bab iv hasil penelitian dan pembahasan a ...eprints.umm.ac.id/52591/5/bab iv.pdf28 bab iv hasil...
TRANSCRIPT
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur
1. Kondisi Geografis
Provinsi Jawa Timur secara geografis terletak antara 111,0′ BT hingga
114,4′ BT dan Garis Lintang 7,12” LS dan 8,48 ‘LS dengan luas wilayah
47.157,72 Km2. Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih luas hampir mencakup
90% dari seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Timur dan wilayah Kepulauan
Madura yang hanya sekitar 10 % saja. Jawa Timur mempunyai 229 pulau
terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tak bernama, dengan panjang
pantai sekitar 2.833,85 Km.
Provinsi Jawa Timur terletak pada perbatasan Laut Jawa di utara, Selat
Bali di timur. Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat
Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km, Lebar bentangan utara-selatan di
bagian barat sekitar 200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar
60 km. Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan
Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km sebelah utara
Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling
timur adalah Kepulauan Kangean, dan yang paling utara adalah Kepulauan
Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil yakni Nusa
Barung,dan PulauSempu.
49
Sumber : BPS Jawa Timur
Gambar 4.1
Wilayah Administratif Jawa Timur
Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah
b. Sebelah barat : Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta
c. Sebelah utara : Laut Jawa
d. Sebelah selatan : Samudera Hindia.
Secara umum,wilayah dari Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
pulau Madura dan Jawa Timur daratan. Luas wilayah Jawa Timur sendiri mencapai
47.799,75 KM2 yang terdiri dari 9 Kota dan 29 Kabupaten.
50
Tabel 4.1
Luas Wilayah Provinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota
No. Wilayah Luas Wilayah Menurut
Kabupaten/Kota (km2)
1 Jawa Timur 47799.75
2 Kabupaten Pacitan 1389.92
3 Kabupaten Ponorogo 1305.7
4 Kabupaten Trenggalek 1147.22
5 Kabupaten Tulungagung 1055.65
6 Kabupaten Blitar 1336.48
7 Kabupaten Kediri 1386.05
8 Kabupaten Malang 3530.65
9 Kabupaten Lumajang 1790.9
10 Kabupaten Jember 3092.34
11 Kabupaten Banyuwangi 5782.4
12 Kabupaten Bondowoso 1525.97
13 Kabupaten Situbondo 1669.87
14 Kabupaten Probolinggo 1696.21
15 Kabupaten Pasuruan 1474.02
16 Kabupaten Sidoarjo 634.38
17 Kabupaten Mojokerto 717.83
18 Kabupaten Jombang 1115.09
19 Kabupaten Nganjuk 1224.25
20 Kabupaten Madiun 1037.58
21 Kabupaten Magetan 688.84
22 Kabupaten Ngawi 1295.98
23 Kabupaten Bojonegoro 2198.79
24 Kabupaten Tuban 1834.15
25 Kabupaten Lamongan 1782.05
26 Kabupaten Gresik 1191.25
27 Kabupaten Bangkalan 1001.44
28 Kabupaten Sampang 1233.08
29 Kabupaten Pamekasan 792.24
30 Kabupaten Sumenep 1998.54
31 Kota Kediri 63.4
32 Kota Blitar 32.57
33 Kota Malang 145.28
34 Kota Probolinggo 56.67
35 Kota Pasuruan 35.29
36 Kota Mojokerto 16.47
37 Kota Madiun 33.92
38 Kota Surabaya 350.54
39 Kota Batu 136.74
Sumber : Bps Jawa Timur
51
Provinsi Jawa Timur sendiri terdiri dari 9 Kota, dan 29 kabupaten kota yang
mencangkup Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota
Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, Kota Batu. Sedangkan 29
Kabupaten tersebut terdiri dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten ponorogo, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri,
Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten
Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten
Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan
Kabupaten Sumenep.
B. Gambaran Umum Variabel Penelitian
1. Presentase Kemiskinan Provinsi Jawa Timur
Sajoggyo dalam prayino dan Arsyad (2004), mengemukakan bahwasanya
kemiskinan merupakan suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standar
kebutuhan hidupyang telah ditetapkan yang berdasar paada kebutuhan dalam pokok
pangan yang membuat seseorang terpenuhi dalam bekerja dan hidup sehat,
berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.
Sedangkan menurut Word BANK (2010) menyatakan bahwa kemiskinan
sebagai kekurangan pada kesejahteraan yang terdiridari banyak dimensi, diantaranya
adalah rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, akses masyarakat terhadap air
52
bersih dan sinitasi, keamanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara dan kapasita
memadai serta kesempatan hidup yang lebih baik.
Tabel 4.2
Data Tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2017
Kabupaten/Kota
Tingkat Kemiskinan
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kab. Pacitan 17.29 16.73 16.18 16.68 15.49 15.42
Kab. Ponorogo 11.76 11.92 11.53 11.91 11.75 11.39
Kab. Trenggalek 14.21 13.56 13.10 13.39 13.24 12.96
Kab. Tulungagung 9.40 9.07 8.75 8.57 8.23 8.04
Kab. Blitar 10.74 10.57 10.22 9.97 9.88 9.80
Kab. Kediri 13.71 13.23 12.77 12.91 12.72 12.25
Kab. Malang 11.04 11.48 11.07 11.53 11.49 11.04
Kab. Lumajang 12.40 12.14 11.75 11.52 11.22 10.87
Kab. Jember 11.81 11.68 11.28 11.22 10.97 11.00
Kab. Banyuwangi 9.97 9.61 9.29 9.17 8.79 8.64
Kab. Bondowoso 15.81 15.29 14.76 14.96 15.00 14.54
Kab. Situbondo 14.34 13.65 13.15 13.63 13.34 13.05
Kab. Probolinggo 22.22 21.21 20.44 20.82 20.98 20.52
Kab. Pasuruan 11.58 11.26 10.86 10.72 10.57 10.34
Kab. Sidoarjo 6.44 6.72 6.40 6.44 6.39 6.23
Kab. Mojokerto 10.71 10.99 10.56 10.57 10.61 10.19
Kab. Jombang 12.23 11.17 10.80 10.79 10.70 10.48
Kab. Nganjuk 13.22 13.60 13.14 12.69 12.25 11.98
Kab. Madiun 13.70 12.45 12.04 12.54 12.69 12.28
Kab. Magetan 11.50 12.19 11.80 11.35 11.03 10.48
Kab. Ngawi 15.99 15.45 14.88 15.61 15.27 14.91
Kab. Bojonegoro 16.66 16.02 15.48 15.71 14.60 14.34
Kab. Tuban 17.84 17.23 16.64 17.08 17.14 16.87
Kab. Lamongan 16.70 16.18 15.68 15.38 14.89 14.42
Kab. Gresik 14.35 13.94 13.41 13.63 13.19 12.80
Kab. Bangkalan 24.70 23.23 22.38 22.57 21.41 21.32
Kab. Sampang 27.97 27.08 25.80 25.69 24.11 23.56
Kab. Pamekasan 19.61 18.53 17.74 17.41 16.70 16.00
Kab. Sumenep 21.96 21.22 20.49 20.20 20.09 19.62
Kota Kedir * 8.14 8.23 7.95 8.51 8.40 8.49
Kota Blitar* 6.75 7.42 7.15 7.29 7.18 8.03
Kota Malang* 5.21 4.87 4.80 4.60 4.33 4.17
Kota Probolinggo* 10.92 8.55 8.37 8.17 7.97 7.84
Kota Pasuruan* 7.90 7.60 7.34 7.47 7.62 7.53
Kota Mojokerto* 6.48 6.65 6.42 6.16 5.73 5.73
Kota Madiun* 5.37 5.02 4.86 4.89 5.16 4.94
Kota Surabaya* 6.25 6.00 5.79 5.82 5.63 5.39
Kota Batu* 4.47 4.77 4.59 4.71 4.48 4.31
JAWA TIMUR 13.08 12.73 12.28 12.34 12.05 11.77
Sumber : Bps Jawa Timur 2018
53
Table 4.3
Tingkat kemiskinan di 9 Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016
Kota
Tingkat Kemiskinan
2012 2013 2014 2015 2016
Kediri 8.14 8.23 7.95 8.51 8.40
Blitar 6.75 7.42 7.15 7.29 7.18
Malang 5.21 4.87 4.80 4.60 4.33
Probolinggo 10.92 8.55 8.37 8.17 7.97
Pasuruan 7.90 7.60 7.34 7.47 7.62
Mojokerto 6.48 6.65 6.42 6.16 5.73
Madiun 5.37 5.02 4.86 4.89 5.16
Surabaya 6.25 6.00 5.79 5.82 5.63
Batu 4.47 4.77 4.59 4.71 4.48
9 KOTA JAWA TIMUR 6.83 6.57 6.36 6.40 6.28
Sumber : Bps Jawa Timur 2018, diolah
Di lihat dari table 4.3. menunjukkan bahwa pada tahun 2012 sampai 2016,
tingkat kemiskinan di Sembilan kota Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami
penurunan, dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun tingkat kemiskinan penduduk
miskin yang cenderung tinggi berada di Kota Probolinggo dan tingkat kemiskinan
terendah di Sembilan Kota Povinsi Jawa Timur terdapat di Kota Batu.
54
Gambar 4.2
Tingkat Kemiskinan di Sembilan Kota di Provinsi Jawa Timur
Sumber : BPS Jawa Timu2018r, diolah
Berdasarkan data diagram Gambar diatas menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan pada Sembilan kota Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2012 sampai 2016
mengalami data fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012-2016 tingkat
kemiskinan di Sembilan kota Provinsi Jawa Timur yang mendominasi adalah Kota
Probolinggo, Kota Kediri, Kota Pasuruan dan Kota Blitar yang mempunyai nilai
sebesar 10,92%, 8,14%, 7,90%, dan 6,75% pada tahun 2012.
Akan tetapi pada tahun 2013 dan 2014 tingkat Kemiskinan di Sembilan Kota di
Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan yang cukup pesat, hal ini disebabkan
Pemerintah daerah di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur Memberikan dan
menyediakan lapangan pekerjaan dan realisasi pengarahan terhadap perusahaan-
perusahaan yang ada untuk membuka lowongan pekerjaan kepada masyarakat. Hal
ini tidak diikuti pada tahun 2015 yang mengalami kenaikan,namun pada tahun
-
002
004
006
008
010
012
2012
2013
2014
2015
2016
55
berikutnya yaitu tahun 2016 kembali mengalami penurunan dari 6,40% menjadi
6,28% di tahun 2016.
2. Jumlah Penduduk
Menurut korten (dalam Kuncoro, 2010: 118), strategi dalam pembangunan
adalah apa yang disebutsebagai People Centered Development atau Putting people
first. Artinya tujuan utama dari dari pembangunan dan kehendak serta kapasitas
manusia merupakan sumber daya yang paling penting. Penduduk adalah unsur yang
sangat penting pada kegiatan ekonomi karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli,
dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptaka kegiatan-kegiatan ekonomi,
sebagai akibat dari beberapa funngsi maka pendudukmerupakan unsur yang
menciptakan daan mengembangkan teknologi penggunaan beberapa factor produksi
(sukirno,1985).
Peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat dapat menimbulkan masalah-
masalah yang serius bagi kesejahteraan dan pembangunan, oleh karna itu besarnya
jumlah penduduk jika tidak di imbangi oleh dukungan dari sektor ekonomi yang
tinggi akan menyebabkan berbagai masalah seperti halnya kemiskinan dan ketidak
seimbangnya kondisi nasional secara keseluruhan.
56
Table 4.4
Data Jumlah Penduduk Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016
KOTA
JUMLAH PENDUDUK
2012 2013 2014 2015 2016
Kediri 271511 273695 276619 278072 280004
Blitar 133492 134723 135702 136903 137908
Malang 828491 834527 840803 845973 851298
Probolinggo 220102 222292 223881 226777 229013
Pasuruan 188414 190191 192285 193329 194815
Mojokerto 121517 122594 123806 124719 125706
Madiun 172073 172886 174114 174373 174995
Surabaya 2788932 2805718 2821929 2833924 2848583
Batu 192813 194700 196189 198608 200485
9 Kota Jawa Timur 4917345 4951326 4985328 5012678 5042807
Sumber BPS Jawa Timur2018, Di olah
Dilihat dari table 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2012 hingga 2015
jumlah penduduk di Sembilan Kota di Provinsi Jawa Timurterus mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Jumlah penduduk di Sembilan kota Provinsi Jawa Timur
yang tertinggi dan terus meningkat dari tahun 2012 sampai 2016 adalah Kota
Surabaya. sedangkan jumlah penduduk terendah adalah Kota Mojokerto.
57
Berdasarkan data diagram dibawah ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
disembilan kota Provinsi Jawa Timur dari tahun 2012 sampai 2015 terus mengalami
kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa di Sembilan kota Provinsi Jawa Timur tiap
tahunnya mengalami peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan memberikan
kepadatan penduduk pada setiap daerah di Sembilan Kota di Provinsi Jawa Timur.
Gambar 4.3
Jumlah Penduduk di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012-2016
Sumber : BPS Jawa Timur 2018, diolah
KotaKediri
KotaBlitar
KotaMalang
KotaProboli
nggo
KotaPasurua
n
KotaMojoke
rto
KotaMadiun
KotaSurabay
a
KotaBatu
2012 271511 133492 828491 220102 188414 121517 172073 2788932 192813
2013 273695 134723 834527 222292 190191 122594 172886 2805718 194700
2014 276619 135702 840803 223881 192285 123806 174114 2821929 196189
2015 278072 136903 845973 226777 193329 124719 174373 2833924 198608
2016 280004 137908 851298 229013 194815 125706 174995 2848583 200485
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
58
3. Persentase Pengangguran Terbuka
Pengangguran merupakan penduduk atau masyarakat yang sedang
mempersiapkansuatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, atau
sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) merupakan angka yang menunjukkan banyaknya pengangguran terhadap 100
penduduk yang termasuk dalam kaategori angkatan kerja (BPS 2008).
Tingkat pengangguran sangat erat hubungannya dengan laju pertumbuhan
penduduk. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan
peningkatan pada jumlah angkatan kerja yang kemudian tingginya angkatan kerja ini
dapat menekan ketersediaannya lapangan kerja di pasar kerja. Sedangkan angkatan
kerja sendiri terdiri dari dua buah komponen yakni, orang yang bekerja dan orang
yang menganggur.
Berikut adalah data tingkat pengangguran terbuka di Sembilan Kota di Provinsi
Jawa Timur periode Tahun 2012 sampai 2016 :
59
Table 4.5
Persentase Pengangguran Terbuka di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur
Kota
Persentase Pengangguran Terbuka (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kediri 9.69 8.12 7.92 7.66 8.46
Blitar 5.24 3.68 6.17 5.71 3.8
Malang 9.74 7.96 7.73 7.22 7.28
Probolinggo 5.46 5.26 4.48 5.16 4.01
Pasuruan 6.22 4.54 5.41 6.09 5.57
Mojokerto 10.59 7.52 5.73 4.42 4.88
Madiun 10.62 6.89 6.57 6.93 5.1
Surabaya 7.81 5.27 5.32 5.82 7.01
Batu 4.82 3.51 2.3 2.43 4.29
9 kota Jawa Timur 7.80 5.86 5.74 5.72 5.60
Sumber :BPS Jawa Timur2018, diolah
Berdasarkan table 4.5 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pada
periode tahun 2012 sampai 2016 cendrung mengalami penurunan di setiap kota di
Provinsi Jawa Timur. Kota yang mengalami tingkat pengangguran terbuka terendah
adalah Kota Batu. Sedangkan Kota yang mengalami tingkat pengangguran terbuka
tertinggi adalah Kota Madiun.
60
Gambar 4.4
Persentase Pengangguran Terbuka di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur
Periode Tahun 2012-2016
Sumber : BPS Jawa Timur2018, Diolah
C. Analisis Data
1. Hasil Regresi Data Panel
Pengujian regresi data panel yang digunakan adalah menggunakan Eviews 9
untuk menentukan regresi yang terbaik Common Effect, Fix Effect, atau Random
Effect dengan Uji LM Breusch-Pagan, Uji Chow,dan Uji Housman, menunjukkan
model Fixed Effect lebih baik. Hasil pengujian regresi untuk memperoleh koefisien
yaitu sebagai berikut :
8.46
3.8
7.28
4.01
5.574.88 5.1
7.01
4.29
0
2
4
6
8
10
12
2012
2013
2014
2015
2016
61
a. Hasil Estimasi Regresi Data Panel
Berdasarkan hasil regresi menggunakan program analisis Eviews 9 untuk melihat
Fixed Effect maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Y = 12.15416 – 1.11E-05 + 0.001040
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
C 12.15416 2.594441 4.684692 0.0000
X1 -1.11E-05 4.60E-06 -2.414579 0.0213
X2 0.061040 0.029222 2.088842 0.0443
2. Pemilihan Model Estimasi Data Panel
a) Uji LM Breusch-Pagan
Uji LM Breusch-Pagan di gunakan sebagai untuk menentukan model dengan
menggunakan metode Commont Effect atau Random Effect yang paling tepat
untuk digunakan dalam mengestimasi data panel.
Cross-section
Test
Hypothesis
Time
Breusch-Pagan 84.50236 2.681616 87.18398
(0.0000) (0.1015) (0.0000)
Honda 9.192517 -1.637564 5.342158
(0.0000) -- (0.0000)
Berdasarkan Uji LM Breusch-Pagan, diperoleh Prob. Breusch – pagan sebesar
0,0000. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, sehingga diputuskan untuk
menolak H0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model Random Effect
lebih baik digunakan dari pada Commont Effect.
62
b) Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan model dengan metode Fixed Effect
atau Commont Effect yang paling tepat dignakan dalam estimasi data panel.
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 198.906299 (8,34) 0.0000
Cross-section Chi-square 174.017549 8 0.0000
Berdasarkan uji Chow diperoleh Prob.F = 0,0000. Nilai tersebut lebih kecil
dari α = 0,005, sehingga diputuskan untuk menolak H0. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Fixed Effect lebih sesuai digunakan daripada model Commont
Effect.
c) Uji Hausman
Uji hausman dilakukan untuk memilih kesesuaian model yang digunakan
yaitu Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam
mengestiamasi model data panel.
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 5.260827 2 0.0420
Berdasarkan Uji Hausman, diperoleh Prob.F sebesar = 0,0420. Nilai tersebut
lebih kecil dari α = 0,05, sehingga dapat diputuskan untik menolak H0. Dengan
begitu dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect lebih baik digunakan daripada
Random Effect.
63
Menurut Gujarati (2012) Jika N besar dan T kecil maka estimasi Random
effect Model akan lebih besar atau kuat dari Fixed Effect Model.
3. Uji Statistik
a) Uji F (Simultan)
Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui ada ata tidaknya pengaruh
secara simultan (serentak) antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
R-squared 0.154253 Mean dependent var 0.392398
Adjusted R-squared 0.113979 S.D. dependent var 0.257036
S.E. of regression 0.241944 Sum squared resid 2.458553
F-statistic 3.830112 Durbin-Watson stat 1.094467
Prob(F-statistic) 0.029652
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan model Random Effect diperoleh
Probabilitas F statistic = 0,029652 ≤ nilai probabilitas α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, menunjukkan bahwa secara bersama – sama
variabel Jumlah Penduduk, dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan pada Sembilan Kota di Provinsi Jawa Timur.
b) Uji t (Parsial)
Uji t atau parsialmerupakann pengujian untukmengetahui ada atau tidak
ada pengaruh secara parsial antar masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.15416 2.594441 4.684692 0.0000
X1 -1.11E-05 4.60E-06 -2.414579 0.0213
X2 0.061040 0.029222 2.088842 0.0443
64
Dengan probalitas t hitung variabel jumlah penduduk memiliki probabilitas
t hitung sebesar = 0,0213 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari nilai
probabilitas α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya Jumlah
Penduduk di Sembilan Kota di Provinsi Jawa Timur berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur.
Pada variabel tingkat pengangguran terbuka memiliki nilai probabilitas t
hitung sebesar = 0,0443 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α =
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya Tingkat pengangguran di
Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur berpengaruh signfikan terhadap tingkat
kemiskina di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur.
c) Pengujian Determinasi R2
Koefisien determinasi (R2) pada umumnya digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah nol (0) dan (1). Hasil perhitungan pada model
Random Effect menunjukkan nilai Rsquared = 0,154253 dengan demikian dapat
diartikan bahwa total varias tingkat kemiskinan di Sembilan Kota Provinsi Jawa
Timur dapat dijelaskan oleh variabel jumlah penduduk, dan tingkat pengangguran
sebesar 15,42 persen sedangkan sisanya 84,58 persen dijelaskan oleh variabel
diluar model.
65
D. Pembahasan
1. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Sembilan Kota
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016.
Dari hasil pengujian regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel
jumlah penduduk (X1) di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012
sampai 2016 yaitu sebesar = -1.11 dan signifikan secara statistic dengan t hitung
= 0,0213 yang mana lebih kecil dari nilai probabilitas α = 0,05 yang artinya
bahwa apabila adanya kenaikan 1 persen dari Jumlah pendudukakan
menyebabkan peningkatan tingkat kemiskinan sebesar 1,11 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah penduduk di Sembilan
Kota Provinsi Jawa Timur memberikan pengaruh negatif atau meningkatkan
tingkat kemiskinan. Hasil ini menerima H1, yang menyatakan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
2. Pengaruh Tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Sembilan
Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016.
Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat pengangguran
terbuka (X2) di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 hingga
2016 sebesar 0,061040 dan signifikan secara statistic dengan t hitung sebesar
0,0443 yang mana lebih kecil dari nilai probabilitas α = 0,05 yang artinya bahwa
apabila adanya kenaikan 1 persen tingkat pengangguran menyebabkan kenaikan
tingkat kemiskinan sebesar 6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
66
tingginya tingkat pengangguran di Sembilan Kota Provinsi Jawa Timur
memberikan pengaruh positif atau menaikkan tingkat kemiskinan di Sembilan
Kota Provinsi Jawa Timur. Hasil ini menunjukkan H1 diterima, yang
menyatakan tingkat pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap
perkerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, atau sudah mempunyai pekerjaan tetapibelum mulai
bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan
kerja (BPS,2008).
Menurut Sukirno (2004), menurutnya efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang sudah
dicapai oleh seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena
menganggurtentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam
kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh prastyo (2010) bahwa Tingkat Pengangguran
Terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk Miskin.