilakukan (indikator 4) 77,4 Baik

4. Membantu teman yang kesulitan dalam

melakukan percobaan titrasi asam basa

(indikator 5)

69,2 Baik

5. Membantu teman yang kesulitan dalam

mengolah data hasil titrasi (indikator 5) 59,0 Cukup

6. Bekerjasama dalam kelompok untuk

melakukan percobaan (indikator 6) 86,7 Sangat Baik

7. Mengemukakan jawaban pengolahan data

hasil titrasi (indikator 6) 57,4 Cukup

8. Melaksanakan kegiatan percobaan dengan

sungguh-sungguh (indikator 8) 90,3 Sangat Baik

9. Mencatat hasil percobaan pada LKS yang

tersedia (indikator 8) 96,4 Sangat Baik

Rata-rata 75,8 Baik

70

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan data pada tabel 4.11, deskriptor mencatat hasil percobaan

pada LKS yang tersedia dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan

persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 96,4%. Dari hasil ini diketahui indikator

yang paling banyak dikembangkan adalah indikator arah sikapnya terhadap

sasaran kegiatan (indikator 8). Hasil ini didukung oleh temuan pada jawaban

angket siswa untuk item merasa senang mengerjakan LKS titrasi asam basa

bersama teman (item nomor 12 untuk indikator arah sikapnya terhadap sasaran

kegiatan) yang mendapat persentase nilai paling tinggi untuk hasil angket

(lampiran C.3). Contoh motivasi intrinsik adalah kesadaran siswa agar belajar

sungguh-sungguh untuk meraih kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang

(Sagala, 2011). Dimyati dan Mudjiono (2006) pun menambahkan arti pentingnya

motivasi yang salah satunya adalah untuk membesarkan semangat belajar peserta

didik. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap percobaan adalah sebesar

75,8%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap percobaan dengan

baik. Pada tahap percobaan, siswa melakukan percobaan titrasi asam basa

berdasarkan permasalahan pada artikel yang telah siswa terima di awal

pembelajaran. Kemudian siswa mencatat hasil percobaan pada LKS dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Sagala (2011)

mengungkapkan informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori

jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan

kembali, praktek, dan elaborasi. Menurut Purwanto (2006), teori motivasi salah

satunya adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung

71

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko

berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.

6. Tahap Kesimpulan

Di tahap keenam dalam pembelajaran problem solving terdapat lima

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap kesimpulan,

menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan, memperhatikan kesimpulan

yang dibuat oleh temannya, terbentuknya suatu kesimpulan berdasarkan

kesepakatan teman sekelompok, dan percaya diri dalam membuat kesimpulan

hasil percobaan.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1),

deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2),

deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

(indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi

yang hendak dicapai (indikator 6), dan deskriptor kelima termasuk dalam

indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7).

Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap kesimpulan

dijelaskan pada tabel 4.12 di bawah.

Tabel 4.12. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Kesimpulan dalam

Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap kesimpulan

(indikator 1) 75,4 Baik

2. Menyimpulkan hasil percobaan titrasi asam

basa yang telah dilakukan (indikator 2) 70,8 Baik

3. Memperhatikan kesimpulan yang dibuat

temannya (indikator 3) 86,7 Sangat Baik

4. Terbentuknya suatu kesimpulan berdasarkan

kesepakatan teman sekelompok (indikator 6) 68,2 Baik

5. Percaya diri dalam membuat kesimpulan 56,9 Cukup

72

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hasil percobaan titrasi asam basa (indikator 7)

Rata-rata 71,6 Baik

Berdasarkan data pada tabel 4.12, deskriptor memperhatikan kesimpulan

yang dibuat temannya dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan

persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 86,7%. Dari hasil yang didapat pada tahap

kesimpulan, berarti indikator yang paling banyak dikembangkan ialah indikator

persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3). Menyenangkan adalah suasana

belajar mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat

memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah

perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu

curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan

menyenangkan saja tidak cukup jika proses pembelajaran tidak efektif sesuai

tujuan yang diharapkan (Depdiknas, 2008). Jadi dapat diketahui siswa merasa

tertarik untuk memperhatikan ketika ada temannya yang membuat kesimpulan

dari hasil percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan. Tanpa mencapai

kesimpulan, semua pengamatan dan pernyataan tidak mempunyai manfaat untuk

kemajuan pengetahuan (Rosbiono, 2007). Rata-rata pencapaian nilai persentase

untuk tahap kesimpulan adalah sebesar 71,6%. Siswa mengembangkan setiap

deskriptor selama tahap kesimpulan dengan baik.

7. Tahap Abstraksi

Di tahap ketujuh dalam pembelajaran problem solving terdapat lima

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap abstraksi,

mengemukakan pendapat dalam mengintisarikan titrasi asam basa,

73

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memperhatikan pengintisarian yang dikemukakan temannya, percaya diri dalam

mengintisarikan titrasi asam basa, mencatat hasil pengintisarian yang telah

dikemukakan di kelas.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2),

deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

(indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkatan kualifikasi

prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor kelima termasuk

dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara

rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap abstraksi dijelaskan pada

tabel 4.13 di bawah.

Tabel 4.13. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Abstraksi dalam

Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap abstraksi

(indikator 1) 82,1 Sangat Baik

2. Mengemukakan pendapat dalam

mengintisarikan titrasi asam basa (indikator 2) 51,3 Cukup

3. Memperhatikan pengintisarian yang

dikemukakan temannya (indikator 3) 82,1 Sangat Baik

4. Percaya diri dalam mengintisarikan titrasi asam

basa (indikator 7) 54,4 Cukup

5. Mencatat hasil pengintisarian yang telah

dikemukakan di kelas (indikator 8) 29,2 Kurang

Rata-rata 59,8 Cukup

Berdasarkan data pada tabel 4.13, deskriptor berkonsentrasi selama tahap

abstraksi dan deskriptor memperhatikan pengintisarian yang dikemukakan

temannya dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai

tertinggi yaitu sebesar 82,1%. Artinya, indikator durasi kegiatan dan persistensi

74

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada tujuan kegiatan sama-sama paling banyak dikembangkan oleh siswa pada

tahap ini. Mc Donald berpendapat bahwa motivasi akan dirangsang karena adanya

tujuan (Sardiman, 2011). Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai seorang siswa

dalam belajarnya, maka motivasi dirinya pun kuat untuk mencapai tujuan tersebut.

Nasution (2010) mengatakan bahwa menggunakan waktu tidak berarti bekerja

lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh

tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dalam tahap ini

siswa betul-betul menggunakan waktunya untuk berkonsentrasi dan memberi

perhatian dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan tercapai. Menurut Rosbiono

(2007), tahap abstraksi bertujuan mengintisarikan hasil ilmiah yang sah. Dengan

kata lain, tahap abstraksi adalah tahap penggeneralisasian dari yang khusus ke

yang umum. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap abstraksi adalah

sebesar 59,8%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap abstraksi

dengan cukup.

8. Tahap Re-evaluasi Pemecahan Masalah

Di tahap kedelapan dalam pembelajaran problem solving terdapat enam

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap re-evaluasi,

mengemukakan kendala/kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran

berlangsung, memperhatikan temannya yang mengemukakan kesulitannya selama

pembelajaran, memberi solusi pada temannya yang mengalami kesulitan, percaya

diri dalam mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dialami, mencatat solusi dari

kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

75

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2),

deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

(indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan (indikator 5), deskriptor kelima termasuk

dalam indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator

7), dan deskriptor keenam termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap

sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya

untuk tahap re-evaluasi dijelaskan pada tabel 4.14 di bawah.

Tabel 4.14. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Re-evaluasi dalam

Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap re-evaluasi

(indikator 1) 89,7 Sangat Baik

2. Mengemukakan kendala/ kesulitan yang

dihadapi selama pembelajaran titrasi asam

basa berlangsung (indikator 2)

49,2 Cukup

3. Memperhatikan temannya yang

mengemukakan kesulitannya selama

pembelajaran (indikator 3)

81,5 Sangat Baik

4. Memberi solusi pada temannya yang

mengalami kesulitan dalam tahap re-evaluasi

pemecahan masalah (indikator 5)

45,1 Cukup

5. Percaya diri dalam mengemukakan kesulitan-

kesulitan yang dialami (indikator 7) 58,5 Cukup

6. Mencatat solusi dari kesulitan-kesulitan yang

dihadapi selama pembelajaran berlangsung

(indikator 8)

29,2 Kurang

Rata-rata 58,9 Cukup

Berdasarkan data pada tabel 4.14, deskriptor berkonsentrasi selama tahap

re-evaluasi dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai

tertinggi yaitu sebesar 89,7%. Artinya, indikator durasi kegiatan paling banyak

76

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dikembangkan selama tahap re-evaluasi berlangsung dengan kategori sangat baik..

Menurut Sukmadinata (2009), makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar

motivasinya, dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan.

Motivasi siswa untuk dapat menggapai tujuan dalam tahap re-evaluasi sangat

besar, terbukti dengan kuatnya siswa berkonsentrasi selama tahap ini dengan

sangat baik. Tahap re-evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi keseluruhan hasil

selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya mengemukakan kesulitan-

kesulitan yang siswa alami mulai dari membaca artikel permasalahan asam basa

yang diberikan hingga mengintisarikan konsep titrasi asam basa. Rata-rata

pencapaian nilai persentase untuk tahap re-evaluasi pemecahan masalah adalah

sebesar 58,9%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap re-evaluasi

dengan cukup.

9. Tahap Konsolidasi Pengetahuan

Di tahap terakhir dalam pembelajaran problem solving terdapat lima

deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap konsolidasi

pengetahuan, memperhatikan pendapat yang diajukan oleh temannya, mengaitkan

konsep titrasi asam basa dengan kehidupan sehari-hari, percaya diri dalam

mengajukan pendapat, dan mencatat aplikasi titrasi asam basa yang telah

dikemukakan.

Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator

1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan

(indikator 3), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang

hendak dicapai (indikator 6), deskriptor keempat termasuk dalam indikator

77

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan

deskriptor kelima termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran

kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk

tahap konsolidasi pengetahuan dijelaskan pada tabel 4.15 di bawah.

Tabel 4.15. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Konsolidasi

Pengetahuan dalam Model Problem Solving

No. Deskriptor Nilai (%) Kategori

1. Berkonsentrasi selama tahap konsolidasi

pengetahuan (indikator 1) 88,7 Sangat Baik

2. Memperhatikan pendapat yang diajukan

temannya untuk mengaplikasikan asam basa

dalam kehidupan sehari-hari (indikator 3)

78,5 Baik

3. Mengaitkan konsep titrasi asam basa dengan

kehidupan sehari-hari (indikator 6) 66,2 Baik

4. Percaya diri dalam mengajukan pendapat pada

tahap konsolidasi pengetahuan (indikator 7) 57,9 Cukup

5. Mencatat aplikasi titrasi asam basa yang telah

dikemukakan (indikator 8) 31,8 Kurang

Rata-rata 64,6 Baik

Berdasarkan data pada tabel 4.15, deskriptor berkonsentrasi selama tahap

konsolidasi pengetahuan dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan

persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 88,7%. Berarti indikator durasi kegiatan

paling banyak dikembangkan selama tahap konsolidasi dilaksanakan. Pada tahap

ini bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh,

untuk memungkinkan terintegrasi dan terinternalisasinya pengetahuan itu ke

dalam struktur pengetahuan siswa yang sudah ada (Rosbiono, 2007). Peserta didik

akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu

bermakna baginya, dan jika mereka berhasil menerapkan apa yang telah

dipelajarinya (Trianto, 2010). Dalam tahap ini siswa merasa pentingnya aplikasi

atau penerapan konsep titrasi asam basa yang telah ia pelajari ke dalam kehidupan

78

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sehari-hari. Menurut Wena (2009), kemampuan pemecahan masalah sangat

penting bagi siswa dan masa depannya. Oleh karenanya siswa berkonsentrasi

dengan sangat baik agar ia mampu menerapkan konsep titrasi asam basa ke

kehidupan sehari-hari. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap

konsolidasi pengetahuan adalah sebesar 64,6%. Siswa mengembangkan setiap

deskriptor selama tahap konsolidasi pengetahuan dengan baik.

Jadi, indikator motivasi belajar yang paling berkembang pada tahap

motivasi, tahap penjabaran masalah, tahap penyusunan opini, tahap perencanaan

dan konstruksi, tahap re-evaluasi pemecahan masalah, dan tahap konsolidasi

pengetahuan adalah durasi kegiatan; tahap percobaan adalah indikator arah

sikapnya terhadap sasaran kegiatan; tahap kesimpulan adalah indikator persistensi

pada tujuan kegiatan; tahap abstraksi adalah durasi kegiatan dan persistensi pada

tujuan kegiatan.

D. Profil Motivasi Belajar Siswa untuk Seluruh Tahap Pembelajaran

Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen

Motivasi belajar menurut Makmun (2000) terdiri dari delapan indikator

yang dapat diukur. Sementara model problem solving berbasis eksperimen

menurut Mothes terdiri dari sembilan tahap pembelajaran yang harus ditempuh

siswa. Tabel 4.16 menunjukkan hubungan antara tahapan pembelajaran

menggunakan problem solving dengan indikator-indikator motivasi belajar.

Dalam tabel 4.16 akan diketahui indikator mana yang paling banyak

dikembangkan untuk seluruh tahap problem solving berdasarkan persentase nilai

yang sudah diperoleh dari hasil observasi.

79

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.16. Nilai Motivasi Belajar Siswa per Indikator Motivasi Belajar

dalam Tiap Tahap Problem Solving (%)

Indikator

Tahap PS

Pencapaian Hasil Motivasi (%)

1 2 3 4 5 6 7 8

Motivasi

76,4 35,4 52,3

Penjabaran

Masalah 74,9 50,8 72,8 54,9 50,3

Penyusunan

Opini 77,4 43,1

73,3 46,2 36,4

43,1

Perencanaan dan

Konstruksi 81,5 74,9 41,5

62,1 60,5 29,7

51,3

Percobaan

83,6

62,6 69,2 86,7

90,3

77,4 59,0 57,4 96,4

Kesimpulan

75,4 70,8 86,7 68,2 56,9

Abstraksi

82,1 51,3 82,1 54,4 29,2

Re-evaluasi

89,7 49,2 81,5 45,1 58,5 29,2

Konsolidasi

Pengetahuan 88,7 78,5 66,2 57,9 31,8

Rata-rata

Pencapaian 81,1 53,0 74,1 54,2 56,4 65,3 55,6 49,2

Keterangan:

Indikator 1: Durasi kegiatan

Indikator 2: Frekuensi kegiatan

Indikator 3: Persistensi pada tujuan kegiatan.

Indikator 4: Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan

Indikator 5: Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.

Indikator 6: Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

Indikator 7:Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai

Indikator 8: Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan

Berdasarkan perolehan yang telah disajikan pada tabel 4.16 di atas,

diketahui bahwa indikator durasi kegiatan tersebar di seluruh tahap problem

solving. Indikator frekuensi kegiatan dan keenam indikator motivasi lainnya tidak

80

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

semua ada dalam sembilan tahap problem solving secara keseluruhan. Hal ini

dikarenakan adanya pertimbangan terhadap alokasi waktu yang berbeda-beda

untuk tiap tahap problem solving (lampiran A.1). Indikator persistensi, indikator

ketabahan keuletan dalam menghadapi rintangan, indikator devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan, indikator tingkatan aspirasi yang hendak

dicapai, dan indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan memiliki dua

deskriptor dalam satu tahapan problem solving tertentu.

Indikator durasi kegiatan memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar

81,1% dengan kategori sangat baik. Artinya, indikator durasi kegiatan paling

banyak berkembang untuk seluruh tahap problem solving. Didukung oleh temuan

pada subbab C yang menunjukkan bahwa dari sembilan tahapan problem solving,

tujuh diantaranya paling banyak mengembangkan indikator durasi kegiatan

dengan persentase nilai paling tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan temuan pada

subbab A. Menurut Sardiman (2011), siswa yang memiliki motivasi yang kuat

akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang

cukup lama. Senada dengan yang diungkapkan Suprijono (2009) bahwa motivasi

belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan

perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,

terarah, dan bertahan lama. Kegiatan belajar titrasi asam basa dengan

menggunakan model problem solving berbasis eksperimen dapat memotivasi

siswa secara kuat sehingga mereka mampu belajar dengan baik dalam waktu yang

telah ditentukan.

81

Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jadi, berdasarkan hasil observasi didapat indikator yang paling banyak

dikembangkan untuk seluruh tahapan problem solving adalah indikator durasi

kegiatan karena indikator ini tersebar di seluruh pembelajaran titrasi asam basa

menggunakan model problem solving dengan persentase tertinggi dan

memperoleh kategori sangat baik.